• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Rupiah/US$ Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Juli 2008 – Juni 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Rupiah/US$ Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Juli 2008 – Juni 2010"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH/US$

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN ( IHSG)

PERIODE JULI 2008

JUNI 2010

Oleh

DANIEL

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Rupiah/US$ Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Juli 2008 – Juni 2010

Oleh

Daniel

Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Untuk melihat perkembangan pasar modal

Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang

digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh secara simultan dari Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap IHSG di BEI selama periode Juli 2008 – Juni 2010 dan variabel mana yang paling dominan mempengaruhi IHSG.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia dan diolah menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda.

(3)
(4)
(5)
(6)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... ……….

i

HALAMAN JUDUL……….

ii

RIWAYAT HIDUP………

iii

PERSEMBAHAN………...

iv

MOTO……….

v

SANWACANA………...

vi

DAFTAR ISI ………..

ix

DAFTAR TABEL ...

xii

DAFTAR GAMBAR ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiv

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Rumusan Masalah...

6

1.3 Pembatasan Masalah……….. .

7

1.4 Tujuan Penelitian ...

8

1.5 Manfaat Penelitian ...

8

1.6 Kerangka Pemikiran ...

9

1.7 Hipotesis ...

10

(7)

x

2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ...

12

2.2 Sertifikat Bank Indonesia ...

14

2.2.1 Pengertian SBI………

15

2.2.2 Tujuan Penerbitan SBI………

15

2.2.3 Dasar Hukum SBI……… ...

15

2.2.4 Karakteristik SBI………… ...

16

2.3 Nilai Tukar (Kurs) ...

16

2.3.1 Pengertian Nilai Tukar...

16

2.3.2 Penentuan Nilai Tukar.. ...

18

2.3.3 Sistem Kurs Mata Uang.. ...

18

2.3.4 Sejarah Perkembangan Kurs…. ...

20

2.4 Indeks Harga Saham ...

22

2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham………. ...

22

2.4.2 Jenis Indeks…...

22

2.5 Pengertian Saham ...

26

2.5.1 Jenis-jenis Saham...

26

2.6 Kajian Penelitian Terdahulu….. ...

32

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data...

34

3.1.1 Penelitian Pustaka……….. ...

34

3.1.2 Penelitian Lapangan…….. ...

34

3.2 Objek Penelitian ...

35

3.3 Identifikasi dan Pengukuran Variabel ...

35

3.4 Alat Analisis ...

36

3.4.1 Uji Asumsi Klasik….. ...

36

3.4.2 Pengujian Hipotesis… ...

38

IV.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Objek Penelitian ...

40

4.2 Hasil Pengujian Hipotesis ...

42

4.2.1 Regresi Linier Berganda ...

42

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ...

44

4.2.2.1 Uji Normalitas ...

44

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas.. ...

44

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas... ...

45

4.2.2.4 Uji Autokorelasi.. ...

46

4.2.3 Pengujian Hipotesis.. ...

46

(8)

xi

4.2.3.2 Uji Parsial (Uji t) ...

47

4.3 Pembahasan ...

49

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...

53

5.2 Saran ...

53

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan IHSG

Juli 2008 – Juni 2010 ... 3

2. Hasil Estimasi Regresi Berganda ... 43

3. Hasil Uji F ... 44

4. Hasil Uji T ... 45

5. Hasil Uji Determinasi ... 45

[image:10.595.134.488.245.380.2]
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan IHSG Pada Periode Juli 2008 – Juni 2010.

(12)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Tingkat Suku Bunga

2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah

pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah

bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus

membayar peluang untuk meminjam uang. Perubahan tingkat suku bunga

selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya

pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat

bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya),

sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss

atau gain. Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini

merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan

sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

b) Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi

dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

Dalam Kamus Akuntansi (1996, hal 69), disebutkan bahwa Interest (bunga,

(13)

12

periode, dan (b) suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan,

usaha dagang, atau sumber daya.

Unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi :

a) Syarat jatuh tempo

Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman terpendek

adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka pendek biasanya

mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-surat berharga jangka

panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan

dengan jangka pendek.

b) Risiko.

Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara lainnya

sangat bersifat spekulatif. Obligasi-obligasi dan tagihan-tagihan pemerintah

didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan kekuatan pajak dari

pemerintah. Unsur-unsur ini dapat dipercaya karena bunga pinjaman

pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah terdapat pada

pinjaman atas kredit-kredit perusahaan yang kondisinya baik. Sedangkan

investasi yang berisiko mempunyai peluang gagal atau tidak dibayar yang

sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut.

c) Likuiditas.

Aktiva akan disebut “likuid“ apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat

dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar surat

berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah, dapat

(14)

13

tidak likuid termasuk aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang

berkembang baik.

d) Biaya-biaya administrasi, waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk

administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan

biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen

pertahun lebih besar dari tingkat bunga lainnya.

2.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah

satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu

pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.

Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang

terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto,

Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI

dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank

Indonesia (SBI).

Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan

oleh Bank Indonesia melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI ). Besar kecilnya

suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia.

Peningkatan suku bunga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan

saham (Haryanto, 2007). Jika tingkat bunga naik, harga saham akan turun, dan

sebaliknya jika tingkat bunga turun, harga saham akan naik. Namun demikian,

besarnya dampak kenaikan dan penurunan bunga terhadap harga saham

(15)

14

2.2.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan

Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang

selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek.

2.2.2 Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah.

Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di

BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan

dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

2.2.3 Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang BankSentral,

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli1998

tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi

Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari

2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.

2.2.4 Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan

(16)

15

b. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100

miliar.

c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan

kelipatan Rp 50 juta.

d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true

discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai =

360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]

e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.

Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).

h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

2.3 Nilai Tukar (Kurs)

2.3.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Adiningsih (1998, 155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap

mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata

rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar

rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar

saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk

(17)

16

Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham

maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk

melakukan investasi portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata uang

asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap

ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari dalam penelitian Novianto,

2011).

Menurut Samsul dalam penelitian Novianto (2011), perubahan satu variabel

makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu

saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak

negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah

terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham

perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima

dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti

harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa

Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan

mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada

kelompok yang dominan dampaknya.

2.3.2 Penentuan Nilai Tukar

(18)

17

1. Faktor fundamental.

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti

inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi

pasar dan intervensi Bank Sentral.

2. Faktor teknis.

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada

saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran

tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

3. Sentimen pasar.

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik

yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun

secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah

berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2.3.3 Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001, 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang

berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan

oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas

moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs

mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya

oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini

(19)

18

devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk

menetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana

otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat

tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena

otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi

pergerakan kurs.

2) Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara

mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau

sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner

dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang

tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi

sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi

hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi

tambatannya.

3) Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu

Negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik

dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu

tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur

penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs

tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan

terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan

(20)

19

4) Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama

negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan

sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan

stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam

sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam

“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai

perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang

berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang

mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang

berbeda dengan bobot yang berbeda.

5) Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara

mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini

dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak

terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan

berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

2.3.4 Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar,

yaitu:

1) Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut

system nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya

dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga

kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan

(21)

20

2) Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang

(basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya

devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan

kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan

spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak

melebihi batas atas atau bawah dari spread.

3) Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang).

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin

melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan

cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk

menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan

mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange

rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga

dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap

rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.

2.4 Indeks Harga Saham

2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan

saham.

Indeks memilik 5 fungsi yaitu:

a. Sebagai indikator trend pasar

b. Sebagai indikator tingakat keuntungan

(22)

21

d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi

e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

2.4.2 Jenis Indeks

Saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 8(delapan) jenis indeks, sebagai

berikut :

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang

tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

b. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam

masing-masing sektor.

c. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria

likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

d. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria

syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas

tinggi.

e. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria

likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

f. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan

utama.

g. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria

papan pengembangan.

h. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.

Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai

(23)

22

Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya

menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian

karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham

preferen yang tercatat di BEI Indeks Harga Saham Gabungan pertama kali

diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga

semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia baik saham biasa maupun

saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982

dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah

sebanyak 13 emiten. (Desember 2008) jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia sudah mencapai 396 emiten.

Anoraga dan Pakarti (2001, hal 100-104) mengatakan, secara sederhana yang

disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk

membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan

indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham

dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau

kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan

indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua

macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku.

Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku

merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar.

Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi.

Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan

(24)

23

menunjukkan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan

indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks

harga saham yang mengalami penurunan.

Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus

sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001, hal 102):

Dimana :

∑ Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

∑ Ho : Total harga semua saham pada waktu dasar

Efek-efek yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia, adalah :

1. Saham (Stock)

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

3. Obligasi (Bond)

4. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

5. Right (Right)

6. Waran (Warrant)

Dalam penulisan penelitian ilmiah ini peneliti hanya akan membahas mengenai

saham, karena berkaitan dengan pembahasan yang akan peneliti kemukakan pada

bab-bab selanjutnya.

