• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Kedewasaan Dengan Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Kedewasaan Dengan Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Karo"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN KEDEWASAAN DENGAN KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN KARO

Disusun Oleh :

DWI ISABELLA MILALA 060903039

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang …… 1

1.2.Perumusan Masalah Penelitian …… 5

1.3.Tujuan Penelitian …… 5

1.4.Manfaat Penelitian …… 6

1.5.Kerangka Teori …… 6

1.5.1 Hakekat Pendidikan …… 7

1.5.1.1 Pengertian Pendidikan …… 7 1.5.1.2 Tujuan Pendidikan …… 9 1.5.1.3 Jenis – jenis Pendidikan …… 11 1.5.2 Kinerja Anggota DPRD …… 12 1.5.2.1 Pengertian Kinerja …… 12 1.5.2.2 Pengertian DPRD …… 14 1.5.2.3 Kinerja Anggota DPRD …… 25

1.6 Hipotesis ……. 34

1.7 Defenisi Konsep ……. 35

1.8 Defenisi Operasional ……. 36

1.9 Sistematika Penulisan ……. 38

BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian …….. 39

2.2 Lokasi Penelitian …….. 39

(3)

2.4 Teknik Pengumpulan Data …….. 40

2.5 Teknik Penentuan Skor …….. 41

2.6 Teknik Analisa Data …….. 42

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan Kasih Tuhan Yang Maha Esa,akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat diselesaikan,oleh karena itu penulis menyampaikan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan.

Dalam penulisan skripsi ini, dari awal hingga akhirnya penulis sangat banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,baik itu secara langsung maupun tidak termasuk doa-doa untuk kelancaran penulisannya. Sehingga dalam kesempatan ini,peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Marlon Sihombing Msi selaku Ketua Departemen Admnistrasi Negara

2. Ibu Dra.Beti Nasution,Msi selaku Sekertaris Departemen Ilmu Administrasi negara

3. Bapak Drs.Burhanuddin Harahap Msi selaku dosen pembimbing

4. Bapak Drs.Robinson Sembiring Msi selaku dosen penguji yang banyak memberi masukan dan motivasi

5. Orang tua saya yang tercinta dan kedua saudara saya

6. Para Anggota DPRD di Kab.Karo dan pegawai Sekretariat DPRD Kab.Karo 7. Teman – teman kuliah seangkatan saya dan juga para adik-adik

sedepartemen.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi ksehatan dan kesuksesan bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

Penulis

(5)

ABSTRAKSI

Indonesia merupakan salah satu negara yang memperhatikan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM dan kesejahtraan rakyatnya. Para penerus bangsa yang nantinya akan bergelut di bidang masing-masing,diharapkan mampu memberi kinerja yang terbaik sesuai dengan yang dia mampu. Salah satu bidang yang paling berhubungan dengan negara adalah administrasi dan politik. Negara diharapkan dapat menjamin agar setiap orang dapat berkecimpung di bidang ini dan turut memberikan perbaikan-perbaikan untuk mencapai tujuan negara itu sendiri.

Tujuan pnelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kab.Karo.

Jumlah sampel ada 66 orang yaitu 33 orang dai anggota DPRD dan 33 orang pegawai Sekretariat DPRD Kab.Karo serta anggota masyarakat.

Metode analisa data statistik yang digunakan yaitu analisa korelasi product moment (r) untuk menentukan hubungan antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan searah antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja. Dilihat dari nilai rx1y sebesar 0,59 yang positif dan signifikan setelah dilakukan uji t dan hubungannya tergolong sedang. Begitu juga rx2y sebesar 0,38 yang positif dan signifikan setelah uji t.

(6)

ABSTRAKSI

Indonesia merupakan salah satu negara yang memperhatikan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM dan kesejahtraan rakyatnya. Para penerus bangsa yang nantinya akan bergelut di bidang masing-masing,diharapkan mampu memberi kinerja yang terbaik sesuai dengan yang dia mampu. Salah satu bidang yang paling berhubungan dengan negara adalah administrasi dan politik. Negara diharapkan dapat menjamin agar setiap orang dapat berkecimpung di bidang ini dan turut memberikan perbaikan-perbaikan untuk mencapai tujuan negara itu sendiri.

Tujuan pnelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kab.Karo.

Jumlah sampel ada 66 orang yaitu 33 orang dai anggota DPRD dan 33 orang pegawai Sekretariat DPRD Kab.Karo serta anggota masyarakat.

Metode analisa data statistik yang digunakan yaitu analisa korelasi product moment (r) untuk menentukan hubungan antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan searah antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja. Dilihat dari nilai rx1y sebesar 0,59 yang positif dan signifikan setelah dilakukan uji t dan hubungannya tergolong sedang. Begitu juga rx2y sebesar 0,38 yang positif dan signifikan setelah uji t.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Sejak 1998 reformasi bergulir,kebijakan politik di tanah air mengalami perubahan. Yang paling nyata adalah perubahan model pemerintahan dari sistem sentralisasi menuju desentralisasi. Perubahan kebijakan tersebut sudah barang tentu menjadi harapan besar bagi masyarakat agar membawa ‘angin segar’ dalam rangka peningkatan kesejahtraan dan perkembangan demokratisasi di level lokal.

Memang sejak Orde Baru berkuasa,posisi lembaga-lembaga politik publik (DPR/DPRD),mengalami penurunan dari sisi peran dan fungsi. Ketidakberdayaan lembaga wakil rakyat saat itu,membuat keberadaannya tidak bisa berfungsi secara maksimal dalam menyuarakan kepentingan rakyat. Kondisi ini sudah tentu sangat tidak menguntungkan posisi rakyat secara keseluruhan,karena DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota lebih ‘fasih’ memainkan peran ideologi kekuasaan dari pada ideologi publik yang diwakilinya.1

Sementara itu di era Otonomi Daerah yang sekarang diterapkan sesuai dengan UU No.32 taun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberi perubahan. Berbeda dengan berbagai undang-undang pemerintahan daerah yang pernah disusun,pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan daerah maka era otonom memilih keseimbangan diantara keduanya. Oleh karena itu,UU No.32 Tahun 2004 dapat disebut sebagai UU yang menggunakan prinsip desentralisasi berkeseimbangan (equilibirium decentralization).

1

Heri,Zulfan.Legislator Menuai Kritik.2005.Riau : ISDP (Indonesian Society for Democracy and

(8)

Adapun perbedaan itu adalah :

 UU Nomor 5 tahun 1974 memberikan peranan lebih dominan paa pemerintah daerah

 UU Nomor 22 tahun 1999 memberikan peranan lebih dominan pada DPRD  UU Nomor 32 tahun 2004 memberikan peranan yang berimbang antara

susunan pemerintahan (pusat,provinsi,kabupaten/kota) sebagai keseimbangan secara vertikal,maupun keseimbangan antara kepala daerah dan DPRD sebagai keseimbangan secara horisontal.

Prinsip desentralisasi berkeseimbangan sebenarnya justru yang paling sesuai dengan falsafah negara Pancasila menggunakan pendekatan ”menang-menang” (win-win approach) dalam pengambilan keputusan ataupun memecahkan masalah,seperti tersirat pada sila keempat yakni ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Melalui desentralisasi berkeseimbangan dapat dilakukan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan daerah otonom secara proporsional dengan mempertimbangkan nilai-nilai efektifitas,efisiensi,keadilan dan kesetaraan,ekonomik serta nilai demokrasi. Dalam bidang urusan pemerintahan yang dialokasikan kepada setiap entitas pemerintahan,sudah tergambar adanya tugas,wewenang,serta tanggung jawab.

(9)

daerah lebih banyak menjalankan kewenangan mengurus yang bersifat implementasi dari kewenangan mengatur. Oleh karena itu sekarang ada perubahan yang cukup signifikan dimana keberadaan legislatif tidak bisa dipandang sebelah mata oleh jajaran pihak eksekutif,terutama dalam perumusan kebijakan publik. Legislatif (DPRD) sebagai bagian dari sistem pemerintahan daerah merupakan representasi yang mewakili kepentingan publik seharusnya dan sewajarnya lebih terlibat dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan.

Keterlibatan legislatif dalam perumusan kebijakan publik harus dimulai dari proses identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat yang perlu diprioritaskan penanganannya. Perencanaan,penganggaran,proses monitoring dan evaluasi hasil-hasilnya. Namun,sekalipun era Otonomi Daerah membuka keleluasaan yang cukup besar bagi para anggota DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota menjalankan fungsi legislasi,anggaran dan pengawasan,akan tetapi tanpa diikuti oleh kualitas sumber daya manusia yang bermutu,maka kualitas produk yang dihasilkan DPRD belum tentu mencerminkan kehendak dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan,bahkan bisa ‘berseberangan’ dengan aspirasi masyarakat. Apalagi seperti yang kita ketahui bahwa persyaratan menjadi anggota DPRD adalah pendidikan minima SLTA dan atau sederajat. Karena itulah ada tuntutan dari masyarakat agar para anggota DPRD mampu meningkatkan kualitasnya,baik dari segi pendidikan dan pengalaman yang tentunya akan berdampak terhadap daya kritis,dan sensitifitas terhadap kasus-kasus publik. Dimana hal ini akan berujung ke unsur yang kita sebut kedewasaan atau kematangan.

(10)

secara intelektual dan emosional. Kematangan /kedewasaan yang diperoleh lewat adayana pendidikan akan mempengaruhi cara seorang anggota legislatif menyikapi permasalahan /isu publik serta bagaimana mereka menerjemahkan ke dalam suatu kebijakan publik.

Jika dikaitkan antara kinerja anggota legislatif dan kematngan mereka, kita mungkin masih teringat apa yang pernah dikatakan oleh Alm. Gusdur yang mengatakan bahwa anggota DPR itu seperti Taman Kanak-kanak2. Namun ternyata ucapan Gusdur tersebut saat ini bukan hanya cocok untuk pernyataan terkait suap tapi juga dalam hal pandai bertengkar dan adu jotos dalam ruang sidang. Anggota DPR saling adu jotos dan bertengkar bukan satu-dua kali terjadi, tapi terlalu sering kita lihat dalam berbagai kesempatan. Dan terakhir adalah kemarin saat dilaksanakanya sidang paripurna terkait kasus Bank Century yang terjadi kericuhan karena banyaknya hujan interupsi dan kemudian ditambah lagi dengan sikap otoriter dari pimpinan sidang yang menutup sidang secara sepihak.

Sebagai wakil rakyat, anggota legislatif diminta punya dan memperlihatkan empati pada rasa keadilan masyarakat. Namun fenomena kemarin menunjukkan mindset dan paradigma para anggota legislatif itu masih jauh dari yang kita harapkan. Jika kondisi seperti itu terus terulang dan terjadi, masyarakat akan pesimis anggota legislatif periode 2009-2014 ini akan menghasilkan sesuatu yang berarti bagi rakyat Indonesia. Padahal rakyat punya harapan besar agar anggota legislatif mampu mendahulukan kepentingan rakyat dengan cara yang pantas dan ber-attitude yang baik.3

2

http ;// kutuilmu.wordpress.com./17 Mei 2009

3

(11)

Sama seperti yang terjadi di Kabupaten Karo,masyarakat menaruh harapan besar pada DPRD Karo untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Harapan semua pihak dan kalangan masyarakat Kabupaten Karo yang baru saja menyaksikan wakilnya dilantik tanggai 1 Oktober 2009 pada Sidang Paripurna Istimewa DPRD Karo adalah hasil seleksi ketat dari suara rakyat masyarakat Kabupaten Karo. Dari 34 anggota DPRD yang terpilih dapat dilihat bahwa 20 orang diantaranya sudah bergelar sarjana (S1),baik dari jurusan ekonomi,pertanian,dokter gigi,teknik dan hukum. Lebih dari 50% telah memiliki pendidikan sampai jenjang pendidikan formal perguruan tinggi4. Maka implementasi dari suara masyarakat itu,diharapkan tentunya pembangunan menjadi berpihak pada masyarakat. Hal ini adalah sangat penting didengar dan dilaksanakan para wakil rakyat yang telah terpilih kemarin dan merupakan perwakilan rakyat yang dinilai representative sebagaimana suara terbanyak. Mengingat sepertinya terlupakan di masa lampau,bahwa pembangunan di Kabupaten Karo terkesan berpihak kepada skala yang bukan menjadi hal yang menjadi prinsip penting bagi masyarakat Karo yang menggantungkan harapan hidupnya 85% di sektor pertanian. Padahal,semua kita ketahui infrastruktur di daerah ini hampir 75% dalam kondisi memprihatinkan khususnya di sentra-sentra produksi pertanian,irigasi dan peternakanDengan kondisi sumber daya alam daerah ini yang memiliki potensi pertanian dan pariwisata,maka seharusnya pembangunan diarahkan ke potensi-potensi ini. Disinilah DPRD dituntut untuk mampu tanggap,kritis dan sensitif menanggapi kebutuhan masyarakat.5

Misalnya pada Realisasi Proyek APBD tahun 2009 yang pada umumnya digunakan untuk proyek infrastruktur jalan dan irigasi TA 2009 di sejumlah

4

Harian SIB,5 Juli 2009

5

(12)

kecamatan yang jaraknya jauh dari ibukota kabupaten Karo terutama di kecamatan Munthe,Mardinding,Lau Baleng,Tiga Binanga,Juhar dan kecamatan Kuta Buluh. Masyarakat menuntut agar DPRD hendaknya turut mengawasi pembangunan di Tanah Karo,khususnya kecamatan-kecamatan yang jauh dari ibukota kabupaten Karo6. Dalam hal ini kinerja anggota DPRD tidak hanya diukur dari PERDA yang mereka keluarkan tapi bagaimana DPRD mampu menggunakan hak inisiatif dewan untuk menunjukkan kapabilitas dan keseriusan dewan memperjuangkan kepentingan masyrakat. Persoalannya,latar belakang anggota DPRD saat ini memainkan peran yang tidak sedikit. Dengan pendidikan dan pengalaman terbatas maka potensi terjadinya distorsi pemahaman dan juga pelaksanaan fungsi dewan memang terbuka lebar.

Berdasarkan uraian di atas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kedewasaan dengan Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Karo”.

1.2

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : bagaimanakah hubungan tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

(13)

Tujuan penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui tingkat pendidikan anggota DPRD Kabupaten Karo 2. untuk mengetahui kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo

3. untuk menguji apakah ada hubungan tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dimaksud mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Secara akademis,penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai hubungan tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD.

2. Secara praktis penelitian ini dapat :

a) Sebagai bahan pertimbangan bagi DPRD Kabupaten Karo untuk dipertimbangkan dalam rangka peningkatan kualitas anggota DPRD. b) Sebagai penelitian awal yang dapat dimanfaatkan bagi penelitian di

masa yang akan datang.

1.5. Kerangka Teori

(14)

asumsi,konsep,konstruksi,defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep7.

Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah : 1.5.1 Hakekat Pendidikan

Di era Otonomi Daerah sekarang ini, banyak terjadi perubahan yang mendasar di segenap kehidupan berbangsa. Adanya penerapan prinsip demokrasi,desentralisasi,keadilan dan menjunjung tinggi HAM telah banyak mengubah cara pemerintah dan masyarakat dalam proses pembangunan. Demikian halnya dengan dunia pendidikan,prinsip-prinsip tersebut juga memberi dampak pada tujuan,proses serta penyelenggaraan sistem pendidikan itu sendiri. Selain itu, kemajuan IPTEK yang sudah banyak diaplikasikan dalam menyukseskan Otonomi Daerah menuntut semua kalangan untuk mampu mengimbanginya. Baik dengan meningkatkan kualitas SDM dengan pendidikan maupun kualitas penyelenggaraan pendidikan nasional itu sendiri.

1.5.1.1 Pengertian Pendidikan

Menurut UU No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara.

7

(15)

Pengertian pendidikan menurut Purwanto8,”pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dan pergaulan dengan seseorang untuk mencapai perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Sedangkan menurut M.E. Soeleman dalam buku Ngalim Purwanto,”pendidikan adalah pemberian bantuan melalui pergaulan dalam bentuk pengaruh dengan tujuan agar yang dipengaruhi kelak dapat melaksanakan hidup dan tugas hidup secara mandiri dan bertanggung jawab”.

Proses pemebelajaran akan membantu seseorang untuk memiliki kekuatan spritual dan keagamaan dimana dia akan memiliki pola pikir yang telah memiliki kesiapan dan memahami betul apa yang menjadi dasar/azas hidupnya serta apa yang bisa dia percayai. Sementara itu dari segi kepribadian,proses belajar itu akan membentuk pribadi seseorang lebih matang karena belajar tidak hanya memberi ilmu pengetahuan sehingga seseorang cerdas dan terampil,tetapi juga ada pengalaman baru dan pemahaman baru setiap kali ada proses itu. Sehingga manusia itu menjadi suatu mahluk hidup yang punya akhlak mulia ,cerdas,terampil dan matang secara jasmani/rohani lewat belajar dan mengecap pendidikan. Yang nantinya akan memampukan manusia untuk mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab.

1.5.1.2 Tujuan Pendidikan

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional,pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

8

Purwanto,Ngalim MP.1992.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : PT Remaja

(16)

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sementara itu menurut Mudyhardjo 9,pembangunan pendidikan itu menghasilkan orang-orang yang terdidik atau orang-orang yang terpelajar,yang biasanya disebut mencapai kedewasaan ataupun kematangan.

Para pakar pendidikan dalam merumuskan pengertian pendidikan secara substansial mengarah pada satu titik pandang yaitu menuju kepada kedewasaan. Ciri utama kedewasaan dalam pendidikan adalah :

1. tujuan pendidikan yang diharapkan adalah agar orang mampu mengambil keputusan kesusilaan tanpa dipengaruhi orang lain serta keputusan yang diambil bersifat realistis. Keputusan kesusialaan yang dimaksud berupa dengan pendidikan yang diperolehnya diharapkan dapat mengambil keputusan berupa sikap bagaimana berperilaku di masyarakat.

2. agar orang dapat menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan norma-norma yang ada pada suatu masyarakat. Bahwa dengan pendidikan yang diperolehnya dapat nemahami serta menilai norma-norma yang ada pada masyarakat tersebut.

3. mempunyai kematangan dalam aspek biologis dan psikologis yang meliputi segi keturunan,efektivitas,dan keintelektualan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah dengan pendidikan yang diperolehnya mempunyai kematangan baik untuk perkembangan biologis dan juga

9

(17)

perkembangan psikologis dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada serta memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 1.5.1.3 Jenis – jenis pendidikan

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,pendidikan menengah,dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),madrasah aliyah (MA),sekolah menengah kejuruan (SMK),dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma,sarjana,magister,spesialis,dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan

tinggi dengan sistem terbuka.Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,politeknik,sekolah tinggi,institut,atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,penelitian,dan pengabdian kepada masyrakat. Perguruan tinggi juga berhak memberikan gelar akademik ,profesi atau vokasi kepada para lulusannya yang telah memenuhi persyaratan kelulusan.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal, berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal meliputi : pendidikan kecakapan

(18)

hidup,pendidikan anak usia dini,pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan,pendidikan keterampilan dan latihan kerja. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,lembaga pelatihan,kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar masyarakat.

Selain itu pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri lewat literasi informasi dan Media Exposure. Literasi informasi atau melek informasi merupakan seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari ,menelusur,menganalisa,dan memanfaatkan informasi. Mencari informasi bisa ke perpustakaan,toko buku,pusat-pusat informasi,internet,dll. Sementara keterampilan menganalisa dan memanfaatkan informasi memerlukan kecerdasan logis,rasional,dan pertimbangan secara menyeluruh.untuk itu perlu banyak membaca buku,berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan orang-orang yang sukses dalam kehidupan mereka.

(19)

1.5.2 Kedewasaan atau kematangan

Menurut English&English,kematangan didefenisikan sebagai suautu keadaan atau kondisi bentuk,struktur ,dan fugsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme ,baik terhadap suatu sifat,bahkan seringkali semua sifat.10

Kematangan (maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu,yang disebut “readiness”. Readiness yang dimaksud yaitu untuk betingkah laku ,baik tingkah laku yang instingtif mapaun tingkah laku yang dipelajari. Tingkah laku instingtif termasuk tingkah laku yang diwariskan idak hanya berdasarkan insting. Sementara tingkah laku yang dipelajari memerlukan apa yang disebut kematangan. Orang tidak akan dapat berbuat secara intelegern apabila kematangan intelektualitasnya belum memungkinkan.

Manusia adalah mahkluk yang yang terus bertumbuh dan berkembang dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi kematangan manusia itu sendiri mulai dari fisik ,intelektual,emosi dan spritualnya.

A. Perkembangan Fisik

Dari pertumbuhan fisik, diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain . Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum

10

(20)

yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}.

Selain itu kekuatan dan energi pada masa dewasa ini akan matang. Misalnya, Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi, agar benar-benar mandiri dari orang tua. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya. B. Perkembangan Intelektual

Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood) ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain. Tipe kematangan ini disebut juga post formal yaitu tipe matang dari sebuah pemikiran,yang bersandar pada pengalaman subjektif dan intuisi

serta logika,dan berguna dalam menghadapi ambiguitas,ketidakpastian,ketidakkonsistenan,kontradiksi,ketidaksempurnaan,dan

kompromis11.Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot , ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini.

11

(21)

a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung

b. Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking) pada satu jenis penyelesaian saja.

c. Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir.

d. Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal

(22)

dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan.

C. Spiritual Masa Dewasa

Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agama yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama. Di usia dewasa mereka sudah memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan kepuasan baginya.

Selain itu Mudyahrjo12 ,juga menjelaskan hal yang sama tentang tanda-tanda kedewasaan yaitu :

1) kedewasaan fisik : yaitu orang-orang yang memiliki bentuk tubuh dalam proporsi yang relatif mantap dan segala organnya telah siap dalam menjalankan fungsi-fungsi secara normal.

2) Kedewasaan intelektual : yaitu orang yang mampu menampilkan cara berpikir objektif,logis dan reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi

3) Kedewasaan sosial : yaitu orang yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bersama dan konstruktif dalam bekerja sama.

12

(23)

4) Kedewasaan emosional : yaitu orang yang mampu mengendalikan gejolak emosi liar dan menyatakannya dalam bentuk atau cara yang beradab,serta dapat menghargai orang lain dengan cara yang arif bijaksana.

5) Kedewasaan kerja : yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat menampilkan akal dan karya terbaik yang dapat dikerjakan pada saat itu. 6) Kedewasaan moral : yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat

memiliki nilai-nilai hidup yang luhur,dapat berbuat sesuai dengan nilai hidupnya serta mengajak orang lain untuk membuat sesuai dengan nilai hidupnya dan mempunyai kata hati atau hati yang selalu menyerukan kebenaran dan berbuat sesuai kebenaran tersebut.

Sejalan dengan hal itu,menurut Marc & Angel mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, tetapi justru pada sejauhmana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya. Berikut ini pemikirannya tentang ciri-ciri atau karakteristik kedewasaan seseorang yang sesungguhnya dilihat dari kematangan emosionalnya.

1. Tumbuhnya kesadaran bahwa kematangan bukanlah suatu keadaan tetapi merupakan sebuah proses berkelanjutan dan secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan diri.

2. Memiliki kemampuan mengelola diri dari perasaan cemburu dan iri hati. 3. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan mengevaluasi dari sudut

pandang orang lain.

4. Memiliki kemampuan memelihara kesabaran dan fleksibilitas dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

5. Memiliki kemampuan menerima fakta bahwa seseorang tidak selamanya dapat menjadi pemenang dan mau belajar dari berbagai kesalahan dan kekeliruan atas berbagai hasil yang telah dicapai.

6. Tidak berusaha menganalisis secara berlebihan atas hasil-hasil negatif yang diperolehnya, tetapi justru dapat memandangnya sebagai hal yang positif tentang keberadaan dirinya.

7. Memiliki kemampuan membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan emosionalnya (emotional impulse).

8. Memahami bahwa tidak akan ada kecakapan atau kemampuan tanpa adanya tindakan persiapan.

9. Memiliki kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan.

10.Memiliki kemampuan menjaga perasaan orang lain dalam benaknya dan berusaha membatasi sikap egois, dsb.

Menurut pakar sumber daya manusia (SDM) Dwidaya Consultant, Lidwina Lestari Ningsih 13,kematangan emosi merupakan salah satu faktor yang sangat perlu dipertimbangkan dalam menetukan karir ataupun kinerja seseorang selain dari faktor kecerdasan intelektual dan ketrampilan kerja. Hal ini dikarenakan Kematangan emosi adalah kemampuan mengendalikan emosi tertentu secara stabil sesuai dengan perkembangan usianya. Semacam ada kemampuan seseorang yang mumpuni dalam merespon atau bereaksi terhadap fenomena tertentu. Misalnya ketika menghadapi konflik internal dalam situasi kerja. Disitu setiap individu bekerja dalam suatu sistem yang memiliki ciri-ciri interaksi sosial. Idealnya proses umpan balik pun terjadi. Kemungkinan yang bakal terjadi adalah suasana kerja padat konflik dan bisa juga

13

(25)

suasananya nyaman. Karena itu setiap individu harus mampu mengendalikan emosinya untuk menciptakan, mengembangkan dan memelihara kondisi kerja yang menyenangkan.

Pada dasarnya kematangan emosi dan kecerdasan emosi seseorang mengandung motif yang sama. Di dalamnya ada kemampuan mengelola diri yang intinya berangkat dari kemampuan mengenali diri sendiri. Setelah mampu mengenali diri sendiri maka ia seharusnya mampu memotivasi dirinya dan mengelola emosinya dalam berhubungan dengan orang lain dengan baik. Sebaliknya kalau seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya terjadilah penyimpangan atau kekacauan emosional; misalnya perilaku egoistis, egosentris, apriori, prasangka buruk, dan asosial. Bisa juga ada yang bersifat pesimis atau merasa kurang percaya diri kalau akan mengusulkan sesuatu. Padahal sifat seperti itu akan merugikan dirinya sendiri. Lambat laun individu berpikiran negatif tidak mampu mengendalikan dirinya maka kinerjanya akan memburuk.

(26)

masyarakat yang diwakilinya. Bukan hanya melihat secara subjektif tapi juga objektif,sehingga dapat ditemukan jalan keluar yang memang tepat sasaran dan menjadi alternatif yang terbaik.

1.5.3 Kinerja Anggota DPRD 1.5.3.1 Pengertian Kinerja

Defenisi kinerja dapat diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diartikan sebagai sesuatu yang dicapai,prestasi yang diperlihatkan dari kemampuan kerja. Menurut Jackson & Morgan 14 mengemukakan bahwa kinerja menunjukkan tingkat pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Widodo 15 mengemukakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan,atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum,dan sesuai dengan moral dan etika.

Menurut Davis 16 faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) dan merumuskan bahwa :

14

Jackson and Morgan.1978. Organization Theory,A Percprectum for Management.USA:Prentice Hall. Hal 137

15

Widodo,Joko.2005.Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja.Jawa Timur : Bayumedia. Hal 78

16

(27)

a) Faktor kemampuan (ability)

Secara psikologis,kemampuan /ability terdiri dari kemampuan (IQ) dan kemampuan reality (knowledge skill). Artinya ,pemimpin dan anggotanya yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior,very

superior,gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk

jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

b) Faktor motivasi (motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan anggotanya terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dan sebaliknnya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. 1.5.3.3 Kinerja Anggota DPRD

Menurut Arbi Sanit 17,ada 4 faktor yang mempengaruhi kinerja DPR,baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Keempat faktor itu adalah:

1. integritas dan kemampuan atau keterampilan anggota legislatif

2. pola hubungan antara legislatif dengan anggota masyarakat yang mereka wakili yang tercermin di dalam sistem perwakilan yang berlaku

3. struktur organisasi legislatif yang merupakan kerangka formal bagi kegiatan anggota dalam bertindak sebagai wakil rakyat

4. hubungan yang tercermin dalam pengaruh timbal balik antara legislatif dengan eksekutif dan lembaga-lembaga lainnya.

17

(28)

Untuk mengukur kemampuan (kinerja) anggota dewan dalam menyikapi aspirasi masyarakat dapat digunakan indikator yang dikemukakan oleh Manin,Przeworski,dan Stokes18yaitu responsivitas,reliabilitas,dan akuntabilitas.

1. Responsivitas berkaitan dengan kemampuan anggota legislatif dalam mentransformasikan berbagai aspirasi masyarakat dalam kebijakan publik. Selanjutnya, mereka mereka menyebutnya hubungan antara signals and policies. Politisi disebut responsif apabila mereka mengadopsi berbagai kebijakan yang telah disinyalkan masyarakat sebagai isyarat preferensi mereka seperti opini publik,hasil polling,berbagai bentuk perilaku politik langsung seperti demonstrasi,unjuk rasa,menulis surat(pembaca) dan semacamnya,atau penyataan politik atau platform politik pada saat kampanye. Inikator responsivitas jika mereka dapat memformulasikan berbagai aspirasi masyarakat melalui opini publik,tuntutan demonstrasi dan unjuk rasa dan semacamnya.

2. Realibilitas berkaitan dengan kemampuan anggota legislatif dalam mentransformasikan berbagai isu dan program yang mereka tawarkan pada saat kampanye ke dalam suatu kebijkan politik. Indikator ini khususnya berkaitan dengan “mandat” yaitu hubungan antara Mandate and policies. Dalam konteks ini anggota dewan dikatakan kinerjanya baik apabila mereka mampu memenuhi setidaknya dua kriteria yaitu : 1) kebijakan-kebijakan yang dibuat atau yang diperjuangkan sesuai dengan platform politik (isu dan program) yang mereka tawarkan pada saat kampanye pemilu; 2)upaya

18

(29)

pencapaian platform politik. Ini semata-mata dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan sesuatu yang terbaik bagi konstituennya.

3. Akuntabilitas berkaitan dengan kemampuan anggota dewan dalam bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kepentingan untuk terpilih kembali pada pemilu berikutnya. Hal ini berkaitan dengan outcomes dan santions. Anggota dewan dikatakan akuntabel apabila para pemilih dapat melihat bahwa para politisi tersebut melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan mereka dan mnyetujui tindakan pemerintah secara wajar. Akuntabilitas terjadi jika 1) para pemilih akan tetap mempertahankan /memilih anggota dewan jika para anggota dewan tersebut berbuat untuk kepentingan terbaik mereka;2) para anggota dewan memilih kebijakan yang dibutuhkan agar mereka terpilih kembali.

Untuk mengukur variabel tersebut di atas dapat dilihat dari aktifitas anggota dewan dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

a. Fungsi legislasi

Secara umum yang dimaksud dengan fungsi legislasi adalah fungsi untuk membuat pearturan daerah. Hal ini ditegaskan pada Pasal 42 , UU No.32 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa :

a) DPRD mempunyai tugas dan wewenang membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

(30)

Melalui fungsi legislasi ini sesungguhnya menempatkan DPRD pada posisi yang sangat strategis dan terhormat,karena DPRD ikut menentukan keberlangsungan dan masa depan daerah. Hal ini juga harus dimaknai sebagai amanah untuk memperjuangkan dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Fungsi legislasi adalah suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan pihak pemangku kepentingan (stakeholders),untuk menetapkan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Oleh karena itu fungsi ini dapat mempengaruhi karakter dan profil daerah melalui peraturan daerah sebagai produknya. Disamping itu, sebagai produk hukum daerah,maka peraturan daerah merupakan komitmen bersama para pihak pemangku kepentingan daerah yang mempunyai kekuatan paksa. Dengan demikian fungsi legislasi mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menciptakan keadaan masyarakat yang diinginkan maupun sebagai pencipta keadilan sosial bagi masyarakat.

b. Anggaran

(31)

tentunya semakin berkembang dan dinamis yang tercermin dalam kegiatan,untuk mendorong rakyat dalam memenuhi kewajibannya sebagai Warga Negara ,(3) Proses Penentuan jumlah alokasi dumber-sumber ekonomi untuk setiap program dan aktivitas dalam bentuk satuan uang.

Penyusunan anggaran (rencana keuangan tahunan) dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip efisiensi alokasi dana. Fungsi penganggaran mempunyai peranan sangat penting dalam mewujudkan kesejahtraan rakyat dan meningkatkan daya saing. Anggaran pada tingkat daerah (APBD) mempunyai hubungan yang signifikan dengan anggaran pada tingkat nasional (APBN),yaitu sebagai alat untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dengan adanya penyebaran pelayanan publik ke daerah-daerah.

c. Pengawasan

pengawasan yang dilakukan oleh DPRD adalah pengawasan politik dan kebijakan yang bertujuan untuk memelihara akuntabilitas publik,terutama lembaga-lembaga yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintahan serta pembangunan di daerah. Sistem akuntabilitas di daerah akan menjadi lebih efektif ,karena proses dan hasil pengawasan yang dilakukan DPRD akan memungkinkan lembaga-lembaga publik digugat jika mereka tidak memenuhi kaidah-kaidah publik.

(32)

dalam proses pengelolaan tata pemerintahan daerah. Secara umum Ruang Lingkup Pengawasan DPRD oleh DPRD meliputi tiga hal yaitu :

(a) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan lainnya (Peraturan Kepala Daerah,Keputusan Kepala Daerah,dsb).

(b) Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.

(c) Pengawasan terhadap Perjanjian Kerjasama dengan Pihak Ketiga Selain fungsi legislasi ,anggaran, dan pengawasan,ada dua fungsi legislatif yang secara umum dapat dilihat yaitu fungsi perwakilan (representatives functions)

dan fungsi rekruitmen (recruitment or electrical colleges functions).

Konsultasi publik bagi anggota DPRD merupakan pengejawantahan dari implementasi fungsi perwakilan,yang maknanya sebagai hubungan diantara dua pihak yaitu wakil dengan yang diwakili,dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibangun dengan yang diwakilinya. Tanggung jawab politik sebagai tindakan pribadi para wakil (DPRD) yang disesuaikan dengan kepentingan yang diwakili,artinya kemampuan sang wakil (DPRD) terpilih untuk mengemban fungsi dan perannya dimainkan ketika elite wakil (DPRD) yang menduduki posisi berkemampuan untuk menata perilaku dan pilihan kebijakan sesuai dengan tuntutan unsur-unsur kepentingan di dalam masyarakat. Hal tersebut juga bisa diwujudkan melalui proses interaksi antara wakil (DPRD) dengan yang diwakilinya.

(33)

pengekangan terhadap sebagian atau keseluruhan hak seseorang untuk terlibat aktif yang kemudian menjadi landasan penting dalam memformat pola hubungan antara DPRD dengan masyarakat selaku konstituen dalam bangunan demokrasi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemerdekaan,persamaan,keadilan serta siolidaritas.

Fungsi pembuatan keputusan merupakan fungsi badan perwakilan rakyat saat dihadapkan pada berbagai masalah (khususnya masalah-masalah pembangunan dan konflik kepentingan) demi terwujudnya kesejahtraan bersama atau tujuan bersama yang disepakati. Ukuran pelaksanaan fungsi ini dapat dilihat dari kemampuan lembaga mengatasi perkembangan masa depan,mengidentifikasi problem-problem utama,dan merumuskan cara untuk mengatasinya serta kemampuannya menjadi mediasi penyelesaian berbagai konflik secara damai.

Aktualisasi fungsi-fungsi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkait satu sama lainnya. Faktor-faktor tersebut mencakup mulai dari budaya politik dan harapan masyarakat. Konsepsi mengenai kekuasaan pemerintah ,struktur hukum tata negara dan tata pemerintahan ,tata tertib dan pola syarat penggunaan hak-hak,struktur dan sistem kepartaian,sifat kompetisi pemilihan umum,pengorganisasian kepentingan dan pengelompokan sosial,kematangan psikologis dan karakteristik individual lain para wakil rakyat,serta faktor-faktor situasional.

1.5.4 Hubungan tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD

(34)

dan pembangunan. Era Otonomi Daerah saat ini membuka keleluasaan yang cukup besar bagi para anggota DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota menjalankan fungsi legislasi,anggaran dan pengawasan,serta fungsi perwakilan. Kinerja anggota DPRD tidak hanya diukur dari berapa banyak PERDA yang mereka keluarkan ataupun kualitas dari kebijakan itu sendiri. Tetapi kinerja mereka juga dapat dilihat dari segi responsifitas dan inisiatif untuk menanggapi permasalahan yang ada di masyarakat. Banyak isu-isu yang harus ditanggapi dengan serius oleh para anggota DPRD yang membutuhkan pemahaman dan pengetahuan yang luas tentang isu-isu yang ada di masyarakat. Oleh karena itu beratnya tanggung jawab tanpa diikuti oleh kualitas sumber daya manusia yang bermutu,maka kualitas produk serta sikap yang dihasilkan DPRD belum tentu mencerminkan kehendak dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan,bahkan bisa ‘berseberangan’ dengan aspirasi masyarakat.

Kualitas SDM itu sendiri salah satunya adalah dari faktor latar belakang pendidikan. Dengan pendidikan yang baik dan sesuai dengan bidangnya maka mereka bisa mencapai apa yang disebut sebagai kematangan intelektuak dan kematangan emosional. Kedua unsur tersebut merupakan bagian dari kemampuan seseorang untuk merespon atau bereaksi terhadap suatu fenomena tertentu dan mencari jalan keluar sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai.

(35)

pekerjaan,sehingga ia akan mampu memecahkan masalah dengan cara yg benar dan kreatif

Selain itu pengetahuan yang dimiliki serta pemahaman yang baik yang mereka terima di bangku pendidikan tentang rakyat,pemerintahan,ekonomi,hukum dan hal lainnya termasuk kemajuan teknologi akan sangat membantu mereka dalam mengaspirasikan kepentingan masyarakat dan bagaimana mewujudkannya dalam sebuah kebijakan. Karena itulah ada tuntutan dari masyarakat agar para anggota DPRD mampu meningkatkan kualitasnya,baik dari segi pendidikan,kualitas pengetahuan,wawasan dan pengalaman yang tentunya akan berdampak terhadap daya kritis,dan sensitifitas terhadap kasus-kasus publik tadi.

1.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ,dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.19

Adapun hipotesis yang peneliti kemukakan adalah : 1) Hipotesis Kerja (Ha)

“Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo.”

2) Hipotesis Nol (Ho)

“Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo.”

1.7. Definisi konsep

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

19

(36)

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara.

2. Kedewasaan merupakan suatu kondisi ataupun struktur dan sifat yang telah membentuk sifat dan kekuatan dalam diri seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu fenomena yang dia alami.

3. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan,atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum,dan sesuai dengan moral dan etika.

1.8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari variabel-variabel tersebut. 20

Variabel bebas (X1) yaitu pendidikan terdiri atas beberapa indikator :

1. Pendidikan formal 20

(37)

2. Pendidikan nonformal 3. Mass Media Exposure 4. Literasi informasi

variabel bebas (X2) yaitu kedewasaan terdiri atas dua indikator yaitu :

1. Kedewasaan intelektual : yaitu orang yang mampu menampilkan cara berpikir objektif,logis dan reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi

2. .Kedewasaan emosional : yaitu orang yang mampu mengendalikan gejolak emosi liar dan menyatakannya dalam bentuk atau cara yang beradab,serta dapat menghargai orang lain dengan cara yang arif bijaksana..

Variabel terikat (Y) yaitu kinerja terdiri atas beberapa indikator : 1. Pelaksanaan fungsi pengawasan meliputi:

- pengawasan terhadap PERDA dan APBD 2. pelaksanaan fungsi legislasi meliputi :

- penggunaan hak inisiatif dewan dalam penyusunan RANPERDA/PERDA

- sosialisasi peraturan daerah.

3. pelaksanaan fungsi anggaran meliputi perencanaan dan penganggaran APBD yang signifikan dan korelasi dengan kebutuhan masyarakat.

4. pelaksanaan fungsi perwakilan/konsultasi publik - adanya publikasi lewat media cetak/radio,dsb - adanya publik hearing di kantor DPRD

(38)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1JENIS PENELITIAN

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa kuantitatif dengan maksud untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang menggunakan rumus statistik 21. Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan fakta yang diperoleh di lapangan.

2.2LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karo.

2.3POPULASI DAN SAMPEL

2.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono 22, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karo yang berjumlah 35 orang.

21

Arikunto,Suharsini.1996.Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta. Hal 5

22

(39)

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun 23,sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menajadi bagian dari sumber data yang sebenarnya,dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai representatif dari seluruh populasi,sehingga kesimpulan juga berlaku bagi seluruh populasi.

Dalam penelitian ini,teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono24, sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,berkisar 30 orang. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus. Maka dalam penelitian ini sampel berjumlah 33 orang yaitu seluruh anggota DPRD Kabupaten Karo itu sendiri. Namun untuk menambah data yang ingin diperoleh di lapangan,maka peneliti juga mengambil sampel di luar anggota DPRD yaitu 28 orang pegawai Sekretariat DPRD Kabupaten Karo dan 5 orang anggota masyarakat.

2.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara, antara lain :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu data diperoleh langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara Angket/kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan

23

Singarimbun,Masri dan Sofyan Effendi.1989.Metode Penelitian Survei.Jakarta : PT Pustaka LP3S. Hal 152

24

(40)

dengan cara menyebarkan sejumlah pertanyaan dalam bentuk angket kepada responden, dimana dalam penelitian ini digunakan pertanyaan yang bersifat tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan berbagai alternatif jawaban.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder yaitu data yang diperlukan untuk mrndukung data primer. Pada penelitian ini data sekunder yang diadopsi adalah sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b) Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber yang lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5 TEKNIK PENENTUAN SKOR

Untuk membantu menanalisa data yang diperoleh dalam penelitian ,maka peneliti menggunakan teknik penentuan skor. Teknik pengukuran skor yang akan digunakan adalah dengan skala ordinal dengan penentuan sebagai berikut :

- Untuk jawaban a diberi skor 5 - Untuk jawaban b diberi skor 4 - Untuk jawaban c diberi skor 3 - Untuk jawaban d diberi skor 2 - Untuk jawaban e diberi skor 1

(41)

Skor tertinggi – Skor terendah Banyaknya Bilangan 8 , 0 5 1 5     bilangan banyaknya terendah skor tertinggi skor

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu :

KATEGORI NILAI Sangat tinggi 4,24 – 5,00

Tinggi 3,43 – 4,23

Sedang 2,62 – 3,42

Rendah 1,81– 2,61

Sangat rendah 1 – 1,80

TEKNIK ANALISA DATA

1. Untuk mengetahui adakah hubungan variabel X1 dan X2 dengan Y,maka digunakan rumus Product Moment :

rxy =

 } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 i i i i i i i i Y Y n X X n Y X Y X n Keterangan :

rxy= angka indeks korelasi produk moment n = sampel

(42)

Untuk melihat hubungan antar kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Nilai r positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

b. Nilai r negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interpretasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:214) yaitu:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang 0,60 – 0,79 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat

(43)

dihitung lebih kecil dari rtabel (rhitung < r tabel) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya bila rhitung lebih besardari rtabel (rhitung > r tabel) maka Ha diterima.

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja/hipotesis alternatif dapat diterima.

2. Koefisien Determinan

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar (presentase) pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

D = (r2) x 100% Keterangan:

D = Koefisien determinasi

(44)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Karo

Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak antara 02050’ s/d 03019’ LU dan 97055’ s/d 98038’ BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km2 atau 212.725 km. Wilayah kabupaten Karo berbatasan dengan :

1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang di bagian utara 2. Kabupaten Simalungun di bagian timur

3. Kabupaten Dairi di bagian selatan 4. Provinsi NAD di bagian barat.

(45)

Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei.

B.Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2006 ialah sebanyak 342.555 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2006 adalah 161,03 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo pada periode tahun 2000-2006 adalah sebesar 3,19% per tahun.

Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama Nasrani merupakan terbanyak baru disusul oleh penduduk agama Islam dan agama lainnya. Ditinjau dari segi etnis,penduduk Kabupaten karo mayoritas adalah suku Karo,sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba atau Tapanuli,Jawa,Simalungun,dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya (dibawah 5%).

C.Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Karo merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas 17 kecamatan yaitu :

NAMA KECAMATAN

IBU KOTA JUMLAH DESA

Kabanjahe Kabanjahe 13

Berastagi Berastagi 9

(46)

Tigapanah Tigapanah 22

Payung Tiganderket 8

Munte Munte 22

Tigabinanga Tigabinanga 19

Merek Merek 19

Kutabuluh Kutabuluh 16

Juhar Juhar 24

Lau Baleng Lau Baleng 13

Mardinding Mardinding 10

Barusjahe Barusjahe 19

Naman Teran Naman Teran 14

Tiganderket Tiganderket 17

Dolat Rayat Dolat Rayat 7

Merdeka Merdeka 9

D. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Karo

Kantor DPRD Kabupaten Karo beralamat di jl.Veteran no.14 yang letaknya bersebelahan dengan kantor Kecamatan Kabanjahe. Adpaun jumlah anggota DPRD Kabupaten Karo adalah berjumlah 35 orang,dengan pembagian berdasarkan kedudukannya yaitu sebagai berikut :

NO. NAMA JABATAN

1. Siti Aminah br Perangin-angin SE Ketua

2. Ferianta Purba SE Wakil Ketua

3. Onasis Sitepu SE Wakil Ketua

4. Sudarto Sitepu Anggota

5. Frans Dante Ginting BBA Anggota

6. Harison Sitepu Anggota

7. Makmur Jambak SPDI Anggota

(47)

9. Saut Gurning Anggota

10 Effendi Sinukaban SE Anggota

11. Sentosa Sinulingga Anggota

12. Drg.Bantuan Purba Msi Anggota 13. Martin Luter Sinulingga Anggota

14. Inganta Kembaren SH Anggota

15. Suranta Sitepu SSI Anggota

16. Ir.Thomas Sitepu Anggota

17. Alas Karo-karo Anggota

18. Sarijan Bako Anggota

19. Sumihar Sagala SE Anggota

20. Natanail Ginting SE Anggota

21 Aceh Silalahi Anggota

22 Rendra Gaule Ginting SH Anggota

23 Eka Jaya Sitepu SE Anggota

24 Gilbert Ginting Anggota

25 Pengamat Sembiring SE Anggota

26 Suranta Ginting SE Anggota

27 Ir.Monni Pandia Anggota

28 Masdin DT Ginting Anggota

29 Dra.Remita Sembiring Anggota

30 Join Fransisco Ginting Anggota

31 Sudirman Ginting Anggota

32 Ir.Edi Ulina Ginting Anggota

33 DR (HC) Kena Ukur Surbakti Anggota

Fraksi

(48)

beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD kabupaten/kota.Fraksi mempunyai sekretariat yang menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan APBD.

Adapun beberapa fraksi yang ada di DPRD Kabupaten Karo beserta anggotanya antara lain :

I.Fraksi PDI Perjuangan

Penasehat : Siti Aminah br Perangin-angin,SE Ketua : Effendy Sinukaban,SE Wakil Ketua : Sudarto Sitepu

Sekretaris : Masdin Ginting Bendehara : Gilbert Ginting Anggota : Suranta Ginting

Martin Luther Sinulingga

II.Fraksi Partai Indonesia Sejahtera

Ketua : Ir.Thomas Sitepu Sekretaris : Sumihar Salmon Sagala,SE Anggota : Aceh Silalahi

Join Fransisco Ginting

Natanail ginting,SE

Onasis Sitepu

Pengamat Sembiring,SE

III.Fraksi Karo Bersatu

Penasehat : Saut Gurning

(49)

Sekretaris : Alar Karo-karo Wakil sekretaris : Ir.Monni Pandia Anggota : Drg.Bantuan Purba

Eka Jaya Sitepu

Perhiasen Triwaty Br Ginting IV.Fraksi Partai Golkar

Ketua : Frans Dante Ginting Sekretaris : Inganta Kembaren,SH Anggota : Ferianta Purba,SE V.Fraksi Pijer Podi

Penasehat : Dra.Remita Br Sembiring

Ketua : Rendra Gaulle Ginting,SH Wakil ketua : Sarijon Bako,SP

Sekretaris : Suranta Sitepu,SSi Wakil sekretaris : Ir.Edi Ulina Ginting VI.Fraksi Partai Amanat Nasional

Ketua : Harison Sitepu,SP Wakil ketua : Makmur Jambak,Spdi Sekretaris : Sudirman Ginting

Komisi

(50)

ditetapkan paling lama dua setengah tahun. Adapun pembagian komisi yang terdapat di DPRD Kabupaten Karo beserta anggota dan bidang-bidangnya antara lain : Komisi A : Bidang Pemerintahan,Aparatur,Pertanian dan Peternakan Ketua : Sudarto Sitepu

Wakil Ketua : Sarijon Bako,SP Sekretaris : Ir.Edi Ulina Ginting

Inganta Kembaren,SH Saut Gurning

Sumihar Salmon Sagala,SE Masdin Ginting

Sentosa Sinulingga Join Fransisco Ginting Ir.Monni Pandia Makmur Jambak,Spdi

Adapun bidang tugas dan mitra kerja komisi A antara lain : 1. Asisten I Pemerintahan Setda Kab. Karo

2. Badan Pertanahan Nasional 3. Kantor Statistik

4. Bagian Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah 5. Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan

6. Dinas informasi,komunikasi dan PDE 7. Dinas perhubungan

(51)

10.Kantor KPU

11.Kantor Kesatuan Satpol PP,dsb.

Komisi B : Bidang Perekonomian dan Keuangan Ketua : Frans Dante Ginting

Wakil Ketua : Martin Luter Sinulingga Sekretaris : Dra.Remita Br Sembiring

Gilbert Ginting Eka Jaya Sitepu

Perhiasen Triwaty Br Ginting Natanail ginting,SE

Aceh Silalahi Sudirman Ginting

Adapun bidang tugas dan mitra kerja komisi B antara lain : 1. Asisten II Ekonomi dan Pembangunan

2. Dinas Pendapatan,pengelolaan keuangan dan asset daerah 3. Bulog

4. Perbankan

5. Bagian perekonomian 6. Dinas pekerjaan umum

7. Dinas koperasi,perindustrian dan perdagangan 8. Dinas Kehutanan

9. Dinas Pertambangan dan energi

(52)

Komisi C : Bidang Kesejahteraan Rakyat Ketua : Harison Sitepu,SP

Wakil Ketua : Suranta Sitepu,S.Si Sekretaris : Suranta Ginting,SE Effendy Sinukaban,SE

DR.(HC) Kena Ukur Surbakti Alar Karo-karo

Drg.Bantuan Purba Ir.Thomas Sitepu Pengamat Sembiring,SE

Rendra Gaulle Ginting,SH

Adapun bidang tugas dan mitra kerja komisi C antara lain : 1. Asisten III Administrasi Setda Kab. Karo

2. UPT PLN

3. Kantor Departemen Agama 4. Dinas pendidikan nasional 5. Dinas Kesehatan

6. Dinas sosial dan tenaga kerja

7. Dinas Kependudukan dan catatan sipil 8. BAPPEDA

(53)

Sedangkan pegawai Sekretariat DPRD Kabupaten Karo terdiri atas :

NO. NAMA GOL JABATAN

1. Sarjana Ginting SE IV/b Sekwan 2. Jiwa Tarigan IV/a Kabag Umum

3. Romel SE IV/a Kabag Keuangan

4. Drs. Djoko Sujarwanto III/d Kabag Persidangan 5. Rodiah Br Karo,SH III/d Kasubbag Ketatausahaan 6. Drs.Jaluas Situmorang III/d Kasubbag Perlengkapan 7. Berlina,SE III/c Kasubbag Pembukuan 8. Sormintan br Manjorang,SH III/c Kasubbag

Perundang-undangan

9. Putra Landri Sitepu,SSTP III/b Kasubbag Persidangan 10. Herman Sembiring,SH III/b Staf

11 Aprianto Karo-karo,SH III/a Staf 12 Eva Nirwana Br Tompul,SH III/a Staf

13 Amri Ginting II/d Pemegang Kas 14 Riaty Elizabeth br Payung II/c Staf

15 Ina Sofia Situmorang,Amd II/c Staf

16 Sudarno Meliala II/a Staf

17 Ijin Tarigan II/a Staf

18 Lisan Ginting II/a Staf

19 Ramli Tarigan II/a Staf

20 Effirita br Munthe II/a Staf 21 Elida br Karo II/a Staf 22 Syamsir Hariansyah II/a Staf 23 Menda br Ginting II/a Staf 24 Megawati br Ginting II/a Staf

25 Efendi Ginting I/c Staf

26 Johanes Cahaya Ginting Staf

27 Lewi Sembiring Staf

(54)

Adapun lima orang anggota masyarakat yang juga diikutsertakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah :

(55)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan data-data yang diperoleh selama masa penelitian yang telah dilakukan pada Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Kabupaten Karo berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada seluruh anggota DPRD yang dijadikan sample dalam penelitian ini yang berjumlah 33 orang serta sebagai bahan pembanding untuk mendapatkan gambaran data yang lebih valid dan akurat peneliti juga menebarkan angket kepada pegawai di Sekretariat DPRD Karo sejumlah 28 orang dan ditambah 5 anggota masyarakat.

Pada penelitian ini menggunakan 3 variabel yang terdiri dari 2 variabel bebas yaitu pendidikan (X1) dan kedewasaan (X2) dan 1 variabel terikat yaitu kinerja DPRD (Y). Hasil dari angket yang disebarkan akan dianalisa satu persatu dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban responden secara keseluruhan untuk mendapatkan angka yang umum dan menyeluruh mengenai ke 3 variabel tersebut. Angka rata-rata yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam 5 item,dan disajikan dalam bentuk table,sehingga gambaran tentang kondisi yang diteliti dapat terlihat dengan jelas.

Namun pada tahap awal,data-data yang disajikan meliputi data-data tentang identitas responden. Untuk pertanyaan yang menyangkut identitas responden tidak diberikan skor kecuali tingkat pendidikan terakhir. Selebihnya data identitas tidak akan dianalisa secara kuantitatif.

(56)
[image:56.595.108.517.139.253.2]

Berdasarkan hasil penelitian diketahui identitas responden sebagai berikut: Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

FREKUENSI NO JENIS

KELAMIN

ANGGOTA DPRD

ANGGOTA MASYARAKAT

PERSENTASE (%)

1. PRIA 30 24 82

2. WANITA 3 9 18

JUMLAH 66 100

Sumber : Kuesioner Mei 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden terbesar adalah yang berjenis kelamin pria sebanyak 54 orang (82%),sedangkan jumlah responden terkecil adalah yang berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 12 orang (18%).

Tabel 2 : Distribusi Responden menurut Umur FREKUENSI NO UMUR

ANGGOTA DPRD

ANGGOTA MASYARAKAT

PERSENTASE (%)

1. 26 – 30 TAHUN 4 8 18,1

2. 31 – 35 TAHUN 2 6 12,1

3. 36 – 40 TAHUN 4 5 13,6

4. 41 – 45 TAHUN 7 6 19,6

5. DI ATAS 46 TAHUN

16 8 36,3

JUMLAH 66 100

Sumber : kuesioner Mei 2010

[image:56.595.108.520.403.562.2]
(57)
[image:57.595.109.517.518.754.2]

Tabel 3 : Distribusi responden menurut pendidikan terakhir FREKUENSI

No. PENDIDIKAN

TERAKHIR ANGGOTA DPRD

ANGGOTA MASYARAKAT

PERSENTASE (%)

1. SMA 9 12 32

2. D - III 2 4 9

3. S – 1 21 14 53

4. S - 2 1 3 6

JUMLAH 66 100

Sumber : kuesioner Mei 2010

Dari table diatas dapat terlihat bahwa jumlah responden terbesar merupakan responden lulusan sarjana strata 1(S1) sebanyak 35 orang (53%). Di urutan kedua ada pada responden lulusan SMA sebanyak 21 orang (32%). Sementara urutan ke tiga ada di lulusan D-III sebanyak 6 orang (9%) dan urutan terkahir ada pada lulusan S2 sebanyak 4 orang (6%).

Tabel 4 : Distribusi Responden menurut partai politik

NO. PARTAI POLITIK FREKUENSI PERSENTASE (%)

1. PDI-Perjuangan 7 21,2%

2. Golkar 3 9,1%

3. PAN 3 9,1%

4. Partai Indonesia Sejahtera 3 9,1% 5. Partai Karya Peduli Bangsa 2 6,1% 6. Partai Pengusaha&Pekerja

Indonesia

2 6,1%

7. Partai Demokrat 2 6,1%

8. Partai Demokrasi Kebangsaan 2 6,1%

(58)

10. GERINDRA 1 3%

11. Partai Barisan Nasional 1 3%

12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

1 3%

13. Partai Perjuangan Indonesia Baru 1 3% 14. Partai Republika Nusantara 1 3%

15. Partai Pelopor 1 3%

16. Partai Damai Sejahtera 1 3%

17. Partai Patriot 1 3%

JUMLAH 33 100 %

B. VARIABEL PENELITIAN 1. Tingkat Pendidikan

[image:58.595.107.516.84.297.2]

a. Pendidikan Informal

Tabel 5 : Tanggapan Responden mengenai pengalaman mengikuti lembaga kursus atau lembaga pelatihan yang berkaitan dengan profesinya saat ini

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Selalu 10 15,1

2 Beberapa kali 39 59

3 Hanya satu kali 11 16,6

4 Tidak ingat 1 1,51

5 Tidak pernah 5 7,57

Jumlah 66 100

Sumber : Kuesioner April 2010

(59)

(16,6%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memang mengkuti pelatihan atau kursus tertentu yang sesuai dengan profesinya saat ini.

Tabel 6: Tanggapan Responden mengenai pemahaman akan pentingnya pendidikan informal lewat mengikuti kursus/pelatihan

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat paham 7 10,6

2 Paham 49 74,2

3 Kurang paham 6 9

4 Ragu-ragu 3 4,54

5 Tidak paham 1 1,51

Jumlah 66 100

Sumber : Kuesioner April 2010

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas responden menjawab telah memahami pentingnya pendidikan informal lewat mengikuti kursus/pelatihan sebanyakl 49 orang (74,2%). Sedangkan yang menjawab sangat paham ada 7 orang (10,6%),yang menjawab kurang paham ada sebanyak 6 orang (9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sudah mengerti pentingnya mengikuti kursus atau pelatihan untuk meningkatkan kinerjanya.

Tabel 7: Tanggapan Responden mengenai seringnya mengikuti workshop/seminar/bedah buku yang berkaitan dengan profesinya

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sering sekali 8 12,1

2 Beberapa kali 38 57,5

3 Hanya satu kali 7 10,6

4 Tidak ingat 5 7,57

5 Tidak pernah 8 12,1

Jumlah 66 100

(60)

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas responden menjawab beberapa kali mengikuti workshop/seminar/bedah buku yang berkaitan dengan profesinya sebanyak 38 orang (57,5%). Yang menjawab sering sekali mengikuti hanya 8 orang (12,1%),sementara yang menjawab hanya satiu kali ada 7 orang (10,6%). Namun masih ada yang menjawab belum pernah sebanyak 8 orang (12,1%). Dari tabel ini dapat dilihat bahwa responden memang beberapa kali mengikuti workshop/seminar/bedah buku yang berkaitan dengan profesinya untuk mendukung pencapaian kinerja yang lebih baik.

b. literasi Informasi/melek informasi

Tabel 8: Tanggapan Responden mengenai seringnya pergi ke toko buku atau perpustakaan untuk mencari pengetahuan atau informasi terbaru

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sering sekali 9 12,1

2 Beberapa kali 43 65,1

3 Hanya satu kali 4 6

4 Tidak ingat 3 4,54

5 Tidak

Gambar

Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 3 : Distribusi responden menurut pendidikan terakhir
Tabel 5 : Tanggapan Responden mengenai pengalaman mengikuti lembaga
Table 16: Tanggapan Responden mengenai kepemilikan atas UU No. 32 tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk mengembangkan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, perlu mewujudkan lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai

Apakah tingkat profesionalisme (kompetensi) berpengaruh terhadap peran Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung dalam pengawasan suatu anggaran

dengan judul : Hubungan Tata Kerja Antara Pemerintah Daerah Dan Dewan.. Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Penyelenggaraan

Terkait dengan apakah terdapat perbenturan kepentingan antara ketentuan fraksi sebagai kepanjangan tangan struktur organisasi partai politik dengan keberadaan perwakilan

Melihat komunikasi yang terjadi pada kedua unsur penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak eksekutif (pemerintah daerah) dan pihak legislative (DPRD) dalam

Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Aceh yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum 14 .Yang dimaksud dalam

Penyelenggara pemerintahan adalah presiden dibantu oleh wakil presiden dan para menteri negara. Penyelenggara pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota legislatif perempuan dalam mengartikulasi dan mengagregasi kepentingan perempuan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Peran Anggota DPRD