• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH STRUKTUR DAN TEKSTUR KESENIAN TRADISIONAL "BANTENGAN" DI KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TELAAH STRUKTUR DAN TEKSTUR KESENIAN TRADISIONAL "BANTENGAN" DI KOTA BATU"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TELAAH STRUKTUR DAN TEKSTUR KESENIAN

TRADISIONAL ”BANTENGAN”

DI KOTA BATU

SKRIPSI

OLEH:

PURI RUSTA FIANSA 07340029

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

TELAAH STRUKTUR DAN TEKSTUR KESENIAN

TRADISIONAL ”BANTENGAN”

DI KOTA BATU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa,Sastra Indonesia dan Daerah

OLEH:

PURI RUSTA FIANSA 07340029

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Telaah Struktur dan Tekstur Kesenian Tradisional Bantengan di Kota Batu” ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 10 April 1011.

Pembimbing I, Pembimbing II,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Tanggal 25 April 2011

Mengesahkan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Dekan,

Drs. H. Fauzan, M.Pd.

Dewan Penguji,

1. Dr. Sugiarti M.Si 1. ………

2. Drs. Djoko Asihono 2. ………

3. Dr. Arif Budi Wurianto M.Si 3. ………

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Puri Rusta Fiansa

NIM : 07340029

Program studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tugas akhir dengan judul “Telaah Struktur dan Tekstur Kesenian Tradisional “Bantengan” di Kota Batu” adalah hasil karya saya dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun kesdeluruhan, kecuali secara terrulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar.

2. Apabila ternyata didalam naskah tugas akhir ini dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIAT, saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 25 April 2011 yang Menyatakan,

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“ Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perampua n sebagia n mereka menj adi

penolong bagi sebagi an mereka yang l ai n, mereka menyuruh yang makruf dan

nenc egah (d ari perbuat an) y ang munk ar” .

(QS. at-Taubah : 71)

“ Sebaik-bai k manusia iala h ya ng l ebih bermanf aat kepada manusi a” .

(HR. Tarbani )

Dengan segal a hormat dan kasi h sayang, ku persembahka n sebuah karya y ang

sederhana ini dan yang telah ku perj uangk an dengan segenap kemampua n, keri ngat,

kesabaran, dan ketekunanuntuk orang-orang yang sangat berarti dal am hi dupku:

Ibunda Rusmi anah dan Ayahanda Puriadi yang telah memberikan kasi h saying

dan selal u menyebut namaku dal am do’ anya.

Adik-adi kk u terci nt a Af un da n Yusril, kalian ad al ah saudara-saud ara yang

memberikan bany ak inspirasi, meskipun terkadang sering merepotkan , maaf kan

kak akmu ini , kakak sayang sama kali an.

Buat semua sahabat, teman-temanku dan seseorang ya ng telah mengisihati ku,

terimakasih banyak unt uk semuanya, Kal ian adalah kenanga n terindah dal am

perj alana n ini.

Warna hidup ku telah terukir i ndah deng an kehadi ran

kali an, semoga aku dap at mempersembahkan hamparan

kebahagi aan unt uk kali an semua y ang aku saya ngi da n aku

ci ntai…

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Telaah Struktur dan Tekstur Kesenian Tradisional “Bantengan” di Kota Batuini dengan tepat waktu.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan yang berupa moril maupun spritiuil yang penulis dapat. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat atas segala bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

5. Dr.Arif Budi Wurianto, M.si., selaku pembimbing II yang juga telah telah banyak memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

(8)

dan memberikan sumbangan berupa saran serta materi selama perkuliahan kepada penulis.

7. Pelestari kesenian tradisional “Bantengan” di Kota Batu, Bapak Agus Rianto, Bapak Jumar, Bapak Sarji’un dan Bapak Matreken yang telah memberikan waktu dan penjelasan tentang kesenian “Bantengan”.

8. Ibunda (Rusmianah), terimakasih atas semua doa dan nasihat yang selalu diberikan, dan semuanya yang engkau berikan tidak akan pernah tergantikan oleh apapun.

9. Ayahnda tercinta (Drs. Puriadi), yang telah mengalirkan doa dan tidak pernah berhenti memberi dukungan serta mengukir semangat pantang menyerah dalam jiwa, memberikan perhatian dan kasih sayang yang begitu tulus dalam menjaga, merawat, dan membesarkanku sampai saat ini.

10. Adik-adik tersayang (Aulia Afafun Nisa dan Ahmad Yusril Abdilah), yang telah memberikan banyak motivasi selama penyelesaian studi ini.

11. Semua saudara dan keponakan, yang telah mengisi kekosongan disaat keseharian dan banyak memberikan inspirasi untuk penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaik (Agung, Bayu, Aril, Pras, Nurma, Fenti, Rizky, Vina) dan seluruh teman-teman tercinta Jurusan Bastra ‘A angkatan 2007 (Gank Sowong, Gank Capcus) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan motivasi, membagi kebahagiaan, serta turut andil dan penulisan skripsi ini. Maafkan segala kekurangan dan kelalaianku selama perjalanan mengenal kalian, jangan lupakan temanmu ini.

13. Teman-teman KKN-T 34 2010, dan teman-teman PPL SMP.M 2 Batu 2010 kita adalah tim yang hebat.

14. Seseorang yang pernah mengisi hati dan menghiasi kehidupan penulis walaupun hanya sekejap saja, terima kasih telah memberi warna yang begitu berarti dan sekali lagi maafkan aku.

(9)

16. Semua pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu secara tidak langsung membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penulisan selanjutnya, karena tanpa saran dan kritik tidak akan mungkin mencapai kesempurnaan.

Semoga skripsi ini dapar bermanfaat dan memberikan sumbangan yang berarti untuk penulis sendiri maupun semua pihak yang memerlukan.

Malang, April 2011 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Penelitian ... 14

2.1.1 Konsep Kebudayaan... 14

(11)

2.1.3 Konsep Kebudayaan Nasional ... 17

2.5 Seni Pertunjukan Teatrikal Tradisional ... 31

2.6 Seni Pertunjukan Sebagai Folklor Sebagian Lisan (Partly Verbal Folklor)... 33

2.7 Tinjauan Pustaka... 36

2.8 Landasan Teori ... 38

2.8.1 Teori Strukturalisme... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Penelitian... 40

3.2 Metode Penelitian ... 40

3.3 Teknik ... 41

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.2.2 Teknik Penentuan Informan ... 42

3.2.3 Teknik Pengelolaan data ... 43

3.2.4 Keabsahan Data ... 45

3.2.5 Instrumen Penelitian... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Asal Usul Kesenian Tradisional “Bantengan”... 46

4.1.1 Falsafat Sembilan Banteng Penata Kehidupan (Dewa Bathara Bumi)... 50

(12)

4.1.3 Sejarah Kesenian “Bantengan” Berdasarkan Prasasti

Maupun Skrip Layang-Lontar ... 52 4.1.4 Sejarah Kesenian “Bantengan” Zaman Kerajaan

Singasari ... 56

4.2 Struktur Performansi Kesenian Tradisional “Bantengan” ... 59 4.2.1 Tema dalam Kesenian Tradisional “Bantengan”

di Kota Batu... 59 4.2.2 Alur Seni Pertunjukan “Bantengan” ... 61 4.2.3 Karakter dan Pemain Dalam Seni Pertunjukan “Bantengan” 68 4.2.4 Pemain Dalam Seni Pertunjukan “Bantengan”……… 69 4.3 Tekstur Seni Pertunjukan “Bantengan” di Kota Batu Sebagai

Bagian dari Kebudayaan Nusantara... 69 4.3.1 Pola gerak dalam pertunjukan “Bantengan” ... 69 4.3.2 Peralatan/ Senjata yang Digunakan dalam Atraksi

Gardon (Sabung) ... 71 4.3.3 Kostum/ Pakaian yang Digunakan dalam Pertunjukan

“Bantengan”... 74 4.3.4 Alat Musik / Bunyi-bunyian dalam Kesenian “Bantengan” 80 4.3.5 Waktu dan Tempat Pertunjukan Kesenian “Bantengan” ... 82 4.4 Temuan-temuan Peneliti Dalam Kesenian Tradisional

“Bantengan” ... 83 4.4.1 Fungsi Kesenian “Bantengan” Bagi Masyarakat Kota Batu... 83 4.4.2 Gebyak Bantengan Nuswantara Bromo-Tengger ... 84

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan... 89 5.2 Saran ... 90

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.7 Atraksi Gardon (sabung) pendekar pencak silat... 66

Gambar 4.8 Atraksi Gardon(sabung) dengan menggunakan senjata... 67

Gambar 4.9 Atraksi Bantengan yang diiringi Macanan ... 67

Gambar 4.10 Pelaku kesenian Bantengan ... 68

Gambar 4.11 Contoh posisi pemain saat atraksi kembangan ... 70

Gambar 4.12 Contoh posisi atraksi Bantengan (tidak diarak keliling) ... 70

Gambar 4.13 Clurit (sabit) ... 71

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Awuy, F. Tommy. 1992. Teater Indonesia Konsep, Sejarah, Problema. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta

Danandjaja, James. 2002. Foklor Indonesia. Jakarta: Utama Grafiti

Djazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni

Pertunjukan.

Herusatoto, Budiono . 1987. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Penerbit PT. Hanindita.

http://mcdoank.wordpress.com/2010/01/10/bantengan-nuswantara-2010/

(Diakses hari Senin, 27 -12-2010)

http://nedy-nedy.blogspot.com/2009/12/bantengan-nuswantara-2010-kota-

wisata.html (Diakses hari Senin, 27-12-2010)

http;//www.Bantengannuswantara.com (Diakses hari sabtu, 19-02-2011) Koetjaraningrat. 1995. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koetjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Radar Jaya Offset Koetjaraningrat. 2002. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama

Hayani, Laila mahasiswa UMM pada tahun 2008 yang berjudul “Aspek Teatrikal Dalam Tarian Tor Tor Di Mandaling Natal Sumatra Utara”

Said, Luqman Haroni mahasiswa UMM 2008 yang meneliti tentang “Seni Pertunjukan Wayang Beber Di Desa Gedombol, Kecamatan Donorejo, Kabupaten Pacitan Dalam Telaah Bentuk, Fungsi, Dan Makna”. Maleong, Laxy. .2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdikarya Poloma, Margaret. 1992. Sosiologi Kontemporer, diterjemahkan oleh Tim

Penterjemah Yosogama. Jakarta: Rajawali Pers.

(17)

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori Metode dan Tekhnik Penelitian Sastra. Yogyakarta:PustakaPelajar

Saraswati, Sylvia. 2009. Cara Mudah Menyusun Paroposal Skripsi Thesis Riset.

Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Sedyawati, Edi. 1981. Sejarah Kesenian Indonesia. Jakarta : Pratnya Paramita Soedarsono, RM. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Tinggi departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sumardjo, Jakop. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama

Indonesia. Bandung: STSI Press.

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peradaban manusia tidak lepas dari budaya. Budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang selalu melekat pada diri manusia dalam kodratnya sebagai makhluk sosial. Dalam setiap komunitas, pasti memiliki budaya yang khas yang mencerminkan keadaan atau ciri khas masyarakat. Tidak berlebihan kalau peradaban sebuah komunitas akan dapat dilihat dari seberapa kuat budaya itu dipertahankan dan dilestarikan sebagai sebuah hasil cipta manusia yang sekaligus merupakan elemen dasar dalam membentuk karakter sebuah bangsa.

Indonesia terkenal dengan keanekaragaman budaya yang melekat pada setiap suku bangsa, merupakan sebuah ciri khas yang membedakan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya, selain itu bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya budaya lokal yang beranekaragam, jenis dan bentuknya. Hal itu merupakan sebuah perwujudan cipta, rasa, karsa manusia yang sejatinya merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya.

(19)

2

beberapa aspek yaitu : seni, bahasa, sastra, dan organisasi. kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan, kesusilaan, hukum, adat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan menurut Koetjaraningrat,(2002:2) dijelaskan terdiri dari tujuh unsur yang meliputi (1) sistem religi dan kepercayaan masyarakat, (2) sistim dan organisasi masyarakat, (3) sistim pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistim mata pencaharian hidup, (7) sistim teknoligi dan peralatan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut memang tercakup juga dalam kebudayaan di seluruh dunia.

(20)

3

Pelestarian dan pengembangan budaya daerah khususnya seni pertunjukan kiranya sangat penting serta mempunyai makna dalam upaya pembentukan jati diri dan watak bangsa.

Wilayah Indonesia mempunyai kondisi geografis kepulauan yang dipisahkan oleh laut, menjadikan Indonesia kaya akan kesenian daerah. Keanekaragaman kesenian itu sesuai dengan corak kehidupan, corak kehidupan bangsa Indonesia yang “Bhineka Tunggal Ika”. Hal itu berarti bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedang corak kebudayaan yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa seluruhnya. Oleh karena itu kesenian yang mempunyai nilai-nilai khas wajib dilestarikan dan dikembangkan untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dalam UUD 1945 pasal 32, pemerintah memajukan kebudayaan Indonesia yang dalam penjelasannya dinyatakan (MPR RI , 2010:123) bahwa :

“ Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dinia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

(21)

4

suatu kesenian. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa, tentunya memiliki latar belakang sosial-budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman masyarakat tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk di dalam hasil karya seninya. Salah satu karya seni yang menjadi bagian kebudayaan, dikenal oleh masyarakat adalah seni pertunjukan.

Berkaitan dengan tradisi budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam, “Bantengan” merupakan salah satu jenis kesenian yang terdapat pada masyarakat Kota Batu. Kesenian ini pada awalnya merupakan hasil kreasi dari kesenian beladiri pencak silat yang kemudian justru pertunjukan “Bantengan” menjadi sebuah seni pertunjukan yang dapat dimainkan tanpa adanya pencak silat. Dipilihnya penelitian tentang seni pertunjukan “Bantengan” adalah karena beberapa hal, antara lain;

Pertama, keberadaan seni budaya tradisional semakin tergeser oleh perkembangan zaman dan mulai tergantikan dengan hal-hal yang bersifat moderen. Di Indonesia khususnya banyak terdapat kesenian tradisional yang sangat beragam dan merupakan sebuah budaya yang sangat mengandung nilai serta sarat akan makna di dalamnya, jika kasenian tradisional yang sangat kaya tersebut dibiarkan tergeser oleh budaya lain akan sangat disayangkan, karena budaya tersebut pasti tidak akan bisa ditemukan di tempat lain.

(22)

5

sampai masyarakatnya menyebut dirinya orang Sunda bukan orang Jawa, padahal secara geografis keberadaan suku Sunda berada di dalam pulau Jawa bagian barat (Jawa barat). Kemudian ada Jawa tengah yang sangat terkenal dengan kraton Surakarta dan Yogyakarta sebagai ciri khas masyarakat yang secara tidak langsung masih menjaga budaya Kraton yang bersifat Istanasentris, ini juga merupakan kekayaan budaya yang tidak dapat kita temui di tempat lain selain di Jawa tengah dan Yogyakarta. Selain itu yang tidak kalah menarik lagi adalah daerah Jawa Timur yang terdapat juga beberapa ciri khas budaya di dalamnya, dengan kondisi kultur yang sedikit hilang unsur Istanasentrisnya meskipun terdapat juga kerajaan-kerajaan di dalamnya, namun budaya Jawa timur berbeda dengan Jawa Tengah. Selain Suku Jawa terdapat pula Suku Madura dan Osing di dalamnya, ini yang merupakan ciri khas Jawa timur yang tentunya lebih banyak ragam budayanya dibandingkan daerah Jawa yang lain.

Salah satu budaya yang ada di Jawa Timur adalah kesenian tradisional “Bantengan” yang merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat mencerminkan keadaan masyarakatnya. Kesenian ini belum banyak di publikasikan sebagai icon budaya khas Indonesia khususnya Jawa timur, namun pada dasarnya kesenian ini sangat berkembang di beberapa daerah di Jawa Timur khususnya daerah-daerah sekitar pegunungan Arjuna, Semeru, Welirang, dan Bromo. Oleh karena itu kesenian ini sangat penting untuk lebih diperhatikan keberadaannya sebagai sebuah kekayaan nusantara yang unik.

(23)

6

mempunyai pakem yang terdapat di dalam unsur kesenian tersebut, seperti contoh Wayang dan tari-tarian, yang sudah harus sesuai dengan yang dilestarikan oleh Kraton. Ini jauh berbeda dengan “Bantengan” ataupun Reog Ponorogo misalnya, yang merupakan hasil kreasi kesenian yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat Jawa khususnya Jawa Timur. Pelestarian, tumbuh, dan berkembangnya kesenian tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya yang pada dasarnya dari masyarakatlah munculnya kesenian tersebut. Itulah yang membedakan kekhasan kesenian “Bantengan” dengan kesenian Jawa yang lain.

Ketiga, Struktur sebagai unsur pembangun sebuah kerya seni, memiliki peranan yang sangat kuat dalam membentuk sebuah karya seni pertunjukan. Serta jika dilihat dari penampilan seni pertunjukan keberadaan tekstur yang muncul merupakan salah satu unsur yang menarik, dimana keberadaan tekstur sebagai penguat, penegas, dan akan lebih memunculkan sisi kemenarikan sebuah seni pertunjukan merupakan hal yang tidak bisa dilihat sebelah mata dalam kaitanya membentuk seni pertunjukan menjadi sebuah karya istimewa. Dengan asumsi bahwa kesenian “Bantengan” merupakan kesenian rakyat yang tumbuh apa adanya tanpa pakem yang ditentukan, sehingga keberadaan struktur dan tekstur dalam kesenian rakyat khususnya “Bantengan” sangatlah penting keberadaanya dalam membentuk sebuah karya yang menarik.

(24)

7

karena itu keberadaan kesenian tradisional di Kota Batu khususnya “Bantengan” sangatlah penting, karena sebagai kebudayaan lokal yang mulai tergeser dengan kebudayaan moderen, “Bantengan” di Kota Batu khususnya perlu dilestarikan keberadaanya sebagai warisan budaya nusantara.

Kesenian tradisional “Bantengan” pada dasarnya adalah sebuah seni pertunjukan yang menyuguhkan atraksi-atraksi yang berpedoman dengan gerakan-gerakan kesenian beladiri Pencak Silat. Dimana “Bantengan” akan melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan kekuatan serta seni olah tubuh dengan menggunakan kostum banteng, macan, dan monyet yang saling berkesinambungan antara gerakan yang satu dengan yang lain.

1.2. Masalah

1.2.1 Jangkauan Masalah

(25)

8

dapat merupakan bagian dari upacara, tapi dapat pula sekedar menjadi pelengkap atau penyemarak.

Seni pertunjukan tradisional Indonesia berangkat dari suatu keadaan kesenian tumbuh dalam lingkungan suku yang berbeda satu sama lain. Dalam lingkungan suku ini kesempatan bersama yang turun temurun mengenai prilaku mempunyai wewenang yang sangat besar untuk mentukan jatuh bangunnya kesenian itu, seni pertunjukan berupa tari-tarian dengan iringan bunyi-bunyian serta merupakan kekuatan magis yang diharapkan hadir, tetapi juga tidak jarang merupakan semata-mata tanda syukur pada terjadinya pristiwa tertentu (Sedyawati, 1981:52).

Perkembangan ilmu pengetahuan dari kebudayaan baru, merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan sebuah perubahan prilaku sosial suatu masyarakat. Dengan adanya perubahan-perubahan prilaku sosial masyrakat keberadaan kesenian ini lambat laun mulai ditinggalkan oleh masyarakat Kota Batu.

1.2.2 Pembatasan Masalah

(26)

9

membentuk seni pertunjukan menjadi sebuah karya istimewa. Dengan asumsi bahwa kesenian “Bantengan” merupakan kesenian rakyat yang tumbuh apa adanya tanpa pakem yang ditentukan, sehingga keberadaan struktur dan tekstur dalam kesenian rakyat khususnya “Bantengan” sangatlah penting keberadaanya dalam membentuk sebuah karya yang menarik.

Penelitian sejenis yang sudah pernah diteliti adalah penelitian yang baru saja diteliti oleh Luqman Haroni Said, mahasiswa UMM 2008 yang meneliti tentang “Seni Pertunjukan Wayang Beber di Desa Gedombol, Kecamatan Donorejo, Kabupaten Pacitan dalam Telaah Bentuk, Fungsi, dan Makna”.

Penelitian tersebut lebih menekankan pada kedudukan seni pertunjukan wayang dilihat dari bentuk, makna, serta fungsinya terhadap masyarakat penikmat seni pertunjukan tersebut. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini lebih difokuskan pada dekripsi tentang struktur dan tekstur seni pertunjukan yaitu pada kesenian tradisional “Bantengan” di Kota Batu..

(27)

10

Berangkat dari latar belakang di atas serta pentingnya pelestarian budaya khususnya seni pertunjukan yang mulai tergeser oleh zaman, maka peneiti tertarik menjadikan “Bantengan” yang merupakan sebuah seni pertunjukan berunsur teatrikal yang unik. Oleh sebab itu peneliti menjadikan seni “Bantengan” sebagai skripsi dengan mengambil judul “TELAAH STRUKTUR DAN TEKSTUR KESENIAN TRADISIONAL “BANTENGAN” DI KOTA BATU ” dikarenakan penelitian mengenai kesenian “Bantengan” merupakan upaya yang sangat penting sebagai bentuk pelestarian warisan budaya tradisional nusantara. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui struktur dan tekstur kesenian “Bantengan”, baik sebagai hiburan maupun keberadaannya dalam acara-acara tertentu di Kota Batu.

1.3 Rumusan Masalah

Penelitian ini lebih mengacu pada bentuk performansi kesenian “Bantengan” sebagai unsur budaya masyarakat Kota Batu.

Dengan demikian masalah yang akan dikaji dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah Sejarah kesenian tradisional “Bantengan” di Kota Batu? 2) Bagaimanakah struktur performansi kesenian tradisional “Bantengan” di

Kota Batu yang meliputi; Tema, Alur, dan Karakter?

(28)

11

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur dan tekstur dalam performansi kesenian “Bantengan”, dan merupakan sebuah usaha untuk melestarikan sebuah kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

1.4.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu;

1) Menjelaskan Sejarah kesenian tradisional “Bantengan” di Kota Batu.

2) Menjelaskan bentuk struktur kesenian tradisional “Bantengan” di Kota Batu yang meliputi; Alur, Tema, dan Karakter.

2) Menjelaskan bentuk tekstur kesenian tradisional “Bantengan” di Kota Batu yang meliputi Pola gerak, Peralatan, Kostum/ Pakaian, Perangkat pendukung, Alat Musik / Bunyi-bunyian, Waktu dan Tempat pertunjukan.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretik

Dari tujuan penelitian di atas, manfaat Teoritik yang dapat di peroleh dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut;

1) Memperluas wawasan pengetahuan tentang “Bantengan” baik secara Antropologis maupun seni.

(29)

12

1.5.2 Manfaat Praktis

Dari tujuan penelitian di atas, manfaat praktis yang dapat di peroleh dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1) Bagi masyarakat Kota Batu penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik agar masyarakan dapat tertarik kembali dengan kesenian “Bantengan”. 2) Bagi peneliti sendiri diharapkan akan menjadikan sebagai tambahan

pengetahuan tentang kebudayaan khususnya mengenai “Bantengan” sebagai bagian dari kebudayaan nasional.

3) Bagi institusi terkait, dapat digunakan sebagai pendokumentasian kebudayaan daerah.

4) Bagi mahasiswa yang mengambil penelitian sejenis, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun penelitiannya.

1.6 Penegasan Istilah

Agar istilah-istilah dalam penelitian ini lebih jelas, maka perlu dijabarkan secara oprasional sebagai berikut.

(30)

13

2) Struktur adalah bentuk drama pada waktu pementasan. Struktur terdiri atas alur, karakter, dan tema (premise).

3) Tekstur adalah aspek penyajian tarian. Penyajian tarian sebagai suatu bentuk pertunjukan selalu memerlukan sarana-sarana penunjang tersebut yang berupa waktu dan tempat, peralatan, syarat-syarat pelaksanaan, tata cara pelaksanaan, pemain/ pelaku, maupun suasana. Tekstur juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dialami langsung oleh penonton. Pengalaman tersebut hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (audio), sesuatu yang dilihat (spectacle), dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan aural (suasana). Tekstur terdiri dari audio, suasana, dan spectacle.

Referensi

Dokumen terkait

Muhamad Firdaus. Bentuk Pertunjukan Dan Fungsi Musik Tradisional Kenceran Di Desa Pegirikan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Jurusan Seni Musik. Fakultas Bahasa dan

Saran untuk kesenian Dogdog Kaliwon yaitu pemain hendaknya melakukan variasi dalam penyajian lagu dan bentuk pertunjukan, seluruh masyarakat ikut melestarikan seni tradisi yang

Oleh karena begitu kompleksnya fungsi seni pertunjukkan dalam kehidupan masyarakat serta antara masyarakat yang satu menempatkan salah satu bentuk seni

Dalam hal ini studi pustaka yang dilakukan meliputi studi pustaka mengenai seni baik seni tari, wayang maupun musik, serta budaya setempat, tempat pertunjukan,

―Analisis Pertunjukan Tari Piring pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau di Kota Medan‖ , Skripsi Etnomusikologi USU.. Seni

Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2000.. The Principle

Patu Mbojo sebagai tanda adanya pesta perkawinan di masyarakat Bima yaitu pertunjukan patu Mbojo dalam tradisi masyarakat Bima sudah menjadi hal yang tidak

Selain barong, cak, dan mungkin juga genggong yag dikenal di kalangan pelancong sebagai Frog Dance alias tari katak, bentuk-bentuk seni pertunjukan seperti legong,