• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

KIKI KURNIAWAN

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini adalah post-test only control group design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-H dan VII-I yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kiki Kurniawan, dilahirkan di Desa Untoro Kecamatan Trimurjo

Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 28 September 1990. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Artiyo dan Ibu

Sunarti.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-Kanak Dharma

Wanita Untoro, Trimurjo dan lulus tahun 1996. Sekolah Dasar di SD Negeri 1

Untoro, Trimurjo dan lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo dan lulus tahun 2005. Setelah itu,

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Penengahan dan lulus

pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

melalui seleksi Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2012, penulis melaksanakan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4 Padang Cermin dan

mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik Universitas Lampung di Desa Padang

(7)

MOTO

Waktu bisa kita tunggu tapi waktu tidak bisa menunggu kita. (Hardiyanti)

(8)

PERSEMBAHAN

Segala Puji Bagi Allah Subhanawataala, Dzat Yang Maha Sempurna. Dengan

segenap jiwa dan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang

yang selalu berharga dalam hidupku.

1. Ayah (Artiyo) dan Ibuku tercinta (Sunarti) yang telah membesarkan,

mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan, serta selalu

ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi

kebahagiaan dan keberhasilanku.

2. Adikku (Kiki Faesal Efendi) yang telah memberikan dukungan dan

semangatnya padaku.

3. Seluruh keluarga besar yang terus memberikan doanya, terima kasih.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

(9)

x

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus

Dosen pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi dan

saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga

skripsi ini menjadi lebih baik.

2. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan pada penulisan skripsi ini.

3. Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberikan

kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas

Lampung.

5. Dr. Haninda Barata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(10)

xi

6. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung

beserta staff dan jajarannya.

7. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung

beserta staff dan jajarannya.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Sudjasman, S.H. selaku kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung beserta

Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama

penelitian.

10. Hj. Rulita, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika atas ketersediaannya

menjadi mitra dalam penelitian di SMP Negeri 8 Bandar Lampung dan siswa

kelas VII-H dan VII-I yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

11. Ayahanda Artiyo, Ibunda Sunarti, adikku Kiki Faesal Efendi serta keluarga

besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi

penyemangat dalam hidupku.

12. Sahabat-sahabat terbaikku Rusdi, Tri, Nando, Azis, Aan, Riko, Rico,

Rahmad, Dedi, Deki, Persi, Eko, Made, Oky, Munip, Putu, yang senantiasa

memberikan perhatian dan semangat.

13. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Mandiri dan

Reguler. Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan selama ini.

14. Kakak angkatan 2007 dan adik angkatan 2009 sampai 2013. Terimakasih atas

kebersamaan kalian selama ini.

15. Keluarga KKN dan PPL Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin

(11)

xii

Lisa, Maftuha, Mauluina, Maria, Nuzul dan Rara. Semoga kekeluargaan dan

silaturahim kita akan terus terjalin.

16. Pengurus Referensi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan

Perpustakaan Universitas Lampung yang telah melayani dalam peminjaman

buku serta skripsi.

17. Biji mata bak sendi pada buku-buku jemariku, yang telah memberikan

semangat, dukungan, doa, serta menanti keberhasilanku.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahuwataala membalas semua kebaikan yang diterima penulis. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu diharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ………. 7

1. Pemahaman Konsep Matematis ……….. 7

2. Pembelajaran Konvensional ……….… 8

3. Pembelajaran Kooperatif ……… 10

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ………. 12

B. Kerangka Pikir ………. 14

C. Anggapan Dasar ……… 16

D. Hipotesis Penelitian ……….. 16

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel……… 17

B. Desain Penelitian ……….. 17

(13)

D. Data dan Instrumen Penelitian ………... 19

1. Data Penelitian……… 19

2. Instrumen Penelitian ……….. 19

a. Validitas Isi………. 20

b. Uji Reliabilitas ……….. 21

E. Teknik Analisis Data ………. 22

1. Uji Normalitas ……….. 23

2. Uji Homogenitas Varians ………. 24

3. Uji Hipotesis ……….. 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 27

1. Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 27

2. Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 28

3. Uji Hipotesis Penelitian ……….…….. 29

B. Pembahasan ………. 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….………. 34

B. Saran ………..………. 34

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 19 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 22 3.3 Interprestasireliabilita ... 23 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Siswa ... 25 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Siswa ... 25

4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 27 4.2 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS... 37

A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) TPS... 61

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 96

B.Perangkat Tes C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Post-test ... 120

C.2 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS ... 122

C.3 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional .. 123

C.4 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS ... 124

C.5 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 128

C.6 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa antara Kelas TPS dan Kelas Konvensional ... 132

C.7 Uji Hipotesis Penelitian ... 133

C.8 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS... 135

C.9 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 138

D.Lain-lain D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 141

D.2 Surat Izin Penelitian ... 142

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga,

pendidikan merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dengan

pendidikan yang baik maka individu akan dapat mengembangkan potensi diri

secara optimal sehingga, menjadi sumber daya manusia berkualitas yang dapat

bersaing dalam dunia kerja dan dapat ikut dalam memajukan kehidupan bangsa.

Pendidikan di Indonesia terbagi atas 3 jenis, yaitu pendidikan formal, informal,

dan nonformal. Berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan

formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam

pelaksanaan pendidikan formal tersebut, matematika menjadi mata pelajaran

wajib yang dipelajari pada setiap jenjangnya. Berdasarkan Permendiknas no. 22

tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang

pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

(17)

2

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika di atas, kemampuan memahami

konsep matematika menjadi sesuatu yang penting untuk dikembangkan.

Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap

pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap materi yang disajikan dalam bentuk yang

lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu

mengaplikasi-kannya. Matematika diajarkan karena dapat mengembangkan pola pikir siswa

dalam memahami suatu konsep matematis. Pemahaman konsep matematis

mempunyai tujuh indikator yaitu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasi

objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan

noncontoh, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika,

mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan,

memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan

konsep. Ketujuh indikator tersebut penting dikembangkan karena dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis.

Hasil studi The Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)

menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan matematis siswa di Indonesia

adalah 386. Hasil ini sangat rendah jika dibandingkan dengan standar rata-rata

internasional yaitu 500 (Mullis, et al, 2012). Hasil studi ini menunjukkan bahwa

kemampuan siswa SMP di Indonesia dalam penguasaan konsep dan

menyelesaikan soal-soal non rutin masih sangat rendah. Hal ini mengacu pada

(18)

3

mencakup fakta-fakta, konsep dan prosedur yang harus diketahui siswa. (2)

penerapan, yang berfokus pada kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan

pemahaman konsep untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan. (3)

penalaran, yang berfokus pada penyelesaian masalah non rutin, konteks yang

kompleks dan melakukan langkah penyelesaian masalah yang banyak.

Pemahaman konsep matematis siswa yang rendah juga dialami oleh siswa kelas

VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Berdasarkan observasi yang dilakukan di

SMP Negeri 8 Bandar Lampung guru disekolah tersebut masih menggunakan

pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini, guru lebih aktif dalam

pembelajaran sehingga pembelajaran monoton dan siswa pasif. Pembelajaran

dilakukan dengan guru menjelaskan materi, memberikan contoh, dan memberikan

soal latihan, sehingga pembelajaran ini kurang dapat mengembangkan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa padahal saat ini sudah banyak

model-model pembelajaran yang inovatif, diantaranya model pembelajaran

kooperatif.

Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

Pembelajaran Kooperatif, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran di kelas.

Setiap anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang

(19)

4

Salah satu model pembelajaran Kooperatif yang menuntut siswa aktif dalam kelas

adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model

pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran yang merangsang

aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan

teman dalam memahami konsep, serta merangsang keberanian siswa untuk

mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran ini pada

dasarnya merupakan sebuah diskusi secara berpasangan yang heterogen.

Pembelajaran ini menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan

pasangannya sehingga dapat mengembangkan pemahaman konsep matematis

siswa.

Uraian di atas menjadi dasar perlunya penelitian mengenai pengaruh model

pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini: “Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh

terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

Berdasarkan rumusan masalah, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

“Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman

konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

(20)

5

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pemikiran tentang alternatif pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu

sekolah.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dalam memilih

model pembelajaran yang akan digunakan di kelas.

3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian

lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan

pemahaman konsep matematis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

1. Model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran

Kooperatif dimana siswa diberikan permasalahan yang berhubungan dengan

materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan permasalahan

tersebut secara mandiri. Setelah itu, siswa diminta berpasangan untuk

mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Setelah siswa berdiskusi

antar pasangan dalam kelompoknya, beberapa pasangan diminta untuk

(21)

6

2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh

guru seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. Sumber belajar dalam

pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang

diperoleh dari buku dan penjelasan guru. Pada pembelajaran ini, siswa hanya

mendengarkan penjelasan guru saja dan tidak punya keinginan untuk

memperkaya ilmu yang telah dimiliki. Siswa menjadi pasif dan hanya

bertindak sebagai pendengar, sehingga pembelajaran menjadi satu arah saja.

3. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan untuk dapat mengerti

dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide

matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep.

Indikator pemahaman konsep tersebut, yaitu mengklasifikasi objek menurut

sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan noncontoh,

menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika,

menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan

mengaplikasikan konsep.

4. Pada penelitian ini meteri yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep

matematis siswa melalui model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah Segi

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

konsep materi pelajaran itu sendiri. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan

yang disampaikan dapat dipahami peserta didik. Menurut Mulyasa (2005: 78),

pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.

Soedjadi (2000: 13) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempunyai

objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran, sedangkan objek adalah

sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan

untuk sebuah aplikasi. Jadi matematika berisi konsep yang mempunyai batasan

jelas.

Pada penjelasan teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008:

10) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah sebagai

berikut.

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

(23)

8

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat menguasai konsep yang

dipela-jari siswa dengan cara menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari

pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak

dalam memahami definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi

matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara

efisien dan tepat, serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep.

