• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Tokoh Utama Dalam Film “The Sorcerer and The White Snake

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konflik Tokoh Utama Dalam Film “The Sorcerer and The White Snake"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM FILM “THE SORCERER

AND THE WHITE SNAKE”

电影《白蛇传》主人公冲突

(Diàny

ǐng “báishézhuán” zhǔréngōng chōngtú

)

SKRIPSI

Oleh:

BETTY MARSAULINA SIMANJUNTAK

110710046

PROGRAMSTUDISASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan kasih karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Konflik Tokoh Utama Dalam Film “The Sorcerer and The White Snake” sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi di Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan, baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan yang penulis terima, pada kesempatan ini penulis terlebih dahulu mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua tercinta Bintang Simanjuntak dan Diana Tambunan yang dengan sabar mendukung pendidikan penulis, memberikan perhatian, doa, dan kasih sayang yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada kakak, abang, dan keponakan tersayang Eva Simanjuntak, S.E, dr. Tota Manurung, dr. Dewi Simanjuntak, Abrina Simanjuntak, S.S, Bertua Novita, S.Si.,M.Si, Antonichy R Simanjuntak, S.Th.,S.H, Arist DM Manurung, Joan Guardiola Manurung, dan Evelyn Mayra Manurung.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, beserta para wakil Dekan I, II dan III atas bantuan dan fasilitas yang penulis peroleh semasa kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A selaku ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh dosen tamu Jinan University, Guangzhou. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Parlindungan Purba, M.Hum., selaku Dosen pembimbing I , dan Ibu Sheyra Silvia Siregar, S.S.,MTCSOL atau 李 莎 莎 老 师, selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin.

(3)

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini belum sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan berharap adanya kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Medan, September 2015

(4)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah Konflik Tokoh Utama dalam Film The Sorcerer and The White Snake. Film ini adalah cerita yang diadaptasi dari mitologi rakyat Tiongkok yang bercerita tentang kisah cinta sepasang suami istri yang bernama Xu Xian dan Xu Xu, namun kebersamaan mereka sangat ditentang seorang biksu yang bernama Fa Hai karena sang istri adalah siluman. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan konflik-konflik yang terjadi pada tokoh utama. Data diperoleh dari kutipan atau dialog tokoh. Data dianalisis dengan teknik analisis konten dan menerapkan pendekatan psikologi sastra. Hasil penelitian ini mengungkapkan penyebab dan dampak dari konflik internal, konflik eksternal, dan konflik supranatural yang dialami oleh tokoh utama.

(5)

ABSTRACT

The title of this research is Konflik Tokoh Utama dalam Film The Sorcerer and The White Snake. This movie is based on myth’s Chinese society, told about love story between a husband and wife named Xu Xian and Xu Xu that was prohibited by a monk named Fa Hai since, Xu Xu is a ghost. The purpose of this research is to describe conflict of the main character. The data is obtained from quotes or dialogue of the characters. The data is analyzed by content analysis techniques and psychological approach to literature. The result of this research reveal the background and consequences of internal conflict, external conflict, and supernatural conflict experienced by the main character.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 BatasanMasalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

5.1 Manfaat Teoretis ... 10

5.2 Manfaat Prkatis ... 10

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI11 2.1 Konsep ... 11

(7)

2.1.2 Mitologi ... 13

2.1.3 Tokoh dan Penokohan ... 14

2.1.4 Tokoh Utama ... 15

2.1.5 Konflik ... 16

2.2 Tinjauan Pustaka ... 17

2.3Landasan Teori ... 18

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 20

3.1Pendekatan ... 21

3.2Data dan Sumber data ... 23

3.2.1 Data ... 23

3.2.1.1Data Primer ... 24

3.2.1.2 Data Sekunder ... 24

3.1.2 Sumber Data ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

(8)

BAB IV PEMBAHASAN ... 27

4.1Konflik Tokoh Fa Hai ... 27

4.1.1Konflik Tokoh Fa Haidengan Dirinya Sendiri ... 27

4.1.2Konflik Tokoh Fa Haidengan Tokoh Lain ... 29

4.1.3Konflik Tokoh Fa Haidengan Kekuatan Luar ... 31

4.2Konflik Tokoh Xu Xu ... 32

4.2.1Konflik Tokoh Xu Xu dengan Dirinya Sendiri ... 32

4.2.2Konflik Tokoh Xu Xu dengan Tokoh Lain ... 42

4.2.3Konflik Tokoh Xu Xu dengan Kekuatan Luar ... 45

4.3Konflik Tokoh Xu Xian ... 47

4.3.1Konflik Tokoh Xu Xian dengan Dirinya Sendiri ... 47

4.3.2Konflik Tokoh Xu Xian dengan Tokoh Lain ... 52

4.3.3Konflik Tokoh Xu Xian dengan Kekuatan Luar ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(10)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah Konflik Tokoh Utama dalam Film The Sorcerer and The White Snake. Film ini adalah cerita yang diadaptasi dari mitologi rakyat Tiongkok yang bercerita tentang kisah cinta sepasang suami istri yang bernama Xu Xian dan Xu Xu, namun kebersamaan mereka sangat ditentang seorang biksu yang bernama Fa Hai karena sang istri adalah siluman. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan konflik-konflik yang terjadi pada tokoh utama. Data diperoleh dari kutipan atau dialog tokoh. Data dianalisis dengan teknik analisis konten dan menerapkan pendekatan psikologi sastra. Hasil penelitian ini mengungkapkan penyebab dan dampak dari konflik internal, konflik eksternal, dan konflik supranatural yang dialami oleh tokoh utama.

(11)

ABSTRACT

The title of this research is Konflik Tokoh Utama dalam Film The Sorcerer and The White Snake. This movie is based on myth’s Chinese society, told about love story between a husband and wife named Xu Xian and Xu Xu that was prohibited by a monk named Fa Hai since, Xu Xu is a ghost. The purpose of this research is to describe conflict of the main character. The data is obtained from quotes or dialogue of the characters. The data is analyzed by content analysis techniques and psychological approach to literature. The result of this research reveal the background and consequences of internal conflict, external conflict, and supernatural conflict experienced by the main character.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta (Semi, 1993: 1). Banyak definisi mengenai karya sastra telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Selden (1985: 52), karya sastra adalah kehidupan kreatif seorang penulis dan pengungkapan pribadi pengarang. Akan tetapi menurut Sudjiman (1998: 68), sastra adalah karya lisan atau tulisan yang memiliki ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

Melalui karya sastra, seseorang menyampaikan pandangannya tentang kehidupan yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu, mengapresiasi karya sastra artinya berusaha menemukan nilai-nilai kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa ditemukan dalam karya sastra tersebut. Sastra sebagai hasil pengolahan jiwa pengarangnya, dihasilkan melalui suatu proses perenungan yang panjang mengenai hakikat hidup dan kehidupan. Namun demikian, sastra itu harus menarik dan dapat merangsang rasa ingin tahu para pembacanya.

(13)

Tiongkok. Hingga kini peristiwa yang dialami negara Tiongkok sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan untuk mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan negara Tiongkok, terutama melalui bidang sastra. Banyak hasil karya sastra Tiongkok yang telah populer di Indonesia, diantaranya adalah puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk sastra yang cukup banyak bermunculan adalah drama.

Konsep drama mengacu kepada dua pengertian, yaitu drama sebagai naskah dan drama sebagai pentas. Pembicaraan drama tentang naskah akan lebih mengarah kepada dasar dari telaah drama. Naskah drama dapat dijadikan sebagai bahan studi sastra, dapat dipentaskan, dan dapat dipagelarkan dalam media audio, berupa sandiwara radio atau kaset. Pagelaran drama sebagai pentas dapat ditampilkan di depan publik maupun di dalam televisi. Untuk pagelaran drama di televisi, penulisan naskah drama sudah lebih canggih mirip dengan skenario film.

(14)

Film merupakan salah satu jenis karya sastra yang paling diminati oleh masyarakat karena karena disajikan dalam bentuk gambar bergerak sehingga film menjadi lebih menarik dari karya sastra lainnya. Fenomena menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia dewasa ini dapat dikatakan tidak dapat melepaskan diri dari menonton berbagai acara yang ditayangkan oleh televisi. Dalam penelitian ini penulis memilih film The Sorcerer and The White Snake sebagai objek yang akan diteliti. Film The Sorcerer and The White Snake yang diproduksi pada tahun 2011 ini adalah sebuah film layar lebar yang diadaptasi dari mitologi rakyat Tiongkok mengenai siluman ular putih yang sempat meraih popularitas yang sangat tinggi di Indonesia setelah sebuah serial televisi Taiwan yang kisahnya juga mengadaptasi legenda tersebut, The White Snake Legend (1992).

Mitos menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Cerita mitos yang berkembang dan menyebar di Tiongkok ini, diceritakan kembali dalam sebuah novel yang berjudul The Legend of The White Snake oleh Wilt L. Idema pada tahun 1624. Kemudian cerita legenda ular putih ini kembali diangkat pada tahun 2011 ke dalam sebuah film dengan durasi satu jam empat puluh dua menit enam belas detik, yang berjudul The Sorcerer and The White Snake.

(15)

menghabiskan waktu untuk mencari ramuan. Mereka saling jatuh cinta sejak pertemuan pertama mereka dan akhirnya memutuskan untuk hidup bersama sebagai sepasang suami-istri. Akan tetapi Xu Xian tidak mengetahui identitas asli istrinya sebagai siluman. Biksu dari kuil Jinshan yang bernama Fa Hai mengetahui hal ini, dan berusaha menangkap siluman ular putih yang dianggapnya telah menipu dan menyakiti manusia.

Xu Xu berhasil melarikan diri setelah tertusuk pisau pencabut roh. Xu Xian akhirnya mengetahui identitas Xu Xu sebagai siluman ular putih setelah kejadian itu dan memutuskan untuk pergi ke Pagoda Lei Feng mencari ramuan penawar untuk istrinya. Setelah berhasil mencuri ramuan tersebut, Xu Xian ditangkap oleh biksu Fa Hai dan didoakan di dalam kuil Jin Shan karena Xu Xian telah dirasuki roh-roh yang terkurung oleh ramuan tersebut. Hal tersebut membuat Xu Xu marah dan menciptakan banjir di Kuil Jin Shan. Singkat cerita, karena perbuatannya yang menimbulkan kekacauan tersebut, Xu Xu dikurung oleh Buddha di dalam Pagoda Lei Feng.

Karakter Xu Xu yang diperankan oleh Eva Huang dan Xu Xian yang diperankan oleh Raymond Lam dalam film The Sorcerer and The White Snake ini sangat digemari oleh para penonton karena cinta mereka yang begitu kuat hingga rela melakukan apapun demi cinta sejati mereka. Beberapa aktor/aktris terkenal di Tiongkok selain Eva Huang dan Raymond Lam juga bermain dalam film The

Sorcerer and The White Snake sehingga menjadikan film ini semakin banyak

(16)

Tokoh-tokoh dalam sebuah film terdiri atas :

1. Protagonis, tokoh yang berperan utama sebagai tokoh idaman/tokoh sentral; 2. Antagonis, tokoh yang berperan sebagai penentang tokoh utama, penentang

ide, ataupun penentang sikap-sikap tokoh utama; dan

3. Figuran/pemeran pembantu, yakni tokoh yang kehadirannya mendampingi tokoh utama atau sebagai tokoh pelengkap.

Tokoh adalah sosok pelaku yang memperoleh sorotan dari pengarang dalam cerita. Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Pengarang dapat menciptakan tokoh dengan citra baik, jahat, kejam, berhati mulia, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan keseluruhn cerita, peranan tiap tokoh tidak akan sama jika dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama selalu menjadi pusat sorotan dalam kisahan (Sudjiman, 1998: 17-18 ).

(17)

dengan mengamati tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain dan tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan.

Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umunya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu, lewat judul ceritanya juga dapat diketahui tokoh utamanya. Penelitian ini akan difokuskan terhadap tokoh utama The Sorcerer and The White Snake, yaitu Xu xu, Xu xian, dan Fa Hai karena merupakan tokoh yang paling sering muncul dalam setiap adegan dan memiliki peran dan pengaruh penting terhadap tema film tersebut.

Pada hakikatnya, penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita atau skenario. Dalam sebuah skenario film terdapat beberapa tokoh dengan sifat dan keinginan yang berbeda-beda. Ketidaksamaan sifat dan keinginan tersebut memicu terjadinya konflik. Film yang baik selalu mengandung konflik. Film selalu menggambarkan pembenturan-pembenturan antara dua kehendak atau dua nilai yang berbeda. Pembenturan ini merupakan bahan dan tulang punggung dari sebuah film. Kekuatan yang saling bertentangan membentuk serentetan peristiwa yang membentuk lakon atau cerita film yang sering disebut dengan konflik.

(18)

yang dihadapinya, baik konflik dengan orang lain, konflik dengan lingkungan, maupun konflik dengan dirinya sendiri.

Jalinan konflik dalam plot biasanya meliputi hal-hal berikut (Freytag dalam Waluyo, 2001: 8-11).

a. Exposition atau pelukisan awal cerita. Dalam tahap ini tokoh-tokoh yang

berperan diperkenalkan dengan wataknya masing-masing.

b. Komplikasi atau pertikian awal. Pada bagian ini sudah disuguhi pertikaian-pertikaian kecil yang terjadi antartokoh.

c. Klimaks atau titik puncak cerita. Konflik yang terjadi terus meningkat sampai klimaks.

d. Resolusi atau penyelesaian. Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahnya.

e. Catastrophe atau keputusan. Tahap ini merupakan akhir dari konflik yang

menentukan akhir cerita. Dalam film-film modern akan berhenti pada klimaks atau resolusi, sedangkan film tradisional seperti film yang dibahas dalam penelitian ini membutuhkan penyelesaian akhir.

(19)

terdapat dalam diri satu tokoh maupun antara dua tokoh, bahkan antar kelompok. Hampir semua manusia mengalami konflik. Demikian pula dengan tokoh-tokoh dalam objek penelitian ini.

Peneliti memilih untuk membahas konflik yang dialami tokoh utama karena konflik dalam film ini sedikit berbeda dengan konflik dalam film pada umumnya. Konflik dalam film The Sorcerer and The White Snake tidak hanya digambarkan antara manusia dengan manusia, namun ada pula konflik antara manusia dengan siluman, dan konflik antara manusia dengan kekuatan gaib atau antara siluman dengan kekuatan gaib. Hal ini menjadikan konflik dalam film ini lebih menarik dan menjadikan peneliti tertarik untuk membahasnya.

(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana konflik tokoh utama digambarkan dalam film The Sorcerer and

The White Snake ?

1.3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah penting dilakukan agar penelitian tidak menyimpang dari masalah yang diteliti dan menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas. Pembatasan dalam kajian ini dibatasi pada konflik yang terjadi pada tokoh utama dalam film The Sorcerer and The White Snake, yaitu Xu xu, Xu xian, dan Fa Hai. Objek penelitian akan difokuskan kepada konflik tokoh utama dengan dirinya sendiri, konflik tokoh utama dengan tokoh lain, dan konflik tokoh utama dengan kekuatan luar.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

(21)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :

1.5.1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan kontribusi baru yang lebih variatif serta inovatif dengan menerapkan teori konflik dalam sastra.

b. Membantu para pembaca dalam mengungkapkan konflik yang mendominasi alur cerita pada film The Sorcerer and The White Snake.

c. Memberikan gambaran tentang penokohan tokoh utama dalam sebuah karya sastra yang diangkat dari cerita rakyat Tiongkok ini, berdasarkan konflik-konflik yang dialami tokoh utama.

1.5.2. Manfaat Praktis

a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman dalam menganalisis karya sastra,

(22)

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

Penelitian yang mengkaji tentang konflik tokoh utama dalam film yang berjudul The Sorcerer and The White Snake ini, disusun berdasarkan konsep, tinjauan pustakan, serta landasan teori sebagai berikut.

2.1. Konsep

Konsep merupakan rancangan ide yang akan dituangkan secara konkret melalui pemahaman dan pengertian dari para ahli. Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melangkah kedepan. Konsep biasanya dipakai untuk mendiskripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik merupakan gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu :

2.1.1. Film

(23)

Film, sejak kemunculan pertamanya memang telah menjadi fenomena yang menarik. Betapa tidak, seiring perkembangan teknologi dan penerapannya film dapat dimasukkan dalam disiplin seni (sebagai media/ kanal penyampaian pesan yang dipandang efektif), sejarah (dikaitkan dengan kemampuannya menangkap jejak sejarah perkembangan peradaban sebuah bangsa maupun dunia) dan masih banyak lagi kajian yang dapat diambil dari film. Mengkaji dunia perfilman dari kacamata disiplin komunikasi adalah usaha untuk melihat film dalam potensinya untuk dijadikan media komunikasi yang efektif karena kemampuannya memadukan setidaknya dua teknologi media sekaligus yaitu pandang dan dengar (audio dan visual). Oleh karena itu, munculnya film sebagai salah satu cabang kesenian makin meyakinkan banyak peneliti, bahwa ada banyak hal yang mereka bisa lakukan dengan mempelajari film (Said, 1991: 44).

Film sebagai media dapat dimaknai sebagai kanal pembebasan, mesin yang bisa dipakai untuk mengungkapkan berbagai rasa dari para pembuatnya. Disadari atau tidak, film adalah bahasa komunikasi yang paling cepat ditangkap oleh manusia. Proses produksinya harus merupakan hasil karya yang sempurna, dimana terdapat komunikasi yang mengalir (suara dan gambar), sehingga tak jarang film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang bertujuan untuk hal yang kita inginkan.

