ABSTRACT
ECONOMIC VALUE OF TOURISM SERVICES TANGKIL ISLAND LAMPUNG PROVINCE BY TRAVEL COST METHOD APPROACH
By
AHMAD EFFENDI
Tangkil island is one of the attractions in the province of Lampung is a relatively new development and the economic value is not known for many visitors. It is therefore necessary to research with the aim of determining the economic value of tourism services Tangkil Island and determine the effect of the characteristics of the visitors to the economic value of tourism services. Benefits of the research results can be used as a material consideration in determining management policies and the development of this attraction to the next. Research was conducted in December 2014-March 2015 with direct interview using questionnaires to 105 respondents. Determination of the results of the optimization parameters visitors travel costs were then tested by multiple linear regression method, using the software Minitab 16. The results reveal the total cost of the trip visitors Rp 37,927,000/visit, the average cost of the trip visitors Rp 361,209/person/visit. The economic value of travel services is Rp10,888,284,096/year. The variable level of education at the level graduated from high school, the type of work to employers, additional employment, income, dependents in the family, the origin of visitors, visiting days when the Chinese New Year, Christmas and New Year, as well as the way of a visit has a Pvalue <0.1 so that the independent variables these have a significant influence on the economic value of tourism services Tangkil Island. The amount of standard deviation (S) is 77.20, while simultaneously influence the independent variable (R-Sq) is 78.6% and R-Sq (adj) is 70.2%.
ABSTRAK
NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN
Oleh
AHMAD EFFENDI
Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata di Provinsi Lampung yang relatif baru dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonomi bagi banyak pengunjung. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan menentukan nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil dan mengetahui pengaruh karakteristik pengunjung terhadap nilai ekonomi jasa wisata. Manfaat hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pengembangan objek wisata ini ke depan. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2014-Maret 2015 dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada 105 orang responden. Penentuan hasil optimasi parameter biaya perjalanan pengunjung kemudian diuji dengan metode regresi linear berganda, menggunakan software Minitab 16. Hasil penelitian mengungkapkan biaya perjalanan total pengunjung sebesar Rp 37.927.000/kali kunjungan, biaya rata-rata perjalanan pengunjung sebesar Rp 361.209/orang/kali kunjungan. Nilai ekonomi jasa wisata sebesar Rp 10.888.284.096/Tahun. Variabel tingkat pendidikan pada jenjang tamat SMA, jenis pekerjaan pada pengusaha, pekerjaan tambahan, pendapatan, tanggungan dalam keluarga, asal pengunjung, hari berkunjung ketika Imlek, Natal dan Tahun Baru, serta cara berkunjung yang memiliki nilai Pvalue < 0,1 sehingga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh bermakna terhadap nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil. Besarnya simpangan baku (S) adalah 77,20 dan pengaruh variabel dependen secara simultan (R-Sq) adalah 78,6% dan R-Sq(adj) adalah 70,2%.
NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG
DENGAN PENDEKATAN METODE BIAYA PERJALANAN
(Skripsi)
Oleh
AHMAD EFFENDI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG
DENGAN PENDEKATAN METODE BIAYA PERJALANAN
Oleh
Ahmad Effendi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis Ahmad Effendi dilahirkan di Lampung Selatan pada
tanggal 27 Februari 1994 sebagai anak ke dua dari tiga
bersaudara, pasangan ibunda Khusnul Khotimah dan ayahanda
M. Basirun.
Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak ABA Aisyiyah Way
Sulan pada tahun 1998 dan diselesaikan pada tahun 1999, menamatkan Sekolah
Dasar di SD Negeri 1 Way Sulan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 1 Merbau Mataram pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 1 Merbau Mataram pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) Ujian Tertulis. Selama kuliah penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KLK) di Taman Margasatwa Ragunan,
Puncak Bogor, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbanghut), Center For International Forestry Research (CIFOR) tahun 2013. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2014 di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kejalen, Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Ledok, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu
telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pada tahun 2015 di Pekon Pelita
Jaya, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.
Tahun 2012 penulis diterima sebagai penyiar TVRI Stasiun Lampung yang aktif
hingga tahun 2015. Penulis juga pernah dipercaya menjadi asisten dosen pada
mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah dan Pemetaan Hutan semester ganjil tahun ajaran
2013/2014, mata kuliah Hidrologi Hutan semester Genap 2013/2014, mata kuliah
Statistika dan Pemodelan Kehutanan semester genap 2014/2015. Kegiatan
organisasi penulis pernah menjadi staf ahli Kementerian HAN BEM Universitas
Lampung 2012/2013, staf ahli Kementerian KOMINFO BEM Universitas
Lampung 2013/2014. Selain di kampus penulis juga aktif organisasi di luar
kampus sebagai anggota BATIK’S (Bibit Bangsa Anti Korupsi) Provinsi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati,
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk,
Mama dan Ayah tercinta yang telah memberikan kasih dan sayang serta do’a di setiap langkah ku hingga saat ini…
Kakak M. Miffahudin dan Adikku Devi Khusmawati tersayang yang selalu memberikan semangat…
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi dan warna dalam perjalananku serta menemaniku disaat susah
ataupun senang…
Sahabat Celebi (Audy E., Edrian J., Dian A., Maria I.C.D.S., Nova N., Rita R.S., Rizky K.R., Rynaldo D., Selviania)
Sahabat penelitian (Genta Rizkyansah, Made Ani Arisanti, Liana Riatiara, Maya Adelina, Ummi Dienely, Yunita Sari,
Kartika R., Maia Agustina, Oriza Sativa, Ade P., Aplita)
Keluarga ketigaku (Tante Nyoman Sukerti, Om Wayan Suwindra, Ayu Windu K., I Putu Ajie Windu K., Joshua
Fanny, Kabul Prasetyo, Rinaldo Sinaga)
Seluruh teman-teman seperjuangan Forever ’11 (Forester Eleven Rangers), khususnya (Forest Management/FM’11)
Dan Terutama kepada Allah SWT ”Sujudku dan Syukurku yang teramat sangat atas segala nikmat di kehidupan yang
engkau berikan padaku”
”Sungguh tiada kuasa di atas kuasamu”
MOTO
Janganlah Takut Gagal, Tetapi Tolaklah Kegagalan.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis sembahkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
hidayah, serta keridhoan-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil dengan Pendekatan Metode Biaya Perjalanan”. Skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu
dalam menyusun skripsi ini. Ucapan terimahkasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.
3. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M. Si., selaku Pembimbing Utama penulis, atas
arahan, bimbingan, dan nasehat yang berharga.
4. Ibu Rusita, S. Hut., M. P., selaku Pembimbing kedua penulis, yang telah
memberikan dukungan, arahan, dan bimbingan.
5. Ibu Dr. Christine Wulandari, M. P., selaku Pembahas yang telah memberikan
arahan, nasehat, bimbingan, dan masukan.
6. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama kuliah.
7. Bapak dan ibu dosen pengajar di Universitas Lampung khususnya di Jurusan
8. Bapak Isrinaldo selaku manager objek wisata Pulau Tangkil yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di objek wisata tersebut.
Semoga Tuhan membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada semua
pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan seluruhnya. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, bagi pengelola objek
wisata Pulau Tangkil, dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Pariwisata, Wisata dan Obyek Wisata ... 6
2.1.1 Pariwisata ... 6
2.1.2 Wisata ... 6
2.1.3 Obyek wisata ... 7
2.2 Wisatawan, Pengunjung dan Persepsi Pengunjung ... 8
2.2.1 Wisatawan ... 8
2.2.2 Pengunjung ... 8
ii
2.3 Wisata Sebagai Aktivitas Sektor Jasa ... 9
2.3.1 Jasa ... 9
2.3.2 Jasa wisata sebagai jasa lingkungan memiliki nilai ekonomi ... 10
2.3.3 Jasa wisata sebagai aktivitas perekonomian industri ... 11
2.3.4 Nilai ekonomi sebagai landasan pengembangan obyek wisata ... 12
2.4 Nilai, Nilai Ekonomi dan Variabel Penilaian ... 12
2.4.1 Nilai ... 12
2.4.2 Nilai Ekonomi ... 13
2.4.2 Variabel Penilaian ... 14
2.5 Metode Penilaian Ekonomi Jasa Wisata ... 15
2.5.1 Metode Penilaian ... 15
2.5.2 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 16
2.6 Analisis Regresi ... 18
3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
3.3.3 Batasan Penelitian ... 39
3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 30
3.4.1 Metode Penetapan Nilai Ekonomi Pulau Tangkil ... 30
iii
BAB VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36
4.1 Profil Pulau Tangkil ... 36
4.1.1 Sejarah Singkat ... 36
4.1.2 Letak Administrasi, Luas dan Batas Wilayah ... 37
4.1.3 Kondisi Geografis dan Orbitasi ... 37
4.2 Keadaan Fisik ... 38
4.3 Potensi dan Daya Tarik ... 38
4.3.1 Potensi Pantai dan Terumbu Karang ... 38
4.3.2 Daya Tarik Permainan Pantai ... 39
4.3.3 Sarana dan Prasarana ... 39
4.3.4 Akses Lokasi dan Transportasi ... 40
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
5.1 Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil ... 41
5.1.1 Biaya Perjalanan Total ... 42
5.1.2 Biaya Perjalanan Rata-rata ... 42
5.1.3 Nilai Ekonomi Jasa Wisata ... 44
5.2 Karakteristik Pengunjung ... 46
5.2.1 Karakteristik Pengunjung ... 46
5.2.2 Pengaruh Karakteristik Terhadap Nilai Ekonomi ... 55
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 66
5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jenis Pengumpulan Data ... 27
3.2 Cara Pemberian Skor pada Masing-masing Variabel ... 35
5.1 Rincian Biaya Perjalanan Total Pengunjung Pulau Tangkil ... 41
5.3 Karakteristik Pengunjung, Jumlah, Persentase dan Simpangan Baku ... 46
5.4 Analysis of Variance ... 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Bagan Alir Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil ... 5
5.1 Biaya perjalanan rata-rata per zona ... 43
5.2 Biaya perjalanan rata-rata per daerah ... 43
7.1 Peneliti di Marka Pulau Tangkil ... 87
7.2 Pulau Tangkil ... 88
7.3 Dermaga Penyebrangan di Pulau Tangkil ... 88
7.4 Wawancara Menggunakan Kuisioner di Pulau Tangkil... 89
7.5 Wawancara Menggunakan Kuisioner di Pulau Tangkil (2) ... 89
7.6 Permainan Air di Pulau Tangkil ... 90
7.7 Fasilitas Toilet di Pulau Tangkil ... 90
7.8 Fasilitas Kantin di Pulau Tangkil ... 91
7.9 Fasilitas Pendopo di Pulau Tangkil ... 91
7.10 Fasilitas Gazebo di Pulau Tangkil ... 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Olahan data nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil ... 73
2. Olahan data regresi linear berganda menggunakan Software Minitab 16 (Optimasi Biaya Perjalanan) ... 77
3. Kuisioner penelitian ... 80
4. Dokumentasi penelitian ... 86
5. Tabulasi data variabel-variabel karakteristik pengunjung yang
mempengaruhi biaya perjalanan ... 93
6. Putusan Mahkamah Agung hak kepemilikan Pulau Tangkil 2011 ... 102
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dalam sektor jasa dengan
tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini, bersama dengan industri
teknologi dan informasi, industri pariwisata diperkirakan menjadi penggerak
utama perekonomian abad 21 (Shanty, 2011). Pariwisata sebagai sebuah industri
jasa, digunakan sebagai salah satu pendorong perekonomian dunia. Pariwisata
semakin berkembang sejalan dengan perubahan–perubahan sosial, budaya,
ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhya sistem kelas dan kasta, semakin
meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi,
dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penyusutan jam kerja telah
mempercepat mobilitas manusia antar daerah, negara khususnya dalam hal
pariwisata (Damanik dan Weber, 2006).
Industri pariwisata memiliki hal yang cukup penting yakni layanan pariwisata atau
jasa wisata. Jasa wisata merupakan aktivitas perekonomian yang bercorak
industri dan memiliki nilai ekonomi dengan rente ekonomi yang relatif tinggi,
dibanding dengan ekstraksi sumber daya alam lain seperti logging atau penebangan kayu, maupun penambangan gas bumi, batu bara, dan energi hasil
2
total hutan, sisanya adalah hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan seperti wisata
(Mawardi dan Sudaryono, 2006).
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi jasa wisata
adalah dengan teknik pengukuran tidak langsung berupa travel cost method
(TCM) atau metode biaya perjalanan. Penentuan nilai jasa wisata dengan metode
ini sangat bergantung pada penilai (pengunjung) dan juga objek wisata sendiri
sehingga perlu diketahuikarakteristik pengunjung objek wisata tersebut. Hasil
dari nilai ekonomi jasa wisata dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
pengembangan bentuk-bentuk layanan oleh manajemen pengelola objek wisata
(Fauzi, 2013).
Objek wisata Pulau Tangkil adalah salah satu objek wisata di Provinsi Lampung
yang masih mengembangkan bentuk-bentuk layanan bagi pengunjungnya. Objek
wisata ini relatif baru dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonominya bagi
pengunjung, baik dari dalam maupun luar Provinsi Lampung. Masyarakat
umumnya belum mengetahui objek wisata ini, akibatnya seringkali pengunjung
yang datang tidak melalui dermaga penyeberangan utama sehingga menyebabkan
pengunjung mengeluarkan biaya wisata lebih mahal untuk menikmati objek
wisata Pulau Tangkil. Perlu dilakukan penilaian jasa wisata Pulau Tangkil dengan
pendekatan metode biaya perjalanan yang berkaitan dengan karakteristik
pengunjung. Hasil Penilaian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan kebijakan pengelolaan dan pengembangan objek
3
1.2 Perumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini yaitu,
1. Berapakah nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil yang merupakan bahan
pertimbangan dalam pengembangan bentuk-bentuk layanan oleh manajemen
objek wisata ?
2. Bagaimanakah karakteristik pengunjung objek wisata Pulau Tangkil yang
berpengaruh terhadap nilai jasa wisatanya ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menetapkan nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil menggunakan metode
biaya perjalanan (travel cost method) untuk pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pulau Tangkil.
2. Mengetahui besarnya pengaruh karakteristik pengunjung objek wisata Pulau
Tangkil terhadap biaya perjalanan sebagai bahan pertimbangan pengelolaan
dan pengembangan daya tarik objek wisata tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pengelola objek wisata Pulau
Tangkil dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pengembangan objek
wisata ke depan.
2. Memberikan informasi mengenai karakteristik pengunjung objek wisata Pulau
Tangkil sebagai landasan dalam menangkap peluang pasar potensial bagi
pengelola untuk mengembangkan daya tarik objek wisata sehingga dapat
4
1.5 Kerangka Pemikiran
Pulau Tangkil merupakan objek wisata di Provinsi Lampung yang relatif baru
dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonominya. Nilai ekonomi jasa wisata
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola objek wisata Pulau Tangkil
untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembanganobjek wisata
Pulau Tangkil kedepan. Nilai ekonomi juga dapat menjadi bahan promosi kepada
investor mengenai jasa wisata Pulau Tangkil yang menjanjikan untuk
dikembangkan, sehingga akan menambah daya tarik objek wisata tersebut untuk
menarik minat pengunjung.
Nilai ekonomi jasa wisata dapat diketahui melalui metode biaya perjalanan atau
travel cost method dengan tujuan dasar ingin mengetahui nilai kegunaan dari sumber daya alam ini melalui pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk
mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam (Fauzi, 2013). Mengingat penentuan
nilai ekonomi jasa wisata dengan metode ini sangat bergantung pada sikap
pengunjung (penilai) maka perlu mengetahui juga besarnya pengaruh karakteristik
5
Gambar 1.1 Bagan Alir dalam Kerangka Pemikiran Penelitian Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil
Menduga Nilai Ekonomi dengan Pendekatan Orientasi Pasar dengan Metode Biaya Perjalanan Berkaitan dengan Karakteristik Pengunjung Belum Diketahui Nilai Ekonomi Jasa Wisata
Sebagai Bahan Pertimbangan Rencana Pengelolaan dan Pengembangan Kedepan
Data Primer (Kuisioner & Wawancara)
Data Sekunder (Data Pustaka)
Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil dan Karakteristik Pengunjung
Pulau Tangkil
Sebagai Objek Wisata Baru
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata, Wisata dan Objek Wisata
2.1.1 Pariwisata
Pariwisata adalah suatu sistem yang multikompleks dengan berbagai aspek yang
saling terkait dan saling mempengaruhi antar sesama dan dalam beberapa
dasawarsa terakhir. Pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika
masyarakat, dan menjadi salah satu prime-mover dalam perubahan sosial-budaya (Pitana dan Gayatri, 2007). Menurut Undang-undang Kepariwisataan No. 10
tahun 2009 bahwa pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kepariwisataan merupakan
keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata yang bersifat
multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orangdan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
2.1.2 Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
7
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Daya tarik
wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahandan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU RI No. 10 Th. 2009).
Wisata dapat dilakukan di pantai, gunung atau lembah, seperti di objek wisata
Pulau Tangkil yang dapat menjadi tujuan wisata karena menawarkan keindahan
pantai dan pulau yang menarik.
2.1.3 Objek wisata
Objek Wisata adalah adalah suatu perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup
seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam ciptaan tuhan
yang mempunyai daya tarik yang dikunjungi wisatawan. Objek dan daya tarik
wisata dapat digolongkan menjadi dua, yaitu benda atau objek peninggalan
sejarah (heritage) dan seni budaya yang masih tetap hidup (living culture). Objek wisata budaya dapat berupa bangunan dengan arsitek khas atau peninggalan
heritage sedangkan seni dan budaya berupa kesenian, sikap perilaku masyarakat atau adat istiadat (Fandeli, 2002). Menurut PP RI No. 67 Th. 1996 Objek wisata
adalah sasaran wisata yang memiliki unsur fisik dominan, yang menarik untuk
dikunjungi, ini berbeda dengan daya tarik wisata yang merupakan sasaran wisata
yang memiliki unsur abstrak dominan, yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.
Objek wisata dalam penelitian ini adalah objek wisata Pulau Tangkil yang relatif
8
2.2 Wisatawan, Pengunjung dan Persepsi Pengunjung
2.2.1 Wisatawan
Wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh sesuatu atau beberapa keperluan
melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya
untuk jangka waktu lebih dari 24 jam tidak dengan maksud untuk mencari nafkah
(Fandeli, 2000). Ciri-ciri seseorang disebut wisatawan menurut undang-undang
No. 9 tahun 1990 tentang pariwisata adalah perjalanan dilakukan secara sukarela,
perjalanan ke tempat lain ke luar wilayah/negara tempat tinggalnya, bersifat
sementara dan menginap paling tidak satu malam, tidak untuk mencari nafkah,
tujuannya semata-mata untuk pesiar, liburan, kesehatan, keagamaan dan olahraga,
kunjungan usaha, mengunjungi keluarga, tugas dan menghadiri pertemuan.
2.2.2 Pengunjung
Pengunjung merupakan konsumen yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang
beraneka ragam. Keinginan dan kebutuhan tersebut bergantung pada ciri
karakteristik pengunjung yang merupakan konsumen seperti daerah asal, tingkat
pendidikan, umur,dan jenis kelamin pengunjung, dan ketika adanya perbedaan
dari ciri karakteristik pengunjung tersebut akan berbeda juga dalam melakukan
proses pengambilan keputusan untuk memilih paket wisata yang ditawarkan oleh
suatu objek wisata (Susilowati, 2009 ).
2.2.3 Persepsi Pengunjung
Walgito (2002) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di
dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang
9
dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Persepsi dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar diri individu (faktor
eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan,
pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah
pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan perbedaan latar belakang sosial
budaya. Menurut Hutabarat (2008) persepsi merupakan respon terhadap
rangsangan yang datang dari suatu objek sehingga respon ini berkaitan dengan
penerimaan atau penolakan oleh individu tersebut. Objek wisata Pulau Tangkil
yang mulai banyak dikunjungi merupakan salah satu bentuk sikap pengunjung
yang datang dan rela mengunjungi objek wisata ini untuk mendapatkan
kesenangan.
Tingkat kepuasan pelanggan/pengunjung terhadap pelayanan merupakan faktor
yang penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang
tanggap terhadap kebutuhan pelanggan sehingga kepuasan tergantung pada dua
faktor yaitu harapan konsumen dan kualitas pelayanan yang dirasakan oleh
konsumen (Clow, 2000). Tingkat kepuasan yang diukur dalam penelitian ini
adalah mengenai apa yang dirasakan oleh pengunjung atau wisatawan yang
datang ke objek wisata Pulau Tangkil.
2.3 Wisata Sebagai Aktivitas Sektor Jasa
2.3.1 Jasa
Objek wisata Pulau Tangkil menawarkan jasa wisata untuk dinikmati para
10
tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain (Rangkuti, 2003). Jasa
memiliki 4 karakteristik utama (Kotler, 2002), yaitu :
a. Tidak Berwujud (Intangibility), jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu
dibeli,
b. Tidak terpisah (Inseparability), jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan, tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam
persediaan, didistribusikan melewati berbagai penjual baru dikonsumsi,
c. Berubah-ubah (Variability), jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan jasa itu diberikan. Pembeli jasa menyadari keragaman yang
tinggi dan sering membicarakan dengan orang lain sebelum memilih seorang
penyedia jasa,
d. Tidak tahan lama (Perishability), jasa tidak dapat disimpan karena tidak tahan lama, sehingga dapat dikatakan bahwa jasa dihasilkan pada saat ada
permintaan akan jasa tersebut dan permintaan ini tidak dapat ditunda.
2.3.2 Jasa wisata sebagai jasa lingkungan memiliki nilai ekonomi
Objek wisata Pulau Tangkil yang menawarkan jasa wisata berupa jasa lingkungan
merupakan suatu produk yang dapat atau tidak dapat diukur secara langsung
berupa jasa wisata alam/rekreasi, pengendalian erosi dan banjir, keindahan,
keunikan dan kenyamanan sehingga kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dapat
berupa usaha rekreasi hutan (wisata alam), usaha olah raga tantangan, usaha
pemanfaatan air, usaha perdagangan karbon (carbon trade) atau usaha penyelamatan hutan dan lingkungan juga merupakan sumberdaya ekonomi
11
hasil hutan kayu, non kayu dan hasil hutan tidak kentara (intangible) seperti perlindungan tanah, pelestarian sumberdaya air dan beragam hasil wisata.
Kuantifikasi nilai nominal dari nilai manfaat rekreasi hutan (wisata hutan)
didasarkan atas kesediaan konsumen/masyarakat dan selain metode tersebut
digunakan juga metode biaya perjalanan (Alamdkk., 2009).
2.3.3 Jasa wisata sebagai aktivitas perekonomian industri
Industri pariwisata ialah semua jasa-jasa (services)yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempatkediamannya, sampai ia kembali ke
rumah ia tinggal. Jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan tersebut tidak hanya
dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh banyak dan macam-macam
perusahaan (Yoeti, 2009). Objek wisata Pulau Tangkil memiliki aktifitas
pelayanan terhadap pengunjung dengan terus meningkatkan daya tarik wisata
guna menarik wisatawan sehingga perekonomian pariwisata berbasis industri
dapat berjalan.
Keberhasilan suatu kegiatan pariwisata sangat ditentukan oleh tingkat kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pengunjung karena kualitas pelayanan dipercaya
sangat berbanding lurus dengan kepuasan pengunjung. Jika kepuasan pengunjung
terpenuhi maka diharapkan apresiasi dalam upaya memperbaiki tata cara
pelayanan dapat menjadi lebih baik (Budiono, 2004). Menyusun perencanaan
dan pengelolaan pembangunan untuk masa depan diperlukan suatu pergeseran
12
pembangunan dan industrialisasi berbasis sumberdaya alam, khususnya
pengelolaan pesisir melalui sektor ekowisata (Aryanto, 2005).
2.3.4 Jasa wisata sebagai landasan pengembangan objek wisata
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah orde baru sejak pelita I hingga
pelita V dititik beratkan pada pembangunan sektor ekonomi dan untuk menunjang
pembangunan sektor ekonomi diperlukan pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya manusia, yang oleh karenanya perlu upaya untuk meningkatkan
added value atau tambah nilai dari sumber daya alam ini, salah satu upaya untuk meningkatkan tambah nilai tersebut adalah kegiatan pariwisata, khususnya wisata
alam harus ditunjang oleh banyak sektor antaralain sektor perhubungan,
kehutanan, industri dan pekerjaan umum (Fandeli, 1995).
2.4 Nilai, Nilai Ekonomi dan Variabel Penilaian
2.4.1 Nilai
Nilai merupakan sebuah sikap dalam mengambil keputusan (Masri, 1972). Sikap
sebagai kesediaan yang diarahkan untuk menilai atau menanggapi sesuatu, seperti
yang diungkapkan Berkman dan Gilson(1981) bahwa sikap adalah evaluasi
individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap berbagai elemen di luar dirinya. Assael (1984) mendefinisikan sikap adalah keadaan siap
13
emosional, persepsi dan proses-proses kognitif untuk memberikan respon
terhadap dunia luar.
Nilai merupakan persepsi seseorang mengenai harga yang diberikan seseorang
terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Ukuran harga ditentukan
oleh waktu barang atau uang yang dikorbankan seseorang untuk memiliki barang
atau jasa yang diinginkanya sehingga penilaian diartikan sebagai kegiatan yang
berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai
barang dan jasa (Davis dan Johson, 1987). Nilai dari objek wisata Pulau Tangkil
merupakan harga yang dibayarkan seseorang untuk mengunjungi Pulau Tangkil.
2.4.2 Nilai Ekonomi
Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value, biasa diartikan sebagai harga, penghargaan, atau taksiran, maksudnya adalah harga atau penghargaan yang
melekat pada suatu objek, sedangkan objek yang dimaksudkan disini bisa
berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, perilaku, peristiwa, dan lain-lain
(Rochmadi, 2002). Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai
pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa
untuk memperoleh barang dan jasa lainnya, dan secara formal konsep ini disebut
keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumber daya alam dan lingkungan, dan dengan menggunakan pengukuran ini,
nilai ekosistem bisa diterjemahkan kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur
14
2.4.3 Variabel Penilaian
Menurut Douglass (1975) di dalam pengembangan pariwisata alam memberikan
beberapa angka tentang kebutuhan area beberapa kegiatan wisata alam, yakni
setiap macam aktivitas berwisata memerlukan luasan yang berbeda dan luas area
wisata dibutuhkan untuk dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan, sehingga
kebutuhan kamar menginap bagi wisatawan juga penting dipehitungkan sebagai
kelengkapan fasilitas penunjang wisata, namun pada umumnya juga tempat atau
rumah akan dibutuhkan wisatawan non piknik, namun sebenarnya yang penting
juga adalah berapa tempat duduk atau kursi dibutuhkan.
a. Sosial
Segmentasi sosial ekonomi, pasar wisatawan perlu dipetakan menurut komposisi
pendidikan, pendapatan dan pengeluaran, profesi, kedudukan sosial dan
sebagainya, yakni antara satu faktor dengan faktor yang lain terdapat hubungan
yang saling mempengaruhi, sehingga mempunyai waktu luang saja tidak cukup,
karena untuk berwisata perlu uang meskipun tidak selalu dalam jumlah besar
(Freyer, 1993 ; Mundt, 1998 dalam Damanik dan Weber, 2006). Waktu luang,
uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensi wisata yang potensial.
Permintaan potensial ini harus ditrasformasikan menjadi permintaan rill, yakni
pengambilan keputusan wisata (Damanik dan Weber, 2006).
b. Demografi
Kebutuhan untuk berwisata sangat terkait dengan masalah iklim dan kondisi
lingkungan hidup tempat tinggal seseorang dan biasanya orang yang berdiam di
daerah panas atau kawasan yang tingkat polusi tanah, air, udara, dan suara sangat
15
pencemaran lingkungan yang minimal, seperti penduduk Jakarta yang setiap akhir
pekan membanjiri kawasan Puncak atau masyarakat Yogyakarta yang berpergian
ke Kaliurang dan Parangtritis setiap hari libur dapat dijadikan contoh yang tepat
untuk itu (Damanik dan Weber, 2006).
Perlu dipahami bahwa tidak mungkin semua wisatawan diharapkan akan
mengunjungi objek ekowisata, karena pasar ekowisata sendiri terbagi-bagi, oleh
sebab itu harus diidentifikasi profil mereka seperti segmentasi demografis, profil
wisatawan dapat dipetakan menurut kategori umur (muda, menengah, lansia),
status keluarga (pasangan tanpa anak, pasangan dengan anak), jenis kelamin,
daerah asal, latar belakang etnik dan agama (Damanik dan Weber, 2006).
2.5 Metode Penilaian Ekonomi Jasa Wisata
2.5.1 Metode Penilaian
Penelitian ini menggunakan suatu metode dengan pendekatan biaya perjalanan
yang dikorbankan pengunjung untuk mengunjungi objek wisata Pulau Tangkil.
Metode penilaian yang digunakan berupa manfaat ekonomi biaya lingkungan.
Suatu sumberdaya alam dan lingkungan dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang
berorientasi survey. Pendekatan Orientasi Pasar menggunakan metode pasar
pengganti (surrogate market based methods), barang yang dipasarkan sebagai pengganti lingkungan, seperti pendekatan nilai kepemilikanterhadap nilai tanah,
16
2.5.2 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)
Biaya perjalanan dari pengunjung objek wisata kemudian disebut sebagai harga
atau nilai ekonomi. Objek wisata dapat ditentukan nilai ekonominya dengan
menggunakan metode biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan digunakan
untuk menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang
diberikan masing-masing individu atau masyarakat dari biaya yang dikeluarkan
untuk berkunjung ke sebuah objek wisata (Tambunan, 2013). Biaya perjalanan
meliputi biaya transport pulang pergi dari tempat tinggalnya ke Tahura WAR dan
pengeluaran lain selama di perjalanan dan didalam Tahura War (Djijono, 2002).
Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan
terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya, dan secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas,
seperti seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai
akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi
tempat tersebut, sehingga kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen terhadap sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui
kerelaan dari konsumen tersebut, dan metode ini dapat digunakan untuk
mengukur manfaat danbiaya akibat (Fauzi, 2004) seperti perubahan biaya akses
(tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi, penambahan tempat rekreasi baru,
perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi, hingga penutupan tempat rekreasi
17
Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai
ekonomi berdasarkan travel cost method (Fauzi, 2004), teknik tersebut adalah, 1. Pendekatan melalui zonasi adalah pendekatan relatif simpel dan murah karena
data yang diperlukan banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data
sederhana dari responden saat survey,
2. Pendekatan ini lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui
survey dan teknik statistika yang lebih kompleks. Kelebihannya adalah hasil
yang didapat lebih akurat, didalam menentukan fungsi permintaan untuk
kunjungan wisata, pendekatan ini lebih menggunakan teknik ekonometrik
seperti regresi sederhana.
Travel Cost Method (TCM) merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya perjalanan yang
dikeluarkan para pengunjung. Akan tetapi pada prakteknya terdapat beberapa
masalah dengan penggunaan metode ini yaitu time costs merupakan sebuah TCM sederhana yang mengasumsikan bahwa travel cost hanya berkaitan dengan pengeluaran untuk bahan bakar. Sebuah time cost seharusnya dimasukkan ke dalam travel cost sebagai sebuah refleksi dari nilai rekreasi sesungguhnya dari para pengunjung. Multiple visit journeys yang tak jarang para pengunjungnya dapat mengunjungi lebih dari satu tempat rekreasi dalam satu hari sehingga
mengakibatkan travel cost memiliki margin for error yang tidak pasti terhadap masalah ini. Substitute sites yakni para pengunjung seringkali mengunjungi sebuah situs yang diukur nilainya dengan TCM hanya sebagai situs pengganti
18
sebuah rumah di dekat tempat rekreasi yang dianggap telah memberikan
nilaikepuasan saat mengunjunginya (Turner dkk., 1993).
Penilaian manfaat wisata yang telah terbukti cukup baik digunakan salah satunya
adalah metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Pendekatan ini merupakan pendekatan WTP dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang
dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai kawasan wisata tersebut.
Besarnya estimasi nilai manfaat tersebut dari upaya perubahan kualitas
lingkungan dari kawasan wisata yang dikunjungi (Hendrasati, 2009).
Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumber daya alam
melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar
bahwa biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi, waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas
maupun disutilitas, dan perjalanan merupakan perjalanan tunggal.
2.6 Analisis Regresi
Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh variabel
yang diujikan terhadap biaya perjalanan pengunjung objek wisata Pulau Tangkil.
Analisi regresi merupakan analisis statistika yang memanfaatkan hubungan antara
dua atau lebih peubah kuantitatif sehingga salah satu peubah dapat diramalkan
dari peubah lainnya (Kismiantini, 2010). Tujuan utama dari analisis regresi
adalah untuk memberikan dasar-dasar peramalan atau pendugaan dalam analisis
peragam atau analisis kovarian. Analisis regresi digunakan sebagai alat untuk
19
berguna bagi para pembuat keputusan sehingga regresi linier dapat diartikan
sebagai bentuk hubungan anatara variabel bebas X maupun variabel Y sebagai
faktor yang berpangkat satu. Regresi linier ini dibedakan menjadi dua yakni,
1. Regresi linier sederhana dengan bentuk fungsi: Y = a + bX + e,
2. Regresi linier berganda dengan bentuk fungsi: Y = b0 + b1X1+ . .. + bpXp + e
Kedua fungsi di atas 1) dan 2); masing-masing berbentuk garis lurus (linier
sederhana) dan bidang datar (linier berganda).
Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui variable bebas terhadap variable
terikat sehingga dilakukan analisis dengan persamaan regresi linear berganda
melalui software minitabdan bentuk umum analisis ini yaitu menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas X1, X2, X3,... Xa,
sedangkan pola hubungan antar variabel dianalisis berdasarkan data sampel yang
diperoleh melalui kuisioner, sehingga terdapat variabel-variabel karakteristik
pengunjung di wisata Pulau Tangkil sebagai variabel penjelas yang dapat
mempengaruhi biaya perjalanan sebagai variabel pengikut, variabel tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut (Silalahi, 2009).
Yᵢ = α + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ+ ei
Keterangan
20
1. Jenis Kelamin
Kebutuhan wisata merupakan kebutuhan semua orang tanpa membedakan jenis
kelamin (Sihotang, 2014). Variabel ini diambil untuk mengetahui apakah jenis
kelamin berpengaruh terhadap biaya perjalanan pengunjung objek wisata Pulau
Tangkil.
2. Kelompok Umur
Umur merupakan salah satu faktor pendukung untuk mengetahui kemampuan
fisik responden dalam melakukan kunjungan dan produktivitas (Sihotang, 2014).
Umur diambil sebagai variabel untuk mengetahui apakah pertambahan umur
memberikan pengaruh terhadap biaya perjalanan pengunjung.
3. Tingkat Pendidikan
Firandari dkk. (2009) mengungkapkan tingkat pendidikan dapat dijadikan sebagai
salah satu penentu kemampuan dan kualitas seseorang dalam menguasai
pengetahuan yang berperan dalam menentukan pilihan pengunjung
mengkonsumsi barang atau jasa wisata. Tingkat pendidikan adalah salah satu
variabel untuk mengetahui pengaruhnya terhadap biaya perjalanan pengunjung
objek wisata pulau Tangkil.
4. Jenis Pekerjaan
Sihotang (2014) mengungkapkan bahwa pekerja swasta cenderung membutuh
rekreasi tinggi akibat kejenuhan tutinitas sehari-hari. Jenis pekerjaan diambil
21
5. Pekerjaan Tambahan
Pekerjaan tambahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung objek
wisata Pulau Tangkil diluar pekerjaan pokok yang memberikan hasil dan manfaat
sehingga dapat memberikan nilai tambah pada pendapatan. Pengunjung dengan
memiliki pekerjaan tambahan akan memiliki kesempatan lebih luas untuk
mendapatkan kepuasan dikarenakan penghasilan seseorang berperan dalam
pengambilan keputusan dalam memilih wisata (Sihotang, 2014). Variabel ini
diambil untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap biaya perjalanan.
6. Tingkat Pendapatan
Besarnya pendapatan menunjang seseorang melakukan kegiatan rekreasi sehingga
kelompok pengunjung yang memiliki pendapatan tinggi berkesempatan rekreasi
yang besar (Sihotang, 2014). Variabel tingkat pendapatan diambil untuk
mengetahui besaran pendapatan terhada pengaruh biaya perjalanan.
7. Status Pernikahan
Status pernikahan pada penelitian ini menunjukkan apakah pengunjung objek
wisata Pulau Tangkil telah menikah atau belum menikah. Status pernikahan akan
berhubungan dengan jumlah tanggungan dan juga biaya pada kegiatan wisata di
Pulau Tangkil. Mengindikasikan bahwa penambahan anggota keluarga akibat
menikah memberikan pengaruh signifikan, senada dengan penelitian Agustin dkk.
(2014) bahwa variabel penambahan anggota keluarga berpengaruh signifikan
terhadap permintaan wisatawan domestik terhadap objek wisata bahari Pulau
22
8. Jumlah Tanggungan
Pengunjung dengan tanpa ada tanggungan dapat memilih wisata sesuai keinginan
tanpa harus mendengarkan pendapat dari orang yang ditanggung. Tidak adanya
tanggungan artinya mereka bebas untuk melakukan kegiatan rekreasi sehingga
kesempatannya lebih besar (Sihotang, 2014). Temuan ini bermakna bahwa
pengunjung yang memiliki tanggungan mengeluarkan biaya perjalanan lebih besar
dibanding pengunjung tanpa ada tanggungan, hal ini senada dengan yang
diungkapkan Agustin dkk. (2014) yakni variabel jumlah anggota keluarga atau
tanggungan berpengaruh signifikan terhadap permintaan wisatawan domestik
terhadap objek wisata bahari Pulau Cingkuak.
9. Zona Asal
Zona asal daerah menunjukkan dari mana pengunjung berasal, hal ini akan
berpengaruh terhadap biaya perjalanan yang dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal
pengunjung dengan tempat wisata. Firandari (2009) bahwa jarak tempuh
memiliki hubungan negatif dengan jumlah kunjungan ke PSG-3 (Pulau Situ
Gintung-3), hal ini berarti semakin jauh jarak tempuh seorang pengunjung ke
PSG-3, maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan. Variabel ini
dimasukkan dalam penelitian ini guna mengetahui zona asal pengunjung objek
wisata Pulau Tangkil.
10. Motivasi Pengunjung
Motivasi pengunjung terhadap objek wisata sangan berkaitan erat, karena objek
23
menikmati wisata dan melepaskan penat. Jayapalan (2001) mengungkapkan
bahwa sesorang termotivasi melakukan perjalanan antara lain faktor fisik seperti
melakukan perjalanan wisata karena adanya kebutuhan dari wisatawan untuk
relaksasi dari rutinitas kerja. Penelitian Agustin dkk. (2014) yakni variabel
motivasi berkunjung berpengaruh signifikan positif dengan permintaan wisatawan
domestik terhadap objek wisata bahari Pulau Cingkuak.
11. Waktu Berkunjung
Waktu berkunjung merupakan momen kesempatan seseorang untuk mengunjungi
suatu objek wisata. Nilai merupakan persepsi seseorang melalui harga yang
diberikan seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu (Davis
dan Johson, 1987). Implikasi pada manajemen pengelolaan jasa wisata dapat
menjadi lebih efektif jika diarahkan pada saat momen hari raya atau libur panjang
untuk melakukan event atau acara promosi guna dapat menarik minat pengujung
agar dapat kembali berkunjung dikemudian hari. Variabel mengenai waktu
berkunjung diambil pada saat momen hari raya dan hari libur nasional yakni hari
raya natal, tahun baru, hari raya imlek, hari raya nyepi, akhir pekan dan hari biasa.
12. Jenis Kendaraan
Jenis kendaraan erat kaitanya dengan biaya perjalanan. Kendaraan milik pribadi
tentu tidak akan mengeluarkan biaya untuk sewa kendaraan. Pengunjung lebih
memilih kendaraan pribadi dibanding charter atau sewa dikarenakan untuk menghemat biaya perjalanan, sehingga jenis kendaraan perlu ditambahkan untuk
24
13. Waktu Luang
Waktu luang adalah waktu yang dimiliki seseorang diluar jam kerja. Waktu luang
berhubungan erat dengan kesempatan seseorang mendapatkan waktu libur guna
melakukan kegiatan wisata atau berekreasi. Waktu luang berpengaruh terhadap
keputusan pengunjung untuk memilih tempat wisata berdasarkan waktu luang
yang dimiliki (Sihotang, 2014). Waktu luang sering dihubungkan dengan
kesempatan seseorang untuk dapat berwisata, oleh karenanya perlu dimasukkan
sebagai variabel untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap biaya
perjalanan.
14. Frekuensi Berkunjung
Frekuensi berkunjung merupakan frekuensi yang menunjukkan seberapa sering
pengunjung datang ke objek wisata Pulau Tangkil, sehingga perlu diketahui
apakah para pengunjung yang telah berkunjung ke Pulau Tangkil menginginkan
kembali berkunjung ke objek wisata tersebut.
15. Cara Berkunjung
Cara Berkunjung adalah cara pengunjung berkunjung bersama keluarga , teman
atau kerabat. Penelitian Agustin dkk. (2014) menjelaskan variabel penambahan
anggota keluarga berpengaruh signifikan positif akan permintaan wisatawan
domestik terhadap objek wisata bahari Pulau Cingkuak, sehingga berpengaruh
25
16. Pintu Kunjungan
Cara berkunjung menunjukkan jalan yang dilalui pengunjung untuk mencapai
Pulau Tangkil yang notabene harus melakukan penyeberangan untuk mencapai
pulau. Pengunjung objek wisata Pulau Tangkil saat ini belum banyak yang
mengetahui jalan utama ataupun dermaga utama yang sebenarnya. Dermaga
utama sebenarnya berada di desa sukajaya lempasing yang berdekatan dengan
pintu Pantai Mutun. Variabel ini dimasukkan guna dapat mengungkap seberapa
banyak pengunjung yang mengetahui pintu utama dermaga penyeberangan objek
26
BABIII
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Objek Wisata Pulau Tangkil yang terletak di Desa
Sukajaya Lempasing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 - Maret 2015.
3.2Objek dan Alat Penelitian
Bahan dari penelitian ini adalah Pengunjung Objek Wisata Pulau Tangkil yang
kemudian disebut sebagai responden setelah bersedia menjawab kuisioner. Alat
yang digunakan berupa kuisioner, alat tulis, papan, kamera, microsoft office dan
software minitab 16.
Kuisioner yang disebarkan oleh peneliti kepada responden terdiri atas beberapa
pertanyaan, yaitu:
1. Bagian I terdiri dari 22 pertanyaan, mengenai profil dan karakteristik
pengunjung (responden), mengenai jenis kelamin, usia, pendapatan perbulan,
serta pekerjaan dll.
27
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diambil secara langsung di lapangan. Jenis data
yang diambil adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung untuk
menuju Objek Wisata Pulau Tangkil dan karakteristik pengunjung, seperti
daerah asal, tujuan berkunjung, cara berkunjung, motivasi kunjungan, lama
kunjungan, dan kondisi sosial ekonomi, umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, waktu luang, status perkawinan dan jumlah tanggungan.
b. Datasekunder merupakan data pustaka yang didapat dari pengelola maupun
pihak lain berupa data kondisi umum dan jumlah pengunjung di Objek Wisata
Pulau Tangkil dan juga literatur sebagai penunjang dalam penelitian.
Tabel 3.1. Jenis Pengumpulan Data
No Jenis Data Primer Sekunder
1 Biaya Perjalanan √
2 Karakteristik Pengunjung √
3 Jumlah Pengunjung √
4 Literatur √
3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
28
Populasi penelitian ini adalah pengunjung Objek Wisata Pulau Tangkil.Sampel
adalah sebagian yang mewakili populasi untuk digunakan dalam
penelitian.Sampling adalah cara pengumpulan data yang sifatnya hanya sebagian
tidak mencakup seluruh objek penelitian (Sugiyono, 2008).Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel berupapurposive sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti
berdasarkan tujuan dan maksud penelitian sehingga peneliti memilih sampel
berdasarkan kriteria tertentu.
Penentuan sampel penelitian yakni dengan memilih pengunjung yang datang baik
individu maupun berkelompok (dipilih satu orang sebagai wakil). Jumlah
pengunjung yang datang ke Pulau Tangkil sepanjang tahun 2014 diketahui
sebanyak 30.144 orang (Pengelola Pulau Tangkil, 2015).Data tersebut
menyatakan jumlah populasi menunjukkan angka lebih besar dari 100 sehingga
dalam penelitian ini digunakan batas error10% (Arikunto,2003), hal ini dilakukan guna dapat mengurangi penyimpangan dengan batas error≤ 10%.
Metode yang digunakan berdasarkan hari kunjungan yaitu meliputi hari besar atau
hari libur nasional, akhir pekan, dan hari biasa, hal ini berguna untuk mengungkap
keragaman pengunjung. Pengumpulan data dilakukan menurut hari kunjungan,
setiap jenis hari kunjungan pemilihan sampel dilakukan secara accidental sampling yang bersedia untuk diwawancarai sampai terkumpul 105 responden seperti pada hasil perhitungan sampel dari rumus Slovin. Cara menentukan
jumlah sampel dari populasi tersebut menggunakan rumus Slovin (Arikunto, 2003
29
� = �
�(�)2+ 1
� = 30.144
30.144 (10%)2 + 1
� = 99,669356
� ≈100
Keterangan:
� = Jumlah sampel
N = Jumlah pengunjung
� = Nilai kritis (batas penelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel)
1 = Bilangan konstan
Perhitungan tersebut menghasilkan jumlah sampel yang harus diambil minimal sebanyak 100 orang responden.
Data karakteristik pengunjung yang diperlukan berupa data jenis kelamin, umur,
jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, pekerjaan tambahan, pendapatan, status
pernikahan, motivasi kunjungan, cara berkunjung, frekuensi berkunjung, asal
pengunjung, waktu berkujung, kendaraan, waktu luang, dan pintu masuk. Data
tersebut merupakaan variabel-variabel karakteristik pengunjung sebagai variabel
penjelas yang mempengaruhi biaya perjalanan sebagai variabel pengikut
(Silalahi, 2009)
3.3.4 Batasan Penelitian
a. Karakteristik pengunjung adalah data yang meliputi daerah asal, tujuan
berkunjung, cara berkunjung, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan
kondisi sosial ekonomi, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, waktu
30
b. Zona (daerah asal) adalah zona pengunjung yang dibagi dalam beberapa
kelompok berdasarkan wilayah administrasi pemerintah yaitu kabupaten/kota
(Sihotang, 2014). Zoba dibagi untuk mengetahui pengaruh zona daerah asal
terhadap nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil.
3.4Pengolahandan Analisis Data
3.4.1Nilai Ekonomi Wisata Pulau Tangkil
Metode biaya perjalanan mengasumsikan bahwa nilai dari jasa suatu tempat
rekreasi direfleksikan dalam seberapa besar keinginan membayar atau WTP dari
orang-orang untuk mengunjungi suatu tempat rekreasi tertentu. Metode ini
mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat
rekreasi, misalnya untuk menyalurkan hobi mendaki gunung seorang konsumen
akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi
tempat tersebut. Metode biaya perjalanan ini merupakan metode revealed preference (mengungkapkan preferensi) karena metode ini menggunakan perilaku dan pilihan responden yang terungkap untuk menduga nilai dari komoditas
sumber daya alam dan lingkungan (Tambunan, 2013).Perhitungan besarnya biaya
perjalanan pengunjung untuk berwisata ke Pulau Tangkil menggunakan rumus
seperti yang digunakan oleh Sulistiyono (2007) sebagai berikut:
BPT = BTr +BD + (BKr ˗ BKh) + L
Keterangan
BPT =Biaya perjalanan total (Rupiah/orang/hari)
BTr =Biaya transportasi dari tempat asal ke tempat wisata yang dituju (Rupiah/orang)
BD = Biaya dokumentasi (Rupiah/orang)
BKr = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rupiah/orang/hari)
31
Perhitungan besarnya biaya rata-rata perjalanan pengunjung untuk menuju wisata
Pulau Tangkil menggunakan rumus seperti di bawah ini(Ekwarso, 2010),
�
=
��
�
Keterangan
ATC = Biaya rata-rata perjalanan pengunjung BPT = Jumlah total biaya perjalanan pengunjung n = Jumlah pengunjung yang diwawancarai
Total biayaperjalanan pengunjung wisata Pulau Tangkil dapat dihitung dengan
menggunakan rumus seperti di bawah ini (Ekwarso, 2010),
�� = � �
�
105
=1
Keterangan
TTC = Total biaya perjalanan ATC = Rata-rata biaya perjalanan N = Jumlahtotal pengunjung
ni = Jumlah pengunjung yang diwawancarai
Biaya rata-rata perjalanan per zona dihitung berdasarkan rumus yang digunakan
oleh Purwanto (2013) sebagai berikut:
ATCi = Biaya perjalanan rata-rata dari zona i (rupiah/hari orang kunjungan) BPTji = Jumlah total biaya perjalanan ke j dari zona I (rupiah/hari orang kunjungan)
Ni = Jumlah total pengunjung dari zona i (orang)
Nilai ekonomi objekwisata kemudian dapat diketahui dari biaya perjalanan
rata-rata pengunjung yang kemudian dikalikan dengan jumlah total pengunjung selama
32
3.4.2 Analisis dan pemodelan Karakteristik Pengunjung
Data karakteristik pengunjung diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang
kemudian diubah kedalam tabulasi dan persentasedan selanjutnya dianalisis secara
deskriptif meliputi persen (%), simpangan baku, dan dilakukan pemodelan
menggunakan regresi linear untuk dilakukan pengujian koefisien variabel.
Pemodelan dan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan model
regresi linear berganda.Secara matematik seperti yang disajikan pada persamaan
berikut ini :
Yᵢ = α + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ
+ α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ
+ α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ+ ei
Keterangan
Y = Biaya perjalanan pengunjung wisata Pulau Tangkil
[X ]ᵢ = Kelamin [X ]ᵢ = Motivasi
Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui variable bebas (karakteristik
pengunjung) terhadap variable terikat Y.Analisis dilakukan dengan persamaan
regresi linear berganda melalui softwareminitab.Bentuk umum analisis ini yaitu menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas X1,
X2,X3,...Xa.Pola hubungan antar variabel dianalisis berdasarkan data sampel
33
Pengujian koefisien variabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y), uji ini menggunakan software Minitab 16, adapun model pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengujian model secara keseluruhan (Uji F)
Untuk menentukan apakah secara serentak semua variabel independen
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel dependen dapat dilihat
dari nilai uji F (Silalahi, 2009). Disimpulkan ada pengaruh apabila nilai Pvalue
kurang dari batas kritis penelitian, misalnya pada uji ini, nilai Pvalueregression
pada analysis of variancesebesar 0,000<0,1 α maka disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh bermakna terhadap variabel
dependen.
b. Pengujian koefisien secara parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui variabel-variabel independen secara parsial,
berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap variabel dependen (Silalahi,
2009).Uji Tparsial digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
di dalam model regresi mempunyai pengaruh secara individu terhadap variabel
dependen dengan memperhatikan keberadaan variabel lain didalam model. Nilai
Tparsialdinyatakan bahwa ada pengaruh parsial apabila nilai Pvalue (P) kurang
dari batas kritis penelitian. Semua variabel independen dengan nilai
PvalueTparsial<0,1 α maka semua berpengaruh secara individu terhadap Y
34
c. Uji determinasi (R (square) dan R (adj))
Koefisien determinasi R2 merupakan ukuran persentase total variansi dalam Y
yang dijelaskan oleh model regresi/variabel bebas. Koefisien determinasi
dinyatakan dalam persen (%) sehingga harus dikalikan dengan 100%. Nilai R2
berkisar antara 0 sampai 1, jika R2=1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan
100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Jika R2=0 maka garis regresi
tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Suatu model
regresi dikatakan baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu.
Pemberian skor dalam tabulasi data dibedakan berdasarkan variabel
masing-masing seperti pada Tabel 3.2 diantaranya seperti variabel tingkat pendidikan
dalam pengisian skornya dengan menggunakan dummy yang dimulai dengan SMP, SMA dan perguruan tinggi. Jika responden berpendidikan diantara tersebut
maka diisi dengan 1 jika lainya maka 0, hal ini sama dengan pengisian skor jenis
pekerjaan yang dibedakan menjadi swasta, PNS, pengusaha, ibu rumah tangga,
dan mahasiswa. Zona asal pengunjung dibedakan dari luar kabupaten atau dari
luar provinsi yakni jika responden diantarawilayah tersebut maka diisi dengan 1
jika lainya maka 0.Hari berkunjung dibedakan menjadi akhir pekan, natal, tahun
baru, imlek, nyepi selanjutnya jika responden diantara hari tersebut maka diisi
dengan 1 jika lainya maka 0. Pengisian skor motivasi pengunjung denganmelihat
apakah pengunjung bermotivasi sebagai tujuan utama atau tidak, jika ya maka
diisi dengan 1 atau jika lainya maka 0. Pintu Kunjunganadalah merupakan
dermaga yang dilalui responden untuk menyeberang ke Pulau Tangkil, jika
menggunakan dermaga Mutun maka diisi 1 namun jika bukan pintu utama maka
35
Adapun dalam pemberian skor masing-masing variabel disajikan seperti berikut:
Tabel 3.2 Cara pemberian skor pada masing-masing variabel
No Variabel Simbol Skor Keterangan
1 Kelamin KL Kelamin
= 1 jika Mahasiswa, 0 jika lainya = 1 jika IRT, 0 jika lainya = 1 jika Swasta, 0 jika lainya = 1 jika PNS, 0 jika lainya = 1 jika Pengusaha, 0 jika lainya
Wawancara
12 Cara Berkunjung CR BKJ Jumlah Orang dalam kelompok Wawancara
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Pulau Tangkil
Objek wisata Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata yang ada di
Provinsi Lampung yang mengandung kekayaan alam yang dapat dinikmati oleh
pengunjung berupa pantai, terumbu karang, mangrove dan hutan. Pulau Tangkil
adalah satu-satunya pulau di Kabupaten Pesawaran yang dikategorikan sebagai
objek wisata, sedangkan pulau lainya masih dikategorikan sebagai potensi wisata.
Pulau ini merupakan tempat yang tepat bagi pengunjung untuk berenang di laut
dikarenakan air yang relatif dangkal. Pulau Tangkil dapat ditempuh dengan
menyeberang dari dermaga Desa Sukajaya dan Pantai Mutun MS Town
menggunakan kapal yang tersedia, sedangkan jarak yang harus ditempuh ±6 km
dengan waktu tempuh ±15 menit (Sari, 2012).
4.1.1 Sejarah Singkat
Pulau Tangkil merupakan milik dari Alm. Maimunah Binti K.HM. Nawawi
sesuai dengan keputusan bersama ahli waris Alm K.HM. Nawawi Bin J. Muhajin
tertanggal 10 April 1968 dan menetapkan Ki Agoos Ismail (Ahli Waris
Maimunah berdasarkan penetapan Nomor: 21/Pdt.P/2006/PA JS dari Peradilan
37
kebun Pulau Tangkil (Mahkamah Agung, 2011). Pulau Tangkil mulai dikelola
oleh Tangkil Resort Management pada bulan Agustus 2013 yang kemudian sedang dikembangkan menjadi sebuah objek wisata berbasis resort. Objek wisata Pulau Tangkil dalam pengembangannya saat ini cukup signifikan, hal ini terlihat
dengan fasilitas-fasilitas yang dihadirkan dan juga ditambahkan di Pulau Tangkil
sebagai penunjang objek wisata, seperti dermaga, permainan air, gazebo,
restaurant, mushola, toilet, papan nama dll (Pengelola Pulau Tangkil, 2015).
4.1.2 Letak Administrasi, Luas dan Batas Wilayah
Objek wisata Pulau Tangkil secara administratif berada di Desa Sukajaya
Lempasing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung. Luas wilayah Pulau Tangkil ±11 ha meliputi daratan, sebagian wilayah
air terumbu karang dan mangrove yang tumbuh di sekitar pulau. Batas wilayah
Pulau Tangkil meliputi sebelah utara berbatasan dengan Pantai Mutun MS Town,
sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung, sebelah barat dengan Teluk
Lampung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukajaya. PERDA Kabupaten
Pesawaran No 4 Tahun 2012 menyatakan Pulau Tangkil masuk dalam kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan wisata di Kabupaten Pesawaran, sehingga tentu
kawasan ini akan terus berkembang dari infrastruktur dan nilai ekonominya.
4.1.3 Kondisi Geografis dan Orbitasi (Jarak)
Secara astronomis Pulau Tangkil terletak antara -5.51392° LS dan 105.269482°
BT. Secara geografis Pulau Tangkil terletak di seberang Desa Sukajaya dan
Pantai Mutun MS Town. Jarak Pulau Tangkil dengan Kota Bandar Lampung