• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Diameter Dan Konsentrasi Asam Cuka (C2H4O2) Trehadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Junghet de Vriese)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Diameter Dan Konsentrasi Asam Cuka (C2H4O2) Trehadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Junghet de Vriese)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Produktivitas Getah Selama 30 hari (1 bulan) (gram/pohon/bulan)

(2)

Rata-Lampiran 2. Data Diameter Pohon

Kode Pohon Keliling (cm) Diameter (cm)

D1C1a 85 27,07

Kode Pohon Keliling (cm) Diameter (cm)

(3)

D2C4a 109 34,71

D2C4b 107 34,07

D2C4c 105 33,43

Kode Pohon Keliling (cm) Diameter (cm)

D3C1a 115 36,62

D3C1b 118 37,57

D3C1c 124 39,49

D3C2a 119 37,89

D3C2b 118 37,57

D3C2c 124 39,49

D3C3a 121 38,53

D3C3b 121 38,53

D3C3c 120 38,21

D3C4a 123 39,17

D3C4b 119 37,89

D3C4c 120 38,21

Kode Pohon Keliling (cm) Diameter (cm)

D4C1a 132 42,03

D4C1b 133 42,35

D4C1c 133 42,35

D4C2a 131 41,71

D4C2b 130 41,40

(4)

D4C3a 133 42,35

D4C3b 140 44,58

D4C3c 139 44,26

D4C4a 140 44,58

D4C4b 130 41,40

(5)

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data mber keragaman umlah kuadrat Derajat bebas

uadrat Tengah F Sig.

ta-rata 98821,918a 15 6588,128 37,354 ,000

rlakuan 184734,027 1 184734,027 1047,427 ,000 20419,296 3 6806,432 38,592 ,000 68366,617 3 22788,872 129,211 ,000

* B 10036,005 9 1115,112 6,323 ,000

ror 5643,821 32 176,369

tal 289199,766 48

Lampiran 4. Hasil Uji Beda Jarak Nyata Duncan Konsentrasi

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

pada α = 0,05

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Uji Kualitas Getah Pinus 1. Kadar Air (KA)

Berat cawan = 3,0069 Berat sampel = 5,2671 Berat setelah oven = 7,3612

KA(%) =berat awal−(berat setelah oven−berat cawan )

berat awal x 100%

KA(%) =5,2671−(7,3612−3,0069)

(6)

KA(%) =5,2671−4,3543

5,2671 x 100%

KA(%) =0,9028

5,2671x 100% KA(%) =17,14%

2. Kadar Kotoran (KK) Berat sampel = 10,8136 Berat kertas saring = 1,0227

Berat kertas saring + kotoran = 2,0241

KK(%) =(berat kertas saring +kotoran )−(berat kertas saring )

berat sampel x 100%

KK(%) =2,0241−1,0227

10,8136 x 100%

KK(%) =1,0014

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Dahlian, E. dan Hartoyo. 1997. Komponen Kimia Terpentin dari Getah Tusam (Pinus merkusii) Asal Kalimantan Barat. Info Hasil Hutan. Badan Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Bogor. 4(1):38-39

Darmawan, S., E. Yusnita, dan N. Hadjib. 2000. Sari Hasil Penelitian Tusam (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor. Hlm. 33-35.

Inhutani IV dan P3HH & SEK. 1996. Laporan Penelitian: Kelayakan Penyadapan Getah Pinus dengan Sistem Bor di PT. Inhutani IV Sumatera Barat. Kerjasama Penelitian antara PT Inhutani IV dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor. Kasmudjo. 1992. Usaha Stimulasi pada Penyadapan Getah Pinus. Duta Rimba.

No. 149-150/XVII Hal 15-20

---. 1992. Upaya Peningkatan Produksi Getah Pinus (Tusam). Duta Rimba. September – Oktober/207 – 208/XXII/1997.

Khaerudiin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Leksono, B. 1996. Analisis Multi Tapak Produksi Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese di Dua Lokasi Uji Keturunan. Buletin Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar. 12 (2): 160.

Pandit, I. K. N. dan R. Hikmat. 2002. Anatomi Kayu; Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku. Yayasan Penerbit Kehutanan Institut Bogor. Bogor Perum Perhutani dan IPB. 1989. Laporan Penelitian: Penyempurnaan Cara

Penyadapan Getah Pinus untuk Peningkatan Produksi Getah. Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Santosa, G. 2010. Pemanenan Hasil Hutan Bukan Kayu : Penyadapan Getah Pinus. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sasmuko, S. A. dan Totok, K. W. 2001. Optimalisasi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Produk Sadapan. Prosiding Optimalisasi Nilai Sumberdaya Hutan untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. 12 November 2001. Medan. Hlm. 4 – 5.

(8)

Siregar, E.B.M. 2005. Pemuliaan Pinus merkusii. Fakultas Pertanian. Jurusan Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sugiyono, Y., H. Sutjipto, dan Nyuwito. 2001. Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba. Januari/2001. Hlm. 23-27.

Tobing, T. L. 1999. Pengaruh Penyadapan Pohon Pinus Terhadap Pembentukan Saluran Damar Traumatis. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Vol. XII. No.2 Hlm 37-43.