(24)

yang akan dikaji. Film ini diadaptasi dari cerita rakyat Tiongkok, yang diceritakan dari mulut ke mulut di kota Hangzhou, Zhejiang. Film ini disutradarai ole

debutnya kala menyutradarai

disuguhkan dengan efek CGI yang membuat sesuatu yang mustahil menjadi mungkin. Namun kekuatan dalam film yang diputar pertama kali di Festival Film

Venice pada 3 September 2011 ini tidak terletak pada efek visualnya, melainkan

pada cerita legenda di mana kisah film ini didasarkan.

2.1.2. Mitologi

Mitologi adalah ilmu tentang penjelasan orang tak ilmiah tentang apa yang kita sebut dengan “Otherworld”, yaitu dunia lain dengan penghuninya yang memiliki kebiasaan dan tindakan yang misterius (Japardi, 2008: 48). Mitos itu sendiri adalah sesuatu yang menyangkut keyakinan, bukan rasio atau akal. Dalam hal menciptakan anggapan, mitos terkadang melampaui batas-batas yang dapat dijangkau akal kita. Bahkan dalam masyarakat modern sekalipun, mitos dianggap sebagai faktor terkuat dalam memberikan sugesti terhadap perkiraan kita.

(25)

Cerita film The Sorcerer and The White Snake yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini merupakan adaptasi kisah legendaris dari negeri China yang bermula dari Dinasti Song bagian selatan; Legend of the White Snake, mengenai cinta terlarang antara seorang pria sederhana baik hati dengan siluman ular yang mengambil bentuk sebagai wanita cantik. Bagi penonton di negeri China, kisah ini setara dengan kisah Romeo and Juliet. Kisah legenda siluman ular putih dalam mitologi Cina merupakan sebuah kisah yang cukup populer, banyak versi cerita yang akhirnya memperkaya cerita ini. Di tanah air sendiri kisah siluman ular putih pernah ditayangkan dalam versi televisi dan sempat menjadi tontonan favorit pada tahun 1990-an. Film ini benar-benar mendeskripsikan sebuah dunia mitologi legenda kuno Cina dan dikemas dengan genre action fantasy. Beberapa detail kota dan pemandangan alam yang indah semakin membuat takjub dengan film ini.

2.1.3. Tokoh dan Penokohan

Salah satu unsur intrinsik yang mendukung keberhasilan karya sastra adalah tokoh dan penokohan. Tokoh adalah komponen yang penting dalam cerita. Apabila tokoh tidak ada, sulit menggolongkan sebuah karya sastra ke dalam karya sastra naratif karena tindakan para tokoh menyebabkan terjadinya konflik dan menjadi penentu perkembangan alur.

(26)

yang berbeda-beda. Ada tokoh yang penting ada pula tokoh tambahan. Seorang tokoh memiliki peranan penting dalam cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh pembantu, (Aminuddin dalam Wahyudi Siswanto, 2008: 152).

Relevansi tokoh dan penokohan harus dilihat dalam kaitannya dengan berbagai unsur yang lain dan peranannya dalam pengembangan keseluruhan cerita. Tokoh memang unsur yang terpenting dalam karya fiksi. Walau bagaimanapun, penokohan masih terikat oleh unsur-unsur yang lain. Jalinan dan bentuk keterkaitan ditinjau secara implisit. Jika tokoh cerita berkaitan dengan unsur-unsur lain dalam karya sastra dan membentuk keutuhan yang artistik, tokoh mempunyai bentuk relevansi dengan keseluruhan cerita.

Semi, Atar dalam Wicaksono (2014: 181) menyatakan bahwa tokoh dalam cerita ada bermacam-macam jika ditinjau dari keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh dibedakan menjadi dua, yakni tokoh sentral (tokoh utama) dan tokoh periferal (tokoh tambahan). Dalam penelitan ini, tokoh yang akan dikaji adalah tokoh utama. Penokohan dalam sebuah cerita harus dapat digambarkan dengan jelas. Sehingga apa yang diucapkan, apa yang diperbuat, apa yang dipikirkan, dan apa yang dirasakan harus dapat betul-betul menggambarkan watak dari tokohnya.

2.1.4. Tokoh Utama

(27)

berbeda pendapat dalam menentukan tokoh-tokoh utama sebuah cerita fiksi. Tokoh utama adalah toko protagonis, yang wataknya disukai pengamatnya. Biasanya watak tokoh utama adalah baik dan positif, dermawan, jujur, rendah hati, cerdik, mandiri, dan setia.

Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dan pusat sorotan dalam cerita. Adapun tokoh utama dalam film The Sorcerer and The White Snake yang akan menjadi sorotan dan fokus peneliti adalah tokoh Xu xu yang memiliki karakter penyayang, baik hati, dan rela berkorban, dan Xu xian yang memiliki karakter pemberani, pintar, dan setia, serta Fa Hai yang sangat teguh pada pendiriannya dan taat dalam beribadah.

2.1.5. Konflik

(28)

Dalam film The Sorcerer and The White Snake, konflik yang dialami tokoh utama sangat menarik untuk dibahas. Pertemuan tokoh Xu Xu dan Xu Xian diawali saat Xu Xian bersama teman-temannya mencari bunga dan daun untuk dijadikan obat di pegunungan. Siluman ular hijau bernama Qing Qing (Charlene Choi) mengejutkan pemuda Xu Xian yang menyebabkannya jatuh ke sungai. Xu Xu yang berubah wujud jadi wanita cantik akhirnya menolong Xu Xian dan segera jatuh cinta kepada pemuda peramu obat-obatan tradisional itu. Peristiwa itu membuat tokoh Xu Xu dan Xu Xian saling jatuh cinta. Namun hal ini sangat ditentang oleh seorang biksu yang bernama Fa Hai (Jet Li) dan saat itulah konflik semakin memuncak.

2.2. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti. Analisis sebelumnya telah dilakukan Rizqi Widiastuti (2009) dalam skripsinya yang membahas tentang perlawanan yang dilakukan oleh Bai She Zhuan( 白 蛇 传 )terhadap Fa Hai

sebagai bentuk perlawanan terhadap paham feodal dan dampak yang ditimbulkan dari perlawanan tersebut dengan penambahan tentang keadaan sosial di masa Dinasti Song. Bentuk perlawanan tokoh utama yang dibahas dalam analisis diatas merupakan faktor pemicu konflik sehingga memberikan sumbangsih terhadap penelitian ini.

(29)

juga memiliki persamaan dalam penelitian ini, yaitu penggunaan objek penelitian berupa film White Snake sedangkan perbedaan analisisnya dengan penelitian ini adalah analisis Putri Tamala membahas bahwa film White Snake sebagaipengungkap berbagai mitos di masyakat Tiongkok, sedangkan penelitian ini membahas mengenai konflik tokoh utamanya. Xiao Bo dan Gong Jiajia (2012), Yu Xifeng (2000) dalam penelitiannya juga memilih film The Sorcerer

and The White Snake sebagai objek yang diteliti.

Ada juga beberapa penelitian yang meneliti dari sudut konflik dalam film lain atau karya sastra lainnya, seperti Tri Rasa Setyaning (2011) dalam skripsinya yang menganalisis konflik dalam naskah drama Stella, karya Wolfgang Von Goethe melalui pendekatan psikologi sastra. Muhammad Alfian dalam skripsinya yang menganalisis penokohan dan konflik naskah drama Laksamana Hang Tuah, karya Tenas Effendy.

2.3. Landasan Teori

Landasan teori merupakan dasar penulis untuk berpijak dalam sebuah penelitian. Dalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarkan karya sastra pada umumnya (Nurgiyantoro 2010: 23).

(30)

mendasari, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan hendaknya mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan. Tennyson (1967: 14) menyatakan bahwa ada tiga jenis konflik berdasarkan konflik yang paling sering muncul, yaitu :

1. Konflik individu dengan orang lain;

2. Konflik individu dengan dirinya sendiri; dan

3. Konflik individu dengan kekuatan luar atau kelompok.

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik analisis konten (content

analysis) yaitu mengkaji masalah dengan menyeleksi teks, dialog, atau naskah dan

kutipan dalam film The Sorcerer and The White Snake.

Peneliti

Sumber Data:

Film : The Sorcerer and

The White Snake Buku

Internet

Data:

Naskah Film/ Dialog

Teks Dalam Bentuk

Kutipan

Menonton Film Secara Berulang

Penulisan Transkrip Per-adegan

Seleksi Teks Dengan Pengelompokan Interpretasi

Pendekatan:

Psikologi Sastra/ Karakter Tokoh

(32)

3.1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa karya sastra membahas tentang peristiwa kehidupan manusia (Semi, 1993: 76). Pendekatan psikologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra membahas peristiwa perilaku dan kejiwaan manusia yang beragam. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra, meskipun demikian, bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung (Ratna, 2011: 342).

Dasar penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang beradap ada situasi setengah sadar atau

subconcious setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar

(conscious). Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu kedalam sebuah ciptaan sastra. Kedua, kajian psikologi sastra disamping meneliti perwatakan tokoh secara psikologi juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan ketika menciptakan karya tersebut (Endraswara, 2008b: 26).

(33)

sebagai pribadi, (b) studi proses kreatif, (c) studi hukum psikologi dan sastra memimiliki hubungan yang fungsional yakni sama-sama mempelajari keadaan jiwa seseorang, dan (d) mempelajari dampak sastra pada pembaca. Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis sebab menampilkan aspek kejiwaan yang digambarkan melalui tokoh dan menjadikan manusia sebagai penggerak jiwa.

Pendekatan psikologi sastra yang penulis gunakan menekankan pada aspek studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Roekhan dalam Aminuddin (1990: 89), mengemukakan bahwa sebagian ilmu psikologi sastra dibedakan menjadi tiga pendekatan, sebagai berikut;

a. Pendekatan ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra,

b. Pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra,

c. Pendekatan reseptif pragmatik, yaitu mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks.

(34)

Pada sistem psikotekstual, teks menjadi endapan kejiwaan. Teks selalu dipandang sebagai simpanan jiwa. Gejolak jiwa dari yang sederhana sampai ke kompleks, menjadi ruh teks, jiwa akan menghidupkan teks. Pendekatan psikologi sastra yang penulis gunakan menekankan pada pendekatan psikologi tekstual, karena peneliti menggunakan metode penelitian analisis konten dengan menyeleksi teks berupa kutipan dalam mengungkapkan konflik-konflik tokoh utama pada film The Sorcerer and The White Snake untuk memperoleh kebutuhan aktualisasi dirinya.

3.2. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1. Data

(35)

3.2.1.1. Data Primer

Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti langsung dari sumber utama. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari DVD orignal film “The Sorcerer and The White Snake”.

3.2.1.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitian atau data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data atau pihak lain, misalnya melalui jurnal-jurnal dan buku-buku.

3.2.2. Sumber Data

Menurut Siswanto (2010: 72), sumber data terkait dengan subjek penelitian darimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data. Studi pustaka dilakukan dari berbagai sumber, seperti buku, sumber elektronik dan serial televisi.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

(36)

tayangan dari film The Sorcerer and The White Snake secara berulang. Penulis juga membuat penulisan transkrip DVD dari film yang diteliti. Penulisan transkrip dibuat per-adegan dimulai dengan tayangan adegan pertama hingga adegan terakhir.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi dokumentasi karena sumber data penelitian ini bersifat dokumentasi, dan datanya merupakan hasil pemahaman. Dalam mengumpulkan data digunakan panduan identifikasi data, yang berisi kriteria beserta motif-motif yang mendukung terjadinya konflik dan dialog tokoh utama, baik antar tokoh utama atau tokoh utama dengan tokoh lain yang bersangkutan dengan konflik tokoh utama dalam film The Sorcerer and The

White Snake dengan menerapkan teori konflik. Kriteria itu digunakan sebagai

pedoman dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi konflik yang terjadi pada tokoh utama.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi, maupun semua bahan-bahan dokumentasi lain. Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri dari 6 tahapan langkah, yaitu :

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya

2. Melakukan sampling terhadap sumber-smumber data yang telah dipilih 3. Pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis

(37)

5. Pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data

6. Intepretasi/ penafsiran data yang diperoleh

Menurut Walizer dan Wienir (1978: 48) analisis isi adalah prosedur sistematis yang dirancang untuk mengkaji isi informasi terekam. Datanya bisa berupa dokumen-dokumen tertulis, film-film, rekaman-rekaman audio, sajian-sajian video, atau jenis media komunikasi yang lain. Dalam film ini menggunakan DVD rekaman film “The Sorcerer and The White Snake”.

3.4. Teknik Analisi Data

Secara teknis data yang terkumpul perlu dianalisis untuk disajikan menjadi suatu hasil penelitian. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1998 : 405). Analisis data secara kualitatif akan menggunakan teknik analisis konten, yaitu dengan menyeleksi teks berupa kutipan atau dialog tokoh utama dengan tokoh yang terlibat dengan tokoh utama, kemudian mengelompokkannya. Analisis konten dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra akan membantu peneliti untuk mendeskripsikan konflik-konflik yang terjadi pada tokoh utama di dalam film The

(38)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari penelitian mengenai konflik tokoh utama dalam film The Sorcerer and The White Snake berdasarkan konflik yang terjadi antar tokoh utama dengan dirinya sendiri, tokoh utama dengan tokoh lain, dan tokoh utama dengan kekuatan luar/ kelompok.

4.1. Konflik Tokoh Fa Hai

4.1.1. Konflik Tokoh Fa Hai dengan Dirinya Sendiri

Fa Hai adalah seorang biksu dari kuil Jinshan yang berkelana untuk menangkap siluman-siluman yang berkeliaran di dunia manusia dan mengganggu kehidupan manusia. Dalam film The Sorcerer and The White Snake, Fa Hai memiliki konflik dengan dirinya sendiri. Hal ini digambarkan dalam situasi pada adegan menit keempat puluh satu detik keempat puluh enam hingga menit keempat puluh dua detik keenam belas, ketika Neng Ren melindungi siluman ular hijau yang sedang bertarung melawan Fa Hai.

(39)

adanya konflik tokoh Fa Hai dengan dirinya sendiri. Fa Hai seharusnya menangkap siluman yang berada dihadapannya, namun ia terpaksa mengalihkan serangannya tersebut karena pikirannya bertentangan dengan hatinya. Ia tidak sanggup untuk menangkap Neng Ren, yang pernah menjadi muridnya sebelum berubah menjadi siluman kelelawar.

Konflik Fa Hai dengan dirinya sendiri juga digambarkan ketika Fa Hai jatuh setelah diserang oleh Xu Xu, siluman ular putih. Hal ini ditunjukkan pada situasi dan dialog sebagai berikut:

( 白蛇传,2011; 01:23:43)

Fa Hai : “我一生护法。为的就是天道人伦。为什么会招来

这场灾难。是不是我太执着了?我真的错了。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:23:43)

Fa Hai : (Terbaring lemah, menatap langit, dan melihat Neng Ren menyelamatkan biksu-biksu lain yang tenggelam dalam banjir)

Aku pernah dibela Dharma selama hidupku untuk menjaga keteraturan alam dan etika perilaku. Kenapa malapetaka terjadi terus menerus? Apa aku terlalu keras kepala? Apa aku benar-benar salah? (Merenung dan kembali menatap langit)

(40)

4.1.2. Konflik Tokoh Fa Hai dengan Tokoh Lain

Karakter tokoh Fa Hai dalam film The Sorcerer and The White Snake merupakan salah satu faktor yang paling memengaruhi konflik antar tokoh. Hal ini disebabkan karena tokoh Fa Hai sangat bertentangan dengan tokoh-tokoh lain. Pada adegan awal film digambarkan situasi konflik antara tokoh Fa Hai dengan tokoh lain, dapat dilihat dari dialog perdebatan antara tokoh Fa Hai dengan siluman es pada menit kesatu detik kedua puluh hingga menit kesatu detik kelima puluh delapan, sebagai berikut:

( 白蛇传,2011; 00:01:20 )

Siluman Es : 你千山万水跑来找我。是不是也想见识我

的风情?

Fa Hai : 你好不容易有今天这样的修为。干

嘛用来害人呢!

Siluman Es : 要怪就怪那些臭男人。每一个我都对他们

那么好。而他们却见异思迁喜新厌旧。是

他们活该!

Fa Hai : 你是妖他们是人。本来就不应当在一起。

今天我就收了你。

Siluman Es : 和尚你有本事跑得出我这个阵。来

收我呀!

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 00:01:20)

Siluman Es : “Kau datang jauh-jauh untuk mencariku. Kau ke sini bukan karena pesonaku, kan?” Fa Hai : “Bukan maksudku menceritakan dosa-

dosamu. Kau masih merugikan manusia!” Siluman Es : “Salahkan saja mereka, jangan aku! Aku

masih bermanfaat bagi mereka. Tapi mata mereka berpaling dariku. Mereka pantas seperti itu!”

Fa Hai : “Kau ahli sihir, mereka manusia. Kau tidak akan pernah menjadi seperti mereka. Hari ini aku akan mengakhirinya.”

(41)

Setelah perdebatan dialog antara tokoh Fa Hai dan siluman es, konflik masih terus berlanjut dengan beradu kekuatan, digambarkan pada situasi menit kesatu detik kelima puluh sembilan hingga menit ketiga detik kelima. Perdebatan antara kedua pikiran tokoh Fa Hai dan tokoh siluman es yang berbeda merupakan wujud dari konflik eksternal. Dan konflik ini terus berlanjut melalui pertarungan fisik antara biksu Fa Hai dan siluman es, hingga siluman es kalah dan Fa Hai berhasil mengurungnya.

Konflik antara tokoh Fa Hai dengan tokoh utama lain juga dapat dilihat pada adegan pertarungan Fa Hai dengan setan kelelawar, ketika malam Festival Lampion. Fa Hai bertarung dengan setan kelelawar karena ingin menyelamatkan muridnya, Neng Ren yang hampir kalah karena gigitan setan kelelawar tersebut. Pertarungan antara tokoh Fa Hai dan setan kelelawar ini tersebut adalah merupakan konflik eksternal. Situasin ini ditunjukkan pada menit kedua puluh tujuh.

(42)

Pertarungan yang melibatkan fisik ini adalah wujud dari konflik eksternal antar tokoh. Situasi tersebut ditunjukkan pad menit keempat puluh detik kelima puluh lima.

Konflik eksternal tokoh Fa Hai juga ditunjukkan pada menit ketujuh puluh dua detik ketiga puluh satu. Fa Hai bertkonflik dengan Xu Xu dan Qingqing ketika mereka berdua ingin menerobos masuk ke kuil Jinshan, yang dianggap sebagai tempat suci. Perdebatan antara Fa Hai dengan Xu Xu dan Qingqing selalu diakhiri dengan pertarungan yang melibatkan fisik. Fa Hai terus bertarung dengan Xu Xu hingga akhir adegan, bahkan hingga Xu Xu terkurung di dalam Pagoda Lei Feng. Konflik eksternal tokoh Fa Hai dalam film The Sorcerer and The White

Snake ini banyak ditunjukkan melalui pertarungan-pertarungan yang melibatkan

fisik dan kekuatan supranatural, karena dalam film ini tokoh Fa Hai berperan sebagai biksu yang menangkap siluman yang berkeliaran di dunia manusia dan membahayakan nyawa manusia.

4.1.3. Konflik Tokoh Fa Hai dengan Kekuatan Luar

Seperti yang penulis jelaskan sebelumnya, konflik tokoh Fa Hai dalam film

The Sorcerer and The White Snake ini banyak ditunjukkan melalui

pertarungan-pertarungan yang melibatkan fisik dan kekuatan supranatural. Pada saat tokoh beradu fisik, ia menggunakan kekuatan supranatural yang dimilikinya. Situasi tersebut disebut dengan konflik supranatural.

(43)

lainnya di kuil Jinshan untuk mengusir roh-roh siluman yang merasuki tubuh Xu Xian. Ritual dengan melakukan mantra Luohan ini menunjukkan adanya konflik supranatural antara tokoh Fa Hai dengan kekuatan gaib atau kekuatan supranatural.

4.2. Konflik Tokoh Xu Xu

4.2.1. Konflik Tokoh Xu Xu dengan Diri Sendiri

Tokoh Xu Xu yang diperankan oleh Eva Huang adalah siluman ular putih yang berumur ribuan tahun yang menyamar sebagai wanita cantik. Pada film The

Sorcerer and The White Snake konflik tokoh Xu Xu dengan dirinya sendiri

berawal ketika Xu Xu mulai tertarik kepada Xu Xian, pria yang ia tolong di danau karena ulah jahil adiknya. Saat itu Xu Xian hendak mendaki gunung dengan teman-temannya untuk mencari tumbuhan yang bisa dijadikan obat-obatan. Qingqing yang mengamati mereka dari jauh mencoba untuk menakuti mereka dengan mengubah wujudnya menjadi seekor ular hijau raksasa dan muncul tepat dihadapan Xu Xian. Hal ini membuat Xu Xian terkejut dan terjatuh ke danau. Xu Xu yang melihat kejadian ini bergegas mengubah wujudnya menjadi wujud wanita cantik dan terjun ke danau untuk menolong Xu Xian bahkan ia memberikan energi tambahan yang dimilikinya untuk Xu Xian melalui mulutnya. Sejak saat itu Xu Xu mulai sering melamun dan memikirkan Xu Xian.

(44)

hanya karena ia ingin menemuinya lagi bukan karena ia menyukai pria itu. Tanpa ia sadari pikirannya telah bertentangan dengan hatinya. Pertentangan antara hati dan pikiran tokoh Xu Xu dalam situasi tersebut merupakan perwujudan dari konflik internal yang dialami oleh tokoh Xu Xu. Hal ini terlihat pada percakapan Xu Xu dengan Qingqing dan teman-temannya di hutan dalam adegan pada menit ketiga belas detik ketiga puluh empat, sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 00:13:35)

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 00:13:35)

Xu Xu : (Duduk tersenyum diam sambil memikirkan kejadian ketika dirinya menyelamatkan Xu Xian) Kura- kura : (Datang mengejutkan Xu Xu)

“Putih, katakan pada kami apa yang sedang mengganggumu?”

Kelinci : “Aku dan kura-kura dapat membantumu untuk menyelesaikannya”

Kura- kura : “Apa...yang...kau...”

Xu Xu : (Berpikir sejenak lalu menjawab...) “Aku ingin mengunjungi dunia manusia.” Qingqing : “Kau hanya ingin menemui si bodoh pemakan

bunga itu!”

(45)

Qingqing : “Lihat apa? Dia hanya manusia biasa! Kau sudah murung berhari- hari karena dia!”

Tikus : “Ini semua tentang apa?”

Qingqing : “Dia sudah menggunakan kekuatan intinya hanya untuk menyelamatkan si bodoh yang tenggelam.” Kura- kura : “Jika bibirmu...”

Kelinci : “Izinkan aku mengatakan hal itu. Jika bibir mereka bersentuhan...terjadilah aliran sari hayati. Dia di dalam dirimu dan kau di dalam dirinya!”

Xu Xu : “Tidak ada yang serius, aku hanya ingin melihatnya saja. Jangan terlalu ribet (Menarik tangan Qingqing) Qingqing ikut aku!” (Pergi meninggalkan hutan) Tikus : “Hey, kau mau kemana? Aku mau ikut! Ajak aku

juga!”

Dari penggalan dialog diatas disimpulkan bahwa Xu Xu mengelak untuk mengakui dirinya benar-benar telah jatuh cinta kepada Xu Xian. Situasi tersebut menggambarkan timbulnya pertentangan antara hati dan pikiran Xu Xu. Hal itu menunjukkan adanya konflik internal yang dialami oleh tokoh Xu Xu.

Setelah memutuskan untuk berkunjung ke dunia manusia untuk melihat Xu Xian, Qingqing membantu Xu Xu untuk menemukan Xu Xian dan mengantarkannya untuk menemui kakaknya di sebuah pavilion di tengah danau. Namun Xu Xian sama sekali tidak mengenali Xu Xu sebagai orang yang pernah menolongnya ketika hampir tenggelam di danau dekat pegunungan, bahkan Xu Xian mengatakan bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada gadis lain. Hal ini membuat Xu Xu merasa sedih. Namun Xu Xu masih penasaran dengan gadis yang membuat Xu Xian jatuh cinta, terlihat pada percakapan antara Xu Xu dan Xu Xian sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 00:20:55)

(46)

不好我哪里不好?

Xu Xian : 不是姑娘不好。是在下已经心有所属了。姑娘许

仙只是一介贫寒。就靠采药维生。实在不值得姑 娘错爱。

Xu Xu : 那你能告诉我。她到底是一个什么样的人吗?

Xu Xian : 其实我也不知道她是个怎样的人。甚至连她的样

子我都认不出。我只知道她是我的救命恩人。那 天我从山上掉进湖里。是她救了我一命。

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 00:20:55)

Xu Xu : “Kenapa kau terus menjaga jarak dariku? Kenapa kau tidak menyukaiku?”

Xu Xian : “Bukannya aku tidak menyukaimu, Nona. Tapi sudah ada wanita lain dalam hatiku.”

Xu Xu : (Ekspresi diwajahnya mulai berubah sambil berjalan mundur)

Xu Xian : “Nona, aku hanya orang miskin. Aku mencari-cari obat untuk hidup. Aku tidak pantas menerima kasih sayangmu. ”

Xu Xu : (masih dengan raut wajah yang sulit menerima kenyataan) “Ceritakan padaku tentang wanita itu. Seperti apa dia?”

Xu Xian : “Aku tidak tahu banyak tentang dia. Bahkan aku tidak bisa mengingat wajahnya. Yang ku tahu dia sudah menyelamatkan nyawaku. Saat itu aku jatuh ke dalam danau di daerah pegunungan. Dia menyelamatkan nyawaku.”

(47)

kenyataan bahwa Xu Xu telah jatuh hati kepada seorang wanita yang belum ia ketahui tersebut adalah salah satu wujud dari konflik internal yang dialami tokoh Xu Xu.

Pada adegan menit keempat puluh tujuh detik kedua puluh satu hingga menit keempat puluh delapan detik kesepuluh, juga ditunjukkan adanya konflik tokoh Xu Xu dengan dirinya sendiri, hal ini dapat dilihat dari situasi dan dialog sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 00:47:20)

Xu Xian : 不知道哪来的一场病。突然死了那么多人。

Xu Xu : 你去睡一会吧。你都已经熬了三天的药了。

Xu Xian : 不行!我一定要想办法把这病给治好。。。

哎素素你帮我一下。别熬干了啊。会糊的、藏精 聚气、养神、除了这三个方面。固本培元的也加 上了。这病来势汹汹。这药管不管用。我还真没 底。

Tikus : 哎女人呐!

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 00:47:20)

Xu Xian : “Dari mana datangnya penyakit ini? Banyak sekali orang yang mendadak mati.”

Xu Xu : “Kau istirahatlah dulu. Kau sudah mengambil ramuan obat-obatan selama tiga hari!”

Xu Xian : “Tidak bisa! Aku harus menemukan obatnya... Xu Xu, coba bantu aku. Obatnya tidak boleh menempel ke dasar panci...”

Xu Xu : (Membantu suaminya menyiapkan ramuan) Xu Xian : “...supaya khasiat ramuannya tidak hilang,

memusatkan kekuatan, meningkatkan semangat. Disamping itu... obatnya harus bisa memperkuat fungsi kekebalan tubuh. Ini penyakit ganas. Apakah obat ini akan bisa menyembuhkan? Entahlah..” Xu Xu : (Berpikir sejenak, sementara Xu Xian terus

sibuk menyiapkan ramuan sambil berbicara... Kemudian menghembuskan kekuatan inti yang dimilikinya ke dalam ramuan, tanpa sepengetahuan Xu Xian)

(48)

Xu Xu : (Menyandarkan diri ke pintu, lalu menghela nafas dalam-dalam karena telah kehilangan sebagian dari kekuatan intinya)

Dari situasi dan dialog diatas, digambarkan kekhawatiran Xu Xu terhadap Xu Xian karena telah melihat Xu Xian sibuk selama tiga hari hanya untuk membuat ramuan untuk mengobati warga. Xu Xu sempat memiliki keraguan dalam dirinya sebelum ia mengambil keputusan untuk menghembuskan sebagian dari kekuatan intinya ke dalam ramuan yang dibuat oleh suaminya tersebut. Keraguan tersebut menunjukkan adanya konflik internal yang dialami oleh tokoh Xu Xu. Akan tetapi Xu Xu menyelesaikan konflik dengan dirinya sendiri dengan memilih untuk menghembuskan sebagian dari kekuatan intinya ke dalam ramuan yang dibuat suaminya untuk menghilangkan rasa khawatir terhadap Xu Xian karena sudah kehilangan waktu istirahatnya demi membuat ramuan tersebut. Xu Xu telah mengetahui dampak dari tindakannya tersebut, namun ia tetap melakukannya. Situasi tersebut adalah wujud konflik internal yang dialami oleh tokoh Xu Xu.

Konflik tokoh Xu Xu dengan dirinya sendiri juga terlihat pada situasi yang digambarkan melalui dialog sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 00:55:36)

Fa Hai : 化解狐毒的药是你调制的。

Xu Xu : 是又怎样?

Fa Hai : 耗了你上百年的真气。你对老百姓也蛮有善

心的。

Xu Xu : 在你眼里我们都只会是害人的吧。

Fa Hai : 不安本分最终只会害已害人。

Xu Xu : 那我害了谁?

Fa Hai : 你应该知道。

(49)

Fa Hai : 人妖两界你跟他在一起!就是损他的阳寿折他的

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 00:55:36)

Fa Hai : “Kau membuat obat untuk racun setan rubah.” Xu Xu : “Terus kenapa?”

Fa Hai : “Membuatnya itu dapat mengurangi inti kekuatanmu. Kau terlalu baik pada manusia.” Xu Xu : “Tapi di mata mu, semua yang kami lakukan

merugikan manusia.”

Fa Hai : “Walaupun punya niat baik, kau akan tetap menyakiti seseorang.”

Xu Xu : “Siapa yang aku sakiti?” Fa Hai : “Seharusnya kau tahu itu.”

Xu Xu : “Xu Xian adalah cinta sejatiku, bagaimana mungkin aku bisa menyakiti dia?”

Fa Hai : “Kau berasal dari alam yang berbeda! Menjadi satu.. kau harus menguras kehidupannya dan mengubah takdirnya.”

Xu Xu : “Kehidupan manusia sangatlah pendek, dan cinta sejati adalah langka.”

Fa Hai : “Dia tidak memilih untuk mencintaimu, tapi kau yang mengambil cintanya.”

Xu Xu : “Apakah itu masalah? Dia bahagia bersamaku. Pergi saja dengan nyanyian-nyanyianmu! Kau tidak tahu apa-apa tentang cinta.”

Fa Hai : “Jika Xu Xian tau jika kau seekor ular... apa dia masih mencintaimu?” (membalikkan badannya seolah akan pergi meninggalkan Xu Xu) Xu Xu : “Aku sangat mencintainya.”

Fa Hai : “Jika itu masalahnya, kau akan meneteskan air matamu sendiri. Jangan buat dia menangisi dirimu. Karena kau begitu baik hati... aku akan

(50)

Dari dialog antara tokoh Xu Xu dengan tokoh Fa Hai seperti yang tergambar di atas, Xu Xu selalu menyangga pernyataan-pernyataan Fa Hai dengan pernyataan yang ada dalam pikirannya. Namun setelah pernyataan Fa Hai terakhir sebelum pergi meninggalkannya, membuat Xu Xu terdiam dan tidak dapat menyangga lagi. Hal ini dikarenakan Xu Xu memikirkan perkataan Fa Hai yang sebenarnya tidak dapat diterimanya karena ia ingin tetap hidup bahagia bersama Xu Xian, namun ia takut pernyataan Fa Hai tejadi. Xu Xu benar-benar tidak menginginkan dirinya menyakiti Xu Xian. Situasi ini menggambarkan konflik internal yang dialami tokoh Xu Xu dengan dirinya sendiri.

(51)

Konflik internal masih terus berlanjut ketika Xu Xu mendengar kembali pernyataan Xu Xian tersebut. Hal itu membuat dia merasa bahagia, namun di sisi lain ia merasa sedih hingga ia menangis karena hal tersebut membuatnya semakin tidak sanggup untuk berpisah dengan Xu Xian. Ketika Xu Xu tengah menangis, Fa Hai muncul dihadapannya dan membuatnya marah, karena ia merasa Fa Hai adalah perusak hubungannya dengan Xu Xian. Xu Xu mengubah wujudnya menjadi ular putih dan menyerang biksu Fa Hai, namun Xu Xian tidak melihat proses perubahan Xu Xu menjadi ular putih. Xu Xian yang terkejut dan tidak mengetahui bahwa ular putih itu adalah istrinya, menusuk ular putih dengan pisau pencabut roh yang pernah diberikan biksu Fa Hai kepadanya sebagai hadiah karena telah berjasa menolong warga. Xu Xu sangat terkejut dan hampir menyerang Xu Xian sebelum ia melihat bahwa Xu Xian adalah orang yang menusuknya. Namun setelah Xu Xu berbalik dan melihat bahwa yang menusuk dirinya adalah orang yang sangat ia cintai, ia menangis lalu pergi meninggalkan Xu Xian dengan wujudnya sebagai ular putih. Situasi tersebut menggambarkan konflik internal tokoh Xu Xu.

(52)

sebanding dengan pengorbanan kakaknya. Namun Xu Xu tidak menyesali hal tersebut, ditunjukkan pada dialog Xu Xu sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 01:03:21)

青青 :“我们这一趟来错了。这一切根本不值得你这样。”

素素 :“也许我不应该这么做、但是我不后悔。不管怎样

至少我真正爱过。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:03:21)

“Mungkin seharusnya aku tidak melakukannya, tapi aku tidak menyesal. Saat ini aku sudah mengerti apa itu cinta sejati.”

Pernyataan tokoh Xu Xu tersebut jelas membuktikan adanya konflik antara hati dan pikiran Xu Xu. Menurut pikirannya ia seharusnya tidak melakukan hal tersebut, namun hatinya sama sekali tidak menyesalinya karena dengan begitu ia mengerti apa arti cinta sejati yang sebenarnya. Pertentangan antara hati dan pikiran yang dimiliki oleh tokoh Xu Xu disebut dengan konflik internal.

