RESPON MASYARAKAT TERHADAP SANITASI MELALUI SEPTICTANK RAMAH LINGKUNGAN DAMPINGAN LEMBAGA
PELAYANAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA (YAKMI) DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN
DELI KOTA MEDAN
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh :
AMMAR YUSUF NASUTION 110902050
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AMMAR YUSUF NASUTION 110902050
ABSTRAK
RESPON MASYARAKAT TERHADAP SANITASI MELALUI SEPTICTANK RAMAH LINGKUNGAN DAMPINGAN LEMBAGA
PELAYANAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA (YAKMI) DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN
DELI KOTA MEDAN
Dalam kehidupan sekarang banyak sekali masyarakat yang tidak menerapkan hidup sehat. Hal tersebut bisa disebabkan karena masyarakat Indonesia yang tidak mengerti bagaimana menerapkan hidup sehat atau bahkan ada yang mengerti tetapi tidak menerapkannya karena suatu alasan tertentu, misalnya masalah ekonomi keluarga. Dalam rangka penerapan hidup sehat maka salah satu aspek penting nya adalah peningkatan sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan. Dalam rangka upaya peningkatan sanitasi lingkungan USAID bekerja sama dengan Lembaga YAKMI melaksanakan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di 5 kelurahan di Kota Medan.
Penelitian ini dilakukan di wilayah dampingan YAKMI, yaitu di Kelurahan Kota Bangun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari kuesioner dan wawancara. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis deskritif dengan pendekatan kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dampingan YAKMI di Kota Bangun memiliki respon positif terhadap program sanitasi lingkungan, yakni berupa pembangunan septictank ramah lingkungan. Respon masyarakat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi terhadap program. Program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan ini sangat membantu masyarakat baik dari segi manfaat dan materi karena mendapatkan subsidi sebesar 2,5 juta rupiah.
THE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE THE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
AMMAR YUSUF NASUTION 110902050
ABSTRACT
RESPONSE OF THE COMMUNITY FOR SANITATION THROUGH SEPTICTANK ENVIRONMETALLY FRIENDLY SERVICE INSTITUTIONS COOPERATE COMMUNITY WELFARE INDONESIA
(YAKMI) IN URBAN VILLAGE KOTA BANGUN SUB-DISTRICT MEDAN DELI CITY OF MEDAN
In the life of now a lot of community members who do not apply healthy life .It can because of an indonesian society do not understand how apply healthy life or in some cases understand but not apply it for a reason certain , for example economic problems family .In order to the application of healthy life then one of important aspect his is improving environmental sanitation . Environmental sanitation is status health a neighborhood includes housing , development , sewage , clean water supply , and .In a bid to improve sanitation in environment usaid work together with lembaga yakmi implement the program development assistance septictank environmentally friendly for low income resident in 5 urban villages in the city of medan.
The research was conducted in YAKMI assisted area, namely at the urban village Kota Bangun.This research in a research descriptive namely research who describes or described objects and its phenomena study.To obtain the necessary data, researchers used data collection study technique literature and a field study consisting of the questionnaire and interview.In doing data analysis, researchers used the method of analysis descriptive with a qualitative approach.
Based on the results of the analysis the data collected, can be concluded that the community cooperate yakmi in the urban village Kota Bangun having a positive response of the program environmental sanitation, the development of septictank environmentally friendly. Response the community seen from perception, attitude and participation of the program.Development assistance program septictank of the environmentally friendly very helpful for the community both in terms of benefits and matter because the subsidy received 2.5 million rupiah.
Keywords: Response, EnvironmentalSanitation,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat beserta salam semoga terlimapah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan juga kepada umatnya hingga
akhir zaman, amin.
Penulisan skripsi ini daiajukan guna memenuhi salah satu syarat
mendapatkan gelar sarjana sosial pada program Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul
dari skripsi ini adalah adalah “Respon masyarakat terhadap sanitasi melalui
septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan
Deli Kota Medan”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis dengan senang hati ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1) Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2) Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
3) Ibu Dra. Berlianti, M.SP selaku dosen pembimbing penulis, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dalam
penyusunan dan penulisan skripsi penulis.
4) Seluruh dosen FISIP USU, terkhusus dosen Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan pengajaran kepada
penulis mulai dari semester pertama hingga sampai penulis menyelesaikan
skripsi ini.
5) Kedua orang tua penulis yang sangat disayangi. Terima kasih untuk doa,
kesabaran, dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini. Yang tiada
henti mendidik dan memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis
semenjak kecil, dan itu semuanya sangat berarti bagi penulis kedepannya.
6) Kepada keluarga, dan adik-adik saya terima kasih atas doa dan
dukungannya semoga kita bisa menggapai cita-cita yang diinginkan dan
menjadi kebanggan bagi kedua orang tua.
7) Kepada Dadan dan Fajar, sahabat seperjuangan dari awal semester
pertama berada dikampus. Semoga tidak hanya kompak dimasa
perkuliahan saja tapi lanjut kompak sampai kedepannya.
8) Kepada Keluarga besar Lancip Fajar, Iqbal, Haikal, Dina Rizky, Dina Mia,
Diella, Mahyar dan Adis. Mudah-mudahan tidak hanya kompak di grup
BBM saja tapi diluarnya juga, semoga sering-sering ketemu dan berlibur
bareng. Dan semoga kedepannya tali silaturahmi antara kita tetap terjaga.
9) Kepada sahabat-sahabat GENOSIDA, terima kasih atas kekompakan dan
kebersamaan selama 4 tahun ini, semoga hal-hal yang baik didalamnya
sudah tamat dari kampus tercinta ini. Tetap semangat kawan-kawan,
Yakin Usaha Sampai.
10)Kepada teman-teman seperjuangan KESSOS 2011, terimakasih atas
kebersamaan selama perkuliahan, selamat bagi yang telah dahulu
menyelesaikan skripsinya dan bagi yang belum semoga secepatnya selesai.
11)Kepada Pemimpin Lembaga YAKMI kak Ester Hutabarat, dan juga
kepada para staf lembaga, terimakasih atas penerimaan yang baik selama 4
bulan penulis melaksanakan PKL di lembaga YAKMI. Terimakasih juga
atas ilmu-ilmu bermanfaat yang diberikan dan atas kebersamaan selama
pelaksanaan program berlangsung.
12)Kepada warga Kelurahan Kota Bangun yang telah bersedia menjadi
responden pada penelitian skripsi penulis, terkhusus kepada kak Lina yang
secara sukarela mau membantu saya dalam proses penelitian di kelurahan
tersebut.
Besar harapan penulis skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Dengan penuh kerendahan hati penulis juga menyadari skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun kedepannya. Akhir kata
penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9
1.4 Sistematika Penulisan ... 10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 12
2.2 Masyarakat ... 17
2.2.1 Masyarakat dan Macamnya ... 18
2.2.2 Asal Masyarakat ... 19
2.2.4 Model-Model Pengembangan Masyarakat ... 23
2.2.5 Pemberdayaan Masyarakat ... 25
2.3 Kesehatan Lingkungan ... 26
2.4 Sanitasi ... 28
2.4.1 Pengertian Sanitasi ... 28
2.4.2 Manfaat Sanitasi ... 30
2.4.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ... 31
2.5 Septic Tank Ramah Lingkungan ... 32
2.6 Kerangka Pemikiran ... 34
2.7 Definisi Konsep dan Definisi Opefrasional ... 38
2.7.1 Definisi Konsep ... 38
2.7.2 Definisi Operasional ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 42
3.2 Lokasi Penelitian ... 42
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.5 Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Kelurahan Kota Bangun ... 46
4.2 Keadaan Demografis ... 47
4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasakan Lingkungan ... 49
4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin Per Lingkungan .. 49
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasakan Usia ... 50
4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasakan Agama ... 51
4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasakan Tingkat Pendidikan Penduduk ... 53
4.2.7 Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55 ... 54
4.2.8 Komposisi Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian ... 54
4.3 Sarana dan Prasarana ... 55
4.3.1 Sarana Jalan ... 55
4.3.2 Sarana Air Bersih ... 56
4.3.3 Sarana Kesehatan ... 56
4.3.4 Sarana Peribadatan ... 56
4.3.5 Sarana Pendidikan ... 57
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 58
5.2 Analisis Identitas Responden ... 58
5.3 Respon Masyarakat Dampingan Lembaga YAKMI Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Di Kelurahan Kota Bangun ... 63
5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan ... 64
5.3.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan ... 84
5.4 Analisis Data Kuantitatif Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan ... 92
5.4.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan ... 93
5.4.2 Sikap Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan ... 94
5.4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan ... 95
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ... 98
6.2 Saran ... 99
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Luas Kelurahan Kota Bangun ... 47
Tabel 2 : Komposisi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasakan Lingkungan ... 48
Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin Per Lingkungan ... 49
Tabel 5 : Komposisi Penduduk Berdasakan Usia ... 50
Tabel 6 : Komposisi Penduduk Berdasakan Agama ... 51
Tabel 7 : Komposisi Penduduk Berdasakan Tingkat Pendidikan Penduduk .... 52
Tabel 8 : Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55 ... 53
Tabel 9 : Komposisi Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian ... 54
Tabel 10 : Sarana Air Bersih ... 55
Tabel 11 : Sarana Kesehatan ... 56
Tabel 12 : Sarana Peribadatan ... 56
Tabel 13 : Sarana Pendidikan ... 57
Tabel 14 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
Tabel 15 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 60
Tabel 16 : Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 61
Tabel 17 : Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 61
Tabel 18 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 62
Tabel 19 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63
Tabel 21 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pentingnya Sanitasi Lingkungan Bagi Kehidupan ... 65
Tabel 22 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah
BABSembarangan Dapat Mencemari Air dan Lingkungan Sekitar ... 66
Tabel 23 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah
BABSembarangan Dapat Menyebabkan Penyakit Diare/Mencret
KarenaLimbah Meresap Ketanah, Air Bersih dan Mengandung Bakteri E-Coli ... ... 67
Tabel 24 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap septictank 68
Tabel 25 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Fungsi dan Manfaat septictank ... 69
Tabel 26 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank Ramah Lingkungan ... 69
Tabel 27 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan Manfaat Septictank Ramah Lingkungan ... 70
Tabel 28 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap PerbedaanSeptictank Biasa(Resapan) Dengan Septictank Ramah
Lingkungan ... 71
Tabel 29 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap TujuanProgram Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan Oleh Lembaga YAKMI72
Tabel 30 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Resiko Yang Ditimbulkan Jika Tidak Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan ... ... 73
Tabel 32 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan ... 76
Tabel 33 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Septictank Ramah Lingkungan ... 76
Tabel 34 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pentingnya dibangun septictank ramah lingkungan ... 77
Tabel 35 : Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Program Septictank Ramah Lingkungan Demi Kelangsungan Kesehatan Lingkungan Generasi
Mendatang ... 78
Tabel 36 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Septictank Biasa
SudahCukup Tanpa Harus Membangun Septictank Ramah Lingkungan79
Tabel 37 : Distribusi Responden Berdasarkan Minat Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan ... 80
Tabel 38 : Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Kesehatan Akan
LebihTerjamin Jika Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan ... 81
Tabel 39 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Jika Dikeluarkan PeraturanMelarang Pembuangan Limbah BAB Sembarangan Oleh Pemerintah ... ... 82
Tabel 40 : Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan PemerintahMenetapkan Peraturan Tentang Keharusan Membangun Septictank Ramah Lingkungan ... 83
Tabel 41 : Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Kehadiran Dalam
Pertemuan Dengan Pihak Puskesmas Mengenai Kebersihan Lingkungan ... 84
Tabel 40 : Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran Dalam
Tabel 43 : Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Keaktifan Dalam
Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI ... 86
Tabel 44 : Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa Saja Penyampaian Tentang Pentingnya Sanitasi, Septictank Ramah Lingkungan dan Bahaya BAB Sembarangan ...
Tabel 45 : Distribusi Responden Berdasarkan Membersihkan Lingkungan Disekitar Rumah ...
Tabel 46 : Distribusi Responden Berdasarkan Mengikuti Kegiatan Bersama/Gotong Royong yang Berhubungan dengan Kebersihan Lingkungan ...
Tabel 47 : Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Keluarga Dalam Kegiatan Kebersihan Lingkungan ...
Tabel 48 : Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Dalam Pembuatan
Septictank Ramah Lingkungan ...
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian
2. Tabel Tunggal
3. Surat Pengajuan Judul Skripsi 4. Surat Izin Penelitian
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AMMAR YUSUF NASUTION 110902050
ABSTRAK
RESPON MASYARAKAT TERHADAP SANITASI MELALUI SEPTICTANK RAMAH LINGKUNGAN DAMPINGAN LEMBAGA
PELAYANAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA (YAKMI) DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN
DELI KOTA MEDAN
Dalam kehidupan sekarang banyak sekali masyarakat yang tidak menerapkan hidup sehat. Hal tersebut bisa disebabkan karena masyarakat Indonesia yang tidak mengerti bagaimana menerapkan hidup sehat atau bahkan ada yang mengerti tetapi tidak menerapkannya karena suatu alasan tertentu, misalnya masalah ekonomi keluarga. Dalam rangka penerapan hidup sehat maka salah satu aspek penting nya adalah peningkatan sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan. Dalam rangka upaya peningkatan sanitasi lingkungan USAID bekerja sama dengan Lembaga YAKMI melaksanakan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di 5 kelurahan di Kota Medan.
Penelitian ini dilakukan di wilayah dampingan YAKMI, yaitu di Kelurahan Kota Bangun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari kuesioner dan wawancara. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis deskritif dengan pendekatan kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dampingan YAKMI di Kota Bangun memiliki respon positif terhadap program sanitasi lingkungan, yakni berupa pembangunan septictank ramah lingkungan. Respon masyarakat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi terhadap program. Program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan ini sangat membantu masyarakat baik dari segi manfaat dan materi karena mendapatkan subsidi sebesar 2,5 juta rupiah.
THE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE THE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
AMMAR YUSUF NASUTION 110902050
ABSTRACT
RESPONSE OF THE COMMUNITY FOR SANITATION THROUGH SEPTICTANK ENVIRONMETALLY FRIENDLY SERVICE INSTITUTIONS COOPERATE COMMUNITY WELFARE INDONESIA
(YAKMI) IN URBAN VILLAGE KOTA BANGUN SUB-DISTRICT MEDAN DELI CITY OF MEDAN
In the life of now a lot of community members who do not apply healthy life .It can because of an indonesian society do not understand how apply healthy life or in some cases understand but not apply it for a reason certain , for example economic problems family .In order to the application of healthy life then one of important aspect his is improving environmental sanitation . Environmental sanitation is status health a neighborhood includes housing , development , sewage , clean water supply , and .In a bid to improve sanitation in environment usaid work together with lembaga yakmi implement the program development assistance septictank environmentally friendly for low income resident in 5 urban villages in the city of medan.
The research was conducted in YAKMI assisted area, namely at the urban village Kota Bangun.This research in a research descriptive namely research who describes or described objects and its phenomena study.To obtain the necessary data, researchers used data collection study technique literature and a field study consisting of the questionnaire and interview.In doing data analysis, researchers used the method of analysis descriptive with a qualitative approach.
Based on the results of the analysis the data collected, can be concluded that the community cooperate yakmi in the urban village Kota Bangun having a positive response of the program environmental sanitation, the development of septictank environmentally friendly. Response the community seen from perception, attitude and participation of the program.Development assistance program septictank of the environmentally friendly very helpful for the community both in terms of benefits and matter because the subsidy received 2.5 million rupiah.
Keywords: Response, EnvironmentalSanitation,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup menurutUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupadalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bila
ditinjau lebih jauh mengenai undang-undang tersebut maka hubungan antara
manusia dengan lingkungan sebenarnya sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan.Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Sehingga interaksi antara manusia
dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan
masyarakat (Mulia, 2005:1).
Salah satu komponen dari lingkungan yang wajib menjadi perhatian
dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan adalah sanitasi. Sanitasi sendiri
sendiri menurut World Health Organization (WHO) adalah usaha
pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat
memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan /
berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup
akan lebih menjamin seseorang untuk hidup sehat dan terbebas dari penyakit,
sebaliknya sanitasi yang buruk menyebabkan seseorang akan mudah sekali
untuk terserang penyakit dan kemudian mengganggu kondisi kesehatannya.
Dewasa ini permasalahan sanitasi menjadi permasalahan yang sangat
kompleks, Menurut PBB, dari 7 miliar penduduk dunia masih ada sekitar 2,6
miliar orang yang tidak memiliki akses toilet dan fasilitas sanitasi limbah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merangking negara-negara dengan
sanitasi terburuk di dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke-3. Dalam
banyak kasus, orang di beberapa negara masih buang air besar (BAB) di
tempat terbuka atau pergi ke semak-semak terdekat. Praktik ini dapat
mematikan akibat banyaknya bakteri dari kotoran manusia yang dapat
kembali lagi ke masyarakat, mencemari pasokan air dan menyebarkan
penyakit. Di negara berkembang, 90 persen limbah manusia ini dibuang
langsung ke danau, sungai dan lautan. Bahkan beberapa sistem pembuangan
sudah terlihat tua sehingga bisa saja hancur jika dihantam hujan deras
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air
limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan
Myanmar (ANTARA News, 2006). Menurut data Status Lingkungan Hidup
Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah
tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan
terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa.
cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai
atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuang kekolam atau
pantai. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai
masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang
sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang membuang
hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus
untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar
mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang
hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain
disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan
kualitas pendidikan yang relatif rendah dari masyarakat pun memang sangat
berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat (
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui survei sosial
ekonomi nasional (Susenas) di akhir tahun 2013 hanya sekitar 59,7 %
masyarakat yang memiliki akses sanitasi dan akses air minum yang layak dan
sekitar 40,2 % masyarakat belum mendapatkan akses sanitasi dan akses air
minum yang layak
masyarakat tidak memiliki akses toilet dan fasilitas sanitasi limbah rumah
tangga yang baik dan layak, maka banyak dijumpai kasus masyarakat yang
biasanya tinggal didaerah slum area (kawasan kumuh) melakukan praktik
buang air besar sembarangan disekitar sungai dan membuang limbah rumah
sungai. Hal ini menyebabkan pencemaran terhadap air tanah, dengan begitu
pencemaran ini jelas sangat berpengaruh kepada kualitas sumber air bersih
yang akan kita konsumsi karena mengandung senyawa kimia maupun
mikroorganisme berbahaya lainnya.
Pencemaran air tanah di daerah perkotaan di Indonesia sebenarnya
sudah sangat mengkhawatirkan, pencemaran ini dapat terjadi karena
pengelolaan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri,
kurang terkendali dan ditambah kurangnya perhatian pemerintah. Selain itu,
kurangnya kesadaran dari masyarakat akan efek yang ditimbulkan dari limbah
tersebut. Berdasarkan penelitian, sekitar 70% air tanah di daerah perkotaan
telah tercemar oleh bakteri tinja. Ironisnya, sebagian penduduk perkotaan
masih menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, maka dengan
kondisi tersebut tidak mengherankan penyakit-penyakit akan menjangkiti
masyarakat, danpenyakit yang paling populer yang akan ditimbulkan dari
kebiasaan buruk masyarakat yang mencemari sumber air minum dan air
bersih tersebut adalah penyakit diare (Kusjuliadi, 2007:6).
Diare adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.
Penyakit diare ini tidak dapat disepelekan, terutama pada anak-anak. Di
negara berkembang penyakit diare adalah penyebab kematian paling umum
pada balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya (
diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien di ruang praktik
sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat kerumah sakit.
Di negara maju diperkirakan jumlah insiden penyakit diare yakni 0,5-2
episode/orang/tahun, sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Badan
kesehatan dunia World Health Organization (WHO) memperkirakan ada
sekitar empat miliar kasus diareakut setiap tahunnya dengan mortalitas 3-4
jutaper tahun. Berdasarkan data tersebut maka kasus diare bukanlah kasus
yang ringan, melainkan memerlukan perhatian yang serius (Wijoyo,
2013:25).
Permasalahan-permasalahan sanitasi yang sudah sangat
mengkhawatirkan tersebut, memicu pemerintah membuat sebuah Program
Nasional yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang
dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008. STBM adalah suatu pendekatan untuk mengubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode
pemicuan, untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan
ini bertujuan untuk mengubah perilaku melalui pemberdayaan di masyarakat
dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT);
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT);
Pencemaran lingkungan melalui perilaku buang air besar sembarangan
dan membuang air limbah langsung ke aliran sungai sangatlah berbahaya dan
harus segera dihentikan. Dianjurkan bagi semua orang untuk memiliki
septictank sebagai tempat pembuangan kotoran limbah atau kotoran tinja.
Akan tetapi bentuk, struktur dari septictank tersebut tidak bisa hanya
sembarangan dibuat untuk sekedar menampung tinja saja, karena apabila
bentuk dan struktur nya tidak ideal di khawatirkan tujuan semula untuk
mencegah tersebarnya penyakit dengan pembuatan septictank malah
menjadikan hal tersebut sebagai celah untuk terjadinya pencemaran
lingkungan pula. Septictank yang tidak ideal bentuk dan struktur nya
membuat kotoran yang terdapat didalam akan terkontaminasi dengan tanah,
dimana tanah merupakan sumber air yangdidalam nya terdapat sumur sebagai
sumber penghidupan manusia. Dikhawatirkan pencemaran yang terjadi akibat
septictank tersebut akan mencemari sumber air yang ada dan malah balik
mengancam kesehatan manusia, dengan demikian septictank bukan hanya
sekedar tempat untuk membuang kotoran saja tetapi sebagai tempat untuk
melindungi lingkungan sekitar dari bahaya yang ditimbulkan kotoran
tersebut.
Septictank yang baik seharusnya kedap air sehingga air dari kotoran
tinja tersebut sedikitpun tidak akan merembes ke tanah dan kemudian harus
memiliki media kontak yang dirancang khusus untuk berkembak biak nya
bakteri pengurai sehingga bakteri pengurai dapat memetabolisme tinja dengan
efektif dan sistem disinfektan yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Intinya septictank yang baik dan
benar menampung dan mengolah limbah tinja menjadi cairan yang tidak
berbau dan layak di alirkan ke got umum sehingga tidak mencemari
lingkungan. Tanpa kita sadari, kita juga menjadi pelaku pencemaran
lingkungan karena septictank yang selama ini telah kita bangun juga
merupakan septictank tidak benar pembuatannya sehingga tidak ramah
terhadap lingkungan.
Munculnyaprogram bantuan dari United States Agency for
International Development (USAID) bekerja sama dengan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dan Lembaga YAKMI
sebagai implementator program tersebut, dimana program tersebut berupa
bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan sebanyak 32 buah
kepada masyarakat kota Medan yang tergolong dalam Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) di 5 Kelurahan yakni Kelurahan Kampung
Baru, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan
Tegal Sari dan Kelurahan Polonia. Maka diharapkan dengan terbangunnya
septictank ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan merubah pola
perilaku untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Dimana nantinya 32
septictank yang terbangun ini akan menghasilkan dampak positif dan menjadi
acuan bagi masyarakat lainnya untuk membangun septictank ramah
lingkungannya sendiri. Dan juga tujuan dari program ini nantinya untuk
menerbitkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur kewajiban
pembangunan septictank ramah lingkungan di setiap masing-masing rumah,
program yang dibuat ini tidak sepenuhnya gratis bagi para penerima bantuan,
yakni diberikan sekitar 2.5 Juta Rupiah untuk setiap septictank nya, dimana
biaya total untuk membangun septictank ramah lingkungan ini sekitar 3.5 - 4
Juta per unit nya. Sehingga para penerima bantuan harus tetap mengeluarkan
uangnya untuk membangun septictank ini sekitar 1 – 1.5 Juta Rupiah.
Hal ini menjadi sangat menarik bagi peneliti karena septictank ramah
lingkungan ini adalah hal yang baru dan sangat asing bagi masyarakat
Kelurahan Kota Bangun. Masyarakat Kota Bangun masih banyak yang belum
memiliki septictank, sehingga banyak masyarakatnya yang membuang limbah
rumah tangga dan mengalirkannya langsung ke parit-parit disekitar rumah
mereka tanpa di alirkan ke septictank terlebih dahulu yang kemudian sungai
disekitarnya menjadi tempat pembuangan akhirnya yakni Sungai
Deli.Berdasarkan hal-hal yang terurai di latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengetahui bagaimana respon dari warga dampingan yang
akan diberikan bantuan sanitasi melalui septictank ramah lingkungan, yang
akan dituangkan pada penelitian yang berjudul : “ Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan
maka masalah penelitian ini dirumuskansebagai berikut : “Bagaimana respon
Lembaga Pelayanan Kesejahteraan masyarakat Indonesia (YAKMI) di
Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan
dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia
(YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap
khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada
masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan bagi kesehatan
masyarakat,agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan serta
perubahan pola perilaku masyarakat terhadap sanitasi lingkungan.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untukmenambah bahan
penelitian dalam melengkapi suatu karya ilmiah.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi
konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum
lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan
objek yang diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang hal-hal pokok berupa kesimpulan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Responberasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau
tanggapan(reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
dijelaskan definisi responadalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon
bermula dari adanya suatu tindakanpengamatan yang menghasilkan suatu kesan
sehinggakonsep responmanusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-bidang
ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok,
atau masyarakat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi respon seseorang, yaitu:
a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap,
motif, kepentingan, dan harapannya.
b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat
sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya.
Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain
dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.
c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.
(Sarwono, 1991: 35)
Respon merupakan reaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang
berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan
datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan
keputusan melalui empat tahapan:
1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi
berdasarkan ciri-ciri khusus.
2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk
mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan
kategorisasi yang tepat.
3. Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan
sementara.
4. Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon
mulai muncul.
Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh
mana pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum
jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan
makna.Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi
fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan
tindakan. Simon dalam Wijaya (2007), membagi respon seseorang atau kelompok
a. Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap
baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang
akan diterima dari adanya objek tersebut.
b. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan.
c. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan
terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut.
(http:shvoong.com,2011)
Persepsi menurut McMahon adalah proses menginterpretasikan rangsang
(input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensor information).
Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson persepsi menunjuk pada
bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia di
sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala
sesuatuyang dialami oleh manusia. Berdasarkan hal tersebut William James
menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari
lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta sebagian lainnya diperoleh dari
pengolahan ingatan kita kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang
kita miliki (Adi, 1994:105). Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak terlepas
dari adanya pengalaman sensoris terlebih dahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu
sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasan. Mungkin
sembilan puluh persen dari pengalaman-pengalaman sensoris kita sehari-hari
dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang
merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa
lampau (Mahmud, 1990:49).
Sikap merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata
dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi. Sikap juga menetukan sifat,
hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datan. Selain itu,
dalam kajian sikap telah diketahui bahwa sikap tersebut dapat bersifat negatif dan
dapat pula bersifat positif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk
menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaannya suatu objek.
Sedang sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati,
menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu (Ahmadi,
2009:148).
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang
tanpa objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial,
lembaga masyarakat dan sebagainya.
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan.
c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun
relatif sulit berubah.
d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan
objek yang menjadi pusat perhatiannya.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya
ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap
banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan
mengakibatkan perbedaan sikap antara satu individu dengan individu yang lain
karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan
terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek. Sikap
juga dapat berubah dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sikap
adalah :
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa selectivityatau daya pilih seseorang untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Pilihan terhadap pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif
dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat
perhatiannya.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang terdapat dari diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok, interaksi antara
manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya
melaui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah
dan sebagainya.
Sedangkan partisipasi secara umum pengertiannya adalah adanya
keterlibatan langsung suatu masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan.
dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisai, persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga
pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan
masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara
menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk
terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto, 2007:20). Menurut Sudarningrum
dalam Sugiyah (2001:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua)
berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :
1. Partisipasi langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu
menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisi[asi
ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan,
membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap
keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
2. Partisipasi tidak langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila
individu mendelagasikan hak partisipasinya (eprints.uny.ac.id)
2.2 Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain. (Shadily, 1993 : 47 ). Pengaruh dan pertalian
kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non
(yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang –
2.2.1 Masyarakat dan Macamnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena
proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal
kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena
pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan
paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu
atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan
keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang
telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut
adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan
bersama itu.
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat
tawanan dan sebagainya.
2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam :
a. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,
golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang
masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau
tak mudah berhubungan dengan dunia luar
b. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian,
2.2.2 Asal Masyarakat
Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban
tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar
semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain
orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup
dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup
bersama dalam masyarakat, karena:
1. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk
memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa
ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.
2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,
yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung
bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari
dengan tenaga bersama.
3. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu
mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya
mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.
4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat, bahwa
manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh
karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya,
demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika,
yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan
2.2.3. Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri
atas pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan
partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan
pemeliharaan hasil-hasil yang tercapai ( Sumodiningrat, 2009:69 ).
Pengembangan masyarakat menurut PBB adalah suatu proses dimana usaha
masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan kondisi,
baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Pengembangan
masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan masyarakat lokal dalam
menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan ini ditunjang oleh
keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi, sehingga
perlu pembinaa kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk
mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan
spesifik pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang
berbeda, oleh sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu
memperhatikan karakteristik dan perkembangan masyarakat lokal.
Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari
beberapa aspek penting. Keberadaan aspek tersebut sebagai persyaratan
terlaksananya upaya pengembangan masyarakat.
1. Masyarakat sebagai unit kegiatan
Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi
yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama.
Terdapat berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai
tingkatannya dari masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota
masyarakat memiliki konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan
yang lebih baik yang menuntut keterlibatan dari semua anggota.
Pengembangan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai unit dari
kegiatan mereka.
2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal
Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan untuk kepentingan masyarakat dalam mewujudkan keinginan
akan perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan
kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.
3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar
Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk
mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu
sumber-sumber apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya
untuk memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari
dalam atau luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel
sesuai dengan kebutuhan.
Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada
semua kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam
pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang
memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang
berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan
peranannya dalam pengembangan masyarakat.
5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari
partisipasi inklusif.
Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan
perhatian terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu
dan perhatian tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan
sumber-sumber yang luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk
memperluas usaha masyarakat dalam pendekatan yang digunakan,
kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang
luas dalam arti keterlibatan yang intensif.
6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan
diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus.
Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap
orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat
mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan
keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan
tersebut logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam
Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah
perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses
untuk menentukan, menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah,
meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai
upaya yang diperlukan guna penanggulangannya, memilih upaya yang
kiranya dapat dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang
telah dipilih.Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan
sikap-sikap dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai
peningkatan dalan mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan,
minat dan partisipasi dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai
dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai.
2.2.4. Model-model Pengembangan Masyarakat.
Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:
1. Pengembangan Masyarakat Total
Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota
masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah
melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi tersebut
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan
masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja,
kebodohan, kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan
pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada
tujuan tugas.
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan
aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien
yang seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena
dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena
tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai
sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada
tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses
penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah
struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan
keadilan.
2.2.5. Pemberdayaan masyarakat
yang diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat
mengantar masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan
iman dan taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).Sebagai tujuan pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) .
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan
pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan
tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan
menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.
Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat
memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran
bahwa potensi itu dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu
langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta
pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat
ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif., pelatihan,
pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan
pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.
3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk
mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan
yang saling menguntungkan.
2.3 Kesehatan Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (1996) kesehatan lingkungan pada hakikatnya
adalah suatu kondisi atau keadaan ligkungan yang optimum yang sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula, Sedangkan Moeller (1992) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan
merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada
penilaian, pemahaman dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan
dan dampak lingkungan pada manusia. Undang-Undang RI No.23 tahun 1992
tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas,
radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit dan penyehatan atau
pengamanan lainnya (Mulia, 2005:2).
Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dihadapi dan
sangat menganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan. Kesehatan
lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan
elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah permasalah
sanitasi.
Adapun Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan menurut World Health
Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10)Pengendalian kebisingan
11)Perumahan dan pemukiman
12)Aspek kesling dan transportasi udara
13)Perencanaan daerah dan perkotaan
14)Pencegahan kecelakaan
15)Rekreasi umum dan pariwisata
16)Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
Sedangkan sasaran kesehatan lingkungan, yakni :
1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus
2.4 Sanitasi
2.4.1 Pengertian Sanitasi
Sanitasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha
untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik dibidang kesehatan,
terutama kesehatan masyarakat, sedangkan sanitasi lingkungan adalah cara
menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu
tanah, air, dan udara
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan,
berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu
lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, dan sebagainya. Kesehatan lingkungan di Indonesia
masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai
dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit
menular di masyarakat.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma
pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih
menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan adanya
upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan
kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk
preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya
pengobatan penyakit, banjir, pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya
saluran sungai, dialirkan pada saluran sungai
2.4.2 Manfaat Sanitasi
Ternyata manfaat sanitasi yang baik itu sangat besar, tidak hanya bagi
kesehatan masyarakat. Tapi juga berdampak positif bagi perekonomian dan
pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut Direktur
Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo :
Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas,
jika dihitung detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju
pertimbuhan ekonomi.
2. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas
masyarakat.
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan
kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi
jumlah hari tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja hingga 8 hari
pertahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan
meningkatkan pendapatan.
3. Menurunkan angka kemiskinan.
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus
menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti
bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat,
perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian (opportunity
cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota
keluarga yang sakit.
4. Memberdayakan masyarakat.
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat
mendorong kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa Timur menunjukkan
leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan telah berhasil
5. Menyelamatkan masyarakat.
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan
yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari
mengobati. Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun pertahun
karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2
triliun pertahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.
6. Menjaga lingkungan hidup.
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal
menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita
tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk
memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut
2.4.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan . STBM merupakan program nasional yang
ditetapkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 yang bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat dalam hal ini agar tidak buang air sembarangan atau Open
Defecation Free (ODF) guna menutus mata rantai penularan penyakit, Cuci
tangan pakai sabun dengan air yang mengalir dan pengelolaan air minum
untuk produksi serta keperluan lainnya seperti sikat gigi dan berkumur
dikelola, disimpan dan dimanfaatkan secara higienis. Termasuk pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga (Wibowo, 2014:128).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah kondisi ketika suatu komunitas :
a. Tidak buang air besar sembarangan (BAB).
b. Mencuci tangan pakai sabun.
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
d. Mengelola sampah dengan benar.
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
2.5 Septictank Ramah Lingkungan
Septictank adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen
ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga
dengan kecepatan air yang lambat. Kondisi ini memberi kesempatan untuk
terjadinya pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan
untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk
bahan-bahan larut air dan gas. Air limbah rumah tangga yang dimaksud di
sini adalah semua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari mandi,
dapur, cuci dan kakus. Tidak sedikit penampungan tinja (septictank) rumah
tangga dan perumahan dibuat asal-asalan, pada umumnya perumahan saat ini
membuat septictank dengan diameter 1 meter dan kedalaman 1 meter yang
tinja mudah meresap sehingga air tanah, air sumur dan air kali yang ada
disekitarnya terkontaminasi bakteri E.coli dan fecal coli.( Kusjuliadi, 2007:
5-7 )
Berdasarkan kondisi dan perkembangan teknologi, karena semakin
sempit lahan yang tersedia untuk perumahan yang menyebabkan pembuatan
septictank menjadi kendala tersendiri sehingga pentingnya keberadaan
septictank di lingkungan sekitar rentan untuk diabaikan. berdasarkan
permasalahan tersebut maka sekarang telah muncul produk-produk septictank
ramah lingkungan hasil pabrikasi yang dapat menjadi alternatif bagi lahan
sempit dan perkotaan. Septictank ini memiliki sistem kerja dengan
menghasilkan air limbah yang tidak mencemari air tanah dan sungai ketika
dibuang ke tanah, sehingga septictank ini menjadi septictank yang ramah
lingkungan.
Septictank ramah lingkungan adalah septictank yang berbentuk tabung
dan bagian dasarnya tertutup sehingga kedap air, septictankramah lingkungan
pada umum nya terbuat dari bahan Fiberglass dan dilengkapi media kontak
yang dirancang khusus untuk berkembak biak nya bakteri pengurai sehingga
bakteri pengurai dapat memetabolisme tinja dengan efektif dan sistem
disinfektan yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga buangannya tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Septictank
ini menampung dan mengolah limbah tinja menjadi cairan yang tidak berbau
dan layak di alirkan ke got umum
modern karena proses penguraian dan pembusukan limbah menggunakan
teknologi biologis dan filterisasi.
Manfaat yang didapat dari pembuatan septictank yang benar dan ramah
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Kebersihan air tanah ikut terjaga.
2. Perawatan lebih mudah karena tidak mudah penuh dan bau.
3. Penghuni rumah dapat merasa nyaman karena saluran
pembuangan tidak mampat sehingga memudahkan penyiraman.
4. Untuk septictank biologis, air pembuangannya dapat
dimanfaatkan untuk ekosistem lain, misalnya menyiram
tanaman. ( Kusjuliadi, 2007 : 11).
2.6 Kerangka Pemikiran
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan
banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh
faktor-faktor lingkungan. Sehingga interaksi antara manusia dengan
lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
Salah satu komponen dari lingkungan yang wajib menjadi perhatian dalam
usaha peningkatan kualitas kesehatan adalah sanitasi. Sanitasi merupakan
usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat
berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia.
Pemerintah membuat sebuah Program Nasional yang dinamakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dituangkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008. STBM adalah suatu
pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk mewujudkan kondisi sanitasi
total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku
melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu
salah satunya adalah Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). Mengacu
pada program tersebut United States Agency for International Development
(USAID) bekerja sama dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM Mandiri) membuat sebuah program bantuan pembangunan
septictank ramah lingkungan sebanyak 32 buah kepada Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dimana perbuah nya disubsidi sekitar 2,5 juta
dari total pembangunan 4 juta rupiah kepada 5 kelurahan di Kota Medan
salah satunya yakni Kelurahan Kota Bangun. Untuk menjalankan program
tersebut maka Lembaga YAKMI sebagai pelaksana program melakukan
pemicuan/sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan berupa bahaya buang air
besar sembarangan dan septictank yang baik dan benar yang tidak mencemari
lingkungan. Maka masyarakat yang diberikan pemicuan tersebutlah yang
menjadi masyarakat dampingan dan akan dilihat responnya.
Dengan masih banyaknya masyarakat setempat yang belum memiliki