Yusnita, E., S. Sumadiwangsa, D. Setyawan dan Erik Dahlan. 2001. Pengaruh Kadar Stimulan Terhadap Produktivitas Getah Pohon Pinus (Pinus

merkusii Jungh et de Vriese) Pada Berbagai Tingkat Umur Di Daerah

Sumedang, Jawa Barat. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol. 19: pp. (165-174). P3HH dan SEK. Bogor

Waluyo, S. 1984. Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar. Dewi Ruci Press. Jakarta

(9)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di areal kerja PT. Inhutani IV Unit Sumatera

Utara-Aceh, tepatnya di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah P.merkusiidanasamcuka. Adapun alat yang digunakan adalah pita ukur, mal sadap, kadukul, talang sadap, tempat penampungan, bark shaver (pembersih kulit), paku, palu, alat tulis, tally sheet, kalkulator dan timbangan.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu:

Faktor 1 : Diameter P.merkusii(D) Dengan 4 taraf : D1 = 25-30 cm

D2 = 31-35 cm D3 = 36-40 cm D4 = 41-45 cm

Faktor 2 : Pemberian stimulansi asam cuka (C)

Dengan 4 taraf : C1 = Tanpa pemberian stimulansi asam cuka C2 = 10%

(10)

Sehingga diperoleh kombinasi sebagai berikut :

D1C1 D1C2 D1C3 D1C4

D2C1 D2C2 D2C3 D2C4

D3C1 D3C2 D3C3 D3C4

D4C1 D4C2 D4C3 D4C4

Setiap perlakuan di buat 3 ulangan, maka keseluruhan pohon yang aka di ukur adala 48 pohon.

Model matematis untuk percobaan ini adalah :

ijk

=

+

i

+

j +

(

��

)

��

+ p

k +

ijk

Dimana :

Yijk = Produksi getah pada diameter ke-i dan,penambahanasamcuka ke-j danulanganke-k.

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh diameter ke-i (i = 1,2,3,4)

βj = Pengaruh pemberianasamcuka ke-j (j = 0, 10%, 20%)

(αβ)ij = Pengaruh interaksi diameter ke-i

denganpenambahankonsentrasiasamcukake-j

pk = Pengaruh diameter dan pemberian stimulansi asam cuka terhadap ulangan ke-k (k=1,2,3)

(11)

Prosedur Penelitian

Pengumpulan data di lapangan diambil dengan melakukan kegiatan pelukaan pohon (penyadapan) di lapangan. Penyadapan getah dilakukan dengan menggunakan sistem V (metode riil), dengan urutan kerja sebagai berikut:

a. Dilakukan pengukuran diameter batang pohon pinus yang akan disadap dengan menggunakan pita ukur dan memilih pohon yang jarak antara pohon yang satu dengan yang lainnya seragam.

b. Bagian batang yang akan disadap, kulitnya dibersihkan tanpa melukai kayunya.

c. Pola sadap dibuat di bagian tengah kulit yang sudah dibersihkan dengan menggunakan mal sadap. Pola sadap ini dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadap harus dibuat.

d. Kemudian dibuat lukaan dengan menggunakan metode riil dengan menggunakan alat sadap yang disebut kadukul. Luka sadap dibuat dengan arah miring keatas, dengan membentuk sudut kemiringan 400.

e. Pemasangan talang dilakukan setelah pembuatan pola sadap. Talang sadap dipasang pada pohon, kemudian ditekuk ke atas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk ke dalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.

f. Setelah pohon dilukai maka diletakkan batok penampung getah, diletakkan dengan baik agar penampungan getah tidak terganggu.

g. Pemungutan getah tergantung dari produktivitas getah yang dihasilkan oleh tanaman P.merkusii.

(12)

Parameter Penelitian

1. Volume getah pinus

Volume getah pinus yang di perolah dari hasil penyadapan. Menurut Soenarno,

et. al. (2000), perhitungan produksi getah rata-rata dinyatakan dalam satuan

gram/pohon/hari dihitung sebagai berikut:

Y =�

Dimana : Y = produksi getah (gr/pohon/hari) V = volume getah yang dipungut (gr) I = intensitas pemungutan (hari) 2. Kualitas getah pinus

Sesuai dengan SNI 7837:2012 syarat mutu getah pinus, kualitas getah pinusdibedakan atas dua kelas yaitu :

a.Mutu A

- Berwarna putih bening

- Tidak ada campuran tanah/lumpur dan kotoran lain (kandungan kotoran kurang 7%)

- Kadar air kurang dari 7% b.Mutu B

- Berwarna keruh kecoklatan

- Ada campuran tanah dan lumpur (kandungan kotoran 7 – 9 %) - Kadar air lebih dari 7-9 %

(13)

a. Uji Kadar Kotoran

1. Ditimbang contoh getah pinus (berat awal).

2. Ditambahkan minyak terpentin 15 ml, dilakukan pengadukan hingga getah tersebut larut.

3. Ditimbang kertas saring 100 mesh (berat kertas saring).

4. Dilakukan penyaringan dan ditampung cairan filtrasi pada ember lain. 5. Ditimbang kertas saring dan kotoran (berat akhir)

6. Dihitung kadar kotoran dengan rumus :

KK (%) =(berat akhir)−(berat kertas saring)

berat awal x 100%

b. Uji Kadar Air

1. Ditimbang berat sampel getah pinus (berat awal).

2. Cawan yang akan digunakan dikeringkan selama 15 menit, diangkat cawan dengan menggunakan penjepit lalu didinginkan di dalam desikator selama 15 menit.

3. Ditimbang berat cawan yang telah didinginkan.

4. Kemudian dimasukkan cawan yg telah berisi sampel kedalam oven 1050C selama 2 jam.

5. Setelah 2 jam, diambil cawan dan dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit.

6. Diangkat cawan dari desikator dan ditimbang berat cawan dan sampel setelah pengeringan.

7. Dihitung kadar air dengan rumus :

KA(%) =B. Awal−(B. Akhir−B. Cawan)

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Getah P. merkusii

Hasil pengumpulan data di lapangan meliputi produktivitas getah

P. merkusii yang diperoleh dengan cara melakukan penyadapan pada

pohon P. merkusii dengan menggunakan sadapan metode riil. Pohon yang disadap berumur ± 20 tahun dengan diameter 25-45 cm dan tinggi luka sadapan yang dibuat yaitu 10 cm di atas permukaan tanah. Menurut Martawijaya (1989) dalam Sasmuko et al. (2001), banyaknya getah yang dihasilkan oleh satu pohon sangat ditentukan oleh faktor umur dan diameternya. Penambahan umur dan diameter maka akan menyebabkan produktivitas getah akan semakin bertambah.

(15)

Tabel 1. Hasil Uji Beda Jarak Nyata Duncan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak

berbeda nyata pada α = 0,05

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa interaksi yang memberikan produktivitas getah rata-rata terbesar adalah konsentrasi stimulansia 30 % dengan diameter 41-45 cm yaitu sebesar 159,78g/pohon/bulan, walaupun melalui uji Duncan dapat dilihat bahwa interaksi ini tidak berbeda nyata pengaruhnya dengan interaksi konsentrasi stimulansia 20 % dengan diameter 41-45 cm. Untuk perlakuan konsentrasi stimulansia, konsentrasi sebesar 30 % menempati posisi pertama dalam memberikan hasil produktivitas getah rata-rata pinus terbesar. Pada perlakuan diameter dapat dilihat bahwa diameter 41-45 cm menempati posisi pertama dalam menghasilkan getah yang paling tinggi.

(16)

diameter 41-45 cm, sedangkan untuk perlakuan pemberian stimulansia asam pada penyadapan pinus dipilih konsentrasi 30 %. Mengingat bahwa stimulansia yang digunakan adalah asam cuka yang merupakan asam ramah lingkungan dan tidak merusak pohon sesuai dengan pernyataan (Kasmudjo, 1992), penggunaan stimulansia asam dapat menyebabkan terbukanya saluran getah yang menyempit atau tersumbat melalui proses penghangatan oleh asam. Akibatnya, saluran getah dan sel-sel parenkim terhidrolisi, tekanan menurun, cairan sel keluar sehingga getah menjadi lebih encer dan lebih lama keluarnya. Oleh karena itu pemilihan penggunaan konsentrasi stimulansia sebesar 30% merupakan pemilihan konsentrasi yang tepat dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas getah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusnita et. al (2001) bahwa pemilihan konsentrasi stimulansia yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi getah dan menurunkan biaya stimulansia serta menurunkan resiko kesehatan pohon, penyadap dan lingkungan.

(17)

produksi getah hasil penelitian ini tergolong rendah, hal ini dikarenakan faktor lingkungan di sekitar pohon. Lokasi penelitian di Siborong-borong merupakan daerah yang curah hujan tinggi sehingga akan mempengaruhi produktivitas getah pinus.Pa da penelitian sebelumnya dilokasi yang sama diperoleh produksi getah rata-rata tertinggi selama 1 tahun adalah 2,048 kg/pohon/tahun. Perbedaan ini diakibakan oleh penggunaan stimulansi yang berbeda yaitu asam sulfat yang merupakan asam kuat.

Pengaruh Konsentrasi Stimulansia

Hasil produktivitas getah pada areal PT. Inhutani IV dengan perlakuan konsentrasi stimulansia dapat dilihat pada Gambar 2.

(18)

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa nilai produktivitas getah cenderung meningkat seiring dengan pertambahan konsentrasi stimulansia. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi stimulansia maka nilai produktivitas getah yang dihasilkan cenderung semakin besar. Kenaikan nilai produktivitas getah berbanding lurus dengan tinggi konsentrasi stimulansia. Penggunaan stimulansia asam menyebabkan getah yang keluar semakin banyak, hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmudjo (1992) bahwa penggunaan stimulansia asam dapat menyebabkan terbukanya saluran getah yang menyempit atau tersumbat melalui proses penghangatan asam. Akibatnya, saluran getah dan sel-sel parenkim terhidrolisis, tekanan menurun, cairan sel keluar sehingga getah menjadi lebih encer dan lebih lama keluarnya. Secara umum, perbedaan konsentrasi stimulansia yang digunakan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas getah rata-rata yang dihasilkan. Penggunaan stimulansia diperlukan pada areal percobaan di Siborong-borong ini, dikarenakan suhu di areal ini relatif rendah dan kelembaban tinggi, sehingga getah akan cepat menggumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat maka dari itu aliran getah akan terhambat atau berhenti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyoni et al. (2001) yang menyatakan bahwa agar permukaan luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak membeku dapat digunakan stimulansia.

(19)

ke daerah yang dilukai. Setelah pohon dilukai stimulansia langsung disemprotkan ke bagian luka (dapat dilihat pada Gambar 3).

Gambar 3. Proses Pemberian Stimulansia

(20)

Pengaruh Diameter Pohon Pinus

Produktivitas getah hasil penelitan dengan perlakuan diameter tercantum pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Diameter Pohon Pinus Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan diameter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas getah, dapat dilihat bahwa untuk setiap diameter, jumlah produksi getah pinus tidak sama. Secara berturut-turut jumlah produktivitas rata-rata getah pinus selama 30 hari adalah 16,13 g/pohon/bulan, 25,36 g/pohon/bulan, 56,45 g/pohon/bulan dan 88,17 g/pohon/bulan.

