• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja Pada Operator Di Unit Instalasi Sunggal Pdam Tirtanadi Di Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Jam Kerja Lembur Dengan Kelelahan Kerja Pada Operator Di Unit Instalasi Sunggal Pdam Tirtanadi Di Medan Tahun 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi

kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik

pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja yang tinggi hanya dapat dilakukan

oleh tenaga kerja dengan potensi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau

gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam

melakukan pekerjaannya (Suma’mur, 2009).

Tenaga kerja yang sakit dan tidak bekerja menyebabkan yang bersangkutan

tidak produktif selama ia sakit dan tidak bekerja. Untuk bekerja produktif, pekerjaan

harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat

kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka terjadi gangguan pada

kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk

terhadap produktivitas kerja.

Berdasarkan undang undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 13 tentang ketenagakerjaan Tahun

2003 pasal 77 ayat 2 dan 3, pada pengaturan waktu kerja, ada ketentuan tersendiri

yaitu 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam

(2)

kerja sebagaimana dimaksud tidak berlaku bagi sektor usaha dan pekerjaan tertentu.

Menurut pasal 7 Peraturan Menteri No.102/MEN/VI/2004, perusahaan yang

mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu kerja lembur berkewajiban membayar

upah kerja lembur, memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya, memberikan

makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur

dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih (pemberian makan dan minum sebagaimana

dimaksud tidak boleh diganti dengan uang).

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur dalam

pasal 1, waktu lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40

(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)

hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan

atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah

Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang besangkutan,

efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu

kerja yaitu lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antara waktu

kerja dan istirahat, waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang

hari (pagi, siang, sore) dan malam hari.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari umumnya 6-10 jam.

sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,

istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama

kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja

yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil akhir kerja serta

(3)

kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasaan

(Suma”mur, 2009).

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Business Roundtable tahun 1980

bahwa kerja lembur berakibat terhadap penurunan produktivitas tenaga kerja pada

proyek konstruksi. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Thomas dan

Raynar tahun 1997, Dyah tahun 1998 menyatakan bahwa kerja lembur berakibat pada

penurunan produktivitas tenaga kerja (Thomas dalam Abriyani, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Dembe et al., (2005) bekerja pada pekerjaan

dengan jam kerja lembur menghasilkan 61% resiko kecelakaan yang lebih tinggi

dibandingan pekerjaan tanpa jam kerja lembur. Berkerja setidaknya 12 jam per hari

berdampak pada lebih tingginya kecelakaan kerja sebanyak 37 persen, dan bekerja

setidaknya 60 jam seminggu berdampak bertambah tingginya kecelakaan kerja

sebanyak 23%. Sebuah dampak respon yang tinggi ditemukan, dengan jumlah

kecelakaan (per 100 dari waktu kerja pertahun yang dikumpulkan pada waktu kerja

tertentu) bertambah dalam korespondensi pada jumlah jam kerja perhari (atau per

minggu) pada jadwal kerja pekerja biasanya.

Kerja lembur menghasilkan waktu tidur yang pendek, dimana menekan efek

spesifik dari Acute Myocardial Infarction (AMI), studi lembaga kanker amerika

menemukan bahwa tidur 4 jam atau lebih sedikit, memiliki angka kematian lebih

tinggi dari penyakit jantung koroner daripada mereka yang tidur 7-7.9 jam (Kripke,

1979).

Karena dampak yang potensial dari kelelahan pada kesehatan, keselamatan

dan produktivitas yang mana dengan bertambahnya jam kerja dimana orang-orang

seharusnya tidur dapat dihubungan dengan kelelahan kerja pada tempat kerja.

(4)

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Purnomo (2014) pada pekerja

pembangunan proyek Gedung Telkomsel di Kota Medan. Dari 42 pekerja terdapat 13

orang (31%) dengan kerja lembur < 3 jam/hari yang mengalami lelah dan 11 orang

(26,2%) mengalami sangat lelah sedangkan pada pekerja dengan jam lembur > 3

jam/hari terdapat 2 orang (4,7%) mengalami lelah, 16 orang (38,1%) mengalami

sangat lelah.

Pada dasarnya semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja.

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.

Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja

dalam industri (Nurmianto, 2004).

Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja cepat terjadi yaitu faktor

internal seperti : usia, jenis kelamin, kesehatan, pengetahuan, sikap, keterampilan,dan

lain-lain dan faktor eksternal seperti : suhu, cahaya, ventilasi, kebisingan, sifat

pekerjaan dan postur kerja (Suma’mur, 2009).

Menurut Mardi dalam Purnomo (2014) Tubuh kita memiliki irama dan

ritmenya sendiri, yang disebut dengan circadian rhythm. Kebanyakan sistem

metabolisme tubuh kita sangat aktif pada waktu tertentu dan tidak aktif pada saat

yang lain. Sebagai contoh, denyut jantung dan temperatur badan kita berubah-ubah

selama 24 jam. Biasanya berada pada titik terendah pada jam 4.00 pagi dan mencapai

puncak pada siang hari. Aktivitas metabolisme (kemampuan tubuh menghasilkan

energi dari makanan) paling tinggi pada siang sampai sore hari. Secara alamiah,

tubuh kita diciptakan untuk aktif pada siang hari dan butuh beristirahat pada malam

hari untuk penyegaran dan recovery. Fluktuasi circadian rhythm menjadi sebab yang

mempengaruhi perubahan kinerja mental dan fisik .

Operator unit instalasi Sunggal, memperkerjakan sebanyak 15 operator yang

(5)

mana pekerjaan operator dibagi menjadi 4 bagian yaitu: pengendalian distribusi,

netralisasi,chlorinasi,filter,clarifier,koagulasi,Intake dan RWT. Operator unit instalasi

Sunggal bekerja penuh pada perusahaan dan tidak mengambil pekerjaan lain di luar

unit instalasi Sunggal.

Pengawasan proses pengolahan air dilakukan pada jam-jam tertentu sesuai

dengan apa yang ditentukan perusahaan, sehingga pekerjaan operator terrasa

monoton. Pekerjaan operator diawasi oleh bagian kantor pusat unit instalasi PDAM

Sunggal, namun hanya pada jam masuk kantor saja, sehingga pada shift III tidak ada

pengawasan pada pekerjaan operator.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis pada tenaga kerja unit

Instalasi Sunggal pada tim A sebanyak 4 orang yang semuanya berjenis kelamin

laki-laki, terlihat bahwasanya tenaga kerja di lapangan bekerja dengan sistem shift,

pada shift I operator pekerja mulai pukul 08.00-14.00 WIB yaitu selama 6 jam, pada

shift II bekerja mulai pukul 14.00-21.00 WIB yaitu selama 7 jam dan pada shift III

operator bekerja mulai pukul 21.00-08.00 WIB yaitu Selama 11 jam.

Jam kerja lembur pada operator Instalasi Sunggal terdapat pada shift III, yang

dimulai dari pukul 21.00-08.00 WIB. Pada shift III operator Instalasi Sunggal bekerja

selama 11 jam setiap harinya dengan upah lembur Rp.3000/jam. Unit Instalasi

Sunggal menerapkan sistem 3-3-3 bagi operator. Sistem ini dibuat dimana

masing-masing shift kerja lamanya 2 hari, pada akhir shift III diberikan libur 2 hari.

Karyawan yang bekerja dengan menggunakan shift terbagi menjadi 4 tim dan bekerja

dengan 3 shift kerja.

Pada shift III terlihat jumlah jam kerja yaitu 11 jam sehingga disimpulakan

jam kerja shift III, kelebihan jam kerja selama 3 jam, dari jam kerja normal yang

diperbolehkan yaitu 8 jam , sehingga disimpulkan operator di unit Istalasi Sunggal

(6)

pekerjaan khusus, namun tetap melaksanakan pakerjaan seperti biasanya yaitu

melakukan pemeriksaan terhadap kondisi air dan bahan penjernihan air.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara singkat yang dilakukan pada

operator Instalasi Sunggal yang sedang lembur ditemukan mata merah pada 2

operator yang matanya merah, disebabkan karena mengantuk harus mengerjakan

pekerjaan yang monoton, keluhan lainnya yaitu pegal pada kaki karena harus naik

turun tangga, berdasarkana keluhan-keluhan yang dirasakan operator, maka penulis

berminat untuk melakukan penelitian mengenai hubungan jam kerja lembur terhadap

kelelahan kerja pada operator Instalasi Sunggal PDAM di kota Medan tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang

diteliti adalah apakah ada hubungan jam kerja lembur dengan kelelahan kerja pada

operator di unit Instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi di Kota Medan tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan jam kerja lembur dengan terjadinya kelelahan

kerja di unit Instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi di Medan tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kerja lembur pada operator di unit Instalasi

Sunggal PDAM Tirtanadi di Kota Medan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui terjadinya kelelahan kerja pada operator di unit

Instalasi Sunggal PDAM Tirtanadi di Kota Medan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara jam kerja lembur dengan

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya hubungan antara kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tablet zat besi selama kehamilan dengan kejadian anemia menunjukkan bahwa banyak faktor yang

Oleh sebab itu RS Haji Jakarta membangun suatu jaringan komputer LAN untuk mempermudah pasien mendapatkan pelayanan dari bagian yang satu dengan bagian yang lain dan mendukung

Standar biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah Standar biaya Anggaran maksimal dalam pelaksanaan ujian tenaga honorer kategori II menjadi Calon Pegawai

adalah unsur pelaksana teknis operasional dan atau teknis penunjang pada Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kota Padang dalam bidang tera dan atau

Dari hasil uji coba yang dilakukan, pengaktifan pada mode manual dan otomatis dengan menggunakan AT89S52 dapat bekerja sesuai yang diharapkan, pada mode manual mikrokontroller

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 57 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

The critical legal question to come from Seale’s 2007 conviction is whether Civil Rights Era kidnapping prosecutions should proceed under the unlimited statute of limitations

Berdasarkan penelitaian atas pengelolaan barang/aset daerah pada Pemerintah Kabupaten Sampang tersebut diketahui hal-hal: (1) Secara umum, masih banyak Pengguna Barang