• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PENJAMAH PESTISIDA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

RINA MAWARNI MUNTHE 111000118

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERILAKU PENJAMAH PESTISIDA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

RINA MAWARNI MUNTHE 111000118

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perilaku

Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyatan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015

Yang membuat pernyataan

(4)

ABSTRAK

Pestisida merupakan suatu substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Bahan kimia berbahaya yang terdapat di pestisida begitu banyak yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya tetapi tidak banyak juga pekerja yang memahami bahaya pestisida tersebut. Aplikasi pestisida secara langsung di lapangan biasanya terbentur oleh aspek pengamanan dalam penggunaannya, dimana aspek ini diantaranya sangat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku penjamah pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015.

Berdasarkan karakteristik, jenis kelamin yang diperoleh terdapat 50 (94.3%) laki-laki dan 3 (5.7%) perempuan. Usia kategori ฀ 46 tahun sejumlah 29 (54.7%) dan ˂ 46 tahun sejumlah 24 (45.3%).Tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah 9 (17%), SD dan SLTP 18 (34%), SLTA 8 (15,1%).Masa kerja responden kategori ฀ 1 tahun sejumlah 32 (60.4%) dan kategori umur <1 tahun 21 (39.6%).Tingkat pengetahuan responden yang baik sejumlah 49 (92.4%).Tingkat sikap responden yang baik sejumlah 53 (100%). Tingkat tindakan responden yang tidak baik sejumlah 31 (58,5%).

Pengetahuan yang baik dan sikap responden yang baik ternyata dalam tindakan tidak sesuai atau di kategorikan tidak baik. Sebagian besar pekerja belum menyadari pentingnya mengikuti Standard Operasional Procedure (SOP) penggunaan pestisida yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Pengetahuan responden tentang dampak/efek dalam menggunakan pestisida tanpa menggunakan alat pelindung diri tidak menjadi alasan responden mau menggunakan APD karena pekerja yang belum mengalami keluhan-keluhan kesehatan akibat keracunan pestisida.

Diwajibkan seluruh pekerja penjamah pestisida untuk selalu memakai alat pelindung diri yang lengkap saat bekerja dan diberikah pengahargaan/hadiah kepada pekerja yang mematuhi Standard Operasional Procedure (SOP)

penggunaan pestisida. Peningkatan pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja pestisida.

(5)

ABSTRACT

Pesticide is a chemical substance, which is used to eradicate plant’s pest. Hazardous chemicals contained in pesticides are so many that can affect the health of workers, but not many workers who understand the dangers of pesticides. Pesticide applications directly in the field is usually controvert with safety aspect in its use, where this aspect of which is determined by the knowledge, attitudes and practice of workers.

This study was a descriptive research which is aimed to describe the behavior of pesticide handlers in PT. Perkebunan Nusantara Kebun Bah Butong 2015.

Based on the characteristics, obtained sexes there were 50 ( 94.3 % ) male and 3 ( 5.7 % ) women . Category of age ฀ 46 years there were 29 ( 54.7 % ) and ฀ 46 years there were 24 ( 45.3 % ) . The level of education not school 9 ( 17 % ) , primary and secondary school 18 ( 34 % ) , high school 8 ( 15.1 % ) .Period of work category ฀ 1 year there were 32 ( 60.4 % ) and the category < 1 year there were 21 ( 39.6 % ) . The level of good knowledge respondent there were 49 (92.4 % ) . The level of good attitudes there were 53 ( 100 % ) . The level of not good practice respondent there were 31 ( 58.5 % ).

A good knowledge and attitudes respondent, were well turned out in a practice were not good categorized. Most workers have not realized the importance of following the Standard Operating Procedure ( SOP ) use pesticides that can cause accidents or diseases. The respondents knowledge about the impact / effect in the use of pesticides without the use of personal protective equipment would not be a reason for respondents to use personal protective equipment for workers who have not experiencing health complaints due to pesticide poisoning.

Pesticide handler workers are required to always wear whole personal protective equipment while working and giving reward to workers who obey the Standard Operating Procedure ( SOP ) use of pesticides and Improving training and counseling on health and safety of pesticides.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya. Selama penyelesaian skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt., MS, selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus Ketua Penguji, yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar memberikan masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(7)

5. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama saya menjalani pendidikan.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong yang telah memberikan izin kepada penulis meneliti dan meluangkan waktu untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Michael Robby Fernando yang memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Christin Hutabarat, Hardiani Ayu, Dewi Veronika, dan Regia Tarigan yang mendukung selama proses penyelesaian skripsi ini.

12.Nurhasanah Lubis, Elisnawati Sibarani, Rici Dina Putri yang selalu setia menemani dan mendukung selama proses penyelesaian skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan satu departemen K3 atas dukungan dan doanya.

(8)

Marlinang, abang saya Freddy Munthe, dan adik saya Christi Agustina serta seluruh keluarga yang sayangi karena selalu memberikan bimbingan, dukungan, serta doa kepada saya tiada henti-hentinya.

Saya menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan sksipsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2015

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

2.2.1 Pengertian Pestisida ... 19

2.2.2 Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasarannya ... 20

2.2.3 Waktu Aplikasi Herbisida ... 24

2.2.4 Waktu Aplikasi Insektisida ... 27

2.2.5 Kaidah Penggunaan Pestisida ... 32

2.2.6 Penyebab Keracunan dan Tindakan Pencegahan ... 35

2.2.7 Prosedur Penggunaan Pestisida ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 44

(10)