Semakin besar diameter maka semakin besar produksi getah yang dihasilkan, sebaliknya semakin kecil diameter maka semakin sedikit produksi getah yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Gambar 3 yang menunjukkan bahwa diameter 41-45 cm memberikan hasil produktivitas getah tertinggi dibandingkan dengan dengan diameter dibawahnya. Sejalan

(21)

dengan pernyataan Wibowo (2006), pengaruh diameter terhadap produksi getah pinus berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon, yang menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah akan semakin meningkat.

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Stimulansia dengan Diameter Pohon Pinus

Selama satu bulan penelitian, pelukaan dan pemberian stimulansi dilakukan sebanyak 6 kali. Hasil produktivitas getah yang dihasilkan dari interaksi antara kedua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan yang memberikan produktivitas getah rata-rata tertinggi adalah konsentrasi stimulansia 30 % dan dengan diameter 41-45 cm yakni sebesar 159,78 g/pohon/bulan, sedangkan yang terkecil adalah interaksi antara perlakuan tanpa stimulansia dan dengan diamter 25-30 cm yakni sebesar 12,15 g/pohon/bulan. Hal ini berarti bahwa penggunaan

Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi

Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi

(22)

konsentrasi stimulansia tertinggi dan diameter yang besar dapat memberikan produktivitas getah tertinggi, sedangkan yang memberikan produktivitas getah terendah adalah perlakuan tanpa stimulansia dan diameter 25-30 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar diameter maka semakin besar produksi getah pinus yang dihasilkan. Namun, hasil produksi getah juga bergantung kepada tingginya konsentrasi stimulansia yang digunakan.

Kualitas Getah Pinus

Uji laboratorium kualitas getah pinus dilakukan di laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Setelah dilakukan uji laboratorium diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Kualitas Getah Pinus rakteristik tuan

arna ruh Kecoklatan

K 6 %

A 14 %

Keterangan : 1. KK = Kadar Kotoran 2. KA = Kadar Air

Dari tabel di atas maka dapat ditentukan getah pinus pada penelitian ini adalah getah pinus mutu B, hal ini sesuai dengan syarat mutu getah pinus SNI 7837:2012.

(23)
(24)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Konsentrasi stimulansia asam cuka dan diameter pohon pinus memberikan pengaruh signifikan terhadap produktivitas getah. Produktivitas getah tertinggi didapat dengan konsentrasi stimulansia sebesar 30 % dan dengan diameter 41-45 cm dengan kulaitas getah pinus yang dihasilkan adalah getah pinus mutu B.

Saran

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Pinus merkusii Jungh et de Vriese

Pinus merkusii Jungh et de vriese pertama kali ditemukan dengan nama

tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang botani dari Jerman yaitu Dr. F.R. Junghuhn pada tahun 1841. Jenis ini tergolong jenis cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain merupakan satu-satunya yang menyebar secara alami ke selatan khatulistiwa sampai 2o Lintang Selatan. Pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kelemahan P. merkusii adalah peka terhadap kebakaran, karena menghasilkan serasah daun yang tidak mudah membusuk secara alami (Siregar, 2005).

Sugiono et al. (2001), menyebutkan tentang susunan taksonomi Pinus

merkusii sebagai berikut :

Diviso : Spermatophyta Sub Divisio : Gymnospermae Ordo : Coniferales Famili : Pinaceae Genus : Pinus

Spesies : Pinus merkusii Jungh et de Vriese

Tempat Tumbuh

Pinus merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah

(26)

mdpl. Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 m. P. merkusii termasuk famili Pinaceae, tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara, dan Gunung Kerinci. P. merkusii memiliki sifat pioner yaitu dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur seperti padang alang-alang. Di Indonesia, P. merkusii dapat tumbuh pada ketinggian 200–2.000 mdpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400–1.500 mdpl (Khaeruddin, 1999).

CiriUmum

Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri umum sebagai berikut :

Warna : Terasnya sukar dibedakan dengan gubalnya kecuali pada pohon berumur tua terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan gubalnya berwarna putih krem.

Corak : Permukaan radial dan tangensialnya mempunyai corak yang disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhirnya sehingga terkesan ada pola dekoratif.

Riap tumbuh : Agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang lintang kelihatan seperti lingkaran-lingkaran memusat.

Tekstur : Agak kasar dan serat lurus tapi tidak rata.

(27)

Ciri Anatomi

Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki ciri anatomi sebagai berikut :

Pori : Tidak berpori tapi mempunyai saluran damar aksial yang menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Saluran damar aksial menyebar, sangat jarang dan diameter tangensialnya sekitar 170 – 190 mikron.

Jari-jari : Sangat halus dan sempit terdiri dari 1 seri, kadang-kadang ada yang fusifom jumlahnya sekitar 4 -7 per mm arah tangensialnya, tingginya terdiri dari 4 – 15 sel.

Saluran interseluler : Aksial menyebar dan jarang pada penampang lintang menyerupai pori namun tidak berdinding.

Sifat dan Kegunaan

Menurut Pandit dan Hikmat (2002), P. merkusii memiliki sifat dan kegunaan sebagai berikut :

Berat jenis : Rata-rata 0,55 (0,40 – 0,75) Kelas Awet : IV

Kelas Kuat : III

Kegunaan : - Korek api, pensil, kotak, dan permainan anak -Papan Partikel, vinir, pulp dan kertas

-Perabot rumah tangga -Kerangka pintu dan jendela

(28)

permukaan batang berwarna abu-abu, dan pada bagian bawah berwarna coklat kemerah-merahan. Pada umumnya orang mengenal kulit pohon pinus atas dasar ketebalan dan kekerasannya.

Pengertian dan Sifat Getah

Getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii digolongkan sebagai

oleoresinyangmerupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes

keluar apabila saluranresin pada kayu tersebut tersayat. Oleoresin pinus berbeda dengan natural resin yangmerupakan getah alami yang keluar dari rongga-rongga jaringan kayu pada genusdipterocarpaceae. Getah pinus terdapat pada saluran interseluler sel atau saluran damartraumatis dimana saluran damar tersebut dibentuk dari oleh suatu mekanisme baik secaralysigenous (sel pada jaringan kayu hancur dan meninggalkan celah) maupunschizogenous (sel memisahkan diri) atau

schizolysigenous. Saluran resin memanjangbatang diantara sel-sel trakeida atau

melintang radial dalam berkas jaringan jari-jari kayu.Saluran vertikal memanjang batang biasanya lebih besar dibandingkan saluran ke arahradial dan sering kedua saluran tersebut berhubungan dan membentuk jaringantransportasi getah didalam pohon (Santosa, 2010).

(29)

didestilasi akan menghasilkan gondorukem (gum rosin) dan terpentin (gum

turpentine) dengan perbandingan antara 4:1 dan 6:1. Warna getah pucat, jernih

dan lengket serta apabila diuapkan berubah menjadi rapuh. Sugiyono et al. (2001), menyatakan getah pinus tersusun atas 66 % asam resin (resin), 25 % terpentin (monoterpene), 7 % bahan netral yang tidak mudah menguap dan 2 % air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu; faktor pasif :kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat, sedangkanfaktor aktif adalah kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metodesadapan. Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhijuga oleh faktor; luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah sadapterhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilanpenyadap serta pemberian stimulansia (Santosa, 2010).

Getah yang baik adalah getah yang segar biasanya mengandung banyak terpentin, bewarna putih bersih, dan bebas dari kotoran (daun, tatal, pasir, debu, dan sebagainya). Getah pinus merupakan senyawa kompleks yang bersifat asam dan sangat peka terhadap waktu dan rusak akibat penuaan atau aging (Perum Perhutani dan IPB, 1989).

Kegunaan Getah Pinus merkusii

(30)

campuran bahan-bahan sabun, cat dan vernis, kertas, fungisida, lacquers,

plasticizers.

Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Minyak terpentin digunakan sebagai pelarut atau sebagai minyak pengering. Selain itu minyak terpentin digunakan untuk ramuan semir sepatu, logam dan kayu, sebagai bahan substitusi kamper dalam pembuatan seluloid dan sebagai pelarut bahan organik. Minyak terpentin yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang berwarna bening sampai kuning muda, dapat diperoleh antara lain melalui destilat getah pinus atau menyuling secara fraksinasi ekstrak tunggul kayu pinus (Darmawan et al., 2000).

Menurut Setiasih et al. (1997), dewasa ini gondorukem telah diekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika, Eropa, Australia, dan Afrika. Ekspor ini menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu industri gondorukem perlu ditingkatkan mengingat potensi hutan Pinus merkusii dan tenaga kerja di Indonesia cukup besar.

Data statistik Perum Perhutani tahun 1991 menunjukkan bahwa pada tahun 1990, dari hutan pinus seluas 480.048,64 ha, telah diekspor 30.788 ton gondorukem, 8.217 ton terpentin dan 1.232 ton getah dengan pendapatan devisa sebesar US$15.241.274. Namun, jumlah tersebut baru memenuhi 58,85 %

(31)

Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Getah

Produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari pohon itu sendiri, seperti : umur, tajuk, diameter batang, kesehatan akar, dan sebagainya. Sedangkan faktor luar diantaranya kesuburan tanah (bonita), elevasi (ketinggian tempat), kerapatan tegakan dan cuaca (Kasmudjo, 1997).

Produksi getah Pinus secara keseluruhan dipengaruhi oleh : 1. Luas areal sadapan.

2. Kerapatan (jumlah pohon per Ha).

3. Jumlah koakan tiap pohon dan jangka waktu pelukaan. 4. Sifat individu pohon.

5. Keterampilan tenaga kerja penyadap.

Prinsip keluarnya getah dari luka adalah sebagai berikut : saluran getah pada semua sisi dikelilingi oleh jaringan parenkim diantara saluran getah dan sel-sel parenkim terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada batang pinus sehingga saluran getahnya terbuka, maka tekanan dinding berkurang akibatnya getah keluar (Kasmudjo, 1997).

Produksi getah per pohon per tahun untuk berbagai jenis pinus antara lain : 1. Pinus khaya : 7,0 kg/pohon/tahun

(32)

7. Pinus excelsa : 1,2 kg/pohon/tahun (Kasmudjo, 1997).

Menurut Sugiyono et al. (2001), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi getah adalah sebagai berikut :

a. Umur pohon

Perbedaan umur pohon berpengaruh atas hasil getah. Semakin tua umur pohon menghasilkan getah semakin banyak sampai pada batas umur tertentu. Ciri-ciri pohon pinus serta seluruh proses fisiologis yang terjadi di dalamnya akan berkembang sejalan dengan bertambahnya umur pohon, setiap tahap pertumbuhan mempunyai proses fisiologis yang berbeda. Peningkatan kelas umur pohon diikuti oleh kenaikan getah.

b. Tajuk pohon

Hasil getah tiap pohon berhubungan langsung dengan besarnya tajuk, karena dalam tajuklah terjadi proses fotosintetis. Pohon dengan tajuk lebar akan menerima cahaya matahari yang lebih banyak, sehingga akan terjadi proses fotosintetis yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon yang bertajuk lebih kecil. Hasil fotosintetis yang besar akan menambah pertumbuhan diameter pohon.

c. Diameter

(33)

d. Kesehatan pohon

Kesehatan pohon berpengaruh langsung terhadap kelancaran proses fotosintetis, pertumbuhan batang, dan pembentukan kayu gubal. Pohon-pohon yang sehat menghasilkan getah lebih banyak dibandingkan pohon-pohon yang terserang penyakit. Pohon pinus yang berdaun kering terbakar dan terserang ulat menghasilkan getah sedikit.

e. Perbedaan jenis pohon

Pinus yang menghasilkan getah terdapat beberapa jenis dengan produksi yang berbeda-beda.

f. Bonita tanah

Pohon-pohon yang tumbuh pada tanah yang berbonita tinggi, pertumbuhannya lebih baik dan pada gilirannya produksi getahnya lebih banyak, karena kandungan unsur hara tanahnya lebih besar.

g. Kerapatan tegakan

Kerapatan tegakan mempengaruhi pertumbuhan pohon yang dengan sendirinya mempengaruhi produksi getah.

h. Cuaca dan iklim

(34)

Penyadapan Getah

(35)

jumlah saluran damar maka produksi getah akan semakin meningkat (Tobing, 1999).

Menurut Sugiyono et al. (2001), pohon pinus akan disadap memenuhi beberapa ketentuan, yaitu :

1. Diameter minimum 20 cm, yaitu saat riap pohon maksimal.

2. Pemilihan pohon dimana hanya pohon-pohon yang akan ditebang yang disadap, dimulai pada pohon berumur 11 tahun.

Hadipoernomo (1992) juga mengatakan bahwa pohon pinus dianggap sudah masak sadap bila pohon tersebut sudah berumur 11 tahun atau masuk kelas umur III. Jika sesuatu berjalan lancar dan dilakukan menurut petunjuk kerja dengan seksama, maka jangka waktu sadap dapat berlangsung sampai 20 tahun.

Sistem Penyadapan Getah

Sistem penyadapan getah pinus di Indonesia secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : Koakan, Riil dan Bor. Dalam penentuan cara penyadapan getah pinus tidak terlepas dari pertimbangan yang berhubungan dengan faktor teknis, sosial, ekonomi dan ekologi. Secara teknik, cara penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang dapat dilakukan dengan mudah. Secara sosial, cara yang dipilih adalah yang mampu memberi lapangan pekerjaan terhadap masyarakat sekitar. Secara ekonomi, cara penyadapan getah pinus yang dipilih adalah yang efisien dan efektif sehingga dapat memberi keuntungan yang optimal. Ditinjau dari segi ekologis, yang dipilih adalah cara penyadapan getah

(36)

Metode Rill

Sadapan metode rill ialah proses pelukaan pada permukaan kayu dengan membuat saluran induk arah vertikal dan saluran cabang arah miring yang membentuk sudut 40°terhadap saluran induk dengan kedalaman 2 cm. Sistem ini caranya meliputi tahapan:

a. Bagian batang dibersihkan kira-kira 1/3 lingkaran batang pohon. b. Pelukaan dibuat dengan alat yang disebut hogal.

c. Luka sadap berbentuk “V” dengan kedalaman 2-5 cm dan kemiringan saluran 20°-40°.

d. Lebar sadapan sekitar 20 cm (Kasmudjo, 1997).

Kelemahan metode rill antara lain bidang sadap yang luas menyebakan luasan sadapan yang dibutuhkan lebar sehingga untuk satu pohon hanya dapat dilakukan sadap buka sekali dan memerlukan waktu proses penyadapan yang relatif lama dan kurang efisien.

Gambar 1. Pola Sadapan Metode Riil Keterangan :

1. Bagian kayu yang tidak dibersihkan 2. Bagian kayu yang dibersihkan 3. Pola sadapan ukuran 20 x 65 cm 4. Letak saluran tengah (central groove).

(37)

Upaya Meningkatkan Produksi Getah Pinus

Getah pinus dapat diperoleh dengan penyadapan batang pohon. Saluran getah yang akan menyempit atau buntu dan apabila masih muda, getah yang dapat keluar dengan segera mengalami pembekuan di mulut saluran getah yang disadap sehingga menyumbat mulut saluran getah. Agar permukaan luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak membeku, dapat digunakan stimulansia tertentu (Sugiyono et al., 2001).

Hadipoernomo (1992), menyatakan telah banyak usaha pembaharuan yang dicoba untuk meningkatkan produksi getah pinus, antara lain dengan menggunakan bor dan kantung plastik serta penggunaan pasta kimia. Riyanto pada tahun 1979 pernah mencoba untuk membandingkan pengaruh stimulan asam sulfat dan asam klorida terhadap getah pinus dengan konsentrasi masing-masing sebesar 2,5 %. Riyanto dalam penelitiannya juga menyebutkan perlakuan dengan pasta sulfat mampu meningkatkan produksi getah di India sekitar 40 – 50 %. Di Amerika Serikat penggunaan pasta sulfat 60 % pada Pinus polustris dan Pinus

etliotii memberikan hasil 25,2 gr/pohon/hari.

(38)

Stimulansia

Penggunaan stimulansia asam dapat menyebabkan terbukanya saluran getah yang menyempit atau tersumbat melalui proses penghangatan oleh asam. Akibatnya, saluran getah dan sel-sel parenkim terhidrolisi, tekanan menurun, cairan sel keluar sehingga getah menjadi lebih encer dan lebih lama keluarnya (Kasmudjo, 1992).

Suhu yang relatif rendah dan kelembaban yang tinggi, getah akan cepat menggumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat sehingga aliran getah terhambat atau terhenti. Menurut Sugiyono et al. (2001) agar permukaan luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak membeku dapat digunakan stimulansia. Yusnita et al. (2001) mengatakan bahwa pemilihan konsentrasi stimulansia yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi getah dan menurunkan biaya stimulansia serta menurunkan resiko kesehatan pohon, penyadap dan lingkungan.

(39)

Asam Cuka

(40)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di

Indonesia. P. Merkusiitermasuk dalam jenis pohon serbaguna yang terusmenerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk menghasilkan kayu, produksi getah dan konservasi lahan. Hampir semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat sabun, resin dan cat. Terpentin digunakan untuk bahan industri, parfum, obat-obatan dan desinfektan. Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya dapat digunakan untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium (Dahlian dan Hartoyo, 1997).

(41)

tanpa melanggar kaidah-kaidah manajemen hutan yang berlaku. Salah satu usaha yang sedang dicoba adalah penggunaan stimulansia kimia untuk meningkatkan hasil getah.

Menurut Wibowo (2006), dalam upaya meningkatkan produksi getah dengan menggunakan stimulansia asam, hal yangperlu diperhatikan adalah tentang konsentrasi asam. Jika konsentrasinya terlalu rendah, upaya ini kurang efektif. Sebaliknya, jika konsentrasinya terlalu tinggi, dapat mengakibatkan kayu pohon pinus menjadi kering.

Faktor lain yang dapat meningkatkan getah pinus adalah diameter pohon pinus. Berdasarkan hal diatas dilakukan penelitian untuk mengukur berapa besarnya konsentrasi asamcuka sebagai bahan stimulansi dan diameter yang dapat memberikan hasil sadapan yang terbaik dalam metode riil.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelasdiameterdanpemberian stimulansi asam cuka terhadap produtivitas getah pinus (P. merkusii Jungh et. De vriese).

Hipotesi Penelitian

Interaksi antara diameter dan stimulansi asam cuka dapat meningkatkan produktivitas getah P. merkusii.

Manfaat Penelitian

(42)

i

JUKI PIMROI HUTABALIAN : Pengaruh Diameter dan Konsentrasi Stimulansi Asam Cuka (C2H4O2) Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus

merkusii Junghet de Vriese), dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan

AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Produksi getah pinus dipengaruhi antara lain oleh penggunaan stimulansia dan pengaruh diameter. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kombinasi pemberian stimulansiaC2H4O2 dan pengaruh diameter terhadap hasil sadapan getah P. merkusii dan melihat konsentrasi C2H4O2 dan pengaruh diameter yang memberikan hasil sadapan terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja PT. Inhutani IV, Siborong-borong pada Maret – April 2014 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi stimulansia (0%, 10%, 20% dan 30%) dan pengaruh diameter (25-30 cm, 31-35 cm, 36-40 cm dan 41-45 cm). Parameter yang diamati adalah produksi getah pinus (gram).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan stimulansia C2H4O2pada penyadapan pohon pinus dapat meningkatkan hasil getah. Penggunaan C2H4O2 dapat meningkatkan hasil getah 2 – 4 kali lipat dari yang tidak diberi stimulansia. Konsentrasi stimulansia 30% dan diameter 41-45 cm memberikan hasil sadapan terbaik.

(43)

ii

JUKI PIMROI HUTABALIAN : Effect of Diameter and Concentration

Stimulansi Vinegar Acid (C2H4O2) pine sap on Productivity (Pinus merkusii

Junghet de Vriese), supervised by RIDWANTI BATUBARA and

AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

The Production of oleoresin is affected by the application of stimulant and

effect of diameter. The purpose of this research were to know the effect of C2H4O2

stimulant and effect of diameter to P. merkusii and to know the C2H4O2

concentration and the best of diameter. This research were carried at working area of PT. Inhutani IV, Siborong-borong in Maret – April 2014 using factorial randomized block design with two factors, i.e. the concentration of stimulant (0%, 10%, 20% and 30%) and diameter (25-30 cm, 31-35 cm, 36-40 cm and 41-45 cm). Parameter measured were production of oleoresin (gram).

Result of this research showed that the application of C2H4O2 stimulant on

the tapping of pine trees increase considerably to oleoresin. The application of

C2H4O2 resulted in more than 2 – 4 times the yield of oleoresin from tree without

stimulant. The concentration of C2H4O2 (30%) and the diameter 41-45 cm can

gave the best product of oleoresin.

(44)

PENGARUHDIAMETERDAN KONSENTRASI

STIMULANSI ASAM CUKA (C

2

H

4

O

2

) TERHADAP

PRODUKTIFITAS GETAH PINUS

(PinusmerkusiiJunghet de Vriese)

SKRIPSI

Oleh:

Juki Pimroi Hutabalian 101201129

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

PENGARUHDIAMETERDAN

KONSENTRASISTIMULANSI ASAM CUKA (C

2

H

4

O

2

)

TERHADAP PRODUKTIFITAS GETAH PINUS

(PinusmerkusiiJunghet de Vriese)

SKRIPSI

Oleh:

Juki Pimroi Hutabalian 101201129

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Diameter Dan Konsentrasi Asam Cuka (C2H4O2) Trehadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus

merkusii Junghet de Vriese)

Nama : Juki Pimroi Hutabalian

NIM : 101201129

Minat : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

Ridwanty Batubara S.Hut., M.P Afifuddin Dalimunthe S.P., M.P Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

(47)

i

JUKI PIMROI HUTABALIAN : Pengaruh Diameter dan Konsentrasi Stimulansi Asam Cuka (C2H4O2) Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus

merkusii Junghet de Vriese), dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan

AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Produksi getah pinus dipengaruhi antara lain oleh penggunaan stimulansia dan pengaruh diameter. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kombinasi pemberian stimulansiaC2H4O2 dan pengaruh diameter terhadap hasil sadapan getah P. merkusii dan melihat konsentrasi C2H4O2 dan pengaruh diameter yang memberikan hasil sadapan terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja PT. Inhutani IV, Siborong-borong pada Maret – April 2014 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi stimulansia (0%, 10%, 20% dan 30%) dan pengaruh diameter (25-30 cm, 31-35 cm, 36-40 cm dan 41-45 cm). Parameter yang diamati adalah produksi getah pinus (gram).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan stimulansia C2H4O2pada penyadapan pohon pinus dapat meningkatkan hasil getah. Penggunaan C2H4O2 dapat meningkatkan hasil getah 2 – 4 kali lipat dari yang tidak diberi stimulansia. Konsentrasi stimulansia 30% dan diameter 41-45 cm memberikan hasil sadapan terbaik.

(48)

ii

JUKI PIMROI HUTABALIAN : Effect of Diameter and Concentration

Stimulansi Vinegar Acid (C2H4O2) pine sap on Productivity (Pinus merkusii

Junghet de Vriese), supervised by RIDWANTI BATUBARA and

AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

The Production of oleoresin is affected by the application of stimulant and

effect of diameter. The purpose of this research were to know the effect of C2H4O2

stimulant and effect of diameter to P. merkusii and to know the C2H4O2

concentration and the best of diameter. This research were carried at working area of PT. Inhutani IV, Siborong-borong in Maret – April 2014 using factorial randomized block design with two factors, i.e. the concentration of stimulant (0%, 10%, 20% and 30%) and diameter (25-30 cm, 31-35 cm, 36-40 cm and 41-45 cm). Parameter measured were production of oleoresin (gram).

Result of this research showed that the application of C2H4O2 stimulant on

the tapping of pine trees increase considerably to oleoresin. The application of

C2H4O2 resulted in more than 2 – 4 times the yield of oleoresin from tree without

stimulant. The concentration of C2H4O2 (30%) and the diameter 41-45 cm can

gave the best product of oleoresin.

(49)

iii

Penulis dilahirkan di Samosir, pada tanggal 18 Februari 1992 dari ayah M. Hutabalian dan ibu R. Situmorang. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Tahun 2004 penulis lulus dari SDN 173691 Sipira, tahun 2007 lulus dari SMP Sw. Rk. Bintang Samosir Palipi, tahun 2010 penulis lulus dari SMA Sw. Rk Bintang Timur Pematang Siantar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih jurusan Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva USU. Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo tahun 2011. Penulis melaksanakan dan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Toba Pulp Lestari Tbk. Sektor Aek Nauli dari tanggal 11 Juli sampai 11 Agustus 2014. Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Diameter dan Konsentrasi Stimulansi Asam Cuka (C2H4O2) Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Junghet de

(50)

iv

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”PengaruhDiameterdan KonsentrasiStimulansi Asam Cuka (C2H4O2) Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Junghet de Vriese)”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ridwanti Batubara S.Hut., M.P., dan Bapak Afifuddin Dalimunthe, S.Hut., M.P., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D., selaku ketua Program Studi Kehutanan

(51)

v

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Pinus merkusii Jungh et de Vriese ... 3

Tempat Tumbuh ... 3

Ciri Umum ... 4

Ciri Anatomi ... 5

Sifat dan Kegunaan ... 5

Pengertian dan Sifat Getah ... 6

Kegunaan Getah Pinus merkusii ... 7

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Getah ... 9

(52)

vi

Upaya Meningkatkan Produksi Getah Pinus ... 15

Stimulansia ... 16

Asam Cuka (C2H4O2) ... 17

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Bahan dan Alat Penelitian ... 18

Analisis Data ... 18

Prosedur Penelitian ... 20

Parameter Penelitian ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Getah P. Merkusii ... 23

Pengaruh Konsentrasi Stimulansia ... 26

Pengaruh Diameter ... 28

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Stimulansia dengan Diameter ... 30

Kualitas Getah Pinus ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(53)

vii

No. Halaman

(54)

viii

No. Halaman

(55)

ix

No. Halaman

1. Data Produksi Getah Selama30 hari (1 bulan) (gram/pohon/bulan) .. 35

2. Data Diameter Pohon ... 35

3. Hasil Pengolahan Data ... 37

4. Hasil Uji Beda Jarak Nyata ... 37

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Beda Jarak Nyata Duncan
Gambar 2. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Konsentrasi
Gambar 3. Proses Pemberian Stimulansia
Gambar 4. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Diameter Pohon Pinus
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya banyak penelitian yang sudah dilakukan dan banyak terbukti bahwa spiritualitas di tempat kerja berpengaruh pada kepuasan kerja, komitmen organisasi, motivasi maupun

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk penelitian dengan melakukan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara professional

selaku Pembimbing Teknis di PT Caterpillar Indonesia yang telah membimbing Saya selama pelaksanaan skripsi, atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih, yang

[r]

Core of the approach is a primitive shape based algorithm, which introduces building primitives, to identify the façade objects separately from other irrelevant

[r]

In this study, a novel shadow detection method based on double thresholding using RGB images is proposed and, the parallelepiped classification model is improved

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Bandung 2011-2031, maka struktur tata ruang kota Bandung