1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk salah satu penyakit yang umum ditemukan di mana-mana. Frekuensi pasti dari hemoroid sukar diketahui. Seseorang yang menderita hemoroid cenderung malu mengutarakan penyakitnya dan takut membayangkan tindakan yang mungkin dilakukan oleh dokter. Di samping itu, hemoroid memang bukanlah penyakit yang mematikan. Gejalanya dapat hilang timbul, dan pada sebagian besar kasus gejala hemoroid dapat lenyap dalam beberapa hari saja (Jong W, 2005).
Kota Malang sebagai salah satu kota besar di Jawa Timur, penduduknya pun banyak yang mengalami hemoroid. Hal ini ditunjukkan oleh Data Kesakitan Baru yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang periode bulan Mei-September 2010 yang menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 386 kasus baru pasien dengan hemoroid di puskesmas-puskesmas di Kabupaten Malang (Dinkes Kabupaten Malang, 2010).
Dalam hal penyebab hemoroid, banyak ahli medis mempercayai bahwa kurangnya asupan serat makanan, duduk di toilet terlalu lama, dan mengedan saat BAB (dalam kurun waktu yang lama) berkontribusi dalam berkembangnya hemoroid yang simtomatik. Namun bukti-bukti yang mendukung teori yang dipercayai tersebut belum bisa dianggap kuat. Dari 3 hal di atas, serat merupakan faktor yang sering dibahas (Madoff, 2004).
2
Perihal serat makanan telah menjadi perhatian ahli dan definisinya terus diperbarui berdasarkan observasi terhadap efek positif pada kesehatan yang berhubungan dengan diet yang kaya akan komponen ini. Dalam berbagai waktu menurut sejarah, hubungan antara kurang tercukupinya konsumsi serat makanan dan konstipasi, penyakit divertikular, hernia hiatus, appendisitis, vena varikosa, hemoroid (piles), diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, kanker usus besar, batu empedu, ulkus duodenum, kanker payudara, dan blood clotting telah menjadi hipotesis. Secara jelas beberapa (tidak semua) dari hipotesis telah terbukti valid (AACC, 2001).
Laksasi (Laxation) adalah efek fisiologis paling penting yang terjadi karena peningkatan komponen serat makanan pada diet seseorang. Ini adalah efek fisiologis yang umum dan membantu menghindari konstipasi pada pengkonsumsinya. Ketidaknyamanan konstipasi dan potensinya untuk meningkatkan risiko penyakit lain karena konstipasi seperti penyakit divertikular dan hemoroid tidak bisa dikesampingkan (AACC, 2001).
Hasil survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) yang dikumpulkan Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI yang mengungkapkan, rata-rata tingkat konsumsi serat penduduk indonesia baru mencapai 10,5 g/hari. Ini berarti masih separuh dari kecukupan serat yang dianjurkan, yakni 27 g/hari(Jahari & Sumarno, 2002).
3
Berdasarkan uraian di atas diperlukan penelitian agar diketahui konsumsi serat makanan pada penderita hemoroid sehingga peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang “Hubungan Antara Konsumsi Serat Makanan dan Kejadian Hemoroid.”
1.2 Rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara konsumsi serat makanan dan kejadian Hemoroid?
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara konsumsi serat makanan dan kejadian Hemoroid.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat konsumsi serat makanan pada responden.
2. Menganalisis seberapa besar hubungan tercukupi atau tidaknya konsumsi serat harian dengan kejadian hemoroid pada responden. 3. Mengetahui frekuensi penyakit hemoroid.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademik
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan tercukupi atau tidaknya konsumsi serat makanan dengan kejadian hemoroid.
1.4.2 Manfaat klinis
4
1.4.3 Manfaat masyarakat
i
KARYA TULIS AKHIR
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI SERAT MAKANAN DAN KEJADIAN HEMOROID
Oleh :
Nugroho Satya Parathon NIM: 07020005
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN
ii
KARYA TULIS AKHIR
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI SERAT MAKANAN DAN KEJADIAN HEMOROID
Diajukan Kepada
Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran
Oleh :
NUGROHO SATYA PARATHON NIM. 07020005
FAKULTAS KEDOKTERAN
i
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS AKHIR
Telah disetujui sebagai Usulan Karya Tulis Akhir untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal 03 Maret 2011:
Pembimbing 1
dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP
Pembimbing II
dr. Djaka Handaya, MPH
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
ii
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Akhir oleh Nugroho Satya Parathon ini Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 03 Maret 2011
Tim Penguji
dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP, Ketua
dr. Djaka Handaya, MPH, Anggota
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir ini dengan bantuan dari berbagai pihak. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan pada junjungan rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman gelap menuju jalan yang terang berderang yakni agama islam.
Karya Tulis Akhir dengan judul “Hubungan Antara Konsumsi Serat Makanan dan Kejadian Hemoroid” ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mentelesaikan program sarjana Fakultas Kedokteran.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran.
3. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran.
4. dr. Thontowi Djauhari NS, M.Kes, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran.
5. dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi informasi dalam penyelesaian penelitian ini.
6. dr. Djaka Handaya, MPH, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengoreksi demi mengoreksi demi kesempurnaan penelitian ini.
iv
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan, serta penulis
mengharapkan agar karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua, serta bermanfaat untuk bidang kedokteran.
Malang, Maret 2011
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT, terima kasih Kau telah memberikan rahmat dan hidayahMu, memberikan petunjuk, kemudahan dan kekuatan untukku sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini. Terima kasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan selama ini.
2. Rasulullah Muhammad SAW, rahmat semesta alam, yang telah membawa kami dari kegelapan menuju cahaya Islam. Sehingga kami, umat muslim, bisa merasakan nikmatnya cahaya iman.
3. Ibunda Sunarsih Yudhawati, S.Pd., Amd. Keb, yang selalu memberikan kasih sayang dan mendoakan putra-putranya. Syukran katsiran, umi...
4. Ayahanda Drs. Saurianto, MM, terima kasih atas kasih sayangmu, motivasi, doa dan nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat bagi putramu ini. Matur nuwun, Bapak...
5. Keluarga dr. Ferry Buyung Bakhtiar Irawan, Naning Fadillah, Amd. Keb, dan si kecil, Daffa Naufal Putra Bakhtiar yang selalu memberikan dukungan yang tidak terhingga.
6. Adik-adikku, Galuh Triwijaya Adi dan Miftahol Ulum yang selalu menyertai dalam suka dan duka.
vi
kasih atas semua ilmu, saran, dan kritik yang telah diberikan, sehingga terselesaikan karya tulis ini.
8. dr. Kusuma Andriana, Sp.OG, terima kasih selama ini sudah menjadi dosen wali yang selalu memberikan saran, motivasi, masukkan yang sangat membangun dan bermanfaat.
9. Jajaran Dekanat dan seluruh staf pengajar FK UMM atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.
10.Laboran: Mbak Emi, Mbak Dila, Bu Tyas, Bu Fat, Pak Joko, Mas Mifta, dan seluruh staf laboratorium Terpadu FK UMM terima kasih banyak atas bantuan, waktu, dukungan dan semangat menyertai kami selama proses penelitian maupun perkuliahan.
11.Seluruh staf Tata Usaha FK UMM (Mas Jamil, Pak Yon, dan Bu Rom). Terima kasih atas banyak bantuan yang diberikan kepada kami. 12.Yudhistira dan Harmas yang selalu, selalu dan selalu memberikan
bantuan dan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Tanpa kalian, suatu kemustahilan tugas ini dapat terselesaikan. Kalian berdua adalah sahabat baik, bahkan saudara bagiku. (Ayo Jalan-jalan!!!) 13.Sahabat-sahabatku: Ilham, Dwi, Fafa, Emak Fari, Wowor, Nor, Yusuf,
Noor Rizky, mbah Igar, Ervan “gok”, Bung iwan-toro, Mifta, Kiki+Angga, Arde, Hilmy, U’un, mas Jamil, Rista, Yunita, Saribunda+
vii
14.Keluarga besar FK UMM angkatan 2007, angkatan yang “mbabat alas” dalam sistem PBL ini. Anda semua adalah pribadi-pribadi luar biasa. Adalah suatu keberuntungan bisa berada di tengah-tengah anda semua. Salam super!!!
15.Keluarga besar Laboratorium Anatomi FK UMM, Mbak Tiya (sang laboran sekaligus kakak) yang selalu memberikan dukungan dan selalu “momong” kami, adik-adiknya: Asisten 2007 (Shinta, Hakim, Wenty, dan Happy) yang selalu berbagi dalam suka dan duka. Asisten 2008 (Randi, Yosi, Putri, Rezky, Damai, dan Erka) dan Asisten 2009 (Caesario, Ayu, Rizky, Fahmi, Mayda, dan Afif), semangat, adik-adikku!! Nitip Lab ke kalian yah. Banyak sekali pengalaman yang kudapatkan selama ini, yang tak akan pernah terlupakan dan tergantikan ketika bersama kalian.
16.Terima kasih semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan, serta kami harapkan agar penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.
Malang, 07 Maret 2011
viii
ABSTRAK
Parathon, Nugroho Satya, 2011. Hubungan Antara Konsumsi Serat Makanan dan Kejadian Hemoroid, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (I) dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP (II) dr. Djaka Handaya, MPH.
Latar Belakang: hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk salah satu penyakit yang umum ditemukan di mana-mana. Banyak ahli medis mempercayai bahwa kurangnya asupan serat makananberkontribusi dalam berkembangnya hemoroid yang simtomatik. Konsumsi serat makanan penduduk Indonesia masih tergolong rendah yaitu 10,5 g/hari atau setengah dari anjuran yaitu 27 g/hari menurut ADA.
Tujuan: mengetahui hubungan antara konsumsi serat makanan dan kejadian hemoroid.
Metode: penelitian observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel adalah 90 orang. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji chi square dan uji korelasi Contingency Coefficient.
Hasil penelitian: dari 90 orang didapatkan sampel dengan hemoroid sebanyak 54 orang dan sampel tanpa hemoroid sebanyak 36 orang. Hasil analisis uji chi-square didapatkan secara statistik ada hubungan antara konsumsi serat makanan dan kejadian hemoroid (p<0,05). Nilai RP<1 menunjukan bahwa konsumsi serat merupakan faktor protektif terhadap hemoroid. Contingency Coefficient (r)=0,208 yang menyatakankekuatan hubungan antara 2 variabel tergolong lemah.
Kesimpulan: ada hubungan antara konsumsi serat makanan dan kejadian hemoroid.
ix
ABSTRACT
Parathon, Nugroho Satya, 2011. Correlation Between Dietary Fiber Consumption and Hemorrhoids, Medical Faculty, University of Muhammadiyah Malang. Advisor: (I) dr. Ruby Riana Asparini, Sp.BP (II) dr. Djaka Handaya, MPH.
Background: Hemorrhoids are having been mentioned many centuries ago and one of the most common conditions can be found anywhere. Many clinicians believe that inadequate fiber intake contribute to the development of symptomatic hemorrhoids. Indonesian consumption of dietary fiber is still low, which is 10,5 g/day or half of recommendation which is 27 g/day according to ADA.
Objective: to investigate correlation between dietary fiber consumption and hemorrhoids.
Method: observational analytic with cross sectional approcah. Samples were 90 people. Data in this research was analyzed using prevalence ratio, chi square test, and Contingency Coefficientcorrelation test.
Result: From 90 people it was acquired that there were 54 samples with hemorrhoids and 36 samples without hemorrhoids. Analytical result shown from chi-square test indicated that statistically, there was correlation between dietary fiber consumption and hemorrhoids (p<0,05). RP value <1 indicated that dietary fiber consumption was a protective factor to hemorrhoids. Contingency coefficient (r)=0,208 which indicated correlation level between 2 variables was categoryzed weak.
Conclusion: there was correlation between dietary fiber consumption and hemorrhoids.
x DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PENGUJI ii
KATA PENGANTAR ... iii UCAPAN TERIMA KASIH ... v ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 3
1.3 Tujuan penelitian 3
1.3.1 Tujuan umum 3
1.3.2 Tujuan khusus 3
1.4 Manfaat penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Serat 5
2.1.1 Pengertian serat 5
xi
2.1.2.1 Serat tidak larut air 6
2.1.2.2 Serat larut air 6
2.1.3 Peranan fisiologis serat 8
2.1.4 Jumlah konsumsi serat yang dianjurkan 11 2.1.5 Dampak kelebihan dan kekurangan serat 12
2.2 Hemoroid 13
2.2.1 Definisi hemoroid 13
2.2.2 Epidemiologi 13
2.2.3 Anatomi dan fisiologi 13
2.2.3.1 Anatomi 13
2.2.3.2 Fisiologi 15
2.2.4 Patofisiologi dan etiologi 18
2.2.5 Klasifikasi 20
2.2.6 Gejala dan tanda 21
2.3 Hubungan serat dengan hemoroid 24
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 26
3.1 Kerangka konsep 26
3.2 Hipotesis 27
BAB 4 METODE PENELITIAN 28
4.1 Desain penelitian 28
4.2 Lokasi dan waktu penelitian 28
4.3 Populasi dan sampel 28
4.3.1 Populasi 28
xii
4.3.3 Besar sampel 28
4.3.4 Teknik pengambilan sampel 29
4.3.5 Karakteristik sampel penelitian 29
4.3.6 Variabel penelitian 30
4.3.6.1 Variabel bebas 30
4.3.6.2 Variabel tergantung 30
4.3.7 Definisi operasional variabel 30
4.4 Instrumen penelitian 31
4.5 Prosedur penelitian 31
4.6 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data 32
4.6.1 Data primer 32
4.6.2 Data sekunder 32
4.7 Analisis data 32
BAB 5 HASIL PENELITIAN 34
5.1 Deskripsi karakteristik sampel 34
5.1.1 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya
hemoroid 34
5.1.2 Distribusi sampel menurut usia 35 5.1.3 Distribusi sampel menurut jenis kelamin 36 5.1.4 Distribusi sampel menurut tingkat pendidikan 36 5.1.5 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya
faktor keturunan hemoroid 37
5.1.6 Distribusi sampel menurut jenis kloset
xiii
5.1.7 Distribusi sampel menurut frekuensi BAB 39 5.1.8 Distribusi sampel menurut konsumsi
serat makanan 39
5.2 Tabulasi silang hubungan antara konsumsi serat
makanan dan kejadian hemoroid 40
BAB 6 PEMBAHASAN 43
6.1 Deskripsi karakteristik sampel 43
6.1.1 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya
hemoroid 43
6.1.2 Distribusi sampel menurut usia 44 6.1.3 Distribusi sampel menurut jenis kelamin 44 6.1.4 Distribusi sampel menurut tingkat pendidikan 45 6.1.5 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya
faktor keturunan hemoroid 46
6.1.6 Distribusi sampel menurut jenis kloset
yang digunakan 46
6.1.7 Distribusi sampel menurut frekuensi BAB 47 6.1.8 Distribusi sampel menurut konsumsi
serat makanan 47
6.2 Tabulasi silang hubungan antara konsumsi serat
makanan dan kejadian hemoroid 48
xiv
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 51
7.1 Kesimpulan 51
7.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 53
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Jenis pangan tinggi serat 7
2.2 Derajat hemoroid interna 21
5.1 Distribusi sampel menurut ada tidaknya hemoroid 34
5.2 Distribusi sampel menurut usia 35
5.3 Distribusi sampel menurut jenis kelamin 36 5.4 Distribusi sampel menurut tingkat pendidikan 37 5.5 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya
faktor keturunan hemoroid 37
5.6 Distribusi sampel menurut jenis kloset yang digunakan 38 5.7 Distribusi sampel menurut frekuensi BAB 39 5.8 Distribusi sampel menurut konsumsi serat makanan 39
5.9 Crosstabulation 40
5.10 Uji Chi Square 41
5.11 Contingency Coefficient 41
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1 Mekanisme serat dalam meningkatkan massa feses 9 2.2 Anatomi anorektum, hemoroid interna, dan eksterna 14
2.3 Sistem perdarahan anorektal 15
2.4 Hemoroid interna dan hemoroid eksterna 22
2.5 Letak hemoroid interna pada pasien dengan posisi litotomi 22
2.6 Hemoroid eksterna 23
3.1 Kerangka konsep 26
4.1 Prosedur penelitian 31
5.1 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya hemoroid 35
5.2 Distribusi sampel menurut usia 35
5.3 Distribusi sampel menurut jenis kelamin 36
5.4 Distribusi sampel menurut tingkat pendidikan 37 5.5 Distribusi sampel menurut ada atau tidaknya faktor
keturunan hemoroid 38
5.6 Distribusi sampel menurut jenis kloset yang digunakan 38
5.7 Distribusi sampel menurut frekuensi BAB 39
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AACC : American Association of Cereal Chemist
IDF : Insoluble Dietary Fiber
SDF : Soluble Dietary Fiber
SCFA : Short Chain Fatty Acid WHC : Water Holding Capacity Kcal : Kilo Calori
ADA : American Dietetic Association
NCI : National Cancer Institute
ACS : American Cancer Society
A. : Arteri
V. : Vena
M. : Muskulus
BAB : Buang Air Besar URT : Ukuran Rumah Tangga
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Informed consent 2. Kuesioner
3. Kandungan serat berbagai makanan 4. URT yang sering dipakai
xix
DAFTAR PUSTAKA
AACC, 2001, The Definition of Dietary Fiber, AACC Report, Vol.46, hal 112-126.
Almatsier S, 2004, Penuntun Diet edisi Baru: Instalasi Gizi Perjan Dr.Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia,PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Alonso PC, Castillejo MM, 2003, Office Evaluation and Treatment of
Hemorrhoid, The Journal of Family Practice, Vol.52, hal 1-9.
Ansara D, Cohen MM, Gallop R et al, 2003, Predictors of women’s physical, health problems after childbirth, Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology, Vol.26, hal 115-125.
Badan Pusat Statistika, 2010, Indikator Pendidikan Tahun 1994-2009, Badan Pusat Statistika Republik Indonesia, Jakarta [online], cited 28 Februari 2011, available from: www.bps.go.id.
Biringer A, 2001, Common Physical Discomforts of Pregnancy, CAN.FAM. Physician, Vol.34, hal 1965-1968.
Aziz MW, Mazar T, Wazir U, 2005, Correlation of Female Parity to Commons
Perianal Conditions, JPMI, Vol.19, hal 81-85.
Chen H, 2010, Illustrative Handbook of General Surgery. Berlin: Springer. hlm. 217 [online], cited 26 Desember 2010, available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Hemorrhoid.
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TL, et al, 2004, Colon, Rectum, And Anus, Dalam : Scwartz’s Principle of Surgery, edisi 8, McGraw-Hill, USA. Cintron Jose R, Herand Abcarian, 2007, Benign Anorectal: Hemorrhoids, dalam :
2007, The ASCRS Textbook of Colon and Rectal Surgery, Springer, New York, hal. 156-172.
Dharmarajan TS, Ravuniarath J, Pitchumoni CS, 2003, Dietary Fiber : Its Role in Older Adults, Geriatric Gastroenterologi, vol. 9, hal. 43-58.
Dimmer C, Martin B, Reeves N et al, 1996, Squatting for Prevention of Hemorrhoids? [online], cited 25 February 2011, available from: www.uow.edu.au/arts/sts/bmartin/pubs/96tldp.html.
xx
Ganong WF, 1999, Pengaturan Fungsi Gastrointestinal, Dalam: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, edisi 17, EGC, Jakarta, hal 495-499.
Guyton AC, Hall JE, 2008, Pergerakan Makanan Melalui Saluran Pencernaan, Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Terjemahan: Irawati Setiawan, Edisi 11, EGC, Jakarta.
Hamish WT, 2000, Chapter 28: Hemorrhoids or Piles, Dalam: Oxford Textbook of
Surgery, edisi 2, Oxford University Press, USA, hal 101-124.
Handayati SP, Nasoetion A, Sukandar D, 2008, Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke Dalam Satuan Berat (gram) Pada Beberapa Jenis Pangan
Sumber Protein, Jurnal Gizi dan Pangan, Vol. 1, hal 49-60.
Headrick CN,Stamos MJ, 2006, Hemorrhoids and Rectal Prolapse, The American Journal of Gastroenterology, Vol 34, hal 245-251.
Jong WD, 2005, Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum, Dalam: Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 910-915.
Jahari AB, I Sumarno, 2002, Tingkat konsumsi serat Penduduk di Indonesia, Pusat penelitian dan pengembangan Gizi Departemen Kesehatan RI, Bogor.
Khanzada MS, Ali S, Anwar S, 2007, Pattern of Abdominal Disease Presenting to Surgeon: A District General Hospital Experience in England, Gomal Journal of Medical Sciences, Vol.5, hal 5-8.
Kusharto CM, 2006, Serat Makanan dan Peranannya Bagi Kesehatan, Jurnal Gizi dan Pangan, Vol. 2, hal. 45-54.
Lembo A, Camilleri M, 2003, Current Concept: Chronic Constipation, The New England Journal of Medicine, Vol. 349, 1360-1368.
Lindseth GN, 2006, Gangguan Usus Besar, Dalam : Silvia AP, Lorraine MW, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6, EGC, Jakarta.
Lorenzo RS, 2009, Hemorroids: Diagnosis and Current Management, Proquest Medical Library, USA.
Made A, Tutik W, 2004, Diet Sehat dengan Makanan Berserat, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo
Madoff RD, Fleshman JW, 2004, Technical Review on the Diagnosis and
Treatment of Hemorrhoids, The American Gastroenterologi
xxi
Nisar PJ, Scholefield JH, 2003, Managing Haemorrhoids, BMJ, Vol.327, hal 847-851.
Nivatvongs S, 2007, Principle and Practice of Surgery for the Colon, Rectum,
and Anus. Edisi 3. Informa Health Care. New York.
Person OK, Person B, Wexner SD, 2007, Hemorrhoidal Disease: A
Comprehensive Review, The American College of Surgeon, Vol.204,
hal 1-16.
Sardinha TC, Corman ML, 2002, Hemorrhoids, Surg Clin N Am, Vol. 82, hal 1153-1167.
Sastroasmoro, Sofyan I, 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Soelistijani, 1999, Sehat dengan Menu Berserat, Trubus Agriwidya, Jakarta. Sri KS, 2009, Pentingnya Serat untuk mencegah Konstipasi, Repository FK USU,
Medan.
Sugiyono, 2001, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Susmiati, 2007, Peran Serat Makanan (Dietary Fiber) dari Aspek Pemeliharaan
Kesehatan, Pencegahan dan Terapi Penyakit, Makalah Kedokteran
Andalas, Vol. 31, hal 44-49.
Vilalba H, Abbas MA, 2007, Hemorrhoids: Modern Remedies for An Ancient Disease, The Permanente Journal, Vol. 11, hal 74-76.