• Tidak ada hasil yang ditemukan

PATOFISIOLOGI MOLEKULER ATEROSKLEROSIS DAN DIET ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PATOFISIOLOGI MOLEKULER ATEROSKLEROSIS DAN DIET ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI MOLEKULER ATEROSKLEROSIS DAN DIET ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

Oleh :

DWI HUTAMI SEKARWANGI 08020069

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

PATOFISIOLOGI MOLEKULER ATEROSKLEROSIS DAN DIET ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS

KAJIAN PUSTAKA

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Fakultas Kedokteran

Oleh:

DWI HUTAMI SEKARWANGI

NIM 08020069

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS AKHIR Telah disetujui sebagai karya tulis akhir

Untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

10 Juni 2014

Pembimbing I

dr. Meddy Setiawan, Sp. PD

Pembimbing II

dr. Rahmiyah Fadilah

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

LEMBAR PENGUJIAN

Kajian Pustaka oleh Dwi Hutami Sekarwangi ini Telah Diuji dan Dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Hari Selasa, 10juni 2014.

Tim Penguji

dr. Meddy Setiawan, Sp. PD , Ketua

dr. Rahmiyah Fadilah , Anggota

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kajian pustaka yang berjudul

―Patofisiologi Molekuler Aterosklerosis Dan Diet Aterosklerosis Pada Tikus‖.

Penulisan kajian pustaka ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran, Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT.

2. dr. Irma Suswati, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

3. dr. Moch. Ma’roef, Sp. OG selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

4. dr. Rahayu, Sp. S selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

(6)

iv

6. dr. Meddy Setiawan, Sp. PD selaku pembimbing 1 atas bimbingan, pelajaran, dukungan, kesabaran, ketelitian dan saran yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

7. dr. Rahmiyah Fadilah selaku pembimbing 2 atas kesabaran, saran, dan ketelitiannya dalam membimbing dan memberi saran dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

8. dr. Annisa’ Hasanah, M.Si selaku penguji atas saran, kritik, ketelitian dan bimbingannya dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

9. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan. 10. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Rochmad Buchori dan (Alm) Ibunda

Siti Supadmi yang telah memberikan dukungan materi maupun moral serta dukungan semangat, kepercayaan dan do’a yang luar biasa bagi penulis. 11. Adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moral dan semangat bagi

penulis.

12. Staff TU Fakultas Kedokteran UMM yang telah memberi kemudahan dalam proses perkuliahan selama ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis mohon maaf jika ada kekurangan dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga kajian pustaka ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(7)

v ABSTRAK

Sekarwangi, Dwi Hutami. 2014. Patofisiologi Molekuler Aterosklerosis Dan Diet Aterosklerosis pada tikus. Kajian Pustaka. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Meddy Setiawan*, (2) Rahmiyah Fadilah**.

Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronis yang terjadi pada pembuluh darah arteri. Aterosklerosis sendiri terdiri dari proses oksidasi LDL, disfungsi endotelial, aktivasi molekul adesi, menempelnya leukosit dan monosit pada dinding pembuluh darah arteri. Molekul adesi seperti Vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) bertanggungjawab pada pelekatan monosit dan leukosit pada dinding sel pembuluh darah yang kemudian akan mengeluarkan makrofag dan pembentukan sel busa (foam cells). Oklusi pada pembuluh darah yang disebabkan oleh aterosklerosis dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan Peripheral arterial disease (PAD). Penelitian pada tikus dilakukan untuk mengetahui perjalan terjadinya aterosklerosis dan untuk mencari terapi yang tepat dalam mencegah dan mengobati aterosklerosis. Terdapat berbagai macam diet aterosklerosis pada tikus. Jenis diet yang paling sering digunakan adalah Western type diet, yang mempunyai kandungan kolat yang berfungsi untuk meningkatkan kadar kolesterol.

Kata Kunci: Patofisiologi molekuler, aterosklerosis, diet aterosklerosis, tikus * : Spesialis penyakit dalam dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang

(8)

vi ABSTRACT

Sekarwangi, Dwi Hutami. 2014. Molecular Pathophysiology of Atherosclerosis and Atherosclerotic Diet on Mice. Literature review. Medical Faculty., University Muhammadiyah of Malang.Supervisors: (1) Meddy Setiawan*, (2) Rahmiyah Fadilah**.

Atherosclerosis is a chronic inflammation that happened in the arterial blood vessels. Hallmarks of the atherosclerosis is the oxidation of LDL,continued by endotial dysfunction, activation of adhesion molecule that cause attachment of monocyte and leucocyte on aterial blood vessels wall. Adhesion moleculevascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) responsible for attachment of monocyte and leucocyte on the arterial blood vessels wall, which will then be transformed into macrophages and formation of foam cells. Occlusion on the blood vessels that caused by atherosclerosis can lead to coronary heart disease, stroke andperipheral arterial disease (PAD). Experiment on mice was conducted to determine the occurrence of atherosclerosis and also to find prompt treatment in preventing and treating atherosclerosis. There are various kinds of dietary to induced atherosclerosis in mice. The most commonly diet used is the Western-type diet, which contain cholate to elevate cholesterol level.

