PENGARUH KARKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
JULIANI LUBIS NIM. 7101420002
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukurpeneliti persembahkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul“Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distresspada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti menyadari tidak dapat bekerja sendiri
tanpa bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Kustoro Budiarta, M.E. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Medan.
3. Bapak Drs. Thamrin, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Medan.
4. Bapak M. Ishak, SE, M.Si, Ak,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri
Medan dan selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran.
5. Bapak Dr.Nasirwan, SE, M.Si selaku Seketaris Jurusan Akuntansi Universitas Negeri
Medan serta selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya.
6. Bapak Chandra Situmeang, SE, M.SM, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan saran yang membangun sebagai masukan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Surbakti Karo-Karo, M.Si, Ak, CA selaku Dosen Penguji yag telah
memberikan kritkik dan saran.
8. Ibu Khairunnisa Harahap SE, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik
dan sarannya.
9. Teristimewa kepada orang tua saya tercinta dan tersayang, Zulkifli Lubis (Ayah) dan
Suryani Panjaitan (Ibu).
10. Teristimewa kepada kakak saya Sari Agustina dan beserta Suaminya.
11.Teristimewa kepada Ikmaluddin yang tercinta dan tersayang telah menyemangati saya
dalam menyelesaiakn skripsi ini.
12.Buat adik-adik yang saya sayangi Zufriadi lbs, M.Hafidz lbs. Ramadhani lbs, Rahman
13.Buat Teman yang saya sayangi terutama Suci Selviani, SE yang telah memberi saya
masukan dalam menyelsaikan skripsi ini, dan Fitri Afrianti Harahap dan kedua Orang
tuanya yang telah menyemangati saya,
14.Buat Teman saya yang sayangi Ratna Dewi Sartika Sianturi, Dina Afninovita , Monica
Siahaan, Septi SE, Sartika Siregar SE, Konni Suteja, SE, dan adik kami Febri.
15.Seluruh teman-teman tersayang yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu,
terkhusus untuk stambuk 2010 Jurusan Akuntansi, dan Bang Ricky selaku Staff jurusan
akuntansi sudah banyak membantu terima kasih atas doa dan juga dukungannya selama
ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna baik dalam penulisan
maupun isi. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan isi skripsiini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2015
Peneliti
Juliani Lubis
ABSTRAK
JULIANI LUBIS, NIM 7101420002. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013. Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2015.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah jumlah komite audit berpengaruh terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan,apakah independensi komite audit berpengaruh terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan,apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan, apakah kompetensi anggota komite audit berpengaruh terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh jumlah komite audit terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan, kedua, pengaruh independensi komite audit terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan, ketiga, pengaruh frekuensi pertemuan komite audit terhadapterjadinya financial distress pada perusahaan, keempat, pengaruh kompetensikomite audit terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan.
Populasi pada penelitian ini adalah 136 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013dan di download dari situs www.idx.co.id. Berdasarkan metode purposive sampling, sampel yang diperoleh sebanyak 110 perusahaan yang terdiri dari 55 perusahaan financial distress dan 55 perusahaan non financial distress. Kriteria financial distress dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode interest coverage ratio. Analisis data menggunakan regresi logistik dengan bantuan SPSS 19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress, kedua,independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress, ketiga, frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress, keempat,kompetensi komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress
Kesimpulan penelitian adalah diketahui bahwapertama, tidak ada pengaruhjumlah komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan,kedua,tidak adapengaruhindependensi komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan, ketiga, ada pengaruhfrekuensi pertemuan komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan, keempat, tidak ada pengaruhkompetensi komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.
ABSTRACT
JULIANI LUBIS, NIM 7101420002. Characteristics of The Audit Committee Influence on Financial Distress inManufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) The Period 2011 - 2013. Thesis, Accounting Major, Faculty of Economic, State University of Medan, 2015.
The problem in this study is whether the number of audit commitee affects theof financial distress at the company, whether the independency of audit commitee affects the of financial distress at the company, whether the frequency of audit commitee meetings affects of financial distress at the company, whether the competence of the audit commitee members affects the of financial distress at the company. This study has several objectives: first, to test the effect of the number of audit commitee effect on the likelihood of financial distress at the company, second,to test the effect of the independency of audit commitee effect on the of financial distress at the company, third, to test the effect of the frequency of audit commitee meetings effect on the likelihood of financial distress at the company, fourth, to test the effect of the competence of audit commitee meetings effect on the of financial distress at the company.
The populations of study are 136 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange until 2011-2013 and in download site www.idx.co.id. Based on purposive sampling method, there are 110 companies that is 55 financial distressed firms and 55 non financial distressed firms. Criteria of financial distress in this study be used interest coverage ratio methode. Data analysis used regression logistic test with SPSS 19.
The results showed that the first, the number of audit commitee does not affect financial distress, second, the independency of audit commitee does not affect financial distress, third, the frequency of audit commitee meetings significant negative effect on financial distress, fourth, the competence of audit commitee does not affect financial distress
Conclusion The study is known that first, there was no the number of audit commitee effect on the likelihood of financial distress at the company, second, there was no the independency of audit commitee effect on the likelihood of financial distress at the company, third, there was the frequency of audit commitee meetings effect on the likelihood of financial distress at the company, fouth, there was no the competence of audit commitee effect on the likelihood of financial distress at the company.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN
ABSRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 10
1.3Batasan Masalah ... 10
1.4Rumusan Masalah ... 10
1.5Tujuan Penelitian ... 11
1.6 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1 Kerangka Teori ... 11
2.1.1 Teori Agensi... 11
2.1.3Financial Distress ... 15
2.1.3.1 Dampak Financial Distress ... 16
2.1.3.2 Faktor Penyebab Financial Distress ... 17
2.1.4 Dewan Direksi dan Dewan Komisaris ... 19
2.1.5 Komite Audit... 20
2.1.5.1 Sifat dan Pembentukan Komite Audit ... 22
2.1.5..2 Tujuan Pembentukan Komite Audit ... 23
2.1.5.3 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit ... 24
2.1.5.4 Struktur Komite Audit ... 26
2.1.6 Karakteristik Komite Audit ... 28
2.1.6.1 Jumlah Komite Audit ... 28
2.1.6.2 Independen Komite Audit ... 30
2.1.6.3 Pertemuan Komite Audit ... 31
2.1.6.4 Kompetensi Komite Audit... 33i
2.2 Peneliti Terdahulu ... 34
2.3 Kerangka Berpikir ... 37
2.3.1 Hubungan Jumlah Komite Audit dengan Financial Distress...39
2.3 2 Hubungan Independen Komite Audit dengan Financial Distress ... 40
2.3.4 Hubungan Kompetensi Komite Audit dengan
Financial Disress ... 43
2.4 Hipotesis ... 45
BAB III : METODE PENELITIAN ... 46
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46
3.2 Populasi dan Sampel ... 46
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 47
3.3.1 Variabel Penelitian ... 47
3.3.2 DefinisiOperasional ... 48
3.3.2.1 Financial Distress (Y) ... 48
3.3.2.2 Jumlah Komite Audit (X1) ... 49
3.3.2.3 Independen Komite Audit (X2) ... 49
3.3.2.4 Pertemuan Komite Audit (X3) ... 50
3.3.2.5 Kompetensi Komite Audit (X4)... 50
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 51
3.5 TeknikAnalisis Data ... 51
3.5.1Statistik Deskriptif ... 52
3.5.2 PengujianHipotesis ... 52
3.5.2.1 MenilaiKelayakan Model ... 54
3.5.2.2 Uji KelayakanSeluruh Model ... 55
BAB IV : HASIL PENELITI DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 HasilPenelitian ... 57
4.1.1Deskripsi Objek Penelitian ... 57
4.1.2 Statistik Deskriptif ... 60
4.1.3 Pengujian Kelayakan Model ... 64
4.1.3.1 Uji Hosmer Lameshow ... 65
4.1.4 Pengujian Keseluruhan Model ... 66
4.14.1 Chi Square Test ... 66
4.1.4.2 Cox Snell’s R and Nagelkerke’s R Square ... 68
4.1.4.3 Uji Klasifikasi 2x2 ... 69
4.1.5UjiHipotesis ... 70
4.2 PembahasanHasil Analisa Penelitian ... 72
4.2.1 Pengaruh Jumlah Komite Audit Terhadap Financial Distress………..72
4.2.2 Pengaruh Independen Komite Audit Terhadap Financial Distress……….73
4.2.3 Pengaruh Pertmuan Komite Audit Terhadap Financial Distress……….74
4.2.4 Pengaruh Kompetensi Komite Audit Terhadap Financial Distress………75
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...77
5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Saran ... 78
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.1 PenelitiTerdahulu ………35
Tabel 4.1 Perusahaan Manufaktur Yang MenjadiSampel………44
Tabel 4.2 StatistikDeskriptifPenelitian………61
Tabel 4.3 Hasil Uji Hosmerlameshow……….65
Tabel 4.4 Menilai Keseluruhan Model…………..………..66
Tabel 4.5Ommibus Test Of Model Coefficients………67
Tabel 4.6Hasil Uji Cox and Snell’s R……….68
Tabel 4.7 Tabel Kasifkasi………..………..69
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 HubungandanPosisi Internal Auditor danKomite Audit...26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang sehat dapat dilihat dari hasil hubungan manajemen
dalam mengelola dana dan lingkungan sekitar perusahaan, di setiap kegiatan
pengelolaan perusahaan pasti akan menemukan kendala. Kendala
perusahaan dapat menyebabkan perusahaan akan gagal atau sukses dalam
mempertahankan kelangsungannya, kegagalan perusahaan dapat
diindikasikan dengan adanya kesulitan keuangan (financial distress).
Kegagalan perusahaan dalam mengatasi kesulitan keuangan dapat
dikatakan memiliki tata kelola perusahaan yang kurang baik , misalnya
keputusan yang tidak tepat yang diambil oleh manajemen atau kurangnya
upaya pengawasan kondisi keuangan sehingga terdapat penggunaan dana
yang kurang tepat. Kegagalan berbagai perusahaan di seluruh dunia dalam
mencapai tujuan yang diharapkan, atau bahkan untuk dapat bertahan dalam
dunia usaha, selalu dikaitkan oleh pasar modal internasional, pemakai
laporan keuangan, dan profesi akuntansi dengan kelemahan dalam struktur
corporate governance yang diterapkan perusahaan (Ellomi dan Gueyie,
2001) dalam Indira (2010).
Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstren lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
2
kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan (Forum Corporate Governance in Indonesia,
2002).
Menurut Brigham dan Daves (2003) dalam Fachrudin (2008)
financial disstres terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan
keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan-kelemahan yang saling
berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak
langsung kepada manajemen serta tidak adanya atau kurangnya upaya
mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai
dengan keperluan. Sedangkan menurut Widarjo dan Setiawan (2002) dalam
fahcrudin (2008), Kondisi financial distress adalah tahap penurunan kondisi
keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum
terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi ini pada umumnya
ditandai antara lain dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk
yang menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila
kondisi financial distress ini diketahui, diharapkan dapat dilakukan tindakan
untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tersebut tidak akan
masuk pada tahap kesulitan sehingga yang lebih berat seperti kebangkrutan.
Menurut Pranowo (2010), terjadinya de-listing beberapa perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia disebabkan karena kesulitan keuangan atau
berada pada kondisi financial distress. Contohnya adalah yang terjadi pada
PT Bahtera Adimina Samudra Tbk, yang pada tahun 2008 keluar dari daftar
perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini de-listing karena selama
3
adanya kegiatan operasional perusahaaan yang berakibat tidak adanya
pendapatan perseroan. Fenomena lain dari financial distress adalah
banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas,
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang tidak dapat
memenuhi kewajibannya kepada perbankan.
Salah satu bagian dari mekanisne tata kelola perusahaan dalam
melakukan pengendalian internal yaitu komite audit. Komite Audit adalah
salah satu elemen kunci dalam struktur corporate governance yang
membantu mengendalikan dan mengawasi manajemen (Ruzaidah dan
Takiah, 2004 dalam Rahmat et al., 2008).
Sehubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik, Komite Audit
merupakan salah satu bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan dalam
melakukan pengendalian internal dengan tujuan melindungi kepentingan
pemegang saham. Komite Audit memberikan kontribusi pada
pengembangan rencana strategis perusahaan dan diharapkan untuk
menyediakan input dan rekomendasi kepada dewan direksi dengan
memperhatikan pada setiap persoalan keuangan atau operasional. Oleh
karena itu, diakui bahwa sebuah Komite Audi tyang efektif akan berfokus
pada peningkatan kinerja dan daya saing perusahaan, khususnya pada
lingkungan bisnis yang sedang berubah yang berada di luar kendali
perusahaan. Bapepam melalui surat edaran No.SE-03/PM/2000
merekomendasikan perusahaan publik untuk membentuk komite audit.
Dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa Komite Audit bertugas untuk
4
independen untuk meningkatkan kualitas kinerja serta mengurangi
penyimpangan pengelolaan perusahaan. Komite audit lebih lanjut diatur
dalam Kep-339/BEJ/07-2001 yang mengharuskan semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki komite audit.
Beberapa ketentuan komite audit yang efektif dalam rangka
meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan, antara lain sebagai berikut:
a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret, 2001) yang
menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki komite
audit.
b. Kep-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai
komite audit.
c. Kep-29/PM/2004 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan
kerja komite audit.
Pada bulan Mei 2002, Komite Nasional Good Corporate
Governance mengembangkan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang
Efektif. Komite Audit bertugas memberikan suatu pandangan tentang
masalah akuntansi, keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan
internal, serta auditor independen (FCGI, 2002). Tujuan dan manfaat
dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan
independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan
audit eksternal, memberikan pengawasan independen atas proses
pengelolaan risiko dan kontrol, serta melaksanakan pengawasan independen
atas proses pelaksanaan corporate governance. Mekanisme corporate
5
perusahaan sehingga perusahaan dapat menghindari permasalahan
keuangan.
Dalam Pembentukan Komite Audit yang Efektif tersebut, dijelaskan
pedoman mengenai karakteristik Komite Audit untuk menjamin
praktek-praktek corporate governance yang baik. Semua perusahaan yang listed di
Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk mematuhi rekomendasi dalam hal
karakteristik Komite Audit. karakteristik-karakteristik yang dimiliki antara
lain Jumlah, independensi, Frekuensi Pertemuan dari komite audit, dan
Kompetensi yang dimiliki oleh anggota komite audit. Jumlah komite audit
berhubungan dengan jumlah anggota komite audit. Independensi komite
audit berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan anggota komite audit
dengan aktivitas perusahaan. Frekuensi pertemuan dari komite audit
diwujudkan melalui pertemuan komite audit dalam satu tahun. Sedangkan
kompetensi yang dimiliki oleh anggota komite audit berhubungan dengan
pengetahuan akuntansi, keuangan dan audit serta pengalaman dalam tata
kelola perusahaan. Melalui karakteristik komite audit yang baik diharapkan
akan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kesulitan
keuangan.
Penelitian ini dikaji oleh penulis berdasarkan hasil penelitan
terdahulu yang penulis paparkan sebagai berikut. Menurut Penelitian
Carello, Neal (2002) Komite Audit yang indpnden membuktikan secara
negtif terkait dengan going concern perusahaan yang mengalami
permasalahan keuangan. Semakin besar Independensi dalam Komite Audit
6
menerima going conccren dari auditor eksternal. Peneliti Lin et al. (2006)
meneliti hubungan karakeristik komite audit dengan penyajian laba
kembali pada perusahaan publik. Penelitian tersebut menggunakan variabel
independen karakteristik komite audit yaitu ukuran komite audit,
independensi komite audit, keahlian keuangan, aktivitas komite audit dan
kepemilikan saham. Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran komite
audit berhubungan negatif dengan penyajian kembali laba. Sedangkan
empat karakteristik komite audit yang lain tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Pada penelitian Windram (2002)
mengatakan frekuensi pertemuan memiliki hubungan yang signifikan
negatif dengan financial distress, namun pengungkapan yang berbeda dari
penelitian Rahmat et.al ( 2008) menyatakan frekuensi rapat tidak ada
hubungan negatif dengan financial distress, dalam penelitian Abawayya
(2010) menguji pengaruh karakteristik Komite Audit terhadap financial
distress. Menggunakan variabel independen berupa ukuran, komposisi
direksi non-eksekutif, frekuensi rapat dan gender Komite Audit. Peneliti
Putra (2010) menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap
penyajian laba kembali. Menggunakan variabel independen berupa
proporsi independen komite audit, frekuensi pertemuan, dan keahlian
keuangan komite audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perusahaan dengan karakteristik komite audit yang baik yaitu proporsi
independen komite audit, frekuensi pertemuan, dan keahlian keuangan
komite audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyajian laba
7
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Tivani Vota
Anggarini (2010) yang meneliti mengenai Pengaruh Karakteristik Komite
Audit terhadap Financial Distress pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Perbedaan peneliti ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada periode penelitiannya. Priode penelitian yang digunakan dalam
peneliti ini dimulai pada tahun 2011-2013. Selain itu populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI. Perusahaan manufaktur dipilih karena kesamaan kegiatan
operasional perusahaan yaitu dalam mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi melalui proses pabrikasi dan juga secara umum perusahaan
tersebut mencakup segala bentuk usaha dan produk yang terdiri dari industri
dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi sehingga
sampel yang dipilih lebih beragam.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
kembali “ Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial
Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Priode 2011 – 2013”.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian dilator belakang diatas maka peneliti membuat
identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan mengalami Financial
distress
8
3. Apakah Corporate governance bepengaruh terhadap terjadinya
financial distress.
4. Apakah Jumlah komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya financial distress pada perusahaan ?
5. Apakah independen komite audit berpengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ?
6. Apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ?
7. Apakah kompetensi anggota komite audit berpengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan yang di identifikasi diatas, peneliti membatasi masalah
dalam penelitian ini yaitu hanya berfokus pada jumlah komite audit, jumlah
komite audit diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit.
Independen Komite Audit diukur dengan menggunakan indikator persentase
anggota komite audit yang independen terhadap jumlah seluruh anggota
komite audit. Frekuensi pertemuan komite audit dapat dilihat dari anuual
report. Kompetensi anggota komite audit diukur berdasarkan latar belakang
pendidikan keuangan dan pengalaman kerja yang dimiliki, dan Financial
distress diproksikan dengan ukuran Interest Coverage Ratio. Penelitian ini
menggunakan populasi perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI priode
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan Pemaparan diatas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah Jumlah komite audit berpengaruh terhadap financial
distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
2. Apakah Jumlah independen komite audit berpengaruh terhadap
financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap
financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah kompetensi anggota komite audit berpengaruh terhadap
financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Jumlah komite audit terhadap kemungkinan
terjadinya financial distress pada perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh independen komite audit terhadap
10
3. Mengetahui pengaruh frekuensi pertemuan komite audit terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.
4. Mengetahui pengaruh kompetensi komite audit terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
wawasan dan pengetahuan mengenai karakteristik komite audit dan
financial distress.
2. Bagi manajemen, sebagai wacana tentang pentingnya komite audit
untuk menghindari financial distress.
3. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan pendukung dalam melakukan penelitian selanjutnya
77 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh jumlah komite audit, independensi komite
audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan kompetensi komite audit terhadap
financial distress. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada Bab
IV, diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Jumlah komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
Hal ini didukung oleh nilai signifikansi 0,793> 0,05, maka H1 ditolak.
2. Independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
distress. Hal ini didukung oleh nilai signifikansi 0,999> 0,05, maka H2
ditolak.
3. Frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap
financial distress. Hal ini didukung oleh nilai signifikansi 0,039 < 0,05, maka
H3 diterima.
4. Kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
distress. Hal ini didukung oleh nilai signifikansi 0,883> 0,05, maka H4
78
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini maka saran yang diberikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan agar tidak terbatas pada badan usaha
manufaktur saja, tetapi memperluas sampel dari berbagai sektorlainnya agar
dapat menggambarkan kondisi saat itu dan digunakan oleh berbagai
perusahaan sebagai dasar penilaian. Diharapkan juga agar menggunakan masa
periode penelitian yang lebih panjang agar pengukuran kondisi perusahaan
lebih akurat sebab pada penelitian ini menggunakan rentang waktu 3 tahu
(2011-2013) saja dan akan berbeda hasilnya apabila sampel dan waktu yang
digunakan juga berbeda.
2. Untuk Bapepam, diharapkan pengawasan akan kewajiban keberadaan komite
audit pada setiap perusahaan publik harus dioperasionalkan dengan lebih ketat
dan tegas.
3. Untuk akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan