• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Kuesioner : Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Medan Tahun 2013

No. Urut

1 . Nama Responden : 2. Umur Responden : 3. Pendidikan terakhir :

4. Pekerjaan Suami : Penghasilan Perbulan :

5. Kehamilan Ke : 6. Umur Kehamilan :

7. Apakah ibu ada memeriksakan kehamilan setiap bulan? 1) Ya

2) Tidak

8. Kemana saja/kepada siapa saja ibu memeriksakan kehamilan ibu pada kehamilan sekarang ini?

1) Posyandu 2) Puskesmas 3) Bidan desa 4) Dokter

9. Apakah Ibu ada diberikan tablet besi? 1) Ya

2) Tidak

10. Berapa tablet besi yang Ibu terima? 1) Ya ≥90

(2)

11. Apakah ibu mengalami gejala 5L (lemah,letih,lesu,lelah,lalai) selama kehamilan ini?

1) Ya 2) Tidak

12. Apakah ibu mengalami kenaikan berat badan? 1) Ya

2) Tidak

13. Hasil pemeriksaan Hb………gr/dl 1) Normal : Hb ≥ 11 gr/dl

2) Anemia : Hb < 11 gr/dl

Formulir Food Frequency

Nama : No.urut :

Nama Bahan Makanan

>1x/ hri

1x/hari 4-6x /mggu

1-3x /mggu

1x/bln Tidak Pernah

Ket 1. Makanan

pokok e) Nasi f) Ubi g) Mie h) Roti

i) Dll (...) 2. Lauk Hewani g) Telur

h) Daging i) Ikan j) Ayam k) Teri l) Udang

m) Dll (...) 3. Lauk Nabati c) Tempe d) Tahu

(3)

h) Daun singkong i) Kangkung j) Bayam

k) Kacang Panjang l) Buncis

m) Sawi n) Tauge

o) Dll (...) 5. Buah-buahan f) Jeruk

g) Pisang h) Pepaya i) Semangka j) Salak k) Jambu l) Dll

6. Makanan Jajanan e) Gorengan f) Kerupuk g) Rujak h) Bakso i) Sate

j) Dll (...) 7. Minuman e) Juice f) Susu g) Teh/kopi h) Sirop

(4)

Food Recall Waktu Makan

Nama Masakan

Bahan Makanan

Jenis Banyaknya

URT gr

Pagi /Jam

Siang/ Jam

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

A. Esse Puji., Sri Satriani, Nadimin, Fathiyatul Fadliyah. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kassi-Kassi. Jurusan Gizi Poltekkes Makasar. STIK Makasar. Makasar.

Akbid Bhakti Husada Mulia Madiun. 2009. Anemia pada Ibu Hamil

Ali Khomsan. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada.

Almatsier Sunita. 2006. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Almatsier Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Anonim. 2012. Kondisi Anemia Yang Sebabkan Kematian Pada Ibu Hamil. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC Aritonang, E. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor : IPB Press

Bahar. 2011. Kondisi Sosial Budaya Berpantangan Makanan dan Implikasinya Pada Kejadian Anemia Ibu Hamil. Info Kesehatan Masyarakat Vol. XI, No.1: 11-18.

Bakta IM, 1994. Anemia dan Kehamilan, Jilid 6 No. 5, Deksa Medika.

Bulkis, A. St, Nurhaedar Jafar, Abdul Salam. 2013. Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Hemoglobin pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa.

Departemen Kesehatan RI. 1999. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1994. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Departemen Kesehatan. 2004. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia.

Departemen Kesehatan. 2005. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. No. 1553/MENKES/SK/XI/2005

Departemen Kesehatan. 2011. Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011. Irianto, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya

Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Krisnatuti, D., & R. Yenrina. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara, Jakarta.

Krisnawati, N. 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi Ibu Hamil Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Wonoayu.

Kusmiyati, Y. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya Mitayani. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Trans Info Media Mochtar, R, 1998. Sinopisis Obstetri. Jilid I, EGC, Jakarta.

(10)

Nasoetion, A.H dan Karyadi. 1991. Vitamin. Jakarta : Gramedia

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Rustan E, Saidin M, Rosmalina Y. Pengaruh penambahan asam folat, vitamin B12, dan B6 pada pil besi terhadap kadar homosistein plasma ibu hamil anemia.

Pen Gizi dan Makanan 2001; (24): 44-50.

Salmah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

Santoso, Soegeng. 2004 Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penelitian Gizi dan Makanan jilid 21

Sediaoetama, A. D. 1993. Ilmu Gizi Jilid II Cetakan Kedua. Jakarta : Dian Rakyat Sediaoetama, A. D. 1999. Ilmu Gizi Jilid II Cetakan Ketiga. Jakarta : Dian Rakyat Sediaoetama, A.D. 1996. Ilmu Gizi Jilid I Cetakan Ketiga. Jakarta : Dian Rakyat Sophia, E. 2009 Kebutuhan Gizi dan Ibu Hamil.

St. Fatimah, Veni Hadju, Burhanuddin Bahar, dan Zulkifli Abdullah. 2011. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kabupaten Maros. Makara Kesehatan Vol. 15 No. 1 hal 31-36.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi Cetakan Kedua. Jakarta : Bumi Aksara

Supariasa, I. D. N, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Thorn. 2003. Kehamilan Sehat. Jakarta : Erlangga

Wirakushuma, E, S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional (potong lintang) yaitu metode penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi sekali saja pada saat penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus - September di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013. Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah:

1. Tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu sekitar 21,7% di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

2. Dari data yang diperoleh dari puskesmas yang lainnya, data dipuskesmas desa lalang ini yang banyak terdapat ibu hamil trimester ketiga yang mengalami kejadian anemia.

3.3 Populasi dan Sampel

(12)

n = N / 1+ N (d²) Dimana : N = Besar Populasi

n = Besar Sample d = 0,10

n = 70 / 1 + 70 (0,10²) = 41

tetapi dalam penelitian ini sample dibulatkan menjadi 50 sample.

3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan terdiri dari : 3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi identitas responden, pola konsumsi pangan ibu hamil yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada ibu hamil dengan menggunakan kuesioner, formulir Food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali, dan formulir frekuensi konsumsi pangan.

Sedangkan data hemoglobin diperoleh dengan melakukan tes dengan alat Easy Touch (Alat tes Glukosa Darah, Kolesterol, dan Hemoglobin). Keakurasian alat easy touch ini 70-80%.

3.4.2 Data Sekunder

(13)

3.5 Definisi Operasional

1. Tingkat kecukupan energi adalah jumlah konsumsi energi dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dibandingkan dengan angka kecukupan energi.

2. Tingkat kecukupan protein adalah jumlah konsumsi protein dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dibandingkan dengan angka kecukupan protein.

3. Tingkat kecukupan zat besi adalah jumlah konsumsi zat besi dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dibandingkan dengan angka kecukupan zat besi. 4. Tingkat kecukupan asam folat adalah jumlah konsumsi asam folat dari makanan

yang dikonsumsi ibu hamil dan dibandingkan dengan angka kecukupan asam folat.

5. Tingkat kecukupan vitamin B12 adalah jumlah konsumsi vitamin B12 dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dibandingkan dengan angka kecukupan vitamin B12.

6. Konsumsi tablet besi adalah banyaknya tablet besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil selama masa kehamilan.

7. Kadar hemoglobin adalah jumlah hemoglobin yang terdapat dalam darah dan dinyatakan dalam satuan gr/dl.

3.6 Aspek Pengukuran

(14)

asam folat. Adapun kriteria untuk kecukupan gizi energi, protein adalah sebagai berikut :

Baik : ≥ 100% AKG Sedang : 80 - 99% AKG Kurang : 70 – 80% AKG Defisit : < 70% AKG

Sedangkan kriteria untuk zat besi, asam folat dan vitamin B12 adalah sebagai berikut :

Baik : ≥ 100% AKG Kurang : < 100% AKG

2. Menurut Supariasa (2002) jenis dan frekuensi makanan diperoleh dengan menggunakan formulir frekuensi konsumsi pangan yang dikategorikan menjadi >1x/hari, 1x/hari, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, 1x/bulan dan tidak pernah.

3. Menurut World Health Organization WHO (2007), kadar hemoglobin di kelompokan pada kriteria sebagai berikut :

Normal : ≥ 11 gr/dl Anemia : < 11 gr/dl

4. Suplementasi tablet besi diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang mencakup jumlah konsumsi tablet besi. Suplementasi tablet besi dikelompokan pada kriteria sebagai berikut :

(15)

Kurang : Tidak mendapatkan tablet atau mendapat tablet < 90 butir 3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

a. Data konsumsi pangan yang dikumpulkan dengan formulir food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali kemudian dihitung zat gizinya meliputi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin B12 dan tablet besi berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dinyatakan dalam kkal/hari untuk energi, gram untuk konsumsi protein, miligram untuk zat besi, dan mikrogram untuk asam folat, milligram untuk vitamin B12. Selanjutnya dihitung rata-rata zat gizi tersebut kemudian dihitung kecukupan gizinya dengan menggunakan rumus :

Kecukupan Gizi = jumlah konsumsi zat gizi x 100% AKG

Kemudian hasilnya disesuaikan dengan kecukupan gizi yang telah ditentukan. AKG (2004)

b. Data frekuensi makanan diolah dengan cara mengelompokkan jenis bahan makanan dengan frekuensi makanan yaitu >1x/hari, 1x/hari, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, 1x/bulan dan tidak pernah. Setelah penjumlahan

(16)

d. Data kadar hemoglobin diperoleh dengan melakukan tes darah dengan menggunakan alat Easy Touch GCHb (Alat Glukosa Darah, Kolesterol, dan Hemoglobin).

3.7.2 Analisis Data

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi Desa Lalang terletak di jalan Binjai Km 7,5 pasar II Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Dan mempunyai wilayah kerja sebanyak 2 kelurahan yaitu Kelurahan Lalang dan Sei Kambing B.

Puskesmas Desa Lalang terletak di Ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan wilayah kerja dataran rendah. Adapun batas-batas wilayah yaitu :

Sebelah Utara : Kelurahan Cinta Damai Sebelah Selatan : Kelurahan Sei Kambing B Sebelah Barat : Kelurahan Lalang

Sebelah Timur : Kelurahan Simpang Tanjung

Batas wilayah kerja puskesmas yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan berdasarkan Geografis, Demografis, sarana transportasi, masalah setempat, sumber daya dan lain-lain. Kelurahan Lalang 13 Lingkungan dan Kelurahan Sei Kambing B 22 Lingkungan.

(18)

jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Data Daftar Nama Kelurahan, Luas dan Jumlah Penduduk Puskesmas Desa lalang Tahun 2012

Nama Kelurahan

Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

Jumlah Lingkungan

Jumlah

Penduduk Jumlah KK

LK PR

Lalang 125 20.076 13 10.149 9.927 4.069

SSB 284 28.504 22 14.585 13.919 4.515

Jumlah 409 48.580 35 24.739 23.846 8.585

Sumber: Puskesmas Desa Lalang, Tahun 2012

4.2 Karakteristik Responden

(19)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik (Umur, Pendidikan, Pekerjaan suami, Penghasilan, Usia Kehamilan dan Kehamilan Ke-) di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No. Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

1 Umur/Tahun

18-20 4 8,0

21-23 11 22,0

24-26 13 26,0

27-29 15 30,0

30-32 7 14,0

Jumlah 50 100,0

2 Pendidikan

SD 6 12,0

SMP 14 28,0

SMA/SMK 23 46,0

PT 7 14,0

Jumlah 50 100,0

3 Pekerjaan suami

Tukang bangunan 15 30,0

Bengkel 8 16,0

Supir angkot 10 20,0

Narik becak 6 12,0

Bank 4 8,0

PNS 7 14,0

Jumlah 54 100,0

4 Penghasilan (Responden)

≥2 juta 11 22,0

<2 juta 39 78,0

Jumlah 50 100,0

5 Usia Kehamilan (Bulan)

7 22 44,0

8 28 55,0

Jumlah 50 100,0

6 Kehamilan ke-

1 22 44,0

2 15 30,0

3 9 18,0

4 4 8,0

(20)

4.3 Konsumsi Ibu Hamil 4.3.1 Kecukupan Energi

Distribusi data responden berdasarkan kecukupan energi terlihat bahwa sebanyak 7 orang (14,0%) yang energi baik, sebanyak 9 orang (18,0%) yang energi sedang, sebanyak 13 orang (26%) yang energi cukup dan sebanyak 21 orang (42,0%) yang energi defisit, seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kecukupan Energi di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Kecukupan Energi Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 7 14,0

2 Sedang 9 18,0

3 Cukup 13 26,0

4 Defisit 21 42,0

Jumlah 50 100,0

4.3.2 Kecukupan Protein

Distribusi data responden berdasarkan kecukupan protein terlihat bahwa sebanyak 12 orang (14,0%) yang protein baik, sebanyak 12 orang (24,0%) yang protein sedang, sebanyak 10 orang (20,0%) yang protein cukup dan sebanyak 16 orang (32,0%) yang protein defisit, seperti terlihat pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kecukupan Protein di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Kecukupan Protein Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 12 24,0

2 Sedang 12 24,0

3 Cukup 10 20,0

4 Defisit 16 32,0

(21)

4.3.3 Kecukupan Zat Besi

Distribusi responden berdasarkan kecukupan zat besi yaitu sebanyak 5 orang (10,0%) yang zat besi baik dan sebanyak 45 orang (90,0%) yang zat besi kurang, seperti terlihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kecukupan Zat Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Kecukupan Zat Besi Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 5 10,0

2 Kurang 45 90,0

Jumlah 50 100,0

4.3.4 Kecukupan Asam Folat

Distribusi responden berdasarkan kecukupan asam folat yaitu sebanyak 28 orang (55,0%) yang asam folat baik dan sebanyak 22 orang (44,0%) yang asam folat kurang, seperti terlihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kecukupan Asam Folat di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Kecukupan Asam Folat Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 28 55,0

2 Kurang 22 44,0

Jumlah 50 100,0

4.3.5 Kecukupan Vitamin B12

Distribusi responden berdasarkan kecukupan vitamin B12 yaitu sebanyak 35 orang (70,0%) yang vitamin B12 baik dan sebanyak 15 orang (30,0%) yang vitamin B12 kurang, seperti terlihat pada Tabel 4.7 berikut :

(22)

No Kecukupan Vitamin B12 Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 35 70,0

2 Kurang 15 30,0

Jumlah 50 100,0

4.3.6 Frekuensi Makanan

Distribusi responden berdasarkan frekuensi makanan diperoleh bahwa makanan pokok lebih banyak responden mengkonsumsi nasi >1x/hari (100,0%), lauk hewani lebih banyak mengkonsumsi telur 1x/hari (72%), lauk nabati lebih banyak mengkonsumsi tahu 4-6x/minggu (56%), sayur-sayuran lebih banyak mengkonsumsi daun singkong 4-6x/minggu (76%), responden lebih banyak mengkonsumsi buah pepaya 4-6x/minggu (66%), lebih banyak responden mengkonsumsi makanan jananan rujak 1-3x/minggu (74%), minuman susu lebih banyak dikonsumsi 1x/hari oleh ibu hamil (76%), sedangkan ibu hamil yang tidak pernah mengkonsumsi dari bahan makanan adalah lauk hewani yaitu daging (76%), seperti terlihat pada Tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makanan di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

Nama Bahan Makanan

>1x/ hri 1x/hari 4-6x /mggu

1-3x /mggu

1x/bln Tidak Pernah

n % n % n % N % n % n %

Makanan pokok a) Nasi

b) Ubi c) Mie d) Roti

50 100,0 4 5 8,0 10,0 20 26 35 40,0 52,0 70,0 26 24 10 52,0 48,0 20,0 Lauk Hewani a) Telur b) Daging c) Ikan d) Ayam e) Teri 36 23 72,0 46,0 14 17 27 28,0 34,0 54,0 10 15 23 20,0 30,0 46,0 12 35 24,0 70,0

(23)

f) Udang 18 36,0 20 40,0 12 24,0 Lauk Nabati

a) Tempe b) Tahu

12 24,0 11 28 22,0 56,0 27 22 54,0 44,0 Sayur-sayuran a) Daun singkong b) Kangkung c) Bayam d) Kacang Panjang e) Buncis f) Sawi g) Tauge 26 6 52,0 12,0 38 31 24 18 3 28 23 76,0 62,0 48,0 36,0 6,0 56,0 46,0 12 19 21 27 27 24,0 38,0 42,0 54,0 54,0 11 20 16 22,0 40,0 32,0 Buah-buahan a) Jeruk b) Pisang c) Pepaya d) Semangka e) Salak

15 30,0 28 22 33 56,0 44,0 66,0 22 13 17 27 44,0 26,0 34,0 54,0 14

13 28,0 26,0 9 37 18,0 74,0 Makanan Jajanan a) Gorengan b) Kerupuk c) Rujak d) Bakso

8 16,0

23 46,0 18 25 37 24 36,0 50,0 74,0 48,0 9 17 26 18,0 34,0 52,0

13 26,0 Minuman

a) Juice b) Susu c) Teh/kopi d) Es kelapa

muda 38 23 76,0 46,0 9 12 18 18,0 24,0 36,0 9

17 18,0 34,0 28 25 56,0 50,0 13 8 26,0 16,0

4.3.7 Suplemen Tablet Besi (Fe)

(24)

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Konsumsi Suplemen Tablet Besi (Fe) di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Suplemen Tablet Besi Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik (≥90) 11 22,0

2 Kurang (<90) 39 78,0

Jumlah 50 100,0

4.3.8 Kadar Hemoglobin

Distribusi data responden berdasarkan kadar hemoglobin terlihat bahwa sebanyak 20 orang (40,0%) yang normal dan sebanyak 30 orang (60,0%) yang anemia, seperti terlihat pada Tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Kadar Hemoglobin Jumlah (n) Persentase (%)

1 Normal (Hb ≥ 11gr/dl) 20 40,0

2 Anemia (Hb < 11 gr/dl) 30 60,0

Jumlah 50 100,0

4.4 Hubungan Kecukupan Energi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

(25)

uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara energi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.11 Hubungan Kecukupan Energi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013 Kecukupan Energi Kadar Hemoglobin Jumlah p

Normal Anemia

n % n % n %

Baik 6 85,7 1 14,3 7 100,0

0,0001

Sedang 8 88,9 1 11,1 9 100,0

Cukup 3 23,1 10 76,9 13 100,0

Defisit 3 14,3 18 85,7 21 100,0

4.5 Hubungan Kecukupan Protein dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa protein berhubungan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang diperoleh nilai (p=0,013). Ibu hamil yang protein baik ada 12 orang yaitu sebanyak 9 orang (75,0%) yang normal, protein sedang ada 12 orang yaitu sebanyak 2 orang (16,7%) yang normal, ada 10 orang yang protein cukup yaitu sebanyak 5 orang (50,0%) yang normal, sedangkan protein defisit ada 16 orang yaitu sebanyak 4 orang (25,0%) yang normal, secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Hubungan Kecukupan Protein dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013 Kecukupan Protein Kadar Hemoglobin Jumlah p

Normal Anemia

n % n % n %

(26)

Sedang 2 16,7 10 83,3 12 100,0

Cukup 5 50,0 5 50,0 10 100,0

Defisit 4 25,0 12 75,0 16 100,0

4.6 Hubungan Kecukupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Pada Tabel 4.13 di bawah ini diperoleh bahwa ibu hamil yang zat besi baik ada 5 orang yaitu 100,0% yang normal dan tidak ada ibu hamil yang anemia, sedangkan zat besi kurang ada 45 orang yaitu 33,3% yang normal dan yang anemia sebesar 66,7%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang dengan nilai (p= 0,007).

Tabel 4.13 Hubungan Kecukupan Zat Besi dengan Kadar hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

Kecukupan Zat Besi

Kadar Hemoglobin

Jumlah

p

Normal Anemia

n % n % n %

Baik 5 100,0 0 0 5 100,0

0,007

Kurang 15 33,3 30 66,7 45 100,0

4.7 Hubungan Kecukupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

(27)

Tabel 4.14 Hubungan Kecukupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

Kecukupan Asam Folat

Kadar Hemoglobin

Jumlah

p

Normal Anemia

n % n % n %

Baik 17 60,7 11 39,3 28 100,0

0,002

Kurang 3 13,6 19 86,4 22 100,0

4.8 Hubungan Kecukupan Vitamin B12 dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Tabel silang antara vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil menunjukkan bahwa dari 35 orang yang vitamin B12 baik yaitu ada 17 orang (48,6%) yang normal, sedangkan dari 15 orang yang vitamin B12 kurang terdapat 3 orang (20,0%) yang mengalami normal. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,115 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

Tabel 4.15 Hubungan Kecukupan Vitamin B12 dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

Kecukupan Vitamin B12

Kadar Hemoglobin

Jumlah

p

Normal Anemia

n % n % n %

Baik 17 48,6 18 51,4 35 100,0

0,115

Kurang 3 20,0 12 80,0 15 100,0

4.9 Hubungan Konsumsi Suplemen Tablet Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

(28)

hemoglobin pada ibu hamil. Tabel silang antara konsumsi suplemen tablet besi dengan anemia menunjukkan bahwa dari 11 orang yang mengkonsumsi suplemen tablet besi baik (≥90), ada 11 orang (100,0%) yang mengalami normal, sedangkan dari 39 orang yang tidak mengkonsumsi suplemen tablet besi kurang (<90) terdapat 9 orang (23,1%) yang normal.

Tabel 4.16 Hubungan Konsumsi Suplemen Tablet Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

Konsumsi Suplemen Tablet

Besi

Kadar Hemoglobin

Jumlah

p

Normal Anemia

n % n % n %

Baik (≥90) 11 100,0 0 0 11 100,0

(29)

BAB V PEMBAHASAN

(30)

chi-square menunjukkan bahwa nilai p=0,001 (p<0,05) yang artinya ada hubungan

yang signifikan antara energi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

Hal ini sesuai dengan penelitian Husaini (1998), yang menemukan bahwa konsumsi makanan memengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil. Apabila konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan, mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Pemecahan jaringan lemak akan diikuti penurunan berat badan dan anemia. Seorang ibu yang sedang hamil seharusnya terpenuhi kecukupan gizinya untuk kepentingan dirinya sendiri dan janin yang sedang dikandungnya.

(31)

5.2 Hubungan Kecukupan Protein dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Protein merupakan salah satu zat gizi utama yang berperan penting dalam

pertumbuhan organ dan jaringan janin selama kehamilan. Kekurangan protein dapat

mengakibatkan pembentukan organ bayi yang tidak sempurna hingga kegagalan

pertumbuhan. Pada wanita yang sebelum hamil mengalami kurang energi protein atau

lazim disebut kurang gizi, pembentukan sel darah merahnya akan terhambat. Padahal

sel darah merah merupakan pembawa oksigen dan makanan ke janin. Protein juga

merupakan sumber asam amino esensial yang sangat diperlukan tubuh untuk

pembentukan berbagai hormon dan sekaligus penting untuk perkembangan

organ-organ pada janin dalam kandungan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan protein

sangat penting dilakukan sejak persiapan kehamilan, disamping mencukupi konsumsi

protein selama kehamilan. Dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi maka

akan mengurangi resiko anemia pada ibu hamil. Wirakusumah (1999)

(32)

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa nilai p=0,013 yang artinya ada hubungan antara protein dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

5.3 Hubungan Kecukupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Jumlah zat besi sangat di butuhkan oleh ibu hamil, selama kehamilan seorang ibu memerlukan tambahan zat gizi untuk menunjang pembentukan Hb. Jumlah tambahan zat besi yang dibutuhkan bervariasi, darah seorang ibu hamil memerlukan 500 mg zat besi, darah janin membutuhkan 200mg zat besi dan darah plasenta membutuhkan 25 mg zat besi. Total yang dibutuhkan selama kehamilan diperkirakan sebanyak 1000 mg. Krisnatuti (2000)

Berdasarkan kecukupan zat besi yaitu zat besi baik 10,0% dan 90,0% yang zat besi kurang. Ibu hamil yang zat besi baik yaitu 100,0% yang normal dan tidak ada ibu hamil yang anemia, sedangkan zat besi kurang yaitu 33,3% yang normal dan yang anemia sebesar 66,7%. Dari hasil diatas bahwa masih kurangnya kecukupan zat besi pada ibu hamil, sedangkan kecukupan zat besi pada ibu hamil sangat dibutuhkan selama kehamilan, zat besi juga dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah pada ibu. Dapat dilihat juga dari suplemen tablet besi 78,0% dimana ibu hamil masih kurang mengkonsumsi tablet besi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa nilai p=0,007 yang artinya ada hubungan antara zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

(33)

antara ketaatan konsumsi tablet Fe dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Wawonasa Kota Manado tahun 2013. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarto (2010) tentang pengelolaan anemia dalam pelayanan antenatal terhadap kadar hemoglobin ibu hamil di Kota Pontianak, dimana terdapat hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Hasil penelitian oleh Sari (2012) tentang hubungan antara keteraturan mengkonsumsi tablet Fe dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di BPS titikariati Surabaya, menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketaatan konsumsi tablet Fe dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil, dengan nilai p = 0,0001.

Idealnya semua zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil dapat dipenuhi dari pola makan ber-Gizi Seimbang. Namun, pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan sangat tinggi sehingga tidak dapat atau sulit dipenuhi hanya dari makanan. Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan minum suplemen zat besi, yang dikenal dengan nama tablet tambah darah (TTD). Ibu hamil dianjurkan minum 1 tablet per hari selama kehamilannya dan dilanjutkan selama masanifas (Kurniasih, 2010).

(34)

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Bulkis dkk (2013) tentang asupan Fe tidak berhubungan dengan status hemoglobin pada ibu hamil (p=0,25). Hal ini diduga sumber zat besi yang dikonsumsi bukan berasal dari besi heme sehingga kurang bisa mendukung keberadaan zat besi dalam tubuh. Ibu hamil anemia maupun tidak anemia pada penelitian ini mengkonsumsi pangan sumber besi heme dalam frekuensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi konsumsi pangan sumber besi non heme. Selain itu kemungkinan besar konsumsi besi non heme tidak diimbangi dengan konsumsi besi heme. Sebagaimana diketahui bahwa besi heme lebih mudah diserap oleh tubuh daripada besi non heme.

Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan (Almatsier, 2010).

5.4 Hubungan Kecukupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

(35)

hamil adalah 400-600 microgram perhari sesuai dengan angka kecukupan gizi. Rustan (2001)

Berdasarkan kecukupan asam folat yaitu 55,0% yang asam folat baik dan 44,0% yang asam folat kurang. Ibu hamil yang asam folat baik yaitu 60,7% yang normal dan anemia 39,3%, sedangkan asam folat kurang yaitu 13,6% yang normal dan anemia sebesar 86,4%. Dari hasil tersebut dapat dilihat kurangnya kecukupan asam folat pada frekunsi makanan dimana kurangnya mengkonsumsi daging dan ikan dan hasil uji chi square menunjukan bahwa nilai p=0,002 yang artinya ada hubungan asam folat dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

(36)

folat agar janin terhindar dari cacat, seperti cacat pada tulang belakang, yang disebut spina bifida atau cacat tabung saraf. Rustan (2001)

5.5 Hubungan Kecukupan Vitamin B12 dengan Kadar hemoglobin pada Ibu Hamil

Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 2 mikro-gram perhari, dan kebutuhan bagi ibu hamil 2,6 ug perhari. Berdasarkan kecukupan vitamin B12 yaitu 70,0% yang vitamin B12 baik dan 30,0% yang vitamin B12 kurang. Vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil menunjukkan bahwa yang vitamin B12 baik yaitu 48,6% yang normal, sedangkan yang vitamin B12 kurang 20,0% yang mengalami normal. Dapat dilihat dari hasil diatas kecukupan vitamin B12 bagi ibu hamil baik, dikarenakan kecukupan ibu hamil tercukupi dengan mengkonsumsi susu setiap hari dan menutupi kekurangan asupan konsumsi lauk hewani. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,115 artinya tidak ada hubungan antara vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

(37)

sedangkan dalam jumlah sedikit terdapat pada susu dan produk susu. Sumber vitamin B12 yang tinggi termasuk dalam daging dan organ tubuh seperti hati domba atau sapi, ginjal dan kerang. Dalam jumlah yang cukup tinggi terdapat dalam susu bubuk tanpa lemak, beberapa makanan laut, dan kuning telur. Dalam jumlah yang sedang terdapat dimakanan laut seperti ikan lidah, ikan cucut, tuna dan keju fermentasi. Wirakusumah (1999)

5.6 Frekunsi Makanan dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi makanan diperoleh bahwa makanan pokok lebih banyak responden mengkonsumsi nasi >1x/hari (100,0%), lauk hewani lebih banyak mengkonsumsi telur 1x/hari (72%), lauk nabati lebih banyak mengkonsumsi tahu 4-6x/minggu (56%), sayur-sayuran lebih banyak mengkonsumsi daun singkong 4-6x/minggu (76%), responden lebih banyak mengkonsumsi buah pepaya 4-6x/minggu (66%), lebih banyak responden mengkonsumsi makanan jananan rujak 1-3x/minggu (74%), minuman susu lebih banyak dikonsumsi 1x/hari oleh ibu hamil (76%), sedangkan ibu hamil yang tidak pernah mengkonsumsi dari bahan makanan adalah lauk hewani yaitu daging (76%).

(38)

frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekunsi penggunaan makanan pada periode tertentu.Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Supariasa (2002)

5.7 Hubungan Konsumsi Suplemen Tablet Besi (Fe) Dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Konsumsi tablet besi adalah suplemen tablet besi yang dikonsumsi ibu hamil selama kehamilan. Pada ibu hamil kecukupan zat besi sangat dibutuhkan untuk membantu mensuplai oksigen keseluruh tubuh ibu dan janin. Zat besi pada ibu hamil adalah sekitar 20-30 mg setiap hari, untuk membantu mencukupi kebutuhan itu maka diberikan suplemen tablet besi bagi setiap ibu hamil, setidaknya ibu mengkonsumsi 90 tablet besi pada masa kehamilan. Krisnatuti (2000)

Berdasarkan konsumsi suplemen tablet besi yaitu 100% yang mengkonsumsi suplemen tablet besi (≥90) dengan kadar hemoglobin normal. Yang suplemen tablet besi kurang (<90) sebesar 23,1% memiliki kadar hemoglobin normal dan 76,9% anemia dengan suplemen tablet besi kurang (<90). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ibu hamil masih kurang mengkonsumsi suplemen tablet besi. Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,0001 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

(39)

pada wanita hamil dapat memberikan efek pada kehamilan, setelah kelahiran, anak-anak dan bahkan sampai masa dewasa. Salah satu efek anemia adalah kelahiran premature dimana hal ini berasosiasi dengan masalah baru seperti berat badan lahir rendah, defisiensi respon imun dan cenderung mendapat masalah psikologik dan pertumbuhan. Apabila hal ini berlanjut maka hal ini berkorelasi dengan rendahnya IQ dan kemampuan belajar.

Dalam upaya mengontrol anemia pada ibu hamil di Indonesia telah dilakukan program tablet besi dimana setiap wanita hamil diberikan 90 mg tablet besi sejak periode kehamilan. Anemia masih merupakan masalah utama bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang, termasuk Indonesia.WHO menganjurkan program

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2013 paling banyak pada kelompok umur 27-29 tahun 30,0%, berpendidikan tamat SMA/SMK 46,0%, pekerjaan suami sebagai tukang bangunan 30,0% dengan pengahsilan <2 juta 78,0%, pada usia kehamilan ibu adalah 8 bulan 56,0% dan pada kehamilan pertama 44,0%.

2. Anemia banyak terjadi pada ibu hamil, tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dapat memberikan dampak negatif terhadap janin yang dikandungnya dan ibu dalam kehamilan, dimana di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2013 terdapat ibu hamil 60,0% yang mengalami anemia.

(41)

4. Kurangnya akan kecukupan protein pada ibu hamil mengalami protein defisit 32,0%, dan dari hasil uji chi-square menunjukan nilai p=0,013 yang artinya ada hubungan kecukupan protein dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

5. Berdasarkan kecukupan zat besi 90,0% yang mengalami zat besi kurang, dari hasil uji chi-square menunjukan nilai p=0,007 yang artinya ada hubungan kecukupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013. 6. Berdasarkan kecukupan asam folat 44,0% yang asam folat kurang, dari hasil iju

chi-square menunjukan nilai p=0,002 yang artinya ada hubungan kecukupan

asam folat dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

7. Berdasarkan kecukupan vitamin B12 70,0% yang vitamin B12 baik, dari hasil uji chi-square menunjukan nilai p=0,115 yang artinya tidak ada hubungan

kecukupan vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

(42)

Medan Sunggal tahun 2013. 6.2Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian tentang kadar

hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Menurut Kusmiyati (2009), status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil. Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral.

Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu. Kusmiyati (2009), mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu terakhir.

(44)

motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, peningkatan absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.

3. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

4. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah eritrosit 20-30% sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.

Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah :

a. Buruknya status gizi ibu

b. Usia ibu yang masih sangat muda c. Kehamilan kembar

d. Jarak kehamilan yang rapat e. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi

(45)

h. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba), (Aritonang, 2010).

Menurut Salmah (2006), peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan. Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :

1. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.

2. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.

3. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.

2.1.1. Energi

(46)

Menurut Almatsier (2009), kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni.

2.1.2. Protein

Menurut Aritonang (2010), pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr. Perkiraan faktorial protein terhadap komponen-komponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perkiraan Faktorial Protein Terhadap Komponen-Komponen Pertambahan Pada Kehamilan Normal Cukup Bulan

Komponen Pertambahan Berat (gr) Protein (gr)

Janin 3400 440

Plasenta 650 100

Cairan amnion 800 3

Rahim 970 166

Darah 1250 81

Cairan Ekstrasellular 1680 135

(47)

Menurut Almatsier (2009) bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan.

2.1.3. Vitamin dan Mineral

Menurut Almatsier (2009), bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat

+200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13

mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg.

2.1.4. Zat Besi

Menurut Almatsier (2009), selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :

1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh 2. Sintesis enzim yang terkait besi

3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).

(48)

melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari.

Adapun makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut :

a. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C.

b. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi (Aritonang, 2010).

(49)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dkk (2011), di wilayah kerja puskesmas Barandasi dan carangki Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan diperlukan konsumsi suplementasi tablet besi dan menjadi suatu pilihan yang tepat untuk mencukupi kebutuhan besi ibu selama hamil. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan dari 200 sampel, 188 sampel ibu hamil diantaranya yang mengkonsumsi tablet besi, masih terdapat 40,4% yang mengalami anemia, dan ibu hamil yang mengalami anemia rata-rata hanya mengkonsumsi tablet besi sebanyak 30 biji. Masih tingginya angka anemia pada ibu hamil sekalipun telah disuplementasi tablet besi, karena jumlah tablet Fe yang dikonsumsi oleh ibu hamil rata-rata hanya kurang dari 30 biji, belum dapat memenuhi kebutuhan zat besi ibu, apalagi asupan makanan yang kaya akan zat besi jumlahnya juga sangat rendah. Maka dari itu pola konsumsi ibu hamil berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobin dan konsumsi tablet besi. 2.1.5. Asam Folat

(50)

seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan).

Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200

µg untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen.

Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan III. Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.

2.1.6 Vitamin B12

Vitamin B12 merupakan vitamin larut air yang berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan produksi energi (Anonim, 2012).

(51)

yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12 (Anonim, 2008).

2.2 Pola Makan Ibu Hamil

Menurut Sediaoetama (1996), keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan (food patern) diartikan sebagai cara seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan sosio-ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada (2009), menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi pengertian diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta menghasilkan energi.

(52)

makanan pokok. Di Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi jalar.

Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :

1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.

2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut Den Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan menurut aspek sosio-kultural adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik), untuk menyatakan jati diri, fungsi religi (magis), fungsi komunikasi, status ekonomi, dan sebagai simbol kekuasaan. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula.

Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu : 1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang

(53)

2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang dibagi kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur, dan kelompok buah cuci mulut (Sediaoetama, 1993).

3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun. Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan secara kualitatif (Supariasa, 2002).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nila Krisnawati (2010), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Sedangkan menurut Husada (2009), juga menyatakan bahwa salah satu pedoman pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:

1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang mengandung lemak.

(54)

kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain sebagainya.

3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis sayu-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

Menurut Thorn (2003), mengungkapkan cara termudah untuk menjamin pola makan yang sehat adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara keseluruhan, karena makanan yang telah mengalami pemrosesan tinggi akan kehilangan banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi karena dengan diet yang tepat saat hamil, akan dapat mengurangi resiko pembentukan janin abnormal dan membantu menjamin bayi tumbuh dengan baik.

Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bervariasi setiap hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi karbohidrat kompleks, 5 porsi protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi makanan produk susu.

(55)

1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan pertumbuhan bayi.

2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin, mineral).

3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.

4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.

Menurut Sophia (2009), menyatakan kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :

1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan

2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri 3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas 4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Zat Gizi pada Ibu Hamil Menurut Baliwati dkk (2004), masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan.

(56)

Menurut Supariasa (2002), pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Menurut Suharjo (2003), studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang dikutip oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya dengan serentetan karakteristik masyarakat daripada dengan pendapatan keluarga. Analisis Jerome menyimpulkan bahwa pendapatan bukan sebagai faktor penentu dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok yang kebudayaannya cenderung berubah.

2. Tabu Makanan (Pantangan)

Menurut Sediaoetama (1999), pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya. Beberapa alasan tabu diantaranya khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit, larangan agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh adat/budaya.

(57)

anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya. Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas, durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan.

Menurut Sediaoetama (1999), di beberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya untuk jangka panjang.

2.4. Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil

Menurut Supariasa (2002), Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Gejala awal anemia berupa badan lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata,bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Besarnya kadar hemoglobin pada ibu hamil dilihat dari pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah yang dikelompokkan :

(58)

Menurut Supariasa (2002), di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode Sahli,hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna

yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.

(59)

2.5. Pola Konsumsi Pangan dan Kadar Hemoglobin

Pola konsumsi telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko dari masalah gizi pada ibu hamil. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi. Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi. Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dapat memberikan dampak negatif terhadap janin yang dikandungnya dan ibu dalam kehamilan. Anemia gizi besi dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya jumlah zat besi dalam makanan tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan meningkat, kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan yang rendah tentang zat besi, dan terdapat zat penghambat penyerapan zat besidalam makanan (Bakta, 1994).

(60)

disebabkan karena banyaknya wanita yang memulai kehamilan dengan cadangan makanan yang kurang. Saat ini kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan sebelum hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah, janin dan plasenta, dimana anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kurang masuknya zat besi dalam makanan.

Hasil penelitian yang dilakukan Puji dkk (2010) di Puskesmas Kassi - Kassi Makassar menunjukkan dari 51 sampel bahwa sebagian besar pola konsumsi ibu hamil, sebagian besar pola konsumsi kurang sebanyak 28 orang (55%) sedangkan pola konsumsi cukup sebanyak 23 orang (45%). Berdasarkan hasil analisis Uji Chi-Square, diiperoleh nilai X² hitung = 5,942 > X² dan nilai r = 0,015 < 0,05 hal ini

menunjukkan ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan atau tabu pada ibu hamil sehingga ada bahan makanan tertentu yang dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil seperti larangan mengkonsumsi udang yang merupakan pelancar absorpsi zat besi. Larangan ini akan berakibat pada terhambatnya absorpsi zat besi pada ibu hamil yang akan menyebabkan terjadinya anemia. Selain itu juga terkait dengan konsumsi makanan pokok orang Indonesia yaitu beras yang mengandung zat besi rendah dan kaya akan phytat dimana zat ini menurunkan bioavailibilitas zat besi.

(61)

kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi kerena konsumsi bahan pangan kaya zat besi sangat membantu penderita anemia gizi besi, perlu diperhatikan juga konsumsi bahan pangan sumber vitamin C dan protein yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi didalam tubuh. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penurunan kadar hemoglobin, salah satunya adalah dengan cara memberikan nutrisi yang seimbang, dalam hal ini mengenai pola nutrisi baik jenis, jadwal dan jumlahnya, serta pemberian tablet Fe secara teratur (Wirakushumah, 1999).

2.6. Kerangka Konsep

[image:61.612.121.504.374.518.2]

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen yang diteliti adalah kecukupan meliputi energi, protein, zat besi dan asam folat, vitamin B12 dan tablet besi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin.

Pola Konsumsi Pangan - Kecukupan Gizi

(energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin B12)

Kadar Hemoglobin Konsumsi suplemen tablet

(62)

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan kecukupan energi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

2. Ada hubungan kecukupan protein dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

3. Ada hubungan kecukupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

4. Ada hubungan kecukupan asam folat dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

5. Ada hubungan kecukupan vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

(63)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif setiap kegiatan terhadap kesehatan masyarakat. Menurut Depkes RI (1994) tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.

(64)

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999) selain kekurangan energi dan protein, masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi sampai saat ini adalah anemia. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya yang cukup tinggi. Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan zat besi. Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah prioritas di bidang kesehatan. Selain menunjukkan derajat kesehatan, angka kematian ibu juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, pendarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

(65)

artinya semakin tinggi frekuensi makan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar.

Makan makanan yang beranekaragam relatif akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan ibu hamil.

Menurut Khomsan (2003) pola konsumsi pangan disusun berdasarkan data jenis bahan makanan, frekuensi makan dan berat bahan makanan yang dimakan. Semakin sering suatu pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan yang bersangkutan dimakan, maka semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam konsumsi pangan individu atau keluarga. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pada penilaian secara kualitatif data yang dikumpulkan lebih menitik beratkan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kebiasaan makan seperti frekuensi makan, frekuensi menurut jenis makanan yang dikonsumsi maupun cara memperoleh makanan, penataan gizi pada wanita hamil sangat diperlukan untuk menjamin kecukupan kalori, protein, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin.

(66)

35-40% dari wanita-wanita tidak hamil terutama untuk peningkatan volume plasma 45-50% dan masa sel-sel darah merah sebesar 15-20% pada trimester ketiga.

Menurut RISKESDAS (2007) wanita dengan kadar hemoglobin <11,28 gr/dl di Indonesia sebanyak 11,3 %, sedangkan di Sumatera Utara sebesar 15,6 %. Dari hasil survey awal yang dilakukan pada bulan September Tahun 2012 di Kecamatan Medan Sunggal, ditemukan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil sebesar 21,7%, dan angka ini lebih besar dari puskesmas-puskesmas lainnya.

Karena itu kesehatan ibu merupakan unsur utama yang akan menentukan kualitas generasi yang akan datang dan merupakan kunci dari perkembangan pembangunan nasional, maka kesehatan dan kesejahteraan ibu harus diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pola konsumsi pangan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

(67)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kecukupan gizi (energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin B12) pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

2. Untuk mengetahui konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal dalam rangka penanggulangan masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, terutama anemia gizi besi. Sehingga masalah gizi pada ibu hamil dapat lebih cepat diturunkan, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sebagai sumber daya pembangun bangsa.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya.

(68)

ABSTRAK

Pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekuensi b

Gambar

Tabel 4.1 Data Daftar Nama Kelurahan, Luas dan Jumlah Penduduk  Puskesmas Desa lalang Tahun 2012
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik (Umur, Pendidikan, Pekerjaan
Tabel 4.6 Distribusi  Responden Berdasarkan Kategori Kecukupan Asam Folat
Tabel 4.8 Distribusi  Responden Berdasarkan Frekuensi Makanan di Wilayah
+6

Referensi

Dokumen terkait

ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH.

Demikian permohonan cuti tahunan ini saya buat untuk dapat dipertimbangkan sebagaimana mestinya..

Dan bagaiman penggunaan PHP dalam website e-learning memberikan web dinamis bagi user yang berarti memberikan tampilan berdasarkan permintaan terkini dan database MySQL yang

Dengan ini mengajukan cuti tahunan untuk tahun …… selama …… hari kerja terhitung mulai tanggal ……. Selama menjalankan cuti tahunan alamat

Sedangkan pada sub konsep eco-commitment, yaitu semangat yang tinggi pada karyawan CV Bank Sampah Bersinar dalam mengembangkan produk mereka dan dalam

In this chapter you’ll learn that operator overloading is just a different type of function call and you’ll learn how to write your own, dealing with the sometimes-confusing uses

Pada jaringan yang diberikan perlakuan penambahan bahan ekstrak dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa dosis 1 dan 2 g/L tidak menunjukkan perbedaan yang signfikan,

• Praktek, kebijakan, dan perubahan dari penelitian umpan balik ini memberikan kantor penjualan pengaruh yang nyata untuk kinerja dan profitabilitas. • Menanggapi sistem