3.3.1 Populasi ... 44

3.3.2 Sampel ... 44

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Data Primer ... 45

3.4.2 Data Sekunder ... 45

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 45

3.6 Metode Pengukuran ... 46

3.7 Metode Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum PTPN IV ... 49

4.1.1 Sejarah singkat PTPN IV ... 49

4.1.2 Sejarah singkat PTPN IV Kebun Bah Butong ... 50

4.2 Keadaan Umum Perusahaan ... 51

4.2.1 Sistem Manajemen Mutu ... 52

4.2.2 Kesejahteraan Sosial ... 52

4.2.3 Pelayanan Kesehatan ... 53

4.2.4 Koperasi Karyawan (KOPKAR) ... 53

4.2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 53

4.2.6 Serikat Pekerja ... 53

4.2.7 Kemitraan dengan Masyarakat ... 54

4.2.8 Visi dan Misi Perusahaan ... 54

4.3 Hasil Pengumpulan Data Primer ... 55

4.3.1 Data-data Umum Responden ... 55

4.3.2 Pengetahuan ... 56

4.3.3 Sikap ... 58

4.3.4 Tindakan ... 60

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1 Karakteristik Responden ... 62

5.2 Pengetahuan Responden... 64

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Unit Usaha Teh Bah Butong ... 52 Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di PTPN IV Kebun Bah

Butong Tahun 2015 ... 55 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan di

PTPN IV Kebun Bah Butong Tahun 2015 ... 57 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di

PTPN IV Kebun Bah Butong Tahun 2015 ... 58 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap di PTPN IV

Kebun Bah Butong Tahun 2015 ... 59 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap di PTPN IV

Kebun Bah Butong Tahun 2015 ... 59 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Tindakan di

PTPN IV Kebun Bah Butong Tahun 2015 ... 60 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan di PTPN IV

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rina Mawarni Munthe

Tempat Lahir : Duri, Riau

Tanggal Lahir : 06 Mei 1993

Suku bangsa : Batak

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Nomensen Munthe

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Siti Mariani Tambunan

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

(14)

ABSTRAK

Pestisida merupakan suatu substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Bahan kimia berbahaya yang terdapat di pestisida begitu banyak yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya tetapi tidak banyak juga pekerja yang memahami bahaya pestisida tersebut. Aplikasi pestisida secara langsung di lapangan biasanya terbentur oleh aspek pengamanan dalam penggunaannya, dimana aspek ini diantaranya sangat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku penjamah pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015.

Berdasarkan karakteristik, jenis kelamin yang diperoleh terdapat 50 (94.3%) laki-laki dan 3 (5.7%) perempuan. Usia kategori ฀ 46 tahun sejumlah 29 (54.7%) dan ˂ 46 tahun sejumlah 24 (45.3%).Tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah 9 (17%), SD dan SLTP 18 (34%), SLTA 8 (15,1%).Masa kerja responden kategori ฀ 1 tahun sejumlah 32 (60.4%) dan kategori umur <1 tahun 21 (39.6%).Tingkat pengetahuan responden yang baik sejumlah 49 (92.4%).Tingkat sikap responden yang baik sejumlah 53 (100%). Tingkat tindakan responden yang tidak baik sejumlah 31 (58,5%).

Pengetahuan yang baik dan sikap responden yang baik ternyata dalam tindakan tidak sesuai atau di kategorikan tidak baik. Sebagian besar pekerja belum menyadari pentingnya mengikuti Standard Operasional Procedure (SOP) penggunaan pestisida yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Pengetahuan responden tentang dampak/efek dalam menggunakan pestisida tanpa menggunakan alat pelindung diri tidak menjadi alasan responden mau menggunakan APD karena pekerja yang belum mengalami keluhan-keluhan kesehatan akibat keracunan pestisida.

Diwajibkan seluruh pekerja penjamah pestisida untuk selalu memakai alat pelindung diri yang lengkap saat bekerja dan diberikah pengahargaan/hadiah kepada pekerja yang mematuhi Standard Operasional Procedure (SOP)

penggunaan pestisida. Peningkatan pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja pestisida.

(15)

ABSTRACT

Pesticide is a chemical substance, which is used to eradicate plant’s pest. Hazardous chemicals contained in pesticides are so many that can affect the health of workers, but not many workers who understand the dangers of pesticides. Pesticide applications directly in the field is usually controvert with safety aspect in its use, where this aspect of which is determined by the knowledge, attitudes and practice of workers.

This study was a descriptive research which is aimed to describe the behavior of pesticide handlers in PT. Perkebunan Nusantara Kebun Bah Butong 2015.

Based on the characteristics, obtained sexes there were 50 ( 94.3 % ) male and 3 ( 5.7 % ) women . Category of age ฀ 46 years there were 29 ( 54.7 % ) and ฀ 46 years there were 24 ( 45.3 % ) . The level of education not school 9 ( 17 % ) , primary and secondary school 18 ( 34 % ) , high school 8 ( 15.1 % ) .Period of work category ฀ 1 year there were 32 ( 60.4 % ) and the category < 1 year there were 21 ( 39.6 % ) . The level of good knowledge respondent there were 49 (92.4 % ) . The level of good attitudes there were 53 ( 100 % ) . The level of not good practice respondent there were 31 ( 58.5 % ).

A good knowledge and attitudes respondent, were well turned out in a practice were not good categorized. Most workers have not realized the importance of following the Standard Operating Procedure ( SOP ) use pesticides that can cause accidents or diseases. The respondents knowledge about the impact / effect in the use of pesticides without the use of personal protective equipment would not be a reason for respondents to use personal protective equipment for workers who have not experiencing health complaints due to pesticide poisoning.

Pesticide handler workers are required to always wear whole personal protective equipment while working and giving reward to workers who obey the Standard Operating Procedure ( SOP ) use of pesticides and Improving training and counseling on health and safety of pesticides.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. UU No. 13 tahun 2003, pasal 86, ayat (1a) menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan pasal 86, ayat (2) menegaskan untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas tenaga kerja yang baik

(Suma‟mur, 2009).

Derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni: lingkungan (fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (H.L. Blum, 1974). Perilaku, sebagai salah satu determinan kesehatan adalah bentuk respons seseorang terhadap stimulus yang berupa, sakit dan penyakit, makanan dan minuman, lingkungan dan juga pelayanan kesehatan. Dalam praktik kesehatan masyarakat yakni berbagai upaya atau program kesehatan (termasuk lingkungan dan pelayanan kesehatan) selalu bersinggungan dengan perilaku. Hal ini disebabkan karena semua masalah kesehatan selalu mempunyai aspek perilaku sebagai faktor resiko.

