• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum Lingkungan Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Kasus Amdal di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penegakan Hukum Lingkungan Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Kasus Amdal di Indonesia"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM KASUS AMDAL DI INDONESIA (Analisis Kasus Perusahaan X)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh:

Nama : Mochamad Ichwan Syahdiniafi NIM: 109048000022

KONSENTRASI STUDI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)
(3)
(4)
(5)

Lingkungan Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Kasus Amdal Di Indonesia. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tntang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Tujuan dari skripsi ini untuk mengetahui kedudukan Amdal Sebagai pedoman sebuah dokumen yang seharusnya dibuat terlebih dahulu sebelum ada proses dari pra konstruksi hingga produksi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan mengacu kepada Undang-Undang No, 32 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Amdal, Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan, Pendekatan Kasus dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001, dan UU No. 32 Tahun 2009.

Berdasarkan Penelitian Permasalahan yang terjadi pada Hukum Lingkungan sangat Kompleks saling berkaitan antara Aparatur Pemerintahan, Pengembang, dan Masyarakat itu sendiri. Dan ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan dan peranan amdal dalam penegakan hukum lingkungan, untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di PT. Jaya Power Steel, untuk mengetahui cara menyelesaikan kasus pelanggaran AMDAL. Hasil yang telah penulis lakukan selama proses pembuatan skripsi ini adalah bahwa PT. Jaya Power Steel telah melakukan pelanggaran-pelanggaran baik dalam Pra Konstruksi, Konstruksi, dan Operasi.

Kata Kunci : Amdal, PT. Jaya Power Steel, Masyarakat Desa Saga Pembimbing : 1. Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum

(6)

مسب

ه

نمحرلا

ميحرلا

Rasa syukur yang amat sangat mendalam, penulis serahkan jiwa dan raga ini kepada Allah SWT.atas segala rahmat dan kuasa-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, para sahabat serta para pengikutnya yang telah menyebarluaskan warisan kenabian dan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Pada dasarnya, penulisan skripsi ini merupakan suatu respon atas semakin maraknya perusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Tentu ulah yang dimaksud ialah pembangunan-pembangunan yang semakin marak dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan-pembangunan itu telah membahayakan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu harus dilakukan usaha-usaha yang dapat mengatur segala gerakan pembangunan itu agar pembangunan tetap dilakukan tanpa merusak lingkungan, atau kalau memang kerusakan itu tidak dapat dihindari, setidaknya dampaknya bisa diminimalisir demi tetap berlangsungnya hidup.

Tentunya, proses penulisan skripsi ini melibatkan banyak kalangan, untuk itu saya merasa perlu menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama peulis sampaikan kepada:

(7)

Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu mendukung dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi penulis.

3. Bapak Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum (Dosen Pembimbing 1) dan Bapak Amrizal Siagian S. Hum. Msi., (Dosen Pembimbing 2) yang telah membimbing saya mulai dari awal Bab I hingga Akhir Bab V.

4. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal masuk hingga bisa menyelesaikan skripsi ini dan Staf-staf/Karyawan yang membantu proses administrasi penulis.

5. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu memberikan pinjaman referensi kepada penulis.

6. Kedua orang tua penulis Ayahanda Sayuti dan Ibu Eti Suparniawati, yang tak henti-hentinya memberikan do’a demi lancarnya studi dan penulisan skripsi ini. Juga kepada Adik-adiku, Achmad Rizqi Adhairobby, Nurfadilah Ramadhani yang selalu mendukung serta mengingatkan penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi.

(8)

8. Teman seperjuangan Naufal, Ilham, Yusup, Saleh, Riko, Radi, Topik, Jery dan teman-teman yang lain yang tak bisa disebutkan semua. Terimakasih telah memberikan semangat.

9. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Ciputat, 29 Juli 2016

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdalulu ... 9

E. Kerangka Konseptual ... 10

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP ... 19

A. Hukum Lingkungan Hidup ... 19

B.. Hukum Lingkungan Hidup Berbasis Lingkungan Indonesia ... 21

C. Pengembangan Sistem Pembangunan Dalam Lingkungan Hidup ... 26

(10)

BAB III TINJAUAN TENTANG KASUS-KASUS AMDAL DI

INDONESIA DAN PENEGAKAN HUKUM

LINGKUNGAN... 32

A. Tentang AMDAL ... 32

B. Kasus-Kasus AMDAL Di Indonesia ... 37

C. Kasus Amdal Di Perusahaan X ... 41

BAB IV PENEGAKAN HUKUM AMDAL DI INDONESIA ... 47

A. Penegakan Hukum Lingkungan dalam Kasus AMDAL ... ... 47

B. Penyelesaian Terhadap Kasus AMDAL Di Perusahaan X ... ... 54

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

(11)

A.Latar Belakang Masalah

Terjadinya berbagai masalah lingkungan dan berkurangnya persediaan sumber daya alam telah menyadarkan manusia betapa pentingnya lingkungan dan sumber daya alam terhadap keberlangsungan hidup seluruh isi alam semesta termasuk hidup umat manusia. Sebagaimana lingkungan, bahwa ia mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan kehidupan kepada umat manusia. Ketika terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan manusia dan lingkungan, akan terjadi kesulitan-kesulitan yang luar biasa bagi umat manusia dalam mempertahankan hidupnya. Hal itu akan terjadi ketika ledakan jumlah manusia dan kebutuhnya melebihi persediaan sumber daya alam. Oleh karena itu pertumbuhan jumlah penduduk bumi mutlak harus dikendalikan dan aktivitas manusianya pun harus memperhatikan kelestarian lingkungan.1

Adapun pelestarian lingkungan hidup dapat kita artikan sebagai pemeliharaan terhadap lingkungan hidup sebagaimana keadaannya, namun ironisnya, lingkungan hidup itu justru dimanfaatkan dalam kerangka pembangunan. Hal ini berarti bahwa lingkungan hidup mengalami proses perubahan. Agar perubahan-perubahan itu tidak menimbulkan dampak yang begitu negatif terhadap kehidupan manusia, proses perubahan ini perlu dijaga agar lingkungan hidup itu tetap mampu menunjang kehidupan yang normal.2

1

Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001 (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 7.

2

(12)

Tampaknya tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan jika kita bandingkan antara kondisi alam dan lingkungan sekarang dan beberapa tahun yang lalu, katakan saja 10 tahun yang lalu. Pada saat itu, kondisi lingkungan jauh lebih baik daripada keadaan lingkungan saat ini, karena memang sudah terjadi perusakan-perusakan yang telah dilakukan manusia, akan tetapi sekarang sawah-sawah tempat tanam padi dimusnahkan diganti dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Pohon-pohon di hutan tempat penyerapan dan sumber perbaikan oksigen banyak yang sudah ditebang untuk pembangunan pabrik dan lain sebagainya. Di sinilah lingkungan telah mengalami perubahan yang cukup signifikam.

Di sisi lain, pembangunan-pembangunan itu telah membawa kemajuan yang besar terhadap kehidupan manusia. Tampaknya manusia saat ini sedang mengalami dilema. Di satu sisi manusia dituntut zaman untuk mempercepat pembangunan agar tidak ketinggalan, di sisi lain juga harus menjaga stabilitas lingkungan hidup agar tidak menjadi malapetaka terhadapnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami hal tersebut. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan di sini merupakan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya3, di mana peningkatan manfaat itu dapat dicapai dengan menggunakan lebih banyak sumberdaya.

Hakikat pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti

3

(13)

bahwa pembangunan meliputi: pertama: kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan, perumahan dan lain-lain. Kedua: kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat dan lain-lain. Ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial.4

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan yang membawa kemajuan yang luar biasa itu menimbulkan perubahan-perubahan pada lingkungan. Pada kenyataannya perubahan pada lingkungan telah melahirkan dampak negatif, misalkan pembangunan di sektor perumahan. Dengan menjamurnya pembangunan yang berdiri di atas lahan-lahan pertanian yang masih produktif membuahkan sempitnya areal-areal pertanian, sehingga petani tergerak untuk membuka atau menggarap lahan marginal seperti tanah di tepi sungai, di bukit dan di gunung, dan pembukaan lahan baru di kawasan hutan lindung yang dapat berakibat terjadinya erosi tanah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.5 Masih banyak kasus-kasus lain yang juga beradampak negatif terhadap lingkungan.

Terlihat dari beberapa kejadian, pembangunan fisik seperti pembangunan pabrik, mall, perumahan, jalan raya dan lain sebagainnya, yang tidak didukung oleh usaha kelestarian lingkungan akan mempercepat proses kerusakan alam.6 Sebagian besar kerusakan alam tersebut diakibatkan oleh kegiatan dan perilaku manusia yang tidak memperhatikan lingkungan. Dalam satu sisi terlihat semangat Pembangunan, tapi pada sisi lain terlihat

4

R. M Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan, h. 189. 5

Arindra CK, Melindungi Lingkungan Selamatkan Pembangunan. Dikutip dari situs www. Pikiran-rakyat.com/cetak/06-4/05/index.htm, terakhir dikunjungi 24 Agustus 2006.

6

(14)

pelanggaran-pelanggaran lingkungan utamanya pelanggaran pada konsep pembangunan itu sendiri.

Dalam kasus pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pengembang dalam membangun usaha seperti pembangunan kompleks industri, gudang dan lainnya, penulis mengambil contoh kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PT Jaya Power Steel dalam pembangunan kompleks industri dan pergudangan di Desa Sentul Jaya, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang. Pembangunan tersebut dibangun di atas tanah dengan luas 182.000 m2. Kompleks industry dan pergudangan yang direncanakan akan dibangun terdiri dari kompleks industry dan pergudangan sebanyak 261 unit bangunan. Total tanah yang digunakan untuk bangunan adalah seluas 180.631 m2 dan sisa tanah yang tidak dibangun ialah 1.369 m2. Pembangunan tersebut tentu berdampak terhadap lingkungan. Pembangunan tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap lingkungan. Berdasarkan apa yang diamati oleh penulis, pembangunan komplek industri dan pergudangan tersebut telah melakukan beberapa pelanggaran Amdal yang tentu berakibat terhadap kelestarian lingkungan.

(15)

dalam menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana untuk pembangunan yang berkesinambungan demi meningkatkan mutu hidup.7

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.8

Manusia mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, sehingga ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Ketergantungan manusia terhadap alam tidak hanya dikaitkan dengan kebutuhan pangan dan mineral saja, justru hal tersebut saling tergantung dan berinteraksi dalam bidang materi dan non-materi, meskipun demikian manusia di manapun juga selalu memperoleh predikat yang demikian pahit yaitu selalu dianggap sebagai agen perusak (Agent of Destruction).9

Dalam hubungan antara manusia dan lingkungan, hendaknya terjadi take and give. Itu artinya, tiap manusia mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Di samping itu ia juga harus berkewajiban untuk memelihara lingkungan hidup, termasuk mencegah dan menanggulangi perusakan lingkungan hidup. Hak dan kewajiban ini dapat terlaksana dengan baik kalau subjek pendukung hak dan kewajiban berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Hal tersebut berarti pula bahwa hak dan kewajiban itu dapat terlaksana dengan baik kalau subjek pendukung hak dan

7

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya

(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 50. 8

Eggi Sudjana dan Riyanto, Penegakan Hukum Lingkungan dalam Perspektif Etika Bisnis Di Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1999), h. xi.

9

(16)

kewajiban itu mempunyai hak akses terhadap data dan informasi mengenai keadaan dan kondisi lingkungan hidup.10

Hukum lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan agar lingkungan dan sumberdaya alam tidak terganggu kesinambungan dan daya dukungnya. Di samping itu hukum lingkungan berfungsi sebagai sarana penindakan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang merusak atau mencemari lingkungan hidup dan sumber daya alam.11

Eksistensi hukum harus dipandang dari dua dimensi. Disatu pihak hukum harus dilihat sebagai suatu bidang atau lapangan yang memerlukan pembangunan dan pembinaan, di sini hukum berfungsi sebagai objek pembangunan. Di pihak lain, dimensi hukum sebagai sarana penunjang terlanjutkannya pembangunan. Hukum harus mampu berperan sebagai sarana pengaman pelaksanaan pembangunan beserta hasil-hasilnya. Tegasnya, hukum lingkungan harus mampu berperan sebagai sarana pengaman bagi terlanjutkannya pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan sudah sepatutnya dipikirkan lebih lanjut oleh bangsa ini. Salah satu kunci pembangunan berwawasan lingkungan adalah yang sering kita dengar, yaitu Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Amdal mengajak manusia untuk memperhitungkan resiko dari aktifitasnya terhadap lingkungan. Penyusunan Amdal didasarkan pada pemahaman bagaimana alam ini tersusun, berhubungan dan berfungsi. Hal yang

10

Niniek Suparni, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), h. 111.

11

Harun M.Husein, Lingkungan Hidup Masalah, Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya

(17)

perlu diperhatikan juga adalah interaksi antara kekuatan- kekuatan sosial, teknologi dan ekonomis dengan lingkungan dan sumber daya alam. Pemahaman ini memungkinkan adanya prediksi tentang konsekuensi tentang pembangunan.

Tema Amdal merupakan suatu kajian yang sangat menarik, karena hal itu menyangkut keberlangsungan hidup seluruh umat manusia. Tema ini harus terus-menerus dikaji untuk mendapatkan hasil penelitian yang cukup baik demi keberlangungan hidup bersama. Oleh karena itu, penulis akan menjadikannya sebagai suatu tema penelitian skripsi dengan judul “Penegakan Hukum Amdal dalam Pembangunan Hukum Lingkungan Di Indonesia Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Analisa Kasus Perusahaan X)”.

B.Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis memfokuskan pembatasan masalah skripsi ini pada kajian tentang seluk-beluk penegakan Hukum Amdal dengan hukum lingkungan dan pelanggaran Amdal dalam kasus PT Jaya Power Steel di Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang dalam kompleks industri dan perumahan Altari Nusa Indah. PT Jaya Power Steel ini selanjutkan akan disebut dengan istilah PT X.

2. Rumusan Masalah

(18)

a. Bagaimana PT X menerapkan Hukum Amdal dalam pengelolaan industri nya?

b. Apa dampak negatif bagi masyarakat yang berbatasan langsung dengan PT X?

c. Bagaimana Hukum Lingkungan menyelesaikan perusahaan yang melanggar Hukum Amdal ?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kedudukan dan peranan Amdal dalam penegakan hukum lingkungan.

b. Untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di PT X. c. Untuk mengetahui cara menyelesaikan kasus pelanggaran Hukum

Amdal.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan secara akademis dan dapat menjadi literatur di bidang hukum lingkungan.

b. Manfaat secara praktis

(19)

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, penelitian yang ada kaitannya dengan Amdal hanya terdapat satu penelitian itu pun tidak terkait dengan lingkungan yang penulis teliti. Penelitian yang di maksud tersebut yaitu:

Untuk penelitian di luar UIN Syarif Hidayatullah penulis juga menemukan penelitian tentang Amdal. Di antaranya ialah skripsi yang ditulis pada tahun 2009 oleh Eri Triana Sari, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Semarang. Sedangkan judul skripsinya ialah Tanggung Jawab Konsultan dalam Pembuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Akibat Hukumnya. Yang dibahas dalam skripsi ini ialah tentang pelaksanaan tanggung jawab Konsultan dalam menyusun Amdal, dan konsekuensi pelaksanaan tanggung jawab Konsultan terkait penyusunan analisis tersebut? Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan tanggung jawab Konsultan yang membidangi penyusunan dokumen Amdal, menganalisis konsekuensi pelaksanaan tanggung jawab Konsultan dalam pembuatan analisis Amdal.

(20)

negara-negara Asia Tenggara. Judulnya hampir sama dengan skripsi yang ditulis pada karya tulis ilmiah ini, akan tetapi jelas antara tesis dan skripsi yang penulis tulis tersebut mempunyai banyak perbedaan. Kalau tesis tersebut tidak mengambil contoh yang detail tentang suatu keadaan. Penulis skripsi ini mengangkat kasus yang lebih detail beserta analisisnya. Kasus yang diambil oleh penulis skripsi ialah kasus yang ada di Tangerang.

Berdasarkan pengamatan oleh penulis, bahwa jurnal yang ada kaitannya dengan Amdal adalah Telaah Studi Amdal pada tahap Prakonstruksi Pabrik Peleburan Timah PT LABA-LABA MULTINDO Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kemudian penulis juga memberikan contoh yang terkait dengan Amdal adalah yang berjudul Amdal dalam Sistem Hukum Pertambangan oleh M. Daud Silalahi Universitas Padjajaran 2010

E.Kerangka Konseptual

Pada dasarnya penjagaan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terdiri dari:

a. Hukum Amdal

Didalam Hukum Amdal terdapat Point-point yang sangat penting teridir dari:

(21)

Tentu dalam perumusan Amdal terdapat pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadapnya. Pihak yang berkepentingan terhadapnya terdapat tiga pihak, di antaranya yaitu12 : Pemrakarsa, Aparatur Pemerintah, Masyarakat.

2. Prinsip-prinsip Amdal

Dalam peraturan penerapan Amdal tercermin beberapa prinsip yang dianut, yaitu sebagai berikut: 13

b. Pembangunan Hukum Lingkungan

Saat ini kita menghadapi berbagai tuntutan, di satu sisi percepatan pembangunan harus terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara-negara maju. Di sisi lain pembangunan itu mengakibatkan sumberdaya bumi harus dikembangkan semaksimal mungkin. Tentu hal tersebut akan menimbulkan permasalahan-permasalah lingkungan. Oleh karena itu, optimalisasi sumberdaya alam harus digunakan sebijak mungkin.14

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah, masing-masing sebagai subsistem yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung lingkungan yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan yang didasarkan pada

12

Niniek Suparni, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), h. 100-107.

13

Padmo Wahyono, Pejabat Sebagai Calon Tergugat dalam Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta: C.V Sri Rahayu, 1989), h. 176.

14

(22)

keadaan daya dukung lingkungan akan meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem yang juga berarti meningkatkan ketahanan subsistem.15

c. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan dilakukan oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang dengan maksud untuk menyejahterakan warganya. Sedangkan yang menjadi keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras untuk melanjutkan pola pembangunan konvensional, terutama di negara berkembang disebabkan oleh pertambahan penduduk yang semakin banyak dan keinginan mengatasi kemiskinan yang cukup parah.16

Selanjutnya setelah Penulis lihat, bahwa Pengelolaan Lingkungan ada empat Prinsip-prinsip yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-materi 2. Pemeliharaan lingkungan

3. Keadilan sosial

4. Penentuan nasib sendiri

Telepas dari hal tersebut, Penulis melihat bahwa masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia masih kurang terlaksana semana mesti yg terkandung dalam Hukum nya itu sendiri.17

15

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya

(Jakarta: Bumi Aksara,1992), h. 48. 16

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan, h. 123

17

(23)

Pada dasarnya Penjagaan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup telah diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terdiri dari:

a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan

oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

c. bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

d. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguhsungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan;

(24)

f. bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem, perlu dilakukan pembaruan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sedangkan dari sudut pandang Amdal, untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut diantaranya digunakan kriteria mengenai:

1. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan

2. Luas wilayah penyebaran dampak

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak 5. Sifat kumulatif dampak

6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

(25)

Komisi penilai Amdal adalah komisi yang bertugas menilai dokumen Amdal. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementrian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda atau instansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses Amdal berdasarkan; kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat yang berkepentingan dalam proses Amdal dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

F. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

(26)

bermaksud untuk menguji teori, tetapi merupakan kegiatan menganalisis dan mengklasifikasikan atau mensistematisasi bahan-bahan hukum.

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjawab permasalahan penelitian, penulis memerlukan bahan hukum melalui studi kepustakaan untuk mencari konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat, ataupun penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok-pokok masalah. Dalam penulisan ini data yang penulis perlukan adalah data Primer dan Sekunder dan Tersier yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer,

yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah penelitian ialah Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan yang disusun sebagai pelaksanaan ketentuan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Bahan hukum sekunder,

yaitu data yang diperoleh melalui bahan pustaka maupun dari dokumen berupa bahan hukum.18 Data ini penulis peroleh dari:

Berbagai buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Berbagai artikel, jurnal dan majalah yang memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang dibahas.

18

(27)

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum dan ensiklopedi.

4. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperlukan sudah tertulis atau diolah orang lain namun ada pembeda dengan sebelumnya, yaitu nama dan alamat Perusahaan.. Dalam mendapatkan data ini penulis akan melakukan studi kepustakaan baik itu melalui literatur yang penulis miliki sendiri maupun dari literatur yang telah tersedia di perpustakaan. Selain itu penulis juga akan melakukan studi terhadap dokumen-dokumen berupa undang-undang dan lainnya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Kemudian menghubungkan antara data primer, data sekunder dan data non-hukum, kemudian diantara bahan-bahan hukum yang dikumpulkan, melanjutan editing dengan maksud agar kelengkapan dan validitas data dan informasi terjamin.19

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap pengumpulan data di berbagai teks secara berkesinambungan, diawali dengan proses pembacaan secara menyeluruh.

Kemudian peneliti dalam menganalisasi berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan dan menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.

19

(28)

5. Tekhnik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan skripsi yang disusun oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini, bab I berisi tentang pendahuluan. Dalam pendahuluan terdapat beberapa sub seperti latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, metode penelitian, tinjauan pustaka, tujuan dan sistematika pembahasan.

Adapun bab selanjutnya ialah bab II yang berisi teori tentang pembangunan dan lingkungan hidup. Di sini penulis membahas tentang teori pembangunan dan dan lingkungan hidup secara sistematis.

Bab III membahas mengenai Amdal dan penegakan hukum. Dalam bab ini penulis membahas tentang teori Amdal dan penegakan hukum lingkungan. Pembahasannya meliputi pengertian dan yang berkaitan dengannya, dan juga memberikan contoh-contoh kasus dari pelanggaran Amdal yang berada daerah-daerah di Indonesia

Sedangkan bab sebelum terakhir ialah yaitu bab IV. Bab ini adalah bab yang membahas tentang hubungan Amdal dan penegakan hukum lingkungan di Indonesia. Di samping itu, juga dibahas tentang cara-cara penyelesaian terhadap kasus Amdal dan perusahaan Jaya Power Steel .

(29)

A.Hukum Lingkungan Hidup

Saat ini kita menghadapi berbagai tuntutan, disatu sisi percepatan pembangunan harus terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara-negara maju. Di sisi lain pembangunan itu mengakibatkan sumberdaya bumi harus dikembangkan semaksimal mungkin. Tentu hal tersebut akan menimbulkan permasalahan-permasalah lingkungan. Oleh karena itu, optimalisasi sumberdaya alam harus digunakan sebijak mungkin.1

Sumber daya alam, dalam pembangunan, merupakan komponen yang penting karena sumber alam ini memberikan kebutuhan asasi bagi kehidupan. Dalam penggunaan sumber alam tadi hendaknya tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Acapkali meningkatnya kebutuhan proyek pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang-kadang bisa membahayakan kehidupan umat.

Kerugian-kerugian dan perubahan-perubahan terhadap lingkungan perlu diperhitungkan, dengan keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. Tentu, tujuannya untuk melestarikan lingkungan.

Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan demikian, antara lain adalah kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang diketahui dan diperlukan; akibat-akibat dari pengambilan sumber

1

(30)

kekayaan alam termasuk kekayaan hayati dan habisnya deposito kekayaan alam tersebut.2 Bagaimana cara pengelolaannya, apakah secara tradisional atau memakai teknologi modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada lingkungan, terhadap memburuknya lingkungan serta menghentikan pengrusakan lingkungan dan menghitung biaya-biaya serta alternatif lainnya.

Apa yang telah disampaikan di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau pertanyaan yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek pembangunan. Sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang masih harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan konkrit yang harus dijawab. Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi, maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup.

Dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang dapat diperbaharui, hendaknya selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:3

1. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih penuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.

2. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di alam.

3. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya auto regenerasi dari sumber alam tersebut.

4. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.

2

www.artikelbagus.com. Artikel Lingkungan Hidup, 2013. 3

(31)

Selain itu, dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian sumber daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan:

1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup, dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.

2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan datang atau untuk selamanya.

3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya autoregenerasinya.

4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan, hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan hingga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial spiritual.

5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan tadi, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan.

Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien mungkin.

B.Hukum Lingkungan Hidup Berbasis Lingkungan Indonesia

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah, masing-masing sebagai subsistem yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung lingkungan yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan yang didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan akan meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem yang juga berarti meningkatkan ketahanan subsistem.4

Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan

4

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya

(32)

manusia. Namun Menurut Soedjono mengartikan lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam.5

Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Mengacu pada The World Commission on Environmental and Development menyatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah proses pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa sekarang tanpa mengesampingkan atau mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.6 Selanjutnya Holdren dan Erlich dalam Zul Endria (2003) menyebutkan tentang pembangunan berkelanjutan dengan terpeliharanya Total Natural Capital Stock pada tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sekarang.

Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga sistem: sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi, dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi keberlanjutan: ekologi-ekonomi-sosial. Konsep keberlanjutan tersebut menjadi semakin sulit dilaksanakan terutama di Negara berkembang.

Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh Zul Endria (2003), pembangunan berwawasan lingkungan memerlukan tatanan agar sumber daya alam dapat secara berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini dan

5

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan, h. 7. 6

(33)

mendatang, generasi demi generasi dan khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.7 Prinsip pembangunan berkelanjutan mencakup pemikiran aspek lingkungan hidup dan pada setiap tahapan pembangunan yang memperhitungkan daya dukung lingkungan dan pembangunan di bawah nilai ambang batas.

Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972, masalah-masalah lingkungan hidup mendapat perhatian secara luas dari berbagai bangsa. Sebelumnya, sekitar tahun 1950-an masalah-masalah lingkungan hidup hanya mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan. Sejak saat itu berbagai himbauan dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang adanya bahaya yang mengancam kehidupan, yang disebabkan oleh pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.8

Masalah lingkungan pada dasarnya timbul karena: 1. Dinamika penduduk

2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana. 3. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan dan teknologi

maju.

4. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya positif.

5. Benturan tata ruang.

Dengan adanya Stockholm Declaration, perkembangan hukum lingkungan memperoleh dorongan yang kuat. Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai tumbuhnya kesatuan pengertian dan bahasa diantara para ahli hukum dengan menggunakan Stockholm Declaration sebagai referensi bersama. Perkembangan baru dalam pengembangan kebijaksanaan lingkungan

7

Yonathan Pongtuluran, Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 23.

8

(34)

hidup didorong oleh hasil kerja World Commission on the Environment and Development (WCED).9

WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari enam sudut pandang, yaitu:10

1. Keterkaitan (interdependency)

Sifat perusakan yang kait mengkait (interdependent) diperlukan pendekatan lintas sektoral antar negara.

2. Berkelanjutan (sustainability)

Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya alam yang harus dilestarikan kemampuannya untuk menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu dikembangkan pula kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan.

3. Pemerataan (equity)

Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, untuk itu perlu diusahakan kesempatan merata untuk memperoleh sumber daya alam bagi pemenuhan kebutuhan pokok.

4. Sekuriti dan risiko lingkungan (security and environmental risk)

Cara-cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak negatif kepada lingkungan turut memperbesar risiko lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

5. Pendidikan dan komunikasi (education and communication)

Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan untuk ditingkatkan di berbagai tingkatan penduduk dan lapisan masyarakat. 6. Kerjasama internasional (international cooperation)

Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan pengembangan sektoral, sedangkan pertimbangan lingkungan kurang diperhitungkan. Karena itu perlu dikembangkan pula kerjasama yang lebih mampu menanggapi pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi dalam pembangunan

yang berwawasan lingkungan, maka dapat digunakan keenam segi penglihatan

tersebut di atas, masalah-masalah tersebut misalnya adalah sebagai berikut; (1)

perspektif kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi dan lingkungan; (2)

pengembangan energi berwawasan lingkungan, termasuk masalah CO2, polusi udara,

hujan asam, kayu bakar, dan konversi sumber energi yang bisa diperbaharui dan

lain-lain; (3) pengembangan industri berwawasan lingkungan, termasuk di dalamnya

9

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan, h. 1. 10

(35)

masalah pencemaran kimia, pengelolaan limbah dan daur ulang; (4) pengembangan

pertanian berwawasan lingkungan, termasuk erosi lahan, diversifikasi, hilangnya lahan

pertanian, terdesaknya “habitat wildlife”, (5) kehutanan, pertanian dan lingkungan,

termasuk hutan tropis dan diversitas biologi; (6) hubungan ekonomi internasional dan

lingkungan, termasuk di sini bantuan ekonomi, kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan

perdagangan, dan internasional externalities; dan (7) kerjasama internasional.11

Selanjutnya dalam World Summit on Sustainable Development (WSSD) yang

diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan tanggal 26 Agustus-4 September

2002 ditegaskan kembali kesepakatan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development) dengan menetapkan “The Johannesburg Declaration on

Sustainable Development” yang terdiri atas:12

a) From our Origins to the Future

b) From Stockholm to Rio de Janeiro to Johannesburg c) The Challenge we Face

d) Our Commitment to Sustainable Development e) Making it Happen!

Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit Sustainable

Development, Plan of Implementation yang mengedepankan integrasi tiga komponen

pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan

perlindungan lingkungan sebagai tiga pilar kekuatan. Pada Konferensi Nasional

Pembangunan Berkelanjutan yang dilaksanakan di Yogjakarta tanggal 21 Januari

2004, Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan

diterima oleh Presiden RI dan menjadi dasar semua pihak untuk melaksanakannya.13

11

R.M. Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), h. 35.

12

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Edisi ketiga, (Surabaya: Airlangga University Press, 2005), h 59.

13

(36)

Dalam kaitannya dengan hal di atas, menurut Emil Salim terdapat lima pokok ikhtiar yang perlu dikembangkan dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yaitu:14

1. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakikat lingkungan hidup adalah memuat hubungan saling kait mengkait dan hubungan saling membutuhkan antara satu sektor dengan sektor lainnya, antara satu negara dengan negara lain, bahkan antara generasi sekarang dengan generasi mendatang. Oleh karena itu diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas.

2. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam dalam menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus menerus meningkat perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan sumber alam secara bijaksana.

3. Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan.

4. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.

5. Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

C. Pengembangan Sistem Pembangunan dalam Lingkungan Hidup

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu standar yang tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga penting bagi kebijakan lingkungan sebaik mungkin.15 Adapun ciri-ciri pembanguan yang berkelanjutan meliputi:16

1. Menjaga kelangsungan hidup manusia dengan cara melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, secara langsung maupun tidak langsung.

2. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dalam arti memanfaatkan sumber daya alam sebanyak alam dan teknologi pengelolaan mampu menghasilkannya secara lestari.

3. Memberi kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya di daerah untuk berkembang bersama-sama baik dalam kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang berbeda secara berkelanjutan.

14

R.M. Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, h. 200. 15

Meinhard Schroder, Sustainable Development and Law, (TK: W.E.J Tjeenk Willink Zwolle, 1996), h. 12.

16

(37)

4. Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok sumber daya alam, melindungi serta mendukung kehidupan secara terus menerus.

5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan baik sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan telah dilakukan upaya-upaya memasukkan unsur lingkungan dalam memperhitungkan kelayakan suatu pembangunan. Unsur-unsur lingkungan yang menjadi satu paket dengan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan akan lebih menjamin kelestarian lingkungan hidup dan mempertahankan dan/atau memperbaiki daya dukung lingkungannya.17

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan bagian dari setiap kegiatan yang berkaitan, baik secara sektoral maupun regional. Kegiatan itu akan dilaksanakan melalui pembentukan suatu sistem tata laksana dan tata cara yang dapat memantapkan kerjasama antar berbagai lembaga. Salah satu lembaga yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterpaduan antar sektor dalam pembangunan yang berkelanjutan ini adalah prosedur Amdal yang merupakan sistem terpadu antar sektor yang membimbing dan menilai serta menyerasikan tindak lanjut dari hasil Amdal suatu kegiatan di lokasi tertentu.18

Penyelamatan dan pengelolaan lingkungan hidup serta proses pembangunan berkelanjutan pada umumnya merupakan suatu proses pembaruan yang memerlukan wawasan, sikap dan prilaku yang baru yang didukung oleh nilai-nilai dan kaidah-kaidah. Wawasan ini dapat diperkaya lagi

17

Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, h. 24. 18

(38)

dengan kearifan tradisional mengenai lingkungan hidup dan keserasian lingkungan hidup dengan kependudukan.19

Peran serta masyarakat dalam pembangunan amat penting pengaruhnya dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna pembangunan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Sumber daya alam menjadi milik bersama akan lebih terpelihara kelestariannya apabila seluruh masyarakat memahami dan memeliharanya.

D.Prinsip-prinsip Pengelolaan lingkungan Hidup

Pengelolaan dilakukan oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang dengan maksud untuk menyejahterakan warganya. Sedangkan yang menjadi keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras untuk melanjutkan pola pembangunan konvensional, terutama di negara berkembang disebabkan oleh pertambahan penduduk yang semakin banyak dan keinginan mengatasi kemiskinan yang cukup parah.20

Selanjutnya Sudharto P. Hadi mengemukakan empat prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu:21

1. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-materi.

Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena kemiskinan dipandang baik sebagai penyebab maupun hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan lingkungan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan penurunan kualitas hidup, karena masyarakat tidak lagi memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan aset untuk menopang kehidupan.

19

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan, h. 123. 20

Imam Supardi, Lingkungan Hidup & Kelestariannya (Bandung: Alumni, 2003), h.209. 21

(39)

Kebutuhan non-materi yang dicerminkan dalam suasana keterbukaan, bebas dari rasa tertekan, demokratis yang merupakan syarat penting bagi masyarakat untuk bisa mengambil bagian dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Keikutsertaan masyarakat akan mampu meningkatkan kualitas keputusan, karena sesungguhnya masyarakat adalah para pakar lokal dalam arti lebih memahami kondisi dan karakter lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka.adanya kesempatan menyampaikan pendapat akan menumbuhkan perasaan sebagai part of process.

2. Pemeliharaan lingkungan.

Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip penting yaitu prinsip konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia. Bahkan jika kerusakan sudah sedemikian parah akan mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).22 Oleh karena itu konservasi dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan. prinsip mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama, mengurangi konsumsi ditujukan pada negara maju sehubungan dengan pola konsumsi energi yang besar yang menyebabkan terjadinya polusi dan penurunan kualitas lingkungan. Kedua, perubahan pola konsumsi merupakan seruan yang ditujukan kepada siapa

22

(40)

saja (sebagai individu) baik di negara maju maupun di negara berkembang agar mengurangi beban bumi.

3. Keadilan sosial.

Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya pemerataan dalam prinsip pembangunan. Masa kini keadilan berdimensi luas termasuk di dalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah dan pusat. Keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi. Hal ini menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya keterbatasan (limitations) sumber daya alam yang harus diatur penggunaannya agar tidak mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang.

4. Penentuan nasib sendiri.

(41)

Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di atas, akan bisa terwujud jika didukung oleh pemerintahan yang baik (good governance). Dari uraian tentang prinsip-prinsip pembangunan berklanjutan di atas, nampak bahwa konsep ini menghendaki suatu transformasi dalam pola kehidupan dan kelembagaan.

(42)

DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

A. AMDAL

1. Pihak-Pihak yang Berkepentingan dengan Amdal

Tentu dalam perumusan Amdal terdapat pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadapnya. Pihak yang berkepentingan terhadapnya terdapat tiga pihak, di antaranya yaitu:1

a. Pemrakarsa

Pemrakara merupakan orang atau badan yang mengajukan yang bertanggung jawab atas suatu rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Dipandang dari sudut pemrakarsa, pada dasarnya perlu dibedakan antara proses pengambilan keputusan intern dan ekstern. Dalam proses pengambilan keputusan intern pemrakarsa menghadapi pertanyaan apakah dia akan memprakarsai suatu rencana kegiatan dan melaksanakannya.

Proses pengambilan keputusan ekstern dihadapi oleh pemrakarsa apabila rencana kegiatannya diajukan kepada instansi yang bertanggungjawab untuk memperoleh persetujuan. Dalam proses ini pemrakarsa harus menyadari mengenai rencana yang diajukan itu. Apabila instansi yang bertangggungjawab juga bertindak sebagai pemrakarsa, maka proses pengambilan keputusan tersebut harus dipisahkan secara intern organisasi instansi yang bersangkutan.

1

(43)

b. Aparatur Pemerintah

Aparatur pemerintah yang berkepentingan dengan Amdal dapat dibedakan antara instansi yang bertanggungjawab dan instansi yang terkait. Instansi yang bertanggungjawab merupakan instansi yang berwenang memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup dengan pengertian bahwa kewenangan di tingkat pusat berada pada kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan di tingkat daerah berada pada Gubernur (Pasal 1 angka 9 PP No. 27 Tahun 1999).

c. Masyarakat

Pelaksanaan suatu kegiatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan Bio-Geofisik dan lingkungan sosial. Dampak sosial yang ditimbulkan oleh pelaksanaan suatu kegiatan mempunyai arti semakin pentingnya peran serta masyarakat dalam kaitannya dengan kegiatan tersebut. Karena itu masyarakat sebagai subyek hak dan kewajiban perlu diikutsertakan dalam proses penilaian Amdal. Selain itu, diikutsertakannya masyarakat akan memperbesar kesediaan masyarakat memerima keputusan yang pada gilirannya akan memperkecil kemungkinan timbulnya sengketa lingkungan.

Keterbukaan dan peran serta masyarakat merupakan asas yang esensial dalam pengelolaan lingkungan yang baik (good environmental governance), terutama dalam prosedur administratif perizinan lingkungan sebagai instrumen pencegahan pencemaran lingkungan.2

2

(44)

Dalam hubungan ini OECD menekankan tentang fungsi peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan serta mengemukakan pula pemikiran mengenai akses terhadap informasi dan hakekat peranserta: “....Information is a prerequisite to effective public participation, and goverments have a responsibility not only to make information on environmental matters available to the public in a tonely and open manner, but also to ensure that citizens are able to provide constructive and timely feedback to goverment...”.3

Maksud dan tujuan dilaksanakannya ketertiban masyarakat dalam keterbukaan informasi dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah untuk:4

1. Melindungi kepentingan masyarakat

2. Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atau rencana usaha dan atau kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

3. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses Amdal dari rencana usaha dan atau kegiatan.

4. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak-hak semua pihak untuk mendaptkan informasi dan mewajibkan semua pihak untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui oleh pihak lain yang terpengaruh.

3

Siti Sundari Rangkuti, Keterbukaan dan Peran Serta Masyarakat, h. 59. 4

(45)

2. Prinsip-Prinsip dalam Penerapan Amdal

Dalam peraturan penerapan Amdal tercermin beberapa prinsip yang dianut, yaitu sebagai berikut:5

a. Suatu rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup dapat dilaksanakan setelah dipertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan hidup.

Dalam prinsip ini terkandung pengertian bahwa dampak lingkungan yang harus dipertimbangkan mencakup semua aspek lingkungan, baik biofisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya yang relevan dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Amdal merupakan instrumen pengambilan keputusan dan merupakan bagian dari proses perencanaan.

Sebagai instrumen pengambilan keputusan Amdal dapat memperluas wawasan pengambilan keputusan sehingga dapat diambil keputusan yang paling optimal dari berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan itu diambil berdasarkan pertimbangan kelayakan dari segi teknologi, ekonomi dan lingkungan.

c. Kriteria dan prosedur untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup harus secara jelas dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan. d. Prosedur Amdal harus mencakup tata cara penilaian yang tidak

memihak.

e. Amdal bersifat terbuka, kecuali yang menyangkut rahasia negara.

5

(46)

f. Keputusan tentang Amdal harus dilakukan secara tertulis dengan mengemukakan pertimbangan pengambilan keputusan.

g. Pelaksanaan rencana kegiatan yang Amdal -nya telah disetujui harus dipantau.

h. Penerapan Amdal dilaksanakan dalam rangka kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang dirumuskan secara jelas.

i. Untuk menerapkan Amdal diperlukan aparat yang memadai.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan diperuntukkan bagi perencanaan program dan proyek. Hal tersebut menjadikan Amdal itu sering pula disebut preaudit, baik menurut undang-undang maupun berdasarkan pertimbangan teknis. Amdal bukanlah alat untuk mengaji lingkungan setelah program atau proyek selesai dan operasional. Sebab setelah program atau proyek selesai lingkungan telah berubah, sehingga garis dasar seluruhnya atau sebagian telah terhapus dan tidak ada lagi acuan untuk mengukur dampak.6

Di dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan seharusnya dampak diberi batasan: perbedaan antara kondisi lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang diprakirakan akan ada dengan adanya pembangunan. Dengan batasan ini dampak yang disebabkan oleh aktivitas lain di luar pembangunan, baik alamiah maupun oleh manusia tidak ikut diperhitungkan dalam prakiraan dampak. Dampak meliputi baik dampak biofisik, maupun dampak sosial-ekonomi-budaya

6

(47)

dan kesehatan, serta tidak dilakukan analisis dampak sosial dan analisis dampak kesehatan lingkungan secara terpisah dari Amdal.7

B.Kasus-Kasus Amdal di Indonesia KASUS I

Pelaku usaha dan pemerintah daerah dinilai masih mengabaikan masalah lingkungan. Hal ini terlihat dari masih adanya kawasan industry PT. ABADI TEKSTIL di Semarang yang beroperasi tanpa terlebih dahulu memenuhi kewajiban studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Selain itu, sejumlah industri di Semarang juga masih banyak yang belum secara rutin, yaitu enam bulan sekali, menyampaikan laporan kepada Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Semarang. “Kalau sebuah kawasan

industri sudah beroperasi sebelum melakukan studi Amdal, Bapedalda (singkatan dari kata Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) tidak bisa berbuat apa-apa.”

Kami paling hanya bisa mengimbau, tapi tidak ada tindakan apa pun yang bisa kami lakukan. Terus terang, Bapedalda adalah instansi yang

mandul,” kata Mohammad Wahyudin, Kepala Sub -Bidang Amdal, Bapedalda

Semarang, Kamis (1/8), di Semarang. Wahyudin menceritakan, kawasan industri di Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, misalnya, sejak beroperasi dua tahun lalu hingga saat ini belum mempunyai Amdal.

7

(48)

Padahal, menurut Wahyudin, salah satu syarat agar sebuah kawasan industri bisa beroperasi ialah dipenuhinya kewajiban melaksanakan studi

Amdal. “Bapedalda berkali -kali menelpon pengelola kawasan industri tersebut, menanyakan kelengkapan dokumen Amdal mereka. Namun, sampai sekarang, jangankan memperoleh jawaban berupa kesiapan membuat studi Amdal, bertemu pemilik kawasan itu saja belum pernah,” ujarnya. Wahyudin menyayangkan sikap pihak berwenang yang tetap memberikan izin kepada suatu usaha industri atau kawasan industri untuk beroperasi walau belum menjalankan studi Amdal.

Menurut dia, hal ini merupakan bukti bahwa bukan saja pengusaha yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan, melainkan juga pemerintah daerah. Sikap tidak peduli terhadap masalah lingkungan juga ditunjukkan sejumlah pemilik usaha industri ataupun kawasan industri dengan tidak menyampaikan laporan rutin enam bulan sekali kepada Bapedalda. Wahyudin mengatakan, kawasan industri di Terboyo, misalnya, tidak pernah menyampaikan laporan perkembangan usahanya, terutama yang diperkirakan berdampak pada lingkungan, kepada Bapedalda.

(49)

lingkungan. Namun, selama ini, orang terlalu sering hanya menyoroti industry berskala besar. (Kompas Agustus)

KASUS II

Sebanyak 575 dari 719 perusahaan modal asing (PMA) dan perusahaan modal dalam negeri (PMDN) di Pulau Batam tak mengantungi analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) seperti yang digariskan. Dari 274 industri penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), hanya 54 perusahaan yang melakukan pengelolaan pembuangan limbahnya secara baik. Sisanya membuang limbahnya ke laut lepas atau dialirkan ke sejumlah danau penghasil air bersih. “Tragisnya, jumlah limbah B3 yang dihasilkan oleh 274 perusahaan industri di Pulau Batam yang mencapai tiga juta ton per tahun selama ini tak terkontrol.

Salah satu industri berat dan terbesar di Pulau Batam penghasil limbah B3 yang tak punya pengolahan limbah adalah McDermot,” ungkap Kepala Bagian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Batam Zulfakkar di Batam, Senin (17/3). Menurut Zulfakkar, dari 24 kawasan industri, hanya empat yang memiliki Amdal dan hanya satu yang memiliki unit pengolahan limbah (UPL) secara terpadu, yaitu kawasan industri Muka Kuning, Batamindo Investment Cakrwala (BIC). Selain BIC, yang memiliki Amdal adalah Panbil Idustrial Estate, Semblong Citra Nusa, dan Kawasan

(50)

Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), maka pengelolaan sebuah kawasan industri tanpa mengindahkan aspek lingkungan, jelas melanggar

hukum. “Semenjak Pemerintah Kota (Pemkot) Batam dan Bapedalda terbentuk

tahun 2000, barulah diketahui bahwa Pulau Batam yang kita bangga-banggakan itu, kondisi lingkungan dan alamnya sudah rusak parah. (Kompas, Maret).

KASUS III

Berdasarkan surat keterangan dari BPLHD Kota Bandung yang dikirimkan kepada Walhi Jabar dan di tandatangani oleh pejabat pengelola informasi dan dokumentasi BPLH bapak Asep sudrajat, dijelaskan bahwa kegiatan pembangunan hotel yang berlokasi di Jalan Diponegoro tersebut belum memiliki Amdal.

Dalam surat itu disebutkan pembahasan Kerangka Acuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Ka-Amdal) baru digelar pada Rabu tanggal 10 April 2013 bertempat di kantor BPLH kota Bandung. Namun sampai saat ini komisi penilai Amdal kota Bandung belum menerbitkan pengesahan dokumen Ka-Amdal tersebut. Adapun untuk Amdal, RKL dan UPL belum dilaksanakan pembahasannya.

(51)

"Sebelum melakukan usaha atau kegiatan pembangunan ada tahapan prosedur untuk mengantongi izin lingkungan sebagaimana di atur dalam UU 32 tahun 2009 tentang lingkungan hidup. Usaha atau kegiatan yang berpotensi dapat menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya dan pemanfaatannya wajib memiliki dokumen amdal dan atau RKL/UPL," jelasnya.

Lebih lanjut Wahyu mengatakan, tahapan yang di atur dalam undang – undang lingkungan hidup yakni, orang /badan usaha wajib menyusun Amdal dan atau RKL/UPL, setelah itu baru mendapatkan izin lingkungan dari kepala daerah yang berwenang.

"Pembangunan hotel Pullman ini terbukti tidak memiliki dokumen tersebut dan tidak melalui prosedur yang benar. Dengan tidak dipenuhinya kewajiban untuk menyusun dokumen sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku maka diduga pengembang telah melakukan kejahatan lingkungan hidup. Apalagi pembangunan hotel itu juga telah menghilangkan lahan resapan air," ungkapnya.

C.Kasus Amdal di Perusahaan X

(52)

Lokasi rencana Pembangunan Industri dan gudang PT. X berada di Jalan Raya Serang Desa Sentul Jaya, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang. Ada pun batas-batas lokasi tapak proyek sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Pabrik sepeda dan area pejalan kaki/pendestrian. Jenis konstruksi jalan utama adalah terbuat dari susunan batu kali, batu pecah, pasir beton, paving block dan lapisan atas berupa aspal/hotmix.8

Saluran pembuangan air dibuat di kiri-kanan jalan utama dan di sekeliling bangunan areal industri dan gudang. Arah aliran air permukaan akan disalurkan ke saluran utama menuju ke arah sungai. Lebar saluran air utama sekitar 100 cm dengan kedalaman 110 cm dan saluran air di dalam areal dengan volume yang lebih kecil tetapi sudah diperhitungkan dapat menampung

8

(53)

dan mengalirkan volume run-off pada musim hujan. Sistem drainase sekunder. Aliran run-off dari lahan mengalir masuk ke saluran sekunder dan selanjutnya aliran di saluran sekunder mengalir ke sistem drainase utama.

Namun tempat penampung sampahnya dari pihak pemrakarsa menyediakan tempat sampah portable disetiap unit industri dan gudang dengan ukuran 50 cm x 50 cm. Jumlah dan kapasitas tempat sampah portable akan disesuaikan dengan perkiraan volume sampah yang dihasilkan dari Kawasan PT. X.

Mengenai sumur resapan, PT. X pada setiap unit gudang/area industri akan dibangun sumur resapan. Perhitungan sumur resapan berdasarkan SNI 03-2453-2002 tentang tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan dan Permen LH No.12 Tahun 2009 tentang pemanfaatan air hujan. Komposisi sumur resapan terdiri dari pasir urug dan batu kali, pada sumur resapan digunakan juga bahan dari pipa dan buis beton, Bidang resapan berfungsi untuk membantu infiltrasi air hujan kedalam tanah sehingga mengurangi run off yang masuk ke saluran drainase utama. Pembuatan sumur resapan juga akan menyesuaikan dengan rekomendasi PEIL banjir dari instansi terkait di kabupaten Tangerang untuk kegiatan Rencana Pembangunan Kawasan Industri dan Gudang PT X. Dan sumur yang dibuat ialah sebanyak 500 unit.

(54)

pegudangan dapat berupa limbah cair domestik dan sampah. Pengelolaan limbah akan dilaksanakan di WTP Kawasan.

Dari aspek iklim data unsur-unsur iklim diperoleh dari stasiun terdekat yaitu Balai Besar Meteorologi dan Geofisika wilayah II – Stasiun Klimatologi Klas II Pondok Betung, Ciledug. Rekapitulasi data iklim dan curah hujan rata – rata pada tahun 2000 – 2010 ada di tabel di bawah.

Kabupaten Tangerang mempunyai iklim yang sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya yaitu iklim tropis. Setiap tahun terdapat musim hujan dan kemarau. Musim hujan umumnya berlangsung antara bulan Desember sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau antara bulan Juni sampai dengan bulan November.

Temperatur udara rata – rata relatif konstan yaitu berkisar antara 26,5oC – 29,1oC. Selama kurun waktu terakhir, rata – rata temperatur udara tertinggi mencapai 29,10C, sedangkan rata – rata suhu udara terendah mencapai 26,5oC. Curah hujan rata – rata bulanan terbanyak terjadi pada bulan Februari sebesar 686,3 mm dengan hari hujan 20 hari. Curah hujan rata – rata terendah pada bulan September dan Oktober dengan tingkat kelembaban sebesar 65%, sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan tingkat kelembaban sebesar 86%.

Rekapitulasi Data Iklim dan Curah Hujan Rata – rata (2000-2010)

Gambar

GAMBAR 1-1.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi literaturnya terhadap pakaian di Indonesia, van Dijk (2005) mengatakan bahwa pakaian adalah suatu penanda yang paling jelas diantara sekian

Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah metode pengembangan sistem yang

Oleh karena itu, pemberian kompos pupuk kandang sapi disertai MPF diharapkan dapat membantu meningkatkan kandungan bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan

Panitia PMKP RS Putra Waspada Tulungagung bertugas dalam merencanakan dan mengkoordinir seluruh program kegiatan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien

2 Kepala Subbagian Tata Usaha Head of Administration Subdivision Kepala Urusan Umum dan Keprotokolan Head of General and Protocol Section Kepala Urusan Keuangan dan Rumah

· Subjek penelitian (N=32) adalah pensiunan PNS, pumawirawan TNI dan Polri yang terdiri dari 20 orang berjenis kelamin laki-laki dan 12 orang berjenis

Keadaan ini menunjukkan bahawa aktiviti pembangunan guna tanah dalam kawasan tadahan air telah mempengaruhi kualiti air yang secara langsung memberi kesan kepada sumber bekalan

Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa ekonomi Islam atau yang lebih dikenal dengan ekonomi syariah merupakan sebuah konsep ekonomi yang