Lampiran 1
JADWAL TENTATIF PENELITIAN
No Kegiatan Okt.
Nov. Des. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 2 3 4 1 2 3 4 1 1 1 2 3 4 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan Judul
2. Menetapkan judul penelitian
3. Menyiapkan proposal penelitian 4. Sidang proposal
penelitian 5. Mengajukan izin
penelitian
6. Pengumpulan data 7. Analisa data
8. Peyusunan laporan/skripsi 10 Ujian Sidang 11 Revisi
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Kesejahteraan Psikologis Pada Penderita Kanker Payudara di RSU H. Adam Malik Medan
Oleh :
Helen Indgrid Sihombing
Saya adalah mahasiswa Program S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesejahteraan psikologis (psychological well being) pada penderita kanker payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Saya mengharapkan jawaban yang anda berikan sesuai dengan pendapat anda tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat anda. Informasi yang anda berikan akan dipergunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani formulir ini.
Tanda tangan :
Hari/ Tanggal :
Lampiran 3 Kode :
Tanggal :
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Data Demografi
Petunjuk Pengisian :
Ibu diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang tersedia dengan
memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan, semua pertanyaan harus dijawab, tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
Umur : Tahun
Agama : Islam Kristen
Hindu Budha
Status Perkawinan : Belum Menikah Menikah
Janda
Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
Pekerjaan : PNS
Pegawai Swasta
Lain-lain…………(Sebutkan)
B. Kuesioner Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)
Pernyataan-pernyataan dibawah ini merupakan pernyataan yang menggambarkan bagaimana perasaan ibu pada saat terdiagnosa kanker payudara. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi yang ibu alami saat ini dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom pilihan di bawah ini.
NO Pernyataan 1 2 3 4
Otonomi
1 Saya tidak khawatir menyampaikan pendapat saya meskipun hampir semua orang menentangnya
2 Keputusan yang saya ambil biasanya tidak dipengaruhi oleh apa yang dilakukan orang lain
3 Saya selalu merasa curiga dengan apa yang dipikirkan orang terhadap diri saya
4 Saya mudah sekali dipengaruhi oleh orang yang memiliki pandangan yang kuat
5 Saya memiliki keyakinan terhadap pendapat saya meskipun bertentangan dengan pendapat orang pada umumnya
6 Sulit sekali bagi saya untuk menyampaikan pendapat pada hal-hal yang sedang diperselisihkan.
7 Saya menilai diri saya berdasarkan apa yang saya anggap penting, bukan berdasarkan pandangan orang lain.
Penguasaan Lingkungan
8 Secara umum, saya merasa nyaman dengan situasi tempat saya tinggal
9 Tuntutan hidup sehari-hari membuat saya kesal
10 Saya merasa kurang cocok dengan orang atau masyarakat di sekeliling saya
11 Saya berkemampuan mengelola tanggung jawab saya sehari-hari
sendiri
13 Sulit sekali bagi saya untuk mengatur hidup saya dengan cara yang bisa memuaskan saya.
14 Saya menerapkan mampu membangun rumah dan gaya hidup saya yang sangat saya nikmati
Pertumbuhan Pribadi
15 Saya tidak tertarik dengan kegiatan yang menyita perhatian saya
16 Saya merasa perlu untuk mendapatkan pengalaman baru, karena hal tersebut membuat saya merasa tertantang tentang kehidupan saya
17 Saya merasa bahwa tidak ada kemajuan yang saya capai di tahun-tahun belakangan ini
18 Saya merasa bahwa saya mengalami banyak perkembangan akhir-akhir ini
19 Saya merasa tidak nyaman berada dalam suasana
lingkungan baru yang mengharuskan saya untuk mengubah kebiasaan lama yang biasanya saya lakukan
20 Bagi saya, hidup merupakan proses pembelajaran perubahan, dan pertumbuhan
21 Sudah lama sekali saya tidak melakukan perbaikan dan perubahan dalam hidup saya
Hubungan Positif Dengan Orang Lain
22 Hampir semua orang menganggap saya ini penuh kasih saying
23 Saya mengalami kesulitan dan merasa frustasi untuk mempertahankan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain
24 Saya sering merasa kesepian karena sedikit sekali teman yang mau mengerti keadaan saya
25 Saya senang berbincang-bincang dengan anggota keluarga dan teman-teman
26 Orang menganggap saya sebagai individu yang senang memberi, dan mau meluangkan waktu untuk orang lain 27 Saya tidak pernah memiliki hubungan yang hangat dan
saling percaya dengan orang lain
28 Saya dan teman-teman saya memiliki rasa saling percaya di setiap kondisi apapun
Tujuan dan Makna Hidup 29 Saya selalu berjuang untuk hidup, karena hidup saya
30 Saya merasa memiliki tujuan dan arah hidup yang jelas 31 Kegiatan sehari-hari saya rasanya tak ada yang penting dan
menarik.
32 Saya benar-benar tidak tahu apa tujuan hidup saya 33 Saya senang membuat rencana untuk masa depan dan
berusaha untuk mewujudkannya
34 Sebagian orang memilki liku-liku kehidupan mereka, tetapi saya bukan bagian dari mereka
35 Saya merasa bahwa saya telah melakukan segala hal yang harus dilakukan dalam hidup saya
Penerimaan Diri
36 Jika saya melihat kisah hidup saya yang lalu, saya merasa puas dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup saya
37 Pada dasarnya, saya memiliki keyakinan dan pikiran positif 38 Saya merasa banyak orang yang saya kenal jauh lebih sulit