∑ Ht x 100 IHSG =

(25)

24

2.5 Pengertian Saham (Stock)

Menurut Darmadji dan Fakhrudin ( 2001; 5 ) dikatakan bahwa :

“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang

atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.”

Wujud saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di

perusahaan tersebut.

Beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, antara lain:

1. Limited risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah

yang disetorkan ke dalam perusahaan.

2. Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan

arah dan tujuan perusahaan.

3. Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang

mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa

asset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi

yunior dibanding pemegang obligasi atau kreditor.

2.5.1 Jenis-jenis Saham

Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di

masyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa

(26)

25

Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu :

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim, maka saham

terbagi atas :

A.Saham Biasa (Common Stocks). Saham biasa merupakan salah satu

komoditas pasar modal yang paling populer. Saham biasa lebih umum

disebut dengan saham saja. Beberapa karakteristik Saham Biasa :

a. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one

vote).

b. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan

perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah

semua kewajiban perusahaan dilunasi.

c. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar

proporsi sahamnya.

d. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

B.Saham Preferen (Preferred Stocks)

Beberapa karakteristik Saham Preferen :

a. Memiliki hak lebih dulu dalam memperoleh dividen

b. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan

pengurus perusahaan.

c. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih

dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi

(dibubarkan).

d. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba

(27)

26

e. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian

kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua

kewajiban perusahaan dilunasi.

Suatu saham preferen disukai oleh penerbitnya karena dua hal :

a. Sebagai saham, saham preferen tidak termasuk saham biasa, oleh sebab

itu tidak masuk dalam perhitungan Earning Per Share.

b. Sebagai ekuitas, saham preferen bukan ekuitas hutang (debt equity)

sehingga tidak menambah beban hutang perusahaan.

Selain memiliki keuntungan bagi penerbitnya, saham preferen juga

memberikan keuntungan bagi investor. Investor yang memiliki saham

preferen mempunyai keuntungan sebagai berikut :

a. Tingkat dividen tahunan

b. Lebih aman daripada saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap

kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu.

c. Hak memberikan suara

d. Keuntungan dari capital gain, yaitu merupakan selisih antara harga beli

dan harga jual.

Disamping memiliki keuntungan-keuntungan bagi investor, saham preferen

sebagai suatu efek juga memiliki kelemahan/kerugian, yaitu:

a. Dibanding dengan investasi dalam bentuk pinjaman/utang, saham

preferen kurang aman karena dividen secara hukum bukan kewajiban.

b. Pembayaran dividen secara tetap sulit dinaikkan.

(28)

27

d. Sulit diperjualbelikan dibanding saham biasa karena biasanya jumlah

saham preferen yang beredar jauh lebih sedikit.

e. Pada saat perusahaan dilikuidasi yang dibayarkan hanyalah nilai

nominalnya.

2. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas :

a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), artinya pada saham tersebut tidak

tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor

ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut,

maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam

RUPS.

b. Saham Atas Nama (Registered Stocks),merupakan saham yang ditulis

dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus

melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian

nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat nama

pemegang saham. Apabila sertifikat ini hilang, maka pemilik dapat meminta

penggantian.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas :

a) Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki

reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang

stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b) Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan

membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada

(29)

28

pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.

Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi

pertumbuhan harga saham.

c) Growth Stocks (well-known),yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki

pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang

mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (

lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri

namun memiliki ciri growth stock.. Umumnya saham ini berasal dari daerah

dan kurang populer di kalangan emiten.

d) Speculative Stocks,yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara

konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi

mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,

meskipun belum pasti.

e) Counter Cyclical Stocks,yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi

ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu

memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten

dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten

seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selau

dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods.

Menurut Alwi (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga

saham atau indeks harga saham, antara lain:

(30)

29

a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,

laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman

yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c) Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director

announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan

struktur organisasi.

d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,

investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,

laporan divestasi dan lainnya.

e) Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.

f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi

baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum

akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS)

dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return

on assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor eksternal (Lingkungan makro)

Diantaranya antara lain :

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan

deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi

(31)

30

b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan

terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan

pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,

pembatasan/penundaaan trading.

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor

yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di

bursa efek suatu negara.

e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

2.6 Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini

mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir

sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka

terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi

untuk saling melengkapi.

Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu :

1. Mansur (2009)

Dalam penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa tingkat suku bunga SBI dan

kurs dolar AS memberikan pengaruh yang signifikan. Tetapi secara individual

menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI dalam periode tahun 2000

sampai 2002 ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

(32)

31

oleh kurs dolar AS dan besarnya pengaruh kurs dolar AS tehadap IHSG Bursa

Efek Jakarta sebesar 51, 55 % dengan arah pengaruh negatif.

2. Oktavia (2007)

Menyatakan secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara

Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003- 2005, secara parsial ada

pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005, dan

secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Suku Bunga

SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode

(33)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kuatitatif yang

bersifat sekunder yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

ataupun diolah menjadi data untuk keperluan analisis, yang diperoleh melalui

media internet (website Bank Indonesia dan yahoo finance), Koran dan majalah,

dan buku yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia seperti IDX Statistic serta

sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini.

3.1.1 Penelitian Pustaka

Penelitian pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca dari

berbagai literatur, referensi dan jurnal keuangan baik dalam bentuk buku,

maupun yang ada di internet serta mempelajari teori-teori yang berhubungan

dengan penelitian ini.

3.1.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan mengunjungi Pusat Informasi Pasar

Modal di Bandar lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan

(34)

33

dengan mencatat data-data yang dari bursa efek atau perusahaan sekuritas yang

ada di Bandar lampung.

3 .2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini menganalisis tentang pengaruh tingkat suku bunga dan nilai

tukar rupiah/US$ terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang

data-datanya di ambil dari perusahaan sekuritas yang ada di Bandar lampung dan dari

website Bank Indonesia1 , yahoo finance2.

Berikut adalah data yang akan diteliti dalam penelitian ini :

(LAMPIRAN 1)

3.3 Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel yang terdiri dari :

1. Variabel Independen adalah variabel yang keadaannya tidak dipengaruhi oleh

variabel lainnya, variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Tingkat Suku Bunga SBI (perbulan)

b. Nilai tukar rupiah/US$ (perbulan)

2. Variabel Dependen adalah veriabel yang tidak bebas dan keadaannya

dipengaruhi oleh variabel independen, variabel dependen dalam penelitian ini

adalah :

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (perbulan)

1

www.bi.go.id

(35)

34

3 .4 A l a t A n a l i s i s

Untuk menganalisis pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel

dependen baik secara sendiri-sendiri maupu n secara bersama-sama, maka

digunakan regresi berganda (Multiple Regression). Dengan alat bantu Statistics

Package for Social Science v 16 (SPSS v 16.0) dengan model dasar sebagai

berikut:

Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e

Dimana :

Y = Indeks Harga Saham Gabungan

a = konstanta

b1,b2 = koefisien regresi dari variabel bebas

X1 = Tingkat Suku Bunga SBI

X2 = Nilai Tukar Rp/US$

e = error term

3 .4 .1 Uji A s u m s i K l a s i k

Menurut Suliyanto (2011), untuk menentukan ketepatan model regresi perlu

dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi

sebagai berikut:

1. Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang

terstandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Uji

(36)

35

merupakan uji normalitas menggunakan distribusi kumulatif. Nilai residual

terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. > alpha.

2 .Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi yang

terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas

atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang

tinggi atau sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut

dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Namun jika nilai VIF tidak

lebih dari 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinier.

3. Heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas.

Cara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan metode

analisis grafik. Dengan mengamati scatterplot di mana sumbu horizontal

menggambarkan nilai Predicted Standardized sedangkan sumbu vertikal

menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot menyebar

secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya masalah

(37)

36

4. Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan dengan uji statistic Durbin Watson (DW) untuk

mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu.

3.4.2 Pengujian Hipotesis

Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Mencari nilai Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar RP/US$ dan IHSG

selama masa periode (1 juli 2008 – 30 juni 2010).

2. Melakukan uji regresi dengan menggunakan model regresi diatas.

3. Menguji nilai F (F test). Digunakan untuk menguji signifikansi model

penelitian. Dalam hal ini untuk menguji pengaruh secara simultan antara

variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dengan tingkat

keyakinan 95% (α=5%).

Dengan bantuan software SPSS akan diperoleh Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat keyakinan 95%. Dengan kriteria

pengujian :

Nilai signifikan Fhitung > 0,05 = Ha ditolak

Nilai signifikan Fhitung < 0,05 = Ha diterima

4. Menganalisis nilai t (t test). Digunakan untuk menguji pengaruh secara

parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi bahwa

variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95% (α= 5%).

Dengan bantuan software SPSS akan diperoleh thitung yang kemudian

dibandingkan dengan ttable pada tingkat keyakinan 95%. Kriteria penguji

yakni :

(38)

37

Nilai signifikan t hitung < 0,05 = Xt berpengaruh terhadap Y

5. Melakukan uji korelasi untuk mengetahui variabel independen yang

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Penelitian mengenai analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar

Rupiah/US$ Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Juli 2008

sampai Juni 2010 ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

1.

Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ secara simultan

mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek

Indonesia periode Juli 2008

Juni 2010.

2.

Secara Parsial dapat dinyatakan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai

Tukar Rupiah/US$ berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap IHSG

pada periode Juli 2008

Juni 2010. Nilai Tukar Rupiah/US$ berpengaruh lebih

dominan (47,7%) dibandingkan tingkat Suku Bunga SBI (40%) terhadap

pergerakan IHSG pada periode Juli 2008

Juni 2010.

5.2

Saran

(40)

52

1.

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengambil sampel periode yang

lebih panjang atau lebih dari 2 tahun.

2.

Penelitian di masa mendatang perlu mempertimbangkan penambahan variabel

variabel independen seperti inflasi, nilai tukar mata uang yang lain dan

kejadian yang dapat mempengaruhi pergerakan saham.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri dkk. (1998). Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di

Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta.

Agustinus, Cita dan Tecualu, Melitina, (2008), Pengaruh Perubahan Kurs Valuta

Asing Dan Jumlah Uang Yang Beredar Terhadap IHSG, Jurnal Ilmiah

Manajemen Bisnis. Vol. 8. No.2.

Amin, M.Zuhdi, (2012), Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar(US$/IDR), Dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode

2008-2011), Jurnal Skripsi, FEB UB.

Alwi, Iskandar.Z, (2003), Pasar Modal, Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama, Yayasan pancur suwah, Jakarta.

Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji, (2001), Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.

Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto. (2004). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. III

No.5.

Cahyono, Jaka E. (2000). 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham. Jilid 1. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Darmadji, Tjipto, dan Hendry M Fakhruddin, (2001). Pasar Modal di Indonesia,

Salemba Empat, Jakarta.

Estes, Ralph, Nugroho Widjajanto. 1996. Kamus Akuntansi. Edisi Ke-2. Jakarta:Erlangga.

Fitria, Yati (2005), Pengaruh Nilai Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) Di Pasar Modal, UNIKOM, Bandung.

(42)

Jogiyanto, Hartono, (2010), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Keenam, BPFE, Yogyakarta.

Kewal, Suramaya Suci, (2012), Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan PDB

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, STIE Musi, Palembang.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis

dan Ekonomi , UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Liauw, Joven Sugianto (2009), Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek

Indonesia, STIE MDP.

Mansur, Mohammad, (2009), Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun

2000-2002. Working paper in Accounting and Finance.

Novianto, Aditya, (2011), Analisis Pengaruh Nilai Tukar (KURS) Dollar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999.1-2010.6, Universitas Diponegoro.

Nasution, Anwar, (1998), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Oktavia, Ana, (2007), Analisis Nilai Tukar Rupiah/US$, Tingkat Suku Bunga SBI

terhadap IHSG Periode 2003-2005, Journal Banking Finance.

Pratikno, Dedi, (2009), Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI), USU Medan.

Samsul, Mohamad, (2006), Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, edisi

pertama. Jakarta: Erlangga.

Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikator-Indikator Pasar Saham Dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau

Dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan

Manajemen,vol.3 no.3.

Suliyanto, (2011), Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS,

Yogyakarta : Andi.

Sutanto, Budi (2013), Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones, Dan Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di BEI

Periode 2007-2011, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2

(43)

Syahrir, (1995). Analisis Bursa Efek, Jakarta, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Umum.

Tandelilin, Eduardus, (2001), Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi

Pertama. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Tobing, Rumiris L, (2009), Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI

Periode 2004-2008, USU Medan.

---. 2011. www.idx.com/edukasi. Jakarta

---. 2011. www.finance.yahoo.com/Indeks Harga Saham Gabungan.

Jakarta

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

FORMULASI TEPUNG JAGUNG, TEPUNG PISANG NANGKA DAN OATMEAL PADA PRODUK FLAKES DITINJAU DARI.. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI

30 (Revisi 2007) klasifikasi sewa didasarkan pada sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee, dan pada

Banyak yang meragukan hasil penelitian kualitatif, karena mengandung beberapa kelemahan, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian

Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan

Terima kasih juga kepada masyarakat yang sudah membantu terkumpulnya cerita rakyat ini dan cerita-cerita rakyat lainnya.. Tanjungpinang,

Adapun kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.Pelayanan dikatakan baik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju korosi baja zincallume G550 pada beberapa lingkungan korosi, serta membandingkan struktur mikro dari baja tersebut, baik sebelum

Saat mitral dan trikuspid terbuka terjadi aliran darah ke ventrikel yang akan meningkat kecepatannya mencapai puncak kecepatan pada fase pengisian awal (Gelombang E)..