(17)

kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 bagian yakni intervensi terhadap lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas.

Pestisida merupakan suatu substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pada umumnya pestisida yang digunakan bukan hanya dalam pertanian saja namun juga diperlukan dalam bidang kesehatan dan rumah tangga yaitu untuk mengendalikan vektor penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Pestisida tersebut walau sangat berguna namun dipihak lain tanpa disadari akan menimbulkan dampak negatif seperti timbulnya keracunan pestisida.

Berdasarkan data pencatatan dari Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat, saat ini lebih 2.600 bahan aktif pestisida yang telah diedarkan di pasaran. Sebanyak bahan aktif tersebut di atas, 575 berupa herbisida, 610 berupa insektisida, 670 berupa fungisida dan nematisida, 125 berupa rodentisida, dan 600 berupa disinfektan. Lebih dari 35.000 formulasi telah dipasarkan di seluruh dunia. Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman khususnya pertanian dan kehutanan pada tahun 1986 tercatat 371 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya, dan 38 formulasi yang baru mengalami proses pendaftaran ulang. Dan sebanyak 205 bahan aktif yang telah terdaftar dan beredar di pasaran (Ekha, 1988).

(18)

populer adalah mengunakan bahan kimia atau lebih dikenal dengan istilah pestisida. Namun, jenis pestisida yang beredar di pasaran juga banyak, dengan berbagai macam merek, macam bahan aktif, dan tentunya berbagai macam kegunaan. Kesalahan dalam menentukan jenis pestisida yang digunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit di lapangan, akan berpengaruh terhadap efektivitasnya. Keberhasilan pestisida dalam mematikan jasad pengganggu tidak hanya ditentukan oleh jenis pestisida, dosis, dan konsentrasi saja. Namun juga ditentukan oleh bagaimana cara aplikasi pestisida tersebut.

Menurut penelitian Purba tahun 2010 di PTPN IV Dolok Ilir, responden yang mengalami gejala keracunan kulit gatal-gatal sebesar 70%, mual/muntah sebesar 13,3% dan sakit kepala sebesar 16,7%, ini disebabkan karena masih adanya beberapa dari pekerja yang melakukan aktivitas merokok dan tidak senantiasa memakai masker saat melakukan pekerjaannya. Perilaku penjamah pestisida saat melakukan pencampuran pestisida dan penyemprotan sering tidak mematuhi peraturan saat bekerja sehingga banyak pekerja yang mengalami gangguan kesehatan akibat keracunan pestisida akut.

Hasil survei yang dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Karo (2005) di Kabupaten Karo pada para petani pengguna pestisida, menunjukkan bahwa 75,2% dari responden yang diteliti tidak begitu tahu tentang bahaya yang dapat ditimbulkan pestisida dan tidak peduli karena tidak pernah ada keluhan mengancam yang dialami.

(19)

HGU= 2.602.95 Ha dengan luas TM = 1.049.95 Ha dengan ketinggian = 890 mdpl. Perkebunan Bah Butong mengolah teh hitam dengan sistem kombinsi ORTODOX-Rotor Vane dengan kapasitas olah : 1.530 kg teh kering per jam dan kapasitas tampung daun teh basah ± 100 ton.

(20)

Balai K3 pada bulan Maret 2015 di PTPN IV Kebun Bah Butong, terdapat 3 penjamah pestisida yang mengalami keracunan akut. Pada saat pengaplikasian pestisida masih banyak pekerja menyemprotkan pestisida tanpa memakai pelindung, pemakaian yang sering tidak bijaksana, seperti dosis dan konsentrasi yang dipakai ditingkatkan sehingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman, dan lain-lain.

Aplikasi pestisida secara langsung di lapangan biasanya terbentur oleh aspek pengamanan dalam penggunaannya, dimana aspek ini diantaranya sangat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja. Tingginya pengetahuan tentang pestisida pada akhirnya akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan pekerja dalam menggunakan pestisida. Pengetahuan, sikap dan tindakan petani tentunya berbeda satu sama lain, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perbedaan ini antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman dan ketersediaan informasi.

Berdasaran hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka peneliti ingin meneliti mengenai Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah bagaimana Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015.

(21)

Untuk mengetahui perilaku penjamah pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden yaitu usia, pendidikan, dan masa kerja.

2. Untuk mengetahui pengetahuan penjamah pestida di PTPN IV Kebun Bah Butong

3. Untuk mengetahui sikap penjamah pestisida di PTPN IV Kebun Bah Butong

4. Untuk mengetahui tindakan penjamah pestisida di PTPN IV kebun Bah Butong.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi PTPN IV Kebun Bah Butong terkait dalam hal perilaku penjamah pestisida.

2. Sebagai masukan kepada pekerja penjamah pestisida tentang dampak penggunaan pestisida dengan kesehatan pekerja itu sendiri.

3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang perilaku penjamah pestisida di PTPN IV Kebun Bah Butong.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku telah menjadi suatu bidang yang amat luas cakupannya. Hampir semua aktivitas manusia tidak terlepas dari perilaku dalam berbagai cara apakah itu secara verbal, tulisan, gestural, dan bentuk perilaku lainnya. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Misalnya berjalan, berbicara, berpakaian, bereaksi, berpikir ataupun emosi dan lain-lain.

Perilaku mempunyai arti konkrit dari pada jiwa. Karakteristik perilaku ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu. Sedangkan perilaku tertutup ialah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu misalnya berpikir, sedih, berkhayal, takut. (purwanto, 1998)

Dilihat dari Segi Biologis, Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan hewan, dan manusia berperilaku, karena punya aktivitas masing-masing. Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

(23)

membedakan respons menjadi dua jenis, yaitu respon-dent response (reflexive) dan respondent response (reflexive).

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diuraikan bahwa perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal.