hidupnya dari saya
39 Saya menyenangi hampir semua aspek keperibadian saya 40 Dalam banyak hal, saya merasa kecewa dengan apa yang
telah saya capai
41 Sikap saya tentang diri saya mungkin tidak sepositif kebanyakan orang.
42 Saat membandingkan diri dengan orang lain, saya merasa puas dengan keadaan diri saya sendiri
Keterangan : 1 = Tidak Setuju 2 = Kurang setuju 3 = Setuju
Lampiran 4 Koofisien Validitas Isi - Aiken's V
Penilai P1 P2 P3 P4 P5 P6
R S R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2
Jenny Marlindawani Purba 4 3 4 3 3 2 3 2 3 2 4 3
S 6 6 5 5 5 5
V 6/6 = 1 6/6 = 1 5/6 = 0,83 5/6 = 0,83 5/6 = 0,83 5/6 = 0,83
Klasifikasi Koofisien Sanga Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Penilai P7 P8 P9 P10 P11 P12
R S R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3
Jenny Marlindawani Purba 4 3 4 3 3 2 3 2 3 2 4 3
S 6 6 5 4 5 6
V 6/6 = 1 6/6 = 1 5/6 = 0,83 4/6 = 0,66 5/6 = 0,83 6/6 = 1
Klasifikasi Koofisien Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Penilai P13 P14 P15 P16 P17 P18
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Jenny Marlindawani Purba 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
S 6 6 6 6 6 6
V 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 =1
Klasifikasi Koofisien Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Penilai P19 P20 P21 P22 P23 P24
R S R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Jenny Marlindawani Purba 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
S 6 6 6 6 6 6
V 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 =1 6/6 = 1
Klasifikasi Koofisien Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Penilai P25 P26 P27 P28 P29 P30
R S R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3
Jenny Marlindawani Purba 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3
S 6 4 6 6 6 6
V 6/6 = 1 4/6 = 0,66 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1
Klasifikasi Koofisien Sangat Sesuai Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Penilai P31 P32 P33 P34 P35 P36
R S R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Jenny Marlindawani Purba 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
S 6 6 6 6 6 6
V 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1
Klasifikasi Koofisien Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Penilai P37 P38 P39 P40 P41 P42
R S R S R S R S R S R S
Nunung F. Sitepu 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Jenny Marlindawani Purba 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3
S 6 6 6 5 6 6
V 6/6 = 1 6/6 = 1 6/6 = 1 5/6 = 0,83 6/6 = 1 6/6 = 1
Klasifikasi Koofisien Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Keterangan :
P : Pernyataan
S
: R - Lo
R : Angka yang diberikan oleh penilai
Lo
: Angka penilaian validasi terendah (1)
(2)
C
: Angka penilaian validitas tertinggi (4)
V : Nilai Koofisien (0-1)
n(C-1)
: 2(4-1) = 2x3 = 6
V : S/{n(C-1)}
Klasifikassi Koofisien : 0 - 0,33 Tidak Sesuai : 0,34 - 0,67 Sesuai
Lampiran 5
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Lampiran 7
Hasil Penelitian
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASI SCORE MEAN DAN STANDARD DEVIASI (DATA DEMOGRAFI DAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS)
Frequency Percent Valid Percent
Kesejahteraan Psikologis Dimensi Otonomi
Statistics
otonomi1 otonomi2 otonomi3 otonomi4 otonomi5 otonomi6 otonomi7
Dimensi Pertumbuhan Pribadi
Statistics
PPribadi1 PPribadi2 PPribadi3 PPribadi4 PPribadi5 PPribadi6 PPribadi7
N Valid 37 37 37 37 37 37 37
Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain
Dimensi Tujuan dan Makna Hidup
Dimensi Penerimaan Diri
Statistics
PDiri1 PDiri2 PDiri3 PDiri4 Pdiri5 PDiri6 PDiri7
KesejahteraanPsikologis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 110 1 2,7 2,7 2,7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 27 73,0 73,0 73,0
Cukup 10 27,0 27,0 100,0
Description Statistics
Kesejahteraan Psikologis Penderita Kanker Payudara
No. Dimensi Mean Std.
Deviation 1. Hubungan Positif dengan orang lain 3.57 0.76
2. Tujuan Dan Makna Hidup 3.29 0.66
3. Otonomi 3.18 1.02
4. Pertumbuhan Pribadi 3.06 0.78
5. Penguasaan Lingkungan 3.03 0.84
Lampiran 11
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Helen Indgrid Sihombing
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 15 Agustus 1994
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Sawit IX No. 9, Perumnas Simalingkar, Medan
No. HP : 08566004502
Nama Ayah : Jonny sihombing Nama Ibu : Bernawati Pasaribu
Pendidikan : TK Pertiwi Sidikalang (1999-2000) SD Negeri 030306 Sidikalang (2000-2006) SMP Negeri 3 Sidikalang (2006-2009) SMA Negeri 1 Sidikalang (2009-2012)
Lampiran 13
Dana Penelitian
1. Proposal
a. Biaya print kertas skripsi Rp 50.000
b. Biay internet Rp 50.000
c. Perbanyak skripsi Rp 100.000
d. Konsumsi Rp 200.000
2. Pengumpulan Data
a. Penggandaan kuesioner Rp 100.000
b. Suvenir penelitian Rp 200.000
c. Biaya Penelitian Rp 175.000
d. Biaya Reliabilitas Rp 200.000
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan perbaikan
a. Biaya print Rp 200.000
b. Penjilidan Rp 50.000
4. Biaya Tak Terduga Rp 100.000
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H.A. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi I. Jakarta: Salemba Medika
Amalia S. & Fitriana E. (2015), "Analisa Psikometrik Alat Ukur Ryff’s Psychological Well-Being (RPWB) Versi Bahasa Indonesia:Studi Pada
Lansia"
Psikometrik-Alat-Ukur-RyffS-Psychological-Well-being, 19 January 2016 Anggraini, Y.T. (2007). Skripsi, Kebutuhan Dukungan Sosial Wanita Kanker
Payudara di RSU Dr. Pirngadi Medan.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta
Bohme, S.G. (2001). Yang Perlu Anda Ketahui : Kesehatan Wanita Diatas 40 Tahun. Jakarta: Gramedia
Bonadonna, G. (1984). Breast Cancer : Diagnosis and Management Volume 1. Britain: Pitman Press Ltd
Cornain, dkk. (1986). Tumor Ganas Pada Wanita. Jakarta: EGC
Dalimartha, S. (2004). Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya
Dempsey, A.P & Demsey, D.P. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC
Hasson et al. (2014). Hope and social support utilisation among different age groups of women with breast cancer and their spouses.
Hasson et al. (2010). Women with advanced breast cancer and their spouses:
diversity of support and psychological distress.
Hartati, A. (2008). Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker Payudara di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi : Universitas Sumatera Utara
Haryanda, P. “Studi Mengenai Psychological Well Being Pada Model Wanita Di Kota Bandung” file:///E:/Sumber/Studi-Mengenai-Psychological-Well-Being.pdf . 19 September 2015
Hawari, D.H. (2004). Kanker Payudara, Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Lincoln, J. (2008). Kanker Payudara, diagnosis dan solusinya cetakan 1. Jakarta: Prestasi Pustakarya
Luwia, M. (2003). Problematika dan keperawatan payudara. Cetakan I. Jakarta: Kawan Pustaka
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Rahmah A. & Widuri E.(2011). “Post Traumatic Growth Pada Penderita Kanker
Payudara” 21
September 2015
Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto
Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in Psychological Science, 57(6), 99-104.
Ryff, Carol D. 1989. Happiness is Everything, or is it? Exploration on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social
Psychology. Vol. 57, No. 6, 1069-1081.
