• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERUANGAN DAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN GEOGEBRA DI SMA NEGERI 19 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KERUANGAN DAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN GEOGEBRA DI SMA NEGERI 19 MEDAN."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

TUTI MARIANI MALAU. Peningkatan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa melalui model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra Di SMA Negeri 19 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Kata Kunci: Pembelajaran Inkuiri, GeoGebra, Kemampuan Keruangan, Percaya Diri

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan keruangan siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra, (2) Peningkatan percaya diri siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra, (3) Proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan kemampuan keruangan siswa pada pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih baik dari pada pembelajaran pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra, (4) Aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih baik dari pada pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra.

Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 19 Medan. Kemudian secara acak dipilih dua kelas berjumlah 81 orang. Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan keruangan, skala percaya diri siswa, lembar jawaban dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,61 dan 0,90 berturut-turut untuk kemampuan keruangan dan percaya diri.

(6)

ii ABSTRACT

TUTI MARIANI MALAU. Increasing of Spatial Ability and Self Confidence Student Through Inquiry Learning Using GeoGebra of State Senior High School 19 Medan. Tesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2016.

Keywords: Inquiry Learning, GeoGebra, Spatial Ability, Self Confidence

The study aimed to know : (1) The increasing of spatial ability student who given Inquiry Learning with GeoGebra higher than Inquiry Learning without GeoGebra, (2) The increasing of self confidence student who given Inquiry Learning with GeoGebra higher than Inquiry Learning without GeoGebra, (3) Process the answer of spatial problem student who given Inquiry Learning with GeoGebra better than Inquiry Learning without GeoGebra, (4) Activity student who given Inquiry Learning with GeoGebra better than Inquiry Learning without GeoGebra. This research is a semi-experimental. The population was students of class X SMA Negeri 19 Medan. Then randomly was selected two classes numbered 81 people. Experimental 1 class treated inquiry learning with GeoGebra and experimental 2 class treated inquiry learning with GeoGebra. The instrument used consists of: spatial ability test, scale of self confidence, student’s paper and paper of observation. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0.61 and 0.90 respectively for spatial ability test and scale of self confidence.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan cinta kasihNya penulis dimampukan menyelesaikan tesis berjudul “Peningkatan Kemampuan Keruangan dan Percaya Diri Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra di SMA Negeri 19 Medan” yang disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terlibat membantu penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ayahanda J. Malau dan Ibunda R. Panjaitan yang tercinta, serta Abang, Kakak dan Keponakan yang selalu memberi doa, kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh untuk setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

2. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. sebagai Pembimbing I dan Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D sebagai Pembimbing II yang ditengah-tengah kesibukannya dengan sabar telah memberi bimbingan dan arahan dari setiap permasalahan yang penulis temukan sepanjang penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd., dan Ibu Dr.Yulita Molliq, M.Sc. sebagai narasumber yang telah memberi sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

(8)

iv

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Ibu Renata Nasution, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 19 Medan, Ibu Irma Simanjuntak, M.Si yang memberikan kesempatan kepada peneliti melakukan penelitian dan membantu peneliti selama pelaksanaan penelitian.

8. Rekan-rekan saya di kelas Dikmat B2 serta sahabat seperjuangan angkatan XXIII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis..

9. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dengan harapan semua mendapatkan suksesnya disetiap langkah.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Harapan penulis, semoga tesis ini bisa berguna bagi khasanah pengetahuan. Terima kasih.

Medan, Juni 2016

(9)

v

2.1.3 Hubungan Kemampuan Keruangan dan Percaya Diri ... 35

2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri ... 37

2.2.1 Peningkatan Kemampuan Keruangan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada Kemampuan Keruangan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Inkuiri tanpa Berbantuan GeoGebra ... 55

2.2.2 Peningkatan Percaya Diri Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada Kemampuan Keruangan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Inkuiri tanpa Berbantuan GeoGebra ... 57

2.2.3 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra lebih baik dibanding dengan Pembelajaran Inkuiri tanpa Berbantuan GeoGebra ... 58

2.2.4 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra Memenuhi Batas Toleransi Waktu Ideal ... 59

(10)

vi

3.5.1 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 65

3.5.2 Uji Coba Instrumen ... 73

3.6.4 Uji Hipotesis Penelitian ... 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 109

4.1 Hasil Penelitian ... 109

4.1.1 Analisis Data Kemampuan Keruangan Siswa... 109

4.1.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Tes Kemampuan Keruangan ... 113

4.1.3 Analisis Data Tes Skala Percaya Diri ... 128

4.1.4 Analisis Statistik Inferensial Hasil Skala Percaya Diri ... 132

4.1.5 Proses Jawaban Siswa ... 133

4.1.6 Aktivitas Belajar Siswa ... 146

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 157

4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 157

4.2.2 Kemampuan Keruangan Siswa ... 160

4.2.3 Percaya Diri Siswa ... 162

4.2.4 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 165

4.2.5 Aktivitas Belajar Siswa ... 165

4.2.6 Keterbatasan Penelitian ... 168

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 170

5.1 Simpulan ... 170

5.2 Implikasi ... 171

5.3 Saran ... 171

(11)

vii

Tabel 3.4. : Pedoman Penskoran Tes Akhir Kemampuan Keruangan ... 67

Tabel 3.5. : Pedoman Penskoran Skala Percaya Diri ... 70

Tabel 3.6. : Kisi-Kisi Skala Percaya Diri Siswa ... 70

Tabel 3.7. : Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Keruangan Siswa ... 71

Tabel 3.8. : Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 74

Tabel 3.9. : Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ... 76

Tabel 3.10. : Validitas Butir Soal Tes Awal Kemampuan Keruangan ... 76

Tabel 3.11. : Validitas Butir Soal Tes Akhir Kemampuan Keruangan ... 77

Tabel 3.12. : Interpretasi Koefisien Reabilitas ... 78

Tabel 3.13. : Klasifikasi Daya Pembeda ... 79

Tabel 3.14. : Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Keruangan .. 79

Tabel 3.15. : Interpretasi Indeks Kesukaran ... 80

Tabel 3.16. : Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Keruangan ... 80

Tabel 3.17. : Interpretasi Koefisien Reabilitas ... 81

Tabel 3.18. : Kategori Aktivitas Siswa ... 83

Tabel 3.19. : Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA ... 90

Tabel 3.20. : Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 92

Tabel 3.21. : Persentase Waktu Ideal untuk Aktivitas Siswa ... 106

Tabel 3.28. :Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 108

Tabel 4.1. : Deskripsi Data Kemampuan Keruangan Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran ... 110

Tabel 4.2. : Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Keruangan pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 112

Tabel 4.3. : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data ... 114

Tabel 4.4. : Data Hasil Uji Homogenitas ... 114

Tabel 4.5. : Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Awal Kemampuan Keruangan Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 115

Tabel 4.6. : Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Akhir Kemampuan Keruangan Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 115

(12)

viii

Tabel 4.8. : Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Eksperimen 2 ... 116 Tabel 4.9. : Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 1 ... 117 Tabel 4.10. : Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 1 dengan SPSS 17.00 ... 117 Tabel 4.11. : Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 1 ... 118 Tabel 4.12. : Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Keruangan Siswa Kelas Eksperimen dengan SPSS 17.00 ... 119 Tabel 4.13. : Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 2 ... 120 Tabel 4.14. : Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 2 dengan SPSS 17.00 ... 120 Tabel 4.15. : Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 2 ... 121 Tabel 4.16. : Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Keruangan Kelas Eksperimen 2 dengan SPSS 17.00 ... 122 Tabel 4.17. : Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Keruangan ... 122 Tabel 4.18. : Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Keruangan dengan SPSS 17.0 ... 123 Tabel 4.19. : Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model

Regresi Kemampuan Keruangan dengan SPSS 17.0 ... 123 Tabel 4.20. : Analisis Kovarians Kemampuan Keruangan untuk

Kesejajaran Model Regresi ... 124 Tabel 4.21. : Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Keruangan ... 126 Tabel 4.22. : Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Keruangan dengan SPSS 17.00 ... 127 Tabel 4.23. : Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes awal dan Tes akhir

Percaya Diri pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Tabel 4.27. : Rangkuman Proses Penyelesaian Siswa di Kelas Eksperimen

1 dan Eksperimen 2 ... 145 Tabel 4.28. : Persentase Waktu Ideal untuk Aktivitas Siswa ... 148 Tabel 4.29. : Rerata Persentase Waktu Aktivitas Belajar Siswa Pada saat

Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra ... 149 Tabel 4.30. : Rerata Persentase Waktu Aktivitas Belajar Siswa Pada saat

(13)

ix

Gambar 2.1. : Model untuk melatih unsur Spatial Perception ... 25

Gambar 2.2. : Model untuk melatih unsur Spatial Visualisation ... 26

Gambar 2.3. : Model untuk melatih unsur Mental rotation ... 26

Gambar 2.4. : Model untuk melatih unsur Spatial Relation ... 27

Gambar 2.5. : Model untuk melatih unsur Spatial orientation ... 27

Gambar 2.6. : Tampilan GeoGebra ... 46

Gambar 3.1. : Prosedur penelitian dilaksanakan dengan Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan tanpa berbantuan GeoGebra ... 86

Gambar 4.1. : Rata-Rata Skor Kemampuan Keruangan ... 111

Gambar 4.2. : Rata-Rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kemampuan Keruangan Siswa ... 112

Gambar 4.3. : Rata-Rata Skor Percaya Diri Siswa ... 130

Gambar 4.4. : Rata-Rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Percaya Diri .... 131

Gambar 4.5. : Proses Jawaban Tes Kemampuan Keruangan Siswa Butir 1

Gambar 4.9. : Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 150

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan alam sekitarnya.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Selain itu Matematika juga memiliki peran dalam berbagai disiplin dan dapat mengembangkan pola pikir manusia (BSNP, 2006). Matematika diperlukan oleh setiap peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Adapun pentingnya matematika menurut Cornellius (1982) adalah:

“Ada lima alasan pentingnya belajar matematika karena matematika merupakan : (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenali pola-pola hubungan dan generalisasi, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, (5) sarana meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Senada dengan Cornellius, Cockroft (1982) mengemukakan bahwa:

(15)

2

informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”

Mengingat pentingnya matematika, maka guru harus membuat siswa dalam menguasai pelajaran matematika yang dapat bermanfaat untuk kehidupan yang akan datang. Standar kompetensi matematika sekolah disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tesebut di atas. Standar ini dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pada pembelajaran matematika terdapat lima standar isi, yakni : Bilangan dan Operasinya, Aljabar, Geometri, Pengukuran, Analisis Data dan Probabilitas (NCTM, 2000).

Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang dipelajari di sekolah. Materi geometri dapat memberikan situasi kepada siswa untuk belajar struktur matematika, yaitu pengembangan kumpulan teorema dalam sistem matematika. Menurut Galileo (Burshill-Hall, 2002) geometri merupakan kunci untuk memahami alam. Alam di sini berarti seluruh bentuk yang ada di dunia. Adapun menurut Kartono (2012) “berdasarkan sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan keruangan, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan”. Geometri tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa tetapi juga membatu dalam pembentukan memori yaitu objek konkret menjadi abstrak.

(16)

3

mendukung banyak topik lain dalam matematika. Berdasarkan pendapat tersebut maka geometri merupakan materi penting dalam pembelajaran matematika.

Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik (Bobango, 1993). Sementara itu, Budiarto (2000) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen matematik.

Senada dengan itu, Thomas (2001) dalam buku The Royal Society

mengemukakan tujuan pembelajaran geometri adalah

“(a) untuk mengembangkan kesadaran spasial, intuisi geometri dan kemampuan untuk memvisualisasikan, (b) untuk memberikan keluasan dalam pengalaman geometri baik itu dalam ruang 2 dimensi maupun 3 dimensi, (c) untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman dan kemampuan untuk menggunakan sifat dan teorema geometri, (d) untuk mendorong pengembangan dan penggunaan dugaan, penalaran deduktif dan bukti, (e) untuk mengembangkan keterampilan penerapan geometri melalui pemodelan dan pemecahan masalah dalam dunia nyata, (f) untuk mengembangkan keterampilan penggunaan TIK dalam konteks geometri, (g) untuk menimbulkan sikap positif terhadap matematika, (h) untuk mengembangkan kesadaran tentang warisan sejarah dan budaya dari geometri dalam masyarakat dan aplikasi kontemporer dari geometri.” Clement dan Battista (1992) menyatakan bahwa kemampuan yang perlu dikuasai oleh siswa dalam mempelajari konsep geometri adalah kemampuan keruangan (spatial ability). Menurut Clement dan Battista (1992), kemampuan

(17)

4

Gardner mengemukakan bahwa kemampuan keruangan adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang secara tepat atau dengan kata lain kemampuan untuk memvisualisasikan gambar, yang di dalamnya termasuk kemampuan mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal atau benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, mengungkapkan data dalam suatu grafik serta kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang (Al Arif, 2004).

Dalam konteks hubungan lintas ilmu/bidang studi maka kemampuan spasial sangat dibutuhkan. Strong dan Roger (2002) mengemukakan bahwa dalam teknologi industri kemampuan spasial sangat bermanfaat dalam penerapan seperti simulasi, multimedia dan pemodelan. Alias dkk (2002) mengemukakan bahwa dibutuhkan kemampuan spasial yang baik untuk dapat belajar dan memecahkan masalah-masalah teknik. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Fari dan Samsudin (2007) yang menemukan dalam penelitiannya di Malaysia bahwa hampir semua topik dalam “menggambar mesin” sangat membutuhkan kemampuan spasial yang tinggi.

Senada dengan itu, National Academy of Science (2006) berpendapat

(18)

5

3) membaca peta, grafik, bagan dan diagram, 4) menikmati acara televisi, video,

slides, film, dan foto, 5) mengingat mimpi (Hoerr, 2010).

Kemampuan spasial juga berguna dalam bidang studi lainnya, diantaranya: 1) seorang astronom memahami tata surya dan pergerakan antar planetnya, 2) seorang engineer yang memahami hubungan antar komponen dalam mesin, dan 3)

seorang ahli radiologi yang menginterpretasikan gambar sinar X.

Lebih lanjut menurut Maier (1998) membagi kemampuan spasial ke dalam lima aspek yaitu : (1) spatial perception, kemampuan mengamati suatu bangun

ruang atau bagian-bagian bangun ruang yang diletakkan posisi horizontal atau vertikal; (2) spatial visualization, kemampuan untuk membayangkan atau

memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang yang bagian bagaimana terdapat perubahan atau perpindahan, (3) mental rotation, kemampuan

merotasikan suatu bangun ruang secara cepat dan tepat; (4) spatial relation,

kemampuan untuk mengerti wujud keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda dan hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lain; (5) spatial

orientation, kemampuan untuk mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental

di dalam ruang atau berorientasi dengan seseorang di dalam situasi keruangan yang istimewa.

(19)

6

belum memahami konsep-konsep geometri, Sunardi (Abdussakir, 2009). Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami geometri, terutama geometri ruang yang merupakan materi dalam matematika yang paling dibenci oleh siswa.

Kemampuan keruangan matematika yang rendah ini juga terlihat pada hasil analisis daya serap Ujian Nasional materi pokok dimensi tiga yang masih tergolong rendah. Ditemukan bahwa siswa SMA N 1 Banjarnegara tahun 2011 sebesar79,83%, untuk kabupaten Banjarnegara sebesar 51,52%, untuk Provinsi Jawa Tengah sebesar 52,96% dan untuk Nasional sebesar 64,78% (Pranawestu dkk, 2012) .

Berdasarkan hasil PISA 2012, kemampuan siswa di Indonesia masih rendah dalam hal kemampuan keruangan. Hal ini ditunjukkan dari peringkat Indonesia yang berada pada urutan 64 dari 65 negara. Beberapa soal yang terdapat pada tes PISA adalah sebagai berikut.

(20)

7

Gambar 1.2. Contoh Soal Kemampuan Spasial II (PISA, 2012)

Gambar 1.3 Soal Kemampuan Keruangan III (PISA, 2012)

Soal tersebut adalah soal yang memerlukan kemampuan keruangan yaitu

spatial orientation untuk soal nomor 1 dan nomor 3, serta spatial relation untuk

(21)

8

Diketahui limas tegak segiempat beraturan TABCD. Panjang rusuk alas 8 cm dan panjang rusuk tegak 8√ cm. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan “jarak B ke TD lebih panjang daripada tinggi limas”!

Fakta rendahnya kemampuan keruangan siswa juga terlihat dari tes uji coba soal kemampuan keruangan siswa. Adapun siswa yang menjadi objeknya adalah siswa SMA N 19 Medan kelas XI T.A. 2015/2016. Soal diberikan merupakan tes kemampuan keruangan mengenai ruang dimensi tiga yang telah dipelajari pada kelas X semester 2. Berikut salah satu soal yang diberikan:

Salah satu dari hasil penyelesaian oleh siswa dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut ini :

Gambar 1.4 Jawaban salah satu siswa

(22)

9

garis, tanpa memperhitungkan garis bantu itu tegak lurus atau tidak. Seharusnya, siswa membuat garis bantu antara titik B ke garis TD dengan syarat garis bantu itu tegak lurus terhadap garis TD, sehingga garis itulah yang menjadi jarak antara titik B ke garis TD. Siswa juga tidak memperhatikan jarak titik ke bidang. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep bangun ruang masih tergolong rendah. Padahal secara aljabar, siswa bisa menggunakan teorema pythagoras dengan benar bahkan proses penarikan akar pun diselesaikan dengan tepat. Berarti siswa tidak mengalami suatu kendala dalam bidang aljabar tetapi memiliki kendala dalam bidang geometri. Kendala yang dihadapi oleh siswa ini disebabkan oleh kemampuan spasial siswa yang masih tergolong rendah, terutama pada aspek spatial relation, yaitu menyatakan hubungan unsur dalam dimensi 3.

Soal tersebut merupakan salah satu soal yang diujikan kepada 40 orang siswa yang hadir pada saat tes berlangsung. Jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan benar sesuai dengan indikator yang dicapai ada 10 orang atau 25% dan siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal degan benar dan sesuai dengan indikator yang dicapai ada 30 orang atau 75%. Dari data tersebut terlihat bahwa siswa belum menguasai materi ruang dimensi tiga, kemampuan keruangan siswa masih tergolong rendah serta proses penyelesaian jawaban siswa masih kurang baik.

(23)

10

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kemampuan keruangan. Rendahnya cara berpikir siswa menguatkan asumsi bahwa siswa mengalami kesulitan menyelesaikan masalah di mana dalam hal ini mengenai kemampuan keruangan.

Hal ini tidak dapat diabaikan oleh guru. Sejalan dengan penelitian Ryu, dkk (2007) menemukan “2 dari 7 siswa yang berprestasi tidak mempunyai kesulitan pada mata pelajaran yang mempunyai karakteristik kemampuan visualisasi spasial dan ada 5 siswa yang memiliki kesulitan dalam memanipulasikan objek 2 dimensi dan 3 dimesi”. Artinya, siswa merasa kesulitan dalam mengkonstruksikan bangun ruang sehingga kemampuan keruangan siswa masih lemah dan perlu ditingkatkan lagi.

Keberhasilan suatu pendidikan dapat ditinjau dari berbagai aspek, salah satu diantaranya ialah kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Skinner (Susilo, 2006) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat siswa belajar, maka respon siswa menjadi lebih baik dalam menerima pelajaran. Sebaliknya, bila siswa tidak belajar maka respon siswa tersebut menurun. Artinya bahwa seorang yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan perilaku, yaitu dari tidak bisa menjadi bisa dan ragu-ragu menjadi yakin.

(24)

11

diri yang ada pada diri mereka akan membuat mereka takut untuk melakukan dan mencoba sesuatu. Mereka akan selalu merasa tidak mampu dan takut berbuat salah. Ini membuat mereka tidak mengetahui kemampuan atau potensi apa yang mereka miliki dan akan semakin mengubur kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

Self-confidence (Percaya diri) sangat penting bagi siswa agar berhasil

dalam belajar matematika (Yates, 2002). Dengan adanya rasa percaya diri, maka siswa akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika, sehingga pada akhirnya diharapkan prestasi belajar matematika yang dicapai juga lebih optimal. Hal ini di dukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa terdapat assosiasi positif antara self-confidence dalam

belajar matematika dengan hasil belajar matematika (Hannula, et al.,2004; Suhendri, 2012; TIMSS, 2012). Artinya hasil belajar matematika tinggi untuk setiap siswa yang memiliki indeks self-confidence yang tinggi pula.

(25)

12

Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah siswa mengalami hambatan dengan kepercayaan diri. Rendahnya percaya diri siswa ditunjukkan oleh hasil studi TIMSS (2012) yang menyatakan bahwa dalam skala internasional hanya 14% siswa yang memiliki self-confidence tinggi terkait kemampuan

matematikanya. Sedangkan 45% siswa termasuk dalam kategori sedang, dan 41% sisanya termasuk dalam kategori rendah. Hal serupa juga terjadi pada siswa di Indonesia. Hanya 3% siswa yang memiliki self-confidence tinggi dalam

matematika, sedangkan 52% termasuk dalam kategori siswa dengan

self-confidence sedang dan 45% termasuk dalam kategori siswa dengan self-confidence rendah.

Senada dengan itu, Muslihin (2014) mengemukakan bahwa siswa memiliki kecenderungan menutup diri terutama dalam proses belajar mengajar. Sehingga siswa yang tidak percaya diri tidak mampu mengungkapkan perasaannya, pikiran dan aspirasi sehingga takut untuk bertindak, akan menyebabkan tujuan yang dicapai akan sulit terwujud.

(26)

13

depan kelas, siswa takut secara berlebihan dan merasa tidak yakin dengan jawabannya. Perilaku yang kurang mampu mengekspresikan pendapat dan menganggap matematika sebagai hal yang menakutkan dapat menyebabkan siswa merasa tidak mampu memperlajarinya sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika rendah.

Mengingat sangat pentingnya meningkatkan kepercayaan diri pada siswa sebagai sumber kekuatan untuk dapat mengakualisasikan diri siswa secara utuh, maka siswa membutuhkan bantuan orangtua dan guru. Neill (2005) menyatakan bahwa self-confidence adalah keyakinan terhadap penilaian atas kemampuan diri

dan merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil.

Kepercayaan diri tidak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa, tetapi anak-anak juga memerlukannya dalam perkembangannya menjadi dewasa. Kepercayaan diri sulit dikatakan secara nyata, tetapi kemungkinan besar orang yang percaya diri akan bisa menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba sesuatu yang baru walaupun ia sadar bahwa kemungkinan salah pasti ada. Orang yang memiliki kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, sehingga dapat menumbuhkan keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.

(27)

14

dikelas masih bersifat oriented-teacher, artinya pembelajaran yang terjadi masih

banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan.

Guru hanya mencari kemudahan saja serta senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh siswa, soal-soal yang di berikan oleh guru adalah soal-soal yang ada di buku paket yang mengakibatkan siswa kurang memahami terhadap masalah-masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di sekeliling siswa, serta contoh masalah yang diberikan tersebut terlebih dahulu diselesaikan secara demonstrasi kemudian siswa diberikan soal sesuai dengan contoh tersebut, guru masih beranggapan yang demikian dilakukan akan meningkatkan kemampuan siswa padahal kebalikannya siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, karena dalam menyelesaikan soal tersebut siswa hanya mengerjakan seperti apa yang dicontohkan oleh guru tanpa perlu menggunakan kemampuan sendiri dalam menyelesaikannya.

Fenomena proses pembelajaran guru di lapangan selama ini juga diperkuat oleh Somerset dan Suryanto (Asikin, 2002) yang mengemukakan bahwa pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pembelajaran biasa yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau berdasarkan kepada behaviourist dan structuralist. Guru hanya memilih cara yang paling

(28)

15

kepada penanaman konsep. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Hadi (2005) sebagai berikut:

“Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah sementara siswa mencatatnya dibuku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pegajaran dianggap sebagai proses penyampain fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada siswa”.

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih kurang bervariasi.

Lie (2010) mengemukakan bahwa :

“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paragdima lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain”.

Oleh karena itu, Lie (2010) mengemukakan bahwa :

“Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :

1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. 2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif.

3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa

4. Pendidik adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa”.

(29)

16

model yang didasarkan pada konsep pembelajaran konstruktivisme. Menurut Sanjaya (2006), inquiry learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis yang ada.

Lebih lanjut menurut Hanafiah dan Suhana (2010), inquiry learning adalah

model pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Artinya, bahwa dalam penerapan model inquiry learning siswa dituntut

melakukan eksplorasi diri secara maksimal.

Beberapa alasan dipilihnya model ini adalah karena langkah-langkah pembelajaran Inkuiri yaitu menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan data dan menganalisis data serta membuat kesimpulan, membuat siswa menjadi peran utama dalam proses pembelajarannya sehingga siswa akan memahami konsep yang diprosesnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa ketika memahami dimensi tiga. Dengan kata lain, pembelajaran Inkuiri sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa.

(30)

17

matematika, ditemukan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih minim menggunakan media. Adapun media yang digunakan guru berupa media yang masih belum bisa menggambarkan objek matematika yang abstrak, seperti power point serta kerangka bangun ruang.

Hal di atas menjelaskan bahwa proses pembelajaran yang terjadi tidak menggunakan media pembelajaran yang mendukung pencapaian pemahaman materi yang diajarkan. Apalagi geometri ruang yang menjelaskan keterkaitan bagian antar ruang yang sangat abstrak untuk dibayangkan siswa. Media pembelajaran yang biasa digunakan seperti kerangka bangun ruang pun bukan menjadi solusi yang terbaik agar abstraknya objek geometri ruang itu dapat dipahami oleh siswa.

Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat menyajikan objek geometri ruang yang abstrak itu menjadi sesuatu yang dapat dilihat, diamati dan lebih mudah dipahami siswa. Salah satu media inovatif yang dapat menyajikan objek abstrak menjadi dapat dipahami dan diamati adalah software

komputer. Penggunaan software komputer dalam pembelajaran sangat

bermanfaat, misalnya dapat memperjelas penyampaian materi, membantu proses perhitungan yang sulit, serta menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat menciptakan iklim belajar yang efektif untuk mengoptimalkan kemampuan matematika siswa.

Salah satunya adalah media pembelajaran berbantuan komputer yang mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi yang berkaitan dengan materi geometri adalah GeoGebra. GeoGebra adalah program komputer

(31)

18

GeoGebra dapat membantu siswa mengamati objek-objek abstrak dalam geometri

dan menjadikannya terlihat lebih nyata. Melalui GeoGebra ini siswa juga akan

lebih mudah memahami konsep dan hubungan yang terdapat di dalam suatu dimensi tiga.

Adanya penggunaan model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra

ini tentunya akan melatih dan mengasah kemampuan keruangan siswa, sehingga mengakibatkan kemampuan keruangan mengalami peningkatan menjadi lebih bagus. Selanjutnya, meningkatnya kemampuan keruangan siswa membuat siswa semakin percaya diri ketika menyelesaikan permasalahan dimensi tiga. Siswa akan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Bahkan masalah yang sulit pun bukan menjadi sesuatu hal yang menakutkan akan tetapi menjadi suatu tantangan bagi siswa, karena siswa itu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan itu.

Untuk itu model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra merupakan

salah satu model yang disarankan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Dari uraian penjelasan tersebut, peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengungkapkan apakah model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dapat

meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri sisiwa yang pada akhirnya akan memperbaiki hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Keruangan dan Percaya Diri Siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra di SMA N 19

(32)

19

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka masalah-masalah yang teridentifikasi antara lain:

1. Kemampuan keruangan siswa masih rendah. 2. Percaya diri siswa masih rendah.

3. Siswa merasa jenuh dengan pembelajaran matematika.

4. Siswa menganggap pelajaran matematika lebih sulit daripada pelajaran yang lain

5. Pembelajaran yang terjadi masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk pasif

6. Proses dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan keruangan di kelas masih kurang baik.

7. Kurangnya penggunaan media komputer dan software matematika dalam

pembelajaran matematika khususnya materi Geometri.

8. Rendahnya tingkat penguasaan guru terhadap komputer dan software

matematika.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra untuk

(33)

20

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan keruangan siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang

memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra?.

2. Apakah peningkatan percaya diri siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh

pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra?.

3. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan keruangan siswa pada pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan pembelajaran Inkuiri tanpa

GeoGebra?.

4. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan pembelajaran Inkuiri tanpa

berbantuan GeoGebra?.

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan keruangan siswa yang

memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari

pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan

(34)

21

2. Untuk mengetahui peningkatan percaya diri siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang

memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan kemampuan keruangan siswa pada pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan pembelajaran pembelajaran Inkuiri tanpa

berbantuan GeoGebra.

4. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan

pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat menjadi ide dan inspirasi dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai alternatif pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa.

(35)

170

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, diperoleh beberapa temuan yaitu tercapainya tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dan pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra terhadap peningkatan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa SMA NEGERI 19 MEDAN. Adapun beberapa simpulan yang diperoleh, yaitu:

1.

Peningkatan kemampuan keruangan siswa yang memperoleh pembelajaran

Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra yaitu 50,41%.

2.

Peningkatan percaya diri siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri

berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra yaitu 15,42 %.

3. Proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah terkait kemampuan keruangan pada pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih baik dari pada pembelajaran pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra.

(36)

171

5.2. Implikasi

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa melalui pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra. Oleh karena itu beberapa implikasi dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan keruangan siswa

2. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dapat diterapkan untuk meningkatkan percaya diri siswa.

3. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan keruangan siswa sehingga terlihat proses jawaban siswa yang lebih baik dan memenuhi indikator kemampuan keruangan.

4. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika agar menjadi lebih aktif,

5.3. Saran

(37)

172

1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi ruang dimensi tiga.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra adalah efektif. Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasanya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.

c. Agar pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih efektif diterapkan pada pembelajaran matematika, sebaiknya guru memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa pada langkah merancang percobaan serta melakukan percobaan untuk memperoleh informasi. Dengan demikian siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya

(38)

173

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dengan menekankan kemampuan keruangan dan percaya diri masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan ke sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa.

b. Pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa pada materi dimensi tiga sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

Gambar

Gambar 1.1. Contoh Soal Kemampuan Spasial I (PISA, 2012)
Gambar 1.2. Contoh Soal Kemampuan Spasial II (PISA, 2012)
Gambar 1.4 Jawaban salah satu siswa

Referensi

Dokumen terkait

Waralaba adalah badan usaha atau pemilik perseorangan yang memiliki hak khusus terhadap suatu sistem bisnis dengan ciri khas yang dimiliki perusahaan dalam

law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,

Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa upaya yang dilakukan Penyuluh Agama Islam dalam meluruskan pemahaman masyarakat tentang

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui teknik pelestarian koleksi langka yang di tinjau dalam dua cara yaitu preventif (pencegahan) dan kuratif

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pada pasien hemodialisa di RS PKU

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pe- lajaran 2014/2015, bertempat di SMP Negeri 1 Rebang Tangkas, Way Kanan.. Teknik pengambilan sampel pada

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikaan Ekonomi dan Bisnis. ©Putri Febrima Ropindah Sianturi

merupakan sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di dalam Desa Laumil. Kegiatan ini biasanya diadakan pada saat-saat tertentu