• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Studi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Studi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2015)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

(Studi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2015)

SKRIPSI

Oleh:

Adrianus Eventus Pula

201210050311088

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat, nikmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul ” Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Studi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2015) ” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam

penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada:

1. Yana S. Hijri S.IP, MIP selaku pembimbing I yang dengan penuh ketekunan dan

kesabaran dalam membimbing, memberikan bantuan pemikiran, masukan, dan

saran sehingga terselesaikan skripsi ini.

2. Dra. Juli Astutik, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing, memberi

nasehat dan saran dengan tekun dan sabar sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

3. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan banyak

masukan, saran, dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Drs. Khrisno Hadi, M.A selaku Penguji II yang telah memberikan banyak

(4)

5. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

yang telah memberikan izin, persetujuan dan motivasi dalam melaksanakan

penelitian ini.

6. Bapak dan ibu dosen jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan banyak

bekal ilmu selama kuliah.

7. Kepala Desa Pandanrejo, Sekertaris Desa, Kasie Pemerintahan, BPD dan LPMD

yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penelitan ini dapat terlaksana

dengan baik, membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data.

Terimakasih atas bantuan serta dorongan yang telah diberikan selama penulis

melakukan penelitian.

8. Orang tua tercinta Ayah Quirinus Pula dan Ibu Emiliana Ale, Saudari tercinta

Elisabet Sare, adik tersayang Dedi Purnama Sari, Eduardus Pati Ratu dan

Januarius Elfandi Ligo serta Keluarga Besar yang selalu memberikan kasih

sayang, motivasi, nasehat, dan do’anya dalam menyelesaikan studi dan skripsi

ini.

9. Natalia Adel yang telah memberikan, dukungan, motivasi dan do’a, sahabat terbaik Rahmat Kastum, Sodiq Hutoni, Rustam, Herianto Nursasni, Arif

Rahmansyah, El-Badri, Farhan, Wahyu, Wardin, Ardi, Rendy, Dino, Litus yang

telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini serta

kebersamaan yang telah banyak kita lewati bersama selama ini. Semangat

menatap masa depan, semoga kalian cepat nyusul dan dapat menyelesaikan

(5)

10. Teman-teman seperjuangan IP UMM angkatan 2012 dan teman-teman kos ITKH

Tirto Utomo Gang 8 Nomor 15 B yang telah memberikan pengalaman dan

dukungan selama proses penysuunan skripsi ini. Semoga apa yang telah kita lalui

bersama selama ini, dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk menatap masa depan

yang lebih baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca demi menuju ke arah yang lebih baik.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama bagi

Pemerintah Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Amin.

Malang, 02 Mei 2016

(6)

DAFTAR ISI

JUDUL Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Definisi Konsep ... 15

F. Definisi Operasional ... 17

G. Metode Penelitian ... 21

1. Jenis Penelitian ... 22

2. Lokasi Penelitian ... 22

3. Subyek Penelitian ... 22

4. Sumber Data ... 23

5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

6. Teknik Analisas Data ... 26

(7)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Teori Sistem Politik David Easton ... 32

B. Teori Desentralisasi ... 39

C. Pemerintahan Desa ... 46

D. Proses Penyusunan Peraturan Desa Berdasarkan UU No.6/2014 ... 49

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Karakteristik Geografis ... 54

B. Karateristik Topografi ... 57

C. Demografi ... 57

D. Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi dan Politik ... 64

E. Profil Desa ... 67

F. Karakteristik Kelembagaan Desa ... 69

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Proses Penyususnan RKP Desa Tahun 2015 yang dilaksanakan di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu ... 78

1. Tahap Persiapan ... 80

2. Lokakarya Desa ... 84

3. Tahap Musrenbang Desa... 101

4. Tahap Pasca Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa... 108

B. Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Desa dalam Proses Penyusunan RKP Desa Tahun 2015... 115

1. Sumber Daya Manusia... 116

2. Komunikasi antara Pemerintah Desa, BPD, LPMD dan Masyarakat.. 119

(8)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 124

B. Saran... 127

DAFTAR PUSTAKA... 129

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Keputusan Kepala Desa tentang Tim Penyusun RKP Desa Tahun 2015 ... 134

2. Dokumen RKP Desa Pandanrejo Tahun 2015 ... 137

3. Berita Acara Penyepakatan Perdes RKP Desa Tahun 2015 ... 158

4. Keputusan BPD Tentang Penyepakatan RKP Desa ... 159

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

BB. Siregar, 2001. Menelusuri Jejak Ketertinggalan Merajut Kerukunan Melintasi Krisis. Jakarta: Pusat P3R-YAE

Beratha, I Nyoman, 1982. Masyarakat dan Pembangunan Desa. Jakarta: LP3ES

Budiardjo Miriam, 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka

Chandra, Eka., Diding, Ari Nurman dan Paulus Rudolf, 2003. Membangun Forum Warga Impelentasi Partisipasi dan Penguatan Masyarakat Sipil. Bandung: Akatiga.

Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. PT Grafindo Persada

Hadi, A.P., Hilyana, dan Hayati, 2003. Revitalisasi Kelembagaan Petani dan Masyarakat Perdesaan Melalui Pemberdayaan Kelompok Lokal Dalam Kerangka Pembangunan Desa Berkelanjutan. Laporan Penelitian Tahun Pertama Hibah Bersaing Perguruan Tinggi XI. Mataram : Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Liang Gie, The, Pertumbuhan Pemerintah Daerah Di Negara Republik Indonesia. Jilid I Edisi kedua, Liberty. Yogyakarta,1993

MD Mahfud, 2000. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi Tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta

Michael Saward, The Wider Canvas: Representation and Democracy in State and Society dalam Sonia Alonso, John Keane, and Wolfgang Merkel, eds., The Future of Representative Democracy (New York: Cambridge University Press, 2011)

Misdiyanti, 1993. Fungsi Pemerintahan Daerah dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Jakarta: Bumi Aksara

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

(11)

Muslim Amran, 1986. Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah. Bandung: PT. Alumni Muhi, Ali Hanapiah, 2011. Perencanaan Pembangunan Desa. Jatinagor: Alqa Print

Nandang Suherman, Saeful Muluk, 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota, FPPM

Ndraha Taliziduhu, 1991. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta : PT Bumi Aksara cetakan ke-3. Hal.3

Ni’matul, Huda. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Erlangga.

P3P UNRAM, 2001. Studi Eksploratif Pengembangan Perencanaan Pembangunan yang Aspiratif di Kabupaten Lombok Tengah. Mataram : P3P UNRAM bekerjasama dengan BAPEDA Lombok Tengah.

Ronald H. Chilcote, Theories of Comparative Politics: The Search for a Paradigm, (Colorado: Westview Press, 1981)

R. Nugroho, 2008. Public Policy: Teori Kebijakan-Analisis Kebijakan-Proses Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi, Risk Manajement dalam Kebijakan Publik, Kebijakan sebagai The Fith Estate, Metode Kebijakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Sadjipto, Rahardjo. 1999. Pemanfaatan Ilmu Sosial Bagi Pengembangan Ilmu Hukum. Bandung: Alumni Offset

Sarundajang. 2001. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sayfrudin, Ateng dkk. 2010. Republik Desa Pergulatan Hukum Tradisional dan Hukum Moderen dalam Desain Otonomi Desa. Bandung : PT Alumni.

Singarimbun dan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Siti Rochmah & Trilaksono Nugroho, 2009. Metode Penelitian Sosial Pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian bidang administrasi publik. Malang: Penerbit Intimedia(Kelompok In-TRANS Publishing

(12)

Soehino. 1997. Hukum Tata Negara, Penyusunan dan Penetapan Peraturan Daerah.Yogyakarta: Liberty

Soemantri, Bambang Trisantono, 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bandung : Fokus Media

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta : UNY Press.

Suharsimi, Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sunarno, Siswanto. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Supriatna, Tjahja. 1993. Sistem Administrasi Pemerintahan Di Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryaningrat, Bayu. 1985. Pemerintahan Administrasi Desa dan Kelurahan. Jakarta: Aksara Baru

Sutopo, Heribertus. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Syaukani, Affan Gaffar dan Ryaas Rasyid. 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Team Work Lapera, 2001. Politik Pemberdayaan Jalan Mewujudkan Otonomi Desa. Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama.

Varma, S.P. 1992. Teori Politik Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Wasistono Sadu dan Tahir Irawan, 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokus Media.

Widjaja, Haw. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wiharno Budi, 2014. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS (Center Of Akademic Publising Service)

(13)

Peraturan Perudang-undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Nomor 114 tentang Pedoman Pembangunan di Desa

Peraturan Desa Pandanrejo Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015

Keputusan Kepala Desa Pandanrejo Nomor 412.6 tentang Pembentukan Tim Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015

Keptusan Badan Permusyawaratan Desa Pandanrejo Nomor 410 tentang Penyepakatan Rencana kerja Peemerintah Desa (RKP Desa) Tahun anggaran 2015.

Sumber Lain:

Desentralisasi: Pengantar Menuju Pemerintah Daerah merupakan penyempurnaan dari artikel yang berjudul “ Desetralisasi: Teori, Cakupan dan Elemen” dalam Jurnal Administrasi Negara, Vol. II, Nomor 2, Maret 2002

Dipo Lukmanul Akbar, 2015. Peran Pemerintah Desa dalam Penyusunan APBDes Perpektif Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Studi di Desa Kedungkelor Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal). Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Skripsi: Naskah Publikasi

M. Sulpan Aswandi, 2014. Kedudukan peraturan desa ditinjau dari Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa. Fakultas Hukum Uiversitas Mataram. Jurnal Ilimiah

(14)
(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan merupakan arah untuk memperbaiki suatu keadaan atau

kondisi, “pembangunan itu tiada lain adalah suatu usaha-usaha perubahan untuk

menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu”.1 Pembangunan pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Sesuai dengan tujuan Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan

UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan

kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu

melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi2. Pembangunan merupakan hal terpenting dalam menentukan nasib suatu Bangsa dan Negara kedepan. Oleh

karena itu, pembangunan yang baik akan terlaksana dengan baik apabila didukung

oleh perencanaan yang baik pula.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan

yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia3. Perencanaan pembangunan yang baik akan memberikan dampak yang baik pula terhadap pembangunan suatu daerah. Hal itu juga harus didukung

dengan sumber daya manusia yang kompeten atau memampuni agar perencanaan

pembangunan yang baik dapat terwujud. Di samping itu juga yang menjadi sangat

penting dalam perencanaan pembangunan yaitu harus ada sebuah aturan yang

1

I Nyoman Beratha, 1982. Masyarakat dan Pembangunan Desa. Jakarta: LP3ES. Hal. 65 2

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat 3

(16)

2 jelas agar bisa dijadikan sebagai pedoman atau acuan bagi pemerintah sebagai

pelaku pembuat kebijakan. Selain ia sebagai pedoman atau acuan, dengan aturan

yang jelas akan dapat mewujudkan tata kelolah pemerintah yang baik dalam

perencanaan pembangunan.

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dalam perencanaan

pembangunan, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan

dikeluarkannya undang-undanng tersebut maka dalam perencanaan pembangunan

terjadi perubahan yang sebelum undang-undang tersebut ditetapkan, perencanaan

pembangungan bersifat top down dimana banyak mengabaikan kepentingan local

sehingga banyak aspirasi masyarakat diabaikan sehingga masyarakat tidak dapat

menikmati hasil pembangunan. Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

ini perencanaan pembangunan bersifat bottom up yang menekankan partisipasi

dari banyak pihak. Sehingga pembangunan dapat dirasakan oleh banyak pihak

seperti masyarakat, sektor swasta, dan pemerintah.

Perencanaan pembangunan yang bersifat bottom up dengan lebih

mengedepankan partisipatif dan komunikatif secara aktif dari banyak pihak

merupakan prinsip utama dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam mewujudkan pembangunan

yang baik secara nasional, perencanaan pembangunan harus mulai disusun dari

tingkat yang paling bawah yaitu Desa yang tujuannya untuk memeberikan

kontribusi positif terhadap pembangunan nasional. Oleh karena itu, Desa

memegang peranan penting dalam pembangunan nasional bukan hanya

(17)

3 memberikan sumbangangsi besar dalam menciptakan stabilitas pembangunan

nasional. Pembangunan Desa merupakan bagian dari rangkaian pembangunan

nasional. Desa seringkali identik dengan dua hal yakni sebagai objek dan subjek

dalam pembangunan. Dikatakan sebagai objek pembangunan, karena sebagaian

penduduk di pedesaan dilihat dari aspek kualitas masih perlu dilakukan

pemeberdayaan. Sebaliknya sebagai subjek pembangunan penduduk pedesaan

memegang peranan yang sangat penting sebagai kekuatan penentu (pelaku) dalam

proses pembangunan pedesaan maupun pembangunan nasional4.

Pembangunan Desa di Indonesia secara keseluruhan masih lemah dari

berbagai aspek pembangunan, baik aspek bantuan dan dukungan moril, politik,

teknologi maupun pendanaan5. Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan adalah disebabkan antara lain karena penyusunan, pelaksanaan dan

evaluasi program-program pembangunan tidak melibatkan masyarakat secara

partisipatif6. Padahal partisipasi dari masyarakat sangatlah penting dalam menentukan perencanaan pembangunan Desa, namun seringkali terjadi adalah

tidak melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan Desa. Persoalan

yang sangat bertentangan dengan prinsip perencenaan pembangunan yang

partiispatif dan komunikatif. Desa yang sejatinya merupakan ujung tombak dari

pembangunan nasional ternyata masih terdapat berbagai problem atau masalah

sosial, ekonomi dan politik yang sejatinya harus dibenahi dengan sebuah konsep

yang dapat menaungi dan memberikan perubahan yang baik terhadap

pembangunan Desa.

4

Ali Hanapiah Muhi, 2011. Perencanaan Pembangunan Desa. Jatinagor: Alqa Print. Hal.1 5

Wasistono Sadu dan Tahir Irawan, 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokus Media. Hal 11

6

(18)

4 Pembangunan Desa dan pembangunan kawasan Perdesaan menjadi

perhatian yang serius bagi pemerintah. Butuh perencanaan pembangunan yang

baik agar dapat meberikan dampak positif bagi pembangunan Desa dan kawasan

Perdesanaan. Untuk memberikan acuan dalam perencanaan pembangunan desa ke

arah yang lebih baik, pemerintah mengeluarkan Berbagai peraturan

perundang-undangan dikeluarkan pemerintah sebagai upaya percepatan pembangunan Desa

diantaranya Undang-Undang No.25/2004 tentang SPPN, Permendagri No.66/2007

tentang Perencanaan Pembangunan Desa dan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa sebagai turunannya yakni PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanan UU Desa dan kemudian menetapkan Permendagri Nomor 114 Tahun

2014 tentang Pedoman Pembangunan di Desa untuk melaksanakan ketentuan

Pasal 131 PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU No.6/2014.

Kesemua aturan tersebut, merupakan acuan atau pedoman yang harus digunakan

dalam perencanaan pembangunan di tingkat Desa. Dengan memperhatikan situasi

dan kondisi masyarakat Desa setempat, diharapakan Desa yang sekarang ini

semakin memberikan peranan penting dalam pembangunan nasional.

Disahkan dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, tentu semakin memberikan keleluasaan yang lebih kepada

Pemerintah Desa dalam menjalankan otonomi Desa. Tepatnya pada tangggal 15

Januari 2014 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan RUU Desa

menjadi UU Desa. Pada hari yang sama juga, Menteri Hukum dan HAM Amir

Syamsudin mengundangkannya dalam Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 77. Dengan undang-undang yang terbaru ini, Desa yang selama ini diperankan

7

(19)

5 sebagai figuran dan objek, sekarang berperan sebagai aktor8. Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disampaikan bahwa Desa memiliki hak

asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Hak

tersebut harus dijalankan sebaik-baiknya agar tercapaianya pembangunan Desa

yang dapat menjawab persoalan-persoalan yang terjadi ditengah kehidupan

masyarakat desa.

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui

pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,

pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan secara berkelanjutan9. Dalam mewujudkan hal tersebut, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 79 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang

menunjukan bahwa Pemerintah Desa wajib menyusun perencanaan pembangunan

Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota10. Pelaksanaan Perencanaan pembangunan Desa tersebut disusun secara berjangka meliputi Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan

Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan

penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun.

8

Lihat M. Sulpan Aswandi, 2014. Kedudukan peraturan Desa ditinjau dari Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Fakultas Hukum Uiversitas Mataram. Jurnal Ilimiah, Hal 3. 9

Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 10

(20)

6 Salah satu yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penyusunan

rencana pembangunan dalam jangka 1 (satu) tahun yaitu Rencana Pembangunan

Tahunan Desa atau Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Rencana

Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RKP Desa), merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP Desa

merupakan satu-satunya dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang

dipakai sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan pembangunan bagi

pemerintahan Desa untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan

APB Desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang memuat berbagai

program kerja baik itu secara fisik maupun non fisik akan direalisasikan demi

kepentingan pembangunan Desa.

Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai salah satu unit

pemerintahan yang berada dibawah Pemerintahan NKRI wajib menyusun

Dokumen Perencanaan Pembangunan yaitu RKP Desa untuk pembangunan Desa

dalam jangka watu 1 (satu) tahun. Mengingat ini merupakan tangungjawab yang

harus dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota

Batu, diharapkan proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

Tahun 2015 harus mengacu pada aturan yang telah ditentukan dengan tidak

menegasikan keterlibatan dari masyarakat. Selain itu, Rencana Kerja Pemerintah

Desa dalam penyusunannya juga harus selaras dan menjabarkan Visi-Misi Kepala

Desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) mulai disusun pada bulan Juli

(21)

7 berjalan11. Artinya Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk tahun 2015 akan mulai disusun pada bulan Juli tahun 2014 dan ditetapkan dengan Peraturan

Desa paling lambat ahkir bulan September tahun berjalan (2014).

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) dalam Pasal 30

Permendagri Nomor 114 tentang Pedoman Pembangunan Desa seebagai turunan

dari PP No.43 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.6/2014, menjelaskan secara

bertahap dan terperinci terkait dengan penysuunan RKP desa dianatarnya: 1)

Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. 2)

Penyusunan RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan

kegiatan yang meliputi: a) penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui

musyawarah Desa; b) pembentukan tim penyusun RKP Desa; c) pencermatan

pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke Desa; d)

pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; e) penyusunan rancangan RKP Desa; f)

penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa; g)

penetapan RKP Desa; h) perubahan RKP Desa; dan pengajuan daftar usulan RKP

Desa. Beberapa tahapan yang ada ini, perlu menjadi landsasan pemikiran yang

harus dilaksanakan dengan baik oleh Pemerintah Desa Pandanrejo.

Keterlibatan atau partisipasi dari masyarakat menjadi syarat mutlak dalam

proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Keterlibiatan ini

dimaksudkan agar masyarakat bisa memberikan kontribusi positif terhadap

perencanaan pembangunan Desa. Keterlibatan atau partisipasi dari banyak pihak

dalam perencanaan pembangunan di Desa dapat diwujudkan melalui suatu

kegaiatan yaitu Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang

11

(22)

8 Desa). Hal itu pun dipertegas dengan jelas dalam Pasal 80 UU No. 6 Tahun 2014

tentang Desa ayat (1) menegaskan bahwa Perencanaan Pembangunan Desa

diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. Selanjutnya pada

ayat (2) dalam menyusun perencanaan Pembangunan, Pemerintah Desa wajib

menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa12. Musrenbang Desa tersebut tidak lain adalah untuk menginginkan adanya kebersamaan antara

Pemerintah Desa dan masyarakat dalam memilih mana yang terbaik untuk

pembangunan Desa kedepanya.

Musrenbang adalah sebuah mekanisme perencanaan, sebuah institusi

perencana yang ada di daerah dan sebagai mekanisme untuk mempertemukan

usulan/kebutuhan masyarakat (bottom-up planning) dengan apa yang akan

diprogram pemerintah (top-down planning). Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang), identik dengan sebuah proses pembangunan yang

lebih menegdepankan partisipatif, demokratis dan transparan13. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa Musrenbang dapat mengakomodasi kepentingan

pembangunan bagi masyarakat. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan

Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program,

kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota14.

12

Pasal 80 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 13

Nandang Suherman, Saeful Muluk, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota, FPPM, 2008, hlm.87.

14

(23)

9 Pelaksanaan kegiatan Musrenbang Desa diharapkan masyarakat ikut andil

dalam menentukan pembangunan Desa ke depanya. Keterlibatan dari masyarakat

secara jelas bersumber dari peraturan perundang-undangan sehingga tidak

menjadi sebuah persoalan bagi Pemerintah Desa untuk tidak mengikutsertakan

masyarakat desa dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

Namun, Musrenbang hanya sebagai „alat‟ seremonial atau hanya formalitas dalam

proses perencanaan. Hal tersebut diibaratkan Musrenbang telah menjadi „alat atau

mesin‟ tanpa ruh partisipasi masyarakat. bagi sebagian besar masyarakat.

Sedangkan bagi pemerintah selaku penyelenggara Musrenbang, seringkali hanya

dijadikan acara rutinitas tahunan sekedar memenuhi kewajiban saja, sehingga

dalam prakteknya telah kehilangan semangat musyawarah dan partisipasi. Kondisi

ini menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat15.

Berbagai literatur dan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Siregar, 2001;

Team Work Lapera, 2001; P3P Unram, 2001; Hadi, Hayati dan Hilyana, 2003)

mengatakan bahwa keterlibatan masyarakat hanya dalam tataran wacana dan

dalam implementasi hanya menjadi sekedar pelengkap proses pembangunan.

Akibat dari mekanisme perencanaan pembangunan yang tidak aspiratif dan

kurang partisipatif, membuat hasil perencanaan dan proses pembangunan,

terutama di tingkat desa, menjadi tidak berkelanjutan. Sebagian besar kegiatan

pembangunan merupakan program dari atas (Top down), sangat berorientasi

proyek, dan menonjolkan ego sektoral. Padahal jika dilihat secara khomperensif

pembangunan Desa merupakan dasar dari pembangunan nasional dan partisipasi

15

(24)

10 dari masyarakat merupakan modal dan pendukung untuk tercapainya keberhasilan

bagi pembangunan pembangunan Desa.

Hasil kajian yang dilakukan oleh Kristianus tentang pelaksanaan proses

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Embala Kecamatan Parindu

Kabupaten Sanggau Tahun 2014, menunjukan bahwa Penyelidikan yang

dilakukan oleh Tim Penyusun dalam pelaksanaan penyusunan Rencama Kerja

Pemerintah Desa yang dilaksanakan di Desa tersebut sepenuhnya belum optimal.

Proses penyelidikan dilakukan melalui kajian dokumen/data sekunder, sedangkan

lokakarya pra musrenbang tingkat RT/RW dusun dan pengamatan lapangan tidak

dilakukan. Dalam kajian dokumen penggunaan data masih lemah terkendala

karena sebagaian data yang diperlukan tidak tersedia16. Hasil dari penelitian juga menunjukan kurangnya keterlibatan masyarakat dan terkesan RKP Desa kurang

begitu aspiratif dan komunikatif. Dengan tidak dilakukannya pengamatan

lapangan, tentu hanyalah sebatas pada kajian dokumen dan kurang menyerap

aspirasi yang berkembang di masyarakat.

Disamping itu, hasil kajian yang dilakukan Suwandi, Dewi Rostyaningsih

tentang perencanaan pembangunan partisipastif di Desa Surakarta Suranenggala

Cirebon, menunjukan Pada tahapan musyawarah pra musdes yakni pada proses

penyelidikan masalah dan kebutuhan masyarakat desa setempat, belum

sepenuhnya dilakukan dengan maksimal karena sebagian besar RT dan dusun

belum melaksanakan tahapan ini. Sebagian kecilnya melakukan kegiatan ini

dengan cara informal dan tidak representatif. Perencanaan pembangunan belum

16

(25)

11 berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat karena ada

beberapa masalah dan kebutuhan masyarakat yang mendesak yang belum

terakomodasi dalam daftar usulan prioritas Desa. Perencanaan juga belum

memperhatikan aspirasi masyarakat yang memenuhi sikap saling percaya dan

terbuka karena masyarakat tidak dilibatkan langsung dalam proses penyelidikan

masalah dan kebutuhan, sebagian melakukan proses penyelidikan tersebut dengan

cara informal dimana hanya sebagian kecil perwakilan masyarakat saja yang

dillibatkan dalam kegiatan tersebut.17

Permasalahan yang terjadi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota

Batu dalam kaitannya dengan proses penysunan Renacana Kerja Pemerintah Desa

(RKP Desa) Tahun 2015 ini, secara umum adalah permasalahan yang berkaitan

dengan sumber daya manusia (SDM) yakni kapasitas atau pemahamanan dari

Aparatur Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa dan lembaga lainnya yang secara kualitas belum memampuni.

Pernyataan selanjutnya yakni dalam kaitannya dengan itu, Pemerintah Desa

Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu masih membutuhkan kesiapan yang

lebih matang dalam menjalankan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa18. Artinya dengan aturan yang terbaru ini (UU No.6/2014), Pemerintah Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu belum

dapat sepenuhnya menjalankan amanah yang menjadi tanggungjawabnya dengan

maksimal.

17

Suwandi, Dewi Rostyaningsih, Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa Surakarta Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro. Naskah Publikasi.

18

(26)

12 Pernyataan tersebut jika megacu pada tingkat pendidikan baik itu dari

Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa yang secara keseluruhan dalam tatanan struktural tingkat

pendidikannya lebih di dominasi oleh pendidikan SMA, SMK, SLTP, SLTA.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan

memberikan kewenangan seluas-luasnya bagi Desa dalam menjalankan Otonomi

Desa, penting bagi Pemerintah Desa saat ini (Pemerintah Desa Pandanrejo) untuk

membenahi hal tersebut. Karena dengan sumber daya manusia yang kompeten

atau memampuni akan dapat mewujudkan Desa yang lebih maju, mandiri dan

sejahtera. Idealnnya dalam penyusunan RKP Desa dan ditetapkan dengan

Peraturan Desa memang mengharapkan demikian, akan tetapi persoalan kapasitas

yang masih rendah merupakan bagian dari permasalahan yang ditunjukkan di

lapangan. Diantaranya masih belum optimalnya aspek kelembagaan, sumberdaya

manusia, maupun manajemen Pemerintahan Desa.

Beberapa permasalahan di atas secara eksplisit mununjukan bahwa dalam

perencanaan pembangunan kurang melibatkan atau mengikutsertakan masyarakat

sehingga Perencanaan pembangunan tersebut, terkesan tidak begitu aspiratif dan

komunikatif. Selain itu juga, penyusuna Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP

Desa) menunjukan kemampuan dan kinerja dari pelaku pembuatan kebijakan

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya belum sepenuhnya optimal.

Sumber daya manusia yang kurang memampuni menjadi persoalan mendasar

dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan Desa (RKP Desa) di Desa

Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu, sehingga belum adanya kesiapan yang

(27)

13 Desa. Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa LPMD sebagai kreator

perencanaan pembangunan di Desa, idealnya harus dengan segera melakukan

pembenahan sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perencanaan

pembangunan Desa kedepannya. Perencanaan yang baik akan mewujudkan

pembangunan yang baik pula, tetapi itu juga didukung dengan sumber daya

manusia dan anggaran yang mencukupi. Apabila hal demikian tidak menjadi

prioritas untuk dibenahi oleh Pemerintah Desa pada saat ini, maka tidak

memungkinkan juga akan dapat terwujudnya atau tercapainya suatu Desa yang

maju, mandiri dan sejahtera.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin

mengkaji lebih mendalam tentang “Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Studi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2015)”

B.Rumusan Masalah

Arikunto menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan

sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana

harus mana memulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan

penelitian19. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang

akan diangkat pada penelitian ini adalah :

19

(28)

14 1. Bagaimana proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

Tahun 2015 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang

dilaksanakan di Desa Pandanrejo?

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi Pemerintah Desa Pandanrejo dalam

proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Tahun

2015?

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP

Desa) Tahun 2015 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang

dilaksanakan di Desa Pandanrejo.

2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi Pemerintah Desa Pandanrejo

dalam proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

Tahun 2015

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari

penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat positif

dalam rana kajian ilmu pemerintahan khususnya dalam kajian Teori dan

Praktik Desentralisasi, Sistem Pemerintahan Indonesia dan Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah. Sehingga nantinya dapat dijadikan

referensi bagi yang membutuhkannya serta guna menambah wawasan dalam

(29)

15 2. Secara praktis, hasil studi dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

rekomendasi bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa

(BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), PKK dan

Karangtaruna dan masyarakat di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota

Batu. Dengan begitu penelitian ini memiliki sumbangsi untuk Pemerintah

Desa Pandanrejo dalam hal Perencanaan Pembangunan Desa.

E.Definisi Konsep

Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan atau menggambarkan tentang

proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) tahun 2015

dengan menggunakan pendeketan teori sistem politik David Easton. Rencana

Kerja Pemerintaha Desa (RKP Desa) merupakan jabaran dari RPJM Desa untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun. Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan sebuah

dokumen perencanaan yang hasilnya lahir melalui proses yang rumit dan panjang.

Kebijakan ini sebagai suatu proses, yakni proses politik maka ia dipresepsikan

sebagai sebuah siklus20. Disinilah pusat perhatian akan diberikan kepada tahap-tahap yang ada pada siklus tersebut.

Kaitannya dengan siklus itu, maka pada proses penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah Desa tahun 2015 ini, peneliti menggunakan pendekatan teori sistem

yang dikembangkan oleh David Easton. Penggunaan teori tersebut merupakan

porsi yang bagi peneliti sangat mendukung jika dikaitkan dengan proses

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa tahun 2015 yang akan peneliti

lakukan. Di mana dalam pelaksanan penyusunannya itu, tidak luput dari input dan

20

(30)

16 output dari sistem politik David Easton yang memiliki tahapan-tahapan yang

saling berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya.

Menurut David Easton, sistem politik adalah sistem interaksi dalam setiap

masyarakat di dalamnya dibuat alokasi yang mengikat atau bersifat otoritatif

diimplementasikan21. Easton memandang kehidupan politik sebagai suatu sistem yang terdiri dari aktivitas yang saling berkaitan. Aktivitas itu menemukan ikatan

sistemiknya dari kenyataan bahwa aktivitas itu mempengaruhi bagaimana

keputusan otoritatif dirumuskan dan dilaksanakan. Bila kehidupan politik

dipandang sebagai suatu sistem aktivitas, maka dijumpai suatu konsekuensi

tertentu dari cara melakukan analisis mengenai operasi suatu sistem.

Masukan-masukan (input) yang datang dari komponen lain dalam sistem

merupakan energi bagi sistem itu sendiri yang menyebabkan sistem itu berjalan.

Masukan itu dikonversi oleh proses sistem politik sehingga melahirkan

kebijakan-kebijakan yang otoritatif. Kebijakan-kebijakan-kebijakan itu mempunyai konsekuensi

terhadap sistem politik itu sendiri maupun terhadap masyarakat lingkungannya.

Gambaran kehidupan politik melalui pendekatan sistem yang digambarkan oleh

David Easton dalam gambar sebagai berikut:

21

(31)
[image:31.595.128.501.123.378.2]

17 Gambar 1.1

Model Teori Sistem Politik David Easton

Lingkungan Lingkungan

Tuntutan

Keputusan

Dukungan Tindakan

Umpan Balik

Lingkungan Lingkungan

Sumber : Sumber: David Easton dalam Nugroho (2008: 383)

Mengacu pada teori David Easton ini, proses penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah Desa Tahun 2015 menunjukan makna bahwa suatu proses yang sangat

kompleks dan dinamis yang terdiri dari berbagai unsur yang satu sama lain saling

berkaitan dan kontribusinya berbeda-beda terhadap pembuatan kebijakan tersebut.

Dengan menggunakan teori sistem ini, maka sistem yang memiliki tahap-tahap

seperti input, proses dan output seperti yang terpaparkan pada gambar di atas,

nantinya akan dijadikan landasan dalam mengkaji proses penyusunan Rencana

Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015 yang akan peneliti lakukukan di Desa

Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian untuk mengukur variabel

sehingga diketahui indikator-indikator dari variabel tersebut. Penelitian ini

tentunya terdapat indikator-indikator dari variabel sehingga diketahui

Input

Sistem Politik

(32)

18 batasan dari variabel dari permasalahan dalam penelitian ini. Definisi operasional

dari penelitian ini adalah :

1. Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015 yang

dilaksanakan di Desa Pandanrejo

a. Tahap Persiapan, meliputi:

o Sosialisasi dan Pembentukan Tim Kerja

b. Lokakarya Desa, Dalam rangka menyusun dan membahas:

o Evaluasi terhadap RKP Desa Tahun 2014, evaluasi RPJM Desa, analisa

keadaan darurat/kerawanan analisa kebijakan supra desa

o Merumuskan rancangan RKP Desa Tahun 2015

o Musyawarah tingkat Dusun.

c. Tahap Musrenbang Desa, meliputi:

o Usulan Pembangunan Fisik dan Non fisik Skala Prioritas

d. Tahap Pasca Musrenbang Desa, meliputi:

o Pengajuan Daftar Usulan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015

o Musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh BPD dalam rangka

pembahasan dan penyepakatan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah

Desa Tahun 2015

o Penetapan RKP Desa Tahun 2015 dengan Peraturan Desa

2. Permasalahan yang di hadapi Peemrintah Desa dalam proses penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015

a. SDM (Sumber Daya Manusia)

b. Komunikasi antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa

(33)

19 c. Partisipasi BPD, LPMD dan Masyarakat dalam proses penyusunan RKP

Desa Tahun 2015

Kerangka Berpikir :

Menurut Uma Sekaran, kerangka berpikir merupakan model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka kerangka

berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang

lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi

setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang

akan dilakukan22. Kerangka pikir dalam penelitian ini menggambarkan tentang proses penyusunan Rencana kerja pemerintah Desa yang merupakan buah pikir

atau alur dari pelaksanaan penyusunan Rencana kerja Peemrintah Desa (RKP

Desa) Tahun 2015. Maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 1.2 dibawah ini:

22

(34)
[image:34.595.115.509.141.572.2]

20 Gambar 1.2:

Alur Pemikiran Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015

Sumber: Undang-Undang Desa diolah

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki

wewenang dalam melaksanakan penyusunan, membahas dan menyepakati

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Kewenangan tersebut tercantum

secara jelas dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa memiliki beberapa tahapan

seperti yang tergambar pada skema di atas yang kesemuanya merupakan satu

Pemerintah Desa, BPD dan LPMD/Masyarakat

Musyawarah: Sosialisasi dan pembentukan Tim kerja

Pemerintah Desa, BPD, LPMD dan Tim

Perumus RKP

Lokarya Desa: evaluasi terhadap RKP Desa tahun 2014, Evaluasi RPJM Desa,

Analisa Keadaan darurat dan analisa kebiajakan supra desa dan Merumuskan

Rancangan RKP Desa Tahun 2015

LPMD/Masyarakat

Pem.Desa dan BPD, LPMD, PKK, RT/RW/

Tokoh Masyarakat

Musrenbang Desa: Menyampaikan dan Pembahasan Usulan Pembangunan Fisik dan Non Fisik Skala Prioritas

Memberikan masukan terhadap Rumusan Rancangan RKP Desa dan Draft Raperdes

RKP Tahun 2015 melalui Musywarah dusun

BPD/ Pemerintah Desa

Pasca Musrenbang Desa: Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa Tahun 2015,

Musyawarah pembahasan dan penyepakatan Rancangan RKP Desa Tahun 2015 serta Penetepan RKP Desa

(35)

21 kesatuan yang saling berkaitan. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan

Desa, Penyusunan RKP Desa harus diproses secara demokratis dan partisipatif,

yakni dalam proses penyusunannya mengikutsertakan atau melibatkan partisipasi

dari lembaga masyarakt desa seperti LPMD, PKK, Karangtaruna serta masyarakat

desa. Masyarakat desa mempunyai atau memiliki hak untuk mengusulkan atau

memberikan masukan terhadap rancangan RKP Desa kepada Kepala Desa

maupun BPD. Musrenbang Desa merupakan sarana bagi pemerintah Desa, BPD

dan lembaga linnya serta unsur-unsur masyarakat untuk ikut andil dalam

menentukan pembangunan Desa kedepannya. Tahap persiapan hingga pada tahap

pasca Musrenbang Desa yang dilaksanakan oleh pihak-pihak tertentu merupakan

amanah yang harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan keadaan dan kondisi

yang terjadi di lingkungan masyarakat. Setelah semuanya diproses sesuai dengan

tahapan yang ada, hasil ahkirnya yaitu terbentuknya dokumen RKP Desa tahun

2015 dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

G.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna memecahkan,

menemukan, mengembangkan dan menguji masalah yang diteliti, agar

memperoleh hasil dan pembahasan yang dapat dipertanggungjawabkan23. Metode penelitian mempunyai peran penting dalam pengumpulan data, merumuskan

masalah, analisis dan interpretasi data. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebabagai berikut:

23

(36)

22 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono pendekatan kualitatif digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna24. Makna adalah data yang sebenarnya yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang

tampak. Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitan yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta dan kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini berusaha

untuk mengidentifikasi, mengetahui dan menggambarkan proses penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Tahun 2015 di Desa Pandanrejo

Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

2. Lokasi Penelitian

Hal terpenting lainnya dalam penelitian adalah adanya lokasi penelitian.

Oleh karena itu, lokasi dalam penelitian ini di Desa Pandanrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu. Sehingga dengan adanya lokasi ini akan memberikan

dukungan yang optimal bagi peniliti dalam pengumpulan data yang berkaitan

dengan proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Tahun

2015.

3. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini merupakan informan atau responden yang dapat

dipercaya guna memperoleh informasi dan data yang ingin peneliti ketahui pada

saat melakukan penelitian. Subyek penelitian ini adalah pemangku kepentingan

yang memiliki wewenang dalam melaksanakan proses penyusunan Rencana Kerja

24

(37)

23 Pemerintah Desa Tahun 2015. Adapun subyek dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Aparatur Desa

b. Badan Permusyawaratan Desa

c. LPMD (Ketua/wakil)

4. Sumber Data

Setiap penelitian memerlukan data, baik sebagai bahan untuk deskripsi

maupun untuk memperkaya informasi dalam mengambil kesimpulan. Data

merupakan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua

jenis, yaitu: Ada pun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari obyek

yang diteliti, dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dilokasi

penelitian. Data-data yang diperoleh dalam hal ini yakni arsip-arsip atau

dokumen Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Tahun 2015 yang

nantinya dipergunakan untuk menambah dan menjelaskan permasalahan

penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya

oleh peneliti, artinya melalui satu atau lebih pihak yang bukan peneliti

sendiri, dalam hal ini data sekunder yang akan diambil oleh peneliti adalah

catatan-catatan dari instansi terkait, peraturan, internet tentang situs yang

berkaitan dengan penelitian, jurnal serta buku yang sekiranya menunjang

(38)

24 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagaimana cara data itu diperoleh

atau cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai, guna memperoleh

jawaban atas permasalahan yang diteliti25. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Menurut kartono, Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis

tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan

pencatatan26. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi langsung, yaitu peneliti secara langsung mengamati apa yang ingin diperoleh

sebagai data. Metode ini memungkinkan peneliti mengamati dari dekat gejala

penyelidikan, peneliti mencatat apa yang tampak sebagai gejala dan menghindari

pendapat pribadi terhadap peristiwa atau gejala tersebut. Cara ini digunakan untuk

memperoleh data-data yang tidak bisa diperoleh dari wawancara, data tersebut

berupa tingkah laku (tindakan) kebiasan, cara kerja dan lain-lain yang berkaitan

dengan pelaksanaan tugas yang dalam hal ini adalah pelaksanaan penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2015.

2. Wawancara

Pada dasarnya wawancara merupakan usaha untuk mengumpulkan

informasi sebanyak mungkin melalui pengajuan sejumlah pertanyaan secara lisan

dari peneliti, agar dijawab secara lisan pula oleh subjek penelitian. Lebih tepatnya

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dalam rangka memperoleh

25

Sutopo, Heribertus. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Hal. 66 26

(39)

25 informasi. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu27.

Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan menggunakan jenis

wawancara terstruktur, dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang kemudian bisa dikembangkan pada saat

wawancara berlangsung. Selain itu, menggunakan alat bantu seperti tape recorder

dan material lain yang dapat membantu pelaksanan wawancara menjadi lancar

saat sedang berada di lapangan. Selain untuk mendapatkan gambaran lengkap

tentang masalah yang akan yang diteliti oleh peneliti, dengan teknik wawancara

peneliti akan mampu mengungkapkan hal-hal yang tidak bisa dapat diamati

memakai panca indera.

3. Dokumentasi

Istilah dokumen mencakup bahan-bahan tertulis, seperti kumpulan data

verbal berbentuk tulisan, maupun foto-foto dan film. Bahkan dokumen ini berupa

dokumen resmi atau dokumen pribadi. Pada penelitian ini data berbentuk

dokumentasi yang dibutuhkan adalah Peraturan Perundang-undangan, berita

acara, hasil rapat Pemerintah Desa, BPD dan LPMD, dokumen RKP Desa Tahun

2015, Berita acara, Peraturan Desa tentang RKP Desa Tahun anggaran 2015,

Surat Keputusan Kepala Desa, demografi, dan sebagainya. Pengambilan

dokumentasi tersebut dilakukan pada saat observasi langsung dimana peneliti

mengambil foto-foto dan arsip-arsip tulisan di lokasi yang akan diteliti. Teknik

27

(40)

26 dokumentasi ini nantinya bisa menjadi penguat data-data yang akan diperoleh

dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelolah,

mensistesikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain. Sehingga peneliti dapat mengetahui mana yang harus dipilih untuk

digunakan dan mana yang harus tidak dipergunakan untuk penelitian. Analisis

data yang digunakan dalam penilitian ini yaitu dengan menggunakan model

interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman28, antara lain sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data di lapangan yang

ada relavansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

peneliti rumuskan. Dalam mengumpulkan data, penelitian akan melakukan

wawancara dan observasi. Peneliti akan melakukan wawancara mengenai proses

penyusunan RKP Desa Tahun 2015 serta permasalahan yang dihadapi oleh

aparatur Desa Pandanrejo dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Sehingga akan

sangat membantu peneliti untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

proses penyusunan RKP Desa Tahun 2015.

28

(41)

27 2. Reduksi Data

Data dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian data

terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi awal yang

muncul dari catatan-catatan di lapangan. Reduksi data dilakukan secara terus

menerus selama penelitian dilakukan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih

bagian data yang mana untuk dikode, dipakai, dan diringkas serta dimasukan

dalam kategori dan sebagainya. Data yang didapat kemudian direduksi. Pada

tahap ini pemilihan data sesuai dengan penelitian tentang Proses Penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

3. Penyajian Data

Data yang semakin bertumpuk-tumpuk kurang dapat memberikan

gambaran secara menyeluruh. Oleh karena itu, penyajian data dimaksudkan agar

lebih mempermudah bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan

atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Penyajian data ialah menyajikan

data dalam bentuk tabel, matrik, grafik dan sebagainya. Dalam hal ini, penyajian

data digunakan untuk memetakan data-data tentang proses penyusunan RKP Desa

Tahun 2015. Dengan demikian, akan mempermudah peneliti dalam menguasai

data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.

4. Penarikan Kesimpulan

Akhir dalam proses analisis adalah membuat kesimpulan atau verifikasi.

(42)

28 dari data-data yang tersedia sehingga dapat ditemukan pola hubungan yang

berkaitan dengan rumusan masalah dari penelitian ini. Kesimpulan awal bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Kesimpulan pada penelitian ini akan menggambarkan tentang proses penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Desa Pandanrejo (RKP Desa) Tahun 2015 dan

permasalahan yang dihadapi oleh aparatur Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji

Kota Batu dalam pelaksanaan penyusunannya.

7. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility

(validityas interbal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Namun, teknik keabsahan data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas data yang meliputi

perpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,

diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck29.

29

(43)

29 1. Perpanjang Pengamatan

Dengan perpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun yang baru. Lamanya perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan

sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Artinya

penggalian data sampai pada tingkat makna. Dalam perpanjangan tangan untuk

mengkaji kredibilitas data penelitian ini, lebih difokuskan pada pengujian

terhadap data yang telah diperoleh. Ketika data tersebut dicek kembali ke

lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan

tersebut dapat diakhiri.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan terhadap data yang telah diperoleh di lapangan.

Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan persitiwa akan dapat

direkam secara pasti dan sistematis serta peneliti dapat memberikan deskripsi atau

gambaran data yang akurat sesuai dengan apa yang diamati.

3. Triangulasi

Tringulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan

waktu. Pertama, triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

(44)

30 mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya

data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau

kuesioner. Ketiga, triangulasi waktu dapat mempengaruhi kredibilitas data dalam

rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

4. Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti

peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan

temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti

masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan,

maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan peneliti. Sebagai contoh, data

hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Dalam

laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi

(45)

31 6. Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Tujuan dari membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber

atau informan. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode

pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan.

Caranya dapat dilakukan secara individu, dengan cara peneliti datang ke pemberi

data, atau melalui forum diskusi kelompok.

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 1.2:

Referensi

Dokumen terkait

kuat, tetapi apabila tidak ada tokoh yang mampu jadi pelopor atau secara sosiologis menjadi agen perubahan ( agent of change ), maka kemunculan karya baru dalam

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ―Analisa Pengaruh Jarak Celah Pengupas dan Putaran Poros Terhadap

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah perusahaan mitra dan kelompok mitra

(2012) menunjukkan bahwa pengkajian komunitas kupu-kupu secara spasial (berdasarkan perbedaan lokasi) serta temporal (berdasarkan perbedaan periode) memberikan informasi

Berdasarkan data, sebesar 75% kabupaten di Indonesia pada tahun 2005 memiliki nilai jumlah penduduk miskin dibawah 114200.. Namun di tahun 2011, 75% kabupaten di Indonesia

33 Selain itu, usus yang banyak mengabsorbsi zat-zat makanan juga mengeluarkan PYY 3-36 yang berikatan dengan reseptor Y 2 R neuron NPY/AgRP pada nukleus arkuatus

Untuk pemasangan bantalan pada bentangan-bentangan gelagar, dongkrak harus ditempatkan di bawah gelagar badan profil/plat girder sedekat mungkin dengan plin-plin untuk

Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti yaitu terdapat hubungan positif antara harga diri dengan kecenderungan