• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja Pada Operator Di Unit Instalasi Sunggal Pdam Tirtanadi Di Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja Pada Operator Di Unit Instalasi Sunggal Pdam Tirtanadi Di Medan Tahun 2015"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : . . . .. . Umur : . . . tahun

Status Kawin : Kawin/ Tidak Kawin Masa Kerja : . . . tahun

B. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

1. Apakah anda merasa sukar berpikir ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah

2. Apakah anda merasa lelah berbicara ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah

12. Apakah anda merasa gugup menghadapi sesuatu ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah

4. Apakah anda merasa tidak pernah berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 5. Apakah anda merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 11. Apakah anda cenderung lupa terhadap sesuatu ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah

7. Apakah anda merasa kurang percaya terhadap diri sendiri ? a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah

8. Apakah anda merasa tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan anda ? a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah

2.3 Apakah anda merasa enggan menatap mata orang lain ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 10. Apakah anda merasa enggan bekerja dengan cekatan ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 11. Apakah anda merasa tidak tenang dalam bekerja ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 12. Apakah anda merasa lelah seluruh tubuh ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 13. Apakah anda merasa bertindak lamban ?

(2)

14. Apakah anda merasa tidak kuat lagi berjalan ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 15. Apakah anda merasa sebelum bekerja sudah lelah ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 16. Apakah anda merasa daya pikir menurun ?

a. Ya, sering b. Ya, jarang c. Tidak Pernah 17. Apakah anda merasa cemas terhadap sesuatu hal ?

(3)
(4)
(5)

DOKUMENTASI

Gambar 1. Wawancara dengan operator Gambar 2. Wawancara dengan

operator Grup A Operator Grub B

Gambar 3. Wawancara dengan operator Gambar 4 . Wawancara dengan

(6)

Master Data

(7)

Frequencies

Statistics

umur pekerja

N Valid 15

Missing 0

umur pekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 35 tahun 7 46.7 46.7 46.7

≥ 35 tahun 8 53.3 53. 100.0

Total 15 100.0 100.0

Statistics

masa kerja

N Valid 15

Missing 0

masa kerja

(8)

Valid <14 tahun 9 60.0 60.0 60.0

>14 tahun 6 40.0 40.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

Statistics

status pernikahan

N Valid 15

Missing 0

status pernikahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid menikah 14 93.3 93.3 93.3

belum menikah 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 1

(9)

Valid tidak pernah 3 20.0 20.0 20.0

ya,jarang 9 60.0 60.0 80.0

ya,sering 3 20.0 20.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tida pernah 8 53.3 53.3 53.3

ya,jarang 6 40.0 40.0 93.3

ya,sering 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 3

Frequenc

y Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 4 26.7 26.7 26.7

(10)

ya,sering 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 4 26.7 26.7 26.7

ya,jarang 11 73.3 73.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 7 46.7 46.7 46.7

ya,jarang 6 40.0 40.0 86.7

ya,sering 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(11)

ya,jarang 11 73.3 73.3 86.7

ya,sering 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 7 46.7 46.7 46.7

ya,jarang 8 53.3 53.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 10 66.7 66.7 66.7

ya,jarang 5 33.3 33.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 9

(12)

Valid tidak pernah 8 53.3 53.3 53.3

ya,jarang 7 46.7 46.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 10 66.7 66.7 66.7

ya,jarang 5 33.3 33.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 6 40.0 40.0 40.0

ya,jarang 6 40.0 40.0 80.0

ya,sering 3 20.0 20.0 100.0

(13)

pernyataan nomor 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 4 26.7 26.7 26.7

ya,jarang 10 66.7 66.7 93.3

ya,sering 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 8 53.3 53.3 53.3

ya,jarang 7 46.7 46.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 10 66.7 66.7 66.7

ya,jarang 4 26.7 26.7 93.3

(14)

pernyataan nomor 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 10 66.7 66.7 66.7

ya,jarang 4 26.7 26.7 93.3

ya,sering 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 8 53.3 53.3 53.3

ya,jarang 6 40.0 40.0 93.3

ya,sering 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 3 20.0 20.0 20.0

ya,jarang 11 73.3 73.3 93.3

(15)

pernyataan nomor 16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 3 20.0 20.0 20.0

ya,jarang 11 73.3 73.3 93.3

ya,sering 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

pernyataan nomor 17

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 3 17.6 20.0 20.0

ya,jarang 10 58.8 66.7 86.7

ya,sering 2 11.8 13.3 100.0

Total 15 88.2 100.0

Missing System 2 11.8

(16)

kategori kelelahan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid kategori lelah (skor

20-35) 13 86.7 86.7 86.7

kategori sangat lelah

(skor > 35) 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

kategori kelelahan

Observed N Expected N Residual kategori lelah (skor

20-35) 13 7.5 5.5

kategori sangat lelah

(skor > 35) 2 7.5 -5.5

Total 15

Test Statistics

(17)

Chi-Square 8.067a

df 1

Asymp.

Sig. .005

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Caruso, CC, et al, 2004. Overtime and Extended Work Shifts: Recent Findings on Illnesses, Injuries, and Health Behaviors. Diakses dari http://www.cdc.gov/niosh/docs/2004-143/pdfs/2004-143.pdf. tanggal 10 Juli 2015.

Dembe, AE, et al. 2004. The impact of overtime and long work hours on occupational injuries and illnesses: new evidence from the United States. Diakses dari http://oem.bmj.com/content/62/9/588.full tanggal 10 Juli 2015.

Grandjean, E, 1985, Fitting The Task To The Man. Taylor and Francis Ltd. London. Khairunnisa, I. 2001. Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Operator Telepon di Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Tahun 2001, Skripsi, FKM-USU, Medan.

Kepmenakertrans Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Kripke, D. F, 2002. Mortality Associated With Slleep Duration and Insomnia. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11825133 tanggal 10 Juli 2015.

Lerman, SE, 2012. Fatigue Risk Management in the Workplace. Diakses dari https://www.acoem.org/uploadedFiles/Public_Affairs/Policies_And_Position_ Statements/Fatigue%20Risk%20Management%20in%20the%20Workplace.p df. Tanggal 10 Juli 2015.

Lestari, S.Y. D, 2009. Produktivitas Pekerjaan Pasangan Batu Bata Pada Saat Jam Kerja Normal dan Overtime. Skripsi, Universitas Atma

Jaya,Yogyakarta.

Mardi, Dian. 2008. Kerja Shift Menjadi Pilihan. Diakses dari http:/www.dianmardi.multiply/journal tanggal 10 Juli 2015.

McInnes, GT, 2010. Overtime is bad for the heart. Diakses dari eurheartj.oxfordjournals.org/content/early/2010/05/04/eurheartj.ehq116

Tanggal 10 Juli 2015.

Naibaho, E.F 1997 Perbandingan System Rotasi Shift Kerja Malam Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Maternal Dan Rumah Sakit Herna Medan Tahun 1997, Skripsi, FKM USU, Medan

Nakashima ,M, et al, 2011. Association between long working hours and sleep problems in white-collar workers. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561174 tanggal 10 Juli 2015

(19)

Nurmianto,E. 1998. Ergonomi Konsep Dasar dalam Aplikasinya. Guna Widaya, Jakarta.

Patel AV, 2010. Leisure Time Spent Sitting in Relation to Total Mortality in a Prospective Cohort of US Adults. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20650954 tanggal 10 Juli 2015

Putra, T.H. 2011. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Karyawan Bagian Produksi Seksi Reduksi PT. Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011. Skripsi FKM USU Medan.

Schuler, Randall, Dkk. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21. Erlangga, Jakarta.

Satalaksana, dkk, 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB Bandung. Hal 73-76.

Setyawati, L. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Penerbit Amara Books, Yogyakarta.

Sitohang, Elfrida. 2008. Hubungan Karakteristik Pedagang Sayur Terhadap Kelelahan Di Pasar Simpang Limun Tahun 2008. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Penerbit Sagung Seto, Jakarta.

Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIPRESS, Surakarta.

Thomas, R, 199. Schedulling Overtime and Labor Productivity : Quantitative Analysis. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, 123 (2). Diakses dari ascelibrary.org/doi/abs/10.1061/(ASCE)0733-9364(1997)123%3A2(181) tanggal 10 Juli 2015

Thomas, R, 2002. Effects of Scheduled Overtime on Labor Productivity. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, 118.

Diakses dari

https://www.construction-institute.org/scriptcontent/more/sd60_more.cfm. tanggal 10 Juli 2015 Tribley, J, et al, 2011. Tips for computer vision syndrome relief and Prevention.

Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21673432 tanggal 10 Juli 2015

(20)

Undang- Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Virtanen, M, et al, 2009. Long Working Hours and Cognitive Function. American

Journal of Epidemiology. Diakses dari

aje.oxfordjournals.org/content/169/5/596.full tanggal 10 Juli 2015 Wignjosoebroto, S, Wiranto, S.E, 2000. Shift work and Fatigue. Diakses dari

http://www.iosrjournals.org/iosr-jestft/papers/vol1-issue3/B0131721.pdf. tanggal 5 Juli 2015

Yulinda, E. 2015. Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security Sun Plaza Medan Tahun 2015, skripsi, FKM USU, Medan.

KUESIONER

HUBUGAN JAM KERJA LEMBUR DENGAN KELELAHAN KERJA PADA OPERATOR DI UNIT INSTALASI SUNGGAL

PDAM TIRTANADI DI MEDAN TAHUN 2015

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan jam kerja lembur dengan kelelahan kerja pada

operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi di Medan Tahun 2015. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit instalasi PDAM Sunggal di Kecamatan Sunggal.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Februari Tahun 2016.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh operator pada PDAM Sunggal yang bekerja dengan jam kerja lembur pada shift III yaitu sebanyak 15 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini ini dilakukan secara total sampling. 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data yang diambil langsung oleh peneliti yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui metode observasi pekerja dan wawancara dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) sebagai parameter tingkat kelelahan kerja.

(22)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data dari Kantor PDAM Sunggal di Kecamatan Sunggal.

3.5. Definisi Operasional

1. Operator adalah pekerja yang bekerja sebagai pengawas berjalannya proses pengolahan air dari awal sampai akhir.

2. Jam kerja lembur adalah dimana jam kerja melebihi jam kerja yang diperbolehkan sesuai dengan ketentuan yang tertulis pada peraturan pemerintah, yaitu 8 jam.

3. Kelelahan kerja adalah perasaan lelah berupa keluhan dan gejala subyektif tenaga kerja yang dirasakan karena pekerjaannya yang diukur dengan KAUPK2.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Jam Kerja Lembur

Pengukuran waktu kerja ini dengan menggunakan kuesioner atau pertanyaan terbuka dengan metode wawancara langsung dengan pekerja, jam kerja lembur semuanya sebanyak 3 jam sehingga tidak dikategorikan.

3.6.2. Kelelahan Kerja

Untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner KUPK2. Untuk pertanyaan dengan jawaban “Ya , sering” skornya 3, untuk jawaban “Ya, jarang”

skornya 2 dan untuk jawaban “Tidak pernah” skornya 1. Menurut Hadi Pratomo

(23)

1. Kurang lelah, bila responden memperoleh skor jawaban < 20 (40 % dari total skor).

2. Lelah, bila responden memperoleh skor jawaban 20 – 35 (40 % - 75 % dari total skor).

3. Sangat lelah, bila responden memperoleh skor jawaban >35 (75 % dari total skor).

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan kuesioner selanjutnya akan diolah dengan sistem komputer program SPSS Versi19. Variabel independen yaitu waktu kerja lembur dan Variabel dependen yaitu tingkat kelelahan kerja.

1. Analisis Univariat

Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara akan dianalisis univariat dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

2. Analisis Bivariat

(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PDAM Tirtanadi

PDAM Tirtanadi adalah suatu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Tingkat I Sumatera Utara, yang khususnya bergerak dalam bidang penyediaan dan pendistribusian air bersih untuk kota Medan dan sekitarnya. Perusahaan ini didirikan sejak zaman penjajahan Belanda yaitu pada tanggal 8 September 1905 dengan nama N.V. Water Leiding Maatschappij yang berkantor pusat di Amsterdam, Belanda.

Dimana pada tahun 1979 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Sumatera Utara Nomor 11 tahun 1979 tentang Perusahaan Daerah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi milik Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Seiring dengan banyaknya permintaan akan air bersih dan setelah sumberairyang berada di Sibolangit tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota Medan, maka padatanggal 01 April 1969 dilakukanlah pencangkulan pertama tanda dimulainya proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kecamatan Sunggal oleh Kepala Daerah provinsi Sumatera Utara yaitu Marah Halim Harahap dan Ketua DPRD Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, J.H. Hutahuruk.

PDAM Tirtanadi IPA Sunggal memproses air di permukaan dari sungai Belawan dengan kapasitas 300 liter/detik. Pada tanggal 28 Desember 1970, dimulailah produksi air bersih di IPA Sunggal yang dipimpin oleh seorang manajer, sedangkan unit pemasaran untuk wilayah Sunggal masih terpusat di Kantor Pusat PDAM Tirtanadi Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan.

(25)

Tirtanadi sehingga Unit Pengolahan Teknis (UPT) menjadi setingkat seksi yaitu seksi Sunggal di bawah kendali bagian produksi.

Tahun 1986, pelaksanaan proyek seksi Sunggal melakukan pengembangan-pengembangan tersebut meliputi :

a. Membangun 1 unit Clearator dengan kapasitas 300 liter/detik. b. Membangun filter kapasitas 300 liter/detik.

c. Membangun resevoir (I & II) dengan kapasitas 12.000 m3 dan pembangunan ini baru selesai pada tahun 1989.

Dengan makin berkembangnya produksi Seksi Sunggal, maka pada tanggal 19 Mei 1989, seksi Sunggal berubah status menjadi organisasi menjadi cabang Sunggal, dimana cabang ini selain melakukan pengolahan air (kegiatan produksi), juga melayani pelanggan (kegiatan pemasaran). PDAM Tirtanadi IPA Sunggal telah banyak menerima sertifikat dari berbagai institusi. Pada tahun 2003, IPA Sunggal mendapatkan sertifikat ISO 9001-2000 oleh KEMA, Requisteres Quality, pada tahun 2004, IPA Sunggal juga memperoleh sertifikat ISO 14001-2004 oleh TUV.

4.2 Visi dan Misi PDAM Tirtanadi a. VISI

PDAM Tirtanadi IPA Sunggal mampu melayani kebutuhan air minum bagi seluruh penduduk kota Medan pada tahun 2020.

b. MISI

Misi merupakan sesuatu yang harus di laksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan. Misi PDAM Tirtanadi IPA Sunggal untuk mendukung tercapainya visi adalah:

1. Mengelola pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan kepada masyarakat secara merata, tertib dan teratur

(26)

3. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui sistem perpipaan

4. Meningkatkan pendapatan daerah 4.3 Struktur Organisasi

PDAM Tirtanadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan air bersih yang berkantor pusat di jalan Sisingamangaraja 1 Medan. Perusahaan ini memiliki kantor cabang yang berada di wilayah kota Medan dan daerah tingkat II, serta instalasi pengolahan air bersih dan instalasi pengolahan air limbah.

Tabel 4.1 Pembagian Cabang Pelayanan

No. Cabang Pelayanan Alamat

1. Medan Kota Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan Telp. (061) 4571666

. Medan Denai Jl. Garuda Perumnas Mandala, Medan Telp (061) 7366626

3. Padang Bulan Jl. Letjend.Djamin Ginting Km.9, Medan Telp (061) 8360432

4. Medan Labuhan Jl. Medan Belawan Km 15.5, Medan Telp (061) 6851449 - 6855745

(27)

10. HM. Yamin Jl. Profesor HM. Yamin, SH Telp (061) 4531036

11. Diski Jl. Medan Binjai Telp (061) 8460984 12. Medan Amplas Jl. Panglima Denai No 70 Medan Telp

(061)77833277

13. Cemara Jl. Flamboyan No 1, Medan Telp (061) 6642141

14. Padang Sidempuan Jl. Cut Nyak Dien No 9 Padang Sidempuan Telp (0634) 21297, 21865

15. Deli Serdang Jl. Tengku Raja Muda No 17a Lubuk Pakam Telp (061) 7956053, 7956054

16. Toba Samosir Jl. Sisingamangaraja No 89 Balige Telp (0632)21381

17. Tapanuli Tengah Jl. Imam Bonjol No 9 Pandan Sibolga 18. Brastagi Jl. Veteran No 3 BrastagiTelp (0628) 91320 19. Nias Selatan Jl. Teluk Dalam Telp (0630) 21253

20. Samosir Jl. DI Panjaitan No 215 Pangunguran Telp (0626)20230

Tabel 4.2 Pembagian Instalasi Pengolahan Air Bersih

No. Cabang Pelayanan Alamat

1. Sibolangit Jl. Raya Medan Brastagi, Sibolangit Telp (0628) 97445

2. Deli Tua Jl. Pamah Deli Tua Medan Telp (061) 7031075

3. Sunggal Jl. Sunggal Pekan, Medan Telp (061) 8213751

(28)

No. Cabang Pelayanan Alamat

1. Boosterpump Jl. Prof. HM. Yamin, Medan Telp (061) 4531096

2. Instalasi Cemara Jl. Flamboyan, Cemara Medan Telp (061) 6638349

Struktur organisasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal adalah bentuk garis yang dikepalai oleh seseorang kepala cabang instalasi dan dibagi atas blok-blok kegiatan utama yang mengarah kepada spesialisasi dan kompetensi.

Adapun struktur organisasi PDAM Tirtana di Sunggal adalah sebagai berikut :

4.4 Kebijakan Mutu

Direksi dan seluruh pegawai PDAM Tirtanadi berkomitmen secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan, kualitas air bersih, kuantitas air dan kontinuitas air untuk memuaskan pelanggan PDAM Tirtanadi dan stake holdersndalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan.

(29)

a. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dengan melakukan peningkatan terus-menerus.

b. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas untuk menghasilkan profit yang optimum.

c. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

e. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan dan kemampuan perusahaan.

f. Mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku. 4.5Bagian dan Tugas Operator PDAM Sunggal

1. Pengendalian Distribusi

a) Periksa dan catat amper pompa distribusi setiap jam.

b) Periksa dan catat debit air bersih Q1 s/d Q5 dari monitoring setiap jam. c) Periksa dan catat debit total air bersih dari monitoring setiap jam. d) Periksa dan catat tekanan jaringan Q1 s/d Q5 setiap jam.

e) Catat pompa distribusi yang beroperasi.

f) Catat level air reversoir I dan II dari monitoring setiap jam.

g) Buat laporan kerusakan bila menemukan kelainan dan kerusakan alat.

2. Pengendalian Netralisasi

a) Catat pH reservoir I dan II dari labolatorium.

b) Periksa dan catat pompa kapur yang beroperasi setiap jam. c) Catat waktu pengisisan kapur.

d) Buat laporan kerusakan bila menemukan kelainan/kerusakan alat. 3. Pengendalian Chlorinasi

(30)

b) Ganti jalur chlorin bila tekanan mendekati <1 bar. c) Periksa dan catat rotameter chlorinator setiap jam. d) Atur rotanometer bila ada permintaan dari laboratorium. e) Catat tekanan air pelarut.

f) Catat pompa booster yang beroperasi.

g) Catat waktu, jalur nomor tabung saat penggantian jalur. h) Buat laporan kerusakan jika menemukan kerusakan. 4. Pengendalian Filter

a) Catat operasi filter.

b) Periksa level air filter tiap jam. c) Periksa posisi level filter jika normal.

d) Catat waktu start dan stop pada saat backwash. e) Catat waktu lamanya backwash.

f) Catat nomor pompa backwash yang sedang beroperasi.

g) Buat laporan kerusakan bila menemukan kelainan/kerusakan alat. 5. Pengendalian Clarifier

a) Catat debit clearator tiap 2 jam dan monitoring scada. b) Periksa adn catat putaran agitator clerator tiap 2 jam. c) Buka dan catat main disludge sesuai kebutuhan lab. d) Buat laporan kerusaka bila ada kerusakan kelainan alat. 6. Pengendalian Koagulasi

a) Periksa dan catat level larutan tawas tiap jam.

b) Jika mendekati level minimum 0.20 m maka dilakukan pengalihan ke stok bak tawas yang lain.

(31)

e) Periksa debit pompa alum dan catat tiap 2 jam, catat dalam form isian f) Buat laporan kerusakan bila ada kerusakan/kelainan alat.

7. Pengendalian Intake dan RWT

a) Periksa dan catat level air sungai tiap jam

b) Memastikan level air RWT 1&2 antara 1,70 m sampai 2.0 m c) Memastikan level air di RWT 3&4 antara 1.55 m sampai 2.0 m d) Membuat laporan kerusakan jika menemukan kelainan dan kerusakan

4.6Waktu Kerja

Hari kerja di PDAM Sunggal terdiri dari 6 hari dan libur 2 hari. PDAM Sunggal Medanmenerapkan shift kerja dengan rotasi 3 hari dimana setiap shift berlangsung selama 2 hari shift pagi, 2 hari shift sore dan 2 hari shift malam.

Jam kerja masing-masing shift yaitu : a.Shift pagi pukul 08.00-14.00 WIB b.Shift sore pukul 14.00-21.00 WIB c.Shift malam pukul 21.00-08.00 WIB 4.7Karakteristik Responden

(32)

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Operatordi PDAM Sunggal Medan Tahun 2015

Karakteristik Responden Jumlah

N %

Umur

< 35 tahun 7 46.7

≥ 35 tahun 8 53.3

Total 15 100

Masa Kerja

< 14 tahun 9 60

≥ 14 tahun 6 40

Total 15 100

Status Pernikahan

Menikah 14 93.3

Belum Menikah 1 6.7

Total 15 100

(33)

4.8Hasil Univariat

4.8.1 Kelelahan Saat Bekerja di Jam Kerja Lembur (21.00-08.00 WIB)

Tingkat kelelahan saat pada operator PDAM Sunggal Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 4.5 Distribusi kelelahan kerja pada pekerja operator unit Instalasi Sunggal PDAM Medan menggunakan kuesioner KAUPK2

(34)

4.9Hasil Bivariat

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada 15 operator unit instalasi PDAM Sunggal diketahui bahwa semua operator mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan yang berbeda-beda. Selanjutnya dilakukan uji Chi-square untuk melihat apakah ada hubungan jam kerja lembur dengan terjadinya kelelahan pada operator unit instalasi PDAM Sunggal Medan tahun 2015.

Tabel 4.6 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi-square Hubungan Jam Kerja Lembur dengan Kelelahan Kerja pada operator unit instalasi PDAM Sunggal Medan tahun 2015.

Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa kategori lelah yaitu 13 orang (86.7%) sedangkan kategori sangat lelah sebanyak 2 orang (13.3%).

Pada hasil uji Chi-square antara jam kerja lembur dengan kelelahan kerja dapat diketahui nilai p = 0,005 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan jam kerja lembur dengan terjadinya kelelahan kerja pada pada operator unit instalasi PDAM Sunggal Medan tahun 2015.

Jam kerja lembur

Kelelahan Kerja Sig (p) Lelah Sangat Lelah

N % n %

3 jam

13 86,7 2 13,3 0,005

(35)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kelelahan di Jam Kerja Lembur (21.00-05.00 WIB)

Pada saat lembur, Keluhan kesehatan yang paling banyak pada kategori sering pada operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi adalah sukar berpikir dan tidak tenang ketika berbicara berjumlah 3 orang (20%) dan kategori jarang adalah tidak pernah berkonsentrasi, daya pikir menurun, cenderung lupa sebanyak 11 orang (73.3%). Kategor tidak pernah yang paling banyak adalah tidak tekun dalam bekerja, enggan bekerja cekatan, tidak kuat berjalan masing-masing sebanyak 10 orang (66.7%).

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat kelelahan operator unit instalasi PDAM Sunggal pada jam kerja lembur (21.00-05.00 WIB) yaitu pada tingkat lelah sebanyak 13 orang (86.7%), tingkat sangat lelah sebanyak 2 orang (13.3%)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2), Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, operator mengaku sering merasakan merasakan berat di kepala, berat di kaki, sering menguap, pikiran terasa kacau saat bekerja, mengantuk, beban pada mata, merasa ingin berbaring, sakit kepala, pusing, mengganjal di kelopak mata. Operator kadang-kadang merasakan gerakan kaku, tidak stabil berdiri, susah berpikir, malas bicara, tidak dapat berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, cenderung lupa, cemas, sulit mengontrol sikap, kaku pada bahu. Keadaan ini dapat terjadi karena masing-masing pekerja mempunyai kemampuan tubuh ataupun respon yang berbeda-beda dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

(36)

tidur pada operator juga terganggu karena mereka diwajibkan harus dalam keadaan siap dan tidak boleh lengah agar dapat terus memantau jumlah debit air. Kewajiban tersebut yang membuat operator sangat sering merasa mengantuk dan ingin berbaring sehingga tingkat kelelahan yang dirasakan lebih tinggi daripada siang hari. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suma‟ mur (2013) yang menyatakan bahwa kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar, salah satunya yaitu faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan dan sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, bekerjanya saraf simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis.

Penyebab lain terjadinya kelelahan pada yaitu karena terganggunya irama sirkadian tubuh. Menurut Yulinda yang dikutip oleh Begani et. al. (2013) menyatakan bahwa bekerja pada malam hari dapat mengganggu pola tidur yang mengarah ke gangguan irama sirkadian normal yang terjadi selama 24 jam dimana orang terjaga pada siang hari dan tidur pada malam hari. Kegiatan selama malam hari ketika irama sirkadian dikondisikan untuk tidur tetapi digunakan untuk beraktivitas dan siang hari digunakan untuk tidur yang biasanya digunakan untuk melakukan aktivitas dapat menimbulkan dampak negatif yang salah satunya kelelahan pada pekerja yang bekerja pada malam hari. Gangguan irama sirkadian ini mengakibatkan perawat sering merasakan lelah pada seluruh badan saat kerja malam hari.

Beban kerja psikologi yang ditanggung oleh anggota operator pada saat bekerja malam hari tersebut dapat menimbulkan gejala kelelahan. Pendapat ini dijelaskan oleh Suma’mur (2013) yang mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan

(37)

perhatian, dan mudah melupakan sesuatu.

Pada jam kerja lembur operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi tidak melakukan kerja khusus, dan tetap melaksanakan pekerjaan seperti biasanya, adapun tugas operator unit Instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi yaitu:

a) Pengendalian Distribusi b) Pengendalian Netralisasi c) Pengendalian Chlorinasi d) Pengendalian Filter. e) Pengendalian Clarifier f) Pengendalian Koagulasi g) Pengendalian Intake dan RWT

Operator bertugas mengawasi, mencatat dan membuat laporan hal ini menimbulkan rasa bosan karena pekerjaan yang hanya terlalu monoton.Kejadian tersebut sesuai dengan pendapat Wignjosoebroto (2000) yang menjelaskan bahwa lelah monotonis yang dirasakan disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat monoton atau lingkungan kerja yang sangat menejmukan serta pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan skill. Akibat dari monotonnya pekerjaan yang dijalani, operator mengaku sering menguap dan mengantuk.

5.2 Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja

(38)

berbaring, serta waktu siang yang tidak bisa dimanfaatkan dengan baik untuk tidur karena adanya gangguan-gangguan dari lingkungan sekitar.

Selanjutnya tanggung jawab yang harus dijalani pada malam hari juga menimbulkan beban kerja khususnya beban psikologi yang berdampak pada timbulnya stress yang salah satu akibatnya dapat menyebabkan terjadinya kelelahan karena harus selalu memonitor proses pengolahan air menuntut operator untuk selalu siaga untuk melakukan penjagaan.

Keadaan irama sirkadian yang terganggu pada malam hari juga menjadi penyebab timbulnya kelelahan pada operator karena fungsi tubuh yang tidak sesuai dimana tubuh beraktivitas pada malam hari dan istirahat pada siang hari. Irama sirkadian yang di maksud menurut Winarsunu (2008) yang menjelaskan bahwa selama 24 jam tubuh mempunya 2 fase, yaitu fase ergotrophic dimana pada siang hari semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan, serta fase trophotropic dimana pada malam hari tubuh melakukan pembaharuan cadangan

energy atau penguatan kembali.

Seluruh pekerja yang melakukan lembur yaitu pada waktu malam hari dan hingga waktu pagi hari, ini dapat dikaitkan dengan sistem kerja shift yang juga dilaksanakan pada malam hari. Menurut Setyawati (2010), shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini berhubungan irama sirkadian (Circadian rhythm) pada beberapa penelitian mengenai circadian rhythm, bekerja

(39)

ini juga akan diperburuk dengan adanya kegiatan pada siang hari, terutama pada pada pekerja yang telah menikah. Hal ini terlihat pada jawaban responden pada pertanyaan nomor 15 dimana responden sudah merasa lelah sebelum bekerja. Hasilnya pemulihan kembali kondisi tubuh tidak akan optimal. Jika hal tersebut terakumulasi hingga waktu yang lama maka akan berpengaruh dengan kelelahan pekerja.

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Keluhan kesehatan yang paling banyak pada kategori sering pada operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi adalah sukar berpikir dan tidak tenang ketika berbicara berjumlah 3 orang (20%) dan kategori jarang adalah tidak pernah berkonsentrasi, daya pikir menurun, cenderung lupa sebanyak 11 orang (73.3%). Kategor tidak pernah yang paling banyak adalah tidak tekun dalam bekerja, enggan bekerja cekatan, tidak kuat berjalan masing-masing sebanyak 10 orang (66.7%) 2. Kelelahan paling banyak pada kategori yaitu 13 orang (86.7%), sedangkan pada kategori sangat lelah sebanyak 2 orang (13.3%).

3. Ada hubungan jam kerja lembur dengan terjadinya kelelahan kerja pada operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi Medan tahun 2015 (p = 0,005).

6.2 Saran

1. Pekerja membiasakan diri melakukan peregangan otot seperti menggerakkan angggota tubuh yang sakit guna mengurangi rasa lelah akibat bekerja.

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Waktu Kerja

Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terorganisasi dalam waktu tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka akan menambah berat beban kerja yang diterimanya dan sebaliknya jika waktu yang digunakan oleh tenaga kerja itu dibawah waktu kerja sebenarnya maka akan mengurangi beban kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa aspek terpenting

dalam hal waktu kerja meliputi, lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja dan istirahat, dan waktu bekerja menurut periode waktu (pagi, sore, dan malam hari).

Menurut Wignjosoebroto (2003), waktu standar secara defenitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu (allowance time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan.

Menurut Husen (2009), dalam konteks penjadwalan terdapat perbedaan antara waktu (time) dan kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam, sedangkan kurun waktu atau durasi menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan, seperti lamanya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 jam. Menentukan durasi atau kegiatan biasanya dilandasi volume pekerjaan dan produktivitas kelompok pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

(42)

masyarakat,istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan, biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang berkepanjangan, timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang umumnya dapat bekerja dengan baik selama 40 jam (Rizahirfan, 2008).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tentang ketenaga kerjaan Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja. Ketentuan ini tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib membayar upah kerja lembur. Selanjutnya pasal 79 ayat 1, pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja. Waktu istirahat dan cuti meliputi, istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam, setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu, dan cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus.

2.2 Jam Kerja Lembur (Overtime)

2.2.1 Pengertian Jam Kerja Lembur (Overtime)

(43)

1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan.

2.Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur dalam pasal 1, waktu lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah.

2.2.2 Dampak Kerja Lembur

Adapun dampak yang diakibatkan oleh jam kerja lembur adalah sebagai berikut: 1. Pemicu Munculnya Depresi. Ketika seseorang bekerja selama 11 jam atau

lebih per harinya akan memiliki tingkat depresi yang cukup tinggi dibandingkan dengan mereka yang bekerja normal (7 - 8 Jam) sehari (Caruso et al., 2004).

2. Mempercepat Berbagai Gangguan Kesehatan. Bagi mereka yang bekerja diperkantoran, duduk sambil bekerja sudah menjadi kesehariannya. Berbagai dampak buruk dari terlalu lama duduk dapat menimbulkan diabetes, obesitas, kanker, serangan jantung (Patel et al., 2010).

(44)

4. Memperburuk Kesehatan Organ Jantung. Overtime atau kerja lembur berkontribusi besar terhadap berbagai gangguan kardiovaskuler seperti penyakit jantung, serangan jantung serta tekanan darah tinggi ). Seseorang yang bekerja 10 jam atau lebih per harinya beresiko terkena penyakit kardiovaskuler sebesar 60 persen (McInnes ., 2010).

5. Berbagai Gangguan Pada Penglihatan. Pekerjaan di era digital mengharuskan seseorang menatap layar komputer ataupun laptop dalam jangka waktu yang relatif lama. Tentu hal ini akan berefek serius pada organ mata seperti ketegangan pada mata, gejala sakit kepala, mata yang kering yang disertai dengan penglihatan yang kabur atau tidak jelas.

Masalah gejala penglihatan yang berhubungan dengan computer seperti kelelehan mata memiliki beberapa penyebab yang mirip dan tidak bisa diabaikan. Masalah penglihatan terminal (VDTs) menyebabkan gejala seperti ketengangan mata, ketidaknyamanan penglihatan, dan kelelahan penglihatan. Mendeteksi dan mendiagnosis penyebab dapat meningkatkan penglihatan dan menururnkan masalah penglihatan. Gejala dapat berupa, sakit kepala, ketengangan mata, mata kering, penglihatan kabur, iritasi mata, kelelahan mata, sensivitas terhadapa pencahataan, sakiyt punggung dan bahu dan penglihatan ganda(Tribley et al., 2011).

6. Terganggunya Fungsi Organ Otak. Kerja lembur yang dilakukan secara terus-menerus akan beresiko pada penurunan pada mental serta demensia (penurunan kemampuan intelektual ) (Virtanen et al., 2008).

2.3 Kelelahan Kerja

2.3.1 Defenisi Kelelahan Kerja

(45)

terhindar dari kerusakan lebih lanjut, semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Suma’mur, 2009).

Menurut Tarwaka dalam Rosanti (2011), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Selanjutnya menurut Budiono dalam Purnomo (2014) terdapat dua jenis kelelahan meliputi, kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai dengan gejala tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja.

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara, dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis. Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, adalah merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan (Nasution dalam Putra, 2011).

Mengingat kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas tetapi dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Purnomo dalam Setyawati, 2014).

(46)

timbul pada suatu keadaan, secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Sutalaksana, 1979).

Menurut Suma’mur (2009) Gejala atau perasaan atau tanda yang ada

hubungannya dengan kelelahan adalah: a. Perasaan berat di kepala. b. Menjadi lelah di seluruh badan. c. Kaki merasa berat.

d. Menguap.

e. Merasa kacau pikiran. f. Mengantuk.

g. Merasa berat di mata.

h. Kaku dan canggung dalam gerakan. i. Tidak seimbang dalam berdiri. j. Mau berbaring.

k. Merasa susah berfikir dan sakit kepala. l. Lelah bicara

m. Gugup.

n. Tidak dapat berkonsentrasi.

o. Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu. p. Cenderung untuk lupa.

q. Kurang kepercayaan diri.

r. Cemas terhadap sesuatu dan tidak dapat mengontol sikap. s. Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan.

t. Kekakuan dibahu dan merasa nyeri di punggung. u. Merasa pernafasan tertekan.

(47)

w. Merasa pening.

x. Spasme pada kelopak mata. y. Tremor pada anggota badan. z. Merasa kurang sehat.

2.3.2 Jenis Kelelahan kerja

Kelelahan kerja dapat dibedakan yang berdasarkan : 1. Waktu terjadinya kelelahan kerja, yaitu :

a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

• Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain.

• Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

• Depresi yang berat, dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000). 2. Penyebab terjadinya kelelahan

a. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi.

b. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial (Khairunnisa, 2001). 3. Proses dalam otot , terdiri dari:

(48)

mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma’mur , 2009).

b. Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas (Grandjean, 1985). Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi.

2.3.3. Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kelelahan

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik akibat kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu : jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap, mental dan kelelahan tenaga kerja. Kebisingan dan getaran merupakan gangguan yang tidak diinginkan, sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Hal ini sebaiknya dipahami sehingga tercipta kondisi fisik yang menyenangkan dalam bekerja (Nasution dalam Putra, 2011).

(49)

output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh faktor kelelahan kerja (Wignjosoebroto, 2000).

Menurut ILO dalam Setyawati yang dikutip dari Purnomo (2014), penyebab kelelahan kerja umumnya berkaitan dengan:

a. Sifat pekerjaan yang monoton.

b. Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi.

c. Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain yang tidak memadai.

d. Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik.

e. Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi. f. Circadian rhytm (irama sirkadian).

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran serta prose pemulihan. Menurut Naibaho (1997) Orang-orang lelah menunjukkan :

1. Penurunan perhatian.

2. Perlambatan dan hambatan persepsi. 3. Lambat dan sukar berfikir.

4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja. 5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Ada lima (5) kelompok yang penyebab kelelahan yaitu :

1. Keadaan monoton.

2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

(50)

5. Penyakit, perasaan sakit, keadaan gizi.

Salah satu penyebab kelelahan kerja adalah lamanya kerja mental dan fisik dan faktor-faktor yang lain yang telah disebutkan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis seperti mengantuk (Suma’mur PK, 2009).

2.3.4 Proses Terjadinya Kelelahan Kerja

Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan (Nasution dalam Putra, 2011).

Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut :

(51)

tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm3darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.

3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 liter/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara sekitar 15 liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan di mana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H 2O (air) dan CO2(karbondioksida) agar di keluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah) (Nasution dalam Putra, 2011).

Untuk kelelahan fisiologis, para ahli meyakini bahwa keadaan dan perasaan kelelahan yang timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran (Cortex cerebri) atas pengaruh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan

(52)

kerja kedua sistem antagonis tersebut (Sutalaksana, 1979).

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga (ketegangan emosi). Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat daripada sistem penggerak (Sutalaksana, 1979).

2.3.5 Akibat Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti :

1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat, menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.

(53)

Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis.

Dalam studi efek kelelahan harus dipahami bahwa gejala umum dari kelelahan kerja merupakan sebagai suatu hasil dari aktivitas yang panjang. Gejala kelelahan berikut merupakan gejala yang jelas dilihat dan dirasakan, yaitu menurunnya perhatian, lamban dalam bergerak, gangguan persepsi, pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja menurun, ketelitian menurun dan kesalahan meningkat (Grandjean,1985).

2.3.6 Pengukuran Kelelahan Kerja

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja antara lain: Waktu reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Tester (WBRT), uji ketuk jari (Finger Taping Test), uji Flicker fusion, uji Critical Fusion, uji Bourdon Wiersma, skala kelelahan IFRC (Industrial Fatique Rating Comite), skala Fatique

rating (FR skala), Ekskresi Katikolamin, Stroop Test (Suma’mur, 2009).

(54)

pada tahun 1988 bahwa belum terdapat suatu alat yang khusus untuk mengukur kelelahan kerja. Parameter-parameter yang pernah diungkapkan beberapa peneliti untuk mengukur kelelahan kerja ada bermacam-macam antara lain adalah:

a. Pengukuran Waktu Reaksi

Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respon terhadap rangsang tersebut. Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi. Parameter

waktu reaksi dipergunakan untuk pengukuran kelelahan kerja, namun dikemukakan bahwa waktu reaksi ini dipengaruhhi oleh faktor rangsangnya sendiri baik macam, intensitas maupun kompleksitas rangsangnya, dan juga dapat dipengaruhi oleh motivasi kerja, jenis kelamin, usia, kesempatan serta anggota tubuh yang dipergunakan.

b. Uji Finger-tapping (uji ketuk jari).

Uji Finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal mengetukkan jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini sangat lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai untuk menguji kelelahan kerja bermacam-macam pekerjaan.

c. Uji Flicker-Fusion.

Uji Flicker-fushion adalah pengukuran terhadap kecepatan berkelipnya cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan tertentu sehingga cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang kontinyu. Uji ini dipergunakan untuk menilai kelelahan mata saja.

d. Uji Critical Flicker-Fushion.

Uji Critical Flicker-fushion adalah modifikasi uji Flicker Fushion. Uji ini digunakan untuk pengujian kelelahan mata yang berat, dan mempergunakan Flicker Tester.

(55)

Uji Bourdon wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan bereaksi dan ketelitian. Uji ini dipakai untuk menguji kelelahan pada pengemudi.

f. Skala kelelahan Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).

Skala IFRC yang di disain untuk pekerja dengan budaya Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam perasaan kelelahan. Kelemahan skala ini yaitu bahwa perasaan kelelahan yang dirasakan seorang pekerja dan tiap butir pertanyaan dalam skala IFRC tidak dapat dievaluasi hubunganya. Uji kelelahan yang lain yaitu skala kashiwagi, yang terdiri atas 20 butir pertanyaan yang mengandung dimensi pelemahan aktivitas dan pelemahan motivasi. Kedua skala ini tidak merupakan pendekatan yang menentukan karena dengan kedua skala ini tidak diperoleh hasil yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja maupun kriteria lain yang mendukung. Diutarakan pula bahwa perlu dilakukan survei psikososial dan ekologi diantara para pekerja untuk mengetahui sebab kelelahan kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

g. Pemeriksaan Tremor Pada Tangan.

Cara ini tidak dapat dipakai untuk mengukur kelelahan pada tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya tremor pada tangan dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi juga dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu. h. Metode Blink.

Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang terkejab secara cepat dan berulang-ulang. Cara ini pun tidak dapat untuk menguji jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan.

(56)

Pada kasus kelelahan ekskresi katekolamin tidak selalu meningkat. Pada pekerja beberapa macam pekerjaan yang mengalami kelelahan kerja tidak terjadi peningkatan ekskresi katekolamin.

j. Stroop Test.

Dalam uji ini seseorang diminta menyebutkan nama warna-warna tinta suatu seri huruf atau kata-kata. Pengujian ini kurang memadai untuk pengujian suatu keadaan kelelahan kerja.

k. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja.

KUPK2 merupakan suatu alat untuk mengukur indikator perasaan kelelahan kerja yang di disain oleh Setyawati (1994) khusus bagi pekerja Indonesia. KUPK2 ada tiga macam yaitu KUPK2 I, KUPK2 II, dan KUPK2 III yang masing-masing terdiri atas 17 butir pertanyaan, yang telah teruji kesahihan dan kehandalanya untuk mengukur perasaan kelelahan pada pekerja yang mengeluh adanya perasaan kelelahan.

Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan mengukur perasaan lelah dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleoleh Setyawati pada tahun 1994 yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain: sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap mata orang lain, enggan bekerja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum bekerja, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu (Syarifuddin, 2005).

(57)

subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan kronis (Syarifuddin, 2005).

2.3.7 Penanggulangan Kelelahan Kerja

Kelelahan dengan menurunnya efisiensi dan ketahanan dalam bekerja meliputi segenap kelelahan tanpa mamandang apapun penyebabnya seperti, kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (visual), kelelahan fisik umum, kelelahan mental, kelelahan syaraf, kelelahan oleh karena lingkungan kerja yang monoton ataupun karena lingkungan kerja yang kronis terus-menerus.

Kelelahan merupakan komponen kelelahan fisik dan psikis. Kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis yang mengakibatkan kelelahan (Nasution dalam Putra, 2011).

(58)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

2.5Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara jam kerja lembur terhadap kelehan kerja pada operator unit instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi

Jam Kerja Lembur

(59)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja yang tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan potensi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya (Suma’mur, 2009).

Tenaga kerja yang sakit dan tidak bekerja menyebabkan yang bersangkutan tidak produktif selama ia sakit dan tidak bekerja. Untuk bekerja produktif, pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka terjadi gangguan pada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja.

Berdasarkan undang undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(60)

kerja sebagaimana dimaksud tidak berlaku bagi sektor usaha dan pekerjaan tertentu. Menurut pasal 7 Peraturan Menteri No.102/MEN/VI/2004, perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja lembur berkewajiban membayar upah kerja lembur, memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya, memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih (pemberian makan dan minum sebagaimana dimaksud tidak boleh diganti dengan uang).

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur dalam pasal 1, waktu lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah

Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang besangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja yaitu lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja dan istirahat, waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi, siang, sore) dan malam hari.

(61)

kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasaan (Suma”mur, 2009).

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Business Roundtable tahun 1980 bahwa kerja lembur berakibat terhadap penurunan produktivitas tenaga kerja pada proyek konstruksi. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Thomas dan Raynar tahun 1997, Dyah tahun 1998 menyatakan bahwa kerja lembur berakibat pada penurunan produktivitas tenaga kerja (Thomas dalam Abriyani, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Dembe et al., (2005) bekerja pada pekerjaan dengan jam kerja lembur menghasilkan 61% resiko kecelakaan yang lebih tinggi dibandingan pekerjaan tanpa jam kerja lembur. Berkerja setidaknya 12 jam per hari berdampak pada lebih tingginya kecelakaan kerja sebanyak 37 persen, dan bekerja setidaknya 60 jam seminggu berdampak bertambah tingginya kecelakaan kerja sebanyak 23%. Sebuah dampak respon yang tinggi ditemukan, dengan jumlah kecelakaan (per 100 dari waktu kerja pertahun yang dikumpulkan pada waktu kerja tertentu) bertambah dalam korespondensi pada jumlah jam kerja perhari (atau per minggu) pada jadwal kerja pekerja biasanya.

Kerja lembur menghasilkan waktu tidur yang pendek, dimana menekan efek spesifik dari Acute Myocardial Infarction (AMI), studi lembaga kanker amerika menemukan bahwa tidur 4 jam atau lebih sedikit, memiliki angka kematian lebih tinggi dari penyakit jantung koroner daripada mereka yang tidur 7-7.9 jam (Kripke, 1979).

(62)

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Purnomo (2014) pada pekerja pembangunan proyek Gedung Telkomsel di Kota Medan. Dari 42 pekerja terdapat 13 orang (31%) dengan kerja lembur < 3 jam/hari yang mengalami lelah dan 11 orang (26,2%) mengalami sangat lelah sedangkan pada pekerja dengan jam lembur > 3 jam/hari terdapat 2 orang (4,7%) mengalami lelah, 16 orang (38,1%) mengalami sangat lelah.

Pada dasarnya semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri (Nurmianto, 2004).

Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja cepat terjadi yaitu faktor internal seperti : usia, jenis kelamin, kesehatan, pengetahuan, sikap, keterampilan,dan lain-lain dan faktor eksternal seperti : suhu, cahaya, ventilasi, kebisingan, sifat pekerjaan dan postur kerja (Suma’mur, 2009).

Menurut Mardi dalam Purnomo (2014) Tubuh kita memiliki irama dan ritmenya sendiri, yang disebut dengan circadian rhythm. Kebanyakan sistem metabolisme tubuh kita sangat aktif pada waktu tertentu dan tidak aktif pada saat yang lain. Sebagai contoh, denyut jantung dan temperatur badan kita berubah-ubah selama 24 jam. Biasanya berada pada titik terendah pada jam 4.00 pagi dan mencapai puncak pada siang hari. Aktivitas metabolisme (kemampuan tubuh menghasilkan energi dari makanan) paling tinggi pada siang sampai sore hari. Secara alamiah, tubuh kita diciptakan untuk aktif pada siang hari dan butuh beristirahat pada malam hari untuk penyegaran dan recovery. Fluktuasi circadian rhythm menjadi sebab yang mempengaruhi perubahan kinerja mental dan fisik .

(63)

mana pekerjaan operator dibagi menjadi 4 bagian yaitu: pengendalian distribusi, netralisasi,chlorinasi,filter,clarifier,koagulasi,Intake dan RWT. Operator unit instalasi Sunggal bekerja penuh pada perusahaan dan tidak mengambil pekerjaan lain di luar unit instalasi Sunggal.

Pengawasan proses pengolahan air dilakukan pada jam-jam tertentu sesuai dengan apa yang ditentukan perusahaan, sehingga pekerjaan operator terrasa monoton. Pekerjaan operator diawasi oleh bagian kantor pusat unit instalasi PDAM Sunggal, namun hanya pada jam masuk kantor saja, sehingga pada shift III tidak ada pengawasan pada pekerjaan operator.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis pada tenaga kerja unit Instalasi Sunggal pada tim A sebanyak 4 orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki, terlihat bahwasanya tenaga kerja di lapangan bekerja dengan sistem shift, pada shift I operator pekerja mulai pukul 08.00-14.00 WIB yaitu selama 6 jam, pada shift II bekerja mulai pukul 14.00-21.00 WIB yaitu selama 7 jam dan pada shift III

operator bekerja mulai pukul 21.00-08.00 WIB yaitu Selama 11 jam.

Jam kerja lembur pada operator Instalasi Sunggal terdapat pada shift III, yang dimulai dari pukul 21.00-08.00 WIB. Pada shift III operator Instalasi Sunggal bekerja selama 11 jam setiap harinya dengan upah lembur Rp.3000/jam. Unit Instalasi Sunggal menerapkan sistem 3-3-3 bagi operator. Sistem ini dibuat dimana masing-masing shift kerja lamanya 2 hari, pada akhir shift III diberikan libur 2 hari. Karyawan yang bekerja dengan menggunakan shift terbagi menjadi 4 tim dan bekerja dengan 3 shift kerja.

Gambar

Gambar 1. Wawancara dengan operator  operator Grup A
Tabel 4.1 Pembagian Cabang Pelayanan
Tabel 4.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Operatordi PDAM Sunggal Medan Tahun 2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya kelelahan ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan

Hubungan Kadar COHb dan Beban Kerja Fisik dengan Kelelahan Kerja pada Operator SPBU di Surakarta, Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran,

Variabel bebas pada penelitian ini adalah beban kerja fisik(X1), beban kerja mental(X2) dan kelelahan(X3) serta variabel terikat yaitu jumlah pengangkutan box

“Hubungan Antara Waktu Kerja Dan Beban Kerja Fisik Dengan Perasaan Kelelahan Pada Pekerja Di Home Industry Tahu Di Dukuh Janten,” Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penga- ruh faktor fisik lingkungan kerja, faktor psikologi (kon- flik kerja, motivasi dan stres kerja), beban kerja fisik, monoton

Variabel bebas pada penelitian ini adalah beban kerja fisik(X1), beban kerja mental(X2) dan kelelahan(X3) serta variabel terikat yaitu jumlah pengangkutan box

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adahubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum

Hasil dari uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja fisik dengan perasaan kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja pelayanan teknik PT.. PLN ULP