• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN METODE BIAYA PERJALANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN METODE BIAYA PERJALANAN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ECONOMIC VALUE OF TOURISM SERVICES TANGKIL ISLAND LAMPUNG PROVINCE BY TRAVEL COST METHOD APPROACH

By

AHMAD EFFENDI

Tangkil island is one of the attractions in the province of Lampung is a relatively new development and the economic value is not known for many visitors. It is therefore necessary to research with the aim of determining the economic value of tourism services Tangkil Island and determine the effect of the characteristics of the visitors to the economic value of tourism services. Benefits of the research results can be used as a material consideration in determining management policies and the development of this attraction to the next. Research was conducted in December 2014-March 2015 with direct interview using questionnaires to 105 respondents. Determination of the results of the optimization parameters visitors travel costs were then tested by multiple linear regression method, using the software Minitab 16. The results reveal the total cost of the trip visitors Rp 37,927,000/visit, the average cost of the trip visitors Rp 361,209/person/visit. The economic value of travel services is Rp10,888,284,096/year. The variable level of education at the level graduated from high school, the type of work to employers, additional employment, income, dependents in the family, the origin of visitors, visiting days when the Chinese New Year, Christmas and New Year, as well as the way of a visit has a Pvalue <0.1 so that the independent variables these have a significant influence on the economic value of tourism services Tangkil Island. The amount of standard deviation (S) is 77.20, while simultaneously influence the independent variable (R-Sq) is 78.6% and R-Sq (adj) is 70.2%.

(2)

ABSTRAK

NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN

Oleh

AHMAD EFFENDI

Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata di Provinsi Lampung yang relatif baru dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonomi bagi banyak pengunjung. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan menentukan nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil dan mengetahui pengaruh karakteristik pengunjung terhadap nilai ekonomi jasa wisata. Manfaat hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pengembangan objek wisata ini ke depan. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2014-Maret 2015 dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada 105 orang responden. Penentuan hasil optimasi parameter biaya perjalanan pengunjung kemudian diuji dengan metode regresi linear berganda, menggunakan software Minitab 16. Hasil penelitian mengungkapkan biaya perjalanan total pengunjung sebesar Rp 37.927.000/kali kunjungan, biaya rata-rata perjalanan pengunjung sebesar Rp 361.209/orang/kali kunjungan. Nilai ekonomi jasa wisata sebesar Rp 10.888.284.096/Tahun. Variabel tingkat pendidikan pada jenjang tamat SMA, jenis pekerjaan pada pengusaha, pekerjaan tambahan, pendapatan, tanggungan dalam keluarga, asal pengunjung, hari berkunjung ketika Imlek, Natal dan Tahun Baru, serta cara berkunjung yang memiliki nilai Pvalue < 0,1 sehingga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh bermakna terhadap nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil. Besarnya simpangan baku (S) adalah 77,20 dan pengaruh variabel dependen secara simultan (R-Sq) adalah 78,6% dan R-Sq(adj) adalah 70,2%.

(3)

NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG

DENGAN PENDEKATAN METODE BIAYA PERJALANAN

(Skripsi)

Oleh

AHMAD EFFENDI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

NILAI EKONOMI JASA WISATA PULAU TANGKIL PROVINSI LAMPUNG

DENGAN PENDEKATAN METODE BIAYA PERJALANAN

Oleh

Ahmad Effendi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Program Studi Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Ahmad Effendi dilahirkan di Lampung Selatan pada

tanggal 27 Februari 1994 sebagai anak ke dua dari tiga

bersaudara, pasangan ibunda Khusnul Khotimah dan ayahanda

M. Basirun.

Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak ABA Aisyiyah Way

Sulan pada tahun 1998 dan diselesaikan pada tahun 1999, menamatkan Sekolah

Dasar di SD Negeri 1 Way Sulan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di

SMP Negeri 1 Merbau Mataram pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Merbau Mataram pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN) Ujian Tertulis. Selama kuliah penulis telah

melaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KLK) di Taman Margasatwa Ragunan,

Puncak Bogor, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbanghut), Center For International Forestry Research (CIFOR) tahun 2013. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2014 di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kejalen, Bagian Kesatuan

Pemangkuan Hutan (BKPH) Ledok, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu

(8)

telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pada tahun 2015 di Pekon Pelita

Jaya, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.

Tahun 2012 penulis diterima sebagai penyiar TVRI Stasiun Lampung yang aktif

hingga tahun 2015. Penulis juga pernah dipercaya menjadi asisten dosen pada

mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah dan Pemetaan Hutan semester ganjil tahun ajaran

2013/2014, mata kuliah Hidrologi Hutan semester Genap 2013/2014, mata kuliah

Statistika dan Pemodelan Kehutanan semester genap 2014/2015. Kegiatan

organisasi penulis pernah menjadi staf ahli Kementerian HAN BEM Universitas

Lampung 2012/2013, staf ahli Kementerian KOMINFO BEM Universitas

Lampung 2013/2014. Selain di kampus penulis juga aktif organisasi di luar

kampus sebagai anggota BATIK’S (Bibit Bangsa Anti Korupsi) Provinsi

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati,

Ku persembahkan karya sederhana ini untuk,

Mama dan Ayah tercinta yang telah memberikan kasih dan sayang serta do’a di setiap langkah ku hingga saat ini…

Kakak M. Miffahudin dan Adikku Devi Khusmawati tersayang yang selalu memberikan semangat…

Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi dan warna dalam perjalananku serta menemaniku disaat susah

ataupun senang…

Sahabat Celebi (Audy E., Edrian J., Dian A., Maria I.C.D.S., Nova N., Rita R.S., Rizky K.R., Rynaldo D., Selviania)

Sahabat penelitian (Genta Rizkyansah, Made Ani Arisanti, Liana Riatiara, Maya Adelina, Ummi Dienely, Yunita Sari,

Kartika R., Maia Agustina, Oriza Sativa, Ade P., Aplita)

Keluarga ketigaku (Tante Nyoman Sukerti, Om Wayan Suwindra, Ayu Windu K., I Putu Ajie Windu K., Joshua

Fanny, Kabul Prasetyo, Rinaldo Sinaga)

Seluruh teman-teman seperjuangan Forever ’11 (Forester Eleven Rangers), khususnya (Forest Management/FM’11)

Dan Terutama kepada Allah SWT ”Sujudku dan Syukurku yang teramat sangat atas segala nikmat di kehidupan yang

engkau berikan padaku”

”Sungguh tiada kuasa di atas kuasamu”

(10)

MOTO

Janganlah Takut Gagal, Tetapi Tolaklah Kegagalan.

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis sembahkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,

hidayah, serta keridhoan-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil dengan Pendekatan Metode Biaya Perjalanan”. Skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu

dalam menyusun skripsi ini. Ucapan terimahkasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.

3. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M. Si., selaku Pembimbing Utama penulis, atas

arahan, bimbingan, dan nasehat yang berharga.

4. Ibu Rusita, S. Hut., M. P., selaku Pembimbing kedua penulis, yang telah

memberikan dukungan, arahan, dan bimbingan.

5. Ibu Dr. Christine Wulandari, M. P., selaku Pembahas yang telah memberikan

arahan, nasehat, bimbingan, dan masukan.

6. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama kuliah.

7. Bapak dan ibu dosen pengajar di Universitas Lampung khususnya di Jurusan

(12)

8. Bapak Isrinaldo selaku manager objek wisata Pulau Tangkil yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di objek wisata tersebut.

Semoga Tuhan membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada semua

pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan seluruhnya. Penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, bagi pengelola objek

wisata Pulau Tangkil, dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pariwisata, Wisata dan Obyek Wisata ... 6

2.1.1 Pariwisata ... 6

2.1.2 Wisata ... 6

2.1.3 Obyek wisata ... 7

2.2 Wisatawan, Pengunjung dan Persepsi Pengunjung ... 8

2.2.1 Wisatawan ... 8

2.2.2 Pengunjung ... 8

(14)

ii

2.3 Wisata Sebagai Aktivitas Sektor Jasa ... 9

2.3.1 Jasa ... 9

2.3.2 Jasa wisata sebagai jasa lingkungan memiliki nilai ekonomi ... 10

2.3.3 Jasa wisata sebagai aktivitas perekonomian industri ... 11

2.3.4 Nilai ekonomi sebagai landasan pengembangan obyek wisata ... 12

2.4 Nilai, Nilai Ekonomi dan Variabel Penilaian ... 12

2.4.1 Nilai ... 12

2.4.2 Nilai Ekonomi ... 13

2.4.2 Variabel Penilaian ... 14

2.5 Metode Penilaian Ekonomi Jasa Wisata ... 15

2.5.1 Metode Penilaian ... 15

2.5.2 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 16

2.6 Analisis Regresi ... 18

3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.3.3 Batasan Penelitian ... 39

3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 30

3.4.1 Metode Penetapan Nilai Ekonomi Pulau Tangkil ... 30

(15)

iii

BAB VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36

4.1 Profil Pulau Tangkil ... 36

4.1.1 Sejarah Singkat ... 36

4.1.2 Letak Administrasi, Luas dan Batas Wilayah ... 37

4.1.3 Kondisi Geografis dan Orbitasi ... 37

4.2 Keadaan Fisik ... 38

4.3 Potensi dan Daya Tarik ... 38

4.3.1 Potensi Pantai dan Terumbu Karang ... 38

4.3.2 Daya Tarik Permainan Pantai ... 39

4.3.3 Sarana dan Prasarana ... 39

4.3.4 Akses Lokasi dan Transportasi ... 40

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil ... 41

5.1.1 Biaya Perjalanan Total ... 42

5.1.2 Biaya Perjalanan Rata-rata ... 42

5.1.3 Nilai Ekonomi Jasa Wisata ... 44

5.2 Karakteristik Pengunjung ... 46

5.2.1 Karakteristik Pengunjung ... 46

5.2.2 Pengaruh Karakteristik Terhadap Nilai Ekonomi ... 55

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jenis Pengumpulan Data ... 27

3.2 Cara Pemberian Skor pada Masing-masing Variabel ... 35

5.1 Rincian Biaya Perjalanan Total Pengunjung Pulau Tangkil ... 41

5.3 Karakteristik Pengunjung, Jumlah, Persentase dan Simpangan Baku ... 46

5.4 Analysis of Variance ... 56

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan Alir Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil ... 5

5.1 Biaya perjalanan rata-rata per zona ... 43

5.2 Biaya perjalanan rata-rata per daerah ... 43

7.1 Peneliti di Marka Pulau Tangkil ... 87

7.2 Pulau Tangkil ... 88

7.3 Dermaga Penyebrangan di Pulau Tangkil ... 88

7.4 Wawancara Menggunakan Kuisioner di Pulau Tangkil... 89

7.5 Wawancara Menggunakan Kuisioner di Pulau Tangkil (2) ... 89

7.6 Permainan Air di Pulau Tangkil ... 90

7.7 Fasilitas Toilet di Pulau Tangkil ... 90

7.8 Fasilitas Kantin di Pulau Tangkil ... 91

7.9 Fasilitas Pendopo di Pulau Tangkil ... 91

7.10 Fasilitas Gazebo di Pulau Tangkil ... 92

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Olahan data nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil ... 73

2. Olahan data regresi linear berganda menggunakan Software Minitab 16 (Optimasi Biaya Perjalanan) ... 77

3. Kuisioner penelitian ... 80

4. Dokumentasi penelitian ... 86

5. Tabulasi data variabel-variabel karakteristik pengunjung yang

mempengaruhi biaya perjalanan ... 93

6. Putusan Mahkamah Agung hak kepemilikan Pulau Tangkil 2011 ... 102

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dalam sektor jasa dengan

tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini, bersama dengan industri

teknologi dan informasi, industri pariwisata diperkirakan menjadi penggerak

utama perekonomian abad 21 (Shanty, 2011). Pariwisata sebagai sebuah industri

jasa, digunakan sebagai salah satu pendorong perekonomian dunia. Pariwisata

semakin berkembang sejalan dengan perubahan–perubahan sosial, budaya,

ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhya sistem kelas dan kasta, semakin

meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi,

dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penyusutan jam kerja telah

mempercepat mobilitas manusia antar daerah, negara khususnya dalam hal

pariwisata (Damanik dan Weber, 2006).

Industri pariwisata memiliki hal yang cukup penting yakni layanan pariwisata atau

jasa wisata. Jasa wisata merupakan aktivitas perekonomian yang bercorak

industri dan memiliki nilai ekonomi dengan rente ekonomi yang relatif tinggi,

dibanding dengan ekstraksi sumber daya alam lain seperti logging atau penebangan kayu, maupun penambangan gas bumi, batu bara, dan energi hasil

(20)

2

total hutan, sisanya adalah hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan seperti wisata

(Mawardi dan Sudaryono, 2006).

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi jasa wisata

adalah dengan teknik pengukuran tidak langsung berupa travel cost method

(TCM) atau metode biaya perjalanan. Penentuan nilai jasa wisata dengan metode

ini sangat bergantung pada penilai (pengunjung) dan juga objek wisata sendiri

sehingga perlu diketahuikarakteristik pengunjung objek wisata tersebut. Hasil

dari nilai ekonomi jasa wisata dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam

pengembangan bentuk-bentuk layanan oleh manajemen pengelola objek wisata

(Fauzi, 2013).

Objek wisata Pulau Tangkil adalah salah satu objek wisata di Provinsi Lampung

yang masih mengembangkan bentuk-bentuk layanan bagi pengunjungnya. Objek

wisata ini relatif baru dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonominya bagi

pengunjung, baik dari dalam maupun luar Provinsi Lampung. Masyarakat

umumnya belum mengetahui objek wisata ini, akibatnya seringkali pengunjung

yang datang tidak melalui dermaga penyeberangan utama sehingga menyebabkan

pengunjung mengeluarkan biaya wisata lebih mahal untuk menikmati objek

wisata Pulau Tangkil. Perlu dilakukan penilaian jasa wisata Pulau Tangkil dengan

pendekatan metode biaya perjalanan yang berkaitan dengan karakteristik

pengunjung. Hasil Penilaian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan kebijakan pengelolaan dan pengembangan objek

(21)

3

1.2 Perumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini yaitu,

1. Berapakah nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil yang merupakan bahan

pertimbangan dalam pengembangan bentuk-bentuk layanan oleh manajemen

objek wisata ?

2. Bagaimanakah karakteristik pengunjung objek wisata Pulau Tangkil yang

berpengaruh terhadap nilai jasa wisatanya ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menetapkan nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil menggunakan metode

biaya perjalanan (travel cost method) untuk pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pulau Tangkil.

2. Mengetahui besarnya pengaruh karakteristik pengunjung objek wisata Pulau

Tangkil terhadap biaya perjalanan sebagai bahan pertimbangan pengelolaan

dan pengembangan daya tarik objek wisata tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pengelola objek wisata Pulau

Tangkil dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pengembangan objek

wisata ke depan.

2. Memberikan informasi mengenai karakteristik pengunjung objek wisata Pulau

Tangkil sebagai landasan dalam menangkap peluang pasar potensial bagi

pengelola untuk mengembangkan daya tarik objek wisata sehingga dapat

(22)

4

1.5 Kerangka Pemikiran

Pulau Tangkil merupakan objek wisata di Provinsi Lampung yang relatif baru

dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonominya. Nilai ekonomi jasa wisata

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola objek wisata Pulau Tangkil

untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembanganobjek wisata

Pulau Tangkil kedepan. Nilai ekonomi juga dapat menjadi bahan promosi kepada

investor mengenai jasa wisata Pulau Tangkil yang menjanjikan untuk

dikembangkan, sehingga akan menambah daya tarik objek wisata tersebut untuk

menarik minat pengunjung.

Nilai ekonomi jasa wisata dapat diketahui melalui metode biaya perjalanan atau

travel cost method dengan tujuan dasar ingin mengetahui nilai kegunaan dari sumber daya alam ini melalui pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk

mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam (Fauzi, 2013). Mengingat penentuan

nilai ekonomi jasa wisata dengan metode ini sangat bergantung pada sikap

pengunjung (penilai) maka perlu mengetahui juga besarnya pengaruh karakteristik

(23)

5

Gambar 1.1 Bagan Alir dalam Kerangka Pemikiran Penelitian Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil

Menduga Nilai Ekonomi dengan Pendekatan Orientasi Pasar dengan Metode Biaya Perjalanan Berkaitan dengan Karakteristik Pengunjung Belum Diketahui Nilai Ekonomi Jasa Wisata

Sebagai Bahan Pertimbangan Rencana Pengelolaan dan Pengembangan Kedepan

Data Primer (Kuisioner & Wawancara)

Data Sekunder (Data Pustaka)

Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil dan Karakteristik Pengunjung

Pulau Tangkil

Sebagai Objek Wisata Baru

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata, Wisata dan Objek Wisata

2.1.1 Pariwisata

Pariwisata adalah suatu sistem yang multikompleks dengan berbagai aspek yang

saling terkait dan saling mempengaruhi antar sesama dan dalam beberapa

dasawarsa terakhir. Pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika

masyarakat, dan menjadi salah satu prime-mover dalam perubahan sosial-budaya (Pitana dan Gayatri, 2007). Menurut Undang-undang Kepariwisataan No. 10

tahun 2009 bahwa pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kepariwisataan merupakan

keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata yang bersifat

multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap

orangdan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

2.1.2 Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

(25)

7

dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Daya tarik

wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahandan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU RI No. 10 Th. 2009).

Wisata dapat dilakukan di pantai, gunung atau lembah, seperti di objek wisata

Pulau Tangkil yang dapat menjadi tujuan wisata karena menawarkan keindahan

pantai dan pulau yang menarik.

2.1.3 Objek wisata

Objek Wisata adalah adalah suatu perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup

seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam ciptaan tuhan

yang mempunyai daya tarik yang dikunjungi wisatawan. Objek dan daya tarik

wisata dapat digolongkan menjadi dua, yaitu benda atau objek peninggalan

sejarah (heritage) dan seni budaya yang masih tetap hidup (living culture). Objek wisata budaya dapat berupa bangunan dengan arsitek khas atau peninggalan

heritage sedangkan seni dan budaya berupa kesenian, sikap perilaku masyarakat atau adat istiadat (Fandeli, 2002). Menurut PP RI No. 67 Th. 1996 Objek wisata

adalah sasaran wisata yang memiliki unsur fisik dominan, yang menarik untuk

dikunjungi, ini berbeda dengan daya tarik wisata yang merupakan sasaran wisata

yang memiliki unsur abstrak dominan, yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Objek wisata dalam penelitian ini adalah objek wisata Pulau Tangkil yang relatif

(26)

8

2.2 Wisatawan, Pengunjung dan Persepsi Pengunjung

2.2.1 Wisatawan

Wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh sesuatu atau beberapa keperluan

melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya

untuk jangka waktu lebih dari 24 jam tidak dengan maksud untuk mencari nafkah

(Fandeli, 2000). Ciri-ciri seseorang disebut wisatawan menurut undang-undang

No. 9 tahun 1990 tentang pariwisata adalah perjalanan dilakukan secara sukarela,

perjalanan ke tempat lain ke luar wilayah/negara tempat tinggalnya, bersifat

sementara dan menginap paling tidak satu malam, tidak untuk mencari nafkah,

tujuannya semata-mata untuk pesiar, liburan, kesehatan, keagamaan dan olahraga,

kunjungan usaha, mengunjungi keluarga, tugas dan menghadiri pertemuan.

2.2.2 Pengunjung

Pengunjung merupakan konsumen yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang

beraneka ragam. Keinginan dan kebutuhan tersebut bergantung pada ciri

karakteristik pengunjung yang merupakan konsumen seperti daerah asal, tingkat

pendidikan, umur,dan jenis kelamin pengunjung, dan ketika adanya perbedaan

dari ciri karakteristik pengunjung tersebut akan berbeda juga dalam melakukan

proses pengambilan keputusan untuk memilih paket wisata yang ditawarkan oleh

suatu objek wisata (Susilowati, 2009 ).

2.2.3 Persepsi Pengunjung

Walgito (2002) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di

dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang

(27)

9

dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Persepsi dipengaruhi oleh faktor dari

dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar diri individu (faktor

eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan,

pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah

pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan perbedaan latar belakang sosial

budaya. Menurut Hutabarat (2008) persepsi merupakan respon terhadap

rangsangan yang datang dari suatu objek sehingga respon ini berkaitan dengan

penerimaan atau penolakan oleh individu tersebut. Objek wisata Pulau Tangkil

yang mulai banyak dikunjungi merupakan salah satu bentuk sikap pengunjung

yang datang dan rela mengunjungi objek wisata ini untuk mendapatkan

kesenangan.

Tingkat kepuasan pelanggan/pengunjung terhadap pelayanan merupakan faktor

yang penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang

tanggap terhadap kebutuhan pelanggan sehingga kepuasan tergantung pada dua

faktor yaitu harapan konsumen dan kualitas pelayanan yang dirasakan oleh

konsumen (Clow, 2000). Tingkat kepuasan yang diukur dalam penelitian ini

adalah mengenai apa yang dirasakan oleh pengunjung atau wisatawan yang

datang ke objek wisata Pulau Tangkil.

2.3 Wisata Sebagai Aktivitas Sektor Jasa

2.3.1 Jasa

Objek wisata Pulau Tangkil menawarkan jasa wisata untuk dinikmati para

(28)

10

tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain (Rangkuti, 2003). Jasa

memiliki 4 karakteristik utama (Kotler, 2002), yaitu :

a. Tidak Berwujud (Intangibility), jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu

dibeli,

b. Tidak terpisah (Inseparability), jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan, tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam

persediaan, didistribusikan melewati berbagai penjual baru dikonsumsi,

c. Berubah-ubah (Variability), jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan jasa itu diberikan. Pembeli jasa menyadari keragaman yang

tinggi dan sering membicarakan dengan orang lain sebelum memilih seorang

penyedia jasa,

d. Tidak tahan lama (Perishability), jasa tidak dapat disimpan karena tidak tahan lama, sehingga dapat dikatakan bahwa jasa dihasilkan pada saat ada

permintaan akan jasa tersebut dan permintaan ini tidak dapat ditunda.

2.3.2 Jasa wisata sebagai jasa lingkungan memiliki nilai ekonomi

Objek wisata Pulau Tangkil yang menawarkan jasa wisata berupa jasa lingkungan

merupakan suatu produk yang dapat atau tidak dapat diukur secara langsung

berupa jasa wisata alam/rekreasi, pengendalian erosi dan banjir, keindahan,

keunikan dan kenyamanan sehingga kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dapat

berupa usaha rekreasi hutan (wisata alam), usaha olah raga tantangan, usaha

pemanfaatan air, usaha perdagangan karbon (carbon trade) atau usaha penyelamatan hutan dan lingkungan juga merupakan sumberdaya ekonomi

(29)

11

hasil hutan kayu, non kayu dan hasil hutan tidak kentara (intangible) seperti perlindungan tanah, pelestarian sumberdaya air dan beragam hasil wisata.

Kuantifikasi nilai nominal dari nilai manfaat rekreasi hutan (wisata hutan)

didasarkan atas kesediaan konsumen/masyarakat dan selain metode tersebut

digunakan juga metode biaya perjalanan (Alamdkk., 2009).

2.3.3 Jasa wisata sebagai aktivitas perekonomian industri

Industri pariwisata ialah semua jasa-jasa (services)yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempatkediamannya, sampai ia kembali ke

rumah ia tinggal. Jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan tersebut tidak hanya

dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh banyak dan macam-macam

perusahaan (Yoeti, 2009). Objek wisata Pulau Tangkil memiliki aktifitas

pelayanan terhadap pengunjung dengan terus meningkatkan daya tarik wisata

guna menarik wisatawan sehingga perekonomian pariwisata berbasis industri

dapat berjalan.

Keberhasilan suatu kegiatan pariwisata sangat ditentukan oleh tingkat kualitas

pelayanan yang diberikan kepada pengunjung karena kualitas pelayanan dipercaya

sangat berbanding lurus dengan kepuasan pengunjung. Jika kepuasan pengunjung

terpenuhi maka diharapkan apresiasi dalam upaya memperbaiki tata cara

pelayanan dapat menjadi lebih baik (Budiono, 2004). Menyusun perencanaan

dan pengelolaan pembangunan untuk masa depan diperlukan suatu pergeseran

(30)

12

pembangunan dan industrialisasi berbasis sumberdaya alam, khususnya

pengelolaan pesisir melalui sektor ekowisata (Aryanto, 2005).

2.3.4 Jasa wisata sebagai landasan pengembangan objek wisata

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah orde baru sejak pelita I hingga

pelita V dititik beratkan pada pembangunan sektor ekonomi dan untuk menunjang

pembangunan sektor ekonomi diperlukan pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya manusia, yang oleh karenanya perlu upaya untuk meningkatkan

added value atau tambah nilai dari sumber daya alam ini, salah satu upaya untuk meningkatkan tambah nilai tersebut adalah kegiatan pariwisata, khususnya wisata

alam harus ditunjang oleh banyak sektor antaralain sektor perhubungan,

kehutanan, industri dan pekerjaan umum (Fandeli, 1995).

2.4 Nilai, Nilai Ekonomi dan Variabel Penilaian

2.4.1 Nilai

Nilai merupakan sebuah sikap dalam mengambil keputusan (Masri, 1972). Sikap

sebagai kesediaan yang diarahkan untuk menilai atau menanggapi sesuatu, seperti

yang diungkapkan Berkman dan Gilson(1981) bahwa sikap adalah evaluasi

individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap berbagai elemen di luar dirinya. Assael (1984) mendefinisikan sikap adalah keadaan siap

(31)

13

emosional, persepsi dan proses-proses kognitif untuk memberikan respon

terhadap dunia luar.

Nilai merupakan persepsi seseorang mengenai harga yang diberikan seseorang

terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Ukuran harga ditentukan

oleh waktu barang atau uang yang dikorbankan seseorang untuk memiliki barang

atau jasa yang diinginkanya sehingga penilaian diartikan sebagai kegiatan yang

berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai

barang dan jasa (Davis dan Johson, 1987). Nilai dari objek wisata Pulau Tangkil

merupakan harga yang dibayarkan seseorang untuk mengunjungi Pulau Tangkil.

2.4.2 Nilai Ekonomi

Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value, biasa diartikan sebagai harga, penghargaan, atau taksiran, maksudnya adalah harga atau penghargaan yang

melekat pada suatu objek, sedangkan objek yang dimaksudkan disini bisa

berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, perilaku, peristiwa, dan lain-lain

(Rochmadi, 2002). Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai

pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa

untuk memperoleh barang dan jasa lainnya, dan secara formal konsep ini disebut

keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sumber daya alam dan lingkungan, dan dengan menggunakan pengukuran ini,

nilai ekosistem bisa diterjemahkan kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur

(32)

14

2.4.3 Variabel Penilaian

Menurut Douglass (1975) di dalam pengembangan pariwisata alam memberikan

beberapa angka tentang kebutuhan area beberapa kegiatan wisata alam, yakni

setiap macam aktivitas berwisata memerlukan luasan yang berbeda dan luas area

wisata dibutuhkan untuk dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan, sehingga

kebutuhan kamar menginap bagi wisatawan juga penting dipehitungkan sebagai

kelengkapan fasilitas penunjang wisata, namun pada umumnya juga tempat atau

rumah akan dibutuhkan wisatawan non piknik, namun sebenarnya yang penting

juga adalah berapa tempat duduk atau kursi dibutuhkan.

a. Sosial

Segmentasi sosial ekonomi, pasar wisatawan perlu dipetakan menurut komposisi

pendidikan, pendapatan dan pengeluaran, profesi, kedudukan sosial dan

sebagainya, yakni antara satu faktor dengan faktor yang lain terdapat hubungan

yang saling mempengaruhi, sehingga mempunyai waktu luang saja tidak cukup,

karena untuk berwisata perlu uang meskipun tidak selalu dalam jumlah besar

(Freyer, 1993 ; Mundt, 1998 dalam Damanik dan Weber, 2006). Waktu luang,

uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensi wisata yang potensial.

Permintaan potensial ini harus ditrasformasikan menjadi permintaan rill, yakni

pengambilan keputusan wisata (Damanik dan Weber, 2006).

b. Demografi

Kebutuhan untuk berwisata sangat terkait dengan masalah iklim dan kondisi

lingkungan hidup tempat tinggal seseorang dan biasanya orang yang berdiam di

daerah panas atau kawasan yang tingkat polusi tanah, air, udara, dan suara sangat

(33)

15

pencemaran lingkungan yang minimal, seperti penduduk Jakarta yang setiap akhir

pekan membanjiri kawasan Puncak atau masyarakat Yogyakarta yang berpergian

ke Kaliurang dan Parangtritis setiap hari libur dapat dijadikan contoh yang tepat

untuk itu (Damanik dan Weber, 2006).

Perlu dipahami bahwa tidak mungkin semua wisatawan diharapkan akan

mengunjungi objek ekowisata, karena pasar ekowisata sendiri terbagi-bagi, oleh

sebab itu harus diidentifikasi profil mereka seperti segmentasi demografis, profil

wisatawan dapat dipetakan menurut kategori umur (muda, menengah, lansia),

status keluarga (pasangan tanpa anak, pasangan dengan anak), jenis kelamin,

daerah asal, latar belakang etnik dan agama (Damanik dan Weber, 2006).

2.5 Metode Penilaian Ekonomi Jasa Wisata

2.5.1 Metode Penilaian

Penelitian ini menggunakan suatu metode dengan pendekatan biaya perjalanan

yang dikorbankan pengunjung untuk mengunjungi objek wisata Pulau Tangkil.

Metode penilaian yang digunakan berupa manfaat ekonomi biaya lingkungan.

Suatu sumberdaya alam dan lingkungan dapat dibagi ke dalam dua kelompok

besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang

berorientasi survey. Pendekatan Orientasi Pasar menggunakan metode pasar

pengganti (surrogate market based methods), barang yang dipasarkan sebagai pengganti lingkungan, seperti pendekatan nilai kepemilikanterhadap nilai tanah,

(34)

16

2.5.2 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Biaya perjalanan dari pengunjung objek wisata kemudian disebut sebagai harga

atau nilai ekonomi. Objek wisata dapat ditentukan nilai ekonominya dengan

menggunakan metode biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan digunakan

untuk menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang

diberikan masing-masing individu atau masyarakat dari biaya yang dikeluarkan

untuk berkunjung ke sebuah objek wisata (Tambunan, 2013). Biaya perjalanan

meliputi biaya transport pulang pergi dari tempat tinggalnya ke Tahura WAR dan

pengeluaran lain selama di perjalanan dan didalam Tahura War (Djijono, 2002).

Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan

terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya, dan secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas,

seperti seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai

akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi

tempat tersebut, sehingga kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen terhadap sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui

kerelaan dari konsumen tersebut, dan metode ini dapat digunakan untuk

mengukur manfaat danbiaya akibat (Fauzi, 2004) seperti perubahan biaya akses

(tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi, penambahan tempat rekreasi baru,

perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi, hingga penutupan tempat rekreasi

(35)

17

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai

ekonomi berdasarkan travel cost method (Fauzi, 2004), teknik tersebut adalah, 1. Pendekatan melalui zonasi adalah pendekatan relatif simpel dan murah karena

data yang diperlukan banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data

sederhana dari responden saat survey,

2. Pendekatan ini lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui

survey dan teknik statistika yang lebih kompleks. Kelebihannya adalah hasil

yang didapat lebih akurat, didalam menentukan fungsi permintaan untuk

kunjungan wisata, pendekatan ini lebih menggunakan teknik ekonometrik

seperti regresi sederhana.

Travel Cost Method (TCM) merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya perjalanan yang

dikeluarkan para pengunjung. Akan tetapi pada prakteknya terdapat beberapa

masalah dengan penggunaan metode ini yaitu time costs merupakan sebuah TCM sederhana yang mengasumsikan bahwa travel cost hanya berkaitan dengan pengeluaran untuk bahan bakar. Sebuah time cost seharusnya dimasukkan ke dalam travel cost sebagai sebuah refleksi dari nilai rekreasi sesungguhnya dari para pengunjung. Multiple visit journeys yang tak jarang para pengunjungnya dapat mengunjungi lebih dari satu tempat rekreasi dalam satu hari sehingga

mengakibatkan travel cost memiliki margin for error yang tidak pasti terhadap masalah ini. Substitute sites yakni para pengunjung seringkali mengunjungi sebuah situs yang diukur nilainya dengan TCM hanya sebagai situs pengganti

(36)

18

sebuah rumah di dekat tempat rekreasi yang dianggap telah memberikan

nilaikepuasan saat mengunjunginya (Turner dkk., 1993).

Penilaian manfaat wisata yang telah terbukti cukup baik digunakan salah satunya

adalah metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Pendekatan ini merupakan pendekatan WTP dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang

dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai kawasan wisata tersebut.

Besarnya estimasi nilai manfaat tersebut dari upaya perubahan kualitas

lingkungan dari kawasan wisata yang dikunjungi (Hendrasati, 2009).

Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumber daya alam

melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar

bahwa biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi, waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas

maupun disutilitas, dan perjalanan merupakan perjalanan tunggal.

2.6 Analisis Regresi

Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh variabel

yang diujikan terhadap biaya perjalanan pengunjung objek wisata Pulau Tangkil.

Analisi regresi merupakan analisis statistika yang memanfaatkan hubungan antara

dua atau lebih peubah kuantitatif sehingga salah satu peubah dapat diramalkan

dari peubah lainnya (Kismiantini, 2010). Tujuan utama dari analisis regresi

adalah untuk memberikan dasar-dasar peramalan atau pendugaan dalam analisis

peragam atau analisis kovarian. Analisis regresi digunakan sebagai alat untuk

(37)

19

berguna bagi para pembuat keputusan sehingga regresi linier dapat diartikan

sebagai bentuk hubungan anatara variabel bebas X maupun variabel Y sebagai

faktor yang berpangkat satu. Regresi linier ini dibedakan menjadi dua yakni,

1. Regresi linier sederhana dengan bentuk fungsi: Y = a + bX + e,

2. Regresi linier berganda dengan bentuk fungsi: Y = b0 + b1X1+ . .. + bpXp + e

Kedua fungsi di atas 1) dan 2); masing-masing berbentuk garis lurus (linier

sederhana) dan bidang datar (linier berganda).

Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui variable bebas terhadap variable

terikat sehingga dilakukan analisis dengan persamaan regresi linear berganda

melalui software minitabdan bentuk umum analisis ini yaitu menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas X1, X2, X3,... Xa,

sedangkan pola hubungan antar variabel dianalisis berdasarkan data sampel yang

diperoleh melalui kuisioner, sehingga terdapat variabel-variabel karakteristik

pengunjung di wisata Pulau Tangkil sebagai variabel penjelas yang dapat

mempengaruhi biaya perjalanan sebagai variabel pengikut, variabel tersebut dapat

diformulasikan sebagai berikut (Silalahi, 2009).

Yᵢ = α + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ+ ei

Keterangan

(38)

20

1. Jenis Kelamin

Kebutuhan wisata merupakan kebutuhan semua orang tanpa membedakan jenis

kelamin (Sihotang, 2014). Variabel ini diambil untuk mengetahui apakah jenis

kelamin berpengaruh terhadap biaya perjalanan pengunjung objek wisata Pulau

Tangkil.

2. Kelompok Umur

Umur merupakan salah satu faktor pendukung untuk mengetahui kemampuan

fisik responden dalam melakukan kunjungan dan produktivitas (Sihotang, 2014).

Umur diambil sebagai variabel untuk mengetahui apakah pertambahan umur

memberikan pengaruh terhadap biaya perjalanan pengunjung.

3. Tingkat Pendidikan

Firandari dkk. (2009) mengungkapkan tingkat pendidikan dapat dijadikan sebagai

salah satu penentu kemampuan dan kualitas seseorang dalam menguasai

pengetahuan yang berperan dalam menentukan pilihan pengunjung

mengkonsumsi barang atau jasa wisata. Tingkat pendidikan adalah salah satu

variabel untuk mengetahui pengaruhnya terhadap biaya perjalanan pengunjung

objek wisata pulau Tangkil.

4. Jenis Pekerjaan

Sihotang (2014) mengungkapkan bahwa pekerja swasta cenderung membutuh

rekreasi tinggi akibat kejenuhan tutinitas sehari-hari. Jenis pekerjaan diambil

(39)

21

5. Pekerjaan Tambahan

Pekerjaan tambahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung objek

wisata Pulau Tangkil diluar pekerjaan pokok yang memberikan hasil dan manfaat

sehingga dapat memberikan nilai tambah pada pendapatan. Pengunjung dengan

memiliki pekerjaan tambahan akan memiliki kesempatan lebih luas untuk

mendapatkan kepuasan dikarenakan penghasilan seseorang berperan dalam

pengambilan keputusan dalam memilih wisata (Sihotang, 2014). Variabel ini

diambil untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap biaya perjalanan.

6. Tingkat Pendapatan

Besarnya pendapatan menunjang seseorang melakukan kegiatan rekreasi sehingga

kelompok pengunjung yang memiliki pendapatan tinggi berkesempatan rekreasi

yang besar (Sihotang, 2014). Variabel tingkat pendapatan diambil untuk

mengetahui besaran pendapatan terhada pengaruh biaya perjalanan.

7. Status Pernikahan

Status pernikahan pada penelitian ini menunjukkan apakah pengunjung objek

wisata Pulau Tangkil telah menikah atau belum menikah. Status pernikahan akan

berhubungan dengan jumlah tanggungan dan juga biaya pada kegiatan wisata di

Pulau Tangkil. Mengindikasikan bahwa penambahan anggota keluarga akibat

menikah memberikan pengaruh signifikan, senada dengan penelitian Agustin dkk.

(2014) bahwa variabel penambahan anggota keluarga berpengaruh signifikan

terhadap permintaan wisatawan domestik terhadap objek wisata bahari Pulau

(40)

22

8. Jumlah Tanggungan

Pengunjung dengan tanpa ada tanggungan dapat memilih wisata sesuai keinginan

tanpa harus mendengarkan pendapat dari orang yang ditanggung. Tidak adanya

tanggungan artinya mereka bebas untuk melakukan kegiatan rekreasi sehingga

kesempatannya lebih besar (Sihotang, 2014). Temuan ini bermakna bahwa

pengunjung yang memiliki tanggungan mengeluarkan biaya perjalanan lebih besar

dibanding pengunjung tanpa ada tanggungan, hal ini senada dengan yang

diungkapkan Agustin dkk. (2014) yakni variabel jumlah anggota keluarga atau

tanggungan berpengaruh signifikan terhadap permintaan wisatawan domestik

terhadap objek wisata bahari Pulau Cingkuak.

9. Zona Asal

Zona asal daerah menunjukkan dari mana pengunjung berasal, hal ini akan

berpengaruh terhadap biaya perjalanan yang dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal

pengunjung dengan tempat wisata. Firandari (2009) bahwa jarak tempuh

memiliki hubungan negatif dengan jumlah kunjungan ke PSG-3 (Pulau Situ

Gintung-3), hal ini berarti semakin jauh jarak tempuh seorang pengunjung ke

PSG-3, maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan. Variabel ini

dimasukkan dalam penelitian ini guna mengetahui zona asal pengunjung objek

wisata Pulau Tangkil.

10. Motivasi Pengunjung

Motivasi pengunjung terhadap objek wisata sangan berkaitan erat, karena objek

(41)

23

menikmati wisata dan melepaskan penat. Jayapalan (2001) mengungkapkan

bahwa sesorang termotivasi melakukan perjalanan antara lain faktor fisik seperti

melakukan perjalanan wisata karena adanya kebutuhan dari wisatawan untuk

relaksasi dari rutinitas kerja. Penelitian Agustin dkk. (2014) yakni variabel

motivasi berkunjung berpengaruh signifikan positif dengan permintaan wisatawan

domestik terhadap objek wisata bahari Pulau Cingkuak.

11. Waktu Berkunjung

Waktu berkunjung merupakan momen kesempatan seseorang untuk mengunjungi

suatu objek wisata. Nilai merupakan persepsi seseorang melalui harga yang

diberikan seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu (Davis

dan Johson, 1987). Implikasi pada manajemen pengelolaan jasa wisata dapat

menjadi lebih efektif jika diarahkan pada saat momen hari raya atau libur panjang

untuk melakukan event atau acara promosi guna dapat menarik minat pengujung

agar dapat kembali berkunjung dikemudian hari. Variabel mengenai waktu

berkunjung diambil pada saat momen hari raya dan hari libur nasional yakni hari

raya natal, tahun baru, hari raya imlek, hari raya nyepi, akhir pekan dan hari biasa.

12. Jenis Kendaraan

Jenis kendaraan erat kaitanya dengan biaya perjalanan. Kendaraan milik pribadi

tentu tidak akan mengeluarkan biaya untuk sewa kendaraan. Pengunjung lebih

memilih kendaraan pribadi dibanding charter atau sewa dikarenakan untuk menghemat biaya perjalanan, sehingga jenis kendaraan perlu ditambahkan untuk

(42)

24

13. Waktu Luang

Waktu luang adalah waktu yang dimiliki seseorang diluar jam kerja. Waktu luang

berhubungan erat dengan kesempatan seseorang mendapatkan waktu libur guna

melakukan kegiatan wisata atau berekreasi. Waktu luang berpengaruh terhadap

keputusan pengunjung untuk memilih tempat wisata berdasarkan waktu luang

yang dimiliki (Sihotang, 2014). Waktu luang sering dihubungkan dengan

kesempatan seseorang untuk dapat berwisata, oleh karenanya perlu dimasukkan

sebagai variabel untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap biaya

perjalanan.

14. Frekuensi Berkunjung

Frekuensi berkunjung merupakan frekuensi yang menunjukkan seberapa sering

pengunjung datang ke objek wisata Pulau Tangkil, sehingga perlu diketahui

apakah para pengunjung yang telah berkunjung ke Pulau Tangkil menginginkan

kembali berkunjung ke objek wisata tersebut.

15. Cara Berkunjung

Cara Berkunjung adalah cara pengunjung berkunjung bersama keluarga , teman

atau kerabat. Penelitian Agustin dkk. (2014) menjelaskan variabel penambahan

anggota keluarga berpengaruh signifikan positif akan permintaan wisatawan

domestik terhadap objek wisata bahari Pulau Cingkuak, sehingga berpengaruh

(43)

25

16. Pintu Kunjungan

Cara berkunjung menunjukkan jalan yang dilalui pengunjung untuk mencapai

Pulau Tangkil yang notabene harus melakukan penyeberangan untuk mencapai

pulau. Pengunjung objek wisata Pulau Tangkil saat ini belum banyak yang

mengetahui jalan utama ataupun dermaga utama yang sebenarnya. Dermaga

utama sebenarnya berada di desa sukajaya lempasing yang berdekatan dengan

pintu Pantai Mutun. Variabel ini dimasukkan guna dapat mengungkap seberapa

banyak pengunjung yang mengetahui pintu utama dermaga penyeberangan objek

(44)

26

BABIII

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Objek Wisata Pulau Tangkil yang terletak di Desa

Sukajaya Lempasing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lampung. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 - Maret 2015.

3.2Objek dan Alat Penelitian

Bahan dari penelitian ini adalah Pengunjung Objek Wisata Pulau Tangkil yang

kemudian disebut sebagai responden setelah bersedia menjawab kuisioner. Alat

yang digunakan berupa kuisioner, alat tulis, papan, kamera, microsoft office dan

software minitab 16.

Kuisioner yang disebarkan oleh peneliti kepada responden terdiri atas beberapa

pertanyaan, yaitu:

1. Bagian I terdiri dari 22 pertanyaan, mengenai profil dan karakteristik

pengunjung (responden), mengenai jenis kelamin, usia, pendapatan perbulan,

serta pekerjaan dll.

(45)

27

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diambil secara langsung di lapangan. Jenis data

yang diambil adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung untuk

menuju Objek Wisata Pulau Tangkil dan karakteristik pengunjung, seperti

daerah asal, tujuan berkunjung, cara berkunjung, motivasi kunjungan, lama

kunjungan, dan kondisi sosial ekonomi, umur, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, waktu luang, status perkawinan dan jumlah tanggungan.

b. Datasekunder merupakan data pustaka yang didapat dari pengelola maupun

pihak lain berupa data kondisi umum dan jumlah pengunjung di Objek Wisata

Pulau Tangkil dan juga literatur sebagai penunjang dalam penelitian.

Tabel 3.1. Jenis Pengumpulan Data

No Jenis Data Primer Sekunder

1 Biaya Perjalanan

2 Karakteristik Pengunjung

3 Jumlah Pengunjung

4 Literatur

3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

(46)

28

Populasi penelitian ini adalah pengunjung Objek Wisata Pulau Tangkil.Sampel

adalah sebagian yang mewakili populasi untuk digunakan dalam

penelitian.Sampling adalah cara pengumpulan data yang sifatnya hanya sebagian

tidak mencakup seluruh objek penelitian (Sugiyono, 2008).Penelitian ini

menggunakan teknik pengambilan sampel berupapurposive sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti

berdasarkan tujuan dan maksud penelitian sehingga peneliti memilih sampel

berdasarkan kriteria tertentu.

Penentuan sampel penelitian yakni dengan memilih pengunjung yang datang baik

individu maupun berkelompok (dipilih satu orang sebagai wakil). Jumlah

pengunjung yang datang ke Pulau Tangkil sepanjang tahun 2014 diketahui

sebanyak 30.144 orang (Pengelola Pulau Tangkil, 2015).Data tersebut

menyatakan jumlah populasi menunjukkan angka lebih besar dari 100 sehingga

dalam penelitian ini digunakan batas error10% (Arikunto,2003), hal ini dilakukan guna dapat mengurangi penyimpangan dengan batas error≤ 10%.

Metode yang digunakan berdasarkan hari kunjungan yaitu meliputi hari besar atau

hari libur nasional, akhir pekan, dan hari biasa, hal ini berguna untuk mengungkap

keragaman pengunjung. Pengumpulan data dilakukan menurut hari kunjungan,

setiap jenis hari kunjungan pemilihan sampel dilakukan secara accidental sampling yang bersedia untuk diwawancarai sampai terkumpul 105 responden seperti pada hasil perhitungan sampel dari rumus Slovin. Cara menentukan

jumlah sampel dari populasi tersebut menggunakan rumus Slovin (Arikunto, 2003

(47)

29

� = �

�(�)2+ 1

� = 30.144

30.144 (10%)2 + 1

� = 99,669356

� ≈100

Keterangan:

� = Jumlah sampel

N = Jumlah pengunjung

� = Nilai kritis (batas penelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel)

1 = Bilangan konstan

Perhitungan tersebut menghasilkan jumlah sampel yang harus diambil minimal sebanyak 100 orang responden.

Data karakteristik pengunjung yang diperlukan berupa data jenis kelamin, umur,

jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, pekerjaan tambahan, pendapatan, status

pernikahan, motivasi kunjungan, cara berkunjung, frekuensi berkunjung, asal

pengunjung, waktu berkujung, kendaraan, waktu luang, dan pintu masuk. Data

tersebut merupakaan variabel-variabel karakteristik pengunjung sebagai variabel

penjelas yang mempengaruhi biaya perjalanan sebagai variabel pengikut

(Silalahi, 2009)

3.3.4 Batasan Penelitian

a. Karakteristik pengunjung adalah data yang meliputi daerah asal, tujuan

berkunjung, cara berkunjung, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan

kondisi sosial ekonomi, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, waktu

(48)

30

b. Zona (daerah asal) adalah zona pengunjung yang dibagi dalam beberapa

kelompok berdasarkan wilayah administrasi pemerintah yaitu kabupaten/kota

(Sihotang, 2014). Zoba dibagi untuk mengetahui pengaruh zona daerah asal

terhadap nilai ekonomi jasa wisata Pulau Tangkil.

3.4Pengolahandan Analisis Data

3.4.1Nilai Ekonomi Wisata Pulau Tangkil

Metode biaya perjalanan mengasumsikan bahwa nilai dari jasa suatu tempat

rekreasi direfleksikan dalam seberapa besar keinginan membayar atau WTP dari

orang-orang untuk mengunjungi suatu tempat rekreasi tertentu. Metode ini

mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat

rekreasi, misalnya untuk menyalurkan hobi mendaki gunung seorang konsumen

akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi

tempat tersebut. Metode biaya perjalanan ini merupakan metode revealed preference (mengungkapkan preferensi) karena metode ini menggunakan perilaku dan pilihan responden yang terungkap untuk menduga nilai dari komoditas

sumber daya alam dan lingkungan (Tambunan, 2013).Perhitungan besarnya biaya

perjalanan pengunjung untuk berwisata ke Pulau Tangkil menggunakan rumus

seperti yang digunakan oleh Sulistiyono (2007) sebagai berikut:

BPT = BTr +BD + (BKr ˗ BKh) + L

Keterangan

BPT =Biaya perjalanan total (Rupiah/orang/hari)

BTr =Biaya transportasi dari tempat asal ke tempat wisata yang dituju (Rupiah/orang)

BD = Biaya dokumentasi (Rupiah/orang)

BKr = Biaya konsumsi selama rekreasi (Rupiah/orang/hari)

(49)

31

Perhitungan besarnya biaya rata-rata perjalanan pengunjung untuk menuju wisata

Pulau Tangkil menggunakan rumus seperti di bawah ini(Ekwarso, 2010),

=

��

Keterangan

ATC = Biaya rata-rata perjalanan pengunjung BPT = Jumlah total biaya perjalanan pengunjung n = Jumlah pengunjung yang diwawancarai

Total biayaperjalanan pengunjung wisata Pulau Tangkil dapat dihitung dengan

menggunakan rumus seperti di bawah ini (Ekwarso, 2010),

�� = � �

105

=1

Keterangan

TTC = Total biaya perjalanan ATC = Rata-rata biaya perjalanan N = Jumlahtotal pengunjung

ni = Jumlah pengunjung yang diwawancarai

Biaya rata-rata perjalanan per zona dihitung berdasarkan rumus yang digunakan

oleh Purwanto (2013) sebagai berikut:

ATCi = Biaya perjalanan rata-rata dari zona i (rupiah/hari orang kunjungan) BPTji = Jumlah total biaya perjalanan ke j dari zona I (rupiah/hari orang kunjungan)

Ni = Jumlah total pengunjung dari zona i (orang)

Nilai ekonomi objekwisata kemudian dapat diketahui dari biaya perjalanan

rata-rata pengunjung yang kemudian dikalikan dengan jumlah total pengunjung selama

(50)

32

3.4.2 Analisis dan pemodelan Karakteristik Pengunjung

Data karakteristik pengunjung diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang

kemudian diubah kedalam tabulasi dan persentasedan selanjutnya dianalisis secara

deskriptif meliputi persen (%), simpangan baku, dan dilakukan pemodelan

menggunakan regresi linear untuk dilakukan pengujian koefisien variabel.

Pemodelan dan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan model

regresi linear berganda.Secara matematik seperti yang disajikan pada persamaan

berikut ini :

Yᵢ = α + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ

+ α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ

+ α [X ]ᵢ + α [X ]ᵢ+ ei

Keterangan

Y = Biaya perjalanan pengunjung wisata Pulau Tangkil

[X ]ᵢ = Kelamin [X ]ᵢ = Motivasi

Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui variable bebas (karakteristik

pengunjung) terhadap variable terikat Y.Analisis dilakukan dengan persamaan

regresi linear berganda melalui softwareminitab.Bentuk umum analisis ini yaitu menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas X1,

X2,X3,...Xa.Pola hubungan antar variabel dianalisis berdasarkan data sampel

(51)

33

Pengujian koefisien variabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y), uji ini menggunakan software Minitab 16, adapun model pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pengujian model secara keseluruhan (Uji F)

Untuk menentukan apakah secara serentak semua variabel independen

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel dependen dapat dilihat

dari nilai uji F (Silalahi, 2009). Disimpulkan ada pengaruh apabila nilai Pvalue

kurang dari batas kritis penelitian, misalnya pada uji ini, nilai Pvalueregression

pada analysis of variancesebesar 0,000<0,1 α maka disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh bermakna terhadap variabel

dependen.

b. Pengujian koefisien secara parsial (Uji T)

Uji T digunakan untuk mengetahui variabel-variabel independen secara parsial,

berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap variabel dependen (Silalahi,

2009).Uji Tparsial digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang

di dalam model regresi mempunyai pengaruh secara individu terhadap variabel

dependen dengan memperhatikan keberadaan variabel lain didalam model. Nilai

Tparsialdinyatakan bahwa ada pengaruh parsial apabila nilai Pvalue (P) kurang

dari batas kritis penelitian. Semua variabel independen dengan nilai

PvalueTparsial<0,1 α maka semua berpengaruh secara individu terhadap Y

(52)

34

c. Uji determinasi (R (square) dan R (adj))

Koefisien determinasi R2 merupakan ukuran persentase total variansi dalam Y

yang dijelaskan oleh model regresi/variabel bebas. Koefisien determinasi

dinyatakan dalam persen (%) sehingga harus dikalikan dengan 100%. Nilai R2

berkisar antara 0 sampai 1, jika R2=1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan

100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Jika R2=0 maka garis regresi

tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Suatu model

regresi dikatakan baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu.

Pemberian skor dalam tabulasi data dibedakan berdasarkan variabel

masing-masing seperti pada Tabel 3.2 diantaranya seperti variabel tingkat pendidikan

dalam pengisian skornya dengan menggunakan dummy yang dimulai dengan SMP, SMA dan perguruan tinggi. Jika responden berpendidikan diantara tersebut

maka diisi dengan 1 jika lainya maka 0, hal ini sama dengan pengisian skor jenis

pekerjaan yang dibedakan menjadi swasta, PNS, pengusaha, ibu rumah tangga,

dan mahasiswa. Zona asal pengunjung dibedakan dari luar kabupaten atau dari

luar provinsi yakni jika responden diantarawilayah tersebut maka diisi dengan 1

jika lainya maka 0.Hari berkunjung dibedakan menjadi akhir pekan, natal, tahun

baru, imlek, nyepi selanjutnya jika responden diantara hari tersebut maka diisi

dengan 1 jika lainya maka 0. Pengisian skor motivasi pengunjung denganmelihat

apakah pengunjung bermotivasi sebagai tujuan utama atau tidak, jika ya maka

diisi dengan 1 atau jika lainya maka 0. Pintu Kunjunganadalah merupakan

dermaga yang dilalui responden untuk menyeberang ke Pulau Tangkil, jika

menggunakan dermaga Mutun maka diisi 1 namun jika bukan pintu utama maka

(53)

35

Adapun dalam pemberian skor masing-masing variabel disajikan seperti berikut:

Tabel 3.2 Cara pemberian skor pada masing-masing variabel

No Variabel Simbol Skor Keterangan

1 Kelamin KL Kelamin

= 1 jika Mahasiswa, 0 jika lainya = 1 jika IRT, 0 jika lainya = 1 jika Swasta, 0 jika lainya = 1 jika PNS, 0 jika lainya = 1 jika Pengusaha, 0 jika lainya

Wawancara

12 Cara Berkunjung CR BKJ Jumlah Orang dalam kelompok Wawancara

(54)

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Pulau Tangkil

Objek wisata Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata yang ada di

Provinsi Lampung yang mengandung kekayaan alam yang dapat dinikmati oleh

pengunjung berupa pantai, terumbu karang, mangrove dan hutan. Pulau Tangkil

adalah satu-satunya pulau di Kabupaten Pesawaran yang dikategorikan sebagai

objek wisata, sedangkan pulau lainya masih dikategorikan sebagai potensi wisata.

Pulau ini merupakan tempat yang tepat bagi pengunjung untuk berenang di laut

dikarenakan air yang relatif dangkal. Pulau Tangkil dapat ditempuh dengan

menyeberang dari dermaga Desa Sukajaya dan Pantai Mutun MS Town

menggunakan kapal yang tersedia, sedangkan jarak yang harus ditempuh ±6 km

dengan waktu tempuh ±15 menit (Sari, 2012).

4.1.1 Sejarah Singkat

Pulau Tangkil merupakan milik dari Alm. Maimunah Binti K.HM. Nawawi

sesuai dengan keputusan bersama ahli waris Alm K.HM. Nawawi Bin J. Muhajin

tertanggal 10 April 1968 dan menetapkan Ki Agoos Ismail (Ahli Waris

Maimunah berdasarkan penetapan Nomor: 21/Pdt.P/2006/PA JS dari Peradilan

(55)

37

kebun Pulau Tangkil (Mahkamah Agung, 2011). Pulau Tangkil mulai dikelola

oleh Tangkil Resort Management pada bulan Agustus 2013 yang kemudian sedang dikembangkan menjadi sebuah objek wisata berbasis resort. Objek wisata Pulau Tangkil dalam pengembangannya saat ini cukup signifikan, hal ini terlihat

dengan fasilitas-fasilitas yang dihadirkan dan juga ditambahkan di Pulau Tangkil

sebagai penunjang objek wisata, seperti dermaga, permainan air, gazebo,

restaurant, mushola, toilet, papan nama dll (Pengelola Pulau Tangkil, 2015).

4.1.2 Letak Administrasi, Luas dan Batas Wilayah

Objek wisata Pulau Tangkil secara administratif berada di Desa Sukajaya

Lempasing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lampung. Luas wilayah Pulau Tangkil ±11 ha meliputi daratan, sebagian wilayah

air terumbu karang dan mangrove yang tumbuh di sekitar pulau. Batas wilayah

Pulau Tangkil meliputi sebelah utara berbatasan dengan Pantai Mutun MS Town,

sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung, sebelah barat dengan Teluk

Lampung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukajaya. PERDA Kabupaten

Pesawaran No 4 Tahun 2012 menyatakan Pulau Tangkil masuk dalam kawasan

yang ditetapkan sebagai kawasan wisata di Kabupaten Pesawaran, sehingga tentu

kawasan ini akan terus berkembang dari infrastruktur dan nilai ekonominya.

4.1.3 Kondisi Geografis dan Orbitasi (Jarak)

Secara astronomis Pulau Tangkil terletak antara -5.51392° LS dan 105.269482°

BT. Secara geografis Pulau Tangkil terletak di seberang Desa Sukajaya dan

Pantai Mutun MS Town. Jarak Pulau Tangkil dengan Kota Bandar Lampung

Gambar

Gambar 1.1  Bagan Alir dalam Kerangka Pemikiran Penelitian  Nilai Ekonomi
Tabel 3.1. Jenis Pengumpulan Data
Tabel 3.2  Cara pemberian skor pada masing-masing variabel

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ini tidak sesuai menurut Damanik dan Weber (2006) dalam Nazhar (2013) yang mengatakan bahwa pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat

Penilaian objek wisata ini dapat ditentukan dengan metode biaya perjalanan ( Travel Cost Method ). Metode biaya perjalanan ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi

Nilai manfaat atau nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3 yang besar mengimplikasikan bahwa sumber daya alam dan lingkungan yang dimanfaatkan sebagai objek wisata memiliki

Tujuan penelitian ini yatu untuk mendeskripsikan akomodasi dan hiburan serta karakteristik sosial ekonomi pengunjung wisata Marjoly Beach and Resort, menganalisis

Kondisi ini tidak sesuai menurut Damanik dan Weber (2006) dalam Nazhar (2013) yang mengatakan bahwa pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat