• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marga Sebagai Kekuatan Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Marga Sebagai Kekuatan Politik"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

II.1. KONDISI FISIK DAERAH PENELITIAN

Pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, sejarah mencatat

bahwa Raja Sisisngamangaraja XII semasa hidupnya cukup lama berjuang di

Daerah Dairi, karena wilayah Bakkara dan wilayah Toba pada umumnya telah

dibakar habis dan dikuasai oleh Belanda. Kondisi tersebut tidak memungkinkan

lagi untuk bertahan dan meneruskan perjuangannya, sehingga beliau hijrah ke

Dairi, beliau wafat pada tanggal 17 Juni 1907 di Ambalo Sienem Koden yang

ditembak atas perintah komandan Batalion Marsuse Belanda, Kapten Cristofel.31 F

32

Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et

Impera, maka nilai-nilai, pola dan struktur Pemerintahan di Dairi mengalami

perubahan yang sangat cepat dengan mengacu pada system dan pembagian

wilayah Kerajaan Belanda, maka Dairi saat ini ditetapkan pada suatu Onder

Afdeling yang dipimpin seorang Cotroleur berkebangsaan Belanda dan dibantu

oleh seorang Demang dari penduduk Pribumi/Bumi Putra. Kedua pejabat tersebut

dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi Landen.32F

33

Pemerintah Dairi landen adalah sebagian dari wilayah Pemerintahan

Afdeling Batak Landen yang dipimpin Asisten Residen Batak Landen yang

berpusat di Tarutung.Sistem ini berlaku sejak dimulainya perjuangan pahlawan

Raja Sisingamangaraja XII dan berlaku juga sampai penyerahan Belanda atas

32

Kabupaten Dairi. Dairi Regency in figure 2012. Dairi: BPS Dairi, Hal.23.

33

(2)

penduduk Nippon (Jepang) pada tahun 1942. Pada masa itu pemerintahan Jepang

di Dairi memerintah cukup kejam dengan menerapkan kerja paksa membuka jalan

Sidikalang sepanjang lebih kurang 65 km, membayar upeti dan para pemuda

dipaksa masuk Heiho dan Giugun untuk bertempur melawan Militer Sekutu.

Setelah kemerdekaan diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, maka

pasal 18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya Undang-Undang yang mengatur

tentang Pemerintahan Daerah, sehingga sebelum Undang-Undang tersebut

dibentuk oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tanggal

19 Agustus 1945 menetapkan Daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi

atas 8 (delapan) Propinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur.

Daerah Propinsi dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai seorang

Residen.Gubernur dan Residen dibantu ileh Komite Nasional Daerah.33F

34

Pada masa Agresi Militer I, Belanda berhasil menduduki wilayah

Sumatera Timur yakni Sidikalang, Sumbul, Kerajaan, Salak, Tigalingga, dan

Tanah Pinem.Disamping itu terjadi juga perjuangan pembentukan daerah otonom

yang mengakibatkan Dairi terdiri dari beberapa kecamatan. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat

II Dairi, yang berlaku surat mulai tanggal 1 Januari 1964, maka wilayah

Kabupaten Dairi pada saat pembentukannya terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan

yaitu:

1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;

2. Kecamatan Sumbul, ibukotanya Sumbul;

34

(3)

3. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga;

4. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh;

5. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak;

6. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukarame;

7. Kecamatan Silima Pungga-Pungga, ibukotanya Parongil;

8. Kecamatan Siempat Nempu.34F

35

1. Letak Dan Luas

Desa Laumil merupakan salah satu desa diantara 14 desa yang ada di

wilayah kecamatan Tiggalingga selain Desa Lau Pak-Pak, Desa Lau Mogap, Desa

Brtungen Julu, Desa Sukandebi, Desa lau Simere, Desa Tigalingga, Desa lau

Bagot, Desa Palding, Desa Palding Jaya, Desa Sarintonu, Desa Ujung Teran, Desa

Sumbul Tengah dan Desa Juma Gerat. Desa Laumil terletak pada 2 ° 42’ LU dan

98°16’BT-98°19’ dengan luas wilayah lebih kurang 400 Ha.

Secara Geografis Desa Leumil berbatasan dengan :35F

36

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Batugungun.

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sukadebi

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Batugunun

d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Lau Sireme

35

Badan Pusat statistik Dairi.

36

(4)

Desa Laumil memiliki 4 dusun :

1. Dusun Laumil Sialaman.

2. Dusun Laumil Gereja.

3. Dusun Laumil Mil Tombak.

4. Dusun Laumil Gadong.36F

37

2. Keadaan Alam

2.1.Iklim

Desa Laumil berhawa dingin. Desa Laumil yang berjarak hanya sekitar 45

Km dari Kota Sidikalang memiliki kesamaan iklim yang dingin. Desa Laumil

mengalami dua kali pertukaran musim sepanjang tahun yaitu musim hujan dan

musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan September sampai dengan

bulan Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai

bulan Agustus.

2.2.Keadaan Tanah

Desa Laumil berada pada ketinggian 500 sampai dengan 700 m diatas

permukaan laut. Pada umumnya penggunaan tanah yang ada di Desa Laumil ini

adalah tanah kering. Dari 14 desa yang ada di Kecamatan Tigalingga umumnya

memilih penggunaan tanah kering dibandingkan dengan tanah sawah, atau

37

(5)

penggunaan sebagai bangunan. Adapun luas wilayah menurut jenis penggunaan

tanah dan Desa Laumil dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel.1. penggunaan lahan di desa Laumil tahun 2011

No Uraian Luas/Ha Persentase

1 Tegal/Ladang 300 Ha 75%

Sumber : kantor Kepala Desa Laumil, 2011

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terluas

di desa Laumil adalah pengggunaan lahan Tegal/Ladang 300 Ha. Atau 75% dam

penggunaan lahan yang paling sedikit adalah tanah khas desa (0,03%).37F

38

A. Keadaan Non-Fisik

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

dapatmerupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan

tempattinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan

danpenghidupan.Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan

bertempat tinggalmenetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Desa

di Indonesia terbentuk dari pembukaan lahan untuk pertanian yang dilakukan oleh

individu atau sekelompok yang akhirnya menetap. Di Desa Laumil pemukiman

38

(6)

desa dihuni oleh orang-orang yang seketurunan. Mereka memiliki nenek moyang

yang sama, yaitu para cikal bakal pendiri desa tersebut. Penduduk Desa Laumil

seluruhnya 2.418 jiwa yang terdiri dari 467 KK.38F

39

Rumah-rumah yang ada di desa ini umumnya memanjang dan yang

lainnya menyebar tidak teratur mengikuti jalan kecil. Jenis jalan umum yang

terdapat di Desa Laumil adalah jalan aspal. Kualitas jalan yang terdapat tidak

begitu bagus karena sebagian besar jalan sudah rusak dan berlubang. Hal ini

disebabkan karena jalan umum ini sudah lama tidak diperbaiki. Disekitar jalan

umum yang terdapat Desa Laumil dapat dilihat perumahan penduduk. Perumahan

penduduk masyarakat umumnya bersifat semi permanen, rumah penduduk

umumnya terbuat dari papan dan memiliki pondasi yang terbuat dari semen,

rumah penduduk juga membuat atap rumah mereka dari seng aluminium. Adapun

rumah penduduk yang bersifat gedung berada di pusat kecamatan yang berada

dekat dengan pusat pemerintahan dan pasar.

Hasil kebun yang dimiliki oleh masyarakat akan dijual di pasar dan akan

diperjual belikan oleh masyarakat yang ada di pasar. Puncak pasar di Tigalingga

ada pada hari Rabu setiap minggu. Masyarakat yang berinteraksi di pasar berasal

dari berbagai daerah yang ada di sekitar Desa Laumil. Masyarakat berasal dari

berbagai daerah baik itu dari Kota Sidikalang maupun desa-desa lain yang berada

dekat dengan Desa Tiga Lingga. Masyarakat ramai berada di pasar karena puncak

pasar hanya sekali dalam seminggu, hal ini mengakibatkan masyarakat harus

memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang besar supaya cukup sampai

39

(7)

dengan puncak pasar berikutnya. Disekitar pasar terdapat pusat pemerintahan

seperti kantor kepala desat dan sekolah. Masyarakat di Desa Laumil hanya

menganut dua agama saja yaitu Kristen dan Islam. Mayoritas agama yang dianut

masyarakat adalah agama Kristen.

Gambaran penduduk berdasarkan umur sangat penting untuk diketahui,

karena berdasarkan gambaran tersebut dapat dijelaskan jumlah penduduk yang

tergolong usia produktif 15-64 tahun dan usia belum produktif 0-14 tahun serta

usia umur tidak produktif 65 tahun keatas. Keadaan penduduk berdasarkan

kelompok umur menggambarkan angka ketergantungan pada suatu daerah

dimana, dimana angka ketergantungan akan dikatakan tinggi jika penduduk usia

non-produktif lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

produktif. Rasio ketergantungan merupakan salah satu indikatir demografi yang

penting.

Semakin tinggi presentase Rasio ketergantungan menunjukan semakin

tinggi beban yang ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan presentase

rasio ketergantungan yang semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk

yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak

produktif lagi. Untuk mengetahui kedaan penduudk berdasarkan umur dapat

(8)

Tabel 2. Komposisi penduduk berdasarkan Umur di desa Laumil tahun 2011

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0-4 199 8,22

Sumber : kantor kepala Desa laumil,2011

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa kelompok usia 30-34 tahun

merupakan kelompok umur yang paling banyak dengan jumlah penduduk 417

jiwa atau 17,24 % dan kelompok umur paling sedikit adalah diatas 65 tahun

dengan rasio 0,41 % atau 10 orang.

(9)

Tabel 3 Komposisi Penduduk berdasarkan jenis Kelamin di desa laumil

No Kelompok Umur

(Tahun)

Laki-Laki Perempuan

1 0-4 104 95

2 5-9 80 76

3 10-14 89 85

4 15-19 77 73

5 20-24 81 77

6 25-29 84 78

7 30-34 214 203

8 35-39 167 163

9 40-44 71 67

10 45-49 84 77

11 50-54 80 76

12 55-59 75 70

13 60-64 32 30

14 >65 6 4

Jumlah 1.244 1174

Sumber : kantor kepala desa Laumil, 2011

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa Laumil

memperlihatkan perbedaan karena jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.244

Jiwa (51,44%) sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.174 Jiwa

(10)

II.2. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

Data penduduk Desa Laumil menganut 2 agama yaitu Kristen dan Islam.

Perincian jumlah penganut agama tersebut adalah dilihat dari banyaknya sarana

ibadah yang ada di setiap desa. Jumlah penduduk yang lebih banyak di Desa

Laumil adalah penganut Agama Kristen karena memiliki 6 sarana ibadah di dalam

desa. Dan disusul oleh Agama Islam yang memiliki 1 sarana ibadah yang ada di

dalam desa Tigalingga. Sedangkan sarana ibadah kuil dan wihara tidak ada di

dalam Desa Laumil.

Desa Laumil memiliki agama yang berbeda-beda tetapi itu bukanlah

merupakan suatu halangan atau hambatan bagi masyarakat dalam bersosialisi.

Masyarakat sadar bahwa perbedaan agama bukanlah sesuatu yang harus

dipermasalahkan apalagi menjadi pemicu konflik di dalam lingkungan

bermasyarakat. Masyarakat bebas memeluk suatu agama dan itu menjadi

pedoman bagi masyarakat di Desa Laumil sehingga masyarakat saling

menghargai satu dengan yang lain.

Toleransi antar umat beragama di dalam masyarakat dapat dilihat pada

hari-hari besar agama. Pada saat suasana Natal, hari Lebaran, dan pada saat Tahun

baru seluruh masyarakat saling bersilaturahmi antar sesama umat beragama tanpa

melihat agama apa yang dianut. Selain itu masyarakat juga saling menghargai dan

membantu antar sesama umat beragama dalam menjalankan hari besar agama

masing-masing baik itu Agama Kristen dan Agama Islam.

(11)

No Agama Jumlah (Jiwa) Presentase

1 Islam 22 0,92%

2 Kristen 2390 98,84%

3 Katolik 6 0,24%

Jumlah 2418 100%

Sumber : kantor kepala desa Laumil, 2011

Tabel 4 menunjukan bahwa masyarakat Desa Laumil mayoritas menganut

agama kristen sebanyak 2.390 jiwa (98,84%) dan yang paling sedikit adalah

agama katolik sebnayak 6 jiwa (0,24%). Dengan kesimpulan di daerah desa

Laumil mayoritas penduduk menganut agama Kristen Protestan.

B.2. Komposisi Penduduk menurut Etnis

Pembahasan mengenai teori identitas sosial tentu tidak bisa dipisahkan

dengan teori kategorisasi diri (self-categorization theory). realitas sosial

merupakan tempat berkembangnya nilai-nilai yang menjadi acuan bagi identitas

kelompok, dan dalam perkembangannya kemudian melahirkan batas-batas

antarkelompok. Identitas sosial yang mewujud dalam interaksi sosial dengan

demikian merupakan penjelamaan dari kegiatan memilih, menyerap, sekaligus

mempertahankan nilai-nilai tersebut, sehingga dfalam konteks ini bisa dibaca

bahwa pada dasarnya setiap kelompok akan membawa dan memperjuangkan

kepentingannya masing-masing dalam interaksi sosial.

Hal ini juga bisa dipahami bahwa kecenderungan sebuah kelompok sosial

untuk menyerap nilai-nilai tertentu ketimbang yang lainnya merupakan cara

(12)

kelompok-kelompok lain. Proses yang mewakilinya disebut sebagai kategorisasi

diri. Bagi individu yang menjadi bagian dari kelompok sosial tersebut selanjutnya

akan menempatkan nilai-nilai yang berkembang dalam kelompoknya itu.39F

40

Penduduk Desa Laumil mayoritas adalah suku bangsa Batak Toba. Selain

itu suku bangsa Batak Karo juga banyak terdapat di kecamatan ini. Desa Laumil

memiliki suku bangsa yang beragam karena banyak terdapat suku bangsa yang

berbeda. Bahasa yang sering digunakan di Desa Laumil ini adalah bahasa Toba

dan bahasa Karo. Hal menarik yang terdapat di Desa Laumil ini adalah

masyarakat mengerti dua bahasa yaitu bahasa Toba dan bahasa Karo. Masyarakat

Batak Toba yang berbicara bahasa Toba akan dibalas dengan bahasa Karo oleh

Masyarakat Batak Karo begitu juga dengan sebaliknya. Hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat di Desa Laumil ini memiliki rasa sosialisasi yang tinggi antar

sesama suku bangsa yang berbeda.

Tabel 5. Penduduk menurut Etnis di Desa Laumil

No Suku Jumlah (Jiwa) Presentase %

(13)

7 Jawa 2 0,08

Jumlah

Sumber : Kantor Desa Laumil

Data pada tabel 5 menjelakan bahwa suku yang dominan diwilayah ini

adalah suku batak toba yang mencapai 2390 % jiwa (98,84%). Masyarakat suku

yang paling sedikit di desa laumil adalah suku Jawa 2 Jiwa atau 0,08 %.40F

41

II.3. Komposisi Penduduk Menurut mata Pencaharian

Mata Pencarian penduduk merupakan suatu aktivitas untuk

mempertahankan hidupnya. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

menggambarkan kehgiatan ekonomi penduduk setempat dalam upaya untuk

kelangusngan hidupnya sebagai petani, buruh tani, PNS, Pedagang, wiraswasta,

Karyawan Swasta, pengrajin dan lain-lain.

Mata pencahrian utama di Desa Laumil adalah sebagai petani. Selain

petani mata pencahrian lain yang ada di kecamatan ini adalah sebagai wiraswasta

atau bekerja sebagai PNS. Selain itu masyarakat ada yang berdagang tapi itu

biasanya dilakukan pada saat hari tertentu seperti hari Rabu, karena puncak pasar

yang ada di Desa Laumil ada pada hari Rabu dan disituah para masyarakat

berkumpul untuk saling bersosialisai.

41

(14)

Tabel.7. Kompisisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa laumil

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Petani 1.234 80,97

2 Buruh/Tani 104 6,82

3 PNS 48 3,14

4 Pedagang/Wiraswasta 20 1,31

5 Karyawan Swasta 100 6,56

Sumber : kantor kepala desa Laumil, 2011

Dari tabel tersebut menjelaskan bahwa mata pencaharian penduduk Desa

Laumil sangat beragam, ada 9 jenis mata pencaharian yang tercatat secara resmi,

diantaranya mata pencaharian sebagai Petani merupakan mata pencaharian yang

dominan 1.234 jiwa (80,97%) dan jenis mata pencaharian yang palinsedikit adalah

tukang kayu 1 jiwa (0,06%).41F

42

B.4. Sarana dan Prasarana pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kemajuan

suatu bangsa dan negara tergantung pada mutu pendidikan. Untuk itu perlu

42

(15)

diperhatiakn kemajuan pendidikan di suatu pedesaan karena pendidikan

merupakan sarana untuk mengisi keterbelakangan masyarakat di segala bidang

kehidupan.

Pendidikan yang seimbang jumlahnya antara masyarakat yang sekolah

dengan masyarakat yang tidak sekolah atau putus sekolah. Ini menandakan bahwa

tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih minim. Tapi

pada saat sekarang ini tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

sudah meningkat, karena dapat dilihat semkin banyaknya masyarakat dari Desa

laumil mengikuti kuliah di luar kota seperti Kota Medan. Banyaknya jumlah

masyarakat yang tidak sekolah kemungkinan besar diakibatkan oleh kurang nya

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kebiasaan itu semakin

pudar karena pemikiran masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya

pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak mereka atau generasi penerus

bangsa.

Tabel 8. Sarana Pendidikan Di Desa Laumil

NO Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Presentase

1 PAUD 1 20

2 TK 1 20

3 SD/Sederajat 3 60

Jumlah 5 100

Sumber : Kantor Desa Laumil.

Pada tabel ini tersedia 3 jenis sarana pendidikan. Sarana yang paling

(16)

sarana pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak

(TK) memiliki masing-masing 1 unit (20%). Tidak tersedianya sekolah lanjutan

tingkat atas di daerah ini membuat anak-anak di daerah ini harus melanjutkan

pendidikan ke daerah lain, seperti Sekolah Menengah Atas (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan ke Perguruan Tinggi (PT).42F

43

Tabel 9 Prasarana Pendidikan di Desa Laumil

No Sarana Pendidikan Jumlah Guru (Jiwa) Persentase %

1 PAUD 3 7,5

2 TK 5 12,5

3 SD/Sederajat 32 80

40 100

Sumber : Kantor Desa Laumil.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana pendidikan

terbanyak adalah guru SD sebanyak 32 orang dan guru yang paling sedikit adalah

pendidikan Usia dini yaitu 3 % (7,5).

II.4. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Adapun tujuh unsur kebudayaan di Desa Laumil adalah:

1. Sistem Religi

Masyarakat Desa Laumil menganut dua agama yaitu agama Kristen dan

agama Islam. Masing-masing agama menjalankan ajaran agama masing-masing

dengan baik tanpa ada gangguan. Kedua agama di Kecamatan ini salingmenjaga

43

(17)

kerukunan antar umat beragama. Masyarakat yang beragama Islam membentuk

kegitatan perwiridan kaum bapak, kaum ibu, dan kaum muda-mudi. Masyarakat

yang beragama Kristen juga membentuk kegiatan kebaktian keluarga, pendalaman

Alkitab, dan doa syafaat.

Kegiatan kerohanian yang ada di Desa Laumil dilakukan setiap minggu

secara rutin. Kegiatan kerohanian ini dilakukan terpisah antara kaum bapak

dengan kaum muda-mudi, ini dilakukan suapaya kegiatan rohani yang dilakukan

rutin setiap minggu tidak jenuh atau membosankan jadi kegiatan rohani

disesuaikan dengan kategori tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan

diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan

Masyarakat Desa Laumil memiliki sistem organisasi dan kemasyarakatan

di dalam lingkungan seperti organisasi Pemuda Pancasila. Organisasi ini

merupakan salah satu organisasi yang digerakkan oleh pemuda kecamatan.

Organisasi ini mempunyai beberapa kegiatan di dalam masyarakat, seperti

melakukan kegiatan-kegiatan yang positif yang tujuannya diutamakan terhadap

para pemuda. Salah satu kegiatan yang diadakan oleh organisai Pemuda Pancasila

adalah dengan mengadakan kompetisi sepakbola antar kampung yang ada di Desa

Laumil. Kegiatan ini memang ditujukan bagi para pemuda, kegiatan ini

diharapkan nantinya bisa menjalin kekompakan antar sesama pemuda yang ada di

(18)

Kegiatan organisasi ini sudah lama diselenggarakan. Kegiatan ini

merupakan sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di dalam Desa Laumil.

Kegiatan ini biasanya diadakan pada saat-saat tertentu seperti penyambutan

perayaan hari raya Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus setiap tahunnya

dan sudah menjadi salah satu kegiatan yang wajib diadakan oleh organisasi ini.

3. Sistem Ilmu Pengetahuan

Masyarakat Desa Laumil dalam bidang pendidikan memanfaatkan sekolah

yang ada di Desa Laumil. Dalam bidang ilmu pengetahuan kesehatan, masyarakat

Desa Laumil melakukan upaya dengan pengobatan tradisional. Pengobatan

tradisional yang merupakan pengetahuan masyarakat adalah pengobatan dengan

menggunakan ramuan obat-obat tradisional karo. Hal ini dapat dibuktikan dengan

masih ada orang pintar dalam membuat obat tradisional karo di Kecamatan

Tigalingga, seperti minyak kem-kem dan minak alun. Obat tradisional karo yang

dihasilkan ini biasanya diproduksi dalam bentuk minyak urut. Obat tradisional

karo ini juga telah banyak dipasarkan ke masyarakat luas sebagai salah satu obat

tradisional.

Masyarakat Desa Laumil memiliki orang yang pandai dalam pengerajin

pembuatan keranjang. Hal ini dapat dilihat pada saat musim durian, banyak

masyarakat yang menjadi pengrajin keranjang yang akan di jual dan digunakan

sebagai tempat hasil panen durian yang akan dibawa ke pasar atau dijual kepada

agen durian.

(19)

Bahasa yang digunakan masyarakat Desa Laumil sehari-hari adalah bahasa

Toba dan bahasa Karo. Masyarakat Desa Laumil bisa menggunakan dua bahasa

ini. Masyarakat Toba bisa berkomunikasi dengan masyarakat Karo dengan

menggunakan bahasa Karo, dan sebaliknya masyarakat Karo bisa berkomunikasi

dengan masyarakat Toba dengan menggunakan bahasa Toba. Ini menandakan

bahwa masyarakat di Desa Laumil memiliki rasa sosisalisasi antar suku yang

sangat erat. Bahasa Indonesia digunakan dalam bidang pendidikan di sekolah dan

di dalam perkantoran. Umumnya masyarakat Kecamatan Tigalingga bisa

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Jadi bagi masyarakat luar yang

datang ke kecamatan ini bisa berkomunikasi dengan masyarakat Desa Laumil

dengan baik.

5. Sistem Kesenian

Kesenian adat masih dapat ditemukan di Desa Laumil. Kesenian adat Toba

dan Karo biasanya ditemukan pada saat acara adat seperti acara pernikahan, acara

adat, acara kematian. Kesenian suku Karo bisa juga ditemukan pada saat acara

tahunan dan acara guro-guro aro. Guro-guro aron adalah pesta seni Karo

khususnya bagi kaum muda. Kesenian adat Toba dapat dilihat pada acara-acara

adat dengan gondang dan tarian tor-tor. Tarian ini merupakan salah satu kesenian

yang masih tetap dilaksanakan di Desa Laumil. Gondang merupakan salah satu

yang wajib di dalam pelaksanaan adat batak Toba. Pakaian adat dalam

pelaksanaan acara adat juga menjadi salah satu yang tidak boleh dilupakan,

contoh pakaian adat yang harus ada adalah ulos. Ulos adalah kain, Warna

(20)

tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk

selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara

adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung

bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

5. Sistem Ekonomi dan Mata Pencahrian

Masyarakat Desa Laumil pada umumnya adalah petani. Petani di kecamatan

ini biasanya mengolah ladang yang ditanami cokelat, kopi, jagung, durian dan

padi. Buah durian dari Desa Laumil sudah terkenal dan pemasarannya sudah

sampai di Kota Medan. Buah durian merupakan salah satu pemasukan bagi

masyarakat pada bulan tertentu. Buah durian biasanya panen pada awal bulan

Desember sampai dengan bulan Februari. Selain buah durian masyarakat juga

mengolah cokelat dan kopi yang dapat dipanen lebih cepat. Cokelat dan kopi

dapat dipanen sekali dalam seminggu yang membuat masyarakat di kecamatan ini

mengkombinasikan ladang cokelat, kopi, dan durian pada satu ladang saja. Selain

menjadi petani, masyarakat Kecamatan Tigalingga juga bermata pencaharian

sebagai buruh, pegawai, pedagang dan lain sebagainya. Dan jumlah ini sedikit

dibandingkan dengan masyarakat yang profesinya sebagai petani, karena Desa

Laumil masih banyak dikelilingi oleh ladang.

6. Sistem Alat dan Teknologi

Masyarakat Desa Laumil sudah menggunakan teknologi modern dalam

pertanian. Pada saat sekarang para petani sudah menggunakan alat-alat pertanian

(21)

dalam pengolahan pertanian. Kemajuan teknologi itu meninggalkan kebiasaan

masyarakat petani yang hanya menggunakan alat-alat pertanian seperti cangkul,

parang, pisau, bajak, dan sabit. Perawatan petani terhadap tanaman digunakan

masyarakat dalam pembasmian hama dilakukan masyarakat dengan menggunakan

pupuk kimia dan disemprotkan dengan menggunakan alat pompa.43 F

44

B. Eksistensi Antar Marga di Desa Laumil

Aktivitas para politisi yang meningkat dalam hal pembentukan opini publik

membuat isu marga menjadi Public relation dalam aktivitas politik di Desa

Laumil dimana ini menjadi alat dalam pembentukan opini publik. Keterikatan

antara isu marga dan proses kampanye Calon kepala desa di Desa Laumil

berangkat dari pemahaman tentang sekelompok orang yang menaruh perhatian

pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama.44F

45

Opini berdasarkan marga merupakan pendapat kelompok masyarakat atau

sintesa dari pedapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang

memiliki kaitan kepentingan.Dalam menentukan opini publik, yang dihitung

bukanlah jumlah mayoritasnya (numerical majority) namun mayoritas yang

efektif (effective majority).Memahami opini seseorang, apalagi opini publik,

bukanlah sesuatu yang sederhana.Haruslah dipahami opini yang sedang beredar di

segmen publiknya.Opini sendiri memiliki kaitan yang erat dengan pendirian

(attitude).lebih lanjut, opini mempunyai unsur sebagai molekul opini, yaitu belief

44

Kantor Kepala Desa Laumil.

45

(22)

(kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan

seseorang), dan perception (persepsi). 45F

46

Wilayah suku bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka

ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa

daerah.Masyarakatnya terdiri atas banyak suku, dari Sabang sampai

Merauke.Setiap kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari

kebudayaannya masing-masing yang bersumber dari pemikiran-pemikiran atau

dari suatu kebiasaan yang terkait dengan lingkungan dimana kelompok

masyarakat itu berada.

Kehidupan kelompok masyarakat di Desa Laumil tidak terlepas dari

kebudayaannya, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya.

Salah satu maksud dari kebudayaan adalah adat istiadat yang berhubungan erat

dengan aspek kehidupan masyarakat, seperti halnya dengan seni.Kehadiran

kesenian bukan hanya sebagai hiburan semata namun juga merupakan ungkapan

suatu kehidupan yang sangat sarat dengan makna dan simbol-simbol dari setiap

Marga di Desa Laumil dengan demikian kesenian sebagai bagian dari kebudayaan

harus mengandung keseluruhan pengertian nilai, norma, ilmu pengetahuan serta

seluruh struktur-struktur sosial, religius ditambahkan segala pernyataan intelektual

dan artistik yang menjadi ciri khas dari suatu masyarakat.

Sehingga masyarakat dari suku manapun dapat menghasilkan kebudayaan

sebagai saran hasil karya, rasa dan cipta. Dimana memiliki kesanggupan untuk

mengungkapkan atau mengabdikan pola kehidupan masyarakat yang

46

(23)

mencerminkan identitas tata nilai budaya jamannya untuk dilestarikan dan

diwariskan dari generasi ke generasi.

Hubungan antara marga dalam pemilihan kepala desa di Desa Laumil

dalam hal ini sebagai pengikat Identitas Sosial dimana Identitas Sosial itu

berdasarkan pada pemahaman tindakan manusia dalam konteks sosialnya. Hal

ini penting dilakukan untuk mengetahui posisi siapa kita dan siapa mereka, siapa

diri (self) dan siapa yang lain. Dalam perkembanganya, identitas sosial banyak

memberikan pemahaman tentang pembentukan diri sosial yang positif.

Pembentukan diri sosial ini, sosial memiliki peranan yang sangat penting.

Konsep diri individu memperoleh eksistensinya jika dia sudah melebur dalam

identitas kelompok. Bahkan secara dominan konsep diri dibentuk berdasarkan

pada identitas kelompok. identitas ditentukan oleh pengetahuan individu tentang

kategori sosial dan kelompok sosial.4 6F

47

Perubahan yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya perubahan yang

terjadi pada masyarakat marga dalam berbagai aspek kehidupannya seperti agama,

adat istiadat, dan aspek kultural lainnya, tetapi juga perubahan pola ekonomi dan

pola relasi antar aktor yang terlibat dalam proses panjang konversi yang sudah

berjalan sejak lama dan bertahap tersebut. Dengan demikian, apa yang dialami

oleh masyarakat melayu ini merupakan bentuk dari perubahan sosial yang

berjalan secara lambat atau perlahan (evolusi).47 F

48

47

Hardiman, F. Budi. Demokrasi Deliberatif, 2009, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Hal.70.

48

(24)

Maka jelas sudah jelas eksistensi marga sianturi sebenarnya sudah berjalan

sejak lama dan secara perlahan melalui proses konversi terhadap masyarakat batak

di desa di Desa Laumil di berbagai sisi kehidupan mereka, mulai dari pendaratan,

islamisasi, dan pendidikan tanpa menimbulkan konflik atau perlawanan yang

masif.48F

49

Konversi itu adalah bagian dari proses perubahan sosial yang sudah pasti

terjadi pada masyarakat Desa Laumil yang hidup di tengah-tengah lingkungan dan

masyarakat yang mengalami perubahan sangat cepat di Desa Laumil. Apalagi

Marga itu sendiri bukanlah hal baru bagi meraka, bahkan sudah menjadi bagian

dari budaya dan tradisi masyarakat Batak. Sehingga, ketika pola-pola relasi

lainnya sudah berubah maka konversi agama hanya akan mengikuti saja proses

perubahan tersebut.

49

Gambar

Tabel 2. Komposisi penduduk berdasarkan Umur di desa Laumil
Tabel 4 menunjukan bahwa masyarakat Desa Laumil mayoritas menganut
Tabel 5. Penduduk menurut Etnis di Desa Laumil
Tabel 8. Sarana Pendidikan Di Desa Laumil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyetujui Skripsi/Karya Ilmiah saya, dengan Judul: “Pembacaan Nominal Mata Uang Rupiah Berbasis Computer Vision Untuk Penyandang Tunanetra” untuk dipublikasikan /

Hasil ini menun- jukkan bahwa pada kedalaman tersebut merupakan habitat ikan pelagis di perairan Laut Arafura dimana densitas ikan pelagis kecil di perairan dangkal atau dekat

Oleh karena itu pada penelitian ini di desain sistem kontrol kecepatan motor BLDC berbasis Fuzzy Logic Controller untuk mengetahui bagaimana respon kecepatan dari motor

Pada dasarnya semua lagu jam janeng yang berada di Sidoharjo memiliki pola tabuhan yang sama, hanya saja pola tabuhan ini dimainkan dengan tempo yang

merupakan penghalang bagi kegiatan-kegiatan perikemanusiaan yang mungkin diusahakan oleh Palang Merah Internasional atau tiap organisasi humaniter lainnya yang tidak berpihak

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya.. Catatan atas Laporan Keuangan | Penjelasan Pos-pos

Pasal 3 : Hasil rumusan dari anggota Tim Perumus Program Pelaksanaan Kegiatan 2001– 2002 Sangha Theravãda Indonesia, dan Rancangan Anggaran Kebutuhan Biaya Tahun 2001–2002,

Partano Siagian, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Program Studi D-3 Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan