• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN KULIT BUAH KOPI (Coffea robusta) SEBAGAI SUMBER NUTRIEN DALAM KULTUR Spirulina sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN KULIT BUAH KOPI (Coffea robusta) SEBAGAI SUMBER NUTRIEN DALAM KULTUR Spirulina sp."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMANFAATAN KULIT BUAH KOPI SEBAGAI SUMBER NUTRIEN DALAM KULTUR Spirulina sp.

Oleh

DWINDA PANGENTASARI

Spirulina sp. adalah mikroalga yang dimanfaatkan sebagai pakan alami dalam pembenihan ikan. Kandungan nutrisi Spirulina sp. merupakan sumber protein yang potensial bagi benih ikan dan udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan kulit buah kopi sebagai sumber nutrien dalam kultur Spirulina sp. Penelitian dilakukan selama 216 jam dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Spirulina sp. dikultur pada botol kaca 250 ml dengan 6 perlakuan dan 3 kali ulangan. Media kultur yang digunakan mengandung akuades dan kulit buah kopi. Konsentrasi media kulit buah kopi yang diberikan yaitu A (0%), B (0,5%), C (1,5%), D (2,5%), E (3,5%) dan F (4,5%). Hasil Analisis Varian (P<0,05) menunjukkan bahwa media kulit buah kopi memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepadatan populasi Spirulina sp.. Penambahan media kulit buah kopi sebesar 4,5% menghasilkan kepadatan populasi Spirulina sp. tertinggi yaitu sebesar 3,326.105 unit/ml pada jam ke-120. Suhu, pH dan intensitas cahaya selama kultur berada dalam kisaran optimal.

(2)

ABSTRACT

POTENTIAL OF COFFEE’S EXOCARP AS A SOURCE OF NUTRIENT IN Spirulina sp. CULTURE

By

DWINDA PANGENTASARI

Spirulina sp. is microalgae that have been used as the food larvae. Nutrition of Spirulina sp. is a potential source of protein for fish and shrimp. The aim of this research is to determine the potential of coffee’s exocarp as a source of nutrients in the Spirulina sp.’s culture. The research was conducted over 216 hours and used a completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 3 replications.

Spirulina sp. cultured in 250 ml glass bottles, culture media were used containing distilled water and coffee’s exocarp. The treatments of media concentration were A(0%), B(0,5%), C(1,5%), D(2,5%), E(3,5%) and F(4,5%). Based on Analysis of Varian (P<0,05) showed that medium of coffee’s exocarp give an effect to the increase in population density of Spirulina sp.. The addition of the concentrate medium of coffee’s exocarp 4,5%, produced the highest population density of

Spirulina sp., that was 3,326.105 units/ml at 120 hours. The water temperature, pH and light intensity of culture in the optimal range.

Keywords : coffee’s exocarp, microalgae, nutrient, Spirulina sp., addition of

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 Juli

1993, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari

pasangan Bapak Asep Ridwan dan Ibu Mislianah.

Pendidikan formal diawali dari pendidikan dasar di SD 4 Simpang Gadis tahun

1998 – 2004. Pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri I Sumberjaya pada tahun

2004-2007. Pendidikan tingkat atas di SMA Negeri I Sumberjaya pada tahun

2007-2010. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi

Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Unviersitas Lampung melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis aktif dalam organisasi HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya

Perairan Unila) sebagai Anggota Bidang Kewirausahaan periode 2011-2012 dan

sebagai Anggota Bidang Minat dan Bakat periode 2012-2013. Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Ikhtiologi, Oceanografi,

Fisiologi Hewan Air, Ekologi Perairan dan Produktivitas Kolam.

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar

Cangkringan, Yogyakarta dengan judul “Pembenihan Ikan Mas Merah (Cyprinus carpio) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan, Yogyakarta” pada tahun 2013 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Tanjung

(8)
(9)

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta). Ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al Luqman : 27)

Puji syukur, ku panjatkan pada Allah SWT. yang telah

menciptakanku dengan taburan cinta dan kasih sayang. Curahan

rahmat dan hidayah-Mu telah memberikanku kesehatan, kekuatan

dan semangat pantang menyerah, serta rencana-rencana indah-Mu.

Atas kemudahan yang telah Engkau berikan, akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat

dan salam selalu ku limpahkan pada-Mu,

Allah SWT. Tuhan Semesta Alam

.

Kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang tercinta dan

tersayang, teristimewa untuk

PAPA

dan MAMA

terimakasih

atas segala usaha, jerih payah, do’a, dukungan, bimbingan dan

pengorbanan kalian selama selama ini. Kakak dan adik-adikku atas

do’a dan dukungannya serta sahabat

-sahabat terbaik yang selalu

memberi motivasi, semangat, dukungan dan gurau canda yang

terindah.

(10)

MOTO

“Perjalanan seribu batu di awali dengan satu langkah”.

(Lao Tze).

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka

wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang

menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya

memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki

keduanya, maka wajib baginya memiliki ilmu”.

(HR. Turmudzi)

“Tuntutlah imu dan belajarlah (untuk ilmu)

ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah

rendah hati kepada orang yang mengajar kamu”.

(11)

“Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan karena aku

tidak akan diam sebagai penonton yang menyaksikan

perarakan berlalu”. (Khalil Gibran)

“Seseorang yang melakukan kesalahan dan tidak

membenarkannya, berarti telah melakukan satu

kesalahan lagi”. (Conficius)

“Sepotong besi tidak akan pernah menjadi pisau

belati, tanpa merasakan panasnya bara api dan

kerasnya palu”. (Ibnu Syahri

-al Basami)

“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya,

hidup di tepi jalan dan di lempari orang dengan

batu, tetapi di balas dengan buah”.

(12)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan

hidayah-Nya penulisan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Kulit Buah Kopi

(Coffea robusta) sebagai Sumber Nutrien dalam Kultur Spirulina sp.” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarana Budidaya Perairan di

Universitas Lampung, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tak

lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang selalu menjadi suri

tauladan bagi kita.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Papa dan Mama yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi, perhatian, pengorbanan, bimbingan, semangat, do’a dan segala jerih payahnya selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang telah memberikan izin dan

dukungannya dalam melaksanakan penelitian, dan selaku Pembimbing

Akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan dan arahannya

kepada penulis selama masa perkuliahan, serta selaku Penguji skripsi atas

koreksi, masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Berta Putri S. Pi., M. Si., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dukungan, motivasi, ide, kritik dan saran

serta waktu yang telah diluangkan selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Henni Wijayanti.M, S.Pi., M.Si, selaku Pembimbing Kedua yang telah

memberikan arahan, bimbingan, ide, kritik dan saran selama proses

(13)

6. Bapak Frenklin dan staf-staf di PTPN VII, Unit Usaha Bekri, Lampung

Tengah yang telah memberikan inokulan sebagai bahan untuk penelitian serta

atas pemberian masukan, ilmu dan arahan selama berlangsungnya penelitian.

7. Seluruh dosen serta Staf Administrasi Program Studi Budidaya Perairan atas

ilmu dan bimbingannya selama perkuliahan.

8. Seluruh anggota keluarga Tante, Om, Nenek, Kakek, Kakak dan Adik-adikku yang telah memberikan perhatian, semangat, dukungan dan do’a-do’anya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

9. Yuli Widayati selaku teman seperjuangan, sahabat, serta partner yang luar

biasa atas segala bantuan, kerjasama, tangis dan tawa selama masa-masa

perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi.

10.Jelita Noviantina, Yuli Widayati, Dike Fransiska, Sera Hardiyani, Afrima Nur

Darajatun, Nyi Ayu Ika Pratiwi, Reinita Orchid Febrisca Emilly selaku teman

seperjuangan serta sahabat-sahabat terbaik atas segala bantuan, semangat,

kebersamaan, kesabaran, kehangatan, keterbukaan, pengorbanan, perhatian,

ketidakcocokan, perselisihan, keegoisan, ketidakdewasaan, kesenangan dan

kesedihan serta telah menorehkan kenangan-kenangan indah selama

berlangsungnya perkuliahan, penelitian dan masa-masa penyelesaian skripsi.

Semoga kita dapat terus menjaga tali silahturahmi dan menjadikan

momen-momen berharga menjadi sesuatu yang bisa diingat dan dirindukan ketika kita

telah menjalani kehidupan yang baru.

11.Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Dian Ekawati, Eka Simarmata, Fitri

Wahyuningsih, F.Inggrid Krismasari yang telah memberikan kehangatan,

kebersamaan, suka dan duka selama menjalani KKN dan masa-masa

penyusunan skripsi.

12.Teman-teman kecil Sherly, Shanti, Agung, Jimmy, Wawan, Sulis, Adi, Oky,

Febby, Titin, Anggun atas kebersamaan, kesenangan dan kesedihan yang

ditorehkan selama ini.

13.Ardiansyah, Ahmad Jumaidi, Ponco Widagdo, Dian Yuni Marita, Tri

Agusaputra, Pratica Fajrin, Rosi Dona.S dan Ahmad Fauzi yang telah

memberikan bantuan selama persiapan penelitian, proses penelitian hingga

(14)

14.Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Budidaya Perairan Angkatan 2010

atas segala pengorbanan, perhatian, kerja sama, kecekcokan, kelucuan,

kepedihan, keributan dan kebersamaan, Assovaria, Winda, Asry, Windi, Vina,

Septi, Aulia, Selvi, Ely, Siti, Safrina, Frisca, Duma, Dwi Risca, Nikky, Soma,

Aan, Anggi, Anjar, Shoffan, Dio, Median, Adit, Febri, Baihaqi, S.A Mandala,

Erwin, Ali, Eko, Yuti, Andi, Ajil, Rudi, Rico, Aris, Hermawan, Imam, Azis

dan Robert.

15.Kakak Tingkat dari Angkatan 2004-2009 dan Adik Tingkat dari Angkatan

2011-2014 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap

semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun

sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna sebagai bahan referensi dalam

menunjang kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perikanan.

Bandar Lampung, 17 September 2014

Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

5.Faktor-faktor Pertumbuhan... 10

(16)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 42 B. Saran ... 42

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Nutrisi Kulit Biji dan Kulit Buah Kopi ... 18 2. Hasil Analisis Nitrogen dan Fosfor dari Kulit Buah Kopi ... 18 3. Kandungan Kulit Buah Kopi Berdasarkan Metode Pengolahan ... 19 4. Kepadatan Populasi Pertumbuhan Spirulina sp. selama sembilan hari .

Kultur ... ... 29 5. Kepadatan Populasi Spirulina sp. yang dikultur dengan Berbagai ...

Limbah Media Organik ... 33 6. Kecepatan Pertumbuhan Spirulina sp. dalam Media Kulit Buah Kopi

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 4

2. Spirulina sp... ... ... 6

3. Siklus Reproduksi Spirulina sp. ... 8

4. Grafik Fase Pertumbuhan Mikroalga ... 14

5. Tanaman Kopi Robusta ... 16

6. Penempatan Botol Kultur selama Penelitian ... 22

7. Grafik Pertumbuhan Spirulina sp. selama sembilan hari ... 27

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kandungan Nutrisi Spirulina sp. ... 49

2. Kandungan Nutrisi Kulit Buah Kopi ... 51

3. Hasil Uji SPSS Analisis Varian (ANOVA). ... 53

4. Data Hasil Uji Nitrogen Kulit Buah Kopi ... 54

5. Data Hasil Uji Fosfor Kulit Buah Kopi ... 55

6. Hasil Uji SPSS BNT ... 56

7. Tabel Faktor Lingkungan selama Penelitian ... 58

8. Data Jumlah Kepadatan Spirulina sp. selama Penelitian ... 59

9. Pembuatan Ekstrak Media Kulit Buah Kopi ... 60

10. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian ... 61

11. Tahap-tahap Pengamatan ... 62

12. Diagram Alir Pembuatan Larutan Buffer... 63

13. Kultur Spirulina sp. pada saat T-0 dan T-akhir ... 64

14. Alat-alat Penelitian ... 65

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Spirulina sp. adalah mikroalga dari golongan Cyanobacteria yang dimanfaatkan sebagai pakan alami dalam budidaya perikanan khususnya

pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi, antara lain protein 63-68 %,

karbohidrat 18-20 %, dan lemak 2-3 % (Hariyati, 2008). Selain itu, Spirulina sp. berperan sebagai produsen primer dalam struktur rantai makanan di perairan.

Spirulina sp. relatif cepat bereproduksi dan mudah dalam sistem pemanenan karena memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan mikroalga lain (Khoirul,

2013). Selain untuk keperluan budidaya, Spirulina sp. juga digunakan dalam bidang industri, farmasi dan bahan pangan manusia sebagai sumber Protein Sel

Tunggal (PST) (Liu et al, 2000).

Tingginya permintaan terhadap Spirulina sp., menyebabkan produksi

Spirulina sp. meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan kelimpahan populasinya yaitu menyediakan media pertumbuhan yang dibutuhkan Spirulina

sp., diantaranya nutrien, intensitas cahaya, pH dan suhu (Lavens and Sorgeloos,

1996). Komposisi media kultur sebagai sumber nutrien diperlukan untuk

(21)

2

Kulit kopi merupakan sumber nutrien yang tersedia melimpah di sentra

produksi kopi. Secara kimiawi kulit kopi mengandung bahan organik seperti

karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) yang terikat dalam bentuk senyawa

selulosa (45%), hemi-selulosa (25%), lignin (2 %), resin (45%), dan abu (0,5 %)

(Etika, 2007).

Kopi merupakan komoditi perkebunan andalan Indonesia yang banyak

dikelola untuk kebutuhan masyarakat mulai dari perkebunan negara, swasta

maupun masyarakat umum. Pengolahan kopi menghasilkan limbah yang sering

menyebabkan pencemaran lingkungan. Sejauh ini, limbah kulit buah kopi hanya

diolah menjadi kompos. Menurut data statistik, luas lahan perkebunan kopi di

Kabupaten Lampung Barat mencapai 59.357 ha dengan produksi 29.712 ton.

Sementara itu, produksi biji kopi di Indonesia mencapai 611.100 ton dan

menghasilkan kulit kopi sebesar 1.000.000 ton. Jika limbah tersebut tidak

dimanfaatkan secara optimal akan menimbulkan pencemaraan lingkungan

(DJPDP, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mampu

memanfaatkan kulit buah kopi menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis,

salah satunya dengan menjadikan kulit buah kopi sebagai sumber nutrien dalam

kultur Spirulina sp. B. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan populasi

(22)

3

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pemanfaatan kulit buah kopi sebagai sumber nutrien dalam kultur

Spirulina sp. serta dapat mengurangi jumlah limbahnya di alam.

D. Kerangka Pikir

Kopi adalah salah satu tanaman perkebunan yang melimpah di Indonesia dan

mempunyai peluang untuk dikembangkan lebih maksimal sehingga meningkatkan

penghasilan pengusaha dan petani serta pendapatan negara. Produksi kopi di

Indonesia yang terus berkembang kurang diikuti dengan penanganan kopi pasca

panen yang baik terutama kulit buah kopi yang berkisar antara 40 % sampai 55 %

dari total produksinya. Hal tersebut karena pemanfaatan kulit buah kopi belum

banyak sehingga petani membuang limbah tersebut ke pekarangan rumah, kebun,

sawah ataupun perairan (Etika, 2007). Kulit buah kopi yang tidak dimanfaatkan

menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan suatu usaha

untuk memanfaatkan limbah yang ada agar menghasilkan produk yang bernilai

ekonomis.

Salah satu usaha pemanfaatan kulit buah kopi dengan dijadikan pupuk

organik karena berpotensi sebagai sumber bahan organik. Kulit buah kopi

mengandung nutrisi yang dapat mencukupi kebutuhan hidup plankton, salah

satunya Spirulina sp. Menurut Trisilawati dan Gusmaini (1999), kadar hara pada limbah kulit buah kopi dalam bentuk tepung yaitu 24,86% carbon, 1,88%

(23)

4

Permintaan kopi tinggi

analisis yang dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Lampung

menunjukkan kandungan nitrogen dan fosfor pada ekstrak kulit buah kopi

0,0959% dan 0,114%.

Pemanfaatan Spirulina sp. dalam berbagai industri, meningkatkan permintaan konsumen sehingga produsen berusaha semaksimal mungkin meningkatkan

produksinya. Harrison and Berges (2005) menyatakan bahwa salah satu cara

untuk meningkatkan pertumbuhan fitoplankton adalah mengontrol kandungan

nutrien baik makro maupun mikro pada lingkungan budidaya. Kulit buah kopi

merupakan salah satu media yang memiliki kandungan nutrien baik makro

maupun mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Spirulina sp.. Oleh karena itu, selain digunakan sebagai sumber nutrien dalam kultur Spirulina sp., pemanfaatan kulit buah kopi juga dapat mengurangi limbahnya di alam.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Produksi tanaman kopi meningkat

Produk yang dipasarkan Limbah berupa kulit buah kopi yang dihasilkan

melimpah

Pemanfaatan kulit buah kopi sebagai sumber nutrien dalam kultur Spirulina sp.

Penurunan jumlah limbah di alam Peningkatan produksi

(24)

5

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Ho : τi = 0 : Pada selang kepercayaan 95%, pemanfaatan kulit buah kopi sebagai

sumber nutrien tidak berpengaruh terhadap kepadatan populasi

Spirulina sp.

H1 : τi ≠ 0 : Pada selang kepercayaan 95%, pemanfaatan kulit buah kopi sebagai

sumber nutrien berpengaruh terhadap kepadatan populasi

(25)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Spirulina sp. 1. Klasifikasi

Klasifikasi Spirulina sp. menurut Bold & Wyne (1985) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Protista

Filum : Cyanobacteria

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Famili : Oscilatoriaceae

Genus : Spirulina

Spesies : Spirulina sp.

(26)

7

2. Morfologi

Spirulina sp. merupakan organisme autotrof berwarna hijau kebiruan, menyerupai spiral dengan sel membentuk filamen terpilin sehingga disebut juga

alga biru hijau berfilamen. Spirulina sp. berdiameter 1-12 mikrometer dan memiliki bentuk tubuh menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang

berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis. Selain itu, filamen Spirulina sp. juga dapat hidup soliter (Haryati, 2008).

Menurut Kebede and Ahlgren (1996), Spirulina sp. adalah jenis Cyanobacteria yang mengandung klorofil dan dapat melakukan fotosintesis untuk

membuat makanan sendiri. Zat warna alami yang dikandung Spirulina sp. terdiri atas pigmen hijau, merah, kuning dan biru (Richmond, 1988 dalam Borowitzka, 1994). Kandungan fikosianin yang tinggi pada mikroalga ini menyebabkan

warnanya cenderung hijau biru. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma spiral dengan filamen–filamen bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit. Sel

Spirulina sp. berukuran relatif besar yaitu 110 µm, sehingga dalam proses pemanenan dengan menggunakan kertas saring lebih mudah (Richmond, 1988

dalam Borowitzka, 1994).

3. Reproduksi

Siklus reproduksi Spirulina sp. terdiri atas tiga tahap yaitu fragmentasi trikoma, pembesaran sel hormogonia dan perpanjangan trikoma. Kemudian

trikoma dewasa dibagi menjadi filamen atau hormogonia, lalu sel-sel hormogonia

akan meningkat dengan pembelahan biner dan tumbuh memanjang membentuk

(27)

8

Gambar 3. Siklus Reproduksi Spirulina sp. Sumber: Hongmei Gong et al., (2008)

Spirulina sp. bereproduksi dengan fragmentasi. Fragmentasi adalah pemutusan bagian tubuh yang kemudian membentuk individu baru. Pada filamen

yang panjang jika salah satu selnya mati maka sel mati itu membagi filamen

menjadi 2 bagian atau lebih. Masing-masing bagian disebut hormogonium. Selain

itu, fragmentasi juga terjadi pada pemisahan dinding yang berdekatan pada

trikoma. Pada proses fragmentasi, filamen yang panjang akan terputus menjadi

dua atau lebih benang pendek. Setiap hormogonium akan tumbuh menjadi filamen

baru. Tempat pemutusan filamen adalah sel mati yang terdapat diantara sel

penyusun filamen (Khoirul, 2013).

Selain bereproduksi dengan fragmentasi, Spirulina sp. juga bereproduksi dengan pembelahan biner. Pembelahan biner merupakan pembelahan sel secara

langsung yang dapat memperbanyak jumlah filamen. Sel-sel membelah menjadi 2

dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan

(28)

9

4. Kandungan nutrisi

Kandungan nutrisi yang ada di dalam Spirulina sp. antara lain protein, vitamin, mineral, asam lemak, asam amino dan berbagai jenis pigmen

(Christwardana dan Hadiyanto, 2012). Spirulina sp. memiliki dinding sel tipis yang tersusun atas kompleks gula dan protein yang mudah dicerna (Sasson, 1997).

Kandungan nutrisi Spirulina sp. lainnya adalah karbohidrat dan lemak. Komposisi lemak Spirulina sp. 0,8%-1% Gamma Linolenic Acid (GLA) yaitu sejenis asam lemak tak jenuh rantai panjang yang berfungsi menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. GLA sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, tetapi tidak

dapat disintesis dalam tubuh manusia. Jenis asam lemak lainnya yang terdapat

dalam Spirulina sp. adalah Eicose Pentanic Acid (EPA) yang juga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Prasetyo dan Kusumaningrum, 2010).

Selain itu, Spirulina sp. juga mengandung berbagai vitamin, mineral, pigmen, asam lemak dan asam amino (Lampiran 1).

Fikosianin atau pigmen biru merupakan pigmen dominan pada Spirulina sp. yang digunakan sebagai zat warna alami dalam makanan. Selain itu, fikosianin

juga berfungsi sebagai zat pewarna pada berbagai macam produk kosmetik karena

pigmen tersebut tidak larut dalam air (Sasson, 1997).

Spirulina sp. memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga saat ini terdapat beragam jenis pemanfaatannya mulai dari obat-obatan, kosmetik sampai

pangan manusia. Karakteristik serta kandungan nutrisi yang dimiliki Spirulina sp. sesuai untuk dijadikan bahan makanan fungsional. Pada tahun 1976, Spirulina sp.

(29)

10

70% produk Spirulina sp. digunakan untuk pembuatan bahan makanan dan sisanya diperuntukkan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ikan dan udang

(Richmond,1988 dalam Borowitzka,1994).

Menurut Christwardana dan Hadiyanto (2012), Spirulina sp. memiliki kandungan mineral yang rendah sehingga tidak berbau amis dan aman untuk

digunakan sebagai makanan manusia. Selain itu, Spirulina sp. juga dapat digunakan sebagai agen penetral arsenik untuk air limbah dan bahan beracun serta

logam berat lainnya (Liu, et al., 2000). Pada perairan yang mengalami pencemaran karena polutan, Spirulina sp. dapat dimanfaatkan untuk merestorasi karena mampu menurunkan BOD dalam air limbah. Selain itu, Spirulina sp. juga memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah eutrofikasi perairan karena

menurunkan kadar P dan N (Prasetyo dan Kusumaningrum, 2010).

Spirulina sp. berfungsi sebagai sumber nutrisi untuk immunostimulan dan

Super Oxyde Dismutase (SOD). Beberapa rumah sakit di negara modern menggunakan Spirulina sp. untuk mendapatkan immunoglobin A (LGA) dan immunoglobin B (lgM) yang lebih tinggi. Sementara itu, kandungan fikosianin

dalam Spirulina sp. berpotensi untuk menghambat pertumbuhan sel leukimia pada manusia (Liu, et al., 2000).

5. Faktor-faktor pertumbuhan

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu mikroalga sangat erat kaitannya

dengan ketersediaan nutrien (unsur hara) serta kondisi lingkungan. Pertumbuhan

mikroalga dipengaruhi oleh media kultur/nutrien, intensitas cahaya, pH, aerasi dan

(30)

11

5.1 Media kultur/nutrien

Nutrien merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan dan

komposisi biokimia mikroalga. Kondisi nutrien yang optimum diperlukan untuk

mendapatkan nilai produktivitas kultur mikroalga yang tinggi disertai kualitas

biomasa yang baik. Konsentrasi nutrien yang rendah dapat menyebabkan

penurunan laju pertumbuhan karena sel-sel alga kekurangan unsur makanan.

Pertumbuhan Spirulina sp. membutuhkan bermacam-macam nutrien yang secara umum dibagi menjadi unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro

merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar yaitu terdiri atas N, P, K,

Na, S, C, H, O, Mg. Sementara itu, unsur mikro merupakan nutrien yang

dibutuhkan dalam jumlah sedikit yaitu terdiri atas Bo, Mo, Cu, Zn dan Co (Fogg

and Thake, 1987). Komponen vitamin yang tersedia dalam media juga dapat

mempercepat pertumbuhan terutama kandungan vitamin B12 (Becker,1995;

Andersen, 2005).

Menurut Richmond (1988) dalam Borowitzka (1994), faktor utama dalam media sangat bergantung pada komposisi hara nitrogen dan fosfor. Berkurangnya

nitrogen dan fosfor menyebabkan penurunan konsentrasi CO2 dan O2.

Nitrogen merupakan komponen esensial dari struktur dan fungsional protein

pada sel mikroalga. Secara umum, mikroalga memiliki kemampuan yang terbatas

untuk memproduksi material penyimpan nitrogen ketika tumbuh pada kondisi

nitrogen yang mencukupi kecuali sianofisin dan fikosianin (Boussiba and

Richmond, 1980). Sementara fosfor adalah makro nutrien yang memegang

peranan penting dalam proses metabolisme seluler dengan membentuk berbagai

(31)

12

pertumbuhan dan perkembangan mikroalga. Beberapa gejala dari kekurangan

fosfor mirip pada kultur dengan nitrogen terbatas. Kandungan klorofil a

cenderung mengalami penurunan sedangkan kandungan karbohidrat akan

mengalami peningkatan pada kondisi penurunan senyawa fosfor (Belay, 2002).

5.2 Intensitas cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna

untuk pembentukan senyawa karbon organik. Intensitas cahaya sangat

menentukan pertumbuhan fitoplankton yaitu dilihat dari lama penyinaran dan

panjang gelombang yang digunakan untuk fotosintesis. Cahaya berperan penting

dalam pertumbuhan mikroalga, tetapi kebutuhannya bervariasi yang disesuaikan

dengan kedalaman kultur dan kepadatannya. Kedalaman dan kepadatan kultur

yang lebih tinggi menyebabkan intensitas cahaya yang dibutuhkan tinggi. Akan

tetapi, intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi dan

pemanasan. Penggunaan lampu dalam kultur mikroalga minimal dinyalakan 18

jam per hari, hal tersebut dilakukan sampai mikroalga dapat tumbuh dengan

konstan dan normal (Coutteau, 1996) . Menurut Suryati (2002), intensitas cahaya

yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina sp.berkisar antara 1500-3000 lux dan tidak melebihi 4000 lux untuk menghindari foto inhibisi.

5.3 pH

Penentuan kisaran pH media kultur penting untuk pertumbuhan Spirulina sp.. Kisaran pH merupakan salah satu faktor penentu bagi pertumbuhan Spirulina sp. yang dapat menentukan kemampuan biologi mikroalga dalam memanfaatkan

unsur hara (Fogg and Thake 1987). Kisaran pH berperan untuk menentukan

(32)

13

CO2 sebagai hasil perubahan bikarbonat menjadi karbonat berlangsung sampai

absorpsi dari udara mencapai keadaan seimbang dengan penggunaan CO2 oleh

Spirulina sp.. Pada saat pH meningkat sampai melewati ambang batas maka kecepatan metabolisme dari Spirulina sp. akan menurun. Selain itu, pH juga berpengaruh terhadap penyediaan nutrien dan keadaan fisiologis Spirulina sp. (Ciferri, 1983).

Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen.

Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan kultur mikroalga

antara lain mengubah keseimbangan karbon anorganik, mengubah ketersediaan

nutrien dan mempengaruhi fisiologi sel. Kisaran pH untuk pertumbuhan Spirulina

sp. antara 8,5 – 10,5 (Cifferi, 1983).

5.5 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan

fisika. Peningkatan suhu dapat menurunkan suatu kelarutan bahan dan dapat

menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi fitoplankton

diperairan. Secara umum suhu optimal dalam kultur mikroalga berkisar antara

20-30oC (Hariyati, 2008). Suhu dalam kultur diatur sedemikian rupa bergantung pada

medium yang digunakan. Suhu di bawah 16oC dapat menyebabkan kecepatan

pertumbuhan turun, sedangkan suhu diatas 36oC dapat menyebabkan kematian.

Beberapa mikroalga tidak tahan terhadap suhu yang tinggi. Pengaturan suhu

dalam kultur mikroalga dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengatur suhu

(33)

14

Menurut Lavens and Sorgeloos (1996), Spirulina sp. yang paling umum dibudidayakan mampu mentolerir suhu antara 16 dan 27°C. Suhu lebih rendah

dari 16°C akan memperlambat pertumbuhan, sedangkan yang lebih tinggi dari

35°C akan mematikan bagi sejumlah spesies.

6. Fase Pertumbuhan

Terdapat 4 fase dalam pertumbuhan mikroalga yaitu fase lag (fase adaptasi),

fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Fase-fase pertumbuhan

mikroalga tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Fase Pertumbuhan Mikroalga Sumber: Brock and Madigan (1991)

6.1Fase Lag

Fase lag atau fase adaptasi merupakan fase ketika populasi mikroalga tidak

mengalami perubahan, tetapi ukuran sel pada fase tersebut meningkat.

Fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme mengalami metabolisme

tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatannya belum meningkat.

Fase lag diawali dengan terjadinya penyesuaian sel terhadap lingkungan baru.

(34)

15

disintesis dahulu guna berlangsungnnya aktivitas biokimia sel selanjutnya. Pada

fase lag populasi mikroalga tidak mengalami perubahan, tetapi ukuran sel pada

fase tersebut meningkat (Brock and Madigan, 1991).

6.2Fase Eksponensial

Fase eksponensial diawali dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan

yang terjadi terus menerus, pertumbuhan pada fase tersebut mencapai maksimal.

Menurut Andersen (2005), fase eksponensial ditandai dengan mulai meningkatnya

kepadatan sel Spirulina sp.. Waktu penggandaan yang tercepat biasanya tercapai ketika fase eksponensial, yaitu fase pertumbuhan ketika sel-sel membelah dengan

cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase tersebut pertumbuhan

dan aktivitas sel berada dalam keadaan maksimum, sehingga pada umur tersebut

sel berada dalam keadaan aktif dan memiliki waktu adaptasi yang pendek selama

proses kultur (Andersen, 2005).

6.3Fase Stasioner

Pada fase stasioner, komposisi mikroalga berubah secara signifikan karena

terbatasnya kandungan nitrat pada media kultur yang mengakibatkan kandungan

karbohidrat meningkat hingga dua kali lipat dari kandungan protein (Brown et al., 1997). Menurut Chu et al., (1982), kandungan karbohidrat total meningkat sesuai dengan umur dari kultur mikroalga. Pada fase tersebut, laju reproduksi atau

pembelahan sel sama dengan laju kematian, artinya penambahan dan pengurangan

mikroalga relatif sama sehingga kepadatan mikroalga cenderung tetap.

6.4Fase Kematian

Fase kematian merupakan fase ketika terjadi penurunan jumlah atau

(35)

16

reproduksi. Laju kematian mikroalga dipengaruhi oleh ketersediaan

nutrien,cahaya, temperatur dan umur mikroalga itu sendiri. Kematian sel dapat

disebabkan oleh mulai berkurangnya nutrisi yang tersedia sehingga tidak mampu

mendukung pertumbuhan sel, penurunan kualitas air dan akumulasi metabolit

(NO2 dan NH4+) (Brown et al., 1997). B. Kulit Buah Kopi

Menurut Steenis (1973), klasifikasi kopi robusta adalah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Class : Dycotyledoneae

Ordo : Rubiales

Family : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea robusta

Gambar 5. Tanaman Kopi Robusta Sumber: Najiyati dan Danarti (2006)

Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898 dan masuk

ke Indonesia pada tahun 1900. Saat ini kopi robusta termasuk jenis kopi yang

(36)

17

Kopi robusta merupakan tanaman dataran tinggi yang tumbuh pada ketinggian

800 m di atas permukaan laut dan tumbuh baik dengan jumlah curah hujan yang

optimal antara 2x103 3x103 mm/tahun. Iklim yang optimal untuk pertumbuhan

tanaman kopi adalah tinggi tempat 0,8x103 – 2x103 m dpl, suhu 15º C –

25ºC, curah hujan 1.750 – 3000 mm/tahun, lamanya bulan kering yaitu 3 bulan.

Kopi robusta adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh

tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi 12 m. Tanaman ini

memiliki beberapa jenis cabang yaitu cabang reproduksi, cabang primer, cabang

sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air (Najiyati dan

Danarti, 2006). Kopi robusta memiliki daun berbentuk bulat, ujungnya agak

meruncing sampai bulat dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh

pada batang, cabang dan ranting. Pada cabang Orthrotrop letak daun berselang seling, sedangkan pada cabang Plagiotrop terletak pada satu bidang. Daun kopi robusta ukurannya lebih besar dari arabika (Wachjar, 1984).

Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.

Bunga yang sudah dewasa mengalami penyerbukan dengan pembukaan kelopak

dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna

hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya.

Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan,

bergantung dari jenis dan lingkungan. Kopi robutsa membutuhkan waktu 8-11

bulan untuk tumbuh. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap

dipetik di akhir musim kemarau. Di awal musim hujan, cabang primer akan

memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada

(37)

18

Kulit buah kopi terdiri atas lapisan bagian luar, daging buah dan kulit tanduk

atau kulit dalam. Lapisan bagian luar (exocarp) adalah lapisan yang berwarna merah apabila sudah masak, kemudian daging buah (mesocarp) mengandung serabut yang bila sudah masak berlendir dan rasanya manis serta kulit tanduk atau

kulit dalam (endocarp) adalah kulit lapisan kulit yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak keras. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau tua

yang kemudian berangsur-angsur menjadi hijau kuning, kuning kemerahan, merah

dan merah kehitam. Daging buah yang sudah masak akan berlendir dan rasanya

agak manis. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga (Ciptadi dan Nasution, 1985;

Najiyati dan Danarti, 2006). Kulit buah kopi merupakan bagian kulit terluar pada

buah kopi bertekstur keras dan berserat, sedangkan kulit biji kopi merupakan

bagian kulit pembungkus buah kopi atau disebut juga kulit ari. Menurut

Desmayanti dan Muladi (1995), kandungan nutrisi kulit biji dan kulit buah kopi

dapat dillihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Kulit Biji dan Kulit Buah Kopi

Zat nutrisi (%) Kulit biji kopi Kulit buah kopi

Bahan kering

Tabel 2. Hasil Analisis Nitrogen dan Fosfor dari Kulit Buah Kopi

Sumber : Laboratorium Politeknik Negeri Lampung, 2013

(38)

19

Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk

mendapatkan biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan

zat makanan kulit buah kopi dipengaruhi oleh metode pengolahannya secara

basah atau kering (Tabel. 3). Kandungan zat makanan kulit buah kopi berdasarkan

metode pengolahan. Pada metode pengolahan basah, buah kopi ditempatkan pada

tanki mesin pengupas lalu disiram dengan air, mesin pengupas bekerja

memisahkan biji dari kulit buah. Sedangkan pada pengolahan kering lebih

sederhana, buah kopi dibiarkan mengering pada batangnya sebelum dipanen.

Selanjutnya langsung dipisahkan biji dan kulit buah kopi dengan menggunakan

mesin (Bromokusumo and Slette, 2010). Berikut kandungan kulit buah kopi

berdasarkan metode pengolahan.

Tabel 3. Kandungan Kulit Buah Kopi Berdasarkan Metode Pengolahan

Metode

Sumber : Bromokusumo and Slette (2010)

Kopi merupakan salah satu tanaman yang penting secara ekonomi maupun

sosial. Tanaman ini merupakan komoditi ekspor utama di negara-negara penghasil

kopi. Indonesia merupakan negara terbesar kedua dalam luas areal perkebunan

kopi namun masih urutan keempat dalam produksi dan ekspor kopi dunia. Sampai

dengan tahun 2008, luas perkebunan kopi Indonesia mencapai 1,3x106 ha dan

produksi perkebunan kopi selama lima tahun terakhir naik sekitar 6%. Pada tahun

2008, diperkirakan mencapai 0,6111x106 ton. Berdasarkan hasil produksi kopi

(39)

20

dihasilkan per tahun juga dihasilkan limbah kulit kopi sebesar 1x106 ton (DJPDP,

2011).

Penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia adalah Provinsi Lampung

dengan rata-rata produksi sekitar 1,42x105 ton/tahun dengan luas areal sekitar

1,63x105 ha. Setiap tahunnya tidak kurang dari 1,3x105 - 1,4x105 ton biji kopi

dihasilkan dari 1,35x105 ha lahan yang tersebar di sentra-sentra produksi kopi.

Sementara itu, Provinsi Lampung mengekspor sekurang-kurangnya 1,5x105-2x105

ton biji kopi per tahun yang dikirim ke berbagai negara konsumen seperti Jepang,

Amerika Serikat dan Uni Eropa. Produksi kopi di Lampung pada 2012 mengalami

peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi kopi di Kabupaten

Lampung Barat rata-rata mencapai 1,5 ton per ha atau jauh meningkat bila

dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 300-450 kwintal (DJPDP, 2011)

Sementara itu, produksi kopi di Kabupaten Lampung Barat sekitar 29.712 ton

per tahun dengan luas areal tanaman kopi mencapai 59.357 ha yang

dibudidayakan sekitar 45 kepala keluarga (KK) petani. Tanaman kopi di daerah

tersebut sangat dominan dan menjadikan salah satu pendapatan masyarakat

setempat (DJPDP, 2011). Dengan produksi kopi yang meningkat setiap tahunnya

tidak luput dari peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan selama produksi.

Jumlah limbah yang tinggi tersebut merupakan suatu potensi yang layak

dimanfaatkan untuk perkebunan, peternakan mapun perikanan (Desmayanti dan

(40)

21

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi

Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Maret -

April 2014.

B. Alat dan Bahan 1. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain wadah kultur (botol

kaca), botol film, pipet tetes, pipet ukur, bunsen, lampu TL 36 watt, instalasi

aerasi, mikroskop inokuler, Sedgewick rafter, gelas penutup, tabung erlenmeyer, gelas ukur, kain kasa, termometer ruang, timbangan analitik, alat sentrifugasi,

tabung sentrifuse, counter, autoklaf, aluminium foil dankapas.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Spirulina sp.

Spirulina sp. yang digunakan berasal dari PTPN VII Unit Usaha Bekri, Lampung Tengah yang dikultur di Laboratorium Budidaya Perikanan Program

Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Kulit buah kopi

Kulit kopi yang digunakan berasal dari sentra produksi kopi di Desa

(41)

22

proses penggilingan kemudian dijemur hingga kering dan dihaluskan sampai

berbentuk tepung. Jenis kopi yang digunakan adalah dari jenis Coffea robusta.

3. Akuades

Akuades yang digunakan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121oC

selama 15 menit untuk menghindari kontaminasi.

4. Buffer

Buffer yang digunakan adalah CaCO3 dengan perbandingan Buffer dan

akuades 1:10.

4. Alkohol 70%

Alkohol digunakan untuk mensterilisasi alat dan bahan.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri atas 6 perlakuan dan 3 kali ulangan. Rancangan penelitian

Selama penelitian dilakukan penempatan dan ulangan secara acak (Gambar 6).

Gambar 6. Penempatan Botol Kultur selama Penelitian

(42)

23

Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Yij = µ + σi + ∑ ij

Keterangan : Yij = Data pengamatan perlakuan ke-i, Ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum

σi = Pengaruh penambahan ekstrak air kulit kopi ke-i ∑ij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan

a. Sterilisasi Alat dan Bahan

Persiapan penelitian meliputi persiapan alat dan bahan serta sterilisasi

alat-alat yang akan digunakan untuk mencegah kontaminasi. Seluruh peralat-alatan yang

akan digunakan dalam penelitian dicuci, dikeringkan dan disimpan di tempat yang

kering. Wadah kultur, akuades dan tabung sentrifuse disterilisasi menggunakan

autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Botol film dan

selang aerasi dicuci lalu dikeringkan, kemudian disterilisasi dengan alkohol 70%

dan diletakkan ditempat yang kering.

b. Pembuatan Media Kulit Buah Kopi

Media kulit buah kopi yang digunakan sebagai media pertumbuhan

(43)

24

kemudian dihaluskan hingga menjadi tepung dengan jenis kopi yang digunakan

adalah Coffea robusta.

Pembuatan media dilakukan dengan cara :

- Penggilingan buah kopi untuk memisahkan kulit dan biji

- Kulit buah diambil dan dijemur selama 12 jam

- Kulit buah digiling dengan mesin penggiling hingga berbentuk tepung

- Setelah berbentuk tepung, kemudian ditimbang sebanyak 50 gr

- Selanjutnya tepung kulit buah kopi dibungkus dengan kain kasa dan

direndam dalam akuades 150 ml.

- Perendaman dilakukan hingga air berwarna kecoklatan selama ± 30 menit,

kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

c. Menghitung Kepadatan Awal

Perhitungan dilakukan di bawah mikroskop menggunakan kamar hitung

Sedgewick rafter. Spirulina sp. sebanyak 1 ml (kepadatan ± 105 unit/ml) disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm untuk memisahkan biomassa Spirulina sp. dari media. Endapan Spirulina sp. diinokulasikan ke dalam masing-masing 200 ml botol kultur yang telah berisi media perlakuan. Jumlah sel

yang digunakan sebagai inokulan ± 105 unit/ml. Penghitungan jumlah bibit

Spirulina sp. untuk kultur menggunakan rumus seperti dibawah ini :

Keterangan:

V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (ml)

N1 = Kepadatan bibit/ stock Spirulina sp. (unit/ ml)

V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (L)

N2 = Kepadatan bibit Spirulina sp. yang dikehendaki (unit/ml)

(44)

25

Wadah kultur secara acak diletakkan ke dalam rak kultur dan diberi

pencahayaan lampu TL 2 buah berkekuatan 36 watt. Lampu diletakkan diantara

wadah kultur yang berjarak 10 cm dari wadah kultur dengan fotoperiodesitas 12

jam terang dan 12 jam gelap.

2. Pelaksanaan a. Sampling

Sampling dilakukan setiap 24 jam sekali dengan mengambil sampel dari

masing-masing wadah kultur sebanyak 1 ml, kemudian diamati di bawah

mikoskop.

b. Pengukuran Kualitas Air dan Lingkungan

Data kualitas air dan lingkungan berupa suhu air, suhu ruang, pH air dan

intensitas cahaya. Pengukuran suhu air, suhu ruang setiap dan pH dilakukan setiap

24 jam sekali. Sementara itu, pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada akhir

penelitian.

3. Pengamatan

a. Kepadatan unit Spirulina sp.

Penghitungan unit Spirulina sp. dilakukan dibawah mikroskop menggunakan kamar hitung Sedgewick Rafter. Jumlah sel yang didapat selanjutnya digunakan untuk menghitung kerapatan sel. Perhitungan kerapatan dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Sidabutar, 2010).

N

=

n ( ) (

)

Keterangan:

N = Kerapatan Spirulina sp.(unit/ml)

(45)

26

lp = Jumlah lapang pandang yang digunakan p = Volume subsampel

v = Volume sampel

b. Kecepatan Pertumbuhan

Menurut Gotelli (1995) dalam Andresen (2005), kecepatan pertumbuhan (k) mikroalga dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

K =

Keterangan :

K = Kecepatan pertumbuhan

Nt = Kepadatan populasi pada waktu t

No = Kepadatan populasi sel pada waktu 0

T0 = Waktu awal

Tt = Waktu pengamatan

c. Kualitas Air dan Lingkungan

Data yang diambil yaitu suhu air, suhu ruang, pH dan intensitas cahaya. Suhu

air, suhu ruang dan pH di ukur setiap 24 jam sekali bersamaan dengan

pengambilan sampel. Sementara itu, intensitas cahaya di ukur pada akhir

penelitian dengan menggunakan Lux meter.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian berupa kepadatan populasi dan

kecepatan pertumbuhan. Kepadatan populasi selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan analisis ragam ANOVA dan apabila hasil uji antar perlakuan

berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemanfaatan kulit buah kopi sebagai sumber nutrien pada kultur Spirulina sp. memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan Spirulina sp.. Penambahan nutrien kulit buah kopi sebesar 4,5% dalam media kultur Spirulina

sp. menghasilkan kepadatan tertinggi sebesar 3,326 x 105 unit/ml pada jam

ke-120.

B. Saran

1. Perlu dilakukan analisis lebih lengkap kandungan kulit buah kopi secara lebih

lengkap agar diketahui faktor penghambat pertumbuhan Spirulina sp.. selama kultur.

2. Penambahan kandungan Nitrogen dan Fosfor sehingga rasio N/P sesuai dengan

(47)

43

DAFTAR PUSTAKA

Akmal dan Filawati. 2008. Pemanfaatan Kapang Aspergillus niger sebagai Inokulan Fermentasi Kulit Kopi dengan Media Cair dan Pengaruhnya terhadap Performans Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan,Vol. XI. No.3. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Ali K.S and Saleh M. A. 2012. Spirulina - an Overview. International journal of pharmacy and pharmaceutical sciences. Vol 4, issue 3, 2012

Andersen, R.A. 2005. Algal Culturing Technique. Elsevier academic press. UK. Angka dan Suhartono. 2000. Manfaat dan Kandungan Biota-biota Laut. Kanisius.

Yogyakarta

Aprilianita, S. L. 2009. Pengaruh Penambahan FeCl3 terhadap Pertumbuhan Spirulina platensis yang Dikultur pada Media Asal Blotong Kering.

Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Becker, E. W. 1995. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Cambrige University Press. New York.

Belay A. 2002. The Potential Application of Spirulina (Arthospira) as Nutritional and Therapeutic Supplement in Health Management. J. of the American Nutraceutical Association. 5: 2.

Bold, H.C, and Wynne, M.J. 1985. Introduction to the Algae Structure and Reproduction. Second Edition. Pretice-Hall Mc. Engelwood Cliffs, New York.

Borowitzka, M.A. 1994. Products from Algae. In S. M. Phang, L. Y. Kun, M. A. Borowitzka, and B. A. Whitton eds. In. Proc. 1st Asia--‐Pacific Conference on Algal Biotechnology. Kuala Lumpur, Malaysia. University of Malaya.

Boussiba, S. and Richmond, A. E. 1980. Isolation and Purification of Phycocyanins from the Blue Green Alga Spirulina platensis. Journal of Archives of Microbiol. 120: 155-159.

(48)

44

Brown, M. R., Jeffrey, S. W., Volkman, J. K., and Dunstan, G. A. 1997.

Nutritional Properties of Microalgae for Mariculture. Aquaculture. 151: 315-331.

Bromokusumo, A.K and Slette J. 2010. Indonesia Coffee Annual 2010. Global Agricultural Information Network. USDA Foreign Agricultural Service.

Christwardana,M. dan Hadiyanto M.M.A.N. 2012. Spirulina platensis: Potensinya sebagai Bahan Pangan Fungsional. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 2. UNDIP : Semarang

Ciferri, O. 1983. Spirulina The Edible Microorganisme. Microbial Review. American Society.

Ciptadi, W dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB

Chu, F. E., Dupuy, J. L., and Webb, K. L. 1982.Polysaccharide Composition of Five Algal Species Used as Food Larvae of the American Oyster, Crassostrea Virginica. Aquaculture. 29:241-252.

Cotteau. 1996. Trends in Ecology and Evolution. Doctor disertation. University of Rostock

Desmayanti, Z dan Muladi. 1995. Pemanfaatan Limbah Kopi dalam Ransum Ayam Pedaging. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Diharmi A. 2001. Pengaruh Pencahayaan terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif Mikrolaga Spirulina platensis Strain Lokal (INK). [tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (DJPDP), 2011. Statistik Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian Lampung.

Edhy, W.A., dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT. Central Pertiwi Bahari. Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton dalam Budidaya Udang. Mitra Bahari: Lampung. hal. 3-29.