Sabiston. (1992). Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: EGC
Saryono. (2008). Perawatan Payudara. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press Schwartz, dkk. (2000). Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Supriyanto, W. (2010). Ancaman Penyakit Kanker Deteksi Dini & Pengobatannya. Yogyakarta: Media Ilmu Group
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Pada skema kerangka konseptual dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah penderita kanker payudara dimana peneliti akan mengidentifikasi gambaran Kesejahteraan Psikologis (psychological well being) penderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
Skema 1 : Kerangka konseptual penelitian Kesejahteraan penderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Penyakit Kanker Payudara Kesejahteraan Psikologis
Otonomi (Autonomy)
Penguasaan Lingkungan
Pertumbuhan Pribadi
Hubungan positif dengan orang lain (positive relations
Tujuan Hidup (purpose of life)
3.2 Defenisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
kebutuhannya - Pertumbuhan
pribadi dimana individu
menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang bertumbuh dan berkembang
- Hubungan positif dengan orang lain yakni individu mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang disekitarnya
- Tujuan dan makna
hidup yakni memiliki
pemahaman yang jelas akan tujuan
dan makna hidupnya
dimana individu mampu memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik maupun buruk dan dapat bersikap positif terhadap situasi yang dijalaninya
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Sesuai tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kesejahteraan psikologis pada penderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan wanita yang menderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada saat penelitian. Jumlah penderita kanker payudara yang berobat pada bulan Mei 2016 - Juni 2016 rata-rata sebanyak 37 orang.
2.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode non probability sampling jenis accidental sampling, dimana sampel yang dipilih adalah pasien kanker payudara yang secara kebetulan bertemu pada saat pengumpulan data dan sesuai untuk diteliti (Juliandi, 2013). Sampel dipilih berdasarkan ciri dan kriteria, sebagai berikut :
a. Wanita penderita kanker payudara dalam keadaan sadar atau tidak sedang
b. Dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara baik. c. Bersedia menjadi responden penelitian.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan di ruang Rindu B 2. Adapun Rumah Sakit ini dipilih peneliti karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit tipe A yang merupakan rumah sakit pusat rujukan yakni dari provinsi NAD dan provinsi Sumatera Utara, sehingga diperkirakan lokasi ini memiliki jumlah sampel yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian, selain itu rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Serta disamping itu juga pertimbangan efisiensi biaya penelitian dan waktu dimana lokasi penelitian ini dilakukan dekat tempat tinggal peneliti sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2016.
4. Pertimbangan Etik
tidak bersedia menjadi responden dan peneliti memberi penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek. Selanjutnya kepada responden yang diteliti peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian secara adil dan jujur (justice). Peneliti juga menjelaskan kepada responden bahwa data yang diberikan dirahasiakan (confidentility), untuk itu perlu adanya tanpa nama atau inisial nama (anonymity) dan responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent).
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan USU pada tanggal 18 April 2016. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti memberikan surat ijin pengambilan data di RSUP Haji Adam Malik Medan. Selanjutnya peneliti memberi informasi kepada calon responden secara lengkap tentang tujuan penelitian. Responden mempunyai hak untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Apabila responden memilih untuk berpartisipasi, maka calon responden menandatangani lembar persetujuan.
5. Instrumen Penelitian
kanker payudara dan kuesioner kesejahteraan psikologis yang diadopsi dari Ryff (1995).
5.1 Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi responden meliputi umur, pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, dan penghasilan keluarga. Data demografi responden tidak akan dianalisis hanya untuk mengetahui karakteristik responden.
5.2 Kuesioner Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)
Total nilai dari setiap pernyataan akan dijumlah. Maka kesejahteraan psikologis dibagi menjadi :
Baik : 126 -168
Cukup : 84 - 125
Kurang: 42 - 83
6. Validitas Instrumen
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid juga apabila mampu mengatur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas untuk kuesioner kesejahteraan psikologis (psychological well being) ini dilakukan oleh dua orang dosen ahli di Fakultas Keperawatan USU, yaitu Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep., NS, MNS dari Departemen Medikal Bedah dan Ibu Jenny Marlindawani Purba, SKp, MNS, Ph.D dari Departemen Jiwa dan Komunitas.
sesuai. Nilai koefisien validitas kuesioner yang diperoleh berada pada nilai 0,66 sampai dengan nilai 1. Maka instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan valid.
7. Uji Reliabilitas
Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Demsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengukur kekuatan instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam lingkup yang sama. Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang responden di RSUD DR Pirngadi Medan yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian dan tidak termasuk dalam sampel penelitian. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan cronbach alpha.
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai alpha sebesar 0,805. Instrumen dikatakan reliabel jika instrumennya lebih dari 0,7 (Polit & Beck, 2010). Dengan demikian maka instrumen kesejahteraan psikologis pada penderita kanker payudara dikatakan telah reliabel.
8. Metode Pengumpulan Data
pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan peneliti juga mengajukan ijin pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Setelah mendapatkan balasan dari tempat penelitian, selanjutnya peneliti meminta izin kepada kepala ruangan di ruangan Rindu 2B di RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti melakukan penelitian mulai tanggal 17 Mei 2016 sampai 6 Juni 2016 dengan cara memberikan lembar persetujuan kepada responden dan menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selama penelitian responden diberi kesempatan untuk bertanya kepada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.
9. Pengolahan dan Analisa Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, di antaranya:
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperolah atau di kumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
Entry data, kegiatan memasukkan data yang telah terkumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
Melakukan teknik analisis, dalam melakukan teknik ini khususnya terhadap data penelitian menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Karena penelitian ini deskriptif, maka digunakan statistik deskriptif. Statistika deskriptif (menggambarkan) adalah statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna (Hidayat, 2009).
Untuk penilaian terhadap kesejahteraan psikologis dalam penelitian ini, berdasarkan rumus Sudjana (2000), P = rentang/banyak kelas, dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi kurang nilai terendah) sebanyak 126 dan banyak kelas dibagi 3 kategori kelas. Maka diperoleh panjang kelas sebesar 42. Dengan demikian P=42 dan nilai terendah 42 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Maka kesejahteraan psikologis penderita kanker payudara dikategorikan sebagai :
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang kesejahteraan psikologis pada penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari 17 Mei sampai dengan 6 Juni 2016 di Ruang Rindu 2B yang berjumlah 37 responden. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi dan mengenai kesejahteraan psikologis penderita kanker payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan.
