• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

WEBSITE

KOMISI PEMILIHAN UMUM

TERHADAP PEMBENTUKAN PEMILIH CERDAS

PADA PEMILU 2014

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Kiki Agus Setiawan

100904105

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH

WEBSITE

KOMISI PEMILIHAN UMUM

TERHADAP PEMBENTUKAN PEMILIH CERDAS

PADA PEMILU 2014

(Studi Korelasional Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014

di Lingkungan mahasiswa FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unuversitas Sumatera Utara

Kiki Agus Setiawan

100904105

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : KIKI AGUS SETIAWAN

NIM : 100904105

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : PENGARUH WEBSITE KOMISI PEMILIHAN UMUM TERHADAP PEMBENTUKAN PEMILIH CERDAS PADA PEMILU 2014.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

Ditetapkan di :

(4)

Kiki Agus Setiawan

Ilmu Komunikasi

Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014.

Abstrak

Skripsi ini merupakan penelitian yang berjudul Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014, dengan studi korelasional yang memiliki tujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara dua variabel penelitian. Teori yang digunakan dan dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Teori Stimulus-Organism-Respons (S-O-R), Internet sebagai new media komunikasi publik, Efek Komunikasi Massa, dan Sikap. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korasional, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh website komisi pemilihan umum sebagai sumber informasi terhadap pembentukan pemilih cerdas dan untuk mengetahui konten apa saja yang menjadi fokus informasi yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa FISIP USU yang masih aktif. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka diperoleh sebanyak 97 orang mahasiswa sebagai sampelnya. Kemudian teknik penarikan sampel yang digunakan Proposional sampling dan Accidental sampling. teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan uji hipoteis dengan rumus chi-square, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Dimana hasil penelitiannya diperoleh �2 sebesar 15.565, hal ini menyatakan bahwa �2 hitung lebih besar dari �2 tabel artinya terdapat hubungan antara Website Komisi Pemilihan Umum terhadap pembentukan pemilih cerdas pada pemilu 2014. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikan antara variabel X dan variabel Y , dapat dilihat dari nilai probability (r) lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00 < 0.05. dari hasil itu menunjukan bahawa hubungan antara variabel bersifat signifikan dan hipotesis Ha di terima.

Kata Kunci:

(5)

Abstract

This thesis is a study entitled "The Effect of the National Election

Commission Website Against Smart Voter Formation In the 2014 election", with

correlational studies which have the aim to determine the extent of the

relationship between the two variables of the study. The theory used and are

considered relevant to this study is Mass Communication, Theory

Stimulus-Organism-Response (SOR), the Internet as a new medium of public

communication, Effects of Mass Communication, and attitude. While the methods

used in this study is correlational method, which aims to determine the extent of

the effect of the election commission website as a source of information on the

formation of intelligent voters and to determine what content is the focus of

information that can add to the knowledge of students.

In this study, the entire student population is FISIP USU is still active. To

determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of

10% and a confidence level of 90%, it is obtained by 97 students as the sample.

The sampling technique used proportional sampling and accidental sampling.

Data collection techniques, researchers used a questionnaire method (Field

Research) and the methods of literature (Library Research). The technique of data

analysis using univariate, bivariate analysis and test formula hipoteis with

chi-square, with the use of the Statistical Product and System Solution (SPSS) 16.

Where the research results obtained by �2 at 15 565, it is stated that �2 count is greater than �2 tables means there is a relationship between the National Election Commission Website to the formation of intelligent voters in the 2014

election. Furthermore, to determine the level of significance between variables X

and Y, can be seen from the value of probability (r) is smaller than 0.05, ie 0:00

<0:05. The results showed that the relationship between the variables are

significant and the hypothesis Ha received.

Keywords:

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan syafa’atnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyratan untuk

mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun judul yang penulis angkat adalah

“Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih

Cerdas Pada Pemilu 2014”. Skripsi ini membahas sejauhmana pengaruh website

Komisi Pemilihan Umum sebagai sarana keterbukaan publik terhadap

pembentukan sikap pemilih yang cerdas pada pemilu 2014, guna menciptakan

persaingan dan demokrasi yang baik serta ideal.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak tantangan dan hambatan

yang dihadapi, tetapi itu semua dapat diatasi berkat motivasi dan bantuan dari

berbagai pihak yang terkait, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan secara efektif

dan efisien sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Pertama-tama saya akan mengucapkan sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua saya, yakni Basri dan Afrina. Terimakasih buat keduanya yang

selama ini telah mendukung, memberi nasehat, doa dan pengorbana yang

diberikan kepada saya hingga sekarang.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil. Karena dalam

(7)

sebab itu, di dalam kata pengantar ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA dan Dra. Dayana, M.si selaku ketua dan sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syarifuddin Pohan, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Penelitian, terimakasih yang tak terhingga dari penulis secara pribadi atas kebaikan dan pengetahuan yang telah banyak bapak bagikan kepada saya selama dalam membimbing peneliti. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan. 4. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

5. Kak Maya, Kak Ilma, Kak Evalyn dan seluruh senior-senior yang telah membantu penulis.

6. Untuk sahabat-sahabat seperjuangan ku : M. Fajar Khalil, Melati Wanda Putri Samantha, Yani Tampubolon, Icha Hasibuan, Mishara Khairunnisa yang telah membantu penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita bisa bersama-sama wisuda dan menjadi sahabat yang tidak hanya saat ini.

7. Untuk teman-teman Departemen Ilmu Komunikasi khusunya Stambuk 2010 yang selalu menjadi motivasi.

8. Untuk Abangda Hendy Pratama dan Adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada saya.

9. Untuk seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, saya ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna di saatu sisi karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh sebab itu besar harapan penulis

(8)

menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna, baik dari segi

materi maupun cara penulisannya di masa yang kan datang

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya,

semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan perkembangan Ilmu Komunikasi di Sumatera Utara.

Medan, Maret 2014 Hormat Saya

(9)

2.1.4 Teori Stimulus-Organism-Respons……… 17

2.1.4.1 Pesan dalam teori S-O-R………. 19

2.1.5 Internet Merupakan New Media Komunikasi Publik…....…. 20

2.1.5.1 Internet sebagai media komunikasi……….. 22

2.1.5.2 Internet sebagai sumber informasi……… 22

2.1.5.3 Internet sebagai media pembelajaran………... 23

2.1.6 Efek Komunikasi Massa………..…… 23

2.1.6.1 Jenis-jenis efek……… 24

2.1.7 Sikap……… 27

2.1.7.1 Ciri-ciri sikap……….…….. 27

2.1.7.2 Fungsi sikap……….……… 28

2.1.7.3 Pembentukan dan perubahan sikap……….… 29

2.2 Kerangka Teori………..……. 33

(10)

2.4 Definisi Operasional……….….. 36

2.5 Hipotesis………. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….……… 39

3.1.1 Dekanat………... 40

3.1.2 Struktur departemen………. 40

3.1.3 Visi dan misi……… 41

3.2 Deskripsi Website 4 3.3 Metode Penelitian……….………... 49

3.4 Populasi dan Sampel………..……….. 49

3.4.1 Populasi……….……….. 49

3.4.2 Sampel……….……… 50

3.5 Teknik Penarikan Sampel……… 52

3.5.1 Proposional sampling………..……… 52

3.5.2 Accidental sampling……….……….. 52

3.6 Teknik Pengumpulan Data……….. 52

3.7 Teknik Penggolahan dan Analisis Data……….. 53

3.7.1 Penggolahan data………..……... 3.7.2 Analisis data………..……….. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….……….. 59

4.1.1 Analisis univariat…..……….. 59

4.1.2 Analisis bivariat……..……… 63

4.1.3 Uji hipotesis……… 64

4.2 Pembahasan……….……… 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………. 69

5.2 Saran……….………... 70

DAFTAR REFERENSI

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Fungsi Komunikasi Massa 10

2.2 Operasional Variabel 35

3.1 Populasi Mahasiswa 49

3.2 Sampel per-departemen 51

4.1 Distribusi sampel berdasarkan usia 59

4.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin 60 4.3 Distribusi sampel berdasarkan departemen 61 4.4 Distribusi website Komisi Pemilihan Umum 61 4.5 Distribusi Pembentukan pemilih cerdas 62 4.6 Distribusi pengaruh website komisi pemilihan umum

terhadap pembentukan pemilih cerdas

63

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Proses Komunikasi 14

2.2 Model S-O-R 18

2.3 Variabel Penelitian 34

(13)

Kiki Agus Setiawan

Ilmu Komunikasi

Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014.

Abstrak

Skripsi ini merupakan penelitian yang berjudul Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014, dengan studi korelasional yang memiliki tujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara dua variabel penelitian. Teori yang digunakan dan dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Teori Stimulus-Organism-Respons (S-O-R), Internet sebagai new media komunikasi publik, Efek Komunikasi Massa, dan Sikap. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korasional, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh website komisi pemilihan umum sebagai sumber informasi terhadap pembentukan pemilih cerdas dan untuk mengetahui konten apa saja yang menjadi fokus informasi yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa FISIP USU yang masih aktif. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka diperoleh sebanyak 97 orang mahasiswa sebagai sampelnya. Kemudian teknik penarikan sampel yang digunakan Proposional sampling dan Accidental sampling. teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket (Field Research) dan metode kepustakaan (Library Research). Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan uji hipoteis dengan rumus chi-square, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Dimana hasil penelitiannya diperoleh �2 sebesar 15.565, hal ini menyatakan bahwa �2 hitung lebih besar dari �2 tabel artinya terdapat hubungan antara Website Komisi Pemilihan Umum terhadap pembentukan pemilih cerdas pada pemilu 2014. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikan antara variabel X dan variabel Y , dapat dilihat dari nilai probability (r) lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00 < 0.05. dari hasil itu menunjukan bahawa hubungan antara variabel bersifat signifikan dan hipotesis Ha di terima.

Kata Kunci:

(14)

Abstract

This thesis is a study entitled "The Effect of the National Election

Commission Website Against Smart Voter Formation In the 2014 election", with

correlational studies which have the aim to determine the extent of the

relationship between the two variables of the study. The theory used and are

considered relevant to this study is Mass Communication, Theory

Stimulus-Organism-Response (SOR), the Internet as a new medium of public

communication, Effects of Mass Communication, and attitude. While the methods

used in this study is correlational method, which aims to determine the extent of

the effect of the election commission website as a source of information on the

formation of intelligent voters and to determine what content is the focus of

information that can add to the knowledge of students.

In this study, the entire student population is FISIP USU is still active. To

determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of

10% and a confidence level of 90%, it is obtained by 97 students as the sample.

The sampling technique used proportional sampling and accidental sampling.

Data collection techniques, researchers used a questionnaire method (Field

Research) and the methods of literature (Library Research). The technique of data

analysis using univariate, bivariate analysis and test formula hipoteis with

chi-square, with the use of the Statistical Product and System Solution (SPSS) 16.

Where the research results obtained by �2 at 15 565, it is stated that �2 count is greater than �2 tables means there is a relationship between the National Election Commission Website to the formation of intelligent voters in the 2014

election. Furthermore, to determine the level of significance between variables X

and Y, can be seen from the value of probability (r) is smaller than 0.05, ie 0:00

<0:05. The results showed that the relationship between the variables are

significant and the hypothesis Ha received.

Keywords:

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya setiap manusia memerlukan informasi sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan informasi membuat setiap orang melakukan berbagai cara dalam mendapatkannya. Baik melalui proses interaksi dengan orang lain ataupun melalui media (interaksi media). Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, baik berupa informasi, sikap atau emosi dari komunikator ke komunikan melalui media sehingga menghasilkan efek dan feedback .

Namun dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan terutama di dalam perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi, membuat cara memenuhi kebutuhan informasi tidak lagi harus bertatap muka (face to face), tetapi dapat melalui media. Salah satunya dengan media elektronik yaitu internet. Awalnya internet merupakan sebuah jaringan pada departemen pertahanan dan komunikasi ilmiah, kemudian berkembang setelah adanya penemuan Mosaic sekitar tahun 1993 yaitu sebuah web browser. Penemuan itu memberikan kemudahan untuk mencari berbagai informasi (Werner, 2009: 6). Kini internet telah sangat popular dikenal.

Internet adalah suatu jaringan network yang berisi berbagai informasi, yang berguna bagi masyarakat baik individu maupun kelompok sehingga dapat menunjang pengetahuan dan perubahan sikap. Dengan adanya internet , manusia dapat menunjukkan kemajuan suatu peradaban modern yang telah dibuktikan dari kemajuan teknologi dunia. Kemajuan suatu teknologi tidak terlepas dari fungsi internet sebagai media informasi di seluruh dunia dan menjadikan kemudahan bagi kalangan penyedia dan pengguna informasi. Di pilihnya internet sebagai media informasi bagi masyarakat modern, karena internet cepat, murah, tepat dan fleksibel dalam penggunaannya.

(16)

informasi melalui internet dapat menjangkau berbagai belahan dunia dengan cepat dan mudah. Komponen utama dalam penyebaran informasinya memerlukan komputer yang terhubung dengan network, sehingga akan lebih menghemat dibandingkan dengan media cetak. Manfaat dari internet tentunya telah sangat dirasakan di dalam berbagai bidang kehidupan. Hampir seluruh kehidupan masyarakat modern tidak terlepas dari jangkauan internet yang memudahkan pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Internet sebagai media komunikasi juga merupakan solusi di dalam hambatan komunikasi seperti masalah ruang, waktu, keadaan, dan jarak. Maka dapat dikatakan , dengan adanya perkembangan teknologi modern (internet) dapat memungkinkan manusia untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dari berbagai belahan dunia.

Internet juga merupakan media mendidik atau pembelajaran.. sebagai sebuah sarana pembelajaran, internet memuat berbagai informasi yang mengadung pengetahuan sehingga menyebabkan khalayak pembaca dapat bertambah pengetahuannya. Informasi yang mendidik ini dapat berupa berita, feature maupun hal-hal lain yang dapat berupa informasi yang mengadung aspek

mendidik (Sanjaya, 2012: 58). Untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat, internet memuatnya dalam berbagai situs ataupun web/blog yang diberikan bagi khalayak luas.

Situs / website merupakan kumpulan dari halaman yang berbetuk HTML (Hyper Text Markup Language), memuat berbagai informasi yang setiap saat dapat diakses tanpa ada batasan waktu melalui sebuah server untuk ditampilkan kepada pengguna dari web browser.

(17)

Terkait dengan penjelasan di atas salah satu situs yang menawarkan informasi yang sangat bermanfaat dan diharapkan dapat mengubah sikap adalah lembaga publik dan memuat berbagai informasi seputaran pemilu (pemilihan umum). Adapun situs ini disajikan sebagai bentuk keterbukan informasi bagi lembaga publik yang telah di atur pada undang-undang nomor 14 tahun 2008 (diakses dari

Situs menampilkan berbagai informasi dengan konten yang menarik seperti berita seputaran pemilu, modul pembelajaran sebagai pemilih, jadwal dan mekanisme pemilu, perpustakaan virtual komisi pemilihan umum dan sebagainya. konten-konten ini tentunya dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penjelasan bagi masyarakat yang merupakan pemilih. Agar masyarakat dapat berperan sebagai pemilih yang cerdas dan cermat pada setiap penyelenggaraan demokrasi (pemilihan umum).

Situs lainnya, karena situs khusus yang membantu lembaga komisi pemilihan umum untuk mensosialisasikan informasi yang terkait pemilu dan diharapkan dapat berperan membentuk pemilih yang cerdas dan cermat. Hal ini bertujuan agar tercipta pemilu yang demokrasi dengan menghasilkan pemimpin yang bagus dalam menjalankan suatu sistem kearah yang baik dan maju.

Tidak hanya itu, situs masyarakat untuk mengawasi dan melihat data diri pemilih. Ini dimaksudkan agar memudahkan masyarakat mencari informasi mengenai ketercatan diri sebagai pemilih dan berperan aktif dalam setiap pemilihan umum.

(18)

Sikap pemilih yang cerdas merupakan sikap seorang pemilih yang melakukan pemilihan dalam kegiatan pemilu dengan aktif dan tidak sembarangan. Pemilih yang tidak sembarangan maksudnya suatu keputusan yang dipilih pada pemilihan umum dengan melihat latar belakang, visi dan misi dan ketentuan-ketentuan lain mengenai calon yang akan dipilih. Sedangkan sikap aktif adalah sikap turut sertanya pemilih sebagai pelaksana terciptanya demokrasi dalam mengawasi, mengamati dan melihat tiap-tiap proses mekanisme pemilihan umum. Pada pemilu gubernur Sumatera Utara tercatat lebih dari 50% pemilih bersikap pasif. Hal ini mengakibatkan persaing yang tercipta hanya persaingan antar anggota partai politik, padahal hal-hal seperti inilah yang akhirnya hanya menciptakan suatu sistem pemerintahan dengan orang-orang yang dapat menghancurkan negara.

Adapun alasan peneliti memilih mahasiswa FISIP USU adalah karena mahasiswa FISIP USU merupakan people educated dan merupakan generasi muda yang mampu melihat sesuatu lebih objektif, di tambah dengan ilmu-ilmu yang dipelajari berfokus pada ilmu sosial dan ilmu politik sehingga akan memberikan kesinambungan dengan judul yang akan di teliti. Mahasiswa memiliki peran moral, sosial dan peranan intelektual. Peran moral mahasiswa adalah pertanggungjawaban moral terhadap diri dalam menjalani dan memilih kehidupan yang sesuai dengan moral kehidupan masyarakat, peran sosial mahasiswa berupa perbuatan atau tindakan yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi bagi sumbangsi kehidupan sosial disekitarnya sedangkan peranan intelektual mahasiswa adalah memberikan sumbangsi pendidikan yang diperolehnya terhadap perubahan yang lebih baik.

Bedasarkan uraian yang telah dijabarkan, peneliti tertarik untuk membahas dan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014 di Lingkungan Mahasiswa FISIP USU”

1.2 Perumusan Masalah

(19)

Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014 di Lingkungan Mahasiswa Fisip Usu?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang luas, maka peneliti memberikan pembatasan masalah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Penelitian menggunakan studi korelasional dengan pendekatan kuantitatif. 2. Populasi penelitian dibatasi pada mahasiswa FISIP USU.

3. Penelitian difokuskan untuk mengetahui Sejauhmana Pengaruh Website Komisi Pemilihan Umum Terhadap Pembentukan Pemilih Cerdas Pada Pemilu 2014.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh website komisi pemilihan umum sebagai sumber informasi terhadap pembentukan pemilih cerdas.

2. Untuk mengetahui konten apa saja yang menjadi fokus informasi yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan peneliti, baik mengenai pemilihan umum dan peran pemilih serta dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh peneliti.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk mengubah sikap pemilih, guna menciptakan sistem yang baik dan sebagai masukan bagi lembaga terkait.

(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah dan tolak ukur . hal ini sangat berkaitan erat dengan pengertian teori yaitu himpunan konstruk atau konsep, definisi dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan gejala dan meramalkannya. Adapun teori yang releven untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraih dan effeknya terhadap mereka. Komunikasi massa juga merupakan pengembangan dari kata media of mass communication atau media komunikasi massa (Nurrudin, 2003: 1).

Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan oleh para ahli di dalam mendefinisikan komunikasi massa. Namun, dari sekian banyak definisi yang dikemukakan tentunya memiliki benang merah antara yang satu dengan yang lain. Pada dasarnya komunikasi massa merupakan komunikasi yang dilakukan denga media massa sebagai salurannya. Adapun definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large

number of people). Gerbner juga mendefinisikan komunikasi massa secara lebih

rinci, yaitu “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of

message in industrial societies” ( Kommunikasi massa adalah produksi dan

distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4).

(21)

lingkup penyebaran yang luas. Sarana dalam komunikasi massa dibagi dua , yitu media cetak (surat kabar, majalah dan sebagainya) dan media elektornik ( televisi, radio, internet dan sebagainya).

2.1.1.1. ciri-ciri komunikassi massa

adapun ciri-ciri komunikasi (Nurudin, 2004:16), antara lain: 1. Komunikator dalam komunikasi massa bersifat melembaga.

Komunikator di dalam komunikasi massa merupakan kumpulan orang-orang atau gabungan dari berbagai macam unsur dan bekerja sama dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud merupakan sebuah sistem yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Sistem di dalam komunikasi massa biasanya bersifat interpendensi, artinya saling adanya keterkaitan , berinteraksi dan berinterdependensi secara keseluruhan.Lembaga media massa adalah sebuah komunikator dalam komunikasi massa artinya, komunikator bukan orang per orangan seperti wartawan.

Wartawan itu sendiri merupakan bagian dari lembaga yang telah terinstitusikan/dilembagakan. Menurut Alexis S Tan (1981), komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, kesejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator di dalam komunikasi massa adalah media massa seperti surat kabar, majalah jaringan televise dan radio serta penerbit buku.

Dengan demikian, komunikator di dalam komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kumpulan dari individu-individu.

b. Di dalam berkomunikasi antar individu-individu di batasi oleh perannya dengan sistem

(22)

d. Apa yang di kemukakan biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen, artinya penonton,pembaca atau pengguna memiliki keberagaman pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, agama.

Herbert Blumer memberikan cirri tentang karakteristik audience/ komunikan sebagai berikut:

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika di tinjau dari asalnya.

b. Berisi individu – individu yang tidak saling mengenal satu sama lain, tidak saling berinteraksi secara langsung.

c. Merekan tidak mempuyai kepemimpinan atau organisassi formal.

Jadi dari penjelasan di atas jelas sifat heterogen yang melekat pada komunikan yang dimiliki komunikais massa.

3. Pesannya bersifat umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditunjukan kepada satu orang melainkan ke sejumlah orang / khalayak yang plural. Artinya, pesan-pesan yang dikemukakanya tidak bersifat khusus atau disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah.

Dalam membaca Koran, seorang komunikan tentunya menerima informasi dari media yang ia baca, ketika ia membaca inilah sebenarnya proses komunikasi telah berlangsung hanya satu arah, yakni dari media massa ke komunikan tanpa adanya feedback atau umpan balik. Karena feedback pada komunikasi ini bersifat tertunda atau tidak langsung.

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

(23)

akan di terima oleh ribuan masyarakat Indonesia yang sedang menonton. Hal inilah yang menimbulkan bahwa komunikasi massa dapat menciptakan keserempakan.

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.

Komunikasi massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sangat membutuhkan bantua peralatan teknis. Seperti media televisi, dalam menyampaikan sebuah informasi kepada khalayak luas tentunya tidak terlepas dari peran peralatan teknis seperti pemancar agar dapat di sebarkan ke masyarakat luas.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper.

Gatekeeper adalah orang yang berperan dalam penyebaran informasi di

dalam media massa. Fungsi gatekeeper adalah sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi informassi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter. Editor film/surat kabar/ buku, manajer penerbitan, cameramen, sutradara dan lembaga sensor yang semua mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas salam sebuah pesan-pesan dari media massa.

2.1.1.2. Fungsi Komunikasi Massa.

Di dalam membahas fungsi komunikasi massa perlu di ingat banyaknya pendapat dari berbagai ahli. Hal ini dikarena komunikasi massa merupakan komunikasi yang tidak terlepas dari penggunaan media massa. Artinya, peran dan fungsi komunikasi tidak akan di temukan tanpa ada media massa. Dalam fungsinya, komunikasi massa memiliki fungsi menurut Dominick (2001), (Ardianto, 2004: 15)terdiri dari:

1. Survaillance (pengawasan). 2. Interpretation (penafsiran). 3. Linkage (keterkaitan).

(24)

Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Alexis S Tan. Ia mengungkapkan bahwa fungsi komunikasi beroperasi dalam 4 (empat) hal. Meskipun secara emplisit ia tidak mengatakan fungsi-fungsi komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebutkan bahwa penerima pesan dalam komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of persons) sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok orang atau media massa, maka sudah jelas bahwa fungsi yang dimaksud merupakan fungsi komunikasi massa.

Untuk lebih memperjelas fungsi komunikasi massa, Alexis S Tan menyederhanakannya ke dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 2.1

Fungsi komunikasi massa menurut Alexis S Tan

No Tujuan Komunikator Tujuan Komunikan

(menyesuaikan diri pada sistem pemuas berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai; tingkah laku yang cocok agar diterima di masyarakat. Member keputusan; mengadopsi nilai; tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima di masyarakat.

Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf; menghibur; mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

(25)

Komunikasi massa merupakan salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Merton pernah mengemukakan, bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi yang tidak nyata (latent function), yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat memiliki efek fungsional dan disfungsional (Bungin, 2008: 78).

Begitu pula dengan fungsi komunikasi media massa sebagai salah satu aktivitas sosial masyarakat. Adapun fungsi-fungsi dari komunikasi massa secara umum (Bungin, 2008 : 79-81), sebagai berikut.

1. Fungsi Pengawasan.

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat di gunakan untuk pengawab terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan control sosial maupun kegiatan persuasive. 2. Fungsi Sosial Learning.

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.

3. Fungsi Penyampaian informasi.

Komunikasi massa yang mengandalakan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi prose penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informative tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi Budaya.

(26)

yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan.

Fungsi lain komunikasi adalah hiburan , bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

A. Fungsi Sosial Komunikasi Massa.

Ada banyak sekali fungsi yang dapat dilakukan oleh komunikasi massa, namun saat ini akan dijelaskan fungsi tentang fungsi sosialnya. Yang dimaksud dengan fungsi sosial dalam hal ini adalah fungsi-fungsi kemasyarakatan bagi individu anggota masyarakat maupun masyarakat luas (Marhaeni, 2009 : 259). Fungsi sosial yang dimiliki dalam komunikasi massa tentunya hampir sama dengan fungsi komunikasi massa pada umumnya, bedanya pada fungsi sosial komunikasi massa terdapat fungsi-fungsi (Maehaeni, 2009 : 262 - 266) seperti: a. Fungsi mendidik masyarakat.

Sebenarnya fungsi ini sangat terlihat jelas , dalam hal ini komunikasi massa dapat menambah dan memperluas horizon pengetahuan sarat kemampuan berpikir kritis dikalangan masyarakat. Bahkan didorong untuk dapat mandiri dalam setiap persoalan kehidupannya. Dalam fungsi mendidik, komunikasi massa tidak hanya sekedar menyajikan pengetahuan, akan tetapi juga berbagai keterampilan praktis yang dapat di tingkatkan bagi massyarakat.

b. Meningkatkan aktivitas Politik.

Rao (1966) berpendapat bahwa “Communication can help the majority of population its own importance, and this may lead to increased political actifity”.

(27)

2.1.1.3. Unsur-unsur Komunikasi Massa.

Unsur-unsur yang dimiliki dalam komunikasi massa (Bungin, 2008: 71-72), antara lain:

1. Komunikator.

Komunikator didalam komunikasi massa adalah pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi dapat dengan cepat ditanggap publik. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi.

2. Media massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara missal dan dapat diakses masyarakat secara missal juga.

3. Informasi massa

Informasi massa adalah informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara missal, bukan dikonsumsi secara pribadi.

4. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi sebelum sebuah informasi tersebut dipublikasikan kemasyarakat secara luas.

5. Khalayak

Khalayak merupakan massa/masyarakat/public yang menerima informasi dari media massa.

6. Feedback

Feedback atau umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat

(28)

2.1.2. Proses Komunikasi Massa.

Proses komunikasi massa tentunya berbeda dengan proses komunikasi tatap muka, karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang sehingga proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut Wilbur Schramm, mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal di perlukan tiga unsur/komponen yaitu Source, Message dan destination.

Harold D. Lasswell, seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam terori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pernyataan-pernyataan sebagai berikut : who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalaui saluran apa), to whom ( kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa) (Ardianto, 2004 : 33).

Selain komponen-komponen yang telah di uraikan oleh Harold D. Lasswell, masih tampak di perlukannya komponen lain sebagai persyaratan yang melengkapai terjadinya suatu proses komunikasi massa. Untuk membadingkan antara formula Laswell dengan formula lainnya , selanjutnya akan di kemukakan oleh Cloude D. Shannon dan Warren Weaver dalam bukunya ”Theories of Mass Communication” digambarkan sebagai proses linier dan searah. Pesan

diumpamakan mengalir dari sumber informasi (information Source) melalui beberapa komponen sehingga menuju ke komunikan.

(29)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sumber informasi (information Source) menciptakan sebuah pesan (message) untuk dikomunikasikan. Pesan

(terdiri atas kata-kata lisan/tulisan, gambar, masik,dll) diubah ke dalam bentuk

sinyal (signal) oleh pemancar (transmitter) sesuai dengan saluran yang digunakan. Pesan dapat di terima /diteruskan melalui saluran kepada penerima (receiver). Kemudian penerima menyusun kembali sinyal tersebut menjadi sebuah pesan sehingga sampai kepada tujuan (destination). Sementara itu dalam perjalanannya, sinyal memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan (noise source) yang ada di sekitarnya misalnya pada saat yang bersamaan dalam saluran

yang sama muncul terlalu banyak sinyal. Hal ini akan mengakibatkan adanya perbedaan antara sinyal yang dikirm dengan sinyal yang diterima. Dengan demikian dapat diartikan oleh pesan yang dikirm oleh sumber, yang kemudian disusun kembali oleh penerima sehingga mencapai tujuan tidak selalu memiliki makna yang sama.

Menurut McQuail (1992:33), proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk (Bungin, 2008: 74-75):

1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar. Dengan kata lain, setiap informasi yang disebarkan dengan jumlah luas maka akan diterima oleh massa yang besar.

2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif diantara mereka maka prose komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator. 3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator

dan komunikan, sehingga menyebabkan komunikasi yang terjadi diantara mereka berlangsung datar dan sementara. Namun kalau terjadi kondisi emosional maka komunikasi yang terjadi bersifat sementara dan tidak berlangsung lama.

(30)

5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan hubungan-hubungan kebutuhan dimasyakat.

2.1.3. Peran Media Massa.

Media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Disalam paradigmanya media massa berperan sebagai (Bungin, 2008 :85-86):

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu sebagai media edukasi. Dalam hal ini, media massa setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi lebih maju.

2. Sebagai media informasi yaitu mendia yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar yang disampaikan media massa kepada masyarakat maka masyarakat akan menjadi kaya akan informasi sehingga menjadi masyarakat informatif. 3. Media massa sebagai penyedia hiburan. Sebagai salah satu agent of change,

media massa dalam hal ini tidak saja sebagai pendorong bagi perkembangan tetapi juga sebagai pencegak perkembangan yang dapat merusak moral. Secara lebih spesifik peran media massa saat ini lebih menyentuh persoalan persoalan yang terjadi di masyarakat secara actual, (Bungin,2006: 86) seperti:

1. Harus lebih spesifik dan proposional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media edukasi dan media informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.

2. Dalam memotret realitas, media massa harus fokus pada realitas masyarakat, bukan pada potret kekuasaan yang ada di masyarakat itu, sehingga informasi tidak menjadi propaganda kekuasaan dan potret figure kekuasaan.

3. Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan pencerahan dengan kepentingan media massa sebagaimana lembaga produksi, sehingga kasus-kasuspengaburan berita dan iklan tidak harus terjadi dan merugikan masyarakat.

(31)

besar peringatan terhadap ancaman lingkungan, bukan hanya menginformasikan informasi setelah terjadi bahaya dari lingkungan.

5. dalam hal mengahadapi ancaman masyarakat yang lebih besar seperti terorisme, seharusnya media massa lebih banyak menyoroti aspek fundamental pada terorisme seperti mengapa terorisme itu terjadi bukan hanya pada aksi-aksi terorisme.

2.1.4. Teori S-O-R.

Teori S – O – R merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Teori tersebut menggambarkan bagaimana hubungan stimulus – respon.

Menurut teori Stimulus – Respons, komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Asumsinya bahwa kata-kata verbal, isyarat-isyarat nonverbal, gambar dan tindakan akan memberikan rangsangan untuk di respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu proses ini juga dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi dimana sifatnya timbale-balik dan mempuyai banyak efek yang dapat mengubah tindakan (Mulyana, 2007: 143-145). Jadi unsur-unsur pada model ini adalah :

1. Stimulus (Pesan)

2. Komunikasi (Organism) 3. Efek (Response)

Menurut model ini, proses komunikasi yang terjadi adalah how to change the attitude yaitu bagaimana mengubah sikap komunikan. Perubahan sikap ini

terjadi hanya pada saat pesan yang menerpa melebihi semuanya. Di dalam pembahasan dampak media, ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam melihat dampak dari suatu pesan terhadap komunikan (McQuail, 2011: 225 - 226), yaitu:

1. Perhatian

(32)

Untuk lebih menyederhanakan maksud dari model ini. Berikut skema model S-O-R.

Gambar 2.2

Model “Stimulus-Organism-Respon”

Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap seseorang tergantung dari proses yang terjadi diri individu orang tersebut. Jika di kaitkan dengan judul penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa:

1. Pesan atau stimulus adalah website komisi pemilihan umum

2. Organisim pada penelitian ini adalah Seluruh mahasiswa FISIP USU yang telah ditarik samplingnya.

3. Respon dalam penelitian ini adalah pembentukan pemilih cerdas melalui tahapan perhatian, pemahaman/pengertian dan penerimaan.

STIMULUS

ORGANISM. • Perhatian

• Pemahaman/penger

tian

• Penerimaan

RESPONSE

(33)

2.1.4.1 Pesan di dalam Teori S-O-R.

Pesan merupakan hal yang penting di dalam teori ini. Seperti yang telah dikatakan diatas, bahwa perubahan sikap dapat terjadi jika pesan menerpa melebihi semuanya.

Pesan menurut Cultip dan Center dikenal dengan “The 7 C`s of Communication” antara lain (Ruslan, 1997: 83) sebagai berikut:

1. Credibility

Komunikasi tersebut dimulai dengan membangun suatu kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun iklim kepercayaan itu dimulai dari kinerja, baik pihak komunikator dan pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya, begitu juga tujuannya.

2. Contex

Suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang tidak bertentangan dan sering dengan keadaan tertentu dan memperlihatkan sikap partisipatif.

3. Content

Pesan yang akan disampaikan itu mempunyai arti bagi audiensinya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak bermanfaat.

4. Clarity

Pesan dalam berkomunikasi itu disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempuyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikannya.

5. Continuity and consistency

(34)

6. Channel

Menggunakan media sebagai saluran pesan yang setepat mungkin dan efektif dalam nenyampaikan pesan yang dimaksud.

7. Capability of audience

Komunikasi tersebut memperhitungan kemungkinan suatu kemampuan dari audiensinya, yaitu melibatkan berbagai faktor adanya suatu kebiasaan. Kebiasaan membaca atau kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya.

2.1.5. Internet merupakan new media komunikasi publik.

William Gibson dan Marshall McLuhan sudah menjadi pahlawan intelektual semenjak masih di bangku kuliah. Gibson merupakan “Gotfather Dunia Maya” sekaligus penulis Neuromancer dan Johnny Mnemonic, sedangkan McLuhan adalah penulis Understanding Media. Ungkapan McLuhan yang paling popular adalah global Village atau desa global. Maksud dari ungkapan McLuhan ini adalah tempat yang menarik, tempat yang baik untuk orang-orang menikmati kontak dan keterlibatan satu sama lain yang semangkin bertambah tinggi karena dibantu oleh teknologi elektronik. Ide ini pada dasarnya adalah tentang teknologi elektronik yang membuat kita menjadi nonindividu yang tidak dapat dibedakan, berkumpul disekeliling produk (Stanley, 2012:385-387).

(35)

Faktor utama yang berperan dalam pesatnya pertumbuhan internet adalah potensi e-commerce. Dengan internet, hampir semua orang di belahan dunia mana pun dapat berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur internet yang paling popular adalah e-mail dan word wide web.

1. E-mail.

e-mail adalah aplikasi yang memungkinkan seseorang mengirim surat elektronik ke orang lain yang berada dilokasi berjauhan dengannya, dengan syarat keduanya memiliki koneksi internet. Diperkirakan lebih dari 100 juta orang telah memiliki alamat e-mail dan setiap bulan lebih dari 1 terabyte telah melintas jaringan internet.

2. World Wide Web.

World Wide Web (www), lebih popular dengan istilah web, merupakan

aplikasi internet paling digemari oleh pengguna internet. Web mulanya diperkenalkan oleh Tim-Berners-Lee pada tahun 1992 di CERN, Laboratorium Fisika Partikel di Jenewa, Swiss. Dan setelah popular kemudian diambil ahli pengembangannya oleh W3C (World Wide Web Consortium). Marc Andressen merancang sebuah perangkat lunak untuk menampilakan halaman web yang diciptakan Tim-Berners-Lee, yang dinamakan web-browser. Web menjadi popular karena kemampuannya menyajikan objek

(36)

Adapun pemanfaatan internet bagi publik dapat disebutkan (Febrian,2005 : 30-31), sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui berbagai berita-berita secara teraktual.

2. Bagi para akademisi, dapat memudahkan didalam mencari referensi. 3. Dapat lebih efisien dan cepat.

4. Sarana internet tidak mengenal batas geografis.

5. Sebagai sarana dakwah, bisnis dan ekonomi serta bidang-bidang lainnya. 6. Menyediakan berbagai informasi tanpa adanya batasan benua.

2.1.5.1. Internet sebagai media komunikasi.

Sebagian besar jaringan internet, memuat dan menghubungan berbagai macam web-web yang berisis informasi beraneka ragam. Sebagaian besar web atau situs berkaitan informasi yang bersifat pendidikan atau pengetahuan umum, tetapi dengan berkembangan jaringan internet, membuat kalangan bisnis melihatnya.

Laquey mengemukakan, yang membedakan internet dengan media massa lain adalah tingkat interaksi dan kecepatannya dapat melewati batas-batas geografis dan waktu. Dengan adanya internet, menyebabkan terciptanya kelompok orang yang berinteraksi dan berkomunikasi didalam jaringan.

Keunggulan dari internet adalah mudah cepat dan tepat,kapasitas, kerahasiaan, efisien dan efektif serta membuka mata dunia akan dunia baru (Pawit, 2010: 54).

2.1.5.2. Internet sebagai sumber informasi.

(37)

adalah informasi terekam. Informasi terekam juga dibedakan antara non ilmiah dan ilmiah.

Informasi non ilmiah adalah informasi yang biasanya banyak tersedia dimana-mana seperti informasi yang dimuat di surat kabar, iklan dan sebagainya. Sedangkan informasi ilmiah adalah rekaman informasi yang dirancang secara khusus atau yang bisa dimanfaaatkan untuk kepentingan ilmiah dan penelitian untuk pengembangan pengetahuan. Manfaat dari suatu informasi tergantung pada fungsi dari informasi yang diperlukan penggunaanya (Pawit, 2010: 1-10).

2.1.5.3. Internet sebagai media pembelajaran/mendidik.

Media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi. Menurut Robert Hanick, Dkk (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (Source) dan penerima (receiver) informasi. Jadi, Menurut Rossi dan Breidle (1966) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti televisi, radio, internet yang merupakan jaringan di dalam komputer (Sanjaya, 2012: 57). Internet dapat dikatakan media pembelajaran, dikarenakan di dalam internet terdapat berbagai macam informasi yang berguna yang dapat menambah pengetahuan. Seperti mekanisme pemilihan merupakan informasi di dalam bidang tertentu yang dapat menambah pengetahuan pemilih tentang bagaimana cara pemilih.

2.1.6. Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi, untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan komunikasi massa tidaklah mudah.

(38)

Menurut Steve M. Chaffee. Efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisassi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa (Ardianto, 2004: 49).

2.1.6.1. Jenis-jenis efek.

Menurut Stamm efek dari komunikasi massa dapat dibagi atas dua (Ardianto, 2004: 49) yaitu:

1. Efek Primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Dalam hal ini media massa hanya memberikan terpaan atau dapak, perhatian dan pemaham mengenai pesan yang disampaikan.

2. Efek Sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif ( perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku ( menerima dan memilih). Secara tradisional ada beberapa jenis efek yang disebabkan media.. Menurut John R Bittner (1996), fokus utama dari efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya.

Sedangkan menurut Steven M. Chaffee, jenis-jenis efek komunikasi massa dipengaruhi oleh dua pendekatan (Ardianto, 2004: 49-56), yaitu:

1. Efek Kehadiran Media Massa

(39)

a. Efek ekonomi.

Kehadiran media massa di tengah kehidupan dapat menumbuhkan berbagai perkembangan usaha baik dari sektor produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Seperti keberadaan televisi baik milik pemerintah maupun swasta dapat memberikan sumbangsi lapangan pekerjaan.

b. Efek sosial.

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa, seperti, kehadiran televisi dapat menigkatkan status sosial pemiliknya.

c. Efek penjadwalan kegiatan.

Munculnya media massa juga berdampak pada penjadwalan kegiatan seperti, anak-anak yang dulunya mandi pagi sekarang mrngubah jadwal dengan menonton televisi.

d. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman.

Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutukan psikologinya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman. Misalnya, seseorang yang lagi kesepian atau sendirian dirumah akan memilih menonton televisi untuk mengisi kesepian.

e. Efek menumbuhkan perasaan.

Kehadiran media massa ternyata tidak hanya dapat menghilangkan suatu perasaan tetapi juga dapat menumbuhkan. Terkadang sesorang dapat menumbuhkan perasaan positif dan negatif terhadap media. Seperti sesorangyang hobi bola makanya ia akan senang saat membaca majalah bola.

2. Efek Pesan

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.

a. Efek kognitif.

(40)

mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif.

b. Efek afektif.

Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira dan lain-lain. Adapun faktor-faktor yang berpegaruh dalam efek afektif antara lain: suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa.

Suasana emosional merupakan suatu perasaan yang disimpulkan dari suatu respons terhadap media. Seperti, seseorang yang sedang menonton film horor akan merasa ketakutan setelah melihatnya dan orang yang sedang menonton film komedi akan merasa lucu saat menonton. Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Suasana terpaan (Setting of Exposure) merupakan suatu kondisi yang saat kita melihat film horor, kita akan berpikiran bahwa makhluk seperti itu kehidupannya sebagaimana yang dilihat pada film. Presdisposisi individual merupakan faktor yang mengacu pada karakteristik individu, seperti seseorang yang mempuyai sifat sensitif maka tidak dapat diajak untuk bercanda. Faktor identifikasi, dalam hal ini menunjukan sejauhmana seseorang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca dan pendengar menempatkan dirinnya pada posisi tokoh.

c. Efek behavioral.

(41)

2.1.7. Sikap.

Definisi sikap menurut L.L Thursione (1946), sikap adalah tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Objek psikologi disini meliputi: symbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Sedangkan menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, idea tau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, behavior.

Travers, Gagne dan Cronbach (1977) sependapat bahwa sikap melibatkan tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu:

1. Komponen kognitif. Berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.

2. Komponen afektif. Menunjukan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Disini objek dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen behavior atau konatif melibatkan salah satu presdisposisi untuk bertindak terhadap objek. Komponen ini dipengaruhi oleh komponen kognitif yang berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak (Ahmadi, 2007 : 150-151).

2.1.7.1. Ciri-ciri Sikap.

Adapun ciri-ciri sikap adalh sebagai berikut: 1. Sikap itu dipelajari (learnability).

Sikap merupakan hasil belajar ynag perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu.

2. Memiliki kestabilan (stability).

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.

3. Personal-societal significance.

(42)

4. Berisi kognisi dan afeksi.

Komponen kognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang factual. 5. Approach-avoidance directionality.

Bila sesorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap unfavorable, mereka akan menghindarinya (Ahmadi, 2009: 164).

Sedangkan ciri-ciri sikap menurut Eiser (1986, dalam Sobur, 2003) : 1. Sikap merupakan pengalaman subjektif.

Pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan dari pengamatannya atau perilakunya sendiri.

2. Sikap dapat diungkapkan melalui bahasa.

Sikap dapat diungkapkan sampai batas-batas tertentu tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat miskin jika diterapkan pada spesies yang tidak bisa berbicara. Bahasa sehari-hari penuh dengan kata-kata yang mengandung unsur penilaian.

3. Sikap dikomunikasikan kepada orang lain.

Sikap tidak hanya bisa dipahami, namun juga diungkapkan sedemikian rupa sehingga bisa ditangkap dan dimengerti oleh orang lain. Mengungkapkan sikap adalah tindakan sosial yang berlandaskan asumsi bahwa ada pendengar yang bisa memahami. Bagaimana kehadiran, jenis, dan jumlah pendengar memengaruhi merupakan pertanyaan empiris.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif.

5. Sikap mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

2.1.7.2. Fungsi sikap dan Sumber Sikap.

Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

(43)

perangsang dan rekasi seperti pertimbangan yang erat hubungannya dengan tujuan hidup, peraturan dan sebagainya.

3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari luar tidak semuanya diterima begitu saja namun ditinjau dari apakah pengalaman-pengalaman itu mempuyai arti baginya.

4. Sikap sebagai bentuk penyataan kepribadian. Sikap merupakan pencerminan pribadi seseorang, ini karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukung. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyaknya orang dapat mengetahui kepribadian seseorang (Ahmadi, 2009: 165-167).

Sikap seseorang terbentuk dari tiga sumber utama. Pertama, pengalaman pribadi. Sikap merupakan hasil pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan dengan objek sikap. Kedua yaitu pemindahan perasaan yang menyakitkan. Pemindahan secara tidak sadar mengalihkan perasaan yang menyakitkan (terutama permusuhan) jauh dari objek yag sebenarnya pada objek lain yang “lebih aman”. Ketiga yaitu pengaruh sosial. Kelompok, lembaga, media serta lingkungan yang terdekat dengan seseorang berperan dalam pembentukan sikap seseorang.

2.1.7.3. Pembentukan dan Perubahan Sikap.

Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda dalam pembentukannya. Sikap terbentuk dari pengalaman dengan melalui proses belajar. Roucek (1951) menyatakan bahwa sikap terjadi setelah individu mengadakan internalisasi dari hasil-hasil :

1. Observasi yang dilakukan terhadap kelompok dan kejadian serta pengalaman partisipasi individu dengan kelompok yang dihadapi.

(44)

3. Keterlibatan emosi terhadap pengalaman pada suatu kejadian. Suatu kejadian yang telah menyerap perasaan seseorang lebih sulit dilupakannya sehingga reaksinya merupakan reaksi berdasarkan usaha menjauhi situasi yang tidak diharapkannya.

4. Perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dianggap lebih berpengalaman, lebih ahli, dan sebagainya (Sobur, 2003:363).

Pembentukan sikap tidak terjadi sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, media, dan sebagainya. Pembentukan dan perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern pribadi yang memegang peranan. Adapun yang dimaksud dengan :

1. Faktor intern

Adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjdai minat perhatian.

2. Faktor ekstern.

Faktor ini terdapat pada luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.

Perubahan sikap pada individu ada yang terjadi dengan mudah dan ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau menolak rangsangan yang datang kepadanya. Selain itu, perubahan sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang, tetapi juga menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat dan kebudayaan.

(45)

terbentuknya sikap tersebut, mempengaruhi pembentukan sikap tertentu. Adapun karakteristik itu meliputi:

1. Sikap ekstrem (extremeness)

Sikap yang ekstrem sulit berubah, baik dalam perubahan kongruen maupun inkongruen. Perubahan yang kongruen adalah perubahan yang searah, yakni

bertambahnya derajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan perubahan sikap inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Makin ekstrem suatu sikap, makin sedikit terjadi perubahan. Sikap yang ekstrem lebih sulit diubah secara inkongruen daripada kongruen.

2. Multifleksitas (multiplexity)

Sikap yang berkarakteristik multiflex mudah berubah secara kongruen, namun sulit berubah secara inkongruen. Sebaliknya, sikap yang simple mudah berubah secara inkongruen, namun sulit berubah secara kongruen.

3. Konsistensi (consistency)

Sikap yang konsisten menunjukkan sikap yang stabil, karena komponennya saling mendukung satu sama lain. Sikap akan mudah diubah kearah inkongruen. Sebaliknya, sikap yang tidak konsisten lebih mudah diubah kearah

kongruen.

4. Interconnectedness

Interconnectedness adalah keterikatan suatu sikap dengan sikap lain dalam

suatu kelompok. Sikap yang mempunyai kadar keterikatan tinggi sulit diubah kearah inkongruen. Sebaliknya, lebih mudah diubah kearah kongruen.

5. Konsonan (consonance)

Sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk suatu kluster. Kluster tersebut cenderung pula memiliki derajat saling keterhubungan. Sikap demikian disebut sebagai sikap yang berkarakteristik konsonan dalam suatu gugus sikap. Sikap yang berderajat konsonan tingi akan mudah mengalami perubahan pada jenis yang kongruen.

6. Kekuatan dan jumlah keinginan yang menyebabkan munculnya suatu sikap tertentu (strength and number of wants served by the attitude).

(46)

keinginan yang akan dipuaskan disebut sebagai sikap yang “multiservice”. Sikap multiservice ini sangat dihargai dan diharapkan oleh tiap individu.

7. Pemusatan nilai-nilai yang berhubungan dengan sikap yang dimiliki (centrality of the value to which the attitude is related).

Nilai-nilai yang dianut seseorang menentukan suatu pembentukan dan perubahan sikap. Sikap seseorang yang berakar pada nilai yang dianutnya, meskipun ditukarkan alasan-alasan persuasif dan dikung oleh kenyataan yang kukuh, tetap sulit untuk diubah kecuali dengan cara mengubah nilai (konsep tentang “baik” yang dianutnya).

Perubahan sikap individu tidak saja ditentukan oleh karakter sistem sikapnya, tetapi juga oleh keadaan kepribadiannya. Hubungan antara kepribadian seseorang dan perubahan sikap merupakan sesuatu yang kompleks. Adapun aspek-aspek kepribadian meliput i :

1. Intelligence

Corak intelegensi yang dimiliki seseorang menentukan derajat sikapnya. Tingkat inteligensi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memahami informasi yang mengandung problema kompleks yang akan disikapinya.

2. General Persuasibility

Kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh sosial tanpa memandang komunikatornya, topik, media, dan keadaan komunikasinya merupakan aspek yang dapat menentukan sikap seseorang.

3. Self-Defensiveness

Salah satu ciri kepribadian yang dimiliki seseorang juga berpengaruh pada perubahan sikapnya, yaitu berpegang teguh secara bersikeras untuk menegakkan harga dirinya. Individu yang demikian sulit untuk membebaskan diri dari ciri kepribadian yang dimilikinya.

4. Cognitive Needs and Styles

(47)

baru yang bertentangan dengan sikapnya. Seseorang yang memerlukan pemahaman yang jelas tidak senang terhadap perubahan yang inkongruen karena situasi. Seseorang yang cenderug dapat berubah sikapnya pada jenis yang kongruen, bilaman ia bereaksi terhadap “ketertutupannya” mencari penjelasan dan pemahaman terhadap informasi yang menentang sikapnya (Sobur, 2003:368).

Dukungan kelompok terhadap individu juga menentukan perubahan sikap seseorang. Ini berkaitan dengan nilai keanggotaan individu dalam kelompoknya. Sikap yang merefleksikan norma kelompok yang dinilai tinggi, sulit untuk diubah. Anggota kelompok yang mempunyai penilaian rendah dapat mengikuti perubahan sikap bila diberi pengarahan. Namun, bagi anggota kelompok yang memiliki penilaian tinggi akan menentang pengarahan tentang perubahan sikap. Dengan demikian, anggota kelompok yang mempunyai penilaian tinggi cenderung tetap berpegang pada norma secara lebih kuat setelah diberi pengarahan, dibandingkan dengan sebelumnya.

Dimasa Adolesen, ada tiga hal penting yang diperhatikan dalam pembentukan sikap, antara lain:

1. Mass Media seperti media cetak dan elektronik. 2. Kelompok sebaya.

3. Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, lembaga organisasi dan sebagainya.

2.2. Kerangka Konsep.

Dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrument penelitian (Bungin, 2011 ; 67).

(48)

Dalam penelitian ilmiah konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Konsep yang bermanfaat adalah konsep yang dibentuk menjadi keterangan dan menyatakan sebab akibat, yaitu konsep dibentuk dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk akal, karena konsep dibentuk hanya untuk diuji regulasinya (Bungin, 2013 : 75).

Jadi, kerangka konsep merupakan acuan didalam penelitian yang bermula dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan dari variabel penelitian secara empiris.

Adapun variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel (X) adalah variabel bebas yang mempengaruhi variabel-variabel lain. Variabel (X) dalam penelitian ini adalah Website Komisi Pemilihan Umum.

2. Variabel (Y) adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau (X). Variabel (Y) dalam penelitian ini adalah Sikap Pemilih Cerdas.

Skema variabel penelitian :

Gambar 2.3

Variabel Penelitian

KORELASIONAL

Independent Variabel /

Variabel X

www.kpu.go.id

Dependent Variabel /

Variabel Y

Bentuk Sikap Pemilih

Cerdas

Intervening Variabel /

Variabel Z

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3 Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Justifikasi : Bahwa berdasarkan hasil review dokumen RKUPHHK-HA periode Tahun 2019- 2028, wawancara dengan PIC VLK Hutan serta verifikasi pengamatan lapangan diketahui bahwa pada

Setiap lembaga eksekutif wajib melibatakan mahasiswa aktif dalam setiap agenda kegiatan dan kepanitiaan program kerja maupun aktivitas dengan perbandingan 70%

Saat dalam tampilan navigasi, Anda dapat mengusap ke atas dari bawah layar atau menekan tombol bawah untuk membuka daftar pintasan.. Pintasan memberikan akses cepat untuk

Sesuai tugas dan fungsi TRC Kementerian Sosial tersebut, TRC Yogyakarta yang terdiri TRC Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) dan TRC

Antara kaedah yang terdapat dalam pengajaran sains adalah penyediaan meja atau sudut sains di dalam kelas, sediakan kotak sains mudah alih, merancang pembelajaran dalam

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami Teorema Pythagoras adalah dengan menerapkan model pembelajaran

Bapak Taufik, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, selaku pembimbing akademik, serta selaku pembimbing skripsi yang telah

Untuk diketahui sejauh mana kepuasan kerja yang dimiliki oleh masing-masing karyawan maka perusahaan ini memerlukan manajemen sumber daya manusia yang bagus untuk perusahaan,