• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Kolektor Surya Sebagai Pengsasil Fluida Panas pada Alat Pengering Hibrida Pompa Kalor dan Surya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Kolektor Surya Sebagai Pengsasil Fluida Panas pada Alat Pengering Hibrida Pompa Kalor dan Surya"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA SEBAGAI PENGHASIL FLUIDA PANAS PADA ALAT PENGERING HIBRIDA POMPA KALOR

DAN SURYA

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

OLEH :

BUDI HARRY CIPTA 100401004

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir

ini yang berjudul “RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA SEBAGAI PENGHASIL FLUIDA PANAS PADA ALAT PENGERING HIBRIDA

POMPA KALOR DAN SURYA”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan

Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub bidang Konversi Energi,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa, nasihat dan bantuan baik materil,

maupun moril dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr.Eng. Himsar Ambarita ST.MT. selaku dosen pembimbing yang

telah membantu dalam bimbingan serta dukungan dalam penulisan skripsi

ini.

2. Bapak Ir. Abdul Halim Nasution MSc. selaku dosen pembanding 1 penulis

yang telah memberi masukan dan saran tentang penulisan laporan skripsi

ini.

3. Bapak Tulus Burhanudin S. ST.MT. selaku dosen wali yang telah

membimbing dan memberikan nasihat selama penulis kuliah dan menjadi

dosen pembanding 2 penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

4. Bapak Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Ir. Syahril Gultom MT. selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera

Utara.

5. Ibu Dr. Ir. Sari Farah Dina MT. yang telah memberikan masukan dan saran

(3)

6. Kedua orang tua penulis, Sucipto Bsc. dan Indah Budi Bsc. yang tidak

pernah putus-putusnya memberikan dukungan, do’a, nasihat serta kasih

sayangnya yang tidak terhingga kepada penulis.

7. Kakak penulis Ria Agustina Str.keb, adik penulis Adytia Indra Cipta dan

keluarga lainnya yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Ibunda Sabda Tuah Raja Bangun yang telah menjaga asupan gizi kami

dalam bentuk makan siang yang sehat dan lezat.

9. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang

telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis

kuliah.

10. Rekan-rekan satu tim skripsi yaitu Sabda Tuah Raja Bangun dan Nico

Hermanto Simarmata yang telah bersama-sama berjuang untuk

menyelesaikan skripsi dan saling bertukar pikiran selama proses

penyusunan skripsi.

11. Teman-teman penulis khususnya anggota Laboratorium Foundry Candra,

Abdurrahman, Ade, Aji Pajar, Zaki, Septian, decki yang telah memberikan

dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh rekan mahasiswa angkatan 2010 Khususnya M Ilham, Aldi, Jeri,

Bowo, Roji, Irwan, Yogi, Andika, Suhandika, Afri, Febi, Sigit dan

rekan-rekan lainnya, para abang senior dan adik-adik junior semua yang telah

mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis akan sangat berterimakasih dan

dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya

tulisan yang lebih sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat

memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Juni 2015

(4)

ABSTRAK

Alat pengering tenaga surya merupakan alat untuk mengeringkan bahan dalam ruang tertutup yang memanfaatkan radiasi matahari secara langsung dengan menggunakan kolektor. Prinsip kerjanya adalah dengan sinar matahari yang masuk menembus tutup yang berbahan kaca dan memanasi pelat kolektor hitam yang ada di bawahnya. Untuk itu, pada skripsi ini dirancang sebuah kolektor surya berukuran 1,5m x 3m x 0,171m. Perancangan kolektor surya ini bertujuan untuk mengeringkan coklat dari kadar air awal ±60% menjadi >7%. Kolektor surya diisolasi dengan rockwoll, sterofoam dan polyurethane sehingga kehilangan panas dapat diminimalisasi. Medium pengering adalah udara panas yang dihasilkan melalui kolektor yang menangkap radiasi sinar matahari dan dialirkan secara alamiah keruang ruang pengering selanjutnya akan digunakan untuk mengeringkan coklat. Setelah dilakukan penelitian dengan metode eksperimen yakni dengan cara mengamati dan mengukur langsung hal-hal yang dilakukan pada alat pengering tersebut kemudian dilakukan pengolahan serta evaluasi data penelitian. Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada pukul 09:00– 17:00 WIB pada saat kondisi cuaca cerah, diperoleh panas radiasi rata-rata yang dapat diserap kolektor adalah 3014.0933 watt, dan kehilangan panas rata-rata pada kolektor 1 adalah 1025.0267 watt dan kolektor 2 adalah 737.832 watt.

(5)

ABSTRACT

Solar drier is a tool for drying object in an enclosed space which utilize direct solar radiation by using collectors. The principle works is the incoming sunlight to penetrate the lid are made of glass and heats the black collector plate underneath. To that end, in this final project designed a solar collector measuring 1.5m x 3m x 0,171m. The design of solar collectors is intended for drying cocoa from initial moisture content of ± 60% to > 7%. Solar collector isolated with rockwool, Styrofoam and polyurethane so that heat loss can be minimized. Medium hot air dryer is generated through the collector which captures solar radiation and naturally flowed chamber drying chamber will then be used to dry cocoa. After doing research with the experimental method by observing and measuring directly the things done in the drier is then performed the processing and evaluation of research data. From the results of research and analysis conducted at 09:00 - 17:00 pm during the sunny weather conditions, obtained an average heat radiation that can be absorbed by collector is 3014.0933 watts, and an average heat loss in the first collector is 1025.0267 watt and second collector is 737.832 watts.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SIMBOL ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Matahari ... 5

2.1.1 Bagian-Bagian Matahari ... 8

2.1.2 Manfaat dan Peran Matahari... 11

2.2 Kolektor Surya ... 12

2.2.1 Klasifikasi Kolektor Surya ... 12

2.2.2 Manfaat Kolektor Surya... 15

2.3 Pengeringan ... 15

2.4 Tinjauan Perpindahan Panas... 19

2.4.1 Konduksi ... 20

2.4.2 Konveksi ... 21

2.4.3 Radiasi... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

(7)

3.2.1 Perancangan Pelat Absorber ... 28

3.2.2 Perancangan Penutup Kolektor ... 28

3.2.3 Perancangan Isolasi ... 29

3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan... 29

3.3.1 Peralatan Pengujian ... 29

3.3.2 Bahan Pengujian ... 36

3.4 Persiapan Penelitian ... 39

3.5 Proses Pembuatan Kolektor ... 40

3.6 Prosedur Penelitian ... 43

BAB IV RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA ... 45

4.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari (solar radiation) ... 45

4.1.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran ... 45

4.2 Desain Kolektor Surya ... 46

4.3 Perhitungan Kehilangan Panas Kolektor Surya ... 47

4.3.1 Menghitung Kecepatan Udara Dalam Kolektor ... 49

4.3.2 Menghitung Kehilangan Panas pada Dinding ... 49

4.3.3 Perhitungan Kehilangan Panas pada Sisi Alas ... 55

4.3.4 Perhitungan Kehilangan Panas pada Sisi Atas ... 56

4.3.5 Menghitung Kehilangan Panas Radiasi ... 57

4.3.6 Menghitung Kehilangan Panas Total Kolektor ... 58

4.4 Total Panas yang Diserap Kolektor ... 58

4.5 Analisa Korelasi dan Regresi Kolektor Surya Terhadap Cuaca ... 71

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 73

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data tentang matahari ... 6

Tabel 3.1 Spesifikasi pyranometer ... 34

Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity Sensor ... 34

Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement Apparatus ... 35

Tabel 3.4 Spesifikasi T dan RH Smart Sensor ... 36

Tabel 4.1 Data Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran (Hobo) 13 Mei 2015 ... 45

Tabel 4.2 Data Perhitungan Kolektor 1 Tiap 15 Menit Pada Tanggal 13 Mei 2015 ... 60

Tabel 4.3 Data Perhitungan Kolektor 2 Tiap 15 Menit Pada Tanggal 13 Mei 2015 ... 62

Tabel 4.4 Data Perhitungan Kolektor 1 Tiap 15 Menit Pada Tanggal 10 Mei 2015 ... 64

Tabel 4.5 Data Perhitungan Kolektor 2 Tiap 15 Menit Pada Tanggal 10 Mei 2015 ... 66

Tabel 4.6 Data Perhitungan Kolektor 1 Tiap 15 Menit Pada Tanggal 15 Mei 2015 ... 68

Tabel 4.7 Data Perhitungan Kolektor 2 Tiap 15 Menit Pada Tanggal 15 Mei 2015 ... 70

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Matahari ... 5

Gambar 2.2 Hubungan antara matahari dengan bumi ... 7

Gambar 2.3 Bagian-bagian matahari ... 8

Gambar 2.4 Penampang melintang kolektor surya pelat datar sederhana ... 13

Gambar 2.5 Konsentrator ... 14

Gambar 2.6 Evacuated Receiver ... 15

Gambar 2.7 Perpindahan panas pada kolektor plat datar ... 19

Gambar 2.8 perpindahan panas pada kolektor ... 21

Gambar 2.9 Konveksi natural dan tebal lapisan batas pada bidang miring ... 24

Gambar 3.1 Kolektor ... 28

Gambar 3.2 Laptop ... 30

Gambar 3.3 Agilient 34972 A ... 30

Gambar 3.4 Hot Wire Anemometer ... 31

Gambar 3.5 HoboMicrostation data logger ... 33

Gambar 3.6 Polyurethane... 37

Gambar 3.7 Polycarbonate... 37

Gambar 3.8 Pelat Aluminium ... 38

Gambar 3.9 Cat hitam gelap ... 38

Gambar 3.10 Rockwool ... 38

Gambar 3.11 Sterofoam ... 39

Gambar 3.12 Experimental Setup ... 39

Gambar 3.13 Desain kolektor pada software solidwork... 40

Gambar 3.14 Pembuatan rangka kolektor ... 40

Gambar 3.15 Pemasangan polyurethane ... 41

Gambar 3.16 Pemasangan sterofoam... 41

(10)

Gambar 3.18 Pemasangan pelat absorber ... 42

Gambar 3.19 Pemasangan kaca penutup ... 42

Gambar 3.20 Pemasangan kolektor pada mesin pengering ... 42

Gambar 3.21 Diagram Alir Tahapan Pengerjaan Skripsi ... 44

Gambar 4.1 Rancangan kolektor surya... 46

Gambar 4.2 Penamapang kolektor surya ... 47

Gambar 4.3 Gradient perpindahan panas pada isolator ... 48

Gambar 4.4 Grafik waktu vs temperature 13 Mei 2015 pukul 12.00 s/d 12.15 ... 48

Gambar 4.5 Grafik waktu vs intensitas radiasi tanggal 13 Mei 2015 ... 59

Gambar 4.6 Grafik waktu vs temperatur kolektor 1 tanggal 13 Mei 2015 ... 59

Gambar 4.7 Grafik waktu vs temperatur kolektor 2 pada tanggal 13 Mei 2015 ... 61

Gambar 4.8 Grafik waktu vs QLoss antara kolektor 1 dengan kolektor 2 pada tanggal 13 Mei 2015 ... 63

Gambar 4.9 Grafik waktu vs intesitas radiasi tanggal 10 Mei 2015 ... 63

Gambar 4.10 Grafik waktu vs temperatur kolektor 1 tanggal 10 Mei 2015 ... 64

Gambar 4.11 Grafik waktu vs temperatur kolektor 2 tanggal 10 Mei 2015 ... 65

Gambar 4.12 Grafik waktu vs QLoss antara kolektor 1 dengan kolektor 2 pada tanggal 10 Mei 2015 ... 67

Gambar 4.13 Grafik waktu vs intesitas radiasi tanggal 15 Mei 2015 ... 67

Gambar 4.14 Grafik waktu vs temperatur kolektor 1 tanggal 15 Mei 2015 ... 68

Gambar 4.15 Grafik waktu vs temperatur kolektor 2 tanggal 15 Mei 2015 ... 69

(11)

DAFTAR SIMBOL

SIMBOL KETERANGAN SATUAN

A Luas Penampang m2

A Ketinggian Dari Permukaan Laut km

B Konstanta Hari

� Panas Jenis kJ/kg K

E Faktor Persamaan Waktu menit

Eb Energi Matahari Yang Diterima Bumi kal/hari F’ Faktor Efisiensi Kolektor

g Gravitasi m/s2

� Radiasi Matahari Yang Jatuh Langsung

Ke Permukaan Bumi W/m2

� � Radiasi Difusi W/m2

Gon Radiasi Di Atmosfer W/m2

GrL Bilangan Grashof

Gsc Radiasi Rata-Rata Yang Diterima Bumi W/m2

� Radiasi Total W/m2

h Koefisien Perpindahan Panas Konveksi W/m2 K hw Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi W/m2C

I Itensitas Radiasi Matahari W/m2

k Konduktivitas Bahan Termal W/mK

Lloc Posisi Bujur o

Lst Standart Meridian o

Nu Bilangan Nusselt

.

Q Laju Energi Panas Watt

Ral Bilangan Rayleigh

Re Bilangan Reynold

S Konstanta Matahari Ly.menit-1

ST Waktu Matahari

(12)

Tr Temperatur Udara Sekitar oC s

T

Temperatur Dinding oC

T Temperatur Udara Lingkungan oC

Kecepatan Karakteristik m/s

Kecepatan Profil Kolektor m/s

wQ Nilai Ketidakpastian

Nilai Absorbsifitas

Koefisien Udara 1/K

Sudut Deklinasi o

Tebal Lapisan Batas m

Emisivitas Bahan

� Efisiensi %

� Massa Jenis kg/m3

σ Kontanta Stefan Boltzomann W/m2 K4

̇ Laju Aliran Massa Udara kg/s

� Nilai Transmisifitas

̅ Temperatur Rata-Rata Keluar Dari Kolektor oC

Δt Selang Waktu Perhitungan s

∆ Perbedaan Temperatur oC

φ Posisi Lintang o

(13)

ABSTRAK

Alat pengering tenaga surya merupakan alat untuk mengeringkan bahan dalam ruang tertutup yang memanfaatkan radiasi matahari secara langsung dengan menggunakan kolektor. Prinsip kerjanya adalah dengan sinar matahari yang masuk menembus tutup yang berbahan kaca dan memanasi pelat kolektor hitam yang ada di bawahnya. Untuk itu, pada skripsi ini dirancang sebuah kolektor surya berukuran 1,5m x 3m x 0,171m. Perancangan kolektor surya ini bertujuan untuk mengeringkan coklat dari kadar air awal ±60% menjadi >7%. Kolektor surya diisolasi dengan rockwoll, sterofoam dan polyurethane sehingga kehilangan panas dapat diminimalisasi. Medium pengering adalah udara panas yang dihasilkan melalui kolektor yang menangkap radiasi sinar matahari dan dialirkan secara alamiah keruang ruang pengering selanjutnya akan digunakan untuk mengeringkan coklat. Setelah dilakukan penelitian dengan metode eksperimen yakni dengan cara mengamati dan mengukur langsung hal-hal yang dilakukan pada alat pengering tersebut kemudian dilakukan pengolahan serta evaluasi data penelitian. Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada pukul 09:00– 17:00 WIB pada saat kondisi cuaca cerah, diperoleh panas radiasi rata-rata yang dapat diserap kolektor adalah 3014.0933 watt, dan kehilangan panas rata-rata pada kolektor 1 adalah 1025.0267 watt dan kolektor 2 adalah 737.832 watt.

(14)

ABSTRACT

Solar drier is a tool for drying object in an enclosed space which utilize direct solar radiation by using collectors. The principle works is the incoming sunlight to penetrate the lid are made of glass and heats the black collector plate underneath. To that end, in this final project designed a solar collector measuring 1.5m x 3m x 0,171m. The design of solar collectors is intended for drying cocoa from initial moisture content of ± 60% to > 7%. Solar collector isolated with rockwool, Styrofoam and polyurethane so that heat loss can be minimized. Medium hot air dryer is generated through the collector which captures solar radiation and naturally flowed chamber drying chamber will then be used to dry cocoa. After doing research with the experimental method by observing and measuring directly the things done in the drier is then performed the processing and evaluation of research data. From the results of research and analysis conducted at 09:00 - 17:00 pm during the sunny weather conditions, obtained an average heat radiation that can be absorbed by collector is 3014.0933 watts, and an average heat loss in the first collector is 1025.0267 watt and second collector is 737.832 watts.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan energi radiasi dari matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dapat menggantikan energi yang dihasilkan oleh minyak bumi. Salah satu bentuk pemanfaatan dari energi radiasi matahari adalah untuk mengeringkan hasil panen dengan menggunakan sebuah perangkat yang disebut dengan kolektor surya.

Alat pengering tenaga surya merupakan alat pengering bahan dalam ruang tertutup yang memanfaatkan radiasi matahari secara langsung dengan menggunakan kolektor. Prinsip kerjanya adalah dengan sinar matahari yang masuk menembus tutup yang berbahan kaca dan memanasi pelat kolektor hitam yang ada di bawahnya.

Kolektor surya dewasa ini mulai diterapkan diberbagai bidang seperti bidang pertanian, Industri, dan teknologi. Dibidang pertanian manfaat kolektor surya sama sama kita ketahui yaitu sebagai media pengeringan untuk hasil pertanian, penggunaannya sangat efektif dan efesien walaupun memerlukan waktu yang lama, tetapi sangat hemat baik dari segi tenaga maupun biaya, untuk kedepan tidak mustahil permasalahan waktu akan ditemukan solusinya.

Dibidang Industri Kolektor surya pun sudah mulai dikembangkan seperti Negara jerman yang memanfaatkan tenaga matahari sebagai bahan bakar untuk kendaraan atau yang biasa disebut mobil dengan tenaga surya prinsipnya ialah mengubah tenaga matahari menjadi energi listrik, hal ini sungguh merupakan penemuan yang mutakhir dibidang industri. Kita mengetahui bahwa bahan bakar minyak dewasa ini semakin menipis, maka dengan pemanfaatan tenaga surya sebagai bahan bakar mungkin untuk masa yang akan datang dapat menyelesaikan permasalahn ini.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian, perkebunan ataupun bercocok tanam. Namun kualitas produk pasca panen masih sangat rendah. Sangat disayangkan para petani masih menjemur hasil panen secara langsung dibawah sinar matahari dan udara terbuka.

(16)

tidak optimal. Ditambah lagi ketiadaan alat pengering menjadikan hasil pertanian berjamur dan rusak karena lembapnya udara. Akibatnya, harga jual produk-produk itu rendah. Petani pun mengalami kerugian yang tidak sedikit. Untuk mencegah kerugian yang dialami para petani, diperlukan suatu alat pengering. Dengan alat itu, jamur dan mikroba yang bisa merusak produk-produk pertanian dan perkebunan bisa dihilangkan.

Mengingat wilayah Indonesia memiliki sinar matahari cukup melimpah, terletak pada daerah khatulistiwa yang mempunyai iklim tropis dan radiasi surya hampir sepanjang tahun, sehingga pengembangan teknologi tepat guna yang memanfaatkan sinar matahari sebagai energi alternatif sangat sesuai aplikasinya dalam bidang pengering berupa Pengering Tenaga Surya yang memanfaatkan sinar matahari untuk memanaskan udara pengering.

Pemanfaatan energi sinar matahari dapat digunakan pada pengering untuk mengurangi pemakaian energi berbasis fosil yang akan menyebabkan pemanasan global. Pengolahan pasca panen hasil pertanian atau perkebunan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang sekaligus juga merupakan sumber pemasukan devisa negara yang cukup besar. Dengan penerapan sistem energi sinar matahari pada teknologi ini, diharapkan akan mempercepat proses pengeringan. Selain untuk mempercepat pengeringan, juga dapat menjaga mutu dan kualitas produk pasca panen tersebut. Hal-hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Merancang dan membuat kolektor surya untuk mesin pengering dengan

menggunakan pompa kalor.

2. Untuk mengetahui berapa besar kehilangan panas dan energi radiasi yang

dapat diserap oleh kolektor surya.

3. Untuk mengetahui isolator yang baik pada kolektor surya.

4. Untuk mengetahui penutup kolektor dan plat absorber yang baik untuk

kolektor surya.

1.3 Batasan Masalah

(17)

2. Variable yang diamati adalah temperatur, waktu, dan bahan yang

dikeringkan.

3. Pegujian dilakukan pada kondisi cuaca cerah.

4. Pengujian dilakukan di kota Medan yangterletak pada posisi 4o LU - 98o BT dengan ketinggian 2,5 - 37,5 m diatas permukaan laut.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan rekomendasi kepada masyarakat bahwa pengeringan

menggunakan pompa kalor yang dibantu kolektor surya lebih efisien

dibandingkan mengeringkan menggunakan bahan bakar fosil.

2. Memberikan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan untuk

mengeringkan hasil pertanian ataupun hasil industri lainnya.

3. Menjaga kualitas mutu dan harga jual produk yang dihasilkan.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penyusunan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis dan mempermudah pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang yang menentukan pengambilan penelitian dan dilanjutkan dengan tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan tentang ulasan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian skripsi ini baik dari teori dasar maupun teori penunjang lainnya. Dasar teori didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya berasal dari: buku-buku pedoman, jurnal, paper, tugas akhir, e-book, dan e-news.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(18)

langkah-langkah penelitian, pengolahan, dan analisa data yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dari topik yang diangkat.

BAB IV HASIL DAN DISKUSI

Pada bab ini membahas tentang data yang didapat dari pengujian alat dan perhitungan hasilnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari semua penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini dan saran yang mendukung kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian untuk pembuatan tugas akhir ini.

Lampiran

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Matahari

Matahari adalah bintang di pusat tata surya. Hal ini hampir bulat sempurna

dan terdiri dari plasma panas terjalin dengan medan magnet. Matahari memiliki

diameter sekitar 1.392.684 km, sekitar 109 kali Bumi, dan massa (sekitar 2 ×

1.030 kilogram, 330.000 kali Bumi) menyumbang sekitar 99,86% dari total massa

dari tata surya. Secara kimiawi, sekitar tiga perempat dari massa matahari terdiri

dari hidrogen, sedangkan sisanya sebagian besar helium. Sisanya (1,69%, yang

tetap sama dengan 5.628 kali massa Bumi) terdiri dari elemen yang lebih berat,

termasuk oksigen, neon karbon, dan besi.

Gambar 2.1 Matahari [18]

Letak nya yang berjarak 149 juta kilometer dari bumi membuat panas dan

cahayanya sangat mendukung dan berguna bagi kehidupan. Tumbuhan

membutuhkan cahaya nya setiap hari untuk berfotosintesis, manusia mengubah

cahaya nya menjadi sumber energi listrik dan menggunakan panas nya sebagai

salah satu cara menjemur pakaian. Dalam klasifikasi bintang kelas spectral,

Matahari merupakan bintang kelas G2V. G2 mengindikasikan permukaan

matahari diperkirakan sekitar 9.941° Fahrenheit atau sekitar 5.505° Celcius. V

(20)

matahari menghasilkan energi dari hasil fusi nuklir inti hidrogen dengan inti

helium dan pada Inti matahari, matahari mem-fusikan hidrogen dari 430 hingga

600 juta ton per detik nya [8].

Tabel 2.1 Data tentang matahari

Ciri-ciri fisik

Diameter rata-rata 1,392684×106 km Radius khatulistiwa 6,96342×105 km

109 × Bumi

Keliling khatulistiwa 4,379×106 km 109 × Bumi

Kepepatan 9×10−6

Luas permukaan 6,0877×1012 km2 11.990 × Bumi

Volume 1,412×1018 km3

1.300.000 × Bumi

Massa 1,9891×1030 kg

333.000 × Bumi Matahari

Data pengamatan Jarak rata-rata

dari Bumi

1,496×108 km

8 menit 19 detik (kecepatan cahaya)

Kecerahan visual (V) −26,74

Magnitudo absolut 4,83

Klasifikasi spektrum G2V

Metalisitas Z = 0,0122

(21)

Kepadatan rata-rata 1,408×103 kg/m3

Kepadatan Pusat (model): 1,622×105 kg/m3 Fotosfer bawah: 2×10−4 kg/m3 Kromosfer bawah: 5×10−6 kg/m3 Korona (rt): 1×10−12 kg/m3 Gravitasi permukaan

khatulistiwa

274,0 m/s2 27,94 g 27.542,29 cgs 28 × Bumi

Kecepatan lepas (dari permukaan)

617,7 km/detik 55 × Bumi

Suhu Pusat (model): ~1,57×107 K

Fotosfer (efektif): 5.778 K Korona: ~5×106 K

Luminositas (Lsol) 3,846×1026 W ~3,75×1028 lm ~98 lm/W daya

Intensitas rata-rata (Isol) 2,009×107 W·m−2· sr−1

Usia 4,57 miliar tahun

Sumber: From www.blogspot.com/m_yq_7VZQsA/s1600/matahari.JPG [18]

Pada gambar juga ditampilkan nilai konstanta matahari GSC, yang merupakan daya radiasi rata-rata yang yang diterimabumi (diluar atmosfer) dari

matahari pad aarah tegak lurus permukaan.

(22)

Karena lintasan bumi berbentuk ellips, maka jarak dari matahari ke bumi

tidak konstan. Jarak terdekat 1,47 x 1011 m terjadi pada 3 januari dan jarak terjauh 1.52 x 1011 m pada 4 juli. Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Matahari merupakan sumber energi yang

benar-benar bebas untuk digunakan oleh setiap orang. Tidak ada manusia yang

memiliki Matahari, jadi setelah menutupi biaya investasi awal, pemakaian energi

selanjutnya dapat dikatakan gratis.

Kolektor surya beroperasi tanpa mengeluarkan suara (tidak seperti turbin

angin besar) sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Kolektor surya biasanya

memiliki umur yang sangat lama, dan biaya pemeliharaannya sangat rendah

karena tidak ada bagian yang bergerak. Kolektor surya juga cukup mudah untuk

diinstal. Energi surya adalah salah satu pilihan energi terbaik untuk daerah-daerah

terpencil, bilamana jaringan distribusi listrik tidak praktis atau tidak

memungkinkan untuk diinstalasi. Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru

mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah

daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik. Sumber energi

berjumlah besar dan kontinu terbesar yang tersedia bagi umat manusia adalah

energi yang dipancarkan oleh matahari. Energi matahari sangat efektif karena

tidak bersifat polutif dan tidak dapat habis.

Setiap menit matahari meradiasikan energi sebesar 56 x 1026 kalori. Energi matahari persatuan luas pada jarak dari permukaan bola dengan matahari sebagai

pusat bulatan dan jari-jari bulatan 150 juta km (jarak rata-rata bumi dengan

matahari) adalah :

S

=

. � −

...

(2.1)

S ≈ 2,0 kal.cm-2.menit-1 (pembulata) = Langley menit-1

(23)

Maka energy matahari yang diterima bumi dengan jari-jari 6370 km adalah :

Eb= π a2 S ………(2.2)

= 3,14 x (637 x 106 cm)2 x 2 kal cm-2menit-1 = 2,55 x 1018 kal.menit-1

= 3,67 x 1021 kal/hari 2.1.1 Bagian-bagian matahari

Matahari memiliki bagian-bagian penting yang membentuknya, berikut

adalah bagian dari matahari.

Gambar 2.3 Bagian-bagian matahari [4]

A. Inti Matahari

Inti adalah area terdalam dari Matahari yang memiliki suhu sekitar 15 juta

o

C. Berdasarkan perbandingan diameter, bagian inti berukuran seperempat jarak

dari pusat ke permukaan dan 1/64 total volume Matahari. Kepadatannya adalah

sekitar 150 g/cm3. Suhu dan tekanan yang sedemikian tingginya memungkinkan

adanya pemecahan atom-atom menjadi elektron, proton, dan neutron.

Sementara itu, energi panas di dalam inti menyebabkan pergerakan elektron

dan proton sangat cepat dan bertabrakan satu dengan yang lain menyebabkan

reaksi fusi nuklir. Inti Matahari adalah tempat berlangsungnya reaksi fusi nuklir

helium menjadi hidrogen. Energi hasil reaksi termonuklir di inti berupa sinar

gamma dan neutrino memberi tenaga sangat besar sekaligus menghasilkan

seluruh energi panas dan cahaya yang diterima di Bumi. Energi tersebut dibawa

(24)

B. Zona Radiatif

Zona radiatif adalah daerah yang menyelubungi inti Matahari. Energi dari inti

dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum diteruskan ke bagian

Matahari yang lebih luar. Kepadatan zona radiatif adalah sekitar 20

g/cm3 dengan suhu dari bagian dalam ke luar antara 7 juta hingga 2 juta derajat

Celcius. Suhu dan densitas zona radiatif masih cukup tinggi, namun tidak

memungkinkan terjadinya reaksi fusi nuklir.

C. Zona konvektif

Zona konvektif adalah lapisan di mana suhu mulai menurun. Suhu zona

konvektif adalah sekitar 2 juta 0C. Energi dari inti Matahari membutuhkan waktu 170.000 tahun untuk mencapai zona konvektif. Saat berada di zona konvektif,

pergerakan atom akan terjadi secara konveksi di area sepanjang beberapa ratus

kilometer yang tersusun atas sel-sel gas raksasa yang terus bersirkulasi.

D. Fotosfer

Fotosfer atau permukaan matahari meliputi wilayah setebal

500 kilometer dengan suhu sekitar 5.500 derajat Celcius (10.000 derajat

Fahrenheit). Sebagian besar radiasi Matahari yang dilepaskan keluar berasal dari

fotosfer. Energi tersebut diobservasi sebagai sinar Matahari di Bumi, 8 menit

setelah meninggalkan Matahari.

E. Kromosfer

Kromosfer merupakan lapisan gas di atas fotoser yang tebalnya sekitar l6.000

km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer matahari. suhu

kromosfer diperkirakan sekitar 4.000 oC. Makin ke atas. suhu kromosfer makin tinggi. Pada lapisan yang paling atas.,suhu kromosfer diperkirakan mencapai

10.000 0C. Warna dari kromosfer biasanya tidak terlihat karena tertutup cahaya yang begitu terang yang dihasilkan fotosfer. Kromosfer hanya dapat dilihat pada

saat terjadi gerhana matahari total. Pada saat itu. Kromosfer tampak seperti

(25)

F. Korona

Korona merupakan lapisan terluar dari Matahari. Lapisan ini berwarna putih,

namun hanya dapat dilihat saat terjadi gerhana karena cahaya yang dipancarkan

tidak sekuat bagian Matahari yang lebih dalam. Saat gerhana total terjadi, korona

terlihat membentuk mahkota cahaya berwarna putih di sekeliling Matahari.

Lapisan korona memiliki suhu yang lebih tinggi dari bagian dalam Matahari

dengan rata-rata 2 juta derajat Fahrenheit, namun di beberapa bagian bisa

mencapai suhu 5 juta derajat Fahrenheit.

G. Bintik matahari

Bintik Matahari adalah granula-granula cembung kecil yang ditemukan di

bagian fotosfer Matahari dengan jumlah yang tak terhitung. Bintik Matahari

tercipta saat garis medan magnet Matahari menembus bagian fotosfer. Ukuran

bintik Matahari dapat lebih besar daripada Bumi. Bintik Matahari memiliki

daerah yang gelap bernama umbra, yang dikelilingi oleh daerah yang lebih terang

disebut penumbra.

Warna bintik Matahari terlihat lebih gelap karena suhunya yang jauh lebih

rendah dari fotosfer. Suhu di daerah umbra adalah sekitar 2.200 °C sedangkan di

daerah penumbra adalah 3.500 °C.

H. Lidah api (prominensa)

Prominensa adalah salah satu ciri khas Matahari, berupa bagian Matahari

menyerupai lidah api yang sangat besar dan terang yang mencuat keluar dari

bagian permukaan serta seringkali berbentuk loop (putaran).

Prominensa berisi materi dengan massa mencapai 100 miliar kg. Prominensa

terjadi di lapisan fotosfer Matahari dan bergerak keluar menuju korona

Matahari. Plasma prominensa bergerak di sepanjang medan magnet

Matahari. Pergerakan semburan korona tersebut terjadi pada kecepatan yang

sangat tinggi, yaitu antara 20 ribu m/s hingga 3,2 juta km/s. Pergerakan tersebut

juga menyebabkan peningkatan suhu hingga puluhan juta derajat dalam waktu

(26)

2.1.2 Manfaat dan peran Matahari

Matahari adalah sumber energi bagi kehidupan. Matahari memiliki banyak

manfaat dan peran yang sangat penting bagi kehidupan seperti:

a) Panas Matahari memberikan suhu yang pas untuk kelangsungan

hidup organisme di Bumi.

b) Cahaya Matahari dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan

berklorofil untuk melangsungkan fotosintesis

c) Mahluk hidup yang sudah mati akan menjadi fosil yang menghasilkan minyak

Bumi dan batu bara sebagai sumber energi. Hal ini merupakan peran dari

energi Matahari secara tidak langsung.

d) Pembangkit listrik tenaga Matahari adalah moda baru pembangkit listrik

dengan sumber energi terbarukan. Pembangkit listrik ini terdiri dari kaca-kaca

besar atau panel yang akan menangkap cahaya Matahari dan

mengkonsentrasikannya ke satu titik

e) Pergerakan rotasi Bumi menyebabkan ada bagian yang menerima sinar

Matahari dan ada yang tidak. Hal inilah yang menciptakan adanya hari siang

dan malam di Bumi. Sedangkan pergerak Bumi mengelilingi Matahari

menyebabkan terjadinya musim.

f) Matahari menjadi penyatu planet-planet dan benda angkasa lain di sistem tata

surya yang bergerak atau berotasi mengelilinya. Keseluruhan sistem dapat

berputar di luar angkasa karena ditahan oleh gaya gravitasi Matahari yang

sangat besar.

2.2 kolektor surya

Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang

menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai

sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor

surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan

sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas

tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya

untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi.

Kolektor surya yang pada umumnya memiliki komponen-komponen

(27)

1. Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju

lingkungan

2. Absorber, berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.

3. Kanal, berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja .

4. Isolator, berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari

absorber menuju lingkungan

5. Frame, berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor

2.2.1 Klasifikasi Kolektor Surya

Terdapat tiga jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam Solar

Thermal Collector System dan juga memiliki korelasi dengan pengklasifikasian

kolektor surya berdasarkan dimensi dan geometri dari receiver yang dimilikinya.

A. Kolektor Plat Datar

Kolektor surya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memanaskan

fluida kerja yang mengalir kedalamnya dengan mengkonversikan energi

radiasi matahari menjadi panas. Fluida yang dipanaskan berupa cairan minyak

, oli, dan udara. Kolektor surya plat datar mempunyai temperatur keluaran

dibawah 95°C dalam aplikasinya kolektor plat datar digunakan untuk

memanaskan udara dan air.

Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya plat datar adalah bahwa

memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan

langsung dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena

desainnya yang sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya

pembuatan yang murah. Pada umumnya kolektor jenis ini digunakan untuk

memanaskan ruangan dalam rumah, pengkondisian udara, dan proses-proses

pemanasan dalam industry [8].

Tipe ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperatur di bawah 100°C. Spesifikasi tipe ini dapat dilihat dari absorber-nya

yang berupa plat datar yang terbuat dari material dengan konduktivitas termal

tinggi, dan dilapisi dengan cat berwarna hitam. Kolektor pelat datar

memanfaatkan radiasi matahari langsung dan terpencar ( beam dan diffuse ),

(28)

perawatan. Aplikasi umum kolektor tipe ini antara lain digunakan untuk

pemanas air, pemanas gedung, pengkondisian udara, dan proses panas

industri. Komponen penunjang yang terdapat pada kolektor pelat datar antara

lain; transparent cover, absorber, insulasi, dan kerangka.

Gambar 2.4 Penampang melintang kolektor surya pelat datar sederhana [8]

B. Concentrating Collectors

Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperatur antara 100° – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu

memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga

dapat meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber.

Spesifikasi jenis ini dapat dikenali dari adanya komponen konsentrator yang

terbuat dari material dengan transmisivitas tinggi. Berdasarkan komponen

absorber-nya jenis ini dikelompokan menjadi dua jenis yaitu Line Focus dan

Point Focus

(29)

Agar cahaya matahari selalu dapat difokuskan terhadap tabung absorber,

concentrator harus dirotasi. Pergerakan ini disebut dengan tracking.

Temperatur fluida melebihi 400 oC dapat dicapai pada sistem kolektor ini seperti terlihat pada gambar diatas.

C. Evacuated Tube Collectors

Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya

terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan

panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak

diantara absorber dan cover-nya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga

mampu meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari

permukaan luar absorber menuju lingkungan.

Gambar 2.6 Evacuated Receiver [8]

2.2.2 Manfaat kolektor surya

Kolektor surya dewasa ini mulai diterapkan diberbagai bidang seperti

bidang pertanian, Industri, dan teknologi. Dibidang pertanian manfaat kolektor

surya sama sama kita ketahui yaitu sebagai media pengeringan untuk hasil

pertanian, penggunaannya sangat efektif dan efesien walaupun memerlukan waktu

yang lama, tetapi sangat hemat baik dari segi tenaga maupun biaya, untuk

kedepan tidak mustahil permasalahan waktu akan ditemukan solusinya.

Dibidang Industri Koektor surya pun sudah mulai dikembangkan seperti

negara Jerman yang memanfaatkan tenaga matahari sebagai bahan bakar untuk

(30)

mengubah tenaga matahari menjadi energi listrik, hal ini sungguh merupakan

penemuan yang mutakhir dibidang industri. Kita mengetahui bahwa bahan bakar

minyak dewasa ini semakin menipis, maka dengan pemanfaatan tenaga surya

sebagai bahan bakar mungkin untuk masa yang akan datang dapat menyelesaikan

permasalahn ini.

Dibidang teknologi tenaga listrik dapat dihasilkan dari kolektor surya

listrik merupakan kebutuhan masyarakat, penggunaan tenaga matahari sebagai

bahan yang menggubah sinar menjadi energi listrik patut dikembangkan, seperti

yang pernah diterapkan oleh pemerintah pada tahun 2002 di daerah Bireun, Aceh

Utara, pemerintah mencoba memberikan listrik tenaga surya bagi masyarakat

setempat, tetapi karena peralatan yang tidak mencukupi dan tidak memadai maka

proyek ini hanya berjalan ditempat, Output dari tenaga matahari tersebut hanya

menghasilkan tenaga sebesar 10 – 20 volt dalam semalam. Padahal kalau jika

dikembangkan dan diadakan penelitian lebih lanjut kemungkinan besar akan

berhasil, tetapi mungkin mengingat dana yang juga sangat besar mungkin

pemerintah menunda dulu proyek tersebut. Tetapi pada intinya tenaga surya bisa

bermanfaat dan dapat menghasilkan listrik.

2.3 Pengeringan

Teknologi pemrosesan bahan pangan terus berkembang dari waktu ke

waktu. Perkembangan teknologi ini didorong oleh kebutuhan pangan manusia

yang terus meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah

penduduk dunia. Pada saat yang sama, luas lahan pertanian dan perkebunan makin

menyempit. Hal tersebut menyebabkan dibutuhkannya teknologi-teknologi

pemrosesan produk pertanian dan perkebunan yang mampu meningkatkan

kualitas dan kuantitas produk tersebut, salah satunya adalah teknologi

pengeringan bahan pangan.

Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang

terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas

kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber

panas dan penerima uap cairan [16]. Pengeringan merupakan proses pemindahan

(31)

menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan, yang

dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Tujuan

pengeringan itu sendiri adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas

dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat

menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.

Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu

simpan yang lebih lama. Metode pengeringan secara umum terbagi menjadi dua,

pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami membutuhkan

lahan yang luas, sangat tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit

dikendalikan sedangkan pada pengeringan buatan kendala tersebut dapat diatasi

[15].

Kelemahan Pengeringan buatan adalah memerlukan keterampilan dan

peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.

Mekanisme pengeringan ketika benda basah dikeringkan secara termal dan

berlangsung secara simultan ada dua. Mekanisme pertama perpindahan energi dari

lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat.

Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi,

konveksi, radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh

temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas

permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses

penting selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan.

Penguapan yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh

peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film

tipis udara. Mekanisme yang kedua perpindahan massa air yang terdapat di dalam

benda ke permukaan. Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi

perbedaan temperatur sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat

menuju ke permukaan benda padat. Struktur benda padat tersebut akan

menentukan mekanisme aliran internal air.

Jenis-jenis pengeringan berdasarkan karakteristik umum dari beberapa

(32)

1. Baki atau wadah

Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material

yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan media

pengering. Cara perpindahan panas yang umum digunakan adalah konveksi

dan perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan dengan

memanaskan baki tersebut.

2. Rotary

Pada jenis ini ruang pengering berbentuk silinder berputar sementara

material yang dikeringkan jaruh di dalam ruang pengering. Medium

pengering, umumnya udara panas, dimasukkan ke ruang pengering dan

bersentuhan dengan material yang dikeringkan dengan arah menyilang. Alat

penukar kalor yang dipasang di dalam ruang pengering untuk memungkinkan

terjadinya konduksi.

3. Flash

Pengering dengan flash (flash dryer) digunakan untuk mengeringkan

kandungan air yang ada di permukaan produk yang akan dikeringkan. Materi

yang dikeringkan dimasukkan dan mengalir bersama medium pengering dan

proses pengeringan terjadi saat aliran medium pengering ikut membawa

produk yang dikeringkan. Setelah proses pengeringan selesai, produk yang

dikeringkan akan dipisahkan dengan menggunakan hydrocyclone.

4. Spray

Teknik pengeringan spray umumnya digunakan untuk mengeringkan

produk yang berbentuk cair atau larutan suspensi menjadi produk padat.

Contohnya, proses pengeringan susu cair menjadi susu bubuk dan pengeringan

produk-produk farmasi. Cara kerjanya adalah cairan yang akan dikeringkan

dibuat dalam bentuk tetesan oleh atomizer dan dijatuhkan dari bagian atas.

Medium pengering (umumnya udara panas) dialirkan dengan arah berlawanan

(33)

padatan dan terbawa bersama medium pengering dan selanjutnya dipisahkan

dengan hydrocyclone.

5. Fluidized bed

Pengeringan dengan menggunakan kecepatan aliran udara yang relatif

tinggi menjamin medium yang dikeringkan terjangkau oleh udara. Jika

dibandingkan dengan jenis wadah, jenis ini mempunyai luas kontak yang lebih

besar.

6. Vacum

Pengeringan dengan memanfaatkan ruangan bertekanan udara rendah.

Dimana pada ruangan tersebut tidak terjadi perpindahan panas, tetapi yang

terjadi adalah perpindahan massa pada suhu rendah.

7. Membekukan

Pengeringan dengan menggunakan suhu yang sangat rendah. Biasanya

digunakan pada produk-produk yang bernilai sangat tinggi, seperti produk

farmasi dan zat-zat kimia lainnya.

8. Batch dryer

Pengeringan jenis ini hanya baik digunakan pada jumlah material yang

sangat sedikit, seperti penggunaan pompa panas termasuk pompa panas kimia.

Pada bagian tugas akhir ini akan dilakukan simulasi pada pengeringan tipe

wadah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi pemanas

udara pengering.

2.4 Tinjauan perpindahan panas

Dalam perencanaan suatu alat dengan pemanfaatan tenaga surya perlu

diketahui semua jenis perpindahan panas yang terjadi selama siklus terjadi.

Seperti ketika kolektor menerima panas dari matahari maka hal itu terjadi dengan

cara radiasi, kemudian panas dari pelat dan sisi kolektor berpindah secara

konveksi dan konduksi ke udara. Untuk lebih jelasnya dapat kita perhatikan

(34)
[image:34.595.174.477.82.307.2]

Gambar 2.7 Perpindahan panas pada kolektor plat datar [4]

Perpindahan panas merupakan perpindahan energi dari suatu daerah ke

daerah lain yang terjadi karena perbedaan suhu. Panas ini akan mengalir dari

tempat yang mempunyai temperatur tinggi ke tempat yang mempunyai temperatur

rendah hingga tercapai temperatur yang sama. Perpindahan panas secara garis

besar dapat dibagi menjadi 3 bagian :

a. Konduksi

b. Konveksi

c. Radiasi

2.4.1 Konduksi

Konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir melalui suatu

bahan padat dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih

rendah di dalam suatu medium (padat, cair atau gas). Peristiwa ini menyangkut

pertukaran energi pada tingat molekuler. Pegamatan gejala fisika dan serentetan

pemikiran telah menghasilkan laju aliran kalor untuk konduksi. Kepadatan aliran

(flux) energi perpindahan kalor secara konduksi disebuah batangan padat,

sebanding dengan beda suhu dan luas penampang serta berbanding terbalik

(35)

Pengamatan dibuktikan dengan serentetan percobaan sederhana. Fourter telah

memberikan sebuah model matematika untuk proses ini. Dalam hal satu dimensi,

model matematikanya yaitu :

L t kA

Q 

...

(2.3)

dengan : Q = laju aliran energi (W)

A = luas penampang (m2)

Δt = beda suhu (K)

L = panjang (m)

K = daya hantar (konduktivitas) termal (W/mK)

Daya hantar termal merupakan suatu karakteristik dari bahan dan

perbandingan K/l disebut hantaran (konduktivitas) yang ditentukan oleh struktur

molekul bahan. Semakin rapat dan tersusun rapinya molekul-molekul yang

umumnya terdapat pada logam akan memindahkan energi yang semakin cepat

dibandingkan dengan susunan yang acak dan jarang yang pada umumnya terdapat

terdapat pada bahan bukan logam.

Persamaan untuk laju perpindahan kalor konduksi secara umum

dinyatakan dengan bentuk persamaan diferensial di bawah ini :

dx dT kA

Qx

...

(2.4)

Bahan yang mempunyai konduktifitas termal yang tinggi dinamakan

konduktor, sedangkan bahan yang konduktifitas termal rendah disebut isolator.

Nilai angka konduktifitas termal menunjukan beberapa cepat kalor mengalir

(36)

Gambar 2.8 perpindahan panas pada kolektor [4]

Peristiwa perpindahan konduksi pada mesin pengering tenaga surya terjadi

pada sisi-sisi kolektor yang diisolasi oleh rockwool, steroform, dan kayu. Energi

panas hilang (Qloss) dan berpindah dari ruang dalam kolektor menuju temperatur

yang lebih dingin (temperatur lingkungan).

2.4.2 Konveksi

Perpindahan kalor konveksi bergantung pada konduksi antara permukaan

benda padat dengan fluida terdekat yang bergerak. Persamaan laju perpindahan

panas secara konveksi telah diajukan oleh Newton pada tahun 1701 yang berasal

dari pengamatan fisika.

) (s f c

c h At t

Q  

...

(2.5)

dengan : hc = koefisien konveksi (W/m2K) ts = suhu permukaan (0C)

tf = suhu fluida (0C)

Beberapa parameter yang telah diuji dan mengenal bentuk korelasi yang

banyak digunakan untuk menentukan koefisien konveksi (hc) yaitu :

(37)

a. Bilangan Reynold (Re)

Bilangan Reynold digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan aliran

fluida itu laminer dan turbulen. Untuk bilangan Re<2300 dikatakan aliran

laminar; Re>2300 dikatakan aliran turbulen.

D

Re  . .

...

(2.6)

dengan :

= rapat massa (kg/m3)

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

D = diameter aliran fluida (m)

μ = viskositas fluida (Pa.det)

b. Bilangan Prandtl (Pr)

Bilangan Prandtl adalah bilangan tanpa dimensi yang merupakan fungsi

dari sifat-sifat fluida. Bilangan Prandtl didefinisikan sebagai perbandingan

viskositas kinematik terhadap difusitas thermal fluida yaitu :

k C

Prp.

...

(2.7)

dengan : Cp = panas spesifik fluida (J/kg.K)

μ = viskositas fluida (Pa.det)

k = konduktivitas thermal (W/m2K) c. Bilangan Nusselt (Nu)

k D h

Nuc.

...

(2.8)

dengan : hc = koefisien konveksi (W/m2K) D = diameter efektif aliran fluida (m)

(38)

Banyak rumusan yang telah dikembangkan untuk susunan aliran tertentu

sehingga hubungan antara bilangan Nusselt, Reynolds dan Prandtl dapat dirumuskan :

) )(Pr (Ren m C

Nu

...

(2.9)

Menurut bidangnya, konveksi natural dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Bidang vertikal

Arah aliran fluida akibat konveksi natural pada bidang vertikal mempunyai

dua kemungkinan. Pertama temperatur bidang lebih tinggi dari temperatur fluida

sehingga fluidanya mengalir ke atas atau sebaliknya temperatur bidang lebih

rendah dari temperatur fluida, sehingga arah aliran ke bawah. Secara kuantitatif

persamaan mencari nilai bilangan Nu adalah sama, hanya arahnya saja yang

berbeda. Parameter bilangan Rayleigh dihitung dengan menggunakan panjang

bidang L dan dinyatakan dengan L Ra. Untuk kasus ini ada beberala alternatif

yang dapat digunakan. Persamaan yang paling sederhana dapat dijumpai pada

McAdams (1954), Warner dan Arpaci (1968), dan Bayley (1955), yaitu:

Nu = 0,59 RaL0,25 untuk 104≤ RaL≤ 9 ...(2.10)

Nu = 0,1 RaL1/3 untuk 109≤ RaL ≤ 13...(2.11)

2. Bidang miring

Bidang vertikal dapat dianggap sebagai bidang miring dengan kemiringan

90o. Dengan kata lain bidang miring adalah bidang vertikal yang sudut kemiringannya kurang dari 90o. Jika fakta ini dibawa ke kasus konveksi natural, maka semua persamaan pada bidang vertikal dengan satu catatan kemiringannya

harus diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya sebuah pelat yang panas dimiringkan

(39)
[image:39.595.231.410.84.256.2]

Gambar 2.9 Konveksi natural dan tebal lapisan batas pada bidang miring [4]

Pada ruang pengering (kanal) kolektor surya ini perpindahan panas yang

terjadi menuju ruang pengering (drying chamber) adalah perpindahan panas

konveksi natural, sehingga aliran udara bergerak yang terjadi melalui kolektor

adalah akibat perpindahan panas konveksi natural. Perpindahan panas pada

kolektor dianalisa dengan plat absorber adalah plat miring dan dengan temperatur

seragam. Profil kecepatan dalam lapisan batas adalah:

=

( )

...

(2.12)

Dengan adalah tebal lapisan batas (m) adalah daerah yang mengalami hambatan karena adanya tegangan geser pada permukaan plat dan

kaca sehingga partikel fluida terpaksa berhenti pada sekitar permukaan benda,

baik di permukaan plat maupun di permukaan kaca. Vc(y) adalah kecepatan

karakteristik yang merupakan fungsi jarak searah panjang plat (sumbu-y). Pada

posisi y yang sama, kecepatan karakteristik ini sama sepanjang x. persamaan

(40)

Dan tebal lapisan batas adalah :

Konstanta gravitasi pada persamaan diatas adalah gravitasi yang searah dengan plat miring (g cos Ө).

Pada gambar dapat dilihat bahwa pada bidang miring dengan sudut

kemiringan θ terhadap vertikal, percepatan gravitasi dapat diproyeksikan menjadi

g cos θ yang sejajar dengan bidang. Ini berarti bidang miring dapat dianggap

sebagai pelat vertikal tetapi percepatan gravitasinya menjadi g cos θ. Maka untuk

bidang miring semua persamaan pada kasus bidang vertikal dengan Ts dan q′′ konstan dapat digunakan. Tetapi gravitasi g harus diganti menjadi g cos θ saat

menghitung bilangan Ra.

Ra

L

=

cos � −

...

(2.15)

Setelah menghitung bilangan Ra, maka semua persamaan untuk pelat

vertikal, dapat digunakan. Kita tinggal memilih persamaan mana yang sesuai

untuk kasus yang sedang dibahas.

2.4.3 Radiasi

Perpindahan energi secara radiasi berlangsung akibat foton-foton

dipancarkan dengan arah, fase dan frekuensi yang serampangan dari suatu

permukaan ke permukaan lain. Pada saat mencapai permukaan lain, foton yang

diradiasikan juga diserap, dipantulkan atau diteruskan (ditransmisikan) melalui

permukaan tersebut

Energi yang diradiasikan dari suatu permukaan ditentukan dalam bentuk daya

pancar (emissive power) yang secara termodinamika dapat dibuktikan bahwa daya

pancar tersebut sebanding dengan pangkat empat dari temperatur absolutnya. Untuk

(41)

Daya pancar :

Eb = σ. T

4

...

(2.16)

dimana : Eb = daya pancar benda hitam (W/m2)

σ = tetapan Stefan-Boltzmann = 5.669 x 10 -8W/m2K4

T = suhu absolute (K)

Perpindahan panas secara radiasidipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Luas permukaan benda yang bertemperatur, yang akan menentukan besar

kecil jumlahpancaran yang akan dapat dilepaskan.

2. Sifat permukaan yang berhubungan dengan kemudahan memancarkan atau

menyerap panas.

3. Kedudukan masing-masing permukaan satu terhadap yang lain akan

menentukan besar fraksi pancaran yang dapat diterima oleh permukaan

lain.

Karakteristik Radiasi dari Permukaan Benda Hitam:

1. Emisi Permukaan

Sifat dari permukaan radiasi (emisivitas) didefinisikan sebagai perbandingan

radiasi yang dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada temperatur yang sama.

Emisivitas mempunyai nilai yang berbeda tergantung kepada panjang gelombang

dan arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0-1, di mana benda hitam mempunyai

nilai emisivitas 1.

2. Absorbsivitas (Penyerapan)

Absorbsi adalah proses pada saat suatu permukaan menerima radiasi. Akibat

langsung dari proses penyerapan ini adalah terjadinya peningkatan energi dari

dalam medium yang terkena panas tersebut.

3. Transmisivitas

Transmisivitas adalah fraksi dari jumlah energi radiasi yang ditransmisikan

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Lokasi perancangan dan pembuatan alat pengering bertempat di Gedung

Magister Pascasarjana Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara. Waktu penelitian ± 7 bulan.

3.2 Metode Desain

Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu

produk yang kebutuhannya dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah perancangan

selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk. Cara merancang

terdiri dari 4 tahap atau fase, yang masing-masing terdiri dari beberapa langkah

(Pahl danBeitz). Keempat fase tersebut adalah :

1. Fase Perumusan . (Formulation Phase)

2. Fase Fungsi (Functional Phase)

3. Fase Perancangan (Design Phase)

4. Hasil (Result)

Perencanaan alat pengering meliputi kolektor. Kolektor yang dipilih dalam

perancangan ini adalah kolektor pelat datar, karena tingkat kesulitan pembuatan

yang rendah namun memiliki efisiensi yang cukup baik dan sesuai dengan

kebutuhan untuk penelitian. Perencanaan kolektor yang akan dibahas meliputi

triplek, pelat absorber, penutup transparan (akrilik), dan isolasi pada kolektor.

Perencanaan alat pengering bertujuan untuk membantu para petani dalam

mengolah hasil produksi perkebunan dan pertanian. Oleh karena itu pertimbangan

yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengering yaitu: ekonomis,

(43)

Rockwool Poly carbonate

sterofoam

Plat aluminium Poly urethane 5mm

Gambar 3.1 Kolektor

3.2.1 Perancangan Pelat Absorber

Pelat absorber berfungsi untuk menyerap radiasi surya dan

mengkonversikan menjadi panas. Energi dialirkan melalui fluida kerja udara

secara konveksi. Dengan mengacu fungsi absorber maka dipilih sifat bahan antara

lain:

 Absorbsivitas tinggi (α)  Emisifitas panas rendah ( )  Kapasitas panas kecil (Cp).  Konduktifitas besar (k)  Refleksi rendah (ρ)

 Tahan panas dan tahan korosi  Kaku dan mudah dibentuk  Ada dipasaran

Bahan-bahan yang biasa dipakai untuk pelat pengumpul yaitu: seng, aluminium,

tembaga, kuningan, dan baja. Dalam perancangan ini digunakan aluminium sesuai

pertimbangan di atas. Aluminium yang digunakan mempunyai ketebalan 0,5 mm.

Permukaannya dilakukan pelapisan dengan cat semprot hitam kusam, agar jangan

terjadi refleksi dan mempunyai absorsivitas maksimum.

3.2.2 Perancangan penutup kolektor

Penutup kolektor berfungsi untuk meneruskan radiasi surya dan mencegah

panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan

(44)

 Transmisivitas tinggi (�)  Absorsivitas rendah (α)  Refleksivitas rendah (ρ)  Tahan panas

 Ada dipasaran dan kuat

Dengan pertimbangan sifat di atas, maka digunakan dua lapis polycarbonate

dengan ketebalan 3mm. Transmisivitas(�)= 0.88, emisifitas ( ) = 0.93.

3.2.3 Perancangan Isolasi

Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang hilang dari kolektor ke

lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor. Pada isolasi terjadi

perpindahan panas secara konduksi sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh

sifat-sifat bahan.Isolasi yang digunakan adalah:

 Konduktifitas termal bahan (k) kecil.  Mudah dibentuk dan praktis

 harga murah dan ada dipasaran  Tahan lama.

Isolator yang dipilih dalam perancangan ini adalah 1 lapisan polyurethane

dengan tebal 5mm dimana kehantaran thermalnya 0,023 W/m.K, rockwool

dengan tebal 50mm dimana kehantaran termalnya 0,04 W/m.K, dan sterofoam

dengan kehantaran thermalnya 0.036 W/m.K.

3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan 3.3.1 Peralatan pengujian

Adapun beberapa alat pengujian yang digunakan adalah :

1. kolektor

Spesifikasi :

Tipe = Pelat datar

Panjang kolektor = 3 m

Lebar kolektor = 1,5 m

(45)

Luas kolektor = 4.5 m2 Kemiringan = 0o (180o) 2. Laptop

Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan

dari Hobo Microstation data logger dan Agilient 34972 A.

Gambar 3.2 Laptop

Spesifikasi:

a. G42 series

b. Intel core i3 processor

c. 14"widescreen

d. Os: Microsoft windows 7

3. Agilient 34972 A

Alat ini dihubungkan dengan termokopel yang dipasang pada titik-titik

yang akan diukur temperaturnya. Pencatatan data pengukuran disimpan

(46)
[image:46.595.218.407.84.236.2]

Gambar 3.3 Agilient 34972 A Dengan Spesifikasi :

a. Daya 35 Watt

b. Jumlah saluran termokopel 20 buah

c. Tegangan 250 Volt

d. Mempunyai 3 saluran utama

e. Ketelitian termokopel 0.03o C

f. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik

g. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem kontrol

h. Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, Resistance

Temperature Detector (RTD), dan termistor, serta arus listrik AC

4. Anemometer

Digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara yang mengalir didalam

suatu aliran. Jenis Anemometer yang digunakan adalah Hot Wire

(47)

Gambar 3.4 Hot Wire Anemometer

Spesifikasi:

General Specification

Display 46.7 mm x 60 mm LCD display

Dual fu ctio eter’s display

Measurement m/s (meters per second)

Km/h (kilometers per hour0

Ft/min (feet per minute)

MPH (miles per hour)

Knot (nautical miles per hour)

Temp. oC, oF

Data hold

Memory Maximum and minimum with recall

Sampling Approx. 0.8 sec

Operating Humidity Less than 80% RH

(48)

Power Current Approx. DC 60-90 mA

Weight 280g

Dimension 210mmx75mmx50mm

Accessories Hot wire sensor 9V battery

Electrical Specifications Air Velocity

Measurement: Range: Resolution: Accuracy:

m/s 0.1 – 25.0 m/s 0.01 m/s ± (5%+1d) reading or

±(1%+1d) full scale Km/h 0.3 – 90.0 km/h 0.1 km/h

Ft/min 20 – 4925/min 1ft/min

MPH 0.2 – 55.8 MPH 0.1MPH

Knot 0.2 – 55.8knots 0.1knots

Temperature

Measuring

Range

0oC to 50oC (32oF to 122oF)

Accuracy ±1oC/1.8oF

5. Hobo Microstation Data Logger

Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke

komputer untuk diolah datanya. Dengan Spesifikasi :

a. Skala pengoperasian: 20 o C -50 o C dengan baterai alkalin40oC -70 o C dengan baterai lithium

(49)

c. Ukuran: 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

d. Berat: 0,36 Kg

e. Memori: 512 Kb Penyimpanan data nonvolatile flash

f. Interval Pengukuran: 1 detik – 18 jam (tergantung pengguna)

g. Akurasi Waktu: 0 – 2 detik

[image:49.595.164.533.501.741.2]

Terdapat beberapa alat ukur pada Hobo Micro station data logger yaitu :

Gambar 3.5 HoboMicrostation data logger Keterangan

1) Pyranometer

Alat ini digunakan untuk mengukur radiasi matahari pada suatu

lokasi.Satuan alat ukur ini adalah W/m2. Tabel 3.1 Spesifikasi pyranometer

Parameter

pengukuran intensitas radiasi dengan interval 1 detik

Rentang

Pengukuran 0 sampai 1280 W/m 2

Temperatur kerja Temperature: -40°C to 75°C (-40°F to 167°F)

Akurasi

±10.0 W/m2 or ±5% . Tambahan temperatur error 0.38 W/m2/°C from 25°C (0.21 W/m2/°F from 77°F)

Resolusi 1.5 W/m2

Penyimpangan <±2% per Year

Panjang kabel 3 Meters (9.8 ft) 1

2 3

(50)

Berat 120 grams (4.0 oz)

Dimensi 41mm Height x 32mm Diameter (1 5/8" x 1 1/4")

Sumber: From Rian Arikundo, Fadly, USU, Medan, 2013. [4]

2) Wind Velocity Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan alat

ukur ini adalah m/s. Berikut adalah spesifikasi wind velocity sensor.

Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity Sensor

Parameter

pengukuran

Kecepatan angin rata-rata

Kecepatan angin terttinggi

Data Channels 2 Channel, 1 Port

Rentang pengukuran 0 to 45 m/s (0 to 100 mph)

Operasi kerja Temperatur: -40C to 75C (-40F to 167F)

Akurasi ±1.1 m/s (2.4 mph) atau 4%

Resolusi 0.38 m/s (0.85 mph)

Ambang batas awal 1 m/s (2.2 mph)

Kecepatan angin

maksimum

54 m/s (120 mph)

Radius pengukuran 3 Meter

Housing 3 buah Anemometer dengan bantalan

Teflon Bearings dan poros Hardened

Beryllium

Panjang kabel 3.0 Meters (10 ft)

Dimensi 190 cm x 51 cm (7.5" x 3.2")

Berat 300 gram (10 oz)

Sumber: From Rian Arikundo, Fadly, USU, Medan, 2013. [4]

3) Ambient Measurement apparatus

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar.

Satuan alat ukur ini adalah °C. Dengan spesifikasi:

Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement Apparatus

Rentang

pengukuran

(51)

Akurasi ±0.22°C at 25°C (±0.4°F at 77°F) see

Diagram

Resolusi 0.02°C @ 25°C (0.04°F @ 77°F)

Penyimpangan 0.05°C/yr + 0.1°C/1000 hrs above 100°C

Waktu Respon Water: 3.5 minutes to 90%

Air: 10 minutes to 90% ( Moving at 1m/sec)

Akurasi Waktu ±2 Minutes per Month at 25°C (77°F)

Sampling Rate 1 Second to 18 Hours

kapasitas

penyimpanan data

43,000 12-bit Samples/Readings

Konstruksi housing 316L Stainless Steel with O-ring seal

Tekanan/kedalaman

kerja

2200 psi (1500 m/4900 ft) maximum

Lingkungan kerja Air, Water, Steam (0 to 100% RH)

Berat 72 g (2.5 oz)

Dimensi 10.1cm long x 1.75cm diameter

Sumber: From R

Gambar

Gambar 2.7 Perpindahan panas pada kolektor plat datar [4]
Gambar 2.9 Konveksi natural dan tebal lapisan batas pada bidang miring [4]
Gambar 3.3 Agilient 34972 A
Gambar 3.5 HoboMicrostation data logger
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut keberhasilan penyuluhan kanker serviks terhadap sikap ibu melakukan pemeriksaan IVA di RW 4 Kretek Rowokele Kebumen 2013 karena sebagian besar responden berusia

[r]

Total APBN (Juta)

Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat

• In line with higher property price in 1Q17, Residential Property Sales growth decelerated to 4.16% (qtq) due to dwindling demand.... BBTN

Moreover, studies using cloned and expressed mutant RT at position 184 (substitution of methionone to valine [M184V]) were performed under steady-state conditions and compared to

In particular, the Paper focuses on an application of smart phones for guiding visually impaired people in indoor spaces with a voice-based navigation map implemented using

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Miskin dan