Ekawati, A. W. 2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. hal. 3-48.

Etika, V.Y. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Kopi, Kotoran Ayam dan Kombinasinya terhadap Ketersediaan Unsur N, P dan K pada Inceptisol.

Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 67 hal.

(49)

45

Gotelli. N.J. 1995. A Primery of Ecology. In Andersen, R.A. 2005. Algal Culturing Technique. Elsevier Academic Press. New York. USA

Haryati, R. 2008. Pertumbuhan dan Biomassa Spirulina sp. dalam Skala Laboratoris. Jurnal BIOMA Universitas Diponegoro. Vol. 10, No. 1, Hal. 19-22

Harrison, P. J. and J. A. Berges. 2005. Marine Culture Media. In : R.A. Andersen (Eds). Algal culturing techniques. National Institute Enveronmental Studies.

Academic press. America. p. 21-60.

Hermawan, A. V. 2012. Pemanfaatan Air Kelapa sebagai Pengkaya Media Pertumbuhan Tetraselmis sp. Universitas Lampung. Lampung

Hongmei G., Yunlai T., Jia W., Xiaogang W., Lixin Z. and Congming L. 2008.

Characterization of Photosystem II in Salt-Stressed Cyanobacterial Spirulina platensis Cells. Biochimica et Biophysica acta 1777:2008, pp. 488-495

Kabede, E and Ahlgren, G. 1996. Optimum Growth Conditions and Light Utilization Efficiency of Spirulina platensis (Arthospirafusiformis) from Lake Chitu, Ethiopia. Hydrobiol. 332: 99--‐109.

Khoirul, A. A. 2013. Cyanobacteri (Alga hijau-biru). Universitas Brawijaya. Malang

Kusriningrum, R. 2008. Perancangan Percobaan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 43-51.

Lavens, P. and Sorgeloos, 1996, Manual on the Production and Use of Live Food for Aquaculture. Fisheries Technical Paper, Food and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.

Liu, Y. F., L. Z. Xu, N. Cheng, L. J. Lin, and C. W. Zhang. 2000. Inhibitory Effect of Phycocyanin from Spirulina platensis on the Growth of Human Leukimia K562 Cells. Journal Appl.Phycol.,12:125--‐130.

Maeda, S and Sakaguchi, T. 1990. Accumulation and Detoxification of Toxic Metal Elements by Algae. Introduction to Appl. Phycol., 109--‐136.

Najiyati S, dan Danarti. 2006. Kopi, Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.

(50)

46

Pal, D., Goldberg, K.I, Cohen, Z. and Bousiba, S. 2011. The Effect of Light and Nitrogen Availibility on Lipid Production by Nannochhloropsis sp. Appl Microbial Biotechnol. 10:113-126

Pelupessy. W. 2003. Enviromental Issues in the Production of Beverages: Global Coffee Chain. In Mattsson B, Sonesson U, editor. Enviromental Friendly Food Processing. Cambridge England:CRCPress, Woodhead Publishing Limited.hlm 95-115

Pirie, N.W. 1975. In IBP 4: Food Protein Source, (ed. N.W. Pirie). Cambridge university Press: Cambridge.261

Prasetyo, B. dan Kusumaningrum,N.,E. 2010. Penentuan Jenis Spirulina sp. di Situ Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Jakarta Selatan.

Prihantini, N. B., Putri. B. dan Ratna. Y. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Indonesia. Depok

Retnandari, N.D dan Tjokrowinoto M. 1991. Kopi Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media

Richmond, A. 1988. Spirulina. In M. A. Borowitzka, eds. Microalgal Biotechnology, pp. 85--‐121. Cambridge, Cambridge University Press. Sari. A. Y. F., Suryajaya. A. M. I, dan Hadiyanto. 2012. Kultivasi Mikroalga

Spirulina platensis dalam Media POME dengan Variasi Konsentrasi POME dan Komposisi Jumlah Nutrien. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 1, No.1, Tahun 2012, Halaman 487-494.

Sasson, A. 1997. Micro Biotechnologies: Recent Developments and Prospects for Developing Countries. BIOTEC Publication 1/2542. Pp. 11--‐31. Place de Fontenoy, Paris. France. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Sidabutar,T. 2010. Pelayaran Kebangsaan bagi Ilmuwan Muda (Plankton). Jakarta: Direktorat Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional Bekerja Sama dengan Pusat Penelitian Oceanografi, LIPI.

Steenis, V.M.J. 1973. Flora Malesiana.. Series 1 Vol.8,part 1. Cyclopedia of Collectors.

(51)

47

Suryati. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Gula (LCPG) untuk Pertumbuhan Spirulina sp. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.74 hal.

Switzer, L. 1980. Spirulina, The Whole Food Revolution. Proteus Corporation, USA. 1980; 1-69:

Taw Nyan, DR. 1990 . Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek Pengembangan Budidaya Udang : United Nations Development Progrramme Food and agriculture organization of the Unite Nations. US. 34 hal (diterjemahkan oleh : Budiono M & Indah W)

Trisilawati, O dan Gusmaini, 1999. Penggunaan Pupuk Organik bagi Pertumbuhan dan Produksi Jahe. Buletin Gakuryo. Hlm. 251-257

Vonshak, A. 1986. Laboratory Techniques for the Cultivation of Mikroalgae. In: Richmond, A. 1986. CRC Handbook of Microalgal Mass Culture. CRCPress, Inc. Florida. p. 117-145.

Wachjar, A. 1984. Pengantar Budidaya Kopi. Fakultas Pertanian. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Spirulina sp. Sumber: Ali and Saleh (2012)
Gambar 3. Siklus Reproduksi Spirulina sp. Sumber: Hongmei Gong et al., (2008)
Gambar 4. Grafik Fase Pertumbuhan Mikroalga  Sumber: Brock and Madigan (1991)
+5

Referensi

Dokumen terkait

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Ekstrak Polifenol Biji Kopi Robusta ( Coffea canephora ) Terhadap Dinding

Oleh karena jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi oleh kulit buah kopi Arabika ( Coffea arabica ) maksimum pada pH 6, penelitian lebih lanjut untuk menentukan kapasitas adsorpsi

diadsorpsi sebagai fungsi waktu Grafik hubungan antara waktu kontak dengan banyaknya ion Cu(II) yang diadsorbsi oleh biosorben kulit buah kopi (Coffea arabica)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Kulit

Dari rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk juga dapat diketahui bahwa kulit buah kopi (Coffea arabica L.) Gayo yang berwarna merah memiiki zona hambat terbesar

Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Lulur Tradisional dari Pemanfaatan Limbah Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan Ampas Kopi (Coffea sp.) Kulit jeruk nipis dan

Skripsi yang berjudul “ Formulasi, Karakterisasi Dan Uji In Vitro Penetrasi Perkutan Transferosom Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea Canephora) Sebagai Sediaan Anti Selulit

Hasil penelitian ragi berbahan dasar tepung beras 100% menunjukan data lebih baik dari pada bahan dasar yang menggunakan campuran tepung kulit buah kopi robusta