• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Emotional Branding terhadap Loyalitas Konsumen Wanita Pada Produk Shampo Pantene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Emotional Branding terhadap Loyalitas Konsumen Wanita Pada Produk Shampo Pantene"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan Hormat,

Dalam rangka menyelesaikan studi pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya bermaksud melakukan penelitian mengenai produk shampo pantene. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi skala penelitian ini.

Dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah sehingga Anda bebas memilih pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian ini. Oleh karena itu, saya berharap Anda bersedia mengisi skala ini dengan bersungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk pengisian skala.

Kesediaan Anda dalam mengisi skala ini merupakan suatu kontribusi yang sangat penting bagi kualitas penelitian ini. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya, Peneliti

(4)

IDENTITAS DIRI Nama / Inisial :

Usia :

Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini adalah sejumlah pernyataan mengenai Produk shampoo pantene dan pada setiap pernyataan terdapat lima pilihan jawaban. Berikan tanda silang (X) pada kotak pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan diri Anda.

Pilihan jawaban:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

N : Netral

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Contoh pengisian skala:

NO PERNYATAAN SS S T TS STS

(5)

a. Skala Penelitian Sebelum Uji Coba

SKALA I

NO PERNYATAAN SS S N TS STS

1. Saya merasa shampo pantene selalu mampu memahami kebutuhan rambut saya

2. Ketika melihat shampo pantene, saya merasa shampo ini biasa-biasa saja dan sama saja dengan shampo-shampo lain 3. Brand ambassador yang dipilih membuat

saya semakin yakin dengan shampo pantene

4. Pantene terus memperbaruhi diri baik dari layanan maupun produk agar sesuai dengan perkembangan zaman

5. Tenaga penjual/SPG yang ada bersikap ramah dan membatu saya menemukan shampo yang cocok untuk saya

6. Iklan yang ditayangkan di berbagai media membuat saya tertarik untuk membeli shampo pantene

7. Website didesain semenarik mungkin dan membuat konsumen semakin mudah untuk mengakses informasi tentang produk-produk pantene

(6)

9. Saya merasa pantene sangat peduli pada kebutuhan konsumennya

10. Aroma yang dihasilkan dari shampo pantene memiliki ciri khas tersendiri dan

membuat saya nyaman ketika memakainya

11. Konsep iklan yang ditampilkan tidak membuat saya tertarik untuk membeli dan menggunakan shampo pantene 12. Saya merasa shampo pantene merupakan

merek yang sudah terkenal dam mampu menjaga eksistensinya

13. Shampo pantene tidak selalu mampu memahami kebutuhan rambut saya 14. Pilihan warna yang digunakan untuk

mendesain kemasan pantene membuat menarik dan mudah untuk diingat 15. Menurut saya, desain logo pantene

menarik dan membuatnya mudah untuk diingat

16. Pantene tidak memperbaruhi diri baik dari layanan maupun produk agar sesuai dengan perkembangan zaman

(7)

18. Shampo pantene tidak memiliki akses yang mudah disentuh disetiap toko-toko yang menjualnya

19. Konsep iklan yang ditampilkan membuat konsumen tertarik pada shampo pantene 20. Pantene terus berinovasi mengeluarkan

produk-produk perawatan rambut unggulan

21. Tenaga penjual/SPG tidak bersikap ramah dan tidak terlalu membantu saya ketika memilih shampo pantene

22. Aroma yang dihasilkan dari shampo pantene tidak memiliki ciri khas

tersendiri dan membuat saya tidak bisa mengingat aromanya

23. Menurut saya, kemasan yang ditampilkan oleh shampo pantene menarik

24. Saya merasa pantene bukan merek yang terlalu dikenal dan nantinya akan hilang karena digantikan oleh merek lain 25. Menurut saya, website ataupun call

center yang tersedia tidak membantu dalam mengakses informasi produk dan menyampaikan kritik dan saran

26. Shampo pantene memiliki akses yang mudah untuk disentuh dan dicium aromanya sebelum dibeli

(8)

saya semakin tertarik dengan shampo pantene

28. Pantene tidak melakukan inovasi dan tidak mengeluarkan produk-produk baru yang lebih unggul dari produk

sebelumnya

SKALA II

NO PERNYATAAN SS S N TS STS

1. Saya sudah berulang kali membeli shampo pantene

2. Saya mau membeli produk pantene lainnya (mis. Conditioner, vitamin, atau masker rambut)

3. Saya selalu merekomendasikan shampo pantene kepada orang lain

4. Saya tidak mudah untuk berpindah ke produk shampo lain walaupun ada penawaran yang lebih menarik

5. Saya tidak tertarik untuk melakukan pembelian lagi terhadap shampo pantene

(9)

7. Saya enggan membertahu keunggulan-keunggulan shampo pantene kepada orang lain

8. Saya akan dengan mudahnya berpindah ke shampo lain yang lebih menarik

9. Jika saya ingin membeli shampo, saya akan selalu memilih pantene

10. Walaupun saya menggunakan shampo pantene, saya tidak begitu saja mudah

menggunakan produk pantene lain (mis. Conditioner, vitamin, atau masker

rambut)

11. Saya suka menjelaskan hal-hal positif tentang shampo pantene kepada keluarga ataupun teman-teman saya

12. Walaupun ada keluhan dari konsumen lain tentang shampo pantene, saya tidak akan dengan mudah berpindah ke shampo lain

13. Saya tidak selalu membeli shampo pantene

14. Saya tidak tertarik untuk membeli produk pantene lainnya (mis. Conditioner,

(10)

15. Saya tidak pernah merekomendasikan shampo pantene kepada orang lain

16. Penawaran perawatan rambut dari produk shampo lain terkadang membuat saya ingin beralih ke produk shampo lain

Periksa kembali jawaban Anda, pastikan tidak ada normor yang

terlewati.

(11)

b. Skala Penelitian Setelah Uji Coba

SKALA I

NO PERNYATAAN SS S N TS STS

1. Brand ambassador yang dipilih membuat saya semakin yakin dengan shampo pantene

2. Website didesain semenarik mungkin dan membuat konsumen semakin mudah untuk mengakses informasi tentang produk-produk pantene

3. Pantene konsisten menciptakan produk-produk perawatan rambut unggulan 4. Saya merasa pantene sangat peduli pada

kebutuhan konsumennya

5. Aroma yang dihasilkan dari shampo pantene memiliki ciri khas tersendiri dan

membuat saya nyaman ketika memakainya

6. Saya merasa shampo pantene merupakan merek yang sudah terkenal dam mampu menjaga eksistensinya

7. Pilihan warna yang digunakan untuk mendesain kemasan pantene membuat menarik dan mudah untuk diingat 8. Menurut saya, desain logo pantene

(12)

9. Keberadaan website dan call center memungkinkan setiap konsumen untuk mengetahui informasi produk dan mengirimkan kritik dan saran terhadap produk

10. Konsep iklan yang ditampilkan membuat konsumen tertarik pada shampo pantene 11. Pantene terus berinovasi mengeluarkan

produk-produk perawatan rambut unggulan

12. Shampo pantene memiliki akses yang mudah untuk disentuh dan dicium aromanya sebelum dibeli

SKALA II

NO PERNYATAAN SS S N TS STS

1. Saya sudah berulang kali membeli shampo pantene

2. Saya mau membeli produk pantene lainnya (mis. Conditioner, vitamin, atau masker rambut)

3. Saya selalu merekomendasikan shampo pantene kepada orang lain

(13)
(14)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(15)
(16)

8 0.576 0.650 16 0.502 0.581

a. Listwise deletion based on all variables in the

(17)

AITEM12 52.98 47.489 .548 .868

AITEM13 52.76 48.309 .426 .873

AITEM14 52.78 47.440 .601 .866

AITEM15 52.96 48.815 .395 .874

AITEM16 53.00 47.551 .502 .870

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(18)

ANALISA DATA PENELITIAN

(19)

2. Uji Normalitas

EMOTIONALBRANDING Mean N Std. Deviation

(20)

49 16.12 17 2.315

50 15.67 15 1.915

51 16.00 8 2.673

52 18.00 8 1.309

53 18.00 10 1.563

54 16.33 3 3.786

55 18.40 5 1.949

56 18.20 5 2.683

57 16.67 3 2.887

58 15.50 2 3.536

59 18.00 1 .

60 20.00 3 .000

(21)

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

LOYALITASKONSUMEN *

EMOTIONALBRANDING

.548 .300 .620 .385

ANOVA Table

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

LOYALIT

ASKONS

UMEN *

EMOTIO

NALBRA

NDING

Between Groups (Combined) 800.491 29 27.603 6.318 .000

Linearity 624.045 1 624.045 142.847 .000

Deviation from Linearity 176.446 28 6.302 1.442 .073

Within Groups 1280.010 293 4.369

(22)

3. Regresi

Variables Entered/Removedb

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 EMOTIONALBR

ANDINGa

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: LOYALITASKONSUMEN

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .548a .300 .298 2.130

a. Predictors: (Constant), EMOTIONALBRANDING

(23)

ANOVAb

4. Analisa Data Empirik Emotional Branding

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

EMOTIONALBRANDING 323 23 60 45.89 5.215

(24)

a. Hubungan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

HUBUNGAN 323 4 10 7.38 1.134

Valid N (listwise) 323

b. Pengalaman Pancaindera

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PANCAINDERA 323 5 15 11.72 1.686

Valid N (listwise) 323

c. Imajinasi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IMAJINASI 323 7 20 14.96 2.021

Valid N (listwise) 323

d. Visi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VISI 323 6 15 11.83 1.577

Valid N (listwise) 323

(25)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LOYALITASKONSUMEN 323 8 20 14.93 2.542

Valid N (listwise) 323

a. Melakukan pembelian ulang

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MelakukanPembelianUlang 323 3 5 4.17 .679

Valid N (listwise) 323

b. Mau membeli seluruh lini produk

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MauMembeliSeluruhLiniPro

duk

323 1 5 3.73 .874

Valid N (listwise) 323

c. Mau merekomendasikan produk

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MauMerekomendasikanPro

duk

323 1 5 3.41 .830

(26)

d. Kebal dari daya tarik pesaing

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KebalDariDayaTarikPesaing 323 1 5 3.63 .884

Valid N (listwise) 323

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, A.D. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Mitra Utama Azwar, S. 2012. Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Datacon. 2011. Pertumbuhan Industri Shampo. Diakses akses pada 23 Maret 2016 melalui http://www.datacon.co.id/Toiletries-2011Sampo.html

Ferinadewi, E. 2008. Merek & Psikologi Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu. Gobe, M. 2001. Emotional Branding. Jakarta: Erlangga.

Hurriyati, R. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: ALFABETA.

Jefkins, F. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga

Kotler, P, 1997. Marketing Management:Analysis, Planing, Implementation and Control, 9th . Prentice Hall. Upper Sadle Riverss. New Jersey

Kotler, Philip & Amstrong. 2001. Prinsip – Prinsip Pemasaran (Edisi Delapan), Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran (Edisi Kesebelas) Jilid 1. Jakarta: PT. INDEKS.

Lumintang, A.A. 2013. “Marketing Mix Pengaruhnya terhadap Loyalitas Konsumen Sabun Mandi Lifebouy Di Kota Manado”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.1 No.3, Hal. 140-150, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa (Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Empat

Luthermedia. 2006. Emotional Branding. Di akses pada 11 Mei 2016 melalui http://www.luthermedia.com/emotional-branding/

Mabunda. 2012. What is emotional learning. Di akses pada 11 Mei 2016 melalui http://www.smartinsights.com/online-brand-strategy/emotional-branding-means-customers-stay-loyal-for-the-long-haul/

(37)

Pantene. 2016. Sejarah Pantene. Diakses pada 23 Maret 2016 melalui

http://www.pantene.co.id/id-id/masalah-rambut-solusinya/sejarah-pantene Papalia, D.E., Olds. S.W., & Feldman R. D. 2009. Human Development 10th ed. New

York : McGraw Hill. Companies.

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., & Berry, L.l. 1988. ’Servqual: a multiple - item scale for measuring consumer perception of service quality’. Jornal of Retailing, vol. 64, no. 1, pp. 12–40.

Setiadi, G., Djoko, H.W., & Ngatno. 2015. “Pengaruh Emotional Branding, Nilai Pelanggan dan Citra Merek terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Kepuasan Pelanggan J.CO Java Mall Semarang”. Jurnal Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro.

Siregar, M.M., & Ir. Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA

Swa. 2013. Pantene Terus Berinovasi untuk Wujudkan Rambut Sehat. Diakses pada 23 Maret 2016 melalui http://swa.co.id/swa/headline/pantene-terus-berinovasi-untuk-wujudkan-rambut-sehat

Tjiptono, F. 2001. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.

Wahyunigrum, D.P. 2012. “Pengaruh Sikap Konsumen pada Komponen Emotional Branding Starbucks Coffee terhadap Loyalitas Konsumen”. Skripsi Universitas Atmajaya

Wibowo, L. B. 2010. “Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen”, Skripsi Universitas Sebelas Maret

Wijayanti, I.D.S. 2008. Manajemen. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Wijayanto, A & Narullaili. 2013. “Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi

Loyalitas Konsumen Tupperware”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.3 No.1, Hal. 89-97, Universitas Diponegoro

(38)

Wikipedia. 2014. Barang Konsumen yang Bergerak Cepat. Di akses pada 23 Maret 2016 melalui

https://id.wikipedia.org/wiki/Bar1ang_konsumen_yang_bergerak_cepat Wikipedia. 2016. Emotional Branding. Di akses pada 11 Mei 2016 melalui

https://en.wikipedia.org/wiki/Emotional_branding.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif non eksperimental. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat ex post facto yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk pantene.

