• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aktivitas Pasar Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Aktivitas Pasar Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP

TINGKAT PELAYANAN JALAN

(STUDI KASUS: PASAR KAMPUNG LALANG)

TESIS

OLEH

MAINILA YANTI

117020015/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP

TINGKAT PELAYANAN JALAN

(STUDI KASUS: PASAR KAMPUNG LALANG)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MAINILA YANTI

117020015/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

JUDUL TESIS : PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN

NAMA MAHASISWA : MAINILA YANTI

NOMOR POKOK : 117020015

PROGRAM STUDI : ARSITEKTUR

BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing

(A/Prof. Abdul Majid Ismail,B.Sc, B.Arch, Phd) (Ir. N. Vinky Rahman, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan,

(Dr. Ir.Dwira Nirfalini Aulia,M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP

TINGKAT PELAYANAN JALAN

(STUDI KASUS: PASAR KAMPUNG LALANG)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 8 Mei 2014

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 08 Mei 2014

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, Ph.D

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. N. Vinky Rahman, MT

2. Dr. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI 3. Salmina W. Ginting, ST, MT

(6)

ABSTRAK

Pasar tradisional ternyata mempunyai kapasitas yang kuat untuk bertahan pada situasti ekonomi makro yang tidak menentu, dan tidak terpuruk seperti aktivitas ekonomi formal atau aktivitas ekonomi yang berskala besar. Pasar telah berfungsi sebagai jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian masyarakat. Bagi penduduk Kota Medan, Jalan Gatot Subroto sebagai salah satu jalan arteri primer yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu jalan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung perkembangan sektor- sektor perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan jasa di kota Medan. Namun Jalan Gatot Subroto juga tidak lepas dari masalah kemacetan, tepatnya di depan Pasar Kampung Lalang sering mengalami kemacetan terutama pada pagi hari.

Dari latar belakang dan permasalah di atas, maka didapat tujuan dari penelitian, yaitu mengetahui tingkat pelayanan jalan pada saat pasar beropersi dan sesudah beroperasi (tidak beropersi), dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pelayanan jalan di jalan Gatot Subroto Pasar Kampung Lalang.

Hasil dari kajian dapat diketahui Aktivitas pasar sebelum beroperasi pukul 05.00 Wib mulai terjadi hambatan samping dan pukul 07.00 Wib di pagi hari pada ruas Jalan Gatot Subroto yaitu F (>1,0) yang berarti keadaan ruas jalan yang macet, kecepatan rendah, volume kendaraan lebih besar dari kapasitas jalan yang ada, kendaraan banyak yang mengambil bahu jalan, antrian panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar karena volume per kapasitas atau V/C ratio sebesar 1,08 sehingga arus lalu lintas menjadi terhambat. Kemacetan yang terjadi sebelum saat pasar beroperasi disebabkan intensitas kegiatan masyarakat pada penggunaan jalan tersebut dimana kegiatan pasar PKL dengan memanfaatkan badan jalan sehingga kecepatan rendah dan gangguan hambatan samping. Intensitas kegiatan harian juga merupaka pemicu kemacetan yang terjadi seperti adanya pergerakan tujuan perjalanan berbelanja, pergi ke kantor, sekolah, dan sekedar melewati jalan ini. Pada waktu sesudah beroperasi pasar pukul 17.00-18.00 Wib di sore hari , ruas Jalan Gatot Subroto berada pada tingkat pelayanan jalan C (=0,80), yang berarti di sepanjang jalan tersebut aliran lalu lintas masih baik dan stabil dengan perlambatan yang masih dapat diterima.

Kondisi kemacetan yang terjadi disebabkan aktivitas pasar mulai terjadi lagi seperti berbelanja dan pulang kerja, tetapi intensitas pergerakan kegiatan tidak sepadat aktivitas pagi hari. Dan factor – factor lain yang ditimbulkan oleh pengaruh tarikan lalu lintas (tingkat pelayanan jalan) berupa peningkatan waktu aktivitas pasar pada jam-jam puncak/sibuk (peak hours); permasalahan ruang parkir dan angkutan umum termasuk akumulasi aktivitas kegiatan tata guna lahan.

(7)

ABSTRACT

Traditional markets turned out to have a strong capacity to withstand macroeconomic situasti uncertain , and not slumped as formal economic activity or large-scale economic activity . The market has been functioning as a safety net and job provider for many communities . For residents of Medan, Gatot Subroto Street as one of the primary arterial road located in District Sunggal field is one way that has an important role in supporting the development of the sectors of trade, office, education , and services in the city of Medan . However Jalan Gatot Subroto was also not free from congestion problems , precisely in front of the Market Kampung Lalang often congested, especially in the morning .

From the background and the problems above , the importance of the purpose of the study , which determine the level of road service market to be operating during and after the operation (not to be operating), and other factors affecting the level of service at Gatot Subroto street markets Kampung Lalang .

The results of the study can be seen operating activities before the market began to occur at 05.00 pm and the side barriers at 07.00 AM in the morning on Gatot Subroto Street, F ( > 1.0 ), which means a state of bad roads, low speed , traffic volume over greater than the capacity of the existing road, the vehicle that takes a lot of road shoulders , long queues and there are huge obstacles because the volume per capacity or V / C ratio of 1.08 so that the flow of traffic to be blocked. Congestion that occurs prior to when the market is operating due to the intensity of the public on the use of the road where the market activities of street vendors by leveraging the road so that the low-speed side obstacles and interference . The intensity of daily activities merupaka also trigger congestion that occurs as the movement destination shopping trips , go to the office , school , and just pass this way . In the time after the market operates at 17.00-18.00 pm in the afternoon , Gatot Subroto Street known to be at level of service C ( = 0.80 ) , which means that along the way of traffic flow is good and stable with the slowdown can still accepted .

Congestion condition that occurs due to market activity began to occur again , like shopping and come home from work , but the intensity of the movement activity is not as dense morning activity . And other factors caused by the attractive influence traffic ( level of service ) in the form of an increase in market activity time during the hours of peak/busy (peak hours); problems of parking spaces and public transport including the accumulation of activity in land use .

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata‟ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan berkat, anugerah dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengaruh Aktivitas Pasar Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan”.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan juga kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME Selaku Dekan Fakultas Teknik.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur dan Ibu Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD sebagai Sekretaris Program Studi Magister Teknik Arsitektur, serta seluruh dosen pada program studi Magister Teknik Arsitektur atas dedikasi dan ilmu yang diajarkan selama penulis mengikuti perkuliahan.

(9)

Dan yang paling utama Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan masukan untuk penyelesaian tesis ini.

Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap solusi permasalahan sampah kota, atas masukan dan kritikan penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 08 Mei 2014

(10)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Mainila Yanti

Tempat Tanggal lahir : MPL (Solok)/14 Mei 1979

Alamat : Komp. Pemda Tk. I Jl. Kenanga I No. 2 Tanjung Sari Medan

email : mynila_yanti@yahoo.com

Pekerjaan : PNS

Instansi : Balai Besar Jalan Nasional I Kementerian PU

Nama Ayah : (ALM) Amir

Nama Ibu : (ALMH) Darama

Nama Suami : Sulaiman Siregar, SP

anak : 1. Alifia Rofifah Bilqis Siregar 2. Zivana Brilliant Fathaniah Siregar

Riwayat Pendidikan : SD Inpres Pasir Talang (Solok) Tahun 1992 SMP Negeri 1 Muara Labuh (Solok) Tahun 1995 SMU Negeri 1 Muara Labuh (Solok) Tahun 1998

Teknik Sipil USU Tahun 2003

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Studi ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup... 5

1.5.1 Ruang lingkup wilayah ... 5

1.5.2 Ruang lingkup substansial ... 5

1.6 Kerangka Pemikiran... 5

1.7 Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

(12)

2.1.1 Pengertian pasar ... 9

2.1.2 Tipe dan ciri pasar ... 10

2.1.3 Tata letak (lokasi) bangunan pasar ... 13

2.1.4 Tata ruang pasar... ... 14

2.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ... 17

2.3 Teori Tingkat Pelayanan Jalan ... 19

2.4 Manajemen Transportasi dan Upaya Penanggulangan ... 22

2.4.1 Pengertian manajemen lalu lintas ... 22

2.4.2 Teori pejalan kaki ... 26

2.4.3 Studi volume lalu lintas dan kapasitas ruas jalan ... 28

2.4.4 Studi parkir ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Variabel Penelitian ... 40

3.3 Populasi/Sampel ... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.5 Metode Analisis Data ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ... 50

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Sunggal ... 50

4.2 Aspek Kependudukan ... 52

4.3 Fasilitas Umum dan Sosial ... 53

4.4 Kondisi Eksisting Wilayah Penelitian ... 57

4.4.1 Kepadatan pasar Kampung Lalang Medan ... 58

4.4.2 Skala wilayah pelayanan pasar Kampung Lalang Medan .... 60

(13)

4.5.1 Aksesbilitas, sirkulasi dan parkir ... 62

4.5.2 Pedestrian ways ... 66

4.5.3 Aktivitas pedagang kaki lima ... 66

BAB V ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN ... 68

5.1 Deskripsi Aktivtas Pasar Kampung Lalang ... 68

5.2 Analisis Pola Aktivitas Pedagang Pasar ... 70

5.3 Analisis Bangkitan dan Tarikan Perjalanan ... 75

5.4 Analisis Kondisi Lalu Lintas di Pasar Kampung Lalang ...78

5.4.1 Volume lalu lintas harian ... 78

5.4.2 Analisis kapasitas jalan ... 80

5.4.3 Analisis tingkat kemacetan lalu lintas ... 88

5.4.4 Analisis kecepatan rata-rata kenderaan ... 92

5.5 Analisis Pengaruh Aktivitas Pasar Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 100

6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Rekomendasi ... 103

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal.

1.1 Kerangka Pemikiran Studi ... 6

2.1 Tingkat Pelayanan Jalan ... 20

2.2 Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk ... 37

2.3 Kebutuhan Ruang Parkir ... 38

3.1 Kerangka Dasar Penelitian ... 49

4.1 Peta Kecamatan Medan Sunggal ... 51

4.2 Peta Wilayah Penelitian ... 57

4.3 Kepadatan Pasar Kampung Lalang Medan ... 59

4.4 Pedagang Kaki Lima di Pasar Kampung Lalang Medan ... 59

4.5 Alur Asal Konsumen di Pasar Kampung Lalang Medan ... 60

4.6 Jaringan Jalan di Pasar Kampung Lalang Medan ... 61

4.7 Peta Jaringan Jalan Gatot Subroto... 62

4.8 Sirkulasi di Pasar Kampung Lalang Medan ... 63

4.9 Parkir di Pasar Kampung Lalang Medan ... 64

4.10 Penampang Jalan Gatot Subroto ... 65

4.11 Pedestrian Ways di Pasar Kampung Lalang ... 66

4.12 Aktivitas Pedagang Kaki Lima di Pasar Kampung Lalang ... 67

(15)

5.2 Pedagang di Luar Pasar Kampung Lalang ... 70

5.3 Pedagang pada Badan Jalan ... 72

5.4 Pedagang pada Trotoar ... 73

5.5 Pedagang pada Bangunan Pasar... 74

5.6 Diagram Asal Pengunjung Pasar Kampung Lalang ... 77

5.7 Diagram Tujuan Pengunjung Pasar Kampung Lalang... 77

5.8 Kondisi Jalan Gatot Subroto (Pasar Kampung Lalang) dari Arah Medan Menuju Bijai, waktu pagi dan sore...90

5.9 Kondisi Jalan Gatot Subroto (Pasar Kampung Lalang) dari Arah Binjai menuju Medan, waktu pagi dan sore...91

5.10 Kondisi Geometri Jalan Gatot Subroto ... 93

6.1 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang kp. Lalang dari Arah Binjai ke Medan ... 101

6.2 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang kp. Lalang dari Arah Medan ke Binjai ... 101

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal.

2.1 Strategi Manajemen Lalu Lintas ... 25

2.2 Penurunan Kapasitas Jalan Akibat Kegiatan Parkir di Badan Jalan ... 33

2.3 Standar Kebutuhan Ruang Parkir Yang Bersifat Tetap di Pusat Perdagangan ... 36

2.4 Standar Kebutuhan Ruang Parkir Yang Bersifat Tetap di Pasar... 36

2.5 Penentuan Satuan Ruang Parkir (Srp) ... 36

2.6 Dimensi Satuan Ruang Parkir Untuk Parkir Bus/Truk ... 37

2.7 Lebar Minimum Jalan Untuk Parkir ... 38

3.1 Variabel Penelitian ... 41

4.1 Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal ... 50

4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2011 ... 52

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2011 ... 53

4.4 Banyaknya Sarana Pendidikan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2011 ... 54

(17)

Tahun 2011 ... 56

4.7 Banyaknya Sarana Perekonomianan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2011 ... 56

4.8 Jenis Aktivitas Pada Kawasan Studi ... 67

5.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan dari Beberapa Aktivitas Tata Guna Lahan ...76

5.2 Standar Perbandingan Jenis Kenderaan...78

5.3 Hasil Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata di pagi hari dan Sore Hari Dari Arah Binjai ke Medan di Kawasan Studi ...79

5.4 Hasil Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata di pagi hari dan Sore Hari Dari Arah Medan ke Binjai di Kawasan Studi ...79

5.5 Kapasitas Dasar (Co)... .80

5.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCW) ... 81

5.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Gangguan Samping (FCSF) ... 82

5.8 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCSF) Untuk Jalan Yang Mempunyai Bahu Jalan ... 83

5.9 Faktor Peneysuaian Kapasitas Akibat Ukuran Kota (FCCS) ... 84

5.10 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang Kp. Lalang Dari Arah Medan Ke Binjai ... 86

5.11 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang Kp. Lalang Dari Arah Binjai ke Medan ... 87

(18)

ABSTRAK

Pasar tradisional ternyata mempunyai kapasitas yang kuat untuk bertahan pada situasti ekonomi makro yang tidak menentu, dan tidak terpuruk seperti aktivitas ekonomi formal atau aktivitas ekonomi yang berskala besar. Pasar telah berfungsi sebagai jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian masyarakat. Bagi penduduk Kota Medan, Jalan Gatot Subroto sebagai salah satu jalan arteri primer yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu jalan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung perkembangan sektor- sektor perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan jasa di kota Medan. Namun Jalan Gatot Subroto juga tidak lepas dari masalah kemacetan, tepatnya di depan Pasar Kampung Lalang sering mengalami kemacetan terutama pada pagi hari.

Dari latar belakang dan permasalah di atas, maka didapat tujuan dari penelitian, yaitu mengetahui tingkat pelayanan jalan pada saat pasar beropersi dan sesudah beroperasi (tidak beropersi), dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pelayanan jalan di jalan Gatot Subroto Pasar Kampung Lalang.

Hasil dari kajian dapat diketahui Aktivitas pasar sebelum beroperasi pukul 05.00 Wib mulai terjadi hambatan samping dan pukul 07.00 Wib di pagi hari pada ruas Jalan Gatot Subroto yaitu F (>1,0) yang berarti keadaan ruas jalan yang macet, kecepatan rendah, volume kendaraan lebih besar dari kapasitas jalan yang ada, kendaraan banyak yang mengambil bahu jalan, antrian panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar karena volume per kapasitas atau V/C ratio sebesar 1,08 sehingga arus lalu lintas menjadi terhambat. Kemacetan yang terjadi sebelum saat pasar beroperasi disebabkan intensitas kegiatan masyarakat pada penggunaan jalan tersebut dimana kegiatan pasar PKL dengan memanfaatkan badan jalan sehingga kecepatan rendah dan gangguan hambatan samping. Intensitas kegiatan harian juga merupaka pemicu kemacetan yang terjadi seperti adanya pergerakan tujuan perjalanan berbelanja, pergi ke kantor, sekolah, dan sekedar melewati jalan ini. Pada waktu sesudah beroperasi pasar pukul 17.00-18.00 Wib di sore hari , ruas Jalan Gatot Subroto berada pada tingkat pelayanan jalan C (=0,80), yang berarti di sepanjang jalan tersebut aliran lalu lintas masih baik dan stabil dengan perlambatan yang masih dapat diterima.

Kondisi kemacetan yang terjadi disebabkan aktivitas pasar mulai terjadi lagi seperti berbelanja dan pulang kerja, tetapi intensitas pergerakan kegiatan tidak sepadat aktivitas pagi hari. Dan factor – factor lain yang ditimbulkan oleh pengaruh tarikan lalu lintas (tingkat pelayanan jalan) berupa peningkatan waktu aktivitas pasar pada jam-jam puncak/sibuk (peak hours); permasalahan ruang parkir dan angkutan umum termasuk akumulasi aktivitas kegiatan tata guna lahan.

(19)

ABSTRACT

Traditional markets turned out to have a strong capacity to withstand macroeconomic situasti uncertain , and not slumped as formal economic activity or large-scale economic activity . The market has been functioning as a safety net and job provider for many communities . For residents of Medan, Gatot Subroto Street as one of the primary arterial road located in District Sunggal field is one way that has an important role in supporting the development of the sectors of trade, office, education , and services in the city of Medan . However Jalan Gatot Subroto was also not free from congestion problems , precisely in front of the Market Kampung Lalang often congested, especially in the morning .

From the background and the problems above , the importance of the purpose of the study , which determine the level of road service market to be operating during and after the operation (not to be operating), and other factors affecting the level of service at Gatot Subroto street markets Kampung Lalang .

The results of the study can be seen operating activities before the market began to occur at 05.00 pm and the side barriers at 07.00 AM in the morning on Gatot Subroto Street, F ( > 1.0 ), which means a state of bad roads, low speed , traffic volume over greater than the capacity of the existing road, the vehicle that takes a lot of road shoulders , long queues and there are huge obstacles because the volume per capacity or V / C ratio of 1.08 so that the flow of traffic to be blocked. Congestion that occurs prior to when the market is operating due to the intensity of the public on the use of the road where the market activities of street vendors by leveraging the road so that the low-speed side obstacles and interference . The intensity of daily activities merupaka also trigger congestion that occurs as the movement destination shopping trips , go to the office , school , and just pass this way . In the time after the market operates at 17.00-18.00 pm in the afternoon , Gatot Subroto Street known to be at level of service C ( = 0.80 ) , which means that along the way of traffic flow is good and stable with the slowdown can still accepted .

Congestion condition that occurs due to market activity began to occur again , like shopping and come home from work , but the intensity of the movement activity is not as dense morning activity . And other factors caused by the attractive influence traffic ( level of service ) in the form of an increase in market activity time during the hours of peak/busy (peak hours); problems of parking spaces and public transport including the accumulation of activity in land use .

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional dipandang sebagai daerah yang kotor, sumber kemacetan lalu lintas dan tempat berasalnya para pelaku kriminal. Sejalan dengan bukti nyata peran pasar tradisional ini pada beberapa krisis ekonomi di Indonesia.

Pasar tradisional ternyata mempunyai kapasitas yang kuat untuk bertahan pada situasi ekonomi makro yang tidak menentu, dan tidak terpuruk seperti aktivitas ekonomi formal atau aktivitas ekonomi yang berskala besar. Pasar telah berfungsi sebagai jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian masyarakat. Pada sisi yang lain pasar menyediakan kebutuhan sehari hari dalam jumlah, jenis dan harga yang beragam sehingga sesuai dengan keadaan keuangan yang tidak menentu dari masyarakat pada saat krisis. Beberapa pasar menyediakan komoditas dan layanan yang menjadi bagian identitas kota atau wilayahnya.

(21)

Lalang sering mengalami kemacetan terutama pada pagi hari. Hampir setiap hari kemacetan terjadi di Jalan Gatot Subroto terutama pada pagi hari. Di mana pada pagi hari Jalan Gatot Subroto yang seharusnya memiliki 4 lajur menjadi hanya 3 lajur akibat adanya aktivitas pasar yang menggunakan ruas jalan sebagai tempat berjualan. Akibat penyempitan lajur tersebut tingkat pelayanan jalan semakin menurun dan tidak nyaman. Kemacetan lalu lintas yang terjadi sudah sangat mengganggu aktivitas penduduk. Aktivitas pasar sebelum beroperasi 05.00 Wib mulai terjadi hambatan samping dan beroperasi pukul 07.00 Wib di pagi hari pada ruas Jalan Gatot Subroto menunjukan ruas jalan yang macet, kecepatan rendah, volume kendaraan lebih besar dari kapasitas jalan yang ada, kendaraan banyak yang mengambil bahu jalan, antrian panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar sehingga arus lalu lintas menjadi terhambat.

(22)

sekolah, dan sekedar melewati jalan ini. Pada waktu sesudah beroperasi pasar 17.00-19.00 di sore hari , ruas Jalan Gatot Subroto aliran lalu lintas masih baik dan stabil dengan perlambatan yang masih dapat diterima.

Kondisi kemacetan yang terjadi disebabkan aktivitas pasar mulai terjadi lagi seperti berbelanja dan pulang kerja, tetapi intensitas pergerakan kegiatan tidak sepadat aktivitas pagi hari dan faktor-faktor lain yang ditimbulkan oleh pengaruh tarikan lalu lintas berupa peningkatan aktivitas pasar pada jam-jam puncak/sibuk (peak hours); permasalahan ruang parkir dan angkutan umum termasuk akumulasi aktivitas kegiatan tata guna lahan.

Akumulasi permasalahan lalu lintas diatas ditambah lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat pelayanan jalan pada jalan-jalan yang berdampingan dengan pasar yang menimbulkan ketidaknyaman dan terjadi hambatan-hambatan besar dikarenakan meningkatnya volume lalu lintas dan aktivitas pasar yang meningkat pada jam–jam sibuk (peak hour) dimana aktivitas pergerakan orang dan kenderaan yang melewati jalan tersebut serta pedagang yang memakai badan jalan untuk berjualan dan kenderaan angkutan umum yang berhenti tidak pada tempat yang telah disediakan serta adanya terminal liar yang masih memakai badan jalan untuk mencari penumpang.

1.2 Perumusan Masalah

(23)

perdagangan di Kecamatan Medan Sunggal. Hal ini menjadikan kawasan Jalan Gatot Subroto menjadi daerah tarikan perjalanan bagi pergerakan dari daerah sekitar.

Untuk mengetahui pengaruh aktivitas pasar tersebut, diperlukan penelitian tentang hubungan peningkatan aktivitas pasar berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah bagaimana tingkat pelayanan Jalan Gatot Subroto, khususnya yang berbatasan langsung dengan Pasar Kampung Lalang pada saat pasar beroperasi dan tidak beroperasi.

1.3 Tujuan Studi

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah aktivitas pasar sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan di Jalan Gatot Subroto yang berdampingan dengan Pasar Kampung Lalang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor lain apa yang mempengaruhi tingkat pelayanan jalan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan studi, maka manfaat studi ini sebagai berikut:

(24)

menambah wawasan dan sebagai acuan dalam menganalisa pengaruh aktivitas pasar di Kampung Lalang.

2. Secara khusus penelitian ini akan melakukan identifikasi pengaruh aktivitas pasar.

3. Dapat dijadikan referensi ilmiah terutama bagi pengelola/pengusaha dalam rangka menyusun program mengatasi kemacetan lalu lintas yang terjadi di kawasan pasar Kampung Lalang Kota Medan.

1.5 Ruang Lingkup 1.5.1 Ruang lingkup wilayah

Adapun yang menjadi wilayah penelitian adalah Pasar Kampung Lalang yang berada di Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

1.5.2 Ruang lingkup substansial

Ruang lingkup substansial atau materi yang akan dikaji pada studi ini dibatasi pada pembahasan mengenai kajian yang berkaitan dengan pengaruh dan aktivitas pasar yang mempunyai dampak lanjutan terhadap tingkat pelayanan jalan yang terbentuk.

1.6 Kerangka Pemikiran

(25)

penyelesaian. Adapun pada tahap persiapan akan dibahas mengenai latar belakang dan pemantapan metodologi, pada tahap pengumpulan dan pengolahan data akan dilakukan kegiatan survey untuk mengumpulkan data primer dan sekunder kemudian dilakukan tahap analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk mengetahui scenario penanganan yang sesuai serta terakhir adalah tahap penyelesian untuk menarik kesimpulan dan saran, seperti Gambar 1.1.

TAHAP PENYELESAIAN TAHAP ANALISIS TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA TAHAP PERSIAPAN

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Data Primer

 Survei (survei primer yaitu traffic couting (TC) kendaraan)

 Geometri Jalan Gatot Subroto segmen pasar Kp. Lalang

 Luas Lahan Pasar Kp. Lalang

 Tata Guna Lahan

Data Sekunder  Literatur Terkait Studi

 Peraturan Terkait

Bangkitan & Tarikan Pasar Kp. Lalang

 Analisis Kapasitas Jalan

 Derajat Kejenuhan

 Tingkat Pelanyanan

SKENARIO

KESIMPULAN DAN SARAN

LATAR BELAKANG - Kondisi Eksisting Pasar Kp.Lalang,

- Tingkat Pelanyanan Jalan Gatot Subroto Segmen Pasar Kp.Lalang

PEMANTAPAN METODOLOGI - Metodologi Analisis

- Metodologi Survey

(26)

1.7 Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan dan proses penyusunan tesis ini, disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka berisikan mengenai tinjauan teori kepustakaan dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek aktifitas pasar, dan kondisi lalu lintas terhadap tingkat pelayanan jalan.

Bab III Metode Penelitian membahas mengenai tahap-tahap dalam pengerjaan penelitian ini yang meliputi waktu dan lokasi studi, metode-metode penelitian yang dipergunakan untuk melakukan analisis-analisis permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam penelitian.

Bab IV Gambaran Umum Wilayah Studi membahas mengenai gambaran umum wilayah studi, yaitu meliputi aspek fisik dasar, aspek sosial kependudukan, aspek guna lahan perdagangan (pasar), dan aspek jaringan jalan dan transportasi.

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pasar 2.1.1 Pengertian pasar

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar adalah tempat yang ditetapkan Pemerintah Daerah sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi eceran dan pasar perkulakan/grosir. Pengertian pasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los/counter, dan lemprakan yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah dan koperasi dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dengan proses jual beli melalui tawar menawar.

(29)

Bangunan pasar adalah semua bangunan didalam pasar dengan bentuk apapun juga. Kios adalah bagian dari bangunan yang satu sama lain dibatasi dengan dinding serta dapat ditutup. Los adalah bagian dari bangunan pasar yang merupakan bangunan beratap, baik dengan penyekat maupun tidak, yang digunakan untuk menjajakan barang-barang dagangan.

2.1.2 Tipe dan ciri-ciri pasar

Menurut Vagale (1972) dalam Rizon PU (1977), pasar memiliki karakter yang berbeda berdasarkan:

1. Skala Transaksi (the scale of transaction)

a. Skala Kota, adalah pasar yang ruang lingkup transaksinya meliputi wilayah kota.

b. Skala Wilayah, adalah pasar yang ruang lingkup transaksinya meliputi beberapa lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut dan barang yang diperdagangkan lebih lengkap dari pada pasar lingkungan. c. Skala Lingkungan, adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya

meliputi satu lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut dan jenis barang yang diperdagangkan terutama kebutuhan sehari-hari. 2. Tipe Komoditas (type of comodity)

(30)

a. Sistem Pengelolaannya (administration) 1. Kelompok (dikelola bersama-sama). 2. Individu (pedagang eceran).

b. Periodesasi (perodicity) 1. Siklus musiman 2. Siklus non musiman

c. Waktu Operasi (nature of growth)

1. Pasar siang hari. Yang dimaksud dengan pasar siang adalah pasar yang kegiatannya antara pukul 05.00 s.d. 18.00 WIB.

2. Pasar malam hari. Yang dimaksud dengan pasar malam hari adalah pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s.d. 05.00 WIB.

3. Pasar siang malam. Yang dimaksud dengan pasar siang malam adalah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.

d. Kepemilikan Tanah dan Bangunan (ownership of land and building) Kepemilikan tanah dan bangunan adalah Pemerintah, sedangkan pedagang selaku pengguna dengan sistem sewa (membayar retribusi). Klasifikasi Pasar berdasarkan sifat kegiatan dan jenis dagangan sebagaimana terdiri dari:

(31)

2. Pasar grosir adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah besar misalnya: per kwintal, per ton, per bal, per groos, per lusin dan lain-lain.

3. Pasar induk adalah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, tempat pelelangan, tempat penyimpanan, tempat penyaluran barang kebutuhan sehari-hari antara lain:

a. Pasar induk sayur mayur dan buah-buahan. b. pasar induk beras.

4. Yang dimaksud dengan Pasar Khusus adalah pasar yang memperjual belikan jenis barang tertentu, antara lain: suku cadang, alat-alat teknik, ikan, ayam, kue-kue, burung.

Sedangkan menurut David Dewar dan Vanessa Watson (1990), pengelompokkan tipe pasar terdapat 5 (lima) tipologi, yaitu:

1. Besar kecilnya barang yang diperjual belikan, skala besar atau kecil (the nature of suply).

2. Fungsi pasar dengan komoditas campuran atau komoditas tertentu (function).

3. Bentuk linier dan nucleated market (form).

4. Waktu operasi yaitu temporal atau permanen (time operation).

(32)

Ciri yang paling mudah diamati dari pasar menunjukkan tempat yang digunakan bagi kegiatan yang bersifat indegenous market trade sebagaimana telah dipraktekkan sejak lama. Pasar sendiri sebenarnya sangat beragam jenisnya dan pertumbuhannya memerlukan waktu yang cukup lama.

Masing-masing pasar memantapkan peran, fungsi serta bentuknya sendiri-sendiri. Bila berfungsi sebagai pasar pengecer di satu wilayah, maka pasar yang lain berkembang menjadi pasar pengumpul dan atau menjadi pasar grosir.

2.1.3 Tata letak (lokasi) bangunan pasar

Lokasi sebuah pasar adalah merupakan faktor yang paling penting dan berpengaruh tehadap keberhasilan pasar tersebut (David Dewar dan Vanessa Watson, 1990). Pada skala kota ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut, yaitu:

1. Lokasi Pergerakan Populasi (Location of population movement)

Pasar sangat peka pada sirkulasi dan konsentrasi dari pejalan kaki dan lalu lintas, disebut berhasil karena dekat dengan pergerakan orang banyak. Dengan demikian, biasanya pasar yang berada di pusat kota merupakan pasar yang sangat besar perkembangannya. Hal ini sangat wajar, karena pada lokasi pasar tersebut, banyak orang berkumpul dan mudah dicapai serta pasar tersebut menyediakan barang kebutuhan sehari-hari.

(33)

Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan lokasi pasar pada skala kota harus dekat dengan kiriman persediaan (is sitting of mayor sourcess of supply) sumber-sumber utama barang yang diperjual belikan serta memiliki akses mudah dikunjungi.

3. Lokasi Pembeli (Location of consumers)

Faktor ketiga yang mempengaruhi keputusan dalam menentukan lokasi perencanaan sebuah pasar adalah kemudahan untuk melayani kebutuhan konsumen-konsumen kota. Bahwa lokasi pasar seharusnya mudah dijangkau oleh konsumen pasar, baik yang berpenghasilan tinggi (higher income) maupun yang berpenghasilan rendah (lower income). Untuk yang berpenghasilan rendah menggunakan jasa angkutan umum ataupun pejalan kaki, sehingga harus dipertimbangkan titik-titik tempat transit kendaraan umum (halte, sub terminal), juga harus memiliki areal parkir yang cukup untuk pengunjung dengan kendaraan pribadi (roda 4 dan roda 2), selain taxi stand dan mungkin juga diperlukan tempat parkir transit untuk becak, ojek dan sebagainya.

2.1.4 Tata ruang pasar

(34)

sifat-sifat barang tersebut. Barang-barang yang mempunyai karakter hampir sama seperti buah-buahan dan sayur-sayuran ditempatkan pada tempat yang berdekatan dengan daging, ikan, telur dan sebagainya.

Menurut D. Dewar dan Vanessa W, penempatan barang-barang yang memiliki karakter sejenis ini dengan alasan, sebagai berikut:

1. Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk mengoptimalkan penjualannya, seperti butuh pencahayaan.

2. Setiap barang mempunyai efek samping yang berlainan, seperti bau dan pandangan.

3. Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat bongkarnya, drainase, pencucian dan sebagainya.

4. Para konsumen/pembeli dengan mudah dapat memilih dan membandingkan harganya.

(35)

akan berpengaruh pada sering atau tidaknya los/kios yang dikunjungi atau dilewati oleh pengunjung, sehingga di dalam pasar sering dijumpai tempat yang tidak/kurang dikunjungi (dead spots).

Menurut Nelson (1958) karakter pilihan lokasi usaha dari aspek konsumen (pembeli) agar transaksi perdagangan merupakan hasil pilihan pembeli terhadap faktor-faktor daya tarik dan penghambat dari fasilitas perdagangan yang ada, antara lain:

1. Ketersediaan barang dagangan.

2. Keuntungan harga unit retail, standard, harga kompetitif, dampak promosi, penjualan khusus.

3. Kenyamanan tempat penjualan.

4. Kemudahan: transportasi umum (biaya, waktu frekwensi), transportasi pribadi (parkir, aksesibilitas, kondisi lalu lintas, jarak parkir).

Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam merencanakan los perdagangan, menyangkut tanggapan konsumen, menurut Nelson (1958), yaitu:

1. Konsumen cenderung mengunjungi pusat perdagangan yang dominan. 2. Konsumen tidak akan melewati suatu pusat perdagangan untuk

menujupusat perdagangan lain yang mempunyai fasilitas yang sama. 3. Konsumen akan mengunjungi pusat perdagangan terdekat dengan fasilitas

yang sama.

(36)

2.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

Bangkitan dan tarikan pergerakan penduduk kota pada saat ini kecenderungannya semakin meningkat. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya kenaikan jumlah pergerakan tersebut adalah adanya peningkatan intensitas aktivitas pada suatu kota, pada hal ini ditunjukan melalui peningkatan perkembangan guna lahan yang terjadi seperti guna lahan permukiman, guna perdagangan dan jasa dan guna lahan lainnya. Adanya peningkatan jumlah pergerakan tersebut tentunya jika jumlahnya semakin besar kecenderungannya bisa menimbulkan permasalahan terutama yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia saat ini karena adanya over supply pada kota tersebut sehingga terjadi tundaan, kemacetan dan sebagainya.

Kota-kota besar yang mengalami permasalahan ini tentunya banyak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti meningkatnya jumlah populasi suatu kota, dan tingginya laju urbanisasi yang akhirnya meningkatnya perkembangan tata guna lahan perkotaan. Namun seperti dikatakan dalam Tamin, (2000), bahwa timbulnya permasalahan transportasi tersebut ada bebarapa kecenderungan yang perlu diketahui, yang akan sangat mempengaruhi transportasi perkotaan, seperti berikut:

(37)

Semakin jauh dan semakin lama seseorang membebani jaringan jalan, semakin tinggi pula kontribusinya terhadap kemacetan.

2. Semakin banyak wanita bekerja: tidak dapat disangkal lagi, kebutuhan keluarga pada masa sekarang tidak hanya bisa ditunjang oleh suami saja. Perlu ada tambahan lain, dan ini menyebabkan istri juga harus bekerja, yang berakibat semakin banyaknya pergerakan yang dilakukan oleh keluarga.

3. Semakin banyak pelajar dan mahasiswa: kecenderungan persaingan yang semakin ketat di masa mendatang menyebabkan pendidikan berkelanjutan seperti kursus, pelatihan, pendidikan bergelar paruh waktu menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang telah bekerja. Kecenderungan ini menyebabkan terjadi pergerakan tambahan ke pusat kota tempat biasanya pusat pendidikan berlokasi.

4. Semakin banyak wisatawan: tingginya tekanan yang dirasakan oleh setiap orang yang tinggal di daerah perkotaan menyebabkan rekreasi menjadi suatu kebutuhan utama. Sudah tentu hal ini pun menyebabkan semakin banyaknya pergerakan.

(38)

dan tidak pasti (Pangarso, 2000). Adanya peningkatan lahan ini memacu terhadap perkembangan guna lahan yang terjadi dan ini tidak hanya terjadi di dalam kota saja tapi juga ke kawasan pingggiran. Perkembangan guna lahan perkotaan inilah yang akhirnya memacu peningkatan arus pergerakan manusia, kendaraan maupun barang, yang mengakibatkan adanya pergerakan dari kawasan permukiman ke non permukiman yang disebut dengan bangkitan dan sebaliknya dari guna lahan non permukiman ke guna lahan permukiman yang disebut dengan tarikan pergerakan.

2.3 Teori Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat Pelayanan Jalan (level of Service) umumnya digunakan sebagai ukuran dari pengaruh yang membatasi akibat peningkatan volume lalu lintas. Setiap ruas jalan dapat digolongkan pada tingkat tertentu, yaitu antara A sampai F yang mencerminkan kondisinya pada kebutuhan atau volume pelayanan tertentu.

Tingkat pelayanan digunakan untuk mengukur kualitas perjalanan, ditunjukan dengan rasio perbandingan antara volume dengan kapasitas (V/C). Agar suatu jalan dapat memberikan pelayanan yang memadai, maka volume pelayanan harus lebih kecil dari kapasitas jalan itu sendiri atau V/C-nya lebih kecil dari satu (V/C<1).

(39)
[image:39.612.180.461.123.325.2]

Gambar 2.1 Tingkat Pelayanan Jalan Sumber: Tamin, 1993, dalam Merliana 2006

Faktor-faktor yang termasuk sebagai pengukur tingkat pelayanan antara lain:

1.

Kecepatan perjalanan.

2.

Hambatan atau halangan sekeliling.

3.

Keleluasaan bergerak (volume).

4.

Keamanan dan kenyamanan pengemudi.

5.

Biaya jalan dari kendaraan (operating cost).

Untuk mengukur semua faktor diatas secara kuantitas adalah tidak mungkin, oleh karena itu dua faktor yang dipakai untuk mengukur tingkat pelayanan jalan dalam penulisan ini ialah kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume dengan kapasitas (V/C).

(40)

volume dengan kapasitas dianggap dapat mewakili beberapa karakteristik tingkat pelayanan yang dapat dikuantifisir.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya kapasitas adalah: 1. Tingkat Pelayanan A (V/C 0,00-0,20)

Kondisi arus beban dengan laju, kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan.

2. Tingkat Pelayanan B (0,21-0,40)

Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh lalu lintas, pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. 3. Tingkat Pelayanan C (0,44-0,74)

Arus stabil, akan tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. 4. Tingkat Pelayanan D (0,75-0,84)

Arus mendekati keadaan tidak stabil, kecepatan rendah. 5. Tingkat Pelayanan E (0,85-1,00)

Volume lalu lintas mendekati atau berada pada kapasitas, arus tidak stabil, kecepatan terkadang terhenti.

6. Tingkat Pelayanan F (V/C > 1,00)

(41)

2.4 Manajemen Transportasi dan Upaya Penanggulangan

Identifikasi penyebab kemacetan lalu lintas setiap ruas jalan, dilakukan pendekatan teori hubungan Kerangka dasar Transportasi, dikemukakan oleh Menheim. Dalam teori tersebut disebutkan dalam menganalisis sistem transportasi pada dasarnya ditentukan oleh 3 (tiga) peubah dasar yaitu: Sistem transportasi (T), sistem aktivitas penduduk (A), dan pola arus lalu-lintas (F).

Pada dasarnya untuk mencari penyebab kemacetan lalu lintas tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan berikut:

a. Melakukan tinjauan terhadap terjadinya pergerakan pada setiap ruas jalan koridor, yang meliputi tinjauan terhadap lalu lintas menerus, regional, lokal.

b. Melakukan tinjauan terhadap pola bangkitan dan tarikan pergerakan yang terjadi di wilayah studi, sehingga dapat diketahui tingkat interaksi antar daerah disekiar koridor.

c. Melakukan tinjauan terhadap terjadinya gangguan lalu lintas yang terjadi pada setiap ruas jalan dan pengaruhnya terhadap keadaan transportasi secara keseluruhan pada ruas jalan tersebut.

2.4.1 Pengertian manajemen lalu lintas

(42)

penunjangnya baik pada saat sekarang maupun yang akan direncanakan (Hobbs, 1995 dalam Setiawan, 1994).

Manajemen lalu lintas berhubungan dengan arus lalu lintas itu sendiri beserta pengontrolannya dalam upaya memaksimumkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan, tanpa merusak kualitas lingkungan sehingga sumberdaya yang digunakan dapat secara efisien dan terpadu (Morlok, 1991).

Menurut FD Hobbs (1995) tujuan manajemen lalu lintas adalah:

1. Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan tingkat aksesibilitas yang tentunya dengan memikirkan keseimbangan akan permintaan pergerakan dengan sarana penunjang yang tersedia.

2. Meningkatkan dan memperbaiki tingkat keselamatan sebaik mungkin. 3. Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan dimana arus

lalu lintas tersebut berada.

4. Mempromosikan penggunaan energi secara efisien ataupun penggunaan energi lain yang dampak negatifnya lebih kecil dari energi lain.

(43)

Oleh karena itu dengan kondisi arus lalu lintas pada saat sekarang, sasaran dari manajemen lalu lintas adalah:

1. Mengatur dan menyederhanakan arus lalu lintas, terutama dengan memisahkan berdasarkan tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan gangguan demi lancarnya arus lalu lintas.

2. Mengurangi tingkat kemacetan dengan menaikan kapasitas adalah mengurangi volume lalu lintas dari suatu jalan atau simpang.

Dalam menentukan strategi untuk mengatasi ruas-ruas jalan dengan keadaan yang sangat buruk, perlu dianalisa terlebih dahulu penyebab kemacetannya. Salah satu penyebabnya yaitu karena volume lalu lintas melebihi kapasitas yang ada, solusinya yaitu dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume lalu lintas. Cara menaikkan kapasitas adalah dengan mengurangi penyebab gangguan, misalnya dengan memindahkan tempat parkir yang ada disisi jalan, mengontrol pejalan kaki atau dengan mengalihkan lalu lintas ke rute lainnya, atau mungkin dengan cara pengaturan yang lain seperti misalnya membuat jalan satu arah.

(44)
[image:44.612.140.507.220.487.2]

Menurut Morlok (1991), terdapat 3 (tiga) strategi manajemen lalu lintas secara umum yang dapat dikombinasikan sebagai bagian dari rencana manajemen lalu lintas. Untuk lebih jelasnya mengenai strategi manajemen lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Strategi Manajemen Lalu Lintas

STRATEGI TEKNIK

Manajemen Kapasitas 1. Perbaikan Persimpangan 2. Manajemen Ruas Jalan

a. Pemisahan tipe kendaraan

b. Kontrol on street parking (tempat dan waktu)

c. Pelebaran jalan 3. Area Traffic Control

a. Batasan tempat membelok b. Sistem jalan satu arah c. Koordinasi lampu lalu lintas Manajemen (Demand

Restraint)

1. kebijaksanaan parkir

2. Penutupan jalan

3. Kontrol pengembangan tataguna lahan 4. Batasan fisik

Manajemen Prioritas 1. Prioritas persimpangan

2. Jalur khusus kendaraan pribadi 3. Jalur khusus bus

Sumber: Morlok, 1991

Penanganan masalah mengacu kepada kriteria evaluasi yang meliputi derajat kejenuhan (V/C ratio) setiap ruas jalan yang selanjutnya akan menentukan jenis penanganan untuk ruas jalan dalam daerah pengaruh.

Menurut Tamin (2000), Jenis penanganan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(45)

kelengkapan marka dan rambu jalan yang memadai sehingga ruas jalan dapat dimanfaatkan secara optimal daik dari segi kapasitas maupun keamanan lalu-lintas yang meliputi sistem satu arah, parkir, pengaturan lokasi rambu berbalik arah, kaki lima, dan belok. Jenis penanganan ini dilakukan bila derajat kejenuhan berada antara 0,6-0,8.

2. Peningkatan Ruas Jalan, mencakup perubahan fisik ruas jalan berupa pelebaran atau penambahan lajur sehingga kapasitas ruas jalan dapat ditingkatkan secara berarti. Dilakukan apabila derajat kejenuhan sudah lebih besar dari 0,80.

3. Pembangunan Jalan Baru, merupakan alternatif terakhir. Jenis penanganan ini dilakukan bila pelebaran jalan dan penambahan lajur sudah tidak mungkin, terutama karena keterbatasan lahan.

2.3.2 Teori pejalan kaki

Pejalan kaki merupakan bagian penting dalam sistem transportasi dan perlu pengaturan/manajemen tersendiri. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, sehingga secara tidak langsung mereka akan memperlambat arus lalu lintas.

(46)

kaki, juga dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas jalan, sehingga jalan tersebut tidak dapat berfungsi secara maksimal.

Pada beberapa keadaan lalu lintas yang cukup padat, maka diperlukan prasarana bagi pejalan. Adapun keadaan yang dimaksud seperti keadaan berikut ini:

1. Daerah perkotaan yang secara umum memilki jumlah penduduk yang cukup tinggi.

2. Jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap.

3. Daerah-daerah yang memiliki aktifitas kontinyu yang tinggi, seperti jalan pasar dan jalan perkotaan.

4. Lokasi yang mempunyai kebutuhan transport yang tinggi dengan periode yang pendek.

5. Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, seperti lapangan, gelanggang olahraga dan mesjid.

Fungsi fasilitas pejalan kaki:

1. Pejalan kaki untuk memberikan kesempatan bagi lalu lintas orang, sehingga dapat berpapasan pada masing-masing arah atau menyalip dengan rasa aman dan nyaman.

2. Lalu lintas, untuk menghindari bercampurnya atau terjadinya konflik abtara para pejalan kaki dengan kendaraan.

(47)

kendaraan sehingga diperlukan penanganan dalam manajemen fasilitas lalu lintas. Oleh karena itu perlu ketersediaan yang memadai berupa trotoar, zebra cross, jembatan penyebrangan, terowongan penyebrangan.

2.3.3 Studi volume lalu lintas dan kapasitas ruas Jalan

Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), (Dep. PU, 1997) disebutkan bahwa jumlah kendaraan merupakan nilai arus lalu lintas yang menggambarkan komposisi arus lalu lintas yang menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp).

Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe-tipe kendaraan.

Adapun tipe-tipe kendaraan tersebut dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) adalah:

1. Light Vehicle (LV) adalah kendaraan ringan (1,00), yaitu mobil penumpang (sedan, jeep, wagon, angkutan perkotaan, bemo, minibus, pick up, mikro truck dan mobil abudemen).

2. High Vehicle (HV) adalah kendaraan berat (1,20), yaitu truk, truk 2 as, truk 3 as, mobil tangki, bus dan trailer.

3. Motor Cycle (MC) adalah sepeda motor (0,25) dan skuter.

(48)

Dalam menentukan kapasitas jalan digunakan volume lalu lintas pada jam puncak. Sedangkan pengertian kapasitas jalan adalah arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah dan komposisi lalu lintas, faktor lingkungan dalam smp/jam.

Secara matematis, kapasitas ruas jalan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(smp/jam)...(2.1)

Keterangan:

C = kapasitas ruas; Co = kapasitas dasar; FCw = faktor lebar efektif; FCsp = faktor pemisah arah; FCsf = faktor gangguan samping; FCcs = faktor ukuran kota.

Karakteristik utama jalan akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika dibebani lalu lintas. Karakteristik tersebut antara lain:

1. Geometri

Geometri meliputi faktor penyesuaian dimensi geometri jalan terhadap geometri standar jalan kota. Faktor tersebut adalah:

a. Tipe Jalan: Berbagai tipe jalan akan menunjukan kinerja berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu, misal jalan terbagi/tak terbagi, jalan satu arah.

b. Lebar jalur lalu lintas: Kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan pertambahan lebar jalur lalu lintas.

FCcs FCsf

FCsp FCw

Co

(49)

c. Kerb sebagai pembatas antara jalur lalu lintas dan trotoar berpengaruh terhadap dampak hambatan samping pada kecepatan dan kapasitas. Selanjutnya lapasitas berkurang jika terhadap penghalang tetap dekat tepi jalur lalu lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kerb atau bahu. d. Bahu: jalan perkotaan tanpa kerb pada umumnya mempunyai bahu pada

kedua sisi jalur lalu lintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu, berupa penambahan kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu akibat pertambahan lebar bahu, terutama karena pengurangan hambatan samping yang disebabkan kejadian disisi jalan seperti kendaraan angkutan untuk berhenti, pejalan kaki, dsb.

e. Median: Direncanakan dengan baik uuntuk meningkatkan kapasitas. f. Alinyemen jalan: Lengkung horizontal dengan jari-jari kecil mengurangi

kecepatan arus bebas.

2. Komposisi Arus dan Pemisah Jalan

(50)

3. Pengaturan Lalu Lintas

Aturan lalu lintas lainnya yang berpengaruh pada kinerja lalu lintas adalah pembatasan parkir dan berhenti sepanjang sisi jalan, pembatas akses tipe kendaraan tertentu, pembatasan akses dari lahan samping jalan dan sebagainya.

4. Aktivitas Samping Jalan

Banyaknya aktivitas samping jalan di Indonesia sering menimbulkan konflik, kadang-kadang besar pengaruhnya terhadap arus lalu lintas. Hambatan samping yang terutama berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan adalah pejalan kaki, angkutan umum, kendaraan berhenti, kendaraan lambat, kendaraan masuk dan keluar dari lahan samping jalan. 5. Perilaku Pengemudi dan Populasi Kendaraan

Untuk jalan tak terbagi analisis dilakukan pada kedua arah lalu lintas. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.

2.3.4 Studi parkir

(51)

terdapat pusat bisnis (CBD), pusat perbelanjaan masyarakat dan regional, parkkir industri, pelabuhan udara atau stadion biasanya merupakan daerah dimana masalah parkir yang luas terdapat.

Parkir dapat dilakukan di badan jalan (on street) maupun diluar badan jalan (off street). Pada kondisi tertentu, parkir di badan jalan sebaiknya dilarang bagi kendaraan pribadi yang akan parkir lama karena dapat menurunkan kapasitas jalan, meningkatkan kemacetan dan perlambatan. Jadi dalam hal ini perlu dipertimbangkan adanya keseimbangan antara kebutuhan akan kelancaran lalu lintas dengan kebutuhan akan tempat parkir.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan parkir adalah menetapkan kesepakatan antara jumlah lokasi yang akan digunakan untuk parkir dan lokasi untuk bergerak kendaraan menyediakan tempat parkir untuk kendaraan short term parking dan long term parking, merancang ruang parkir dan daerah pendekatannya sehingga lalu lintas di jalan tidak terganggu oleh keluar masuknya kendaraan, menjamin bahwa daerah bisnis di sepanjang jalan dapat ditingkatkan dengan membuat lokasi parkir yang baik.

(52)
[image:52.612.117.526.139.348.2]

Tabel 2.2 Penurunan Kapasitas Jalan Akibat Kegiatan Parkir di Badan Jalan

Lebar

Perkerasan

Arah Lalu

Lintas

Sisi Jalan

Untuk Parkir Sudut Parkir

Penurunan

Kapasitas

9 m 2 2 00 32%

16 m 1 2 00 31-36%

16 m 2 2 900 82-83%

22 m 1 1 00 6%

22 m 1 1 900 22%

22 m 1 2 450 54%

22 m 2 2 00 79%

26 m 1 1 00 14%

26 m 1 1 450 29%

Sumber: Poernomosidhi 1984, dalam Merliana 2006

Masalah parkir lebih disebut sebagai ukuran peningkatan kota. Secara historik, pengeluaran untuk fasilitas parkir belum seimbang dengan fasilitas untuk jalan raya. Kekurangan keseimbangan investasi ini dapat disaksikan setiap hari, yaitu tersendatnya lalu lintas akibat kendaraan yang diparkir dipusat-pusat kota besar setiap hari.

Kekurangan kontrol penggunaan lahan sepanjang jalan yang membatasi fasilitas lalu lintas utama sesuadahnya mengakibatkan masalah arus lalu lintas di jalan.

Pilihan yang dibatasi diperoleh dalam ”CBD” yang ada, tetapi kesempatan besar ada

(53)

Oleh karena itu pengaturan parkir di sisi atau pinggir jalan ini diperlukan agar ruas jalan dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pergerakan lalu lintas. Ada beberapa cara yang mana dengan cara ini tempat parkir disediakan. Cara-cara itu adalah sebagai berikut:

a. Fasilitas di jalan dan pinggir jalan, meliputi parkir di pinggir jalan (trotoar) yang tak dibatasi, parkir di pinggir jalan yang dibatasi.

b. Fasilitas parkir di luar jalan, meliputi bidang-bidang permukaan, dan garasi.

Tipe-tipe yang dipergunakan untuk fasilitas pemarkiran dapat dibedakan menjadi:

a. Pemarkiran dengan sudut 90 derajat

Penataan ini menggunakan tempat yang paling efisien, mobil dapat menggunakan satu jalur dalam arah dan jarak-jarak jalan dikurangi. Hal ini mengijinkan penggunaan jalur bagian depan, yang karena itu mengurangi tersia-sianya tempat.

b. Pemarkiran dengan sudut yang lain

(54)

dan efisien. Jalan masuk dan keluar harus ditentukan dengan tujuan mengurangi konflik-konflik penting dalam bidang pemarkiran, dan antara lalu lintas bidang serta menentukan trafik-trafik jalan. Daerah-daerah pemarkiran harus dilokalisir atas sub sistem jalan lokal dan harus dihindari di jalan-jalan arteri, yang fungsi utamanya adalah untuk menggerakan lalu lintas dan bukan untuk memberikan pelayanan penggunaan lahan.

Kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan baik kendaraan pribadi, angkutan penumpang umum, sepeda motor maupun truk adalah sangat penting, kebutuhan tersebut sangat berbeda dan bervariasi tergantung dari bentuk dan karakteristik masing-masing kendaraan didesain dan lokasi parkir.

Jenis penentuan peruntukan kebutuhan ruang parkir pada suatu pusat kegiatan dapat dikelompokkan:

a. Untuk kegiatan parkir tetap

Pusat perdagangan, pusat perkantoran, pusat perdagangan eceran/pasar swalayan, pasar, sekolah, tempat rekreasi, hotel serta rumah sakit.

b. Untuk kegiatan parkir yang bersifat sementara

(55)

Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Ruang Parkir Yang Bersifat Tetap di Pusat Perdagangan

Pusat Perdagangan

Luas Area Total

(100m2) 10 20 50 100 500 1000 1500 2000

Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1140 1502

Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Tabel 2.4 Standar Kebutuhan Ruang Parkir Yang Bersifat Tetap di Pasar

Pasar

Luas area Total

(100m2) 40 50 75 100 200 300 400 500 1000

Kebutuhan (SRP) 160 185 240 300 520 750 970 1200 2300

Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Untuk dapat lebih jelas mengenai penentuan Satuan Ruang Parkir menurut jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Penentuan Satuan Ruang Parkir (Srp)

No. Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (SRP) dalam m2

1.

a. Mobil penumpang gol I

b. Mobil penumpang gol II

c. Mobil penumpang gol III

2,30 x 5,00

2,50 x 5,00

3,00 x 5,00

2. Bus/truk 3,40 x 12,50

3. Sepeda motor 0,75 x 2,00

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

Keterangan:

Mobil penumpang gol I: Mobil peruntukan tamu/pengunjung pusat kegiatan

(56)

Mobil penumpang gol II: Mobil pengunjung tempat olahraga, pusat hiburan, rekreasi,

hotel, rumah sakit dan bioskop.

Mobil penumpang gol III: Mobil peruntukan bagi orang cacat.

[image:56.612.137.505.265.395.2]

Mengenai dimensi Satuan Ruang Parkir untuk bus/truk dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Dimensi Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk

Ukuran

Bus/Truk Dimensi

Kecil

B = 170 O = 80 R = 30

A1 = 10 L = 470 A2 = 20

Bp = 300 = B+O+R Lp = 500 = L+A1+A2

Sedang

B = 200 A1 = 20 Bp = 320 = B + O + R O = 80

R = 40

L = 800 A2 = 20

Lp = 500 = L + A1 + A2

Besar

B = 250 O = 80 R = 50

A1 = 30 L = 1200 A2 = 20

Bp = 380 = B + O + R Lp = 1250 = L + A1 + A2

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

[image:56.612.225.421.549.667.2]

Untuk kendaraan bus/truk dapat dibagi kedalam tiga jenis berdasarkan ukuran kendaraan, yaitu kecil, sedang dan besar. Satuan Ruang Parkir untuk bus/truk dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(57)
[image:57.612.116.521.263.674.2]

Penentuan sudut parkir pada umumnya ditentukan oleh lebar jalan, volume lalu lintas kendaran, dimensi kendaraan, dan sifat peruntukan lahan sekitarnya. Sudut parkir akan berpengaruh terhadap daya tampung kendaraan parkir sehingga ruang yang tersedia akan terasa lebih efektif. Untuk lebih jelasnya untuk lebar minimum jalan untuk parkir dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan untuk kebutuhan ruang parkir dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Tabel 2.7 Lebar Minimum Jalan Untuk Parkir

Kriteria Parkir Lebar Jalan Efektif L (meter) Lebar Total Jalan W (meter) Sudut Parkir (no)

Lebar Ruang Parkir A (meter) Ruang Parkir Efektif D (meter) Ruang Manuver M (meter) D+M J (meter)

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,5 5,3

30 2,5 4,5 2,9 7,4 2,5 7,4

45 2,5 5,1 3,7 8,8 2,5 8,8

60 2,5 5,3

4,6 9,9 2,5 9,9

90 2,5 5,0 5,8 10,8 2,5 10,8

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

Keterangan:

Gambar 2.3 Kebutuhan Ruang Parkir A = Lebar ruang parkir (m)

D = Ruang parkir efektif (m)

M = Ruang manuver (m)

J = Lebar pengurangan ruang manuver (m)

W = Lebar total jalan (m)

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian menurut Nazir (1988) merupakan satu kesatuan system dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang akan digunakan dalam penelitian. Memperhatikan latar belakang permasalahan, maka kajian permasalahan yang dianggap mampu memberikan penjelasan terhadap hasil penelitian dalam tesis ini adalah metode deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005:234). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku

dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam penelitian deskriptif, peneliti dapat membandingkan dengan fenomena-fenomena atau kajian teori (kepustakaan) tertentu sehingga merupakan studi komparatif.

(59)

pendekatan yang menyeluruh, sehingga cakupan dan kedalaman dalam penelitian kualitatif sangat diutamakan karena menyangkut fenomena perilaku masyarakat (Lexy Moleong, 1994).

Menurut Muhadjir, 1996 bahwa konstruksi teori dibangun dari konseptualisasi teoritik sebagai hasil pemaknaan empirik dalam arti sensual, logik maupun etik. Kebermaknaan teoritik perlu diikuti dengan kebermaknaan empirik. Upaya untuk menjangkau kebermaknaan empirik dapat dikerjakan dengan mengembangkan konseptualisasi tentang populasi dan sampel secara tetap. Pada landasan empirik penelitian kualitatif dengan pendekatan rasionalistik dimana sampel dipilih secara purposive dan digunakan untuk mencari pengungkapan makna dan esensinya.

Informasi yang dapat bukan hanya berupa angka numerik saja, namun dalam memperkaya data dan lebih memahami fenomena penelitian, terdapat informasi kualitatif. Sebagai contoh yaitu perhitungan lalu lintas harian rata-rata, kapasitas jalan dan tingkat pelayanan jalan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel pada dasarnya adalah segala sesuati yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai

(60)
[image:60.612.114.526.203.344.2]

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah aktifitas pasar, tingkat pelayanan jalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Sasaran Variabel Sub Variabel Indikator

1 Mengetahui pengaruh aktifitas pasar terhadap tingkat pelayanan jalan

Aktifitas Pasar Waktu Pasar Waktu pasar beroperasi dan tidak beroperasi

Tingkat Pelayanan Jalan

Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas pada saat beroperasi dan tidak beroperasi Kapasitas

Jalan

Co, FCW, FCSP, FCSF, FCCS

2 Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan Factor eksternal

Pedagang Kaki Lima Parkir

Pejalan Kaki

Sumber: Hasil Analisa, 2014

3.3 Populasi/Sampel

Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian dari penelitian (Walpole, 1993). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Pasar Kampung Lalang baik penghuni maupun bukan.

(61)

„sangat sensitif‟ sehingga sulit untuk mendapatkan ukuran-ukuran goodness of fit yang baik.

Hair dkk dalam Ferdinand (2005) menyarankan bahwa ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap parameter. Dengan demikian bila estimated parameternya berjumlah 20 maka, jumlah sampel minimum adalah 100.

Lebih lanjut Ferdinand (2005) memberikan pedoman dalam menentukan ukuran sampel sebagai berikut:

1. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah indikator yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah indikator yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5–10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah antara 100–200.

4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2500, teknik estimasi ADF (Asymptotically Distribution Free Estimation) dapat digunakan.

Berdasarkan pada pedoman diatas maka penentuan sampel yang akan dipakai pada penelitian ini adalah 100 dengan kelompok responden yang disampling adalah:

1. Pedagang sebanyak 20 orang.

2. Pembeli sebanyak 20 orang.

(62)

4. Orang-orang yang melintasi di sekitar Pasar Kampung Lalang sebanyak

20 orang.

5. Pedagang Kaki Lima sebanyak 20 orang.

Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 100 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk tahap analisis berikutnya.

1. Pengumpulan Data Primer

Data ini diperoleh langsung dari subyek penelitian (responden) yang berupa jawaban dari berbagai daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diajukan kepada pedagang dan pengunjung pada kawasan studi, serta didukung wawancara untuk melengkapi kebutuhan data dan informasi. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data terdiri atas:

(63)
(64)

aktivitas di pasar dan disekitar Pasar Kampung Lalang Kota Medan.

b. Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

Gambar

Gambar 2.1 Tingkat Pelayanan Jalan Sumber: Tamin, 1993,  dalam Merliana 2006
Tabel 2.1 Strategi Manajemen Lalu Lintas
Tabel 2.2 Penurunan Kapasitas Jalan Akibat Kegiatan Parkir  di Badan Jalan
Tabel 2.6 Dimensi Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan berjudul “ Analisis Pengaruh Aktivitas di Pasar Tugu Bandar Lampung Terhadap Kinerja Lalu Lintas di Jalan Hayam Wuruk Bandar Lampung ” adalah

kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan.. ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi

arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi,1. kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan

Untuk mengetahui nilai bangkitan dan tarikan lalu lintas saat kegiatan operasional Pengembangan Hotel Sheraton, maka penting untuk diketahui jumlah volume lalu lintas yang

Bangkitan lalu lintas yang terjadi merupakan besarnya arus lalu lintas baik berupa pergerakan manusia, kendaraan maupun barang yang masuk maupun keluar pada guna lahan komersial

Berdasarkan dari hasil skoring di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan, pengaruh aktivitas Pasar Gede terhadap karakteristik lalu lintas di sekitarnya ternyata fluktuatif

Perhitungan untuk kelas hambatan samping kondisi penataan on-street parking pada volume lalu-lintas puncak tertinggi dari tiga hari pengamatan yaitu terjadi pada

Analisis ini menjadi tahap untuk dasar asumsi kondisi eksisting dengan tanpa adanya dampak arus lalu lintas yang ditimbulkan aktivitas pedagang kaki lima dengan cara mengurangi jumlah