• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kombinasi Pemberian Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kombinasi Pemberian Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KOMBINASI PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK ORGANIK

CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD ANDRIANTO 070301023

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KOMBINASI PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK ORGANIK

CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD ANDRIANTO 070301023/BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Skripsi : Kombinasi Pemberian Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Nama : Ahmad Andrianto

NIM : 070301023

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Rosita Sipayung, MP Ir. Sanggam Silitonga

Ketua Anggota

Mengetahui

Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc. PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

AHMAD ANDRIANTO: Kombinasi pemberian kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah, di bawah bimbingan ROSITA SIPAYUNG dan SANGGAM SILITONGA.

Pengaruh kombinasi kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu sebuah penelitian telah dilakukan di desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang pada Februari sampai April 2011, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu kascing (30 gr/tanaman, 60 gr/tanaman, 90 gr/tanaman) dan pupuk organik cair (0 ml/l air, 3 ml/l air, 6 ml/l air, 9 ml/l air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, jumlah anakan per rumpun, bobot kering umbi per sampel, susut bobot umbi, bobot umbi per plot, diameter umbi per sampel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kascing berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan per rumpun, dan susut bobot umbi, perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun, susut bobot umbi, dan bobot kering umbi per plot, interaksi perlakuan kascing dan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi kascing 90 gr/tanaman dan pupuk organik cair 6 ml/l air.

(5)

ABSTRACT

AHMAD ANDRIANTO: Combination of giving about vermicompost and liquid organic fertilizer for growth and production of shallot under the guidance of ROSITA SIPAYUNG and SANGGAM SILITONGA.

The combination effects of vermicompost and liquid organic fertilizer on growth and production of shallot have not been reseached enough in this region.Therefore a research had been conducted at Tanjung Selamat’s village, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang in Februari to April 2011, using a factorial randomized block design of two factors that was vermicompost (30 gr/plant, 60 gr/plant, 90 gr/plant) and liquid organic fertlizer (0 ml/l water, 3 ml/l water, 6 ml/l water, 9 ml/l water). The parameters observed were high of plant, leaves number per clump, wet weight per sample, saplings number per clump, dry weight per sample, shrink of bulbs, bulbs weight per plot, bulbs diameter per sample.

The results of research showed that the treatment using vermicompost was influence significantly the parameters of saplings number per clump, and shrink of bulbs, the treatment of liquid organic fertilizer was influence significantly the parameters of leaves number per clump, shrink of bulbs, bulbs weight’s dry per plot, the treatment interaction of the vermicompost and liquid organic fertilizer were influence significantly the parameters of leaves number per clump. The best result was found in the combination of 90 gr/plant vermicompost and 6 ml/l water liquid organic fertilizer

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sei Rokan pada tanggal 24 Mei 1989 putra pertama dari dua bersaudara dari ayahanda Sucipto dan ibunda Azharlely.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negri 1 Lubuk Pakam dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kombinasi Pemberian Kascing dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)“.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda Sucipto dan Ibunda (Alm) Azharlely yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga meyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ir. Rosita Sipayung, MP, dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai masukan dan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seorang wanita tercinta untuk dukungan dan cinta yang diberikan selama ini.

(8)
(9)

Hal

Susut Bobot Umbi per Sampel ... 14

Bobot Kering Umbi per Plot ... 14

Diameter Umbi per Sampel... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Pengolahan Lahan ... 14

Pembuatan Bedengan Dan Saluran Drainase ... 15

Aplikasi Kascing ... 15

Penanaman ... 15

Aplikasi Pupuk Organik Cair ... 15

Penyiraman ... 16

Penyulaman ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Panen ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal 1. Rataan tinggi tanaman pada pemberian kascing dan pupuk

organik cair pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST (cm) ... 19 2. Rataan jumlah daun per rumpun pada pemberian kascing

dan pupuk organik cair pada umur 3 dan 5 MST (helai) ... 20 3. Rataan jumlah anakan per rumpun pada pemberian kascing

dan pupukorganik cair (gr) ... 23 4. Rataan bobot basah umbi per sampel pada pemberian

kascing dan pupuk organik cair (gr) ... 25 5. Rataan bobot kering umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk

organik cair (gr) ... 25 6. Rataan susut bobot umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk

organik cair (%) ... 26 7. Rataan bobot kering umbi per plot pada pemberian kascing

dan pupuk organik cair (gr) ... 29

8. Rataan diameter umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal 1. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun

pada umur 3 MST ... 21

2. Hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada berbagai taraf pemberian kascing pada umur 5 MST ... 22

3. Hubungan dosis kascing dengan jumlah anakan per rumpun ... 24

4. Hubungan dosis kascing dengan susut bobot umbi per sampel ... 27

5. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan susut bobot umbi per sampel ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Jadwal pelaksanaan penelitian ... 41

2. Bagan penelitian ... 42

3. Bagan tanaman dalam plot ... 43

4. Bawang merah varietas kuning ... 44

5. Hasil analisis kascing ... 45

6. Hasil analisis tanah ... 46

7. Data suhu udara dan curah hujan BMKG bulan Februari sampai April 2011 ... 47

8. Data tinggi tanaman 2 MST ... 48

9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST... 48

10.Data tinggi tanaman 3 MST ... 49

11.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST... 49

12.Data tinggi tanaman 4 MST ... 50

13.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST... 50

14.Data tinggi tanaman 5 MST ... 51

15.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST... 51

16.Data jumlah daun 2 MST ... 52

17.Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MST ... 52

18.Data jumlah daun 3 MST ... 53

19.Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST ... 53

(13)

No. Hal

37.Foto persiapan lahan, foto penugalan lubang tanam, foto aplikasi kascing ... 63

38.Foto penanaman bawang merah, foto bawang merah umur 1 HST, foto bawang merah umur 5 MST ... 64

39.Foto bawang merah umur 6 MST, foto lahan penelitian, foto bawang merah pada perlakuan K1P0 ... 65

40.Foto bawang merah pada perlakuan K1P1, foto bawang merah pada perlakuan K1P2, foto bawang merah pada perlakuan K1P3 ………. 66

(14)

No Hal 42.Foto bawang merah pada perlakuan K2P3, foto bawang merah pada

perlakuan K3P0, foto bawang merah pada perlakuan K3P1 ... 68 43. ...

43. Foto bawang merah pada perlakuan K3P2, foto bawang merah pada perlakuan

(15)

ABSTRAK

AHMAD ANDRIANTO: Kombinasi pemberian kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah, di bawah bimbingan ROSITA SIPAYUNG dan SANGGAM SILITONGA.

Pengaruh kombinasi kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu sebuah penelitian telah dilakukan di desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang pada Februari sampai April 2011, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu kascing (30 gr/tanaman, 60 gr/tanaman, 90 gr/tanaman) dan pupuk organik cair (0 ml/l air, 3 ml/l air, 6 ml/l air, 9 ml/l air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, jumlah anakan per rumpun, bobot kering umbi per sampel, susut bobot umbi, bobot umbi per plot, diameter umbi per sampel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kascing berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan per rumpun, dan susut bobot umbi, perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun, susut bobot umbi, dan bobot kering umbi per plot, interaksi perlakuan kascing dan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi kascing 90 gr/tanaman dan pupuk organik cair 6 ml/l air.

(16)

ABSTRACT

AHMAD ANDRIANTO: Combination of giving about vermicompost and liquid organic fertilizer for growth and production of shallot under the guidance of ROSITA SIPAYUNG and SANGGAM SILITONGA.

The combination effects of vermicompost and liquid organic fertilizer on growth and production of shallot have not been reseached enough in this region.Therefore a research had been conducted at Tanjung Selamat’s village, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang in Februari to April 2011, using a factorial randomized block design of two factors that was vermicompost (30 gr/plant, 60 gr/plant, 90 gr/plant) and liquid organic fertlizer (0 ml/l water, 3 ml/l water, 6 ml/l water, 9 ml/l water). The parameters observed were high of plant, leaves number per clump, wet weight per sample, saplings number per clump, dry weight per sample, shrink of bulbs, bulbs weight per plot, bulbs diameter per sample.

The results of research showed that the treatment using vermicompost was influence significantly the parameters of saplings number per clump, and shrink of bulbs, the treatment of liquid organic fertilizer was influence significantly the parameters of leaves number per clump, shrink of bulbs, bulbs weight’s dry per plot, the treatment interaction of the vermicompost and liquid organic fertilizer were influence significantly the parameters of leaves number per clump. The best result was found in the combination of 90 gr/plant vermicompost and 6 ml/l water liquid organic fertilizer

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Selatan yaitu di daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina. Negara-negara di Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol, mengenal bawang merah pada abad ke delapan. Dari Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol, bawang merah menyebar hingga kedaratan Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Penyebaran ini tampaknya berhubungan dengan pemburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke wilayah timur jauh yang kemudian berlanjut dengan pendudukan Kolonial di wilayah Indonesia (Rahayu danBerlian, 2004).

Bawang merah adalah salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).

(18)

produksi bawang menurun merah dari 119,74 Kw/Ha pada tahun 2004 menjadi 91,40 Kw/Ha pada tahun 2007 (BPS, 2008). Sementara itu kebutuhan domestik untuk komoditi bawang merah pada tahun 2010 mencapai 976.284 ton (Deptan, 2007). Analisis data ekspor-impor 2003-2008 mengindikasikan bahwa selama periode tersebut Indonesia adalah net impoerter bawang merah, karena volume ekspor untuk komoditas ini secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volume impornya (Hortikultura, 2010). Berdasarkan data FAO (2010), negara penghasil bawang merah terbanyak di dunia adalah China, India, Amerika, dan Pakistan.

Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, Sumatera Utara mengimpor komoditi ini dari negara India, Pakistan, dan China (Hariansib, 2010). Berdasarkan data tersebut, komoditi ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.

Penggunaan pupuk anorganik yang telah berlangsung lebih dari tiga puluh tahun secara intensif telah menyebabkan kerusakan struktur tanah, soil sickness

(tanah sakit) dan soil fatigue (kelelahan tanah) serta inefisiensi penggunaan pupuk anorganik. Untuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik adalah melalui pengembangan penggunaan pupuk organik secara berimbang. Namun hingga tahun 2010 penggunaan pupuk organik masih rendah. Rendahnya penggunaan pupuk organik yang dimaksud antara lain karena daya beli, tingkat kesadaran, serta keyakinan petani terhadap manfaat penggunaan pupuk organik yang masih rendah (Suswono, 2010).

(19)

perkembangan tanaman. Kascing mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya dapat memeperbaiki sifat fisik biologi, dan kimia tanah (Prasetyo,2010).

Pupuk organik cair memilki kelebihan yaitu, meningkatkan ketesediaan unsur hara makro dan mikro untuk tanaman, memperbaiki aktivitas biologi , sifat fisik dan kimia, serta ekologi tanah, dapat menekan aktivitas patogen penyebab penyakit tanaman (Deptan, 2007).

Bahan dan pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerase tanah, dan suhu tanah. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Simanungkalit dkk, 2006).

Oleh karena itu, penulis tertarik melaksanakan penelitian mengenai pengaruh kompos dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).

Tujuan Penelitian

Untuk menguji respons pertumbuhan dan produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap kascing dan pupuk organik cair.

Hipotesis Penelitian

(20)

Kegunaan Penelitian

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Bawang Merah

Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).

Batang tanaman merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Di bawah batang semu tersebut terdapat tangkai daun yang menebal, lunak, dan berdaging yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.

Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15-40 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Suparman, 2010)

(22)

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).

Syarat Tumbuh

Iklim

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara 250C-320C. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam.

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007).

Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Disamping itu hendaknya dipilih tanah yang subur dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu.

(23)

6,0-6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007).

Pupuk Kascing

Sumbangan bahan organik akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia serta biologi tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan sulfur bagi tanaman (Sarief, 1985).

Kascing adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik, kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Pasalnya, bahan yang akan diurai oleh jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh cacing. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal dengan istilah vermi-composting. Sementara hasil akhirnya disebut kascing (Agromedia, 2007).

Kascing mengandung berbagai bahan atau komponen yang bersifat biologis maupun kimiawi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Adapun komponen biologis yang terkandung dalam kascing diantaranya adalah hormon pengatur tumbuh seperti giberelin, sitokinin, dan auksin. Selain itu, kascing bersifat netral dengan dengan nilai pH 6,5-7,4 (Palungkun, 2008).

(24)

memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan parameter kualitas tanah meliputi rasio C/N, kapasitas tukar kation, dan kejenuhan basa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi kascing (Sartika, 2008).

Pemberian kompos dengan dosis 10 ton/ha pada tanaman jagung memberikan respons yang nyata pada paremeter tinggi tanaman dan diameter batang (Muhsanati dkk, 2008). Menurut Kastono (2005), pemberian kompos 10 ton/ha pada tanaman kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah cabang yang produktif, dan tinggi tanaman. Sementara itu Susila (2006), merekomendasikan pemberian kompos sebanyak 5-10 ton/ha pada lahan budidaya tanaman bawang merah.

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk cairan yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Suriadikarta dan Diah, 2010).

Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama 4 bulan. Pupuk organik cair dapat membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000).

(25)

berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk, terutama tidak perlu terlalu lama. Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai dan diserap oleh permukaan daun. Jika ada campuran pupuk dan air masih terdapat endapan, bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman, bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Novizan, 2005).

Menurut Parman (2007), pupuk organik cair pada konsentrasi 4 ml/l memberikan hasil yang signifikan terhadap jumlah daun, diameter umbi, berat basah tanaman dan berat basah umbi kentang. Selain itu, pupuk organik cair yang diaplikasikan pada tanaman jagung juga memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, umur panen, diameter tongkol, berat tongkol, dan panjang tongkol, serta berbeda sangat nyata terhadap produksi tongkol (Rahmi dan Jumiati, 2007).

(26)

Elang Biru berfungsi ganda selain dapat memberikan unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan tanaman, sebagai zat perangsang tumbuh (ZPT), juga berfungsi sebagai pembenah tanah karena mengandung senyawa organik dan mikroba yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pupuk ini bermanfaat untuk semua tanaman dan dapat diaplikasikan ke permukaan tanah maupun tanaman, serta sangat ramah lingkungan. Komposisi dari pupuk organik cair Elang Biru ini adalah: Unsur hara makro yaitu, C organik 4,83 %, P2O5 186

ppm, K2O 1259 ppm, N < 2%. Unsur hara mikro yaitu, Fe 13 ppm, Mn 2 ppm, Zn

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian + 30 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Februari sampai April 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih bawang merah varietas kuning, kascing, pupuk organik cair Elang Biru, insektisida Blue-V, fungisida Fugstop-P, dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan, pacak sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Kascing (K) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : K1 = 30 gr kascing/tanaman

K2 = 60 gr kascing/tanaman

K3 = 90 gr kascing/tanaman

Faktor II : Pupuk organik cair Elang Biru (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : P0 = Tidak diberikan pupuk organik cair

P1 = 3 ml/l air (untuk satu kali aplikasi)

(28)

P3 = 9 ml/l air (untuk satu kali aplikasi)

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu : K1P0 K2P0 K3P0

K1P1 K2P1 K3P1

K1P2 K2P2 K3P2

K1P3 K2P3 K3P3

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan Jumlah plot : 36 plot

Ukuran plot : 100 cm x 100 cm Jarak antar plot : 20 cm

Jarak antar blok : 40 cm Jumlah tanaman/plot : 35

Jumlah tanaman seluruhnya : 1260 tanaman Jumlah sampel/plot : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3,4

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan kascing (K) taraf ke-j

dan pemberian pupuk organik cair (P) pada taraf ke-k

(29)

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek pemberian kascing pada taraf ke-j

βk : Efek pemberian pupuk organik cair pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara pemberian kascing taraf ke-j dan pemberian pupuk

organik cair taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, pemberian kascing ke-j dan pemberian pupuk organik cair ke-k

Terhadap sidik ragam yang nyata, dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Rata – Rata Duncant Berjarak Ganda dengan taraf 5 % (Bangun, 1991).

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke ujung daun. Tinggi tanaman diukur mulai 2 MST sampai 5 MST, dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah daun per rumpun (helai)

Dihitung jumlah daun yang telah membuka dalam satu rumpun, dihitung mulai 2 MST sampai 5 MST, dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah anakan per rumpun (anakan)

(30)

Bobot basah umbi per sampel (gr)

Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong ± 1cm dari umbi.

Bobot kering umbi per sampel (gr)

Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dikering anginkan selama 2 minggu.

Susut bobot umbi (%)

Susut bobot umbi dihitung dengan rumus SB = x 100%

Dimana: SB = Susut bobot umbi (%) BK= Berat kering umbi (gr) BB= Berat basah umbi (gr)

Bobot kering umbi per plot (gr)

Bobot kering umbi per plot dihitung dengan cara menimbang seluruh umbi dalam satu plot setelah dikering anginkan selama 2 minggu.

Diameter umbi per sampel (cm)

Diamater umbi per sampel diukur setelah dikering anginkan selama 2 minggu. Diameter umbi dihitung dengan menggunakan alat jangka sorong.

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan lahan

Sebelum lahan diolah, areal dibersihkan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah.

(31)

Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihkan lahan dari rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot.

Pembuatan bedengan dan saluran drainase

Bedengan dibuat membujur searah utara-selatan, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran 100 cm x 100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 40 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan dengan lebar 50 cm.

Aplikasi kascing

Pupuk kascing diaplikasikan pada saat 1 minggu sebelum tanam. Kascing diberikan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Aplikasi dilakukan dengan cara mengaduk pupuk kascing sedalam 15-20 cm pada media tanam yang telah diolah.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu ditentukan jarak tanam 20 cm x 15 cm (Sumarni dan Hidayat, 2005), kemudian dibuat lubang tanam. Umbi yang akan digunakan pada penelitian adalah umbi yang memiliki berat yang seragam antara 5-10 gr. Sebelum ditanam, umbi dipotong seperempat bagian. Penanaman dilakukan dengan cara umbi dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan gerakan seperti memutar sekrup agar umbi benar-benar merekat pada media tanam dan tidak merusak akar yang masih ada, sampai ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah.

Aplikasi pupuk organik cair

(32)

air untuk satu kali aplikasi dilakukan dengan menyemprotkannya secara merata pada tanaman dengan volume semprot 100 ml per tanaman, setelah dikalibrasi terlebih dahulu.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari sesuai dengan kapasitas lapang. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah. Pada waktu pembentukan umbi, interval penyiraman dikurangi untuk mencegah umbi tidak busuk.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan bibit cadangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif dengan pestisida

nabati. Pengendalian hama dilakukan dengan insektisida Blue-V. Pengendalian

penyakit dilakukan dengan fungisida Fugstop-P. Penyemprotan insektisida dan

fungisida dilakukan ketika tanaman menunjukkan gejala serangan dengan konsentrasi

(33)

Panen

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa pemberian kascing berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan per rumpun dan susut bobot umbi per sampel. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot, dan diameter umbi per sampel. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun pada 3 MST, susut bobot umbi per sampel, dan bobot kering umbi per plot. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun pada 2, 4, dan 5 MST, jumlah anakan per rumpun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, dan diameter umbi per sampel. Interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun pada umur 5 MST. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun pada 2, 3 dan 4 MST, bobot basah umbi per sampel, jumlah anakan per rumpun, bobot kering umbi per sampel. susut bobot umbi per sampel, bobot kering umbi per plot, dan diameter umbi per sampel.

Tinggi tanaman

(35)

pemberian kascing dan pupuk organik cair pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST (cm) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada pemberian kascing dan pupuk organik cair pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST (cm)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

(36)

Tabel 2. Rataan jumlah daun per rumpun pada pemberian kascing dan pupuk organik cair pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST (helai)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun per rumpun tertinggi pada umur 3 MST terdapat pada perlakuan P3 (20,82 helai), berbeda nyata dengan P0 (17,91 helai), P1 (17,82 helai), dan P2 (17,36 helai)

(37)

Gambar 1. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun pada umur 3 MST

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun pada umur 3 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik minimum, dengan titik minimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan dosis 5,37 ml/l air (17,16 helai).

Pada umur 5 MST interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair pada bawang merah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun per rumpun. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun per rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan K3P2 (21,80 helai), berbeda nyata dengan K1P1 (15,47 helai), K1P2 (12,33 helai), K2P0 (15,40 helai), K2P2 (16,40 helai), K3P0 (16,60 helai), dan K3P1 (15,33 helai). Tetapi berbeda tidak nyata dengan K1P3 (19,20 helai), K2P1 (16,87 helai), K2P3 (17,93 helai), dan K3P3 (19,67 helai).

Hubungan interakasi kascing dan pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun pada umur 5 MST dapat dilihat pada gambar 2.

Ŷ = 20,85 - 3,612x + 0,887x2

R² = 0,877aaaaaaaaaaaaaaaaaa

X min = 5,37aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

16,00

Dosis pupuk organik cair (ml/l air) y

(38)

Gambar 2. Hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun pada berbagai taraf pemberian kascing pada umur 5 MST

Gambar 2 menunjukkan hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada taraf pemberian kascing 30 gr/tanaman pada umur 5 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik minimum, dengan titik minimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan dosis 5,21 ml/l air (13,36 helai).

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada taraf pemberian kascing 60 gr/tanaman pada umur 5 MST menunjukkan hubungan kurva linear, dimana interaksi pemberian kascing sampai pada taraf 90 gr/tanaman dan pupuk organik cair sampai pada taraf 9 ml/l air dapat meningkatkan jumlah daun per rumpun.

Dari Gambar 2 juga dapat diketahui bahwa hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada taraf pemberian kascing 90 gr/tanaman pada umur 5 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum, dengan titik

Ŷ = 25,34 - 9,952x + 2,067x2

R² = 0,721 aaaaaaaaaaaaaaaaa

X min = 5,21 aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Ŷ = 0,712x + 14,87aaaa

r = 0,765 aaaaaaaaaaa

Ŷ = -0.215x2 + 2.643x + 13.35

R² = 0.483 aaaaaaaaaaaaaaaaaa

X max = 8,91 aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

10

Dosis pupuk organik cair (ml/l air)

K2 = 60 gr/tanaman

K3 = 90 gr/tanaman y

(39)

maksimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan dosis 8,91 ml/l air (21,48 helai).

Jumlah anakan per rumpun (anakan)

Data pengamatan jumlah anakan per rumpun dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25. Dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan per rumpun. Tetapi pemberian pupuk organik cair dan interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan per rumpun. Rataan jumlah anakan per rumpun pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah anakan per rumpun pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan jumlah anakan per rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (4,03 anakan), berbeda nyata dengan K1 (3,20 anakan), tetapi berbeda tidak nyata dengan K1 (3,58 anakan)

(40)

Gambar 3. Hubungan dosis kascing dengan jumlah anakan per rumpun

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa hubungan dosis kascing dengan jumlah anakan per rumpun menunjukkan hubungan kurva linear, dimana pemberian kascing sampai pada taraf 90 gr/tanaman dapat meningkatkan jumlah anakan.

Bobot basah umbi per sampel (gr)

Data pengamatan bobot basah umbi per sampel dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27. Dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian kascing, pupuk organik cair, dan interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel. Rataan bobot basah umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr) dapat dilihat pada Tabel 3.

(41)

Tabel 4. Rataan bobot basah umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

Bobot kering umbi per sampel (gr)

Data pengamatan bobot kering umbi per sampel dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian kascing, pupuk organik cair, dan interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel. Rataan bobot kering umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot kering umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

Susut bobot umbi per sampel(%)

(42)

cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter susut umbi per sampel. Rataan susut bobot umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (%) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan susut bobot umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (%)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan P0 P1 P2 P3

K1(30) 10,47 9,97 18,96 18,33 14,43 a K2(60) 19,75 14,98 17,61 23,62 18,99 b K3(90) 15,92 5,21 11,82 15,19 12,03 a Rataan 15,38 b 10,05 a 16,13 b 19,04 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari tabel 6 dapat kita bahwa pemberian kascing berpengaruh nyata terhadap parameter susut bobot umbi per sampel. Pemberian kascing dengan susut bobot umbi tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (18,99%) berbeda nyata dengan K1 (14,43%), dan K3 (12,03%).

(43)

Gambar 4. Hubungan dosis kascing dengan susut bobot umbi per sampel Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa hubungan dosis kascing dengan susut bobot umbi per sampel menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum dengan titik maksimum dihasilkan pada pemberian kascing dengan taraf 57 gr/tanaman (19,02%).

Tabel 6 juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter susut bobot umbi per sampel. Pemberian pupuk organik cair dengan susut bobot umbi tertinggi terdapat pada perlakuan P3(19,04%) berbeda nyata dengan P1 (10,05%), tetapi berbeda tidak nyata dengan P2 (16,13%), dan P0(15,38%).

Hubungan pupuk organik cair dengan susut bobot umbi per sampel dapat dilihat pada gambar 5.

Ŷ = -1,637 + 21,82x - 5,756x2

R² = 1aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

X max = 57 aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

(44)

Gambar 5. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan susut bobot umbi per sampel

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa hubungan dosis pupuk organik cair dengan susut bobot umbi per sampel menunjukkan hubungan kurva kuadratik minimum, dengan titik minimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan taraf 4,68 ml/l air (12,22%).

Bobot kering umbi per plot (gr)

Data pengamatan bobot kering umbi per plot dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 33. Dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering umbi per plot. Tetapi pemberian kascing dan interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel. Rataan bobot kering umbi per plot pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr) dapat dilihat pada Tabel 7.

Ŷ = 21,18 - 8,594x + 2,060x2

R² = 0,747aaaaaaaaaaaaaaaaa

X min = 4,68 aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

6,00

Dosis pupuk organik cair (ml/l air) y

(45)

Tabel 7. Rataan bobot kering umbi per plot pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (gr)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari tabel 7 dapat kita bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering umbi per plot. Pemberian pupuk organik cair dengan bobot kering umbi per plot tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (300,59 gr), berbeda nyata P0 (161,10 gr), dan P1 (199,80 gr), tetapi berbeda tidak nyata dengan P3 (225,53 gr).

Hubungan pupuk organik cair dengan bobot kering umbi per plot dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan bobot kering umbi per plot

Ŷ = 0.11+ 178.0x - 29.62x2

R² = 0.715aaaaaaaaaaaaaaa

X max = 6,44 aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

50

Dosis pupuk organik cair (ml/l air) y

(46)

Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa hubungan dosis pupuk organik cair dengan bobot kering umbi per plot menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum, dengan titik maksimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan taraf 6,44 ml/l air (267,31 gr).

Diameter umbi per sampel(cm)

Data pengamatan diameter umbi per sampel dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 34 dan 35. Dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi per sampel. Interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair juga berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter umbi per sampel. Data diameter umbi per sampel dari pemberian kascing dan pupuk organik cair yang diuji dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan diameter umbi per sampel pada pemberian kascing dan pupuk organik cair (cm)

Kascing (gr)

Pupuk Organik Cair (ml/l air)

Rataan

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Pemberian Kascing

(47)

rumpun dan susut bobot umbi per sampel. Dosis pemberian kascing terbaik dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa hubungan dosis kascing dengan jumlah anakan per rumpun menunjukkan hubungan kurva linear, dimana pemberian kascing sampai pada taraf 90 gr/tanaman dapat meningkatkan jumlah anakan.

Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa hubungan dosis kascing dengan susut bobot umbi per sampel menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum dengan titik maksimum dihasilkan pada pemberian kascing dengan taraf 57 gr/tanaman (19,02%).

Dari data-data tersebut menunjukkan bahwa pemberian pemberian kascing dapat meningkatkan jumlah anakan per rumpun. Hal ini disebabkan keadaan lingkungan di sekitar tanaman menjadi optimal untuk perkembangan bawang merah. Keadaan lingkungan yang dimaksud adalah perbaikan aerase dan draenase berupa ruang pori tanah menjadi lebih renggang, sehingga kondisi perakaran memungkinkan serapan hara secara optimal yang berbengaruh langsung terhadap proses pertumbuhan tanaman termasuk pertambahan jumlah anakan bawang merah yang signifikan.

(48)

mineral. Prasetyo (2010) juga menyatakan bahwa kascing mempunyai beberapa kelebihan, yaitu memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah.

Pemberian kascing juga berpengaruh nyata terhadap parameter susut bobot umbi per sampel. Hal ini disebabkan kascing sebagai penyedia hara memiliki kemampuan meningkatkan bobot kering tanaman. Peningkatan bobot kering yang irreversible pada bawang merah menyebabkan angka susut bobot umbi dapat ditekan padadosis 90 g/tanaman. Hal ini didukung oleh Krishnawati (2003) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kascing dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan berat kering tanaman.

Pemberian kascing berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot, serta diameter umbi per sampel. Berdasarkan hasil analisis, kascing yang digunakan pada penelitian ini mengandung unsur hara yang sangat rendah, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi tidak optimal. Pertumbuhan tanaman akan terhambat jika kebutuhan minimal hara yang diperlukan tidak tercukupi (Damanik dkk, 2011).

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Pemberian Pupuk Organik Cair

(49)

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun pada umur 3 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik minimum, dengan titik minimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan dosis 5,37 ml/l air (17,16 helai).

Hal ini disebabkan oleh unsur hara yang terdapat pada pupuk organik cair dapat memenuhi pertumbuhan vegetatif tanaman salah satunya adalah jumlah daun. Hal ini sesuai dengan literatur Rizqiani dkk (2007) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, selain itu juga mudah larut dalam air sehingga cepat diserap oleh tanaman. Parman (2007) juga menyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat memberikan hasil yang signifikan terhadap jumlah daun.

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa hubungan dosis pupuk organik cair dengan susut bobot umbi per sampel menunjukkan hubungan kurva kuadratik minimum, dengan titik minimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan taraf 4,68 ml/l air (12,22%).

(50)

Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa hubungan dosis pupuk organik cair dengan bobot kering umbi per plot menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum, dengan titik maksimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan taraf 6,44 ml/l air (267,31 gr).

Hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik cair pada pemberian dosis 6,44 ml/l air dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap dalam keadaan tersedia bagi tanaman, dengan begitu tanaman dapat langsung menggunakannya dalam proses fotosintesis. Salah satu produk fotosintesis berupa cadangan makanan dalam bentuk pati yang disimpan di umbi bawang merah (Salisbury, 1995). Simanungkalit, dkk (2006) menyatakan bahwa pupuk organik pada dosis 5-7 ml/l air sangat bermanfaat bagi peningkatan pertanian baik kualitas maupun kuantitas.

Pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun pada 2, 4, dan 5 MST, jumlah anakan per rumpun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, dan diameter umbi per sampel.

(51)

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Pemberian Kascing dan Pupuk Organik Cair

Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair pada berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun per rumpun pada 5 MST.

Gambar 2 menunjukkan hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada taraf pemberian kascing 30 gr/tanaman pada umur 5 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik minimum, dengan titik minimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan dosis 5,21 ml/l air (13,36 helai).

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada taraf pemberian kascing 60 gr/tanaman pada umur 5 MST menunjukkan hubungan kurva linear, dimana interaksi pemberian kascing sampai pada taraf 90 gr/tanaman dan pupuk organik cair sampai pada taraf 9 ml/l air dapat meningkatkan jumlah daun per rumpun..

Dari Gambar 2 juga dapat diketahui bahwa hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun pada taraf pemberian kascing 90 gr/tanaman pada umur 5 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum, dengan titik maksimum dihasilkan pada pemberian pupuk organik cair dengan dosis 8,91 ml/l air (21,48 helai).

(52)

Pemberian pupuk organik cair mampu menyumbangkan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan, karena pupuk ini mengandung unsur hara makro dan mikro. Hal ini didukukung oleh Silvina dan Syafrinal (2008) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

- Pemberian kascing sampai pada taraf 90 gr/tanaman dapat meningkatkan

jumlah per rumpu, dan susut bobot umbi dengan perlakuan terbaik pada K3 (90 gr/tanaman) yaitu 12,03%.

- Pemberian pupuk organik cair dengan perlakuan terbaik pada parameter jumlah daun per rumpun 3 MST adalah pada P3 (9 ml/l air) yaitu 20,82 helai, susut bobot umbi dengan perlakuan terbaik pada P1 (3 ml/ l air) yaitu

10,05%, dan bobot umbi per plot dengan perlakuan terbaik pada P2 (6 ml/ l air) yaitu 305,33 gr.

- Interaksi pemberian kascing dan pupuk organik cair dengan perlakuan terbaik pada parameter jumlah daun per rumpun pada 5 MST adalah pada K3P2 (90 gr/tanaman dan 6 ml/l air) yaitu 21,80 helai.

Saran

(54)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Agromedia. 2007. Petuniuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Bangun, M.K. 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Barker, AV., David, J.P. 2007. Handbook of Plant Nutrition. CRC Press. Boca Raton.

BPS. 2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. BPS Sumatera Utara. Medan. Damanik, MMB., B.E Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, Hamidah Hanum. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan. Deptan. 2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang

Merah. Departemen Pertanian. Bogor. htpp://www.litbang.deptan.go.id

[10 Juli 2010].

Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. FAO. 2010. Top Production – Onions, dry

[3 November 2010].

Goatley, M. and Kevin Hensler. Urban Nutrient Management Handbook. Virginia Cooperative Extension. Virginia.

Hakim, Nurhajati., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.

Hariansib. 2010. Sumut Pasok Bawang Merah dari Brebes dan India.

[3 November 2010].

Hochmuth , G.J. 2008. Fertilizer Management for Greenhouse Vegetables-Florida Greenhouse Vegetable Production Handbook. University of Florida. Florida.

Hortikultura. 2010. Statistik Ekspor Impor. Direktorat Jenderal pertanian. Jakarta

Selat

(55)

Irawan, Daniel. 2010. Bawang Merah dan Pestisida. Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Medan. http://www.bahanpang.sumutprov.go.id [16 November 2010].

Islami, T. dan Wani Hadi. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Kastono, Dody. 2005. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhadap Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata). Ilmu Pertanian Vol.12 No.2.

Krishnawati, Desiree. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kentang. Kappa (2003) Vol.4(1): 9 – 12.

Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.

Muhsanti, A. Syarif, S. Rahayu. 2008. Pengaruh Beberapa Takaran Kompos Tithonia Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata). Jerami Volume I No. 2.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Palungkun, Rony. 2008. Sukses Beternak Cacing Tanah. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Parman, Sarjana. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Tertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2.

Pitojo, Setijo. 2003. Benih Bawang Merah. Kansius. Yogyakarta.

Prasetyo, Hadi. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Skripsi UMM. Malang.

Rizqiani, NF., E. Ambarwati, N.W. Yuwono. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan 7: 43 – 53.

(56)

Rahmi, A dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Agritrop 26 (3): 105 – 109.

Rukmana, R. 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.

Salibury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Penerbit ITB. Bandung.

Sang Hyang Seri, PT. 2010. Elang Biru. PT. Sang Hyang Seri. Tanjung Morawa. Sarief, E. Saifuddin. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka

Buana. Bandung.

Sartika, Yuliana. 2008. Kajian Macam Bahan Baku dan Dosis Kascing Nabati Terhadap Parameter Kualitas Tanah dan Pertumbuhan Kailan. Universitas Jember. Jember. http://digilib.unej.ac.id [10 November 2010]. Silvina, Fetmi dan Syafrinal. 2008. Penggunaan Berbagai Medium Tanam dan

Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan dan Produksi Mentimun Jepang (Cucumis Sativus) Secara Hidroponik. Sagu 7:7 – 12. Simanungkalit, RDM., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini,

dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Sitompul, S.M. dan Bambang Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumarni, N. dan Achmad Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jakarta Selatan.

Suparman. 2010. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.

Suriadikarta, A.D. dan Diah Setyorini. 2010. Baku Mutu Pupuk Organik. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

[16 November 2010].

Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suswono. 2010.Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pedoman Umum Bantuan Langsung Pupuk Tahun Anggaran 2010. Departemen Pertanian.

Jakart

(57)

Lampiran 1. Jadwal pelaksanaan penelitian

NO. KEGIATAN MINGGU

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Pengolahan lahan X

2 Pembuatan bedengan dan saluran drainase X 3 Aplikasi kascing X

9 Pengendalian hama dan

penyakit X X X X X X X

(58)
(59)

Lampiran 3. Bagan tanaman dalam plot

c

c

Keterangan:

a : Jarak tanaman dari pinggir plot (5 cm dan 10 cm) b : Jarak antar tanaman (20 cm x 15 cm)

c : Ukuran plot (100 cm x 100 cm) a

X X X X X X X a b

X X X X X X X

b

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

Lampiran 8. Data tinggi tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST

(66)

Lampiran 10. Data tinggi tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

(67)

Lampiran 12. Data tinggi tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 13. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

(68)

Lampiran 14. Data tinggi tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 15. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST

(69)

Lampiran 16. Data jumlah daun 2 MST (daun)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 17. Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MST

(70)

Lampiran 18. Data jumlah daun 3 MST (daun)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 19. Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST

(71)

Lampiran 20. Data jumlah daun 4 MST (daun)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 21. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST

(72)

Lampiran 22. Data jumlah daun 5 MST (daun)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 23. Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MST

(73)

Lampiran 24. Data jumlah anakan per rumpun (anakan)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 25. Daftar sidik ragam jumlah anakan per rumpun

(74)

Lampiran 26. Data bobot basah umbi per sampel (gr)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 27. Daftar sidik ragam bobot basah umbi per sampel

(75)

Lampiran 28. Data bobot kering umbi per sampel (gr)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 29. Daftar sidik ragam bobot kering umbi per sampel

(76)

Lampiran 30. Data susut bobot umbi per sampel(%)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 31. Daftar sidik ragam susut bobot umbi per sampel

(77)

Lampiran 32. Data bobot kering umbi per plot (gr)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 33. Daftar sidik ragam bobot kering umbi per plot

(78)

Lampiran 34. Data diameter umbi (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

Lampiran 35. Daftar sidik ragam diameter umbi

(79)
(80)

Lampiran 37. Foto persiapan lahan, foto penugalan lubang tanam, foto aplikasi kascing

Foto persiapan lahan

Foto penugalan lubang tanam

(81)

Lampiran 38. Foto penanaman bawang merah, foto bawang merah umur 1 HST, foto bawang merah umur 5 MST

Foto penanaman bawang merah

Foto bawang merah umur 1 HST

(82)

Lampiran 39. Foto bawang merah umur 6 MST, foto lahan penelitian, foto bawang merah pada perlakuan K1P0

Foto bawang merah umur 6 MST

Foto lahan penelitian

(83)

Lampiran 40.Foto bawang merah pada perlakuan K1P1, foto bawang merah pada perlakuan K1P2, foto bawang merah pada perlakuan K1P3

Foto bawang merah pada perlakuan K1P1

Foto bawang merah pada perlakuan K1P2

(84)

Lampiran 41. Foto bawang merah pada perlakuan K2P0, foto bawang merah pada perlakuan K2P1, foto bawang merah pada perlakuan K2P2

Foto bawang merah pada perlakuan K2P0

Foto bawang merah pada perlakuan K2P1

(85)

Lampiran 42. Foto bawang merah pada perlakuan K2P3, foto bawang merah pada perlakuan K3P0, foto bawang merah pada perlakuan K3P1

Foto bawang merah pada perlakuan K2P3

Foto bawang merah pada perlakuan K3P0

(86)

Lampiran 43. Foto bawang merah pada perlakuan K3P2, foto bawang merah pada perlakuan K3P3

Foto bawang merah pada perlakuan K3P2

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada pemberian kascing dan pupuk organik cair    pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST (cm)
Tabel 2. Rataan jumlah daun per rumpun pada pemberian kascing dan pupuk     organik cair pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST (helai)
Gambar 1. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun         pada umur 3 MST
Gambar 2. Hubungan pupuk organik cair dengan jumlah daun per rumpun pada        berbagai taraf pemberian kascing pada umur 5 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semangat semacam inilah yang hendak dilakukan Muhammad Syahrur, seorang pemikir kontemporer dari Arab-Syiria, yang mencoba “menawarkan” metodologi baru dengan teori batas

Manfaat ilmu akhlaq: (a) Ilmu akhlaq dapat menyinari orang dalam rnemecalikan kesulitan-kesulitan rutin yang dihadapi manusia dalam kehidupan schari-hari yang berkaitan

matakuliah eksperimen fisika. Berdasarkan data hasil praktikalitas pada Tabel 5 diketahui bahwa video tutorial pada matakuliah eksperimen fisika sangat praktis

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PROYEK PERUMAHAN DENGAN CARA CRASH PROGRAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (STUDI LOKASI PERUMAHAN MUTIARA GRAHA AGUNG..

• Data yang digunakan untuk penskalaan merupakan data yang diperoleh dari kelompok subyek atau responden yang menjawab item... Tahapan Menentukan Skor Respon

Masyarakat yang gemar mengoleksi buku-buku komik tokoh. Strategi Desain Visual.. Konsep visual yang akan ditampilkan dalam cerita komik ini adalah menampilkan realita

Kitab hadis digital ini dapat digunakan sebagai media dan sumber belajar untuk menelusuri asal-usul sebuah hadis, memahami makna sebuah hadis, jalur periwayatan hadis