• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pupuk Kalium dan Pupuk Organik Cair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pupuk Kalium dan Pupuk Organik Cair"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PUPUK KALIUM

DAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

Oleh

ASTRI NURUL FACHNI 050301054/BDP - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PUPUK KALIUM

DAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

Oleh

ASTRI NURUL FACHNI 050301054/BDP - AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pupuk Kalium dan Pupuk Organik Cair

Nama : Astri Nurul Fachni

NIM : 050301054

Departemen : Budidaya Pertanian Pogam Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Dosen Komisi Pembimbing

Ir. Asil Barus, MS Ir. Hj. Sabar Ginting, MS Ketua Anggota

NIP : 19540424 198203. 1. 005 NIP : 19470315 197603. 2. 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc. Ph. d NIP: 19640620 198903.2.001

(4)

ABSTRACT

Astri Nurul Fachni. The objective of research was to know the growth and production of shallot about giving various level of potassium fertilizer and liquid organic fertilizer. The research was done in experimentation area Faculty of Agriculture North Sumatera University, Medan al atitude 25 metres above sea level from May to August 2010. This experiment is under tuition of Mr. Ir. Asil Barus, MS and Mrs. Ir. Hj. Sabar Ginting, MS.

The research was using the Randomized Block Design Factorial with two factors. The first factor was dossage of potassium fertilizer with four levels namely 0 g/plant (K0), 1 g/plant (K1), 2 g/plant (K2), and 3 g/plant (K3). The second factor was concentration of Santamicro liquid organic fertilizer with four levels namely 0 ml/l/ water (C0), 1 ml/l water (C1), 1,5 ml/l water (C2), and 2 ml/l water (C3).

The result of the research showed that the potassium application was significant wet the plant height, total of leaves, total tuber/clump, total of saplings, wet weight/plant sample, and dry weight/plant sample. Liquid organic fertilizer showed significant on total of leaves, but no significant wet the plant height, total tuber/clump, total of saplings, wet weight/plant sample, and dry weight/plant sample.

The interaction between potassium fertilizer and liquid organic fertilizer Santamicro showed taht no significant for all parameters.

(5)

ABSTRAK

Astri Nurul Fachni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium Asclonicum L.) terhadap pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair dalam berbagai tahap. Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan berada ± 25 m dpl dari bulan Mei sampai Agustus 2010. Penelitian ini dibawah bimbingan Ir. Asil Barus, MS dan Ir. Hj. Sabar Ginting, MS.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama dosis pupuk kalium dengan 4 taraf yaitu: 0 gr/tanaman (K0), 1 gr/tanaman (K1), 2 gr/tanaman (K2), 3 gr/tanaman (K3). Faktor kedua dosis pupuk organik cair dengan 4 taraf yaitu: 0 ml/l air (C0), 1 ml/l air (C1), 1,5 ml/l air (C2), 2 ml/l air (C3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi per sampel. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi per sampel.

Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.

Kata kunci : Pupuk organik cair, pupuk kalium, dan bawang merah.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Astri Nurul Fachni, dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Juni 1987 dari Bapak M. F. Piliang dan Ibu S. M. Pranata. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh adalah SD Swasta Al-Azhar di Medan lulus tahun 1999, SLTP Swasta Kartika I-1 di Medan lulus tahun 2002, SMA N 2 di Medan lulus tahun 2005.Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiwa Baru (SPMB).

Penulis selama menjalani perkuliahan, pernah melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara IV Adolina, Serdang Bedagai pada bulan Juni sampai Juli 2009. Penulis merupakan anggota dari Himpunan Mahasiswa Departemen (HIMADITA), penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FP-USU, BKM Al-Mukhlisin FP-USU, dan Lembaga Kesenian USU.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini adalah skripsi yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pupuk Kalium dam Pupuk Organik Cair” yang merupakan salah syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Asil Barus, MS dan Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyelesaian tulisan ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat Ayahanda tersayang Mhd. F. Piliang, Ibunda tersayang S. M. Pranata serta adik-adikku tersayang Mhd. Ridwan Fachni dan Ali Akbar Fachni yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis baik secara moril dan material. Terimakasih atas doa, dukungan dan kasih sayang yang kalian berikan.

(8)

Terima kasih juga kepada sahabat-sahabatku BDP 05, abang/kakak stambuk 04,03,02 dan adik-adik stambuk 08,07,06 terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Serta tidak lupa saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu selama menjalankan penelitian.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi saya ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Agustus 2010

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Pupuk Organik Cair ... 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Penelitian ... 18

Persiapan Media Tanam ... 18

(10)

Penanaman... 18

Aplikasi Pupuk Kalium ... 18

Aplikasi Pupuk Organik Cair ... 19

Pemeliharaan Tanaman ... 19

Penyiraman ... 19

Penyiangan ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Panen... 20

Peubah Pengamatan ... 20

Tinggi Tanaman (cm) ... 20

Jumlah Daun (helai) ... 20

Jumlah Umbi Per Rumpun (siung) ... 20

Jumlah Anakan (anakan) ... 20

Bobot Basah Umbi Per Rumpun (g) ... 21

Bobot Kering Umbi Per Rumpun (g)...21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

Tinggi Tanaman (cm) ... 22

Jumlah Daun (helai) ... 24

Jumlah Umbi Per Rumpun (siung)... 26

Jumlah Anakan (anakan) ... 28

Bobot Basah Umbi Per Rumpun (g) ... 30

Bobot Kering Umbi Per Rumpun (g)...32

Pembahasan ... 34

Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah terhadap Pupuk Kalium ... 34

Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah terhadap Pupuk Organik Cair Santamicro ... 36

Respon Interaksi antara pemberian Pupuk Kalium dan Pupuk Organik Cair Santamicro ... 39

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman pada umur 7 MST pada masing-masing perlakuan pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro ... 23 2. Tabel 2. Rataan Jumlah Daun pada umur 7 MST pada masing-masing

perlakuan pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro ... 25 3. Tabel 3. Rataan Jumlah Umbi per Rumpun pada masing-masing

perlakuan pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro ... 27 4. Tabel 4. Rataan Jumlah Anakan pada masing-masing perlakuan

pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro ... 29 5. Tabel 5. Rataan Bobot Basah Umbi per Sampel pada masing-masing

perlakuan pupuk kalium dan pupuk organik cair

Santamicro...31 6. Tabel 6. Rataan Bobot kering Umbi per Sampel pada masing-masing

perlakuan pupuk kalium dan pupuk organik cair

Santamicro...33

(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik dosis pupuk Kalium terhadap tinggi tanaman 7 MST ... 24

2. Grafik konsentrasi pupuk organik cair Santamicro terhadap tinggi tanaman 7 MST ... 26

3. Grafik dosis pupuk Kalium terhadap jumlah umbi per rumpun ... 28

4. Grafik dosis pupuk Kalium terhadap jumlah anakan ... 30

5. Grafik dosis pupuk Kalium terhadap bobot basah umbi per sampel... 32

6. Grafik dosis pupuk Kalium terhadap bobot kering umbi per sampel ... 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 data tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam ... 44 2. Lampiran 2 daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam .. 44 3. Lampiran 3 data tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam ... 45 4. Lampiran 4 daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam .. 45 5. Lampiran 5 data tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam ... 46 6. Lampiran 6 daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam .. 46 7. Lampiran 7 data tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam ... 47 8. Lampiran 8 daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam .. 47 9. Lampiran 9 data tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam ... 48 10.Lampiran 10 daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam 48 11.Lampiran 11 data tinggi tanaman 7 minggu setelah tanam ... 49 12.Lampiran 12 daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 minggu setelah tanam 49 13.Lampiran 13 data jumlah daun 2 minggu setelah tanam ... 50 14.Lampiran 14 daftar sidik ragam jumlah daun 2 minggu setelah tanam .... 50 15.Lampiran 15 data jumlah daun 3 minggu setelah tanam ... 51 16.Lampiran 16 daftar sidik ragam jumlah daun 3 minggu setelah tanam .... 51 17.Lampiran 17 data jumlah daun 4 minggu setelah tanam ... 52 18.Lampiran 18 daftar sidik ragam jumlah daun 4 minggu setelah tanam .... 52 19.Lampiran 19 data jumlah daun 5 minggu setelah tanam ... 53 20.Lampiran 20 daftar sidik ragam jumlah daun 5 minggu setelah tanam .... 53

(14)

21.Lampiran 21 data jumlah daun 6 minggu setelah tanam ... 54

22.Lampiran 22 daftar sidik ragam jumlah daun 6 minggu setelah tanam...54

23.Lampiran 23 data jumlah daun 7 minggu setelah tanam...55

24.Lampiran 24 daftar sidik ragam jumlah daun 7 minggu setelah tanam...55

25.Lampiran 25 data jumlah umbi per rumpun...56

26.Lampiran 26 daftar sidik ragam jumlah umbi per umpun...56

27.Lampiran 27 data jumlah nakan...57

28.Lampiran 28 daftar sidik ragam jumlah umbi per umpun...57

29.Lampiran 29 data bobot basah umbi per ampel...58

30.Lampiran 30 daftar sidik ragam bobot basah umbi per ampel...58

31.Lampiran 31 data bobot kering umbi per sampel...59

32.Lampiran 32 daftar sidik ragam bobot kering umbi per ampel...59

33.Lampiran 33 foto hasil bawang merah varietas brebes pada Uji K dan C per perlakuan...60

34.Lampiran 34 deskripsi bawang merah varietas rebes...61

35.Lampiran 35 bagan lahan penelitian...62

36.Lampiran 36 bagan plot penelitian...63

37.Lampiran 37 jadwal kegiatan penelitian...64

38.Lampiran 38 hasil analisa tanah...65

39.Data Curah Hujan BMG...66

40.Lampiran Foto penelitian...67

(15)

ABSTRACT

Astri Nurul Fachni. The objective of research was to know the growth and production of shallot about giving various level of potassium fertilizer and liquid organic fertilizer. The research was done in experimentation area Faculty of Agriculture North Sumatera University, Medan al atitude 25 metres above sea level from May to August 2010. This experiment is under tuition of Mr. Ir. Asil Barus, MS and Mrs. Ir. Hj. Sabar Ginting, MS.

The research was using the Randomized Block Design Factorial with two factors. The first factor was dossage of potassium fertilizer with four levels namely 0 g/plant (K0), 1 g/plant (K1), 2 g/plant (K2), and 3 g/plant (K3). The second factor was concentration of Santamicro liquid organic fertilizer with four levels namely 0 ml/l/ water (C0), 1 ml/l water (C1), 1,5 ml/l water (C2), and 2 ml/l water (C3).

The result of the research showed that the potassium application was significant wet the plant height, total of leaves, total tuber/clump, total of saplings, wet weight/plant sample, and dry weight/plant sample. Liquid organic fertilizer showed significant on total of leaves, but no significant wet the plant height, total tuber/clump, total of saplings, wet weight/plant sample, and dry weight/plant sample.

The interaction between potassium fertilizer and liquid organic fertilizer Santamicro showed taht no significant for all parameters.

(16)

ABSTRAK

Astri Nurul Fachni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium Asclonicum L.) terhadap pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair dalam berbagai tahap. Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan berada ± 25 m dpl dari bulan Mei sampai Agustus 2010. Penelitian ini dibawah bimbingan Ir. Asil Barus, MS dan Ir. Hj. Sabar Ginting, MS.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama dosis pupuk kalium dengan 4 taraf yaitu: 0 gr/tanaman (K0), 1 gr/tanaman (K1), 2 gr/tanaman (K2), 3 gr/tanaman (K3). Faktor kedua dosis pupuk organik cair dengan 4 taraf yaitu: 0 ml/l air (C0), 1 ml/l air (C1), 1,5 ml/l air (C2), 2 ml/l air (C3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi per sampel. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi per sampel.

Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.

Kata kunci : Pupuk organik cair, pupuk kalium, dan bawang merah.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman bawang ini membentuk umbi. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari peranakan umbi (Rahayu dan Berlian, 1999).

Tanaman bawang merah diperkirakan berasal dari Asia Tengah yaitu India dan Pakistan sampai Palestina. Beberapa literatur mencatat bahwa bawang merah berasal dari Usbekistan, Afganistan dan Iran. Tanaman bawang merah tersebar dari Eropa ke berbagai negara termasuk daerah ekuator (Pitojo, 2008).

(18)

2 Tujuan pemotongan ujung umbi bibit ini adalah agar umbi dapat tumbuh merata, untuk merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan merangsang tumbuhnya anakan.

Pada kondisi seperti sekarang ini, Indonesia yang sedang dalam keadaan krisis ekonomi harus dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya alamnya sebagai salah satu jalan untuk dapat memulihkan kondisi perekonomiannya. Sebagai negara agraris sejak dahulu dan dengan potensi alam yang memadai, sebenarnya kita tidak perlu menjadi negara pengimpor bawang merah seperti sekarang Departemen Pertanian (2008), konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 2007 adalah 4,7 kg/kapita/tahun atau 0,43 kg/kapita/bulan. Estimasi permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada tahun 2007 mencapai 1.090.200 ton (konsumsi = 904.914 ton; benih dan industri = 185.286 ton), sedangkan produksi bawang merah Indonesia pada tahun 2007 adalah 832.609 ton sehingga kebutuhan akan bawang merah nasional tidak terpenuhi.

(19)

3 komponen lainnya diantaranya karotein 50 IU, Thiamin 30 mg, Riboflafin 0.04 mg, Niasin 20 mg dan asam ascorbat 9 mg (Tyndall, 1983).

Salah satu unsur hara yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman adalah kalium. Kalium diserap dalam bentuk ion-ion K+, kalium bersifat mobile (mudah bergerak) sehingga dapat ditranslokasikan ke jaringan meristematik yang muda jika jumlahnya terbatas. Salah satu peran kalium yaitu memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak gampang rontok (Novizan, 2005). Gejala yang tampak pertama sekali dari kekurangan K dapat dilihat pada bagian daun (Leiwakabessy, 1998).

Kalium terdapat di dalam cairan sel dalam bentuk ion-ion K+, tanah ion tersebut bersifat sangat dinamis. Secara fisiologis K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan mengatur membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi. Bila kandungan unsur K tinggi maka sel-sel stomata

tanaman menutup, sehingga penguapan akan berkurang atau menurun (Noggle dan Fritz, 1983).

(20)

4 Pupuk daun ini memiliki keuntungan dikarenakan selain mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur hara mikro (Agromedia Pustaka, 2007).

Kelebihan pupuk organik cair adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Mn, Mo, Fe, Cu, Co, dan B) untuk tanaman,

2. Memperbaiki aktivitas biologi, sifat fisik dan kesehatan, serta keseimbangan ekologi tanah,

3. Dapat mengurangi kehilangan hara yang diberikan sebagai pupuk, baik kehilangan melalui proses penguapan, pencucian, ataupun pengikatan oleh komplek padatan tanah,

4. Dapat meningkatkan efisiensi pemupukan Urea, TSP, dan KCl hingga 20%,

5. Memperbaiki kemampuan tanah dalam menyimpan air, dan

6. Dapat menekan aktivitas patogen penyebab penyakit tanam.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk kalium dan pupuk organik

(21)

5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dosis pupuk Kalium dan pupuk organik cair yang

sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemberian pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).

2. Ada pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).

3. Ada pengaruh interaksi antara pemberian dosis pupuk kalium dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).

Kegunaan Penelitian

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi tanaman bawang merah Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species: Allium ascalonicum L. (Rukmana, 1994).

Bawang merah merupakan tanaman semusim membentuk rumpun yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 50 cm. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam berada dalam tanah (Rahayu dan Berlian, 1999).

Tanaman bawang merah memiliki batang sejati disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus berbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah daun. Batang semu inilah yang kemudian berubah bentuknya menjadi umbi lapis atau bulbus (Sunarjono, 2004).

(23)

akan tumbuh dan berkembang menjadi anakan yang masing-masing juga menghasilkan umbi (Samadi dan Cahyono, 2000).

Daun bawang merah mempunyai permukaan berbentuk bulat kecil memanjang dan berbentuk seperti pipa. Bagian ujung daunnya membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daunnya. Warna daunnya hijau muda, dimana kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya. Demikian seterusnya sehingga ini akan terlihat lapisan-lapisan berbentuk cincin (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sadangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm (Wibowo, 2007).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Biji berbentuk agak pipih dan sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, dan selanjutnya menjadi hitam. Biji tanaman bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman dalam budidaya tanaman, tetapi jarang dilakukan oleh petani (Rukmana, 1994).

(24)

Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar sampai pipih; sedangkan ukuran umbi ada yang besar, sedang dan kecil. Wrana kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah tua. Umbi bawang merah umumnya digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif (Rukmana, 1994).

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas fotosintat yang dipasok dari tanaman. Pertumbuhan umbi akan terhenti jika tajuk tanaman mati, karena pasokan fotosintat untuk menopang pertumbuhan umbi terhenti. Laju pertambahan berat umbi lebih ditentukan oleh fotosintat yang dihasilkan selama periode perkembangan umbi yang bersangkutan, sedangkan asimilat yang disintesis sebelum inisiasi umbi yang disimpan pada batang hanya memberikan kontribusi sekitar 10% (Lakitan, 1996).

(25)

Syarat Tumbuh Iklim

Bawang merah menyukai daerah yang berikilim kering dengan suhu agak panas dan cuaca cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial dengan pH 5,5-7 (http://sa4tl.wordpress.com/2006/10/07/budidaya-bawang-merah-di-luar-musim/).

Tanaman bawang merah tumbuh pada tempat terbuka dan mendapat sinar matahari sekitar 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi

berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi (Rukmana, 1994).

Pada suhu yang rendah, hasil berupa umbi dari tanaman bawang merah kurang baik. Pada suhu 22˚ C tanaman masih mud ah membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di dataran rendah yang bersuhu panas. Daerah yang sesuai adalah yang suhunya sekitar 25-32˚ C dan suhu rata-rata tahunannya 30˚ C (Rahayu dan Berlian, 1999).

(26)

Tanah

Jenis tanah yang paling baik untuk bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu (Rahayu dan Berlian, 1999).

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada tanah subur, banyak humus (gembur), tidak tergenang air dan aerasinya baik. Selain itu, pH tanahnya berada antara 5,5-6,5. Jika pH kurang dari 5,5 pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam-garam Aluminium (Al). Sebaliknya pada pH diatas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan hasilnya menjadi rendah (Sunarjono, 2004).

Pupuk Kalium dan Manfaatnya

Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis. Tidak mengkhawatirkan jika mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal yaitu pengmbilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah. Kalium bersifat mobile (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan (Novizan, 2002).

(27)

pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun terlihat lebih tua, batangnya lemah (mudah rebah), muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua yang akhirnya mengering dan rontok, daun mengerut dimulai dari daun tua, kematangan buah terhambat, dan biji buah menjadi kisut. Jika menemukan tanaman dengan tanda-tanda seperti itu maka segeralah melakukan pemupukan kalium.

Pupuk kalium ini dikenal juga dengan nama Muriate of Potash (MOP) dengan rumus kimia KCl berbentuk kristal yang berwarna merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Terdapat dua macam pupuk KCl yakni: KCl 80 yang mengandung 52%-53% K2O dan KCl 90 dengan kandungan55%-58% K2O.

Pupuk ini larut dalam air. Bila dimasukkan ke dalam tanah, pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K dan ion Cl. Karena pupuk mengandung ion Cl, kurang baik digunakan untuk tanaman yang peka terhadap Cl seperti tanaman tembakau, kelapa sawit, dan kentang. Pupuk ini larut dalam air (Hasibuan, 2006).

Pada garis besarnya, fungsi kalium antara lain adalah sebagai berikut (Rosmarkam dan Yuwono, 2002) :

1. Dibutuhkan oleh tanaman seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang memproduksi karbohidrat dalam jumlah yang banyak.

2. Sebagai katalisator dalam pembentukan protein. 3. Mengatur kegiatan berbagai unsur mineral.

(28)

6. Membantu proses membuka dan menutupnya stomata.

7. Memperkuat teegaknya batang (karena turgor) sehingga tanaman tidak mudah roboh.

8. Mengaktifkan enzim tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

9. Meningkatkan proses pembentukan kadar karbohidrat dan gula dalam buah.

10.Biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat. 11.Memperluas pertumbuhan akar.

12.Menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, misalnya yang disebabkan oleh Ophiobolus meyabeanus (brown spot rice), Paceniahordei (brown rust pada gandum), dan Fusarium pada pisang.

13.Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).

(29)

Pupuk Santamicro dan Manfaatnya

Santamicro merupakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara mikro yaitu Mangan (Mn) 1,25%, Besi (Fe) 1,0%, Tembaga (Cu) 0,45%, Seng (Zn) 1,0%, Boron (B) 0,2%, Molibdenum (Mo) 0,01%. Serta dilengkapi unsur hara makro Magnesium (Mg) 3,00% dan Sulfur (S) 4,1% (http//www.santamicroorganik.wordpress.com, 2009).

Santamicro adalah pupuk mikro dosis tinggi yang dilengkapi unsur mikro Magnesium dan Sulfur dalam bentuk cair yang sangat diperlukan untuk fase pertumbuhan dan fase produksi untuk tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura. Pemberian pupuk ini adalah dengan cara disemprotkan ke daun tanaman dengan konsentrasi anjuran 2 ml/L air. Kandungan unsur mikro dari Santamicro cair berbentuk khelat, artinya unsur-unsur mikro tersebut mudah diserap tanpa berikatan satu sama lain dan segera dapat ditranslokasikan ke

bagian-bagian tanaman yang membutuhkan (http//www.santamicroorganik.wordpress.com, 2009).

Manfaat kegunaan pupuk Santamicro cair adalah sebagai berikut menyuburkan tanaman yang kekurangan hara mikro, sehingga meningkatkan produksi tanaman, mencegah terjadinya kerontokan pada bunga dan buah, meningkatkan kualitas hasil panen, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit (http//www.santamicroorganik.wordpress.com, 2009).

(30)

pupuk diaplikasikan ke daun tanaman. Oleh karena itu, pemupukan melalui daun

dipandang lebih menguntungkan dibandingkan melalui akar (Lingga dan Marsono, 2002).

(31)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut selama ± 4 bulan.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas Bima Brebes, pupuk kalium, pupuk organik cair Santamicro, pupuk kandang, tanah, arang sekam, fungisida Dithane M-45, insektisida Decis 2,5 EC.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, tali plastik, polibag, meteran, timbangan, pacak sampel, plank nama, kalkulator, alat tulis dan yang lain dalam mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu :

Faktor I : Pemberian pupuk KCl (K) dengan 4 taraf yaitu : K0 = tanpa pemberian pupuk Kalium (kontrol)

(32)

16 K2 = 2 g/tanaman

K3 = 3 g/tanaman

Faktor II : Pemberian pupuk organik cair (C) dengan 4 taraf yaitu : C0 = tanpa pemberian pupuk (kontrol)

C1 = 1 ml/l /air

C2 = 1,5 ml/l /air

C3 = 2 ml/l /air

Dengan demikian, penelitian terdiri dari 16 kombinasi yaitu : K0C0 K1C0 K2C0 K3C0

K0C1 K1C1 K2C1 K3C1

K0C2 K1C2 K2C2 K3C2

K0C3 K1C3 K2C3 K3C3

(33)

17 Metode Analisa Data

Model linier yang digunakan dengan sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk dimana :

Yijk = hasil pengamatan blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk kalium pada taraf ke-j dan pupuk cair organik pada taraf ke-k

μ = nilai tengah perlakuan

ρi = pengaruh blok ke-i

αj = pengaruh pemberian pupuk kalium pada taraf ke-j

βk = pengaruh pemberian pupuk cair organik pada taraf ke-k

(αβ)jk = pengaruh interaksi antar pupuk kalium pada taraf ke-j dan pupuk cair organik pada taraf ke-k

εijk = galat percobaan blok ke-i dengan perlakuan pupuk kalium pada taraf ke-j dan pupuk cair organik pada taraf ke-k.

(34)

18 Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma dan sampah-sampah yang ada pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm, jarak antar blok adalah 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. Setelah plot selesai dibuat, selanjutnya polibag yang telah diisi dengan tanah disusun diatasnya.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah inseptisol. Ukuran polibag yang digunakan ukuran 5 kg. Sebelum media dimasukkan ke dalam polibag, terlebih dahulu dibersihkan dari sampah atau kotoran lain. Pengisian media tanam dilakukan sampai batas 5 cm dari mulut polibag bagian atas.

Penanaman

Sebelum bibit ditanam, lahan disiram terlebih dahulu agar tanah lembab. Selanjutnya umbi bibit dimasukkan 1 umbi kedalam lubang tanam dan dibenamkan sampai ujungnya merata dengan permukaan tanah kemudian ditutup dengan kompos tipis agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas. Pada saat sehari sebelum umbi ditanam, telebih dahulu ujung umbi dipotong 1/3 bagian yang bertujuan agar umbi tumbuh merata.

Aplikasi Pupuk Kalium

(35)

19 Aplikasi Pupuk Cair Santamicro

Pupuk anorgnik cair Santamicro diaplikasikan melalui daun dengan cara menyemprotkannya ke daun. Aplikasi pupuk diberikan tiga kali, yaitu pada saat dua minggu setelah tanam, masa vegetatif, dan masa generatif sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman tidak setiap hari dilakukan karena pada saat penelitian berlangsung hampir setiap hari hujan turun.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu setelah tanam untuk membersihkan gulma yang tumbuh dan untuk menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan patuk dan untuk menggemburkan tanahnya digunakan cangkul kecil.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(36)

20 Panen

Adapun kriteria panen umbi bawang merah dapat dipanen setelah lebih kurang 75% daun menguning, batang tampak lemah sehingga daun rebah, umbi telah memadat, berisi dan apabila keluar dari tanah warnanya tampak cerah. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman secara hati-hati agar umbinya tidak rusak atau tertinggal. Umbi yang telah dipanen, dibersihkan dan diikat untuk dikeringkan. Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dijemur selama kurang lebih 7 hari sampai benar-benar kering dan siap dijual atau disimpan.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai daun terpanjang. Pengukuran dilakukan mulai dari 2 Minggu Setelah Tanam (MST) hingga memasuki fase generatif 7 MST, yang dilakukan dengan interval pengukuran 1 minggu sekali.

Jumlah Daun (helai)

Dihitung daun yang telah terbentuk sempurna. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 2 MST hingga memasuki fase generatif 7 MST dengan interval 1 minggu sekali pada masing-masing sampel.

Jumlah Umbi Per Rumpun (Siung)

Jumlah umbi per rumpun diperoleh setelah panen dengan menghitung jumlah umbi pada setiap rumpun pada masing-masing sampel.

Jumlah Anakan

(37)

21 Bobot Basah Umbi Per Sampel (g)

Bobot basah umbi ini dihitung pada saat panen setelah dibersihkan dari akar, daun, dan tanah yang melekat pada umbi. Selanjutnya ditimbang umbi basah setiap rumpun dari masing-masing sampel.

Bobot Kering Umbi Per Sampel (g)

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada pengamatan 2,3,6 dan 7 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 dan 5 MST. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan kalium dan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3,4,5,6 dan 7 MST.

(39)

23

Tabel 1. Tinggi Tanaman bawang (cm) pada perlakuan kalium dan pupuk organik cair pada umur 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 MST

Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST)

2 3 4 5 6 7

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(40)

24 terendah terdapat pada perlakuan K0C2 yaitu sebesar 37. 03 cm. Hubungan antara dosis pemberian pupuk kalium dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman 7 MST dengan dosis pupuk kalium.

2. Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan jumlah daun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 13, 15, 17, 19, 21, dan 23 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 14, 16, 18, 20, dan 24. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 2,3,4,5,6 dan 7MST. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 2, 6 dan 7 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 3, 4 dan 5 MST. Sedang kombinasi perlakuan kalium dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 2,3, 4, 5, 6 dan 7 MST.

Jumlah daun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair pada pengamatan 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

(41)

25

Tabel 2. Jumlah daun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair pada pengamatan 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST

Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST)

2 3 4 5 6 7

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(42)

26

menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan K1C3 yaitu 34.17 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1C0 yaitu sebesar 15.98 helai. Hubungan antara konsentrasi pupuk organik cair dengan parameter jumlah daun pada pengamatan 7 MST dapat dilihat pada gambar 2.

.

Gambar 2. Hubungan antara parameter jumlah daun pada pengamatan 7 MST dengan konsentrasi pupuk organik cair.

3. Jumlah Umbi per Rumpun (siung)

Data pengamatan jumlah umbi per rumpun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 25 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 26. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun.

Jumlah umbi per rumpun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 3.

y = 3.2101x + 19.866

Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l air)

(43)

27

Tabel 3. Jumlah umbi per rumpun pada masing-masing perlakuan dosis Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair(siung).

Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l)

Dosis Kalium (g/tan) K0= 0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = 0 8.250 8.833 11.583 10.083 9.688 C1 = 1 8.500 9.250 12.750 9.417 9.979 C2 = 1,5 9.750 10.583 12.250 8.833 10.354 C3 = 2 10.000 12.167 11.250 9.500 10.729 Rataan 9.125c 10.208b 11.958a 9.458c 10.188

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(44)

28

Gambar 3. Hubungan antara parameter jumlah umbi per rumpun (suing) dengan dosis pupuk kalium.

4. Jumlah Anakan (Anakan)

Data pengamatan jumlah anakan pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 27 sedangkan dan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 28. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan.

Jumlah anakan pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 4.

(45)

29

Table 4. Jumlah anakan pada masing-masing perlakuan dosis Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair (anakan).

Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l)

Dosis Kalium (g/tan) K0=0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = 0 11.590 10.883 17.650 7.207 11.833 C1 = 1 11.667 13.617 14.883 8.250 12.104 C2 = 1,5 9.527 12.000 13.267 8.617 10.853 C3 = 2 10.983 10.333 17.817 9.667 12.200 Rataan 10.942c 11.708b 15.904a 8.435d 11.747

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(46)

30

Gambar 4. Hubungan antara parameter jumlah anakan dengan dosis pupuk kalium

5. Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Data pengamatan bobot basah umbi per sampel pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 29 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 30. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel.

Bobot basah umbi per sampel pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 5.

(47)

31

Tabel 5. Bobot basah umbi per sampel pada masing-masing perlakuan dosis Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair (g).

Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l)

Dosis Kalium (g/tan) K0=0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = 0 29.417 29.000 34.667 38.887 32.993 C1 = 1 18.967 33.333 50.250 27.260 32.453 C2 = 1,5 27.583 42.500 53.083 37.387 40.138 C3 = 2 25.333 32.417 47.917 40.550 36.554 Rataan 25.325c 34.313b 46.479a 36.021b 35.534

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(48)

32

Gambar 5. Hubungan antara parameter bobot basah umbi per sample dengan dosis pupuk kalium.

6. Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Data pengamatan bobot kering umbi per sampel pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 31 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 32. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel.

Bobot kering umbi per sampel pada perlakuan kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 6.

(49)

33

Tabel 6. Bobot kering umbi per sampel pada masing-masing perlakuan dosis kalium dan konsentrasi pupuk organik cair (g).

Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l)

Dosis Kalium (g/tan) K0=0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = 0 20.833 25.000 30.083 32.710 27.157 C1 = 1 16.333 28.917 44.750 21.593 27.898 C2 = 1,5 24.167 36.833 48.417 29.170 34.647 C3 = 2 22.750 28.417 46.750 31.037 32.238 Rataan 21.021c 29.792b 42.500a 28.628b 30.485

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(50)

34

Gambar 6. Hubungan antara parameter bobot kering umbi per sample dengan dosis pupuk kalium.

Pembahasan

Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pupuk kalium

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan kalium berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel. Sedangkan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun.

Perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2,3,6 dan 7 MST, dimana tinggi tanaman tertinggi pada umur 7 MST terdapat pada perlakuan K2 (45,10

cm) dan terendah pada perlakuan K0 (38,13 cm). Hal ini karena pupuk kalium mengandung

unsur hara yang lebih banyak sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman seperti pertambahan tinggi, sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa pupuk kalium dikenal juga dengan nama Muriate of Potash (MOP) berbentuk kristal yang berwarna merah dan adapula yang berwarna putih kotor.

(51)

35

terendah pada pelakuan K0 yaitu (9,125 siung). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

menyatakan bahwa sebelum umbi bibit bawang merah ditanam, sebaiknya dilakukan pemotongan ujung umbi satu-dua hari sepanjang 1/3-1/4 bagian dari panjang umbi keseluruhan, maka pertumbuhan bibit merata (seragam), umbi cepat tumbuh dan makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil umbinya meningkat. Akan tetapi hati-hati dalam memotongnya, jangan sampai tunas yang ada dalam umbi ikut terpotong.

Perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, dimana jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan K2 yaitu (15,904 anakan) dan terendah pada pelakuan K3

yaitu (8,435 anakan). Perlakuan K2 yang berbeda nyata dengan perlakuan K0, K2, K3. Hal ini

karena unsur hara K sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif, karena pertumbuhan tanaman didominasi pertumbuhan vegetatif sesuai dengan pernyataan Novizan (2005) yang menyatakan bahwa salah satu unsur hara yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman serta meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik adalah kalium.

Perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering , dimana bobot basah tertinggi terdapat pada perlakuan K2 yaitu (46, 479 g) dan terendah pada

pelakuan K0 yaitu (25,325 g). Sedangkan pada bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan

K2 yaitu (42,500 g) dan terendah pada perlakuan K0 (21,021 g). Ini disebabkan oleh fungsi

(52)

36

unsur hara yang dikandung pupuk kalium tersebut secara maksimal. Diduga pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah ditunjang oleh cadangan makanan yang berasal dari umbi bibit dan ketersediaan unsur hara dari dalam tanah.

Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Ini terjadi karena jumlah daun ini ditentukan oleh faktor genetik dari tanaman yang sudah ada atau tidak dapat diubah dengan penambahan unsur N, P, dan K. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1996) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan daun relatif konstan jika tanaman ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang konstan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Lubis, dkk (1988); Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa tanaman itu pada hakekatnya merupakan produk dari hasil genetik dan lingkungan, oleh sifat yang dibawa dalam genetis tanaman telah tertentu jumlahnya. Selain itu jumlah daun ditentukan oleh banyaknya umbi, dimana semakin besar ukuran umbinya yang berarti semakin banyak lapisan umbinya maka jumlah daunnya semakin banyak, karena setiap satu lapisan umbi menghasilkan sebuah daun.

Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pupuk organik cair Santamicro

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Sedangkan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi per sampel.

(53)

37

terhadap peningkatan tinggi tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (1997) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dari penggunaan pupuk daun adalah responnya terhadap tanaman. Sedangkan untuk aplikasi Santamicro yang kedua berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, kemungkinan karena pada saat itu tanaman telah memasuki fase pertumbuhan generatifnya sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman dimanfaatkan oleh tanaman untuk pembentukan umbi.

Perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jumlah daun dipengaruhi oleh penambahan unsur hara N, P, dan K, jumlah daun pada tanaman ini sudah tertentu secara genetik, seperti yang tercantum pada Lampiran 34. Deskripsi Tanaman Bawang Merah, yakni jumlah daun berkisar 14-50 helai. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh berada diantara kisaran tersebut. Pembentukan siung (tunas) pada tanaman ini berkisar antara 2-20 tunas yang akan menjadi tanaman baru, hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa pada setiap umbi dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas yang kemudian tumbuh membesar membentuk rumpun sehingga bila saat panen tiba dapat dihasilkan siung sejumlah tunas tersebut.

(54)

38

dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas yang kemudian tumbuh membesar membentuk rumpun sehingga bila saat panen tiba dapat dihasilkan siung sejumlah tunas tersebut.

Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan. Ini dikarenakan perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi dimana umbi merupakan tempat tumbuhnya tunas ankan baru pada tanaman bawang merah. Hal ini kemungkinan terjadi karena pertumbuhan jumlah anakan dipengaruhi oleh penambahan unsur hara N, P, dan K, jumlah anakan pada tanaman ini mungkin sudah tertentu secara genetik, seperti yang tercantum pada Lampiran 34. Deskripsi Tanaman Bawang Merah, yakni jumlah daun berkisar 14-50 helai dan jumlah anakan 7-12 umbi per rumpun. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh berada diantara kisaran tersebut. Pembentukan siung (tunas) pada tanaman ini berkisar antara 2-20 tunas yang akan menjadi tanaman baru, hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa pada setiap umbi dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas yang kemudian tumbuh membesar membentuk rumpun sehingga bila saat panen tiba dapat dihasilkan siung sejumlah tunas tersebut.

(55)

39

Respon interaksi antara pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamiro terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

Dari hasil pengamatan dan analisa sidik ragam statistik menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini kemungkinan terjadi karena antara pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro tidak saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Respon tanaman bawang merah terbaik dalam penelitian ini terdapat pada perlakuan K2 yaitu 2 g/tanaman dengan tinggi tanaman = 45,10 cm; jumlah umbi per rumpun =

11,98 siung; jumlah anakan = 15,904 anakan; bobot basah umbi per sampel = 46,479 g; bobot kering umbi per sampel = 42,500 g.

2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan pupuk organik cair Santamicro menghasilkan jumlah daun terbanyak pada perlakuan C3 yaitu 2 ml/l/air dengan

jumlah daun sebanyak 31,29 helai.

3. Interkasi antara pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Saran

- Sebaiknya digunakan pupuk kalium 2 g/tanaman dan 2 ml/l/air untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia Pustaka. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal 32. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2008. Produksi Tanaman Sayuran di

Indonesia Periode 2003-2006. Dikutip dari : http//hortikultura.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 18 Juni 2009.

Hasibuan, B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Usu-Press. Medan. Hal 74.

http://www.deptan.go.id. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bima Brebes. Diakses pada tanggal 18 Juni 2009.

juni 2010.

http://www.lablink.or.id. Bawang Merah. Diakses pada tanggal 18 Juni 2009.

http://www.santamicro.wordpress.com., 2009. Santamicro Daun. Diakses pada tanggal 18 Juni 2009.

Diakses pada tanggal 18 Juni 2009.

Lakitan, B. 1996. Fisisologi pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 53.

Leiwakabessy, F.M. 1998. Kesuburan Tanah Pertanian. IPB, Bogor. Hal 55.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 86-87.

Lubis, A.M.; A.G Amrah; A. Munawar; Pulung; M.Y. Nyakpa; G.B Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Lampung University Press, Lampung. Hal 35.

Marsono dan P. Lingga. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 8 dan 13.

Noggle, G.R and G. J. Fritz. 1993. Introductory Plant Physiology. Second Edition. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 627 p.

Novary, E.W. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 171-172.

Novizan. 1997. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal. 31-32, 73-74.

(58)

42

Rahayu, E dan N. Berlian. 1999. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 1-2, 8, 29-30.

Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Hal 15, 18, 30 - 31.

Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Hal 59.

Samadi, B dan Cahyono. 2000. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius, Yogyakarta. Hal 15.

Siemonsma, J.S and K. Pileuk. 1994. Vegetables. Plant Resources of South-East Asia 8, Porsea. Bogor, Indonesia. Hal 67.

Sunarjono, H.H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 134 – 135. Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrika)

Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta. Hal 6,18,27.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Budidaya Tanaman Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya, Bandung. Hal 13.

Tyndall, H.H. 1983. Vegetables In The Tropics. Mc. Millan Company, London. Hal 16. Wibowo, S. 2007. Budidaya Tanaman Pedoman Bertanam Bawang. Bawang Putih, Bawang

(59)

Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman 2 MST

Lampiran 2. tabel sidik ragam 2 MST

(60)

Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman 3 MST

Lampiran 4. Tabel sidik ragam 3 MST.

(61)

Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman 4 MST

Lampiran 6. Tabel sidik ragam 4 MST.

(62)

Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman 5 MST.

Lampiran 8. Tabel sidik ragam 5 MST.

(63)

Lampiran 9. Data Tinggi Tanaman 6 MST.

Lampiran 10. Tabel sidik ragam 6 MST.

(64)

Lampiran 11. Data Tinggi Tanaman 7 MST.

Lampiran 12. Tabel sidik ragam 7 MST.

(65)

Lampiran 13. Data Jumlah Daun 2 MST.

Lampiran 14. Tabel sidik ragam jumlah daun 2 MST.

(66)

Lampiran 15. Data Jumlah Daun 3 MST.

Lampiran 16. Tabel sidik ragam jumlah daun 3 MST.

(67)

Lampiran 17. Data Jumlah Daun 4 MST.

Lampiran 18. Tabel sidik ragam jumlah daun 4 MST.

(68)

Lampiran 19. Data Jumlah Daun 5 MST.

Lampiran 20. Tabel sidik ragam jumlah daun 5 MST.

(69)

Lampiran 21. Data Jumlah Daun 6 MST.

Lampiran 22. Tabel sidik ragam jumlah daun 6 MST.

(70)

Lampiran 23. Data Jumlah Daun 7 MST.

Lampiran 24. Tabel sidik ragam jumlah daun 7 MST.

(71)

Lampiran 25. Data pengamatan jumlah umbi per rumpun (siung) Lampitan 26. Tabel sidik ragam jumlah umbi per rumpun.

(72)

Lampiran 27. Data pangamatan jumlah anakan (anakan) Lampiran 28. Tabel sidik ragam jumlah anakan.

(73)

Lampiran 29. Data pengamatan berat basah umbi per sampel (g) Lampiran 30. Tabel sidik ragam berat basah umbi per sampel.

(74)

Lampiran 31. Data pengamatan berat kering umbi per sampel (g)

Lampiran 32. Tabel sidik ragam berat kering umbi per sampel

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

Lampiran 34. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bima Brebes

Asal : lokal Brebes

Umur : - mulai berbunga 50 hari

- panen (60% batang melemas) 60 hari Tinggi Tanaman : 34,5 cm (25-44 cm)

Kemampuan berbunga (alami) : agak sukar

Banyak anakan : 7-12 umbi per rumpun Bentuk daun : silindris, berlubang Warna daun : hijau

Banyak daun : 14-50 helai Bentuk bunga : seperti payung Warna bunga : putih

Banyak buah/tangkai : 60-100 (83) Banyak bunga/tangkai : 120-160 (143) Banyak tangkai bunga/rumpun : 2-4

Bentuk biji : bulat, gepeng, berkeriput Warna biji : hitam

Bentuk umbi : lonjong bercincin kecil pada leher cakram Warna umbi : merah muda

Produksi umbi : 10, 9 ton per hektar umbi kering Susut bobot umbi (basah-kering) : 21,5%

Ketahanan terhadap penyakit : cukup tahan terhadap busuk umbi (Botrytis allii)

Kepekaan terhadap penyakit : peka terhadap busuk ujung daun (Phytophtora porri) Keterangan : baik untuk dataran rendah

Peneliti :Hedro Sunarjono, Prasodjo, Darliah dan Nasran Horizon Arbain

(80)
(81)

Lampiran 36. Bagan Tanaman per Plot c

a

d

b

Keterangan :

a = Jarak Antar Blok = 50 cm b = Jarak Antar Plot = 30 cm c = Panjang Plot = 100 cm d = Lebar Plot = 100 cm e = Jarak Antar Polibek = 30 cm

(82)

Lampiran 37. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jenis Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan Lahan Penelitian X

Persiapan Media Tanam X

Persiapan Umbi Bibit X

Pemotongan Umbi Bibit X

Penanaman X

Aplikasi Pupuk Kalium X

Aplikasi Pupuk Organik Cair X X X X X X

Pemeliharaan

Pemupukan X X

Penyiraman Disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan

Penyulaman Disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan

Penyiangan Disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan

Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan

Panen X

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm) X X X X X X

Jumlah Daun (helai) X X X X X X

Jumlah Umbi Per Rumpun (siung) X

Jumlah Anakan X

Bobot Basah Umbi Per Rumpun (g) X

(83)
(84)
(85)

Gambar

Tabel 1.  Tinggi Tanaman bawang (cm) pada perlakuan kalium dan pupuk organik cair pada umur 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 MST  Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST)
Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman 7 MST dengan dosis pupuk kalium.
Tabel 2. Jumlah daun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair pada pengamatan 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST)
Gambar 2. Hubungan antara parameter jumlah daun pada pengamatan 7 MST dengan konsentrasi pupuk organik cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, jumlah siung per sampel,

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel, bobot basah

Berdasarkan hasil pengujian sidik ragam bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik berpengaruh terhadap berat umbi basah tanaman sampel bawang merah, namun

Secara statistik pengaruh pemberian bahan organik bokashame dan kalium terhadap berat umbi per plot tanaman bawang merah tidak nyata namun pengaruh bahan organik bokashame dan

Perlakuan pemberian tepung cangkang telur ayam berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 28, 35, 42, dan 49 HST, jumlah umbi per rumpun, berat umbi

Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 dan 4 setelah tanamam tetapi tidak nyata terhadap

Lampiran Tabel 12 Sidik Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Terhadap Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Dosisi Pupuk Kalium Pada Tanaman Umur 42 Hari

Perlakuan pemberian urine kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah siung per sampel, bobot basah umbi per