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden
Responden penelitian ini adalah penderita kanker payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih duapertiga responden berada pada rentang usia dewasa akhir (35,1%) dan lansia awal (35,1%). Lebih dari setengah responden (78,4%) menganut agama Islam sedangkan sisanya adalah agama Kristen dan seluruh responden (100%) sudah menikah.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik responden di RSUP H Adam Malik Medan (n=37)
Karakteristik Responden f %
Usia (Depkes, 2009)
- Masa dewasa awal 26-35 tahun - Masa dewasa akhir 36-45 tahun - Masa lansia awal 46-55 tahun - Masa lansia akhir 56-65 tahun
Mean : 48.51
Standard Deviasi : 8.438
Minimun :31 tahun
psikologis baik. Distribusi frekuensi dan persentase kesejahteraan psikologis dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kesejahteraan psikologis penderita kanker payudara di RSU H. Adam Malik Medan (n=37)
No. Kesejahteraan Psikologis f Persentase (%)
1. 126 – 168 27 73
2. 84 – 125 10 27
5.1.3 Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis
Setelah dilakukan pengklasifikasian keseluruhan nilai, diperoleh data bahwa dimensi hubungan positif dengan orang lain memiliki nilai rata-rata 3,57 dan standard deviasinya 0,76. Dari dimensi tujuan dan makna hidup didapatkan bahwa hasil rata-ratanya adalah 3,29 dengan standard deviasinya sebesar 0,66 dan pada dimensi otonomi, hasil penelitian menunjukkan hasil rata- rata 3,18 dan standard deviasinya1,02. Sementara itu, pada dimensi pertumbuhan pribadi diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,06 dengan standard deviasinya 0,78 dan dimensi penguasaan lingkungan hasil rata-ratanya adalah 3,03 dan standard deviasinya 0,84. Hasil rata-rata dimensi penerimaan diri adalah 2,84 dan standard deviasinya 0,87.
Tabel 5. Nilai mean dan standar deviasi dimensi kesejahteraan psikologis (n=37)
No. Dimensi Mean Total Standar Deviasi (SD) 1. Hubungan Positif Dengan Orang Lain 3.57 0.76
2 Tujuan Dan Makna Hidup 3.29 0.66
3. Otonomi 3.18 1.02
4. Pertumbuhan Pribadi 3.06 0.78
5. Penguasaan Lingkungan 3.03 0.84
6. Penerimaan Diri 2.84 0.87
5.2 Pembahasan
5.2.1 Kesejahteraan Psikologis Pada Penderita Kanker Payudara di RSU Haji
Adam Malik Medan
Penelitian ini melibatkan 37 orang responden penderita kanker payudara yang mendapatkan pengobatan di RSUP Haji Adam Malik Medan.
yang dimulai dari kondisi mental negatif sampai pada kondisi mental positif, misalnya dari trauma sampai penerimaan hidup. Kesejahteraan psikologis individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan juga dukungan sosial (Ryff, 1989).
Seluruh responden, yaitu sebanyak 37 responden (100%) sudah menikah. Hasil penelitian McKenry (2002) tentang the relationship between marriage and psychological well being mengatakan ada efek yang kuat dari status perkawinan pada kesejahteraan psikologis, yaitu dukungan dalam perspektif perlindungan. Sesuai dengan penelitian Hasson et al (2010) tentang Women with advanced breast cancer and their spouses: diversity of support and psychological distress bahwa bagi pasien, dukungan keluarga yang diterima merupakan sumber dukungan yang paling penting serta mampu melindungi dari tekanan psikologis. Jenis kelamin memiliki peran dalam tingkat kesejahteraan psikologis. Dalam penelitian ini seluruh responden (100%) adalah wanita. Menurut Wood, Rhodes, dan Whelan (1989) dalam penelitiannya mengatakan bahwa wanita memiliki kesejahteraan psikologis dan kepuasan hidup yang lebih baik daripada pria. Penelitian dikalangan mahasiswa Middle East Technical University oleh Gurel, menunjukkan kesejahteraan psikologis perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
pada individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hal ini juga dijelaskan oleh Grossi dkk (2012) yang menyatakan tingkat pendidikan turut mempengaruhi kesejahteraan psikologis, karena ketika individu menempuh pendidikan pada level atau tingkatan yang lebih tinggi, individu akan mempunyai informasi yang lebih baik. Sehingga individu akan memiliki kesadaran yang lebih baik dalam membuat suatu pilihan, sehingga berdampak pada munculnya kesejahteraan psikologis (psychological well being).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah responden (64,9%) adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja). Mirowsky dan Ross (1989) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kehidupan masa kecil, serta kesehatan fisik. Ibu rumah tangga menunjukkan dampak psikologis berupa ketidakberdayaan yang diakibatkan karena tidak memiliki kesibukan sehingga seringkali memikirkan penyakit yang dideritanya (Fratiwi, 2014).
5.2.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis
dimensi otonomi yaitu 3,18 (SD = 1,02), nilai rataan penguasaan lingkungan yaitu 3,03 dengan standard deviasinya 0,84 dan pertumbuhan pribadi memiliki nilai rataan 3,06 (SD = 0,78). Dalam hal ini, dimensi hubungan positif dengan orang lain pada keseluruhan responden memiliki nilai yang baik dibandingkan dengan dimensi kesejahteraan psikologis yang lain, yaitu semua responden masih mampu dengan baik menjalin hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya yang bertujuan positif bagi kesejahteraan psikologis dalam menghadapi situasi yang sedang dialami responden. Hal ini didukung penyataan Sugianto (2000) yang menyatakan bahwa individu yang tinggi dalam dimensi ini ditandai dengan mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari orang lain. Selain itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi (Campton, 2005). Sebaliknya, individu yang rendah dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain, menunjukkan individu hanya mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling percaya dengan orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka, dan memperhatikan orang lain, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri atau mempertahankan hubungan yang penting dengan orang lain.
(mean=2,84, SD=0,87), yang memiliki arti bahwa para responden masih belum memiliki penilaian positif terhadap kualitas hidup dan belum mampu bersikap positif atau menerima diri dalam kehidupan yang sedang dijalani. Hal ini didukung dengan pernyataan Campton (2005) yang menyatakan bahwa individu yang menilai positif diri sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk didalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. keyakinan dan kepercayaan diri yang cukup untuk dapat memberi arti kehidupan demi pencapaian masa depan. Akan tetapi, nilai yang rendah pada dimensi penerimaan diri bukan berarti bahwa semua responden tidak dapat mengakui keterbatasan yang ada pada dirinya melainkan para responden masih belum memiliki semangat yang optimal dalam menerima keadaan dirinya.
masa lalu, serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti pada kehidupan.
Nilai yang dihasilkan pada dimensi otonomi adalah 3,18 dengan standard deviasi 0,84, yang berarti bahwa responden masih mampu dengan baik menggunakan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang menghadapi tekanan dari lingkungan sekitar yang bertujuan positif bagi kesejahteraan psikologis dalam menghadapi situasi yang sedang dialami responden. Hal ini didukung oleh pernyataan Dwipayama (2010) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas serta mampu untuk menentukan nasib sendiri (self-determination) dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, mampu untuk melawan atau menghadapi tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain, dan mampu untuk mengatur tingkah laku. Dilanjut dengan penyataan Ryff (1995) yang menyatakan bahwa sebaliknya individu yang rendah dalam dimensi otonomi akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, serta mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu.
memiliki pengetahuan yang bertambah. Demikian juga halnya dengan penyataan Ryff (1995) bahwa penguasaan lingkungan digambarkan dengan kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya, dengan memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan. Individu tersebut dapat mengendalikan aktifitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi.
Dari hasil penelitian, nilai mean dimensi penerimaan diri memiliki nilai yang paling rendah jika dibandingkan dengan dimensi lain yang berarti responden masih belum bisa menerima keadaan dan kondisi kehidupan yang sedang dijalaninya, sehingga perlu dilakukan peningkatan pada dimensi ini agar kesejahteraan psikologis dapat tercapai dengan optimal. Tetapi bukan berarti dimensi-dimensi lain bias diabaikan. Pada dimensi yang memiliki nilai tinggi seperti hubugan positif dengan orang lain, tujuan dan makna hidup, otonomi, pertumbuhan pribadi serta penguasaan lingkungan harus dipertahankan agar tidak mengalami penurunan.
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran psikologis responden dalam penelitian ini, mayoritas responden memiliki kesejahteraan psikologis yang baik dan kurang dari sepertiga memiliki kesejahteraan psikologis yang cukup.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai setiap dimensi yang terdapat dalam aspek kesejahteraan psikologis memiliki nilai yang berbeda, antara lain dimensi hubungan positif dengan orang lain memiliki nilai kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan psikologis responden jika dibandingkan dengan dimensi pertumbuhan pribadi, dimensi tujuan dan makna hidup, dimensi penguasaan lingkungan, terutama pada dimensi penerimaan diri yang masih memiliki nilai kontribusi yang sedikit terhadap dukungan kesejahteraan psikologis responden.
2. Saran
2.1Pelayanan Keperawatan
penurunan, sehingga dengan demikian target pencapaian kesejahteraan psikologis pada penderita kanker payudara dapat tercapai.
2.2Penelitian Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini akan diuraikan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu : konsep kanker payudara dan konsep psychological well being (kesejahteraan psikologis).
1. Kanker Payudara
1.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah gangguan pertu mbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Carpenito, 2000). Kanker payudara merupakan tumor malignan yang muncul di dalam sel pada payudara. Tumor malignan adalah sekelompok sel-sel kanker yang tumbuh di dalam (terinvasi) di seluruh jaringan atau menyebar (metastasis) di beberapa area pada tubuh (American Cancer Society, 2015).
Penyebaran kanker terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar aksila ataupun supraklavikula, kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ lain seperti paru, hati, tulang, dan otak (Luwia, 2003).
1.2 Faktor Resiko Kanker Payudara
Faktor resiko kanker payudara (Simanjuntak, 1977) :
Insiden kanker payudara meningkat cepat selama dekade ke-4 kehidupan dan akan terus meningkat tetapi lebih lambat setelah menopause. Penderita kanker payudara berusia kurang dari 45 tahun dan 2/3 berusia lebih dari 55 tahun (National Cancer Institute’s Surveillance Epidemiology and End Result Program)
1.2.2 Wanita yang tidak kawin resikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang kawin dan mempunyai anak. Idral dkk (2004) dalam penelitiannya mengatakan faktor risiko tertinggi kanker payudara antara lain adalah wanita yang tidak kawin.
1.2.3 Wanita yang melahirkan anak pertama setelah berumur 35 tahun resikonya 2 kali lebih besar.
Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nulipara (kelahiran pertama) mempunyai resiko 30% untuk terjadi kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang multipara (Rasjidi, 2009). MacMahon et al (1970), dalam penelitiannya dengan desain case control, mengatakan bahwa usia kehamilan pertama lebih dari 30 tahun memiliki peningkatan dua kali lipat resiko kanker payudara.
yang pendek, terhadap peningkatan resiko kanker payudara. Didapatkan bahwa pada usia menarche yang lebih muda (12 tahun) terdapat peningkatan resiko kanker payudara (odds ratio = 1,5).
1.2.5 Wanita yang mengalami masa menopausenya terlambat lebih dari 55 tahun, resikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi. Trichopoulos et al (1983), mengatakan wanita yang mengalami menopause sebelum usia 45 tahun hanya memiliki satu setengah resiko kanker payudara dibandingkan dengan setelah 55 tahun.
Azamris (2006) menyatakan bahwa resiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun terkena kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun (OR=1,86).
1.2.6 Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau tumor jinak payudara, resikonya 3 hingga 9 kali lebih besar. Briston (2008) menemukan bahwa wanita yang mempunyai tumor payudara mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara.
1.2.8 Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, resikonya 2 hingga 3 kali lebih tinggi. Diananda (2007) menyatakan bahwa wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker payudara, memiliki resiko 1,5-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
1.2.9 Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi. Grabick et al (1996), melaporkan bahwa ternyata penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan resiko kanker yang signifikan.
1.3 Gejala Klinis Kanker Payudara
Menurut Luwia (2003) gejala kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu aktivitas sehari-hari. Satu-satunya gejala yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah adanya benjolan kecil di payudara.
menyusui; (f) Puting susu tertarik kedalam; dan (g) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (Peau d’orange) (Dalimartha, 2004)
1.4 Tipe kanker Payudara
1.4.1 Karsinoma duktal menginfiltrasi
Karsinoma ini adalah tipe histologis yang paling umum, merupakan 65% sampai 80% dari semua jenis kanker payudara (Robbin et al., 1994). Prognosis tipe ini lebih buruk dibandingkan dengan tipe lainnya. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak (Smeltzer & Bare, 2001)
1.4.2 Karsinoma lobular menginfiltrasi
Tingkat kejadian karsinoma ini 5% sampai 10% kanker payudara (Sabiston, 1992). Tipe ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi. Lebih umum multisentris dengan demikian dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua payudara (Smeltzer & Bare, 2001).
1.4.3 Karsinoma Medular
Karsinoma ini menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul didalam duktus (Smeltzer & Bare, 2001).
Tipe ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosisnya lebih baik. Biasanya ditemukan di sekitar umur 50 tahun. Perabaannya lunak dan dapat menonjol di atas permukaan (Cornain, 1986)
1.4.4 Kanker Musinus
Karsinoma ini menghasilkan lendir, pertumbuhannya lambat sehingga kanker ini juga mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya dan menempati sekitar 3% dari kanker payudara. (Smeltzer & Bare, 2001)
Secara histologi, terdiri dari sekelompok sel epitelium kecil, biasanya membentuk kelenjar yang terdapat di dalam musin ekstra seluler yang banyak dan lesi ini sangat lembut, besar serta berwarna kelabu-kebiruan yang mempunyai ciri atau bentuk seperti gelatin (Pihie, 1998)
1.4.5 Kanker duktal-tubular
, 2001). Pada karsinoma tubular, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubular selapis, dan dikelilingi oleh fibrous stroma (Abbas et al., 2005).
1.4.6 Karsinoma Inflamatori
Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker payudara yang sangat jarang terjadi (1% sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya (Smeltzer & Bare, 2001).
Ini bukan merupakan jenis histologi tertentu, karena menunjukkan adanya invasi karsinoma duktal secara intensif ke dalam pembuluh limfa (Bonadonna, 1984). Karsinoma inflamatori adalah kondisi payudara yang terlihat meradang (merah dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran tebal yang disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfa kulit pembungkus payudara (Supriyanto, 2010)
1.4.7 Penyakit Paget
Jenis ini terjadi pada kulit puting dan areola payudara yang menyerupai jenis yang invasif atau non invasif seperti karsinoma in situ. Kebanyakan penyakit ini menyerang wanita yang berusia lebih tua dibandingkan dengan kanker jenis lain (Pihie, 1998).
1.4.8 Karsinoma Payudara In situ
Karsinoma payudara in situ ini lebih sering dideteksi dengan meluasnya penggunaan skrining mammografi yang ditandai oleh poliferasi sel-sel maligan didalam duktus dan lobulus, tanpa invasif kedalam jaringan sekitarnya. Terdapat dua karsinoma in situ yakni ; duktal dan lobular (Smeltzer & Bare, 2001).
Pada karsinoma lobular in situ, sel-selnya relatif seragam, berukuran kecil/sedang, berwarna pucat, bulat dengan sedikit atau tanpa mitosis (Cornain, 1986). Sedangkan jenis karsinoma duktal in situ adalah yang paling umum dari kanker payudara yang tidak berbahaya (noninvasif). Kanker ini tidak meluas melalui dinding – dinding pembuluh ke jaringan payudara. Hampir semua wanita yang mengalami kanker jenis ini bisa diobati dengan baik (Pamungkas, 2011).
1.5 Stadium Kanker Payudara
faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut (Rasjidi, 2009) :
Tabel 1 : Klasifikasi TNM Kanker Payudara
Klasifikasi Defenisi
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak didapatkan
To Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma In Situ
Tis (DCIS) Duktal Karsinoma In Situ
Tis (LCIS) Lobular Karsinoma In Situ
Tis (Paget) Paget’s Disease tanpa adanya tumor
T1 Ukuran tumor < 2 cm
T1mic Mikroinvasif > 0,1 cm
T1a Tumor > 0,1 cm dan < 0,5 cm T1b Tumor > 0,5 cm dan < 1 cm T1c Tumor > 1 cm dan < 2 cm T2 Tumor > 2 cm dan < 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya perlekatan pada dinding thoraks atau kulit
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit, atau adanya nodul pada payudara
T4c Gabungan antara T4a dan T4b T4d Inflamatory carcinoma
Kelenjar Limfe Regional (N)
Nx Kelenjar limfe regional tidak didapatkan No Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
N1 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral yang dapat digerakkan
N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral, tidak dapat digerakkan
N3 Metastasis pada kelenjar limfe infraclavicular, atau mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar limfe supraclavicular
Metastasis (M)
Mx Metastasis jauh tidak didapatkan
Mo Tidak ada bukti adanya metastasis
M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ (sumber : Rasjidi, 2009) Setelah masing-masing faktor TNM digabungkan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut :
1.5.1 Stadium I
1.5.2 Stadium II
Ukuran tumor antara 2,5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun di kelenjar getah bening supraklavikula (Saryono, 2008)
1.5.3 Stadium III
Stadium III dibagi dalam :
a. Stadium IIIA : Tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan limfonodus. Semua tumor dengan limfonodus terkena, tidak ada penyebaran jauh (Schwartz, 2000)
b. Stadium IIIB : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya. Diameter lebih dari 2,5 cm belum ada metastasis jauh (Smeltzer & Bare, 2001)
1.5.4 Stadium IV
1.6 Pencegahan Kanker Payudara
Menurut Sutjipto (2001), pencegahan penyakit kanker payudara masih sulit diterapkan karena faktor penyebabnya masih dalam penelitian. Saat ini, yang dapat dicegah adalah aspek “life style” serta mengurangi faktor resiko yang memungkinkan timbulnya kanker payudara. Usaha satu-satunya untuk meningkatkan angka penyembuhan pasien kanker payudara adalah dengan mendeteksi secara dini keberadaan kanker payudara tersebut.
Adapun pencegahan penyakit kanker payudara terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier (Tjahjadi, 2003; Tambunan, 1995; Moningkey, 2000)
1.6.1 Pencegahan primer
1.6.1.1 Mengurangi makanan yang mengandung minyak tinggi. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Idral dkk (2004) mengatakan mengkonsumsi lemak secara berlebihan ternyata punya hubungan yang kuat untuk terjadinya kanker payudara. Hal ini diketahui setelah melakukan penelitian terhadap 600 responden.
menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
1.6.1.3 Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feses. Serat yang dibutuhkan menurut National Cancer Institut, USA adalah 20-30 gram setiap hari.
1.6.1.4 Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat anti oksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, manga, brokoli, bayam, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
1.6.1.5 Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu yang lama. Sydney Ross Singer dan Soma Grismaijer menulis buku berjudul "Dressed to Kill: The Link Between Breast Cancer and Bras" ditahun 1995. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa mengenakan bra selama lebih dari 12 jam sehari bisa menaikkan resiko terkena kanker payudara. Penyebabnya adalah dapat menghalangi cairan limfatik, serta menghambat racun-racun yang berada di dalam tubuh untuk pindah dan bergerak, sehingga racun-racun tersebut tersimpan di dalam dada.
wanita yang merokok sebelum kelahiran pertama, mungkin berhubungan dengan sedikit peningkatan dalam resiko terkena kanker payudara.
Sebuah penelitian di AS, diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute (2010), telah mengkonfirmasi bahwa beberapa jenis kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita yang secara teratur minum alkohol. Penelitian ini juga menegaskan bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker payudara dengan mempengaruhi tingkat estrogen dalam tubuh, dan peneliti telah memperkirakan bahwa alkohol terkait dengan sekitar 5.000 kasus kanker payudara setiap tahun.
1.6.1.7 Memperbanyak aktifitas fisik dengan berolahraga. Supriyanto (2010) mengatakan berolahraga tiga kali seminggu selama 20 menit. Olahraga bisa menjadikan jantung bekerja di atas level istirahat, yang sanggup memperkuat otot jantung dan peredaran darah ke sel, sehingga dapat meningkatkan kinerja jantung dan bermanfaat terhadap menurunnya resiko terserang kanker.
1.6.1.8 Menghindari terlalu banyak terkena sinar x atau jenis-jenis radiasi lainnya
1.6.1.10 Penggunaan obat-obatan hormonal harus dengan sepengetahuan dokter
1.6.2 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekinder merupakan langkah yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini kelainan yang ada pada payudara, sehingga apabila kanker ditemukan masih dalam stadium dini, maka pengobatan atau penanganan yang cepat dan tepat akan memberikan hasil yang lebih baik dan hidup lebih lama. Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulan dan pemeriksaan mammografi sekali setahun terutama bagi wanita yang berusia 40 tahun keatas yang beresiko tinggi mendapat penyakit kanker payudara pada usia tersebut (Saryono, 2008).
1.6.3 Pencegahan tersier
1.7 Pengobatan Kanker Payudara
Pengobatan kanker terdiri dari :
1.7.1 Pembedahan
Prosedur pembedahan yang dilakukan pada wanita penderita kanker payudara tergantung pada tahap penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan penderita secara umum, adapun pembedahan/operasi tersebut adalah sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2001) :
1.7.1.1 Lumpektomi, mengangkat tumornya saja dan jaringan-jarinagn yang terkena kanker
1.7.1.2 Partial atau segmental mastektomi, mengangkat tumor sepanjang berbatasan atau sebagian saja beserta jaringan normal, kulit dan jaringan pengikat
1.7.1.3 Total mastektomi, mengangkat seluruh jaringan buah dada
1.7.1.4 Modifikasi mastektomi secara radikal, mengangkat seluruh jaringan buah dada, simpul kelenjar getah bening di ketiak dan seluruh otot yang menutupi dada
1.7.1.5 Mastektomi radikal, bagian-bagian yang diangkat seperti modifikasi mastektomi secara radikal ditambah dengan jaringan sekitarnya (metode ini jarang digunakan)
kepentingan perawatan dan/atau pencegahan stadium selanjutnya
Efek samping dari operasi ini adalah pembengkakan, kehilangan tenaga kekuatan, persendian kaku, mati rasa, atau perasaan gatal-gatal, pendarahan, infeksi, dan atau pembekuan darah (Bohme, 2001)
1.7.2 Terapi Radiasi
University of Texas MD Anderson Cancer Center (2011) melakukan penelitian untuk membandingkan dua teknik terapi radiasi pada wanita tahap awal kanker payudara, yaitu teknik radiasi yang cepat dan terlokalisir serta teknik radiasi tradisional di seluruh payudara. Wanita yang diobati dengan teknik radiasi lokal memiliki resiko dua kali lipat membutuhkan mastektomi dalam 5 tahun, baik karena tumor payudara tumbuh kembali atau karena komplikasi yang disebabkan oleh radiasi itu sendiri. Terapi biasanya diberikan 5 hari dalam seminggu dan memerlukan waktu selama 6-7 minggu.
Efek sampingnya bersifat sementara dan biasanya terdiri atas reaksi kulit dari ringan sampai sedang dan keletihan (Smeltzer & Bare, 2001)
1.7.3 Pengobatan Sistemik Pada Kanker Payudara
tidak, faktor-faktor berikut perlu kiranya dipertimbangkan; (a) Resiko kambuhnya penyakit kanker payudara; (b) Keuntungan potensi dari pengobatan tersebut; (c) Resiko-resiko yang berhubungan dengan pengobatan; (d) Kemauan pasien untuk menerima pengaruh pengobatan yang berimbang dengan manfaat yang dirasakan (Lincoln, 2008)
1.7.4 Terapi Hormonal
Terapi hormonal dapat mencakup pembedahan untuk mengangkat kelenjar endokrin dengan tujuan untuk menekan sekresi hormon. Tamoxifen adalah pengobatan hormonal primer yang digunakan dalam kanker payudara akhir-akhir ini (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut penelitian Karsono (2015) di Rumah Sakit Dharmais Jakarta mengatakan bahwa terapi hormonal mampu membuat pasien stadium 3B dan 4 bertahan selama rata-rata 1.039 hari.
1.7.5 Kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi kanker payudara mencakup mual, muntah, perubahan rasa kecap, alopesia (rambut rontok), mukositis, dermatitis, keletihan, penambahan berat badan, dan depresi sumsum tulang (Fujin, 2011). Selain itu wanita premenstrual yang mendapat kemoterapi dapat mengalami amenore temporer atau permanen yang mengarah pada sterilitas. Kemoterapi juga memberikan efek negatif pada harga diri, seksualitas, dan kesejahteraan pasien, dan disertai dengan stress (Smeltzer & Bare, 2001)
Secara garis besar pengobatan kanker payudara yang disepakati oleh ahli kanker di dunia (Sutjipto, 2001) adalah sebagai berikut :
Stadium I : Operasi dan kemoterapi (optional)
Stadium II : Operasi dan kemoterapi (optional + hormonal)
Stadium III : Kemoterapi, operasi dan radiasi (optional + hormonal)
Stadium IV : Kemoterapi dan radiasi (optional + hormonal)
2. Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologis)
2.1 Pengertian Psychological Well Being
Psychological well being merujuk pada perasaan seseorang berkenaan dengan segala aktifitas yang dilakukan oleh individu yang berlangsung setiap hari dimana dalam proses tersebut kemungkinan mengalami fluktuasi pikiran dan perasaan yang dimulai dari kondisi mental negatif sampai pada kondisi mental positif, misalnya dari trauma sampai penerimaan hidup (Bradburn 1969 dalam Ryff & Keyes, 1995)
2.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)
Ryff (1989) merumuskan kesejahteraan psikologis (Psychological well being) kedalam enam dimensi, yaitu :
2.2.1 Penerimaan diri (self acceptance)
yang telah terjadi pada kehidupan masa lalu, bermasalah dengan kualitas personalnya dan ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya (Ryff, 1995).
Ogden (2004) mengatakan kebanyakan wanita melihat payudaranya sebagai bagian yang penting dari feminitas dan identitas seksual yang secara simbolik berkaitan dengan kehangatan, keibuan, dan kasih sayang. Oleh karena itu, sulit bagi wanita untuk menerima bahwa dirinya terkena kanker payudara dan akan kehilangan satu atau kedua payudaranya.
2.2.2 Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others)
orang lain, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri atau mempertahankan hubungan yang penting dengan orang lain (Sugianto, 2000).
Maslow (1970) juga mengatakan bahwa orang yang teraktualisasi adalah yang memiliki kemampuan kuat untuk berempati dan membina hubungan afektif dengan manusia lain, dan mampu menjalin persahabatan.
2.2.3 Otonomi (autonomy)
Otonomi digambarkan sebagai kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya. Individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri (self-determination) dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri,
mampu untuk melawan atau menghadapi tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain, dan mampu untuk mengatur tingkah laku (Dwipayama, 2010).
tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu (Ryff, 1995)
2.2.4 Penguasaan lingkungan (environmental mastery)
Penguasaan lingkungan digambarkan dengan kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya, dengan memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan (Ryff, 1995). Individu tersebut dapat mengendalikan aktifitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi.
Sebaliknya individu yang memiliki penguasaan lingkungan yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan dan kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar (Sugianto, 2000).
yang dimaksud mampu memenuhi dua faktor tersebut atau individu yang dikatakan memiliki skor tinggi adalah individu yang memiliki perasaan mampu menguasai dan mengolah lingkungan, dapat mengontrol kejadian di luar dirinya, menggunakan setiap kesempatan yang ada dengan efektif, mampu menciptakan dan memillih keadaan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang dianutnya.
2.2.5 Tujuan hidup (purpose of life)
Penelitian terkait dengan tujuan hidup yang dilakukan oleh Azani tentang gambaran psychological well being mantan narapidana, menunjukkan bahwa mantan narapidana memiliki harapan untuk dapat kembali ke masyarakat kehidupan yang lebih baik.
Kesejahteraan psikologis bukan hanya “merasa baik”, tetapi individu dalam organisasi juga perlu merasakan apa yang dilakukannya berarti dan memberikan manfaat bagi dirinya (Robertson & Cooper, 2011).
2.2.6 Pertumbuhan pribadi (personal growth)
kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku baru (Dwipayama, 2010).
Penelitian terkait dengan pertumbuhan pribadi yang dilakukan oleh Azani tentang gambaran psychological well being mantan narapidana, menunjukkan bahwa adanya dimensi pertumbuhan pribadi dalam diri mereka dengan mengembangkan diri mereka dengan mempraktekkan keterampilan yang telah diperoleh di penjara.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being
Melalui berbagai penelitian yang dilakukan Ryff (1989) menemukan bahwa faktor-faktor demografis yang mempengaruhi perkembangan psychological well-being seseorang, antara lain :
2.3.1 Usia
Individu yang berada dalam usia dewasa akhir memiliki skor psychological well-being yang lebih rendah dalam dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi; individu yang berada dalam usia dewasa madya memiliki skor psychological well-being yang lebih tinggi dalam dimensi penguasaan lingkungan; individu yang berada dalam usia dewasa awal memiliki skor yang lebih rendah dalam dimensi otonomi dan penguasaan lingkungan dan memiliki skor psychological well-being yang lebih tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi. Dimensi penerimaan diri dan dimensi hubungan positif dengan orang lain tidak memperlihatkan adanya perbedaan seiring dengan pertambahan usia (Ryff, 1989).
Ryan & Deci (2001), mengatakan individu yang berada dalam usia dewasa awal (young) memiliki skor tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup sementara pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan otonomi memiliki skor rendah.
2.3.2 Jenis Kelamin
tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain (Papalia dkk., 2001). Tidaklah mengherankan bahwa sifat-sifat stereotipe ini akhirnya terbawa oleh individu sampai individu tersebut dewasa. Sebagai sosok yang digambarkan tergantung dan sensitif terhadap perasaan sesamanya, sepanjang hidupnya wanita terbiasa untuk membina keadaan harmoni dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah yang menyebabkan mengapa wanita memiliki skor yang lebih tinggi dalam dimensi hubungan positif dan dapat mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain.
Perbedaan pola pikir mempengaruhi strategi koping yang dilakukan, menyebabkan seseorang berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki psychological well-being yang lebih baik daripada perempuan. Perempuan umumnya lebih mampu mengekspresikan emosi dan menjalin relasi sosial dengan orang lain (Nofianti, 2012)
2.3.3 Status sosial ekonomi
Perbedaan status sosial ekonomi dalam psychological well-being berkaitan erat dengan kesejahteraan fisik maupun mental seseorang. Individu dari status sosial rendah cenderung lebih mudah stress dibanding individu yang memiliki status sosial yang tinggi (Stewart et al, 1999).
2.3.4 Budaya
Ryff (1995) mengatakan bahwa sistem nilai individualism kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.
2.3.5 Dukungan sosial
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan terkendali (Hawari, 2004). Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (WHO, 2008).
Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti adalah kanker payudara. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi dan cenderung terjadi pada perempuan daripada laki-laki, sehingga kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada perempuan.
Menurut Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas (2013), secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker payudara sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi kanker payudara di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 0,4% atau dengan estimasi jumlah absolute yaitu 2.682 orang.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2012) diketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol oleh umur) sebesar 12,9%. Jumlah penderita kanker payudara hingga saat ini diperkirakan menempati posisi kedua terbanyak setelah kanker leher rahim atau serviks.
dari keluarga dapat mempengaruhi munculnya Psychological well being. Dukungan berupa perhatian, semangat dan menemani pasien menjalani pengobatan dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan membantu pasien kanker payudara mengurangi tekanan psikologis yang dialaminya.
Psychological well being (kesejahteraan psikologis) adalah sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal (Carol, 1995). Psychological well-being adalah gambaran kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif individu tersebut (positive psychological functioning).
Fungsi psikologis positif yang dimaksud adalah enam dimensi dasar yang didasari oleh teori-teori psikologi kepribadian, kesehatan mental, maupun psikologi perkembangan. Adapun dimensinya adalah penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.