Indikator pemahaman konsep yang akan digunnakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

2. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

4. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

5. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah

2. Pembelajaran Konvensional

Djamarah (2002: 77) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak

dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru

dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Pembelajaran

konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta

(24)

9

Sedangkan Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran konvensional

ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep

bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu

untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak

mendengarkan. Disini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud

adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai

pemberi ilmu dan siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Nining (2004) menjelaskan beberapa kekurangan pembelajaran konvensional

antara lain: 1) Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga

akan menimbulkan verbalisme; 2) Agak sulit bagi siswa mencerna atau

menganalisis materi yang diceramahkan bersama-sama dengan kegiatan

mendengarkan penjelasan atau ceramah guru; 3) Tidak memberikan kesempatan

siswa untuk apa yang disebut “belajar dengan berbuat”; 4) Tidak semua guru

pandai melaksanakan ceramah sehingga tujuan pelajaran tidak dapat tercapai; 5)

Menimbulkan rasa bosan sehingga materi sulit diterima; 6) Menjadikan siswa

malas membaca isi buku, mereka mengandalkan suara guru saja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah

suatu pembelajaran yang bersifat ceramah yaitu siswa menerima semua materi

yang dijelaskan oleh guru, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan,

metode yang digunakan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal. Sehingga

kurang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep

(25)

10

3. Pembelajaran Kooperatif

Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133) mengemukakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Sukamto dan Saripudin dalam Sukarno (2006: 144) bahwa model pembelajaran

merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar, dan pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah acuan untuk merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 12) mengemukakan bahwa cooperatif

learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama

selama proses pembelajaran. Sedangkan menurut Rusman (2012: 202),

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dari pendapat tersebut, model

pembelajaran kooperatif adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk memberi dorongan kepada

(26)

11

yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi

belajar dalam mencapai tujuan.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Hal

ini terlihat selama proses pembelajaran lebih menekankan pada proses bekerja

sama dalam kelompok. Abdurrahman (2009: 123) mengungkapkan ciri-ciri

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling

membantu demi keberhasilan kelompok.

2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap

anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar

anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka saling mengetahui teman

yang memerlukan bantuan.

3) Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristik

heterogen.

4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.

5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.

6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya

mempertahankan hubungan interpersonal antaranggota kelompok.

7) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong,

mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan

observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi

(27)

12

9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.

Rusman (2012: 211) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah utama atau

tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif,

pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering

kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa

dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada

saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase

terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok,

atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memeberi penghargaan

terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif mengarahkan siswa belajar secara kelompok sehingga siswa dapat

mengemukakan ide serta saling bertukar pendapat tentang materi yang diberikan.

Model pembelajaran ini didasarkan pada manajemen kooperatif sebagai

perencanaan pembelajaran yang terorganisasi dan terkontrol dengan kerja sama

yang baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat

mengurutkan materi sesuai pemahaman konsep yang telah diperoleh selama

proses pembelajaran dengan baik serta dapat menginterpretasikan dengan baik dan

benar.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Huda (2011: 122) mengungkapkan bahwa model TPS pertama kali dikembangkan

(28)

13

untuk duduk berpasangan. Kemudian, guru mengajukan satu pertanyaan kepada

mereka. Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu

tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya

dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu jawaban yang sekiranya

dapat mewakili hasil pemikiran mereka berdua. Setelah itu, guru meminta setiap

pasangan untuk membagikan, menjelaskan, atau menjabarkan hasil jawaban yang

telah mereka sepakati pada siswa-siswi yang lain di ruang kelas. Sejalan dengan

itu Nurhadi (2004: 23) menyatakan sebagai berikut.

Think Pair Share (TPS) merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Think Pair Share (TPS) memilki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Think Pair Share

(TPS) dapat dilaksanakan di berbagai kalangan siswa”

Menurut Spencer Kagan dalam Pujiasih, (2011: 11) manfaat model pembelajaran

kooperatif tipe TPS adalah:

1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik

2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

Selanjutnya, Uno dan Nurdin (2011: 119) menyatakan langkah-langkah

(29)

14

1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri

(think).

2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair).

3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share).

Sedangkan Trianto (2011: 82) mengungkapkan bahwa dalam model pembelajaran

kooperatif tipe TPS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan diminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe

TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses

informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi siswa. Siswa

diberi kesempatan untuk berpikir (think) atas pertanyaan atau masalah yang

diberikan guru secara individu, berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan berbagi

(share) dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

B. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam

pem-belajaran matematika. Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah

kemampuan siswa untuk menguasai materi dengan cara menerima dan memahami

informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan

(30)

15

definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika dan

kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat,

serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep. Untuk mengem-

bangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperlukan suatu

model pembelajaran yang cocok sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

pemahaman konsep matematis adalah model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi

yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar

bekerja sama selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi belajar

dalam mencapai tujuan.

Pembelajaran TPS merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara

memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan interaksi antara

siswa. Selain itu, pembelajaran tipe TPS dapat mengembangkan kemampuan

siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan

kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan

berinteraksi dengan teman diskusi. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam

pembelajