• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

“MINANG KABAU SHAKAI NI OKERU NOUGYOU NO GOTONG ROYONG”

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

MARINI HUTABARAT NIM : 062203042

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN

(2)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

“MINANG KABAU SHAKAI NI OKERU NOUGYOU NO GOTONG ROYONG”

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

MARINI HUTABARAT

NIM : 062203042

Pembimbing Pembaca

Drs. Eman Kusdiyana M.Hum Alimansyar S.S

NIP. 131763365 NIP.132313750

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar

Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian

Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR

SASTRA BUDAYA

(3)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Sastra

Univesitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum.

NIP 131662152

(4)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D.

NIP 132098531

Panitia :

No Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum. ( )

2. Drs. Eman Kusdiyana M.Hum ( )

(5)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan kertas karya ini, sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Study Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “GOTONG ROYONG BERTANI PADA MASYARAKAT MINANG KABAU”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dimana masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penulisan. Sehingga dengan segala kerendahan hati penulis akan menyambut saran dan kritik dari pembaca untuk kearah perbaikan demi kesempurnaan tulisan ini.

Dalam penulisan kertas karya ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

− Bapak Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

− Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

− Bapak Drs. Eman Kusdiyana M.Hum, selaku Dosen Pembimbing.

− Bapak Alimansyar, S.S. Selaku Dosen Pembaca.

(6)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

− Seluruh Staff pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

− Teristimewa kepada kedua Orang tua tercinta Ayahanda Sarma Hutabarat dan

Ibunda Almh.Rosida Br.Manik, juga Bou tercinta Sarnida Hutabarat yang telah mencurahkan segala daya dan upaya baik berupa dorongan moril maupun materil selama ini sehingga selesainya Kertas Karya ini.

− Buat daisukina hito “Sadrajad” Thank You for everything that you ever give to

me.

− Buat teman-temanku: Latifatul Ilmi, Azhari Charli, Edwin Kiting, Ramadanil

Qadri, Mardia, Astri,Latifah Mbak Nur dan teman-teman Mahasiswa D III Bahasa Jepang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini, mudah – mudahan Kertas Karya ini berguna dan bermanfaat bagi orang yang membacanya.

Medan, Juni 2009 Penulis,

Marini Hutabarat

(7)

Marini Hutabarat : Minang Kabau Shakai Ni Okeru Nougyou No Gotong Royong, 2009.

BAB II GAMBARAN UMUM GOTONG ROYONG DAN MASYARAKAT MINANG KABAU 2.1 Pengertian Gotong Royong dan Bidang – Bidang Gotong Royong ... 3

2.2 Letak Geografis ... 4

2.3 Mata Pencaharian ... 5

2.4 Kependudukan...5

BAB III GOTONG ROYONG BERTANI PADA MASYARAKAT MINANG KABAU 3.1 Penyemaian Benih ... 7

3.2 Membajak dan Mencangkul Sawah ... 8

3.3 Menanam Benih di Sawah... ... 9

3.4 Panen ... ... 9

BAB IV 4.1 KESIMPULAN ... 10

4.2 SARAN ... 10

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Gotong Royong merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia, karena setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai suatu warisan budaya saling membantu antara individu yang satu dengan yang lainnya.Kegiatan gotong royong dilaksanakan dalam mencari kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti : berburu, bertani, dan membuat alat – alat peperangan bahkan untuk membangun suatu perkampungan. Budaya seperti ini harus dilestarikan sampai kapanpun.

Salah satu dari bentuk gotong royong adalah gotong royong dalam bertani. Misalnya penyemaian benih, membajak dan mencangkul sawah, menanam benih, dan panen. Melihat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, maka gotong royong memiliki ciri khas masing – masing. Misalnya yang saya bahas adalah masalah gotong royong bertani pada masyarakat Minang Kabau. Ciri khas dari gotong royong bertani pada masyarakat Minang Kabau adalah dari semua kegiatan bertani tersebut didominasi oleh wanita. Dari penyemaian benih, menanaman benih di sawah, sampai panen dilakukan oleh para wanita. Sedangkan para pria hanya bekerja ketika membajak mencangkul sawah,dan ketika panen.

(9)

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi syarat kelulusan dari Fakultas Sastra Program D III USU 2. Penulis ingin menyampaikan kepada pembaca khususnya para mahasiswa

untuk mengenal dan memahami gotong royong bertani dalam suatu suku bangsa, sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. 3. Untuk menambah wawasan pembaca tentang gotong royong bertani pada

masyarakat Minang Kabau

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membatasi pembahasannya oada masalah gotong royong bertani pada mayarakat Minang kabau. Khususnya dalam penyemaian benih, membajak dan mencangkul sawah, menanam benih di sawah, dan panen. Sebelum pembahasannya penulis menjelaskan tentang pengertian dan bidang – bidang gotong royong, letak geografis,mata pencaharian, dan kependudukan masyarakat Minang Kabau.

1.4 Metode Penulisan

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM GOTONG ROYONG DAN MASYARAKAT

MINANG KABAU

2.1 Pengertian Gotong Royong dan Bidang – Bidang Gotong Royong

Gotong royong adalah “ suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama – sama dan bersifat sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah,dan ringan. Yang bertujuan agar lebih meringankan beban atas kegiatan yang akan dikerjakan, dapat meminimalkan penggunaan waktu dan biaya, meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan sesama warga masyarakat.

Kegiatan gotong royong terdiri dari beberapa bidang. Bidang – bidang tersebut meliputi :

Gotong royong terdiri dari beberapa bidang , yaitu : 1. Bidang Ekonomi dan mata pencaharian hidup.

Gotong royong dalam bidang ini meliputi tiga bentuk kegiatan, yaitu : bertani, beternak, dan pemupukan modal.

2. Bidang Kemasyarakatan

(11)

3. Bidang Religi atau Kepercayaan yang ada dalam Masyarakat. Gotong royong dalam bidang ini meliputi kegiatan Upacara keagamaan.

Kegiatan ini tergantung kepada agama apa yang dianut oleh mayarakat tersebut.

2.2 Letak Geografis

Letak Provinsi Sumatera Barat membujur dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang pesisir Barat pulau Sumatera, daerah tersebut terletak antara :

0054’ LU – 3054’LS 98036 BT – 101053’ BT

Batas – batas daerah provinsi Sumatera Barat adalah : 1. Sebelah utara dengan Provinsi Sumatera Utara

2. Sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi 3. Sebelah timur dengan Provinsi Riau

4. Sebelah barat dengan Samudera Indonesia

(12)

2.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama suku bangsa minang kabau adalah bertani. Hal ini dikarenakan latar belakang historis, lingkungan alam dan bahan makanan yang dikonsumsi.

Secara historis nenek moyang masyarakat Minang Kabau yang berasal dari daerah Pariangan dan Padang Panjang menyebar ke 8 daerah Tingkat II dan 6 Kotamadya, untuk mencari daerah yang lebih luas dan lebih subur. Jika dilihat dari lingkungan alam, lingkungan alam daerah Minang Kabau cocok untuk daerah pertanian. Karena rata- rata semua lahan yang ingin dijadikan lahan pertanian merupakan lahan subur. Disamping itu, karena daerah ini berada pada garis khatulistiwa, maka sepanjang tahun selalu turun hujan. Artinya tidak dikenal adanya musim panas ( kering ) dan musim hujan.

Disamping pertanian, ada juga mata pencaharian mata pencaharian yang lain yang terdapat pada masyarakat Minang Kabau, yaitu : Perkebunan, Kerajinan / Pertukangan, Beternak, Berladang sayur – sayuran, Perikanan air tawar / nelayan, Pengusaha / pedagang, Pegawai Negeri dan swasta.

2.4 Kependudukan

(13)
(14)

BAB III

GOTONG ROYONG BERTANI PADA MASYARAKAT MINANG KABAU

Penyemaian Benih

Penyemaian benih adalah pembibitan padi yang akan ditanam di sawah. Hal ini dilakukan karena padi yang akan ditanam tidak dapat ditanamkan langsung ke sawah. Karena permukaan sawah digenangi air, sehingga padi – padi tersebut tidak dapat tumbuh. Maka sebelum ditanam, padi tersebut harus terlebih dahulu disemaikan.

Penyemaian benih merupakan tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh para peserta gotong royong wanita, lebih kurang empat puluh hari sebelum benih yang akan dihasilkan itu ditanam di sawah. Penyemaian padi tidak dilakukan di sawah tetapi kegiatan ini kebanyakan dilakukan pada tanah kering / ladang. Lamanya kegiatan ini tidak sampai satu hari.

Langkah – langkah penyemaian benih adalah : 1. Membersihkan tanah dari rerumputan.

2. Mendatarkan tanah yang telah dibersihkan tersebut.

3. Menaburkan padi di atas tanah yang telah di bersihkan dan didatarkan.

4. Padi – padi yang telah ditaburkan di atas tanah tadi, ditaburkan tanah dari atas untuk menutupi padi – padi tersebut. Adapun fungsi dari penaburan tanah di atas padi – padi tersebut adalah :

a. Agar bibit yang disemaikan itu dapat tumbuh dengan cepat.

b. Agar padi – padi yang disemaikan tersebut tidak di makan oleh burung. c. Agar tidak terkena sinar matahari yang dapat menyebabkan padi tersebut

(15)

Kegiatan penyemaian benih ini dilakukan tidak begitu lama. Pekerjaan ini tidak memakan waktu hingga satu hari. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada sesudah waktu Sholat Zuhur.

Membajak Sawah dan Mencangkul Sawah

Kegiatan membajak dan mencangkul adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggemburkan tanah yang akan ditanami padi. Hal ini dilakukan agar padi yang ditanam dapat langsung ditancapkan ke tanah.

Membajak dan mecangkul sawah adalah kegiatan dilakukan oleh para peserta gotong royong pria. Pada tahapan ini tanah dicangkul dan dibajak dengan menggunakan kerbau atau sapi. Setelah kegiatan membajak dan mencangkul sawah dilakukan maka tahap berikutnya tanah tersebut dilunyak ( diinjak – injak dengan kaki ), untuk meratakan tanah dan mempermudah melakukan penanaman padi di sawah.

Pekerjaan ini dilakukan satu harian penuh dari sejak pagi hari sampai sore hari. Waktu istirahat pada saat melaksanakan kegiatan ini adalah ketika makan siang, dan ketika waktu sholat Zuhur.

3.3 Menanam Benih di Sawah

(16)

Tahapan pekerjaan ini dilakukan oleh para peserta gotong royong wanita. Kegiatan ini dilakukan sepanjang hari dari pagi sampai sore. Waktu istirahatnya pada saat makan siang dan waktu Sholat Zuhur. Jika pekerjaannya tidak dapat dilakukan satu hari, maka harus disambung kembali keesokan harinya.

3.4 Panen

Kegiatan – kegiatan panen adalah tahapan kegiatan yang dilakukan untuk memungut hasil sawah. Kegiatan ini dilakukan oleh para peserta gotong royong pria dan wanita. Kegiatan memotong dan mengeluarkan padi dari tangkainya adalah pekerjaan yang dilakukan para peserta gotong royong pria. Sedangkan mengangini / menggerai padi untuk memudahkan membedakan padi dengan padi yang hampa ( karosong ) dilakukan oleh peserta gotong royong wanita.

(17)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kegiatan penyemaian benih adalah tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita. Dan tahapan ini sangat singkat, karena dalam pengerjaannya tidak sampai satu hari.

2. Kegiatan membajak dan mencangkul sawah adalah pekerjaan yang hanya dikerjakan oleh para pria. Karena pekerjaan tersebut membutuhkan tenaga yang kuat.

3. Kegiatan menanam benih adalah pekerjaan menanamkan padi yang telah disemaikan pada sawah yang telah di cangkul dan dibajak.

4. Kegiatan panen adalah pekerjaan yang sama – sama dilakukan oleh peserta gotong royong pria dan wanita.

4.2 Saran

Kita sebagai anggota masyarakat harus membiasakan diri untuk selalu melaksanakan kegiatan dengan cara bergotong royong

(18)

DAFTAR PUSTAKA

B Mochtar, 1984, Dampak Modernisasi Terhadap Hubungan Kekerabatan Daerah Sumatera Barat, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah khusus dan penyu- sunan skripsi

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dukungan teman responden dengan kategori mencoba- coba rokok elektrik yang mendukung penggunaan rokok elektrik

Pemberian parit pada areal tidak meningkatkan berat biji per hektar dibandingkan tanpa parit namun pemberian bahan organik di dalam parit meningkatkan berat biji per

Dengan tujuan menghasilkan potensi gas Landfill yang dihasilkan dari penguraian limbah organik Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Kabupaten Bekasi sebagai

Berdasarkan hasil wawancara dengan penyidik di kantor Wilayatul Hisbah Provinsi Aceh, beliau mengatakan jika terjadi kasus khalwat, maka kasus khalwat tersebut dapat

biomekanika maka dapat dikaitkan hasilnya dengan work sampling sehingga didapatkan jumlah operator optimum yang ada di stasiun sortasi pada bagian. pengangkatan krat

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut ini. a) Variabel independen partisipasi dan motivasi secara bersama-sama memberikan

Id yang terjadi di dalam diri Kyai Ahmad Dahlan berusaha untuk mengurai ketegangan dengan cara menahan semua anggapan orang lain terhadap dirinya sebagai kyai kafir dan