(53)

Setelah Pagoda Lei Feng terbuka, Xu Xu berlari ke arah Xu Xian dan memeluknya sambil menangis dan mengatakan:

(白蛇传, 2011; 01:30:48)

“你不要伤心 我不要你哭。我一个人流泪好了。你不记得 没关系。

我记得就可以了。见到你之前、虽然我已经修炼了一千年。可这一 千年都不如跟你的一瞬间重要。你知道吗、就算要经历再多的苦难。 生死轮回、我都不后悔。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:30:48)

“Jangan sedih, aku tidak ingin kau menangis. Aku akan menangis untuk kita berdua. Aku tidak keberatan kalau kau melupakanku. Kenangan pribadiku sudah cukup. Sebelum pertama kali aku melihatmu, aku sudah bermeditasi selama seribu tahun. Tapi ribuan tahun itu tidak berarti dibandingkan sesaat bersamamu. Kau tidak akan pernah tahu betapa aku sangat menderita. Tapi meskipun aku mati, aku tidak akan menyesal.”

Dari kutipan dialog Xu Xu diatas jelas digambarkan bahwa Xu Xu rela jika orang yang sangat ia cintai tidak akan mengingatnya. Ia bahkan rela menderita dan berkorban segalanya walaupun sangat berat baginya, asalkan ia tidak melihat Xu Xian menangis. Situasi tersebut sangat menjelaskan adanya konflik internal yang terjadi pada tokoh Xu Xu.

4.2.2. Konflik Tokoh Xu Xu dengan Tokoh Lain

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Xu Xu adalah siluman ular putih yang menjelma menjadi wanita cantik. Xu Xu adalah salah satu pemeran utama dalam film The Sorcerer and The White Snake. Pada film The Sorcerer and The

White Snake digambarkan beberapa konflik Xu Xu dengan tokoh utama lain dan

(54)

menit kelima puluh empat detik ketiga puluh delapan, ketika Xu Xu mencoba melarikan diri dari biksu Fa Hai karena takut tertangkap olehnya. Namun biksu Fa Hai dapat menemukannya. Xu Xu melakukan perlawanan dengan berperang, beradu kekuatan dengan biksu Fa Hai. Situasi ini menggambarkan konflik eksternal melalui kekuatan fisik antara tokoh Xu Xu dengan tokoh Fa Hai.

Pada menit keenampuluh detik kelima puluh digambarkan kembali konflik tokoh Xu Xu dengan tokoh Fa Hai melalui perdebatan mereka dalam penggalan dialog sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 01:00:50)

Fa Hai : “贫僧已经给你机会。还不肯走只有收你。”

Xu Xu : “和尚,你处处相逼容不得我们幸福。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:00:50)

Fa Hai : “Aku sudah memberimu kesempatan. Tapi kau belum pergi juga, sekarang aku harus membawamu.” Xu Xu : “Biksu, kenapa kau mau merusak kebahagiaan

kami?”

Xu Xian : “Xu Xu! Kau bicara kepada siapa?” (sambil menggedor-gedor pintu)

(55)

dengan konflik eksternal, dan konflik ini masih terus berlanjut dengan konflik fisik.

Konflik antara tokoh Xu Xu dan tokoh Fa Hai masih terus berlanjut hingga akhir, karena mereka memiliki pemikiran yang bertentangan. Bagi Fa Hai hubungan antara siluman dan manusia adalah kesalahan yang tidak bisa ditoleransi, sedangkan bagi Xu Xu cinta antara dirinya dan Xu Xian adalah cinta sejati yang tidak dapat dipisahkan.

Setelah mengetahui dari tikus, bahwa Xu Xian ditahan oleh biksu Fa Hai di Kuil Jinshan, Xu Xu sangat marah. Ia dan Qingqing pergi ke sana untuk mencari Xu Xian, namun mereka dicegah oleh biksu Fa Hai, dapat dilihat pada dialog antar tokoh Fa Hai, Xu Xu dan Qingqing sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 01:12:31)

Fa Hai : “佛门净地你们速速离开。”

Xu Xu : “法海你还我许仙!”

Fa Hai : “你大难不死应心存感恩。何必再来生事啊?”

Xu Xu : “你放了他我马上就走。”

Fa Hai : “许仙为你盗取仙草。结果妖灵附体危在旦夕。我

们正在为他施法解咒。”

Xu Xu : “妖灵附体。怎么可能?我要见他。”

Fa Hai : “他正在生死关头。你不要节外生枝、否则会害了

许仙。还殃及周围的百姓、人妖孽恋始终害人害 已。”

Xu Xu : “你。。。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:12:31)

Fa Hai : “Enyahlah! Kalian menerobos masuk tanpa izin ke tempat suci.”

Xu Xu : “Fa Hai, serahkan Xu Xian!”

Fa Hai : “Kau seharusnya bersyukur karena kau tidak mati.” “Kenapa masalah ini jadi bisa sejauh ini?”

(56)

tempat ini.”

Fa Hai : “Dia sudah mencuri ramuan roh untukmu. Dia dalam bahaya besar karena roh jahat telah merasukinya! Kali ini kami akan hancurkan mantramu!”

Xu Xu : “Aku merasukinya? Itu tidak mungkin... Aku ingin menemuinya.”

Fa Hai : “Dia berjuang antara hidup dan mati. Mengganggu ritual akan mengakhiri hidupnya dn mengancam jiwanya. Hubungan antara manusia dan siluman bisa membawa dampak tidak bagus.”

Xu Xu : “Kau...”

Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa konflik antara Xu Xu dan tokoh Fa Hai terjadi karena tindakan Xu Xu yang berani menerobos masuk ke tempat suci yang seharusnya tidak bisa ia singgahi. Xu Xu datang untuk membawa pergi suaminya, yang ditahan Fa Hai di dalam kuil. Namun Fa Hai mencegahnya dan hal ini membuat Xu Xu semakin marah dan tidak bisa menahan diri untuk bertarung dengan tokoh Fa Hai. Pertarungan antara tokoh Xu Xu dan tokoh Fa Hai merupakn wujud dari konflik eksternal dalam film ini.

4.2.3. Konflik Tokoh Xu Xu dengan Kekuatan Luar/ Kelompok

Konflik supranatural adalah konflik dengan setan dan hal-hal gaib, (Gibbs, 2010: 175). Konflik supranatural yang dialami Xu Xu dalam film ini ditunjukkan pada adegan di menit tujuh puluh enam detik ketiga puluh tujuh, ketika Xu Xu menciptakan banjir untuk melawan kekuatan ritual para biksu dengan mantra Luohan. Situasi tersebut tergambar dalam percakapan sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 01:12:53)

Xu Xu : “我要见他。”

Fa Hai : “他正在生死关头。你不要节外生枝,否则会害了

(57)

已。” Xu Xu : “你”

Qingqing : “说到底你还是要拆散我姐和许仙。你不放人好我

就和你拼了。”

Xu Xu : “我今天带不走许仙我就水漫金山!”

Fa Hai : “为一已私情置众生而不顾。再不收手我今天必定

灭了你。”

Xu Xu : “好是你逼我的!”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:12:53) Xu Xu : “Aku ingin menemuinya.”

Fa Hai : “Dia berjuang antara hidup dan mati. Mengganggu ritual akan mengakhiri hidupnya dan mengancam jiwanya. Hubungan antara manusia dan siluman bisa membawa dampak tidak bagus”

Xu Xu : “Kau...”

Qingqing : “Kau merusak hubungan kakak ku dengan Xu Xian. Jika kau tidak melepasnya, aku akan melawanmu.” Xu Xu : “Jika aku tidak tinggal bersama Xu Xian, aku akan

membuat Jinshan banjir!”

Fa Hai : “Kau egois, berapa banyak nyawa yang akan kau bunuh? Aku akan terus paksa ini berakhir kecuali kau mau berhenti.”

Xu Xu : “Baiklah, kau memaksaku!”

Dari penggalan dialog diatas, dapat dilihat bahwa Fa Hai telah memberitahu bahwa Xu Xian dalam ritual mantra Luohan, namun Xu Xu bersikeras untuk bertemu dengan Xu Xian hingga ia memutuskan untuk membuat banjir Jinshan agar dapat melawan ritual yang sedang dilaksakan dalam kuil Jinshan dan dapat membawa Xu Xian pergi. Xu Xu berhasil melawan kekuatan mantra tersebut dengan mengganggu ritual yang dilakukan oleh para biksu, dengan bantuan para tikus. Situasi ini disebut dengan konflik supranatural.

(58)

Xu kalah, dan ia terkurung di dalam Pagoda Lei Feng seumur hidupnya. Hal ini adalah hukuman dari Buddha karena ulahnya mengakibatkan banyak nyawa tenggelam dengan banjir yang ia ciptakan.

4.3. Konflik Tokoh Xu Xian

4.3.1. Konflik Tokoh Xu Xian dengan Diri Sendiri

Xu Xian adalah tokoh yang berperan sebagai manusia biasa yang bekerja sebagai pencari ramuan obat dan bermimpi akan menjadi seorang tabib. Dalam film The Sorcerer and The White Snake digambarkan adanya konflik internal yang dialami oleh tokoh Xu Xian pada menit kesepuluh detik keempat belas, ketika Xu Xian simuan setelah pingsan karena dia terjatuh dan tenggelam ke dasar danau. Dia tersadar dan langsung mencari gadis yang menyelamatkan nyawanya di dasar danau. Akan tetapi teman-temannya menganggap bahwa Xu Xian hanya berkhayal. Xu Xian bingung, dia merasa hal itu nyata akan tetapi tidak ada yang mempercayainya. Hal tersebut ditunjukan dalam situasi dan dialog berikut:

(白蛇传, 2011; 00:10:05)

Teman Xu Xian : “许仙!许仙!”

Xu Xian : “那个姑娘呢?”

Teman Xu Xian : “什么姑娘?你是不是脑子被撞坏了?”

Xu Xian : “刚才在水底有个姑娘吻我。接着给我输

气。我这才得救的。”

Teman Xu Xian : “喂那个给你输气的人是我。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 00:10:05)

(59)

Teman Xu Xian : “Xu Xian!”

Xu Xian : “Dimana gadis itu?”

Teman Xu Xian : “Gadis apa? Mungkin kepalamu terbentur terlalu keras.”

Xu Xian : “Baru saja di dalam air ada seorang gadis menciumku. Dia memberikan nafas ke dalam mulutku. Dia sudah menyelamatkan nyawaku.” (Mengucapkan dengan yakin sambil melirik kesegala arah, mencari gadis yang dipikirkannya)

Teman Xu Xian : “Hahaha... Hey, satu-satunya orang yang memberimu ciuman keselamatan adalah aku!”

Xu Xian : (Terkejut dan mengusap bibirnya ke pakaian yang dikenakannya) “Pwehh...!”

Situasi dan dialog diatas menunjukkan adanya konflik antara tokoh Xu Xian dengan dirinya sendiri ketika dia bingung dan bertanya-tanya apakah harus percaya dengan apa yang ia rasakan atau harus percaya dengan apa yang dikatakan oleh teman-temannya.

Konflik internal tokoh Xu Xian masih terus berlanjut kerika ia kembali bertemu dengan Xu Xu di sebuah pavilion di tengah danau. Sebelum sampai ke pavilion banyak kejadian aneh yang terjadi. Mulai dari perahu yang berlayar sendiri, hingga ia jembatan yang tiba-tiba runtuh. Xu Xian sempat bingung dan terkejut akan apa yang terjadi namun ia berusaha berpikir positif bahwa hal itu terjadi hanya karena kebetulan. Di pavilion itulah Xu Xian bertemu kembali dengan Xu Xu. Namun ia sama sekali tidak mengenali Xu Xu sebagai gadis yang pernah menolongnya.

(60)

terlihat panik dan hampir tidak percaya bahwa gadis yang berbicara di pavilion bersamanya adalah gadis yang sama dengan gadis yang mebuatnya jatuh hati karena telah menolong ia ketika hampir tenggelam di dasar danau. Ia sempat terdiam menatap Xu Xu sambil mengingat peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi persis seperti saat itu. Sikap diam dan kebingungan tersebut menunjukkan adanya konflik internal yang dialami oleh tokoh Xu Xian.

Konflik Xu Xian dengan dirinya sendiri juga terlihat pada situasi di menit keenam puluh satu detik kesatu. Ketika Xu Xian melihat biksu Fa Hai sedang berperang melawan seekor ular putih. Dia ketakutan dan terkejut sehingga dengan tidak sengaja menusuk ular putih dengan pisau pencabut roh yang diberikan oleh biksu Fa Hai kepadanya ketika Xu Xian tengah mengobati warga, pada adegan sebelumnya. Tapi ular putih hanya menangis dan melarikan diri setelah tertusuk oleh suaminya sendiri, lalu biksu Fa Hai memberitahu Xu Xian, bahwa ular putih yang telah ditusuknya adalah wanita yang telah dinikahi olehnya. Saat itu juga Xu Xian berkonflik dengan dirinya sendiri, seakan tidak menyangka dan sulit menerima kenyataan. Situasi tersebut digambarkan pada adegan di menit keenam puluh satu detik ke satu sampai pada menit keenam puluh dua detik kedua puluh enam, yaitu sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 01:01:48)

Fa Hai : “不用追了。她中了法刀。元气已伤很难再现人

形。”

Xu Xian : “大师我娘子呢?是不是被那白蛇给吃了?”

(61)

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:01:48)

Xu Xian : (Saat itu Fa Hai sedang bertarung melawan ular putih. Xu Xian menusuk ular dengan pisau sambil menjerit ketakutan dan membuat Xu Xu pergi melarikan diri)

Fa Hai : “Jangan kejar dia! Dia sudah tertusuk pisau pencabut roh. Kehilangan inti kekuatannya, maka dia tidak bisa berubah menjadi manusia.”

Xu Xian : “Guru, dimana istriku? Apa ular putih itu memakannya?”

Fa Hai : “Ular putih itu sebenarnya adalah istrimu. Kau sudah menikahi siluman ular yang berusia 1000 tahun.”

Xu Xian : (Terkejut hingga menjatuhkan pisau di tangannya) “Tidak mungkin! Tidak mungkin! (Menangis...) Fa Hai : “Itu memang benar! Amitabha...”

Dari penggalan dialog diatas digambarkan adanya konflik internal yang dialami tokoh Xu Xian ketika mengetahui bahwa wanita yang sangat ia cintai adalah siluman ular putih. Selain itu ia juga telah menusuk ular putih tersebut dengan tangannya sendiri, ini berarti ia telah melukai istrinya sendiri. Hal ini membuat hati Xu Xian sakit dan ia sangat menyesali perbuatannya namun ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Situasi tersebut menunjukkan konflik tokoh Xu Xian dengan dirinya sendiri, atau disebut dengan konflik internal.

(62)

semakin bingung. Ia mendengar bahwa dirinya menjadi topik perdebatan antara wanita yang memeluknya dengan biksu yang ada di hadapannya, namun tidak mengerti apa yang mereka bahas. Ia menunjukkan kebingungannya dengan ekspresi di wajahnya.

Kebingungan Xu Xian tersebut menunjukkan adanya konflik internal yang dialami tokoh. Ia berusaha untuk mengingat dan mengerti segala sesuatu yang terjadi namun ia masih tetap merasa bingung dengan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Ia hanya dapat menyaksikan pertarungan antara Fa Hai dan Xu Xu dengan berdiam diri hingga menyaksikan Xu Xu terkurung dalam Pagoda Lei Feng. Hal ini membuat hatinya sedih tapi ia masih belum dapat mengenali Xu Xu sebagai istrinya.

Setelah Xu Xu memohon kepada Buddha, akhirnya Pagoda Lei Feng terbuka kembali dan Xu Xu berlari menghampiri dan memeluk Xu Xian. Xu Xian menyambut pelukan Xu Xu namun ia masih tetap dalam keadaan bingung, hal ini digambarkan dalam dialog antara tokoh Xu Xian dan tokoh Xu Xu sebagai berikut:

(白蛇传, 2011; 01:30:26)

“你受苦了。虽然我不认得你、可是不知道为什么。我看到你这样流 泪,我的心好痛。”

(The Sorcerer and The White Snake, 2011; 01:30:26)

Gambar

Fight and Love with a Terracotta Warrior

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk konflik psikologis yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Lutte karya Gitlicious yaitu berupa kecemasan, kebimbangan,

Dikatakan deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka (Moleong, 2013). Data- data yang dikumpulkan berupa dialog-dialog antar tokoh,

Suspense sebagai akibat adanya konflik dapat timbul dari adanya resiko atau sebuah taruhan besar yang dihadapi tokoh utama, hambatan yang berimbang sehingga menimbulkan

Suspense sebagai akibat adanya konflik dapat timbul dari adanya resiko atau sebuah taruhan besar yang dihadapi tokoh utama, hambatan yang berimbang sehingga menimbulkan

Data dalam penelitian ini berupa teks berbentuk kutipan dialog, monolog, dan tindakan yang berkaitan dengan watak tokoh utama dalam novel Jodoh Terakhir karya Netty Virgiantini,

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan pada tiga hal pokok, 1 wujud konflik tokoh utama, 2 penyebab konflik yang dialami tokoh utama, dan 3

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang konflik tokoh utama yang terdapat di dalam autobiografi Rissa: Sebuah Pilihan Hidup Karya Larissa Chou, dapat disimpulkan bahwa sesuai

Pertama, bentuk konflik batin yang dialami tokoh utama pada novel Bukan Semillah karya Nadine T, tokoh utama mengalami tiga tipe konflik batin yang ditinjau dari teori Kurt Lewin yakni