2.1.2 Pengetahuan (Knowledge)

Benyamin Bloom (1908) seperti dikutip Notoadmodjo (2003), membagi perilaku manusia dalam tiga domain (ranahkawasan), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara itu, menurut Ki Hajar Dewantara, perilaku manusia terdiri atas Cipta (kognisi), Rasa (emosi) dan Karsa (konasi). Urutan pembentukan perilaku baru khususnya pada orang dewasa diawali oleh domain kognitif. Individu terlebih dahulu mengetahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan, selanjutnya timbul domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Pada akhirnya setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya, timbul respons berupa tindakan atau keterampilan (domain psikomotor).

(24)

berpikir, dan mempertimbangkan, individu mulai mencoba perilaku baru, individu menggunakan perilaku baru. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan.

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi mulai panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor penddikan formal. Pengetahun sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi makan orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi dapat diperoleh dari non formal.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(25)

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Memahani berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.

c. Aplikasi/penerapan (application)

Aplikasi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam kontes atau situsi nyata.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e. Sintesis (synthesis)

(26)

merencanakan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

(27)

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Koentjaraningrat, 1983)

Menurut Sarwono (1997), sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci, dan sedih), kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), dan konatif (kecenderungan bertindak).

(28)

Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 1997). Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola-pola-pola cara berpikir ini memengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam hidup (Koentjaranigrat, 1983).

Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan sosial (Atkinson dkk, 1993) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menetukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan sering kali jauh berbeda.

Menurut Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2003), komponen pokok sikap meliputi hal-hal berikut,

1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan bertindak (tend to behave)

(29)

Komponen kognitif (cognitive). Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Sebagai contoh, seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari sakit dan terasa nikmatnya sehat.

Komponen afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) mupun negatif (rasa tidak senang). Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (misalnya, para lulusan SMU banyak memilih melanjutkan ke Politeknik Kesehatan karena setelah lulus menjadikan pekerjaan yang jelas).

Sikap terdiri atas empat tingkatan, mulai dari terendah sampai tertinggi, yakni menerima, merespons, menghargai, dan bertanggung jawab.

a. Menerima (receiving)

Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/objek (misalnya, sikap terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu menerima ide tersebut.

(30)

Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

d. Bertanggung jawab (responsible)

Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih , meskipun mendapat tantangan dari keluarga. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung (langsung ditanya) dan tidak langsung.

Sifat sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998). Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu 1. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentu apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, indvidu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.

(31)

Dalam pemberitaan komunikasi, berita yang disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005)

2.1.4. Tindakan atau praktik

Tingkat praktik meliputi persepsi, respons terpimpin , mekanisme dan adopsi, yaitu

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama (misalnya, seorang ibu memilih makanan bergizi bagi anak balitanya).

b. Respon terpimpin (guided response)

Hal ini berarti dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (mechanism)

(32)

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik. Hal ini berarti tindakan tersebut telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan bergizi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana).

2.2 Pestisida

2.2.1 Pengertian Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya pembunuh hama. (Sudarno,1988)

Menurut peraturan pemerintah no. 7 Tahun 1973, defenisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,

2. Memberantas rerumputan,

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan,

4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak,

5. Memberantas atau mencegah hama-hama air,

(33)

7. Memberantas dan mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik, yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang dimaksud dengan pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Pestisida merupakan bahan yang banyak memberikan manfaat sehingga banyak dibutuhkan masyarakat pada bidang pertanian (pangan, perkebunan, perikanan, peternakan), penyimpanan hasil pertanian, kehutanan (tanaman hutan dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga dan penyehatan lingkungan, pemukiman, bangunan, pengangkutan dan lain-lain 2.2.2 Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran

Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasar fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut:

(34)

2. Algisida, berasal dari kata alga bahasa Latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alge. Contohnya Dimanin,

3. Avisida, berasal dari kata avis bahasa Latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakatua.

4. Bakterisida, berasal dari kata Latin bacterium atau kata Yuani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracycline, Trichlorophenol Streptomycin.

5. Fungisida, berasal dari kata Latin fungus atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dmatan 50 WP. 6. Herbisida, berasal dari kata Latin herba, artinya tanaman setahun, berfungsi

untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P.

7. Insektisida, berasal dari kata Latin insectum artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron.

8. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi untuk membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide)

(35)

10.Nematisida, berasal dari kata Latin nematoda atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate.

11.Ovisida, berasal dari kata Latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.

12.Pedukulisida, berasal dari kata Latin pedis berarti kuku, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

13.Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Squoxin untuk Cyprinidae, Chemish 5 EC, 14.Predisida, berasal dari kata Yunani praeda berarti pemangsa, berfungsi

sebagai pembunuh predator

15.Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere berarti pengerat, berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. Contohnya Diphacin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin.

16.Silvisida, berasal dari kata Lain silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh hutan atau pembersih pohon.

17.Termisida, berasal dari kata Yunani termes artinya serangga pelubang kayu, berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 20 EC, Difusol CB.

Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida juga, namun namanya tidak memakai akhiran sida.

(36)

diekskresi oleh sejenis serangga dengan maksud untuk menarik jenis lawannya).

2. Kemosterilan, Zat yang berfungsi untuk menstrerilkan serangga atau vertebrata. Contohnya Ornitrol yang digunakan untuk mensterilkan burung dara, Afolate penstreril lalat rumah

3. Defoliant, zat yang digunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen (seperti pada tanaman kapas). Contohnya Asam Arsenik, Folex, DEF.

4. Desikan, Zat untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman. Contohnya Asam Arsenik.

5. Desinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme. Contohnya Triklorofenol, Sodiumbisulfat.

6. Zat Pengatur Tumbuh, zat yang bis memperlambat, menghentikan atau mempercepat pertumbhan tanaman. Contohnya Gibbrellin, Ethrel, Phosphon. 7. Repellen, zat yangberfungsi sebagai penolak atau penghalau hama.

Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereh untuk penolak nyamuk, Avitrol untuk penolak burung.

8. Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk menstrilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma. Contohnya Ammoniumtiasianate, Metil bromida.

9. Desinfestan, zat untuk membasmi hama,tungro, gulma, tikus, dan organisme bersel banyak lainnya.

(37)

11.Stiker, Zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan. Contohnya Teepol, Adjuvan T

12.Surfaktan dan agen penyebar, zat untu meratakan pestisida pada permukaan daun. Contohnya Triton dan Surfinol

13.Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas. Contohnya Phosphon.

14.Stimulan tanaman, zat untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah. Contoh Atonik, Ethrel.

2.2.3 Waktu Aplikasi Herbisida

Herbisida pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua atau tiga kelompok sebagai berikut:

1. Herbisida pra-tumbuh (pre-emergence herbicides), yakni herbisida yang diaplikasikan sebelum gulmanya tumbuh

2. Herbisida pasca-tumbuh (post-emergence herbicides), yakni herbisida yang diaplikasikan sesudah gulma tumbuh

3. Herbisida pasca tumbuh awal (early post emergence) yang diaplikasikan sebelum gulma tumbuh hingga awal pertumbuhan gulma (gulma berdaun 3-4 helai)

Dilihat dari tanaman pokoknya, saat aplikasi herbisida ada bermacam-macam pula, antara lain sebagai berikut:

(38)

2. Aplikasi pasca-tanam (post-planting) apabila herbisida diaplikasikan di lahan yang sudah ada tanamannya. Herbisida yang digunakan bisa herbisida pra-tumbuh (bila gulma belum pra-tumbuh) atau herbisida pasca pra-tumbuh (bila sudah ada gulmanya).

1. Saat aplikasi herbisida pra-tumbuh

Herbisida pra-tumbuh umumnya dgunakan untuk tanaman semusim yang ditanam dari benih langsung (misalnya jagung, kedelai, sorghum, kacang tanah, dsb). Herbisida tersebut umumnya diaplikasikan sesudah benih ditanam, tetapi jangan ditunggu hingga benih tersebut tumbuh. Herbisida yang digunakan haruslah herbisida yang selektif bagi tanaman bersangkutan, misalnya atrazin dan ametrin untuk jagung, tebu, sorghum; ametrin untuk kedelai, dsb. Herbisida ini sering juga diaplikasikan bersama-sama saat tanam. Hal ini banyak dilakukan bila penanaman benih dilakukan secara mekanis dengan mesin tanam (planter) yang dilengkapi dengan alat penyemprot herbisida. Dengan demikian operasi penanaman dan aplikasi herbisida dapat disatukan untuk menghemat. Untuk herbisida pra-tumbuh yang benar-benar selektif terhadap tanaman pokoknya, aplikasi juga dapat ditunda hingga 1-2 hari sesudah benih tumbuh. Herbisida pra-tumbuh sebenarnya juga dapat diaplikasikan sebelum tanam, tetapi sesudah pengolahan tanah selesai. Hal ini hanya dilakukan untuk herbisida, pra tumbuh tertentu dan jarang sekali yang

memerlukan jangka waktu tertentu sebelum tanaman pokok “aman” (safe) untuk

ditanam. Umumnya, herbisida yang digunakan adalah herbisisda soil acting yang tidak selektif terhadap tanaman pokok.

(39)

yang early post emergence harus diaplikasikan pada benih padi yang dipindah-tanamnkan. Untuk keperluan ini, harus digunakan herbisida yang benar-benar selektif untuk padi dan harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan rekomendasinya. Kesalahan menentukan saat aplikasi dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman pokok atau herbisida tidak bekerja efektif. Aplikasi semacam ini juga dapat dilakukan pada tanaman lain yang ditanam dari stek (ubi kayu, tebu) atau bibit (pisang, nanas, kelapa sawit, karet, dsb.). Pada pertanamanan ubi kayu atau tanaman lain yang ditanam dari stek berkayu, seringkali herbisida yang tidak selektif juga dapat digunaka, asal stek belum tumbuh.

2. Saat aplikasi herbisida pascatumbuh

Lahan kadang-kadang perlu dibersihkan dari vegetasi yang ada sebelum diolah untuk mengurangi biaya tenaga kerja, misalnya pada pembukaan lahan baru yang sebelumnya didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica). Untuk itu dapat diaplikasikan pra-tanam dengan menggunakan herbisida nonselektif (baik yang kontak maupun yang translocated). Urutan pekerjaannya adalah penyemprotan herbisida pengolahan tanah tanam.

(40)

Sesudah tanaman pertama dipanen, lahan disemprot dengan herbisida yang selektif terhadap tanaman kedua.

Herbisida pasca-tumbuh juga dapat disemprotkan di lahan yang sudah ada tanamannya, misalnya pengendalian gulma di perkebunan. Tanaman perkebunan yang sudah cukup umur dan sudah berkayu, umumnya cukup toleran terhadap berbagai jenis herbisida pra-tumbuh, bahkan yang nonselektif sekalipun. Akan tetapi, penggunaan herbisisda pada tanaman semusim harus yang selektif. Bila terpaksa menggunakan herbisida yang nonselektif, mungkin perlu menggunakan teknik dan alat khusus, misalnya penyemprotan terarah (directed spray), kalau perlu dengan menggunakan pelindung semprotan (spray shield). Herbisida pasca-tumbuh umumnya digunakan pada lahan terbuka (non-pertanian), seperti pinggir jalan raya, jalur rel kereta api. Sekitar gedung, empalasemen, dsb. Karena tidak harus mempertimbangkan tanaman pokoknya, maka penyemprotan dapat dilakukan kapan saja, asalkan cuaca mengijinkan.

2.2.4 Waktu Aplikasi Insektisida

Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untuk mengaplikasikan pestisida. Waktu aplikasi tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektifitas pestisida yang diaplikasikan. Jika dikaitkan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu aplikasi insektisida, yaitu: aplikasi preventif, kuratif, sistem kalender dan aplikasi berdasar ambang kendali atau ambang ekonomi.

1. Aplikasi Preventif

(41)

tidak sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu (prinsip no pest no spray). Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, aplikasi preventif seringkali perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Perlakuan benih (seed treatment) dengan insektisida untuk menanggulangi hama yang menyerang benih stadia perkecambahan atau tanaman muda. Aplikasi preventif dengan cara perawatan benih merupakan cara aplikasi preventif yang terbaik, baik dipandang dari segi keselamatan lingkungan maupun dari segi ekonomi.

b. Penaburan insektisida butiran diseluruh kebun (broad casting) ataupun hanya pada lubang-lubang tanam saja (localized application). Dipandang dari sudut keselamatan lingkungan, aplikasi pada lubang tanam (localized placement) lebih baik dari pada ditabur diseluruh kebun.

c. Pencelupan (dipping) benih tanaman (termasuk stek) ke dalam larutan insektisida untuk mencegah serangan hama yang terbawa oleh bibit.

d. Penyemprotan dengan insektisida, bila diketahui bahwa tanpa penyemprotan preventif hama tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar dan cara lain untuk melindungi tanaman belum atau tidak diketahui.

2. Aplikasi dengan sistem kalender

(42)

banyak petani yang melakukan penyemprotan pestisida dengan sistem kalender untuk tanaman kentang. Pada penyemprotan dengan sistem kalender, insektisida dan fungisida umumnya digunakan bersama-sama. Penyemprotan dengan sistem kalender sebenarnya merupakan salah satu dari aplikasi preventif, bersifat untung-untungan (hama belum tentu datang), cenderung boros (karena tidak ada hamapun disemprot), beresiko besar (bagi pengguna, konsumen dan lingkungan), dan “Tidak dianjurkan dalam pengendalian hama terpadu”.

3. Aplikasi Kuratif

Aplikasi kuratif adalah kebalikan dari aplikasi preventif. Aplikasi ini (termasuk aplikasi eradikatif) dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud untuk menghentikan serang hama atau menurunkan populasi hama tersebut. Aplikasi kuratif banyak dilakukan dengan cara penyemprotan (termasuk mist blowing), fogging, fumigasi, injeksi, dan sebagainya.

4. Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi Penentuan waktu aplikasi berdasarkan ambang ekonomi atau ambang

pengendalian meruapakan salah satu variasi dari aplikasi insektisida secara kuratif dan merupakan cara yang dianjurkan dalam pengendalian

hama terpadu. Konsep pengendalian hama terpadu, pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila populasi hama atau kerusakan karena hama sudah mencapai tingkat atau ambang tertentu. Pemikiran ini didasarkan pada

kenyataan-kenyataan sebagai berikut :

(43)

kerusakan, asalkan kerusakan itu secara ekonomi tidak mendatang kerugian yang banyak.

b. Pada tingkat kerusakan rendah, biaya pengendalian kimiawi dapat menjadi lebih mahal dibandingkan dengan kerugian karena kerusakan itu sendiri. Oleh karena itu, pengendalian sebaiknya hanya dilakukan bila biaya pengendalian lebih rendah dari pada tambahan hasil yang akan diperoleh.

c. Setiap hama memilki daya rusak yang berbeda-beda. Ada hama yang mempunyai potensi merusak sangat besar dan ada pula hama yang potensi merusaknya tidak terlalu besar. Disamping itu, ada juga yang disebut hama utama, hama sekunder, hama potensi dan hama migran .Dalam pengendalian hama, kita harus berkonsentrasi pada hama-hama yang daya rusaknya besar, terutama hama-hama utama.

d. Di lahan pertanian banyak organisme (serangga) lain yang tidak merugikan tanaman, bahkan beberapa diantaranya menguntungkan petani. Bila kita melakukan penyemprotan secara sembarangan, maka organisme non target dapat ikut terbunuh.

e. Penggunaan pestisida secra sembarangan, kecuali pemborosan, dapat menimbulkan efek buruk bagi pengguna, konsumen dan lingkungan.

(44)

insektisida dan fungisida berdasarkan pengendalian sistem PHT adalah untuk menekan populasi hama atau tingkat kerusakan karena hama dan penyakit, agar tetap berada di bawah ambang pengendalian atau ambang ekonomi. Itulah sebabnya, konsep PHT adalah mengendalikan hama dan penyakit, bukan membrantas. Adanya hama dan penyakit dapat diterima sejauh populasi atau tingkat kerusakannya tidak melampaui ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Dengan kata lain, secara ekonomi serangan hama dan penyakit tersebut tidak merugikan. Ambang pengendalian atau ambang ekonomi bukan suatu statis. Ambang ekonomi yang ideal harus memperhitungkan berbagai faktor, misalnya ongkos produksi, harga jual komoditi, harga pestisida, musim, biaya, tenaga kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu, ambang ekonomi yang ideal dapat berbeda dari satu tempat ketempat lain, dari satu tahun ke tahun yang lain, bahkan dari musim ke musim yang lain.

2.2.5 Kaidah penggunaan pestisida

Pengertian yang menarik tentang pestisida menyatakan bahwa pestisida adalah racun ekonomis. Jadi pestisida adalah racun yang mempunyai sifat ekonomis, penggunaan pestisida dapat memberikan keuntungan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian. Pengalaman menunjukan bahwa penggunaan pestisida sebagai racun, sebenarnya lebih merugikan dibanding menguntungkan, yaitu dengan munculnya berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh pestisida tersebut. Karena alasan tersebut, maka dalam penggunaan pestisida harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(45)

b. Apabila terpaksa menggunakan pestisida, maka gunakan pestisida yang mempunyai daya racun rendah dan bersifat selektif.

c. Apabila terpaksa menggunakan Pestisida, lakukan secara bijaksana.

Penggunaan pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :

1. Tepat sasaran

Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.

2. Tepat jenis

Setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan, misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia ±150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.

3. Tepat waktu

Waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :

a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III.

(46)

c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.

d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. 4. Tepat dosis / konsentrasi

Gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang sesuai dengan anjuran, karena dapat menimbulkan dampak negatif.

5. Tepat cara

Lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan. Memperhatikan bahwa pestisida

dapat memberikan dampak negatif terhadap manusia maupun lingkungan, maka penggunaan pestisida harus dilaksanakan secara bijaksana dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip penggunaan pestisida secara bijaksana adalah sebagai berikut :

a. Menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) 1. Pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir.

Penggunaan pestisida kimia hendaknya digunakan sebagai pilihan terakhir, apabila alternatif-alternatif pengendalian lain yang digunakan tidak berhasil. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari/mengurangi pencemaran terhadap lingkungan dan mengurangi residu.

(47)

Cara-cara petani dalam mengambil keputusan berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu/SLPHT.

b. Menggunakan pestisida yang terdaftar dan diijinkan menteri pertanian. Tidak dibenarkan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar dan tidak

mendapat ijin menteri pertanian, karena tidak diketahui kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi lingkungan.

c. Menggunakan pestisida sesuai dengan jenis komoditi dan jenis organisme sasaran yang diijinkan.

Pemberian ijin pestisida dilakukan berdasarkan terpenuhinya persyaratan kriteria teknis yang meliputi pengujian fisiko-kimia, pengujian efikasi dan pengujian toksisitas. Dengan demikian penggunaan pestisida harus sesuai dengan jenis komoditi dan jenis organisme sasaran yang diijinkan.

d. Memperhatikan dosis dan anjuran yang tercantum pada label.

Efektivitas penggunaan Pestisida diperoleh melalui penggunaan dosis yang tepat. Ketidaktaatan dalam menggunakan dosis pestisida dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin merugikan petani.

e. Memperhatikan kaidah – kaidah keselamatan dan keamanan penggunaan pestisida

(48)

2.2.6 Penyebab keracunan dan tindakan pencegahan

Kasus keracunan pestisida dikalangan pengguna atau petani pada umumnya terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

1. Pengguna/petani tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya.

2. Pengguna/petani tidak memiliki informasi tentang pestisida, risiko penggunaan pestisida, dan teknik aplikasi pestisida yang benar dan bijaksana. Kalaupun sudah mendapat informasi yang cukup, pengguna seringkali tidak mematuhi syarat-syarat keselamatan dalam menggunakan pestisida. Banyak pengguna/petani yang tidak memperdulikan atau menganggap enteng resiko yang mungkin timbul dari pestisida. Keracunan pestisida, terutama keracunan kronis,tidak terasa dan akibatnya sering sulit diramalkan. Karena itu kebanyakan petani mengatakan bahwa mereka sudah sekian belas tahun mengaplikasikan pestisida dengan cara mereka dan mereka tidak merasa terganggu.Anggapan (attitude) petani terhadap yang demikian itu harus dirubah,walaupun sulit. Untuk menekan resiko dan menghindari dampak negatif penggunaan pestisida bagi pengguna/ petani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

1. Peraturan perundangan

Banyak peraturan yang mengatur pestisida, termasuk penggunaannya serta

tindakan keselamatan yang harus diambil. Perlu disosialisasikan agar peraturan tersebut dapat dilaksanakan dan ditaati dengan penuh kesadaran.

2. Pendidikan dan latihan

(49)

semacam itu dapat disisipkan, misalnya, melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) atau pada penyuluhan-penyuluhan

pertanian.

3. Peringatan bahaya

Setiap kemasan pestisida/ brosur yang menyertainya selalu memuat petunjuk yang harus dipenuhi oleh pengguna. Pengguna disarankan untuk selalu membaca label atau petunjuk penggunaan sebelum menggunakan pestisida. Pengguna diharapkan juga mempelajari piktogram (tanda-tanda gambar) yang terdapat pada kemasan pestisida atau pada brosur/ leaflet Pestisida.

4. Penyimpanan pestisida

(50)

5. Tempat kerja.

Tempat kerja untuk mencampur pestisida harus bersih, terang, dan berventilasi baik. Pencampuran pestisida harus dilakukan di luar ruangan. Sediakan pasir atau serbuk gergaji dan air di dekat tempat kerja. Pasir atau serbuk gergaji tersebut berguna untuk menyerap atau membersihkan pestisida yang tumpah dan air digunakan untuk mencuci tangan bila terkena pestisida.

6. Kondisi kesehatan pengguna

Pengguna/ petani yang kondisi badannya tidak/ kurang sehat dan atau belum makan/ perut kosong (lapar), jangan bekerja dengan pestisida. Namun, badan yang sehat, kuat, dan perut cukup terisi tidak menjamin bebas dari keracunan pestisida, tetapi kondisi yang kurang sehat dan perut kosong akan memperburuk keadaan bila terjadi kontaminasi atau keracunan. Anak-anak di bawah umur jangan pernah diizinkan bekerja dengan pestisida.

7. Penggunaan pakaian dan peralatan pelindung

Pakaian dan/ atau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu aplikasi, tetapi sejak mulai mencampur, mencuci peralatan aplikasi dan sesudah aplikasi selesai. Pakaian serta peralatan pelindung yang harus digunakan adalah sebagai berikut :

(51)

b. Semacam celemek (apron).

Yang dapat dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar atau helm khusus untuk menyemprot. Pelindung kepala juga penting, terutama ketika menyemprot tanaman yang tinggi

d. Pelindung mulut dan lubang hidung, misalnya berupa masker sederhana atau sapu tangan atau kain sederhana lainnya.

e. Pelindung mata, misalnya kacamata, goggle, face shield. f. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air.

g. Sepatu bot untuk menyemprot di lahan basah (sawah), memang agak menyulitkan, tetapi untuk aplikasi dilahan kering perlu digunakan. Ketika mengguna sepatu bot, ujung celana panjang jangan dimasukkan ke dalam sepatu, tetapi ujung celana harus mengikuti sepatu bot.

2.2.7 Prosedur penggunaan pestisida

Persyaratan dan tata cara penggunaan pestisida dilapangan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut :

1. Persiapan

Sebelum melaksanakan aplikasi pestisida perlu adanya langkah-langkah persiapan, antara lain :

(52)

1. Belilah pestisida dengan merek terdaftar dan periksa izin kadaluarsa penggunaannya.

2. Belilah pestisida dengan kemasan yang baik dan tidak rusak

b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, topi, dan sepatu kebun.

c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu pelaksanaan aplikasi pestisida.

d. Memeriksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan, jangan menggunakan alat semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang sering terjadi kebocoran.

e. Waktu mencampur dan menggunakan pestisida sebaiknya jangan langsung memasukkan pestisida kedalam tangki. Siapkan ember dan isi air secukupnya terlebih dahulu, kemudian tuangkan pestisida sesuai dengan takaran-takaran yang dikehendaki dan aduk hingga merata. Kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam tangki dan tambahkan air secukupnya.

2. Kalibrasi

Untuk memperoleh hasil aplikasi yang optimal, maka alat aplikasi pestisida harus dikalibrasi agar dosis yang kita capai sesuai dengan anjuran. Langkah-langkah kalibrasi alat aplikasi pestisida (cair), sebagai berikut :

(53)

b. Memasukan air kedalam tangki ±¾ dari kapasitas tangki. Kemudian, setelah tangki tertutup, alat aplikasi diberi tekanan atau dipompa sampai mencapai tekanan yang dianjurkan.

c. Selanjutnya air dari dalam tangki, disemprotkan ke dalam ember (hindari agar air jangan sampai ada yang keluar dari ember) selama beberapa menit. Lalu air dari ember ditakar dengan gelas ukur. Dengan demikian diketahui waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan cairan/ droplet dalam volume yang sudah terukur.

d. Untuk mengatur kecepatan jalan pada saat aplikasi pestisida di lapangan dihitung dengan menggunakan data tersebut di atas (misal volume cair yang terukur 10 liter dalam waktu 10 menit), maka waktu aplikasi yang diperlukan perhektar (misal volume larutan yang diperlukan adalah volume tinggi sekitar 500 liter/ hektar atau disebut volume tinggi) adalah : 500/10X10 menit = 500 menit. Dengan demikian luas area yang dapat disemprot per menit adalah : 10.000/500 =20 m² /menit. Hal ini dapat dipraktekkan dengan membuat suatu area yang terukur (misal 4 m X 5 m) dan dibatasi dengan tali rapia, lalu dilaksanakan penyemprotan berulang-ulang sampai diperoleh kecepatan berjalan untuk aplikasi seluas 20 m², menghabiskan 1 (satu) liter dalamwaktu 1 (satu) menit.

3. Ketentuan Aplikasi

Selama pelaksanaan aplikasi di lapangan, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

(54)

panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/ sapu tangan bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi.

b. Pada waktu aplikasi, jangan berjalan berlawanan dengan arah datangnya angin dan tidak melalui area yang telah diaplikasi pestisida. Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari.

c. Selama aplikasi pestisida, tidak dibenarkan makan, minum, atau merokok. d. Satu orang operator/ petani hendaknya tidak melakukan aplikasi

penyemprotan pestisida terus menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam sehari e. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah berusia

dewasa, sehat, tidak ada bagian yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar. f. Pada area yang telah diaplikasi dipasang tanda peringatan bahaya.

4. Pembuangan sisa

Setelah melaksanakan aplikasi pestisida, beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah :

a. Sisa campuran pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan/ disimpan terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada tanaman sampai habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

(55)

1. Cuci peralatan dan perlengkapan kerja terpisah dari tempat makanan, dapur dan pakaian lainnya .

2. Tidak membuang wadah bekas pestisida dan bekas penggunaannya pada tempat terbuka dan mudah terkontaminasi.

c. Air bekas cucian tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber air dan lingkungan perairan lainnya.

d. Memusnahkan / membakar kantong / wadah bekas pestisida atau bekas mencampur benih dengan pestisida, atau dengan cara menguburnya ke dalam tanah di tempat yang aman . Setelah selesai bekerja dengan pestisida, segera cuci atau mandi dengan air bersih dan gunakan sabun

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui perilaku penjamah pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Merupakan perusahaan perkebunan yang sistem kerjanya berhubungan erat dengan pestisida.

2. Penelitian tentang perilaku penjamah pestisida pada tenaga kerja PTPN IV Bah Butong Tahun 2015 belum pernah dilakukan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret - Mei 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penjamah pestisida di PTPN IV Kebun Bah Butong yang berjumlah 53orang pekerja.

3.3.2 Sampel

(57)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan karyawan dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan sumber Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida dan melakukan observasi langsung terhadap penjamah pestisida.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh berupa data gambaran umum perusahaan dari kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 1. Usia

Adalah lamanya waktu hidup responden dalam tahun yang dihitung sejak responden dilahirkan.

2. Pendidikan

Adalah tingkat pendidikan terakhir responden di PTPN IV kebun Bah Butong.

3. Masa Kerja

Adalah lama kerja dari responden dalam melakukan pekerjaannya sebagai penjamah pestisida sampai saat dilakukan penelitian.

4. Penjamah Pestisida

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Unit Usaha Teh Bah Butong
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di PTPN IV Kebun Bah
Tabel 4.3  Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan
Tabel 4.6
+3

Referensi

Dokumen terkait

- Iuran wajib oleh wajib pajak, berdasar norma hokum untuk memenuhi pengeluaran Negara.. Guna kesejahteraan yang tak langsung balas

Masalah keperawatan timbul pada tanggal 22 Desember 2006 dan telah teratasi pada tanggal 26 desember 2006, dan setelah itu intervensi yang berkaitan dengan hal tersebt

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pemberian stimulasi dini dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 30-36 bulan di Posyandu Gamping Kidul Ambarketawang

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang

Data yang diambil adalah data sekunder yang diperoleh dari buku register ibu hamil di Puskesmas Sentolo I Kulon Progo pada tahun 2011 yang terdapat data ibu hamil, umur

As seen in Figure 14, partnerships, business continuity planning, supply chain visibility tools, and employee training/talent management are the top strategies companies currently

1) Debat Bahasa Indonesia siswa SMP Tahun 2018 menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang

RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014 dan 2015. Mengetahui sebaran etiologi pasien CTS di RSUP Haji