3.1Identifikasi Variabel

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga nantinya diperoleh informasi mengenai hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Hatch dan Farhandy (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa secara teoritis variabel dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang memiliki variasi antara satu sama lain. Berdasarkan pengertian-pengertian ini dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut seseorang atau objek yang memiliki variasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya.

(40)

a. Variabel Independen

Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini sering disebut variabel bebas, stimulus, prediktor, atau antecendent (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah emotional branding.

b. Variabel Dependen

Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel ini sering disebut variabel terikat, output, kriteria, atau konsekuen (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah loyalitas konsumen.

c. Variabel Kontrol

(41)

3.2Definisi Operasional

Dalam pelaksanaan penelitian, batasan atau defenisi suatu variabel tidak boleh memiliki makna ganda atau tidak menunjukkan indikator yang jelas. Hal ini disebabkan karena data mengenai variabel yang bersangkutan akan diambil melalui suatu prosedur pengukuran dan pengukuran yang valid hanya dapat dilakukan pada atribut yang sudah didefenisikan dengan tegas dan operasional. Karena variabel yang masih berupa konsep teoritis belum dapat diukur, maka kita membutuhkan defenisi yang memiliki arti tunggal dan dapat diterima secara objektif yang disebut dengan defenisi operasional. Defenisi operasional adalah suatu defenisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik dari variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2013).

1. Loyalitas Konsumen

(42)

membeli seluruh lini produk dan jasa, konsumen mau merekomendasikan produk atau jasa, dan konsumen menunjukkan kekebalan dari dari daya tarik produk pesaing sejenis. Pengukuran loyalitas konsumen diukur melalui skala loyalitas yang disusun berdasarkan karakteristik diatas. Skor yang diperoleh dari skala akan menunjukkan kuat atau lemahnya loyalitas konsumen. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala, maka loyalitas konsumen semakin kuat. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dari skala, semakin lemah pula loyalitas konsumen.

2. Emotional Branding

Emotional branding adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan atau

(43)

adalah imajinasi, yaitu kemampuan perusahaan atau pemasar untuk mendesain produk dan atribut lainnya tentang produk secara imajinatif. Aspek keempat adalah visi, yaitu kemampuan perusahaan atau pemasar untuk terus memelihara merek, mengikuti perkembangan zaman, dan terus memperbarui diri. Skor yang diperoleh dari skala akan menunjukkan kuat atau lemahnya emotional branding. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala, maka

emotional branding semakin kuat. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh dari skala, semakin lemah pula emotional branding.

3. Wanita

Dalam penelitian ini, seseorang dikatakan memliki jenis kelamin wanita apabila di dalam Kartu Tanda Pengenal (KTP) menunjukkan bahwa ia berjenis kelamin wanita.

3.3Subjek Penelitian

1. Populasi

(44)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena sampel merupakan bagian dari populasi maka ia harus memiliki karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Azwar, 2013). Karakteristik Sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah :

1. Telah membeli produk shampo pantene lebih dari lima kali

Berdasarkan judul dari penelitian ini yaitu efek dari emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita, maka subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah yang telah mengunakan produk pantene lebih dari lima kali untuk melihat loyalitasnya terhadap produk ini. Karena berdasarkan teori konsumen yang loyal melakukan pembelian berulang namun tidak dijelaskan dalam jumlah yang pasti, maka peneliti berasumsi bahwa konsumen yang memakai produk lebih dari lima kali sudah loyal terhadap produk.

2. Telah melihat iklan shampo pantene

(45)

3. Berjenis kelamin wanita

(46)

4. Berusia diatas 20 tahun

Usia ini termasuk kedalam usia dewasa dimana salah satu ciri seseorang yang berada dalam masa dewasa adalah memiliki kognitif yang lebih matang. Pada masa ini, seseorang dianggap memiliki pemikiran pascaformal (postformal thought), yaitu kemampuan berpikir matang yang bergantung pada

pengalaman subjektif dan intuisi serta logika, yang berguna dalam menghadapi ambiguitas, ketidakpastian, inkonsistensi, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan kompromi (Papalia, Old, & Feldman, 2009). Menurut Jean Sinnot (dalam Papalia Old, & Feldman, 2009) ada beberapa kriteria pemikiran pascaformal. Salah satu kriteria itu adalah Pragmatism yaitu kemampuan memilih yang terbaik dari solusi logis yang mungkin dan mengenali kriteria pemilihan. Berdasarkan fungsi kongnitif dewasa yang telah dijelaskan diatas, orang yang berada pada usia dewasa diharapkan mampu memutuskan untuk menggunakan suatu produk berdasarkan logikanya sendiri dan berdasarkan pengalamannya sendiri.

3. Sampling

(47)

(Azwar, 2013). Teknik sampel yang digunakan adalah quota sampling. Teknik ini menentukan sampel dari populasi tertentu yang memiliki ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya sampai jumlah kuota yang diinginkan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini karena jumlah populiasi infinit (tidak diketahui) maka jumlah sampel ditentukan dengan rumus Issac Michael. Dari rumus tersebut didapat bahwa jumlah sampel yang harus diambil ada 323 orang.

3.4Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan dalam penelitian bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 2013). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala sikap likert. Skala sikap ini disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek. Skala ini nantinya akan berisi pernyataan-pernyataan tentang objek sikap. Skala sikap yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu :

3.4.1 Skala Loyalitas konsumen

(48)

pantene, konsumen mau membeli seluruh lini produk dan jasa, konsumen mau

merekomendasikan produk, dan konsumen menunjukkan kekebalan dari dari daya tarik produk pesaing sejenis.

Tabel 3.1 Blue Print Skala Loyalitas Konsumen Sebelum Uji Coba

Variabel Karakteristik Favorable Unfavorable Jumlah

Loyalitas Konsumen

Melakukan pembelian ulang

1,9 5,13 4

Membeli seluruh lini poduk

2,6 10,14 4

Merekomendasikan produk

3,11 7,15 4

Kebal dari daya tarik pesaing

4,12 8,16 4

Jumlah 8 8 16

(49)

pernyataan yang tidak sesuai atau tidak mendukung atribut yang diukur (Azwar, 2012).

Setiap aitem terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable dan dari 1 sampai 5 untuk aitem unfavorable.

Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban Skala Loyalitas Konsumen

Favorable Unfavorable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

(50)

Tabel 3.3 Kategorisasi Norma Skala Loyalitas Konsumen

Kategori Rentang Nilai

Loyal X > (M + 1SD)

Cukup loyal (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Tidak loyal X < (M – 1SD)

3.4.2 Skala Emotional Branding

Skala emotional branding yang disusun berdasarkan empat aspek dari emotional branding yang dikemukakan oleh Gobe (2001). Aspek tersebut

(51)

Tabel 3.4 Blue Print Skala Emotional Branding Sebelum Uji Coba

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Emotional

Branding

Hubungan 1,5,9,17 13,21,25 7

Pengalaman pancaindera

6,10,14,26 2,18,22 7

imajinasi 3,7,15,19,23 11,27 7

Visi 4,8,12,20 16,28,24 7

Jumlah 17 11 28

Skala ini terdiri dari pernyataan yang berbentuk favorable dan unfavorable. Pernyataan favourable merupakan pernyataan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pernyataan yang tidak sesuai atau tidak mendukung atribut yang diukur (Azwar, 2012).

(52)

Tabel 3.5 Skor Alternatif Jawaban Skala Emotional Branding

Favorable Unfavorable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

Pengklasifikasian emotional branding pada produk pantene dilakukan dengan cara mencari mean dan standar deviasi. Klasifikasi emotional branding pada produk pantene dibuat menjadi tiga kategori norma, yaitu baik, cukup, dan buruk berdasarkan rumus berikut.

Tabel 3.6 Kategorisasi Norma Skala Emotional Branding

Kategori Rentang Nilai

Baik X > (M + 1SD)

Cukup (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

(53)

3.5Uji Coba Alat Ukur

3.5.1 Validitas Alat Ukur

Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid adalah apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang diukur (Sugiyono, 2012). Dengan demikian, suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (construct validity). Untuk menguji validitas ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksikan berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur maka kemudian akan dikonsultasikan dengan ahli. Setelah instrumen disetujui oleh ahli maka dilakukan uji coba instrumen (Sugiyono, 2012).

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur

(54)

kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis yang didapatkan akan digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2012).

3.5.3 Uji Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem adalah koefisien korelasi aitem total, yaitu koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala total, yang menunjukkan kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala (Azwar, 2012). Pengujian ini dapat dilakukan dengan komputasi koefisien regresi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien regresi linier ganda, yang dianalisis dengan bantuan komputerisasi SPSS 17.0 for Windows. Prosedur pengujian ini nantinya akan menghasilkan koefisien regresi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2012).

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total menggunakan batasan rix 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal

0,30, dianggap memiliki daya diskriminasi yang memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0,30 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya

(55)

3.6Hasil Uji Coba Alat ukur

Dalam penelitian ini, uji coba alat ukur dilakukan terhadap 50 orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan instrumen penelitian yang sesungguhnya.

1. Hasil Uji Coba Skala Loyalitas Konsumen

Jumlah aitem pada skala loyalitas konsumen yang diujicobakan adalah 16 aitem. Dari hasil uji coba, 1 aitem gugur karena memiliki daya diskriminasi aitem lebih kecil dari 0,3 yaitu aitem nomor 7. Hasil uji coba skala loyalitas

konsumen menunjukkan bahwa skala ini memiliki koefisien α = 0,876 dengan

(56)

Tabel 3.7 Blue Print Skala Loyalitas Konsumen Setelah Uji Coba

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Loyalitas

2. Hasil Uji Coba Skala Emotional Branding

(57)

digunakan dalam penelitian ini adalah aitem favorabel dan unfavorabel yang berjumlah 21 aitem. Namun, peniliti mengugurkan beberapa aitem demi mempersingkat skala penelitian. Aitem-aitem yang berasal dari aspek yang sama dan memiliki arti yang hampir sama digugurkan, sehingga dalam skala ini hanya tersisa 12 aitem. Distribusi aitem-aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Blue Print Skala Emotional Branding Setelah Uji Coba

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Emotional

Branding

Hubungan 9,17 - 2

Pengalaman pancaindera

10,14,26 - 3

Imajinasi 3,7,15,19 - 4

Visi 8,12,20 - 3

Jumlah 12 0 12

3.7Prosedur Pelaksanaan Penelitian

(58)

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap, yaitu: a. Pembuatan alat ukur

Proses pembuatan alat ukur dimulai dengan menentukan aspek dari loyalitas konsumen dan emotional branding. Setelah aspek ditentukan, langkah selanjutnya adalah merumuskan indikator yang menggambarkan aspek pada tiap variabel dan kemudian menuangkannya ke dalam sejumlah aitem.

b. Evaluasi alat ukur

(59)

c.Revisi alat ukur

Setelah melakukan evaluasi, tahap selanjutnya adalah peneliti menguji reliabilitas dan daya beda aitem skala dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Aitem-aitem yang memenuhi syarat tetap dipertahankan dan yang

tidak memenuhi syarat akan dibuang.

2. Tahap pelaksanaan

Setelah alat ukur selesai diuji coba dan direvisi, peneliti kemudian melakukan pengambilan data pada populasi yang telah ditentukan. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 04 Oktober 2016 sampai 12 Oktober 2016.

3. Tahap pengolahan data

Setelah data dari semua subjek terkumpul, kemudian data akan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows.

3.8Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Analisa data deskriptif

(60)

2013). Penyajian data deskriptif biasanya berbentuk frekuensi dan presentase, tabulasi silang, dan berbagai bentuk grafik. Dalam penelitian ini analisa deskriptif berupa data mean dan standar deviasi yang digunakan untuk mengetahui kategorisasi loyalitas konsumen dan emotional branding pada konsumen wanita produk shampo pantene. Analisa data deskriptif pada penelitian menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

2. Analisa data inferensial

Analisa data inferensial bertujuan untuk mengambil kesimpulan melalui pengujian hipotesis (Azwar, 2013). Analisa inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi linier sederhana. Analisa regresi linier sederhana digunakan untuk memprediksi seberapa jauh nilai perubahan variabel dependen, apabila nilai variabel independen dimanipulasi atau dinaik-turunkan (Sugiyono, 2012).

Sebelum analisa regresi dilakukan peneliti, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan linearitas.

1. Uji normalitas

(61)

generalisasi hasil analisis data sampel. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan PP Plot dalam program SPSS 17.0 for Windows.

2. Uji linearitas

(62)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan pada bab ini meliputi gambaran umum subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian berupa pengujian hipotesis, dan hasil tambahan berupa deskripsi data penelitian yang turut memperkaya hasil penelitian.

4.1Analisa Data

4.1.1 Analisa Data Deskriptif

1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Emotional Branding dan

Variabel Loyalitas Konsumen

a. Deskripsi data Emotional Branding

(63)

Tabel 4.1 Hasil Data Hipotetik dan Data Empirik Emotional Branding

Variabel N

Data Hipotetik Data Empirik

Skor

Mean SD

Skor

Mean SD

Min Maks Min Maks

Emotional

Branding

323 12 60 36 7 23 60 45.89 5.215

Dari tabel di atas, diketahui bahwa mean hipotetik emotional branding adalah 36, dengan standar deviasi sebesar 7. Mean empirik emotional branding adalah 45.89, dengan standar deviasi 5.215. Jika dilihat perbandingan antara mean hipotetik dengan mean empirik pada variabel emotional branding, maka diperoleh mean empirik lebih besar dari mean hipotetik dengan selisih sebesar 9.89. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi subjek tentang emotional branding pada shampo pantene lebih positif daripada populasi pada umumnya.

a) Kategorisasi Data Emotional Branding

(64)

Tabel 4.2 Norma Kategorisasi Emotional Branding

Kategori Rentang Nilai

Baik X > (M + 1SD)

Cukup (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Buruk X < (M – 1SD)

Besar mean hipotetik emotional branding adalah 36 dengan standar deviasi 7 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel 4.3 Kategorisasi Data Emotional Branding

Kategori

Rentang

Nilai

N

Persentase

(%)

Dewasa

Awal

Dewasa

Tengah

Baik X >43 226 70% 209 17

Cukup 29≤ X ≤43 95 29% 92 3

Buruk X <29 2 1% 2 0

(65)

Pada data penelitian emotional branding, mean empirik sebesar 45.89 yang berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi subjek penelitian mengenai emotional branding pada produk shampo pantene berada pada kategori baik. Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 70% subjek yang memiliki persepsi bahwa emotional branding pada produk shampo pantene berada pada kategori baik, 29% subjek memiliki persepsi bahwa emotional branding pada produk shampo pantene berada pada kategori cukup, dan 1% subjek memiliki persepsi bahwa

emotional branding pada produk shampo pantene berada pada kategori buruk.

b) Deskripsi Data Aspek-aspek Emotional Branding

(66)

Tabel 4.4 Deskripsi Data Aspek-aspek Emotional Branding

c) Kategorisasi Data Aspek-Aspek Emotional Branding

Kategorisasi data aspek-aspek emotional branding akan dilakukan dalam tiga kategori dengan menggunakan rumus mean dan standar deviasi sebagai berikut.

Aspek N

Data Hipotetik Data Empirik

Skor

Mean SD

Skor

Mean SD

Min Maks Min Maks

Hubungan 323 2 10 6 1 4 10 7.38 1.13

4 Pengalaman

Pancaindera 323 3 15 9

2 5 15 11.72 1.68

6

Imajinasi 323 4 20 12 3 7 20 14.96 2.02

1

Visi 323 3 15 9 2 6 15 11.83 1.57

(67)

Tabel 4.5 Norma Kategorisasi Data Aspek-Aspek Emotional Branding

Kategori Rentang Nilai

Baik X > (M + 1SD)

Cukup (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Buruk X < (M – 1SD)

1. Kategorisasi Data Aspek Hubungan

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap aspek hubungan pada emotional branding shampo pantene.

Tabel 4.6 Kategorisasi Data Aspek Hubungan

Aspek Hubungan

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Baik X >7 175 54%

Cukup 5 ≤ X ≤ 7 144 45%

Buruk X < 5 4 1%

(68)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 54% subjek memiliki persepsi bahwa hubungan yang dibangun shampo pantene baik, 45% subjek memiliki persepsi bahwa hubungan yang shampo pantene cukup, dan tidak 1% subjek memiliki persepsi bahwa hubungan yang dibangun shampo pantene buruk.

2. Kategorisasi Data Aspek Pengalaman Pancaindera

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap aspek pengalaman pancaindera pada emotional branding shampo pantene.

Tabel 4.7 Kategorisasi Data Aspek Pengalaman Pancaindera

Aspek Pengalaman Pancaindera

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Baik X >11 294 91%

Cukup 7 ≤ X ≤ 11 27 8%

Buruk X < 7 2 1%

Total 323 100

(69)

subjek memiliki persepsi bahwa pantene cukup menyediakan pengalaman pancaindera, dan 1% subjek memiliki persepsi bahwa pantene menyediakan pengalaman pancaindera yang buruk.

3. Kategorisasi Data Apek Imajinasi

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap aspek hubungan pada imajinasi shampo pantene.

Tabel 4.8 Kategorisasi Data Aspek Imajinasi

Aspek Imajinasi

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Imajinatif X >15 126 39%

Cukup imajinatif 9≤ X ≤15 195 60%

Tidak imajinatif X < 9 2 1%

Total 323 100

(70)

persepsi bahwa pantene mendesain produk dan atributnya cukup imajinatif, dan 1% memiliki persepsi bahwa pantene mendesain produk dan atributnya tidak imajinatif

4. Kategorisasi Data Apek Visi

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap aspek visi pada emotional branding shampo pantene.

Tabel 4.9 Kategorisasi Data Aspek Visi

Aspek Visi

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Baik X >11 214 66%

Cukup 7≤ X ≤11 108 33%

Buruk X < 7 1 1%

Total 323 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 66% subjek memiliki persepsi bahwa pantene memiliki visi yang baik, 33% subjek memiliki persepsi bahwa pantene memiliki visi yang cukup, dan 1% subjek memiliki persepsi bahwa

(71)

b. Deskripsi Data Loyalitas Konsumen

Berdasarkan data penelitian, maka data empirik dan data hipotetik variabel loyalitas konsumen adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10 Deskripsi Data Loyalitas Konsumen

Variabel N

Data Hipotetik Data Empirik

Skor

Mean SD

Skor

Mean SD

Min Maks Min Maks

loyalitas Konsumen

323 4 20 12 3 8 20 14.93 2.542

(72)

a) Kategorisasi Data Loyalitas Konsumen

Kategorisasi loyalitas konsumen akan dilakukan dalam tiga kategori dengan menggunakan rumus mean dan standar deviasi sebagai berikut.

Tabel 4.11 Norma Kategorisasi Data Loyalitas Konsumen

Kategori Rentang Nilai

Loyal X > (M + 1SD)

Cukup Loyal (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Tidak Loyal X < (M – 1SD)

(73)

Tabel 4.12 Kategorisasi Data Loyalitas Konsumen

Pada data penelitian loyalitas konsumen, mean empirik sebesar 14.93 yang berada pada kategori loyalitas yang cukup loyal. Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas konsumen pantene yang menjadi subjek penelitian berada pada kategori cukup loyal. Tabel di atas menunjukkan bahwa 41% subjek penelitian loyal terhadap shampo pantene, 58% subjek memiliki loyalitas yang berada pada kategori cukup loyal terhadap shampo pantene, dan 1% subjek tidak loyal terhadap shampo pantene.

b) Deskripsi Data Karakteristik Loyalitas Konsumen

(74)

Tabel 4.13 Deskripsi Data Karakteristik Loyalitas Konsumen

c) Kategorisasi Data Karakteristik Loyalitas Konsumen

(75)

Tabel 4.14 Norma Kategorisasi Data Karakteristik Loyalitas Konsumen

Kategori Rentang Nilai

Loyal X > (M + 1SD)

Cukup loyal (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Tidak loyal X < (M – 1SD)

1. Kategorisasi Data Karakteristik Melakukan Pembelian Ulang

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap karakteristik melakukan pembelian ulang.

Tabel 4.15 Kategorisasi Data Karakteristik Melakukan Pembelian Ulang

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Selalu X > 4 107 33%

Kadang-kadang 2 ≤ X ≤ 4 216 67%

Tidak X < 2 0 0%

(76)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 33 % subjek selalu melakukan pembelian ulang terhadap shampo pantene, 67% subjek kadang-kadang melakukan pembelian ulang terhadap shampo pantene, dan tidak ada subjek yang tidak melakukan pembelian ulang.

2. Kategorisasi Data Karakteristik Mau Membeli Seluruh Lini Produk Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap karakteristik mau membeli seluruh lini produk.

Tabel 4.16 Kategorisasi Data Karakteristik Mau Membeli Seluruh

Lini Produk

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Sangat mau membeli seluruh lini produk

X > 4 60 18%

Cukup mau membeli

seluruh lini produk

2 ≤ X ≤ 4 234 81%

Tidak mau membeli

seluruh lini produk

X < 2 29 1%

(77)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 18 % subjek sangat mau membeli seluruh lini produk shampo pantene, 81% subjek cukup mau membeli seluruh lini produk shampo pantene, dan 1% subjek tidak mau membeli seluruh lini produk shampo pantene.

3. Kategorisasi Data Karakteristik Mau Merekomendasikan Produk Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap karakteristik mau merekomendasikan produk.

Tabel 4.17 Kategorisasi Data Karakteristik Mau Merekomendasikan

Produk

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Sangat mau

merekomendasikan produk

X > 4 32 10%

Cukup mau

merekomendasikan produk

2 ≤ X ≤ 4 288 89%

Tidak mau

merekomendasikan produk

X < 2 3 1%

(78)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 10% subjek sangat mau merekomendasikan produk shampo pantene, 89% subjek cukup mau merekomendasikan produk shampo pantene, dan 1% subjek tidak mau merekomendasikan produk shampo pantene.

4. Kategorisasi Data Karakteristik Kebal dari Daya Tarik Pesaing

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian terhadap karakteristik kebal dari daya tarik pesaing.

Tabel 4.18 Kategorisasi Data Karakteristik Kebal dari Daya Tarik

Pesaing

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Kebal dari daya tarik pesaing

X >4 51 16%

Cukup kebal dari daya tarik pesaing

2 ≤ X ≤ 4 269 83%

Tidak kebal dengan daya tarik pesaing

X < 2 3 1%

(79)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 16% subjek kebal terhadap daya tarik pesaing dari shampo pantene, 83% subjek cukup kebal terhadap daya tarik pesaing dari shampo pantene, dan 1% subjek tidak kebal terhadap daya tarik pesaing dari shampo pantene.

2. Gambaran Umum Subjek

Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan adalah individu berusia diatas 20 tahun yang sudah berulang kali melakukan pembelian ulang pada shampo pantene. Dari 323 jumlah subjek penelitian yang diteliti, diperoleh gambaran subjek penelitian berdasarkan usia dan pendidikan terakhir.

a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

(80)

Tabel 4.19 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentasi

(%)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa subjek penelitian yang berada pada usia dewasa awal berjumlah 303 orang (94%), subjek penelitian yang berada pada usia dewasa tengah berjumlah 20 orang (6%) dan tidak ada subjek yang berada pada usia dewasa akhir.

(81)

58% dan berada pada kategori cukup loyal. Hal ini berarti bahwa subjek yang berada pada usia dewasa awal dalam penelitian ini memiliki persepsi baik terhadap emotional branding pada shampo pantene dan cukup loyal pada shampo pantene.

Nilai skor kategorisasi emotional branding oleh subjek yang berada pada usia dewasa tengah sebesar 85% dan berada kategori baik. Skor kategorisasi loyalitas konsumen yang berada pada usia dewasa tengah sebesar 50% dan berada pada kategori cukup loyal. Hal ini berarti bahwa subjek yang berada pada usia dewasa tengah dalam penelitian ini juga memiliki persepsi baik terhadap emotional branding pada shampo pantene dan cukup loyal pada shampo pantene.

(82)

b. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berikut tabel yang menunjukkan gambaran subjek penelitian yang didasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4.20 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan

(83)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa subjek penelitian yang memiliki pendidikan terakhir SMA berjumlah 222 orang (69%), D3 berjumlah 21 orang (6%), S1 berjumlah 73 orang (23%) dan S2 berjumlah 7 orang (2%).

Nilai skor kategorisasi emotional branding oleh subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 66% dan berada pada kategori baik. Skor kategorisasi loyalitas konsumen yang yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 57% dan berada pada kategori cukup loyal. Hal ini berarti bahwa subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMA dalam penelitian ini memiliki persepsi baik terhadap emotional branding pada shampo pantene dan cukup loyal pada shampo pantene.

Nilai skor kategorisasi emotional branding oleh subjek yang yang memiliki pendidikan terakhir D3 sebesar 76% dan berada kategori baik. Skor kategorisasi loyalitas konsumen yang yang memiliki pendidikan terakhir D3 sebesar 67% dan berada pada kategori cukup loyal. Hal ini berarti bahwa subjek yang yang memiliki pendidikan terakhir D3 dalam penelitian ini juga memiliki persepsi baik terhadap emotional branding pada shampo pantene dan cukup loyal pada shampo pantene.

(84)

sebesar 59% dan berada pada kategori cukup loyal. Hal ini berarti bahwa subjek yang yang memiliki pendidikan terakhir S1 dalam penelitian ini juga memiliki persepsi baik terhadap emotional branding pada shampo pantene dan cukup loyal pada shampo pantene.

Nilai skor kategorisasi emotional branding oleh subjek yang yang memiliki pendidikan terakhir S2 sebesar 71% dan berada kategori baik. Skor kategorisasi loyalitas konsumen yang yang memiliki pendidikan terakhir S2 sebesar 57% dan berada pada kategori cukup loyal. Hal ini berarti bahwa subjek yang yang memiliki pendidikan terakhir S2 dalam penelitian ini juga memiliki persepsi baik terhadap emotional branding pada shampo pantene dan cukup loyal pada shampo pantene.

Dari skala penelitian terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian yang memiliki pendidikan terakhir SMA mempersepsikan salah satu aspek emotional branding yaitu imajinasi berada dalam kategori baik. Hal ini berarti

(85)

perlu adanya usaha agar subjek penelitian yang berada pada kategori ini merasa desain produk sudah imajinatif.

4.1.2 Hasil Uji Asumsi

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. Sebelum melakukan analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana distribusi data penelitian. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linieritas.

1. Uji normalitas

Dalam uji ini, dilakukan uji normalitas sebaran yaitu pengujian apakah data sampel yang diambil telah mengikuti sebaran distribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode statistik P-Plot. Data dikatakan terdistribusi normal apabila data menyebar disekitar

(86)
(87)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa grafik histogram maupun grafik plot memberikan pola distribusi yang mengarah ke kanan. Hal ini berarti data berdistribusi normal. Selanjutnya, pada gambar P-Plot terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji linearitas

(88)

atau nilai p untuk deviation from linearity > 0,05. Hasil uji linearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21 Hasil Uji Asumsi Linearitas

F Linearity Deviation from

liearity

Keterangan

142,847 0,000 0,073 Linear

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai p untuk linearity < 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan nilai p untuk deviation from linearity>

0,05, yaitu sebesar 0,073. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa emotional branding berhubungan secara linear dengan loyalitas konsumen.

4.1.3 Hasil Utama Penelitian (Analisa Data Inferensial)

(89)

1. Statistik Deskriptif

Tabel 4.22 Hasil Statistik Deskriptif

Variabel Mean Kategori

Loyalitas Konsumen 14.93 Cukup loyal

Emotional Branding 45.89 Baik

Statistik deskriptif berisi informasi mengenai besarnya rata-rata prediksi variabel loyalitas konsumen dan emotional branding beserta kategorisasinya. Besarnya rata-rata prediksi loyalitas konsumen adalah 14.93, hal ini berarti subjek penelitian dalam penelitian ini berada pada kategori cukup loyal. Besarnya rata-rata emotional branding adalah 45.89, hal ini berarti emotional branding yang dilakukan pantene menurut persepsi konsumen

berada pada kategori baik.

2. Koefisien Determinasi

Tabel 4.23 Hasil Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

(90)

Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelari (R) yaitu sebesar 0.548. tabel diatas juga menjelaskan besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel loyalitas konsumen yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel emotional branding. Koefisien determinasi juga digunakan uuntuk menghitung besarnya

peranan atau pengaruh variabel emotional branding terhadap loyalitas konsumen. Berdasarkan tabel diatas, nilai R Square (R2) adalah sebesar 0,300 atau sama dengan 30%. Hal ini berarti bahwa variabel emotional branding memberikan pengaruh sebesar 30% terhadap loyalitas konsumen. Sedangkan sisanya 70% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(91)

3. Analisis Varians (ANOVA)

Tabel 4.24 Hasil Uji Analisis varians (ANOVA)

Model Sum of Squares df

Mean

Square

F Sig.

1 Regression 624.045 1 624.045 137.538 .000

Residual 1456.457 321 4.537

Total 2080.502 322

Uji Analisis Varians (ANOVA) berfungsi untuk mengetahui apakah model regresi dalam penelitian ini layak dipercaya dan diterima. Ketentuan angka probabilitas yang baik untuk digunakan sebagai model regresi ialah <0,05. Berdasarkan tabel diatas, uji ANOVA menghasilkan angka F sebesar 137,538 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena angka probabilitas 0,000 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak untuk digunakan dalam memprediksi loyalitas konsumen.

(92)

Nilai F tabel sebesar 3,89 maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa emotional branding berpengaruh dengan loyalitas konsumen.

4. Koefisien Regresi

Tabel 4. 25 Hasil Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1(Constant) 2.681 1.051 2.550 .011

Emotional

Branding

.267 .023 .548 11.728 .000

Persamaan garis regresi linear sederhana adalah Y = a + bX dengan Y melambangkan loyalitas konsumen, X melambangkan emotional branding, a merupakan harga konstan ketika X = 0, dan b merupakan koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen.

(93)

Koefisien regresi 0,267 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 satuan emotional branding akan meningkatkan loyalitas konsumen shampo pantene sebesar 0,267.

Untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak maka dilakukan uji t untuk menguji signifikansi konstanta variabel emotional branding yang digunakan sebagai prediktor untuk loyalitas konsumen. Dengan  = 0,05 dan df = 321, didapatkan nilai t tabel sebesar 1,960. Berdasarkan tabel diatas, nilai t hitung variabel kualitas pelayanan sebesar 11,728 > t tabel sebesar 1,960 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi dalam penelitian ini signifikan.

4.2Pembahasan

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, menciptakan loyalitas konsumen merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan. Loyalitas konsumen merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Mendapatkan konsumen yang loyal akan menghasilkan berbagai keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan agar konsumen tertarik pada produk yang ditawarkan dan kemudian loyal kepada produk tersebut. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan loyalitas konsumen adalah dengan melakukan emotional branding. Dengan melakukan Emotional branding diharapkan suatu perusahaan dapat membentuk hubungan

(94)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti ingin menguji apakah terdapat pengaruh emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk shampo

pantene seperti yang telah dijelaskan oleh teori diatas. Hipotesis penelitian dalam

penelitian ini adalah ada pengaruh emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk shampo pantene. Hasil analisis data mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa emotional branding memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk shampo pantene. Arti dari hipotesis penelitian ini adalah semakin baik emotional branding yang dilakukan maka semakin tinggi loyalitas konsumen, sebaliknya, semakin buruk emotional branding yang dilakukan maka semakin rendah loyalitas konsumen.

Hasil penelitian mengenai pengaruh emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk shampo pantene menunjukkan bahwa hipotesa alternatif penelitian diterima (p < 0,05) dengan nilai r sebesar 0,548, yaitu ada pengaruh emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk shampo pantene. Hal ini berarti bahwa semakin emotional branding dipersepsi baik oleh konsumen, maka konsumen juga akan semakin loyal dengan shampo pantene.

(95)

dan konsumen. Ketika konsumen merasa terikat dengan suatu merek maka konsumen cenderung loyal kepada suatu produk dan terus melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Wijanarka, Suryoko, dan Widiartanti (2014) yang mencoba melihat pengaruh emotional branding dan experiental marketing terhadap loyalitas konsumen

melalui brand trust dan kepuasan pelanggan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa emotional branding memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen baik secara langsung maupun melalui variabel brand trust dan kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Setiadi, Djoko, dan Ngatno (2015) yang melihat pengaruh emotional branding, nilai pelanggan, dan citra merek terhadap loyalitas konsumen melalui

kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel ini memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen. Namun, emotional branding memiliki pengaruh yang paling kuat baik terhadap kepuasan pelanggan maupun loyalitas konsumen. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa emotional branding memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen.

(96)

sisanya yaitu 70% loyalitas konsumen dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Berdasarkan tingkat kategorisasi emotional branding pada pengguna shampo pantene diperoleh mean empirik sebesar 45.89. Bila nilai ini dikategorisasikan

menurut norma kategorisasi emotional branding, maka diperoleh bahwa rata-rata persepsi emotional branding subjek penelitian berada dalam kategori baik. Artinya, sebagian besar pengguna shampo pantene memiliki tingkat persepsi yang baik terhadap emotional branding shampo pantene.

Dari hasil analisis deskriptif aspek emotional branding, diperoleh bahwa sebagian besar subjek mempersepsi aspek hubungan, pengalaman pancaindera, dan visi dalam kategori baik. Sedangkan sebagian besar subjek mempersepsi aspek imajinasi dalam kategori cukup. Hal ini berarti bahwa produsen sudah membangun hubungan dengan konsumen dengan baik, sudah mampu menyediakan pengalaman pancaindera bagi konsumen dengan baik, sudah mampu bertahan seiring dengan perkembangan zaman, dan cukup imajinatif dalam mendesain produk dan atribut yang berkaitan dengan produk.

(97)

Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek loyalitas konsumen, diperoleh hasil bahwa sebagian besar subjek penelitian berada dalam kategori cukup pada keempat aspek loyalitas konsumen, yaitu cukup melakukan pembelian ulang pada shampo pantene, cukup mau membeli seluruh lini produk pantene, cukup mau merekomendasikan produk pantene, dan cukup kebal dengan daya tarik pesaing shampo pantene. Guna mendapatkan penjelasan lebih lanjut, peneliti melakukan komunikasi personal dengan subjek penelitian. terpengaruh iklan-iklan shampo lain di televisi, tapi setelah membandingkan hasilnya saya merasa pantene yang paling bisa mengerti kebutuhan rambut saya. Mulai saat itu, ketika ingin membeli shampo saya selalu menggunakan shampo pantene dan tidak ingin membeli shampo lain.”

(Komunikasi Personal, Oktober 2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas diperoleh keterangan bahwa subjek awalnya tertarik dengan shampo pantene melalui iklan yang ada di televisi. Subjek juga merasa aroma yang dihasilkan oleh shampo pantene enak untuk digunakan. Walaupun subjek sempat terpengaruh oleh daya tarik produk shampo lain, subjek akhirnya kembali menggunakan shmapo pantene karena ia merasa pantene yang paling bisa memahami kebutuhan rambutnya. Hal ini berarti subjek

(98)

seperti, iklan yang ditayangkan di televisi sudah mampu membuat konsumen tertarik dan pantene juga berusaha menciptakan aroma yang memiliki ciri khas tersendiri. Berdasarkan hal ini, dapat diartikan bahwa produsen sudah mampu menciptakan pengalaman pancaindera melalui indera mata dan hidung dengan baik. Subjek juga kemudian terus menggunakan shampo pantene hingga sekarang. Hal ini berarti ketika konsumen mempersepsikan emotional branding dengan baik maka ia juga akan loyal dengan produk tersebut.

Hasil penelitian ini harus diinterpretasikan berdasarkan situasi pada saat penelitian berlangsung. Data dikumpulkan pada tanggal 04 oktober 2016 sampai dengan 12 oktober 2016 sehingga hasil yang diperoleh mengenai emotional branding dan loyalitas konsumen shampo pantene menggambarkan fenomena

(99)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan kesimpulan dan saran yang dapat diajukan. Saran yang diajukan adalah saran yang bersifat teoritis dan praktis. Saran teoritis adalah saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan penelitian sejenis di masa mendatang. Saran yang bersifat praktis adalah saran untuk penggunaan yang bersifat praktis.

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh emotional branding terhadap loyalitas konsumen wanita pada produk shampo pantene. Semakin baik emotional branding yang dilakukan maka semakin tinggi loyalitas konsumen.

2. Sumbangan efektif yang diberikan variabel emotional branding terhadap loyalitas konsumen adalah sebesar 30%, yang berarti bahwa emotional branding berpengaruh terhadap loyalitas konsumen sebesar 30%, sedangkan

sisanya 70% dipengaruhi oleh faktor lain.

(100)

branding pada produk shampo pantene berada pada kategori baik, 29% subjek

memiliki persepsi bahwa emotional branding pada produk shampo pantene berada pada kategori cukup, dan 1% subjek memiliki persepsi bahwa emotional branding pada produk shampo pantene berada pada kategori buruk.

4. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada loyalitas konsumen, diperoleh hasil bahwa terdapat 41% subjek penelitian loyal terhadap shampo pantene, 58% subjek memiliki loyalitas yang berada pada kategori cukup loyal terhadap shampo pantene, dan 1% subjek tidak loyal terhadap shampo pantene.

5.2Saran

1. Saran Metodologis

Gambar

Tabel 3.1  Blue Print Skala Loyalitas Konsumen Sebelum Uji Coba
Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban Skala Loyalitas Konsumen
Tabel 3.4  Blue Print Skala Emotional Branding Sebelum Uji Coba
Tabel 3.6 Kategorisasi Norma Skala Emotional Branding
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan nilai R 2 sebesar 0,504 menunjukkan bahwa meskipun ada hubungan yang kuat antara emotional branding dengan loyalitas konsumen, namun sumbangsih pengaruh variabel

“ Faktor-Faktor yang berpengaruh pada Loyalitas Pembentuk Experiential Marketing dan Emotional Branding Konsumen Ultramilk di Kota Bogor ” dengan baik. Skripsi ini

definisi tersebut merupakan salah satu bentuk dari cafe yang pelayanannya menggunakan sistem self service, untuk menerapkan emotional branding didalam sebuah cafe dapat meliputi

Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Persepsi Harga dan Kepercayaan Konsumen terhadap Loyalitas Pelanggan kartu

Tabel 3.23 Persentase distribusi frekuensi loyalitas konsumen 88 Tabel 3.24 Kategorisasi frekuensi loyalitas konsumen 89 Tabel 3.25 Hasil uji korelasi variabel X dan variabel Y 90

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti persoalan pengaruh kualitas pelayanan, nilai yang diharapkan dan kepuasan terhadap loyalitas konsumen

Selain itu untuk mengetahui pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas merek, emotional branding terhadap loyalitas merek dan citra merek terhadap loyalitas

PENGARUH PERSEPSI NILAI, EMOTIONAL BRANDING, KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS PENGGUNA SEPEDA MOTOR SUZUKI DI