Keywords:Molecular Pathophysiology, Atherosclerosis, Atherosclerotic Diet, Mice

* : Internist and teaching staffof Medical Science Faculty, University Muhammadiyah of Malang

(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN i

LEMBAR PENGUJI ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Aterosklerosis 1

1.1.1 Definisi 1

1.1.2 Epidemiologi 3

1.1.3 Faktor Aterosklerosis 4

1.1.3.1 Hipertensi 4

1.1.3.2 Merokok 5

1.1.3.3 Obesitas 6

1.1.3.4 Diabetes mellitus 7

1.1.3.5 Keturunan 8

1.1.3.6 Hiperhomosisteinemia 8

1.1.3.7 Infeksi 11

1.1.4 Macam-macam lesi aterosklerosis 13

1.1.5 Komplikasi 14

1.2 Macam-macam diet pada tikus 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18

2.1 Patofisiologi aterosklerosis 18

2.1.1 Peran aktifitas endothelial, molekul adesi dan kemokin 23 2.1.2 Peran makrofag dalam perkembangan plak 25

(10)

viii

2.1.3 Aktifasi sel T dan peradangan vascular 28

2.1.4 Lemak dan aterosklerosis 29

2.1.5 Peran angiotensin pada aterosklerosis 33

2.1.6 Heat shock protein 34

2.2 Pengaruh pemberian diet aterosklerosis 40

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 46

3.1 Kesimpulan 46

3.2 Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

……… ……… ……… ………

……… ………

… ………………

……… ………

………………

……… ………

……… ………

……… ………

………

…………………

(11)

ix

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 1.1 Tipe Lesi Utama Pada Aterosklerosis 13 Tabel 1.2 Contoh Diet Yang Digunakan Pada Model Aterosklerosis 16

………

……….………

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 1.1 Lesi Aterosklerotik Pada Arteri Manusia 2 Gambar 2.1 Efek LDL Pada Inflamasi Pembuluh Darah Arteri 25 Gambar 2.2 Peran Makrofag Dalam Inflamasi Arteri 27 Gambar 2.3 Efek Aktifasi Sel T Peradangan Plak 29

……… ……… ………. ……… ……… ………. ……… ……… ………….

(13)

xi

DAFTAR SINGKATAN

ACAT : Acyl coa cholesterol acyltransferase AGAT : Acyl coa diglycerol acyltransferase AGE : Advance glycation end products ANGII : Angiotensin II

APO-B : Apoprotein B Bcl-2 : B cell lymphoma 2

Bcl-xl : B cell lymphoma extra large CCR1 : C-C chemokine receptor 1 CD40 : Cluster of determination 40 CMV : Cytomegalovirus

Cpn : Chlamidia pneumoniae CRP : C-Reactive protein DNA : Deoxyribonucleic Acid

eNOS : Endothelial nitric oxide synthase

ER : Estrogen receptor

ET-1 : Endothelin 1

FKM UI : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hcy : Homocystein

HDL : High density lipoprotein HSP : Heat shock protein

ICAM-1 : Intercelluler adhesion molecule -1 IFN- : Interferon

(14)

xii IL-18Rα/ : Interleukin –18 receptor α/ IL-6 : Interleukin 6

LDL : Low density lipoprotein

LDLR : Low density lipoprotein receptor LPS : Lipopolysaccharide

MCP-1 : Monocyte chemoattractant protein-1 MCSF : Monocyte colony stimulating factor MHC : Major histocompatibility complex MIP-2 : Macrophage inflamatori protein MLT : methionine loading test

MMP : Matrix Metalloproteinase MRP 8/14 : Myeloid related protein 8/14

NADPH : Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate NF-κB : Nuclear factor kappa b

NKT : Natural killer T NO : Nitric Oxide

NOD1 : Nucleotide-binding oligomerization domain-containing protein 1 NOD2 : Nucleotide-binding oligomerization domain-containing protein 2 OX-LDL : Oxidized LDL

PAD : Peripheral arterial disease

PAMPs : Pathogen-associated molecular patterns PCR : polymerase chain reaction

PDGP : Platelet Derived Growth Factor PKV : Penyakit kardiovaskular

PPAR : Peroxisome proliferator activated receptor

(15)

xiii ROS : Reactive oxygen species

SUSENAS : Survei Sosial EkonomiNasional TCFA :Thin capped fibroatheroma TGF- : Transforming growth factor TH-1 : T-helper1

TIMP-1 :Tissue inhibitor metalloproteinase 1 TNF-α : Tumor necrosis factor α

(16)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Abou-Raya, Anna. Abou-Raya, Suzan. 2006. Inflammation: A pivotal link between autoimmune diseases and atherosclerosis. doi:10.1016/j.autrev.2005.12.006 elsevier 2006

Ambrose, John A. Barua, Rajat S. 2004. The Pathophysiology of Cigarette Smoking and Cardiovascular Disease An Update. J Am Coll Cardiol 2004;43:1731–7

Antoniades, Charalambos. Antonopoulos, Alexios S. Tousoulis, Dimitris. Marinou, Kyriakoula. Stefanadis, Christodoulos. 2009. Homocysteine and coronary atherosclerosis: from folate fortification to the recent clinical trials. European Heart Journal (2009) 30, 6–15

Bastaa, Guiseppina. Schmidtb, Ann Marie. Caterina, Raffaele De. 2004. Advanced glycation end products and vascular inflammation: implications for accelerated atherosclerosis in diabetes. Cardiovascular Research 63 (2004) 582– 592

Beckman MD, Joshua. Creager, Mark A. Peter Libby. 2005. Diabetes and atherosclerosis epidemiology,pathophysiology, and management. JAMA 287 pp2570-2581

Castro, R. Rivera, I. Blom, H.J. Jakobs, C. Tavares de Almeida, I. 2006. Homocysteine metabolism, hyperhomocysteinaemia and vascular disease: An overview. J Inherit Metab Dis (2006) 29: 3–20

Chun Y-HP, Chun K-RJ, Olguin D• fA, Wang H-L. 2005. Biological foundation for periodontitis as a potential risk factor for atherosclerosis. J Periodont Res. 40. Pp 87–95

Dandona, Paresh. Aljada, Ahmad. Bandyopadhyay. Arindam. 2004. Inflammation: the link between insulin resistance, obesity and diabetes. Volume 25, Issue 1, p4–7, January 2004 elsevier

Delima, Mihardja, Laurentia. Siswoyo Hadi. 2009. Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia. Bul. Penelit. Kesehat., Vol. 37, No. 3,2009 : 142 – 159

Epstein, Stephen E. Zhu, Jianhui. Najafi, Amir H. Burnett, Mary S. 2009. Insights Into the Role of Infection in Atherogenesis and in Plaque Rupture. Circulation. 2009;119:3133-3141

(17)

xv

Hansson ,Goran K. 2005. Mechanisms of Disease Inflammation, Atherosclerosis, and Coronary Artery Disease N Engl J Med 352:1685-95.

Hatma, Ratna Djuwita. 2012. Sosial Determinan dan Faktor Resiko Kardiovaskular (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Buletin Jendela data & Informasi Kesehatan Vol.2 pp15-21

Insull Jr, William. 2009. The Pathology of Atherosclerosis: Plaque Development and Plaque Responses to Medical Treatment .The American Journal of Medicine (2009) 122, S3–S14

Lee, Woo Song. Im, Kyung Ran. Park, Dae Yong. Sung, Nack Do. Jeong Tae-Sook. 2006. Human ACAT-1 and ACAT-2 Inhibitory Activities of Pentacyclic Triterpenes from the Leaves of Lycopus lucidus TURCZ. Biol. Pharm. Bull. 29(2) 382.384

Libby, Peter. 2012. Inflammation in Atherosclerosis. Artherioscler Thromb Vasc Bio 2012;23.pp 2045-2051

Meuwese, Marijn C. Groot, Eric de. Duivenvoorden Raphael. Trip, Mieke D. Ose, Leiv. Maritz, Frans J. Basart, Dick C.G. Kastelein, John J. Habib, Rafik. Davidson Michel H. Schwocho, Lee R. Stein, Evan A. 2009. ACAT Inhibition and Progression of Carotid Atherosclerosis in Patients With Familial Hypercholesterolemia The CAPTIVATE Randomized Trial JAMA, March 18, 2009—Vol 301, No. 11 1131-1139

Packard, Rene´ R. S., Libby, Peter. 2008. Inflammation in Atherosclerosis: From Vascular Biology to Biomarker Discovery and Risk Prediction. Clinical Chemistry 54:1 pp 24–38

Rigano et.al. 2007. Heat Shock Proteins and Autoimmunity in Patients with Carotid Atherosclerosis. Ann. N.Y. Acad. Sci. 1107: 1–10. Stassen, Frank R. Vainas, Tryfon. Bruggeman, Cathrien A.. 2008. Infection and atherosclerosis An alternative view on an outdated hypothesis. pharmacological reports,60, pp 85-92

Tarkun, İlhan. Arslan, Berrin C. Cantürk, Zeynep. Sahin, Tayfun. Duman, Can. 2004. Endothelial Dysfunction in Young Women with Polycystic Ovary Syndrome: Relationship with Insulin Resistance and Low-Grade Chronic Inflammation. DOI: http://dx.doi.org/10.1210/jc.2004-0751

Tedgui, Alain, Ziad Mallat. 2006. Cytokines in Atherosclerosis: Pathogenic and Regulatory Pathways. Physiol Rev 86: 515–581

(18)

xvi

Coronary Artery Bypass Grafts The Effect of Aggressive Statin Therapy. JACC Vol. 52, No. 8, 2008 August 19, 2008:620–5

(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Aterosklerosis

1.1.1 Definisi Aterosklerosis

Banyak bukti yang mengatakan bahwa aterosklerosis merupakan suatu

proses inflamasi kronis dan senyawa inflamasi seperti CRP dapat digunakan

sebagai pengukur resiko kardiovaskular secara global (Tarkun, 2004).

Abou-Raya (2004) mengatakan bahwa aterosklerosis merupakan

sebuah proses inflamasi aktif dan diperantarai oleh sistem imun yang dimana

proses inflamasi sistemik dan mekanisme sistem imun ( antibodi yang beredar,

kompleks imun, dan produk yang dihasilkan oleh aktifasi sistem imun)

memainkan peran dalam mempercepat proses patologi (Abou-Raya, 2006)

Lesi aterosklerotik adalah bentukan asimetris penebalan lapisan paling

dalam dari pembuluh darah arteri (gambar 1.1). Yang terdiri dari sel-sel,

elemen jaringan ikat dan debris. Faktor inflamasi yang berasal dari darah dan

sel-sel imun merupakan bagian penting dari pembentukan atheroma, sisanya

merupakan kerja dari sel endothelial vaskuler dan sel otot polos (Hansson,

2005).

Ateroma dimulai dengan pembentukan fatty streak, yaitu akumulasi

sel-sel lemak yang berada dibawah endotelium. Sebagian besar dari sel-sel

yang membentuk fatty streak sebagian besar adalah makrofag dan sel T. Fatty

streaks ada pada orang dengan usia muda, tidak mempunyai gejala dan

mungkin akan berubah menjadi ateroma atau akhirnya menghilang dengan

(20)

2

membentuk wilayah ini yang dikelilingi oleh lapisan yang terbuat dari sel-sel

otot polos dan matriks kaya kolagen (Hansson, 2005).

Sel T, makrofag dan sel mast menginfiltrasi lesi dan terutama banyak

terdapat di percabangan arteri dimana ateroma tumbuh. Banyak tanda-tanda

aktivasi sel-sel imun dan produksi dari sitokin inflamasi (Hansson,2005).

(Hansson, 2005) (Hansson,2005)

T Cell

Mast cell Macrophage

Proteases, prothrombotic factors

Microbes,autoantigens , inflammatory molecules

Endothelium Smooth

[image:20.595.127.509.227.491.2]

Muscle cells

Gambar 1.1 Lesi Aterosklerotik Pada arteri manusia

Gambar A menunjukkan potongan menyilang dari arteri pasien yang meninggal akibat infark miokard massif. Terdapat Thrombus diatas plak aterosklerotik kaya lemak. Tudung fibroma menutupi inti kaya lemak yang telah pecah ( area diantara 2 panah), mengekspos inti trombogenik ke darah. Trichrome stain digunakan untuk menggambarkan thrombus luminal dan perdarahan intraplak merah dan kolagen biru.

Gambar B adalah hasil dari mikrograf pada area di gambar A yang diindikasi oleh tanda bintang dan menunjukkan isi dari plak ateroma yang telah pecah merembes melalui celah di tudung ke lumen, yang menunjukkan bahwa plak pecah yang mendahului thrombosis ( bintang menandai Kristal kolesterol).

Gambar C mengilustrasikan urutan aktifasi sel imun dan berbagai molekul inflamasi yang mengaktifasi sel T, Makrofag dan sel mast yang mengakibatkan sekresi dari sitokin inflamari(mis. Interferon dan tumor necrosis factor) yang mereduksi stabilitas dari plak. Aktivasi dari makrofag dan sel mast juga melepaskan metalloproteinase dan cysteine protease. Yang akan menyerang langsung kolagen dan komponen lainnya dari matriks jaringan. Sel-sel inijuga memproduksi faktor prothrombotik dan prokoagulan yang secara langsung mempercepat pembentukan thrombus pada tempat pecahnya plak.

A B

C

Thrombus

Ruptured Cap

(21)

3

1.1.2 Epidemiologi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh DR. dr Ratna Djuwita Hatma, MPH dari departemen epidemiologi FKM-UI didapatkan bahwa seseorang yang tinggal di daerah urban rata-rata kadar kolesterol (212.24 mg/dl) secara signifikan lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah rural (204.71 mg/dl) (Hatma, 2012).

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan di antara penduduk Indonesia umur 15 tahun, prevalensi sakit jantung berdasarkan informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama hidupnya sebesar 1,3% dan yang pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman sakit jantung (angina pectoris) menurut gejala dilaporkan oleh 1 per 1000 penduduk umur ≥15 tahun di mana 93% di antaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan (Delima, 2009).

(22)

4

1.1.3 Faktor resiko aterosklerosis

Beberapa faktor resiko dapat meningkatkan atau memprovokasi

terjadinya aterosklerosis melalui efek yang terjadi low-density lipoprotein

(LDL) dan proses peradangan. Faktor resiko ini yang paling sering meliputi

hipertensi, merokok, diabetes melitus, obesitas dan faktor genetik (Insull,

2009).

Pada pasien dengan resiko rendah dan resiko tinggi akan terjadi

pembentukan fatty streaks pada awalnya, kemudian setelah dimulai

pembentukan, plak fibrous menjadi dominan dan secara progresif meluas

hingga menutupi 20%-40% dari permukaan dinding arteri. Secara

keseluruhan plak-plak ini dapat berkembang menjadi total 20%-60% pada

usia 60 tahun. Dari perbandingan laki-laki yang memiliki resiko rendah dan

resiko tinggi, fatty streaks terjadi pada usia yang sama, dan rasio

pertumbuhan sekitar 0,3% pada permukaan dinding pembuluh darah. Namun

pada grup tinggi resiko plak fibrous cenderung dimulai pada usia yang lebih

muda dibandingkan dengan grup rendah resiko yaitu pada usia 17-23 tahun

(Insull, 2009).

1.1.3.1Hipertensi

Investigasi epidemiologi menunjukkan secara jelas bahwa hipertensi

merupakan faktor resiko kuat penyakit kardiovaskular. Selain diasosiasikan

dengan peningkatan aterosklerosis, peningkatan tekanan darah juga

ditemukan dapat mempredikasi kejadian kardiovaskular yang terkait

aterosklerosis, termasuk penyakit iskemik koroner, stroke dan Peripheral

(23)

5

karotis yang diukur dengan B-mode Ultrasound berresolusi tinggi berkorelasi

dengan tinggi tekanan darah dan secara akurat mencerminkan resiko

kardiovaskular (Tedgui, 2006).

Zat zat yang dihasilkan dari proses oksidasi lipoprotein akibat

hiperlipidemia dan angiotensin II pada pasien hipertensi, merupakan salah

satu faktor resiko klasik pada aterosklerosis. Hal ini merupakan stimulus awal

perekrutan sel-sel inflamasi pada lesi yang mungkin ada akibat pengeluaran

sitokin oleh sel dinding vaskular lokal yang juga mengeluarkan molekul adesi

dan molekul chemoattractant (Libby, 2012).

1.1.3.2 Merokok

Studi epidemiologi mendukung kuat pernyataan bahwa merokok pada

pria dan wanita meningkatkan insiden infark miokard dan penyakit arteri

koroner yang fatal. Bahkan rokok dengan kandungan tar rendah dan rokok

tanpa asap telah menunjukkan peningkatan resiko kejadian kardiovaskular

jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Terlebih lagi passive

smoking (Paparan rokok terhadap lingkungan) dengan paparan asap

diasosiasikan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular (PKV)

sebesar 30%, jika dibandingkan dengan active smokers yang memiliki faktor

resiko sebesar 80%. Walaupun bukti yang menghubungkan antara paparan

asap rokok dengan PKV, namun mengenai mekanisme yang bertanggung atas

hal ini belum diketahui secara jelas (Ambrose, 2004).

(24)

6

dalam darah. Selain itu beberapa studi menunjukkan bahwa asap rokok meningkatkan sekitar 20%-25% kadar leukosit. Dalam penelitian invivo asap rokokdihubungkan dengan peningkatan kadar beberapa faktor inflamasi seperti CRP, interleukin-6, dan TNFα (Ambrose, 2004).

1.1.3.3 Obesitas

Obesitas memicu perubahan metabolic tang mendukung suasana aterogenik. Jaringan adipose merupakan produsen utama dari sitokin proinflamasi dan hormone sehingga dianggap dapat menginduksi inflamasi sistemik derajat rendah yang dianggap sebagai salah satu patogenesis penyakit kardiovaskular (Wee, 2008).

Data terbaru menunjukkan bahwa kadar konsentrasi mediator inflamasi dalam plasma seperti TNFα dan IL-6 meningkat pada kondisi obesitas dan diabetes dipe 2. Kelebihan nutrisi kronis (obesitas), mungkin dapat menyebabkan kondisi proinflamasi dengan stress oksidatif. Peningkatan kadar TNFα dan IL-6 dapat menggangu aksi insulin dalam mensupresi sinyal

transduksi insulin, yang berakibat terhambatnya efek anti-inflamasi insulin (Dandona, 2004).

Sel endotelial normalnya menolak adesi leukosit. Stimuli

proinflamatori termasuk diet tinggi lemak tersaturasi, hiperkolesterolemia,

obesitas, hiperglikemia, insulin resistance, hipertensi dan merokok, memicu

ekspresi molekul adesi dari endotelial seperti P-Selectin dan Vascular Cell

Adhesion Molecule-1 (VCAM-1), yang memediasi penempelan monosit dan

(25)

7

1.1.3.4Diabetes mellitus

Diabetes tipe 1 dan tipe 2 merupakan salah satu faktor resiko independen utama untuk penyakit arteri koroner, stroke dan peripheral arterial disease (Basta, 2004).

Jalur yang paling utama yang terlibat dalam pathogenesis yang mempercepat proses aterogenesis pada penyakit diabetes kemungkinan besar adalah peningkatan glikasi nonenzimatik dari protein dan lemak, dengan pembentukan dan pengeluaran dari Advance glycation end products (AGEs) (Basta, 2004).

AGEs mendukung proses aterogenesis dengan mengoksidasi LDL, dan menyebabkan perubahan pada kolagen intima. Plasma protein yang mudah larut, seperti LDL dan immunoglobulin G, juga terperangkap dan berikatan kovalen dengan AGEs dalam kolagen. Pengikatan AGEs terhadap reseptor AGE pada endotelial juga menghasilkan pada pengurangan mekanisme perlindungan antioksidan selular (mis. gluthatione, vitamin C) dan juga pembentukan ROS. Sebagai akibat atas peningkatan stres oksidatif seluler, terjadilah pengaktifan NF-κB, yang berujung pada pengeluaran ekspresi gen yang diatur oleh NF-κB, selain itu faktor prokoagulan, molekul adesi seperti E-Selectin, ICAM-1, VCAM-1 juga dikeluarkan (Basta, 2004).

Pada suatu studi di satu populasi didapatkan selama periode 7 tahun

insiden Infark Miokard pertama atau kematian pada pasien dengan diabetes

sebesar 20% akan tetapi pada pasien non-diabetes hanya sekitar 3.5%. Pasien

yang memiliki riwayat infark miokard meningkatkan rasio infark miokard

(26)

8

grup diabetes dan non-diabetes (18,8% pada pasien non-diabetes dan 45%

pada pasien diabetes). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien dengan

diabetes yang tidak memiliki riwayat infark miokard sebelumnya memiliki

level resiko yang sama untuk kejadian koroner akut selanjutnya dengan

pasien non-diabetik yang memiliki riwayat infark miokard (Beckman, 2005).

Pasien dengan diabetes memiliki resiko 2-4 kali lebih besar untuk

terkena PAD, lebih sering mempunyai femoral bruits dan absent pedal pulses

dan memiliki rasio ankle-brachial yang abnormal dengan indeks berkisar dari

11,9% hingga 16% (Beckman, 2005).

1.1.3.5 Keturunan

Dimana beberapa faktor resiko seperti merokok dan kebiasaan makan

merupakan faktor dari luar, faktor resiko lainnya seperti hipertensi arteri dan

hiperkolesterolemia setidaknya sebagian berada di bawah kontrol faktor

genetik. Selain itu pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan infark

miokard atau stroke menambah satu faktor resiko independen, menambah

kerentanan gen untuk aterosklerosis (Moskau, 2005).

1.1.3.6 Hiperhomosisteinemia

Hiperhomosisteinemia telah dianggap sebagai faktor resiko

aterosklerosis dan penyakit vascular yang dapat diubah . Mekanisme

hubungan antara homosistein dalam kerusakan endotelial dan penyakit

vascular masih belum di pahami secara sempurna (Castro, 2006).

Hiper homosistein mengacu pada kondisi peningkatan kadar

Homocysteine(Hcy) dalam sirkulasi darah. Pengukuran total

(27)

9

methionine loading test (MLT). Pada keadaan puasa interval yang disarankan

untuk individu sehat adalah 2.5th-97.5th (Castro, 2006).

Didapatkan dari meta-analisis terbaru “Homocystein Studies

Collaboration” dari 5073 pasien dengan penyakit arteri koroner dan 1113

dengan stroke di temukan bahwa pengurangan 3 mmol/L plasma Hcy di sertai

dengan pengurangan resiko penyakit arteri koroner sebesar 11% dan stroke

sebesar 19%. Dan hasil dari meta analisis yang lainnya lebih dari 90 studi

genetik dan prospektif menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi Hcy

sebesar 3 mmol/L dari level sebelumnya (Didapatkan dengan meningkatkan

masukkan asam folat) dapat menurunkan resoko penyakit jantung iskemik

sebesar 16%, deep vein thrombosis sebesar 25% dan stroke sebesar 24%

(Antoniades, 2008).

Disfungsi endotelial merupakan kunci yang mengawali manifestasi

aterosklerosis dan penyakit vaskular. Beberapa penelitian in-vivo dari

berbagai macam spesies, monyet, tikus, mencit dan manusia, telah

mengindikasikan bahwa disfungsi endotelial terjadi pada

hiperhomosisteinemia. Sebagai tambahan, hiperhomosisteinemia

meningkatkan proliferasi sel otot polos, peningkatan agregasi platelet, dan

berperan dalam proses koagulasi dan fibrinolysis, sehingga mengubah

endothelium normal menjadi lebih bersifat protrombotik (Castro, 2006).

Selain itu hasil self-oxidation dari Hcy menjadi Homocystine dan

Hcy-thiolactone menghasilkan Reactive Oxygen Species(ROS) dan berperan

lebih lanjut dalam toksisitas vascular oleh homosisteinemia. Selanjutnya

(28)

10

superoxide radikal utama pada homosisteinemia dibawah kondisi khusus

eNOS dapat menjadi sumber superoxide radikal bukan NO. Mekanisme yang

disebutkan diatas meningkatkan produksi radikal superoxide yang bereaksi

dengan NO untuk membentuk peroxynitrite radicals,menyebabkan rendahnya

bioavaibilitas NO dan disfungsi endotelial (Antoniades, 2008).

Keadaan pro-oxidative pada homosisteinemia menyebabkan

pengaktifan beberapa mediator inflamasi, seperti nuclear factorkappa B

(NF-kB), yang bertanggung jawab pada regulasi transkripsional dari banyak gen

proinflamasi. Hal ini kemudian akan menyebabkan aktifasi sel endotelial dan

menginduksi ekspresi faktor vascular cell adhesion molecule-1, monocyte

chemoattractant protein-1, dan faktor lainnya, yang merupakan faktor yang

diketahui memiliki peran dalam aterogenesis. Terlebih lagi pengeluaran

biokimia yang dipicu oleh aktifasi NF-kB membuat peningkatan kadar sitokin

proinflamasi di peredaran yang juga memainkan peran pada aktifasi proses

inflamasi dalam dinding vascular. Peningkatan bukti yang menunjukkan

bahwa Hcy dapat meningkatkan resiko kardiovaskular sebagai hasil dari efek

yang ditimbulkannya pada fungsi endotelial. Walaupun Hcy telah

dihubungkan dengan kegagalan fungsi dilatasi mikrovaskular pembuluh darah

koroner pada individu sehat, homosisteinemia kronis pada manusia disertai

dengan peningkatan kadar endothelin-1 (ET-1), yang merupakan

vasokonstriktor terkuat pada manusia dan molekul kunci yang terlibat pada

(29)

11

1.1.3.7 Infeksi

Bukti menunjukkan bahwa terdapat patogen pada lesi aterosklerotik pembuluh darah dan studi seroepidemiological menunjukkan hubungan antara beberapa antibodi spesifik patogen dengan aterosklerosis. Hubungan tersebut ditemukan pada Cytomegalovirus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe 1 dan 2, Chlamydia pneumonia (Cpn), Helicobacter Pylori dan virus hepatitis a serta patogen periodontal (Epstein, 2009).

Cytomegalovirus(CMV) anggota dari subfamily keluarga herperviridae. CMV telah di laporkan berulang kali terdeteksi pada arteri yang didapatkan dari pasien aterosklerotik. Bukti juga datang dari penelitian eksperimental. Pada aorta tikus yang terinfeksi CMV terdapat abnormalitas pada struktur permukaan endotilial yang terlihat sangat mirip dengan yang terdapat pada tikus yang diberi pakan lemak. CMV menstimulasi akumulasi lemak dengan meningkatkan ekspresi Reseptor scavenger kelas A (Stessen, 2008).

Studi awal mengindikasikan kemungkinan hubungan antara Cpn dan aterosklerosis datang dari grup Saikku di Helsinki, Finlandia, yang menunjukkan bahwa pada pasien dengan penyakit jantung koroner lebih mungkin mempunyai antibodi Cpn (Stessen, 2008).

(30)

12

inhibitor aktivator plasminogen dan produksi makrofag akan matrix metalloproteinase (Stessen, 2008).

Terlebih lagi infeksi Cpn juga mungkin memainkan peran dalam pembentukan plak aterosklerosis yang tidak stabil yang menyebabkan kejadian akut kardio dan/atau serebrovaskular (Stessen, 2008).

H. pylori merupakan bakteri gram negative spiral bacillus. Masih

belum ada bukti yang kuat mengenai hubungan antara H. pylori dengan

aterosklerosis seperti yang ditunjukkan oleh Cpn. Tingkat sisioekonomi

diketahui memiliki hubungan dengan infeksi H. pylori (Kaplan, 2004).

Dalam rangka untuk mempertimbangkan penyakit periodontal sebagai

salah satu faktor resiko untuk aterosklerosis. Keberadaan patogen yang

diasosiasikan dengan penyakit periodontal harus ditemukan pada serum atau

plak ateromatous. Sebagai tambahan, patogen-patogen ini harus mengindusi

pelepasan sitokin proinflamatori (chun, 2005).

Diantara patogen-patogen periodontal P. Gingivalis telah di diakui

sebagai patogen utama dan faktor resiko untuk penyakit periodontal. Derajat

patogenositasnya telah dikaitkan dengan berbagai faktor virulensi.

Kemampuan yang paling signifikan adalah kemampuan untuk menyerang sel

epithelial, jaringan ikat, dan sel endotelial. Serangan P. Gingivalis

diperantarai melalui up-regilation dari molekul adesi seperti intercellular

adhesion molecule 1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1),

P- and E-selectins, hanya jika ada keberadaan fimbriae. Pengkatifan molekul

adesi juga dibutuhkan untuk mengikat leukosit ke endothelium., yang

(31)

13

1.1.4 Macam-Macam Lesi Aterosklerosis

Terdapat berbagai macam lesi aterosklerosis yaitu nonatherosclerotic intimal lesion(intimal thickening,intimal xanthoma or fatty streaks) , dan progressive atherosclerotic lesions(pathologic intimal thickening, pathologic

intimal thickening with erosion, fibrous cap atheroma, fibrous cap atheroma

with erosion, TCFA, calcified nodule, fibrocalcific plaque (Insull, 2009).

Nama Lesi Lesi Berdasarkan Histopatologi Thrombosis Lesi Intimal Non Aterosklerotic

1. Penebalan Intima Akumulasi normal sel otot polos pada intima tanpa disertai oleh lipid atau makrofag sel busa

Trombus(-)

2. Intimal Xanthoma atau

Fatty Streaks

Akumulasi subendoteliat dari sel busa di intima tanpa inti nekrosis atau Fibrous Cap

Trombus(-)

Lesi Aterosklerotic Progressif

1a. Penebalan Intima patologis Terdapat sel otot polos dalam matrix kaya akan proteoglikan dengan akumulasi area dari lipid ekstraseluler tanpa nekrosis

Trombus(-)

1b. Penebalan intima patologis dengan erosi

Thrombosis luminal, plak sama dengan diatas

Trombus lebih sering mural

dan jarang oklusif

2a. Fibrous Cap Atheroma Inti nekrosis sudah terbentuk sempurna dengan tudung fibroma yang mendasari

Trombus(-)

2b. Fibrous Cap Atheroma dengan erosi

Thrombosis luminal, plak sama dengan di atas, tidak ada jaringan thrombus dengan inti nekrotik Trombus sering berbentuk Mural dan jarang oklusif 3. TCFA Lapisan tipis tudung fibroma di

infiltrasi oleh makrofag, limfosit dan sel otot galus dan inti nekrosis yang mendasari

Trombus(-), dengan intraplak hemorrhage/fib rin

a. TCFA dengan rupture Fibroateroma dengan gangguan pada tudung, thrombus luminal berhubungan dengan inti nekrotik yang mendasari

Trombus biasanya oklusif

4. Kalsifikasi nodul Kalsifikasi nodular eruptif dengan fibrokalsifik plak yang

[image:31.595.122.505.274.748.2]

Thrombus biasanya tidak

(32)

14

mendasari oklusif

5. Fibrokalsifik plak Plak kaya kolagen yang biasanya berhubungan signifikan dengan stenosis, terdapat area kalsifikasi yang luas dengan sedikir sel-sel inflamatori, inti nekrotik mungkin ada

Thrombus(-)

1.1.5 Komplikasi

Stenosis yang terjadi akibat lesi aterosklerotik dapat berpotensi mengakibatkan iskemia atau dapat memicu oklusi thrombosis pada arteri utama yang terdapat di jantung, otak, kaki dan organ-organ yang lainnya. Lesi aterosklerosis dimulai dari lapisan dalam arteri (lapisan intima) dan bergerak progresif mempengaruhi seluruh lapisan dinding pembuluh darah, termasuk lapisan media dan adventitia (Insull, 2009).

1.2 Macam-macam diet aterosklerosis Pada Tikus

Tikus telah menjadi salah satu spesies unggul untuk digunakan dalam

eksperimen aterosklerosis. Tikus di lingkungan liar umumnya mengkonsumsi

diet rendah lemak dan hal ini menjadi basis dari pembentukan pakan standar

tikus yang terdiri dari 4%-6% lemak (berat lemak/berat diet) dan kandungan

kolesterol 0.02% (berat lemak/berat diet) (Getz, 2006).

Aterosklerosis tidak berkembang pada tikus laboratorium dalam

kondisi normal. Namun penghapusan dari gen untuk apolipoprotein E

cenderung mengarah pada hiperkolesterolemia berat dan aterosklerosis yang

spontan. Aterosklerosis juga akan berkembang pada tikus yang memliki Low

Density Lipoprotein Receptor (LDLR) yang sedikit, terutama ketika tikus

diberi pakan diet berlemak (Hassonn, 2005).

(33)

15

Hampir seluruh manipulasi genetik pada tikus yang digunakan dalam

penelitian aterosklerosis bergantung pada gangguan dari regulasi normal pada

lipoprotein dan metabolism. Tikus umumnya hewan yang memiliki High

Density Lipoprotein (HDL) tinggi, dan memiliki konsentrasi Very Low

Density Lipoprotein (VLDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) yang

rendah dan stabil. Seluruh pakan dan perubahan genetik yang membuat

aterosklerosis melibatkan perubahan keseimbangan dengan membuat

lipoprotein yang mengandung apoprotein B (apoB) lebih dominan (Getz,

2006).

Sebagian besar tikus umumnya resisten dengan pembentukan

aterosklerosis bahkan dengan perubahan pada profil lipoprotein. Dalam strain

tikus, tikus C57BL/6 merupakan strain yang paling sensitif untuk percobaan

aterosklerosis sehingga strain ini paling sering digunakan (Getz,2006).

Percobaan aterogenesis yang pertama pada tikus liar dengan

manipulasi pakan pertama dideskripsikan oleh Robert Wissler dan rekan di

tahun 1950. Grup ini menggunakan asam empedu atau garam empedu sebagai

stimulan untuk menginduksi pembentukan lesi pada tikus. Thomas dan

Hartrof juga menggunakan diet tinggi lemak yang tersusun dari 30% mentega

cokelat, 5% kolesterol dan 2% sodium cholate untuk menginduksi infark

miokard pada tikus (Getz,2006).

Beverly Paigen dan rekan mencampur diet ini dengan pakan

pembiakan yang mengandung sedikitnya 11% lemak dengan rasio 1:3 bagian

untuk menghasilkan yang sekarang dikenal dengan Paigen Diet. Komposisi

(34)

16

cholate. Lemak pada diet ini utamanya tersusun dari asam lemak tersaturasi

turunan baik dari mentega cokelat atau lemak mentega. Karena lebih banyak

dalam bentuk tersaturasi, 1% minyak jagung sering di tambahkan untuk

menghindari defisiensi asam lemak polyunsaturated. Penambahan kolat

menonjolkan induksi hiperkolesterolemia oleh kolesterol dan kandungan

tinggi lemak yang terdapat dalam diet dengan memfasilitasi absorpsi lemak

dan kolesterol dan mungkin dengan menginhibisi cholesterol 7_hydroxylase

(Getz, 2006).

Diet Komposisi Model Komentar

Diet Paigen

1.25% kolesterol, 0.5% asam kolat, 15% mentega cokelat, 1%

minyak jagung

C57BL/6 dan C3H

Evaluasi isi lemak, kolestrol dan kolat dalam lemak

dalam plasma dan aterosklerosis

Diet Paigen tanpa kolat 15,8% lemak, 1.25% kolesterol, tanpa kolat

LDLRB-/- dan berbagai macam strain

Mengandung Mentega cokelat atau lemak susu anhidrasi sebagai bahan asam lemak tersaturasi

Diet tinggi lemak semisintetik (AIN-76a)

17,4% mentega cokelat, 2.8% minyak

kedelai, 0-1.25% kolesterol, 0-0.5%

kolat

LDLR -/-

Diet kontras dengan kadar kolesterol rendah/tinggi dengan ada atau tidaknya

kolat

Diet rendah lemak semisintetik

1.9% mentega cokelat, 2.4% minyak kedelai, 0%-0.5% kolesterol

LDLR-/-

Kontras tikus LDLR -/- dengan 2 latar belakang genetij yang berbeda untuk

respon pada pakan kolesterol

Diet tipe western

21% lemak susu, 0.2% kolesterol (0.15% ditambahkan, 0.05%

dari lemak susu)

LDLR -/- dan apoE -/- (juga model yang

lain)

Diet yang paling sering digunakan. Komersial diet

berbeda dalam asal karbohidrat dan keberadaan

1% minyak jagung

Modifikasi diet tipe western

18% lemak susu, 2.5%

kolesterol LDLR -/-

Dibandingkan tipe western dan modifikasi diet tipe

western

Modifikasi diet western tanpa kolesterol

16% lemak susu, 5% lemak babi, 0% tambahan kolesterol

LDLR -/-

Peningkatan resistensi insulin dan aterosklerosis dibandingkan dengan diet

fruktosa/lemak babi

Semisintetik diet dengan lemak alternatif

18.5% lemak dari berbagai macam sumber tanaman, 0.2%

kolesterol

LDLR -/-

Aterosklerosis pada tikus LDLR -/- tapi tidak pada tikus apoE -/- dipengaruhi

oleh tipe diet ini Semisintetik diet

dengan rendah lemak/kolesterol dan

4% lemak dari berbagai macam sumber, 0.005%

LDLR -/-, apoB100 tg

Kontras cis/trans asam lemak monosaturasi dengan

asm lemak polisaturasi

(35)

17

lemak alternatif kolesterol

Semisintetik diet dengan sumber protein

alternatif

10% minyak zaitun, 0%-1% kolesterol,

20% kasein atau protein kedelai,

0%-0.25% kolat

apoE -/- dan LDLR-/-

Dibandingkan efek sumber protein dan isoflavon pada

protein kedelai dalam aterosklerosis

Diet palm oil 10% palm oil, 0.1% kolesterol

LDLR -/-, apoA-I -/-

Jumlah yang sama dari asam lemak tersaturasi dan

monosaturasi

Gambar

Gambar 1.1 Lesi Aterosklerotik Pada arteri manusia  tempat pecahnya plaprothrombotik dan prokoagulan yang secara langsung mempercepat pembentukan thrombus pada mengaktifasi sel T, Makrofag dan sel mast yang mengakibatkan sekresi dari sitokin inflamari(mis
Tabel 1.1 Tipe Lesi Utama Pada Aterosklerosis

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dari penelitian ini adalah sediaan hidrogel dengan kadar piroksikam yang optimal diduga dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada hewan uji tikus

Faktor perancu berupa penyakit penyerta masih merupakan kemungkinan utama sebagai penyebab yang mempengaruhi profil lipid sehingga trigliserida menunjukkan nilai

Aterosklerosis merupakan penyakit arteri berukuran besar dan sedang yang terbentuk akibat adanya lesi lemak (plak ateromatosa) di permukaan dalam dinding pembuluh darah

Latar Belakang: Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu penyakit kronik dengan prevalensi terbesar di dunia yang sebagian besar disebabkan oleh riwayat diabetes

rumput laut Eucheuma sp. yang lebih bervariasi sehingga dapat diketahui.. dosis yang paling efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus wistar dengan diabetes

Latar Belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah dan dikendalikan. Penyakit ini berhubungan dengan gaya

Diabetes melitus menjadi penyakit yang terus meningkat di Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian mengenai potensi efek hipoglikemik ekstrak biji duku pada tikus

Faktor penyakit hipertensi merupakan faktor yang paling dominan/utama atau memiliki risiko lebih besar dibanding faktor riwayat keturunan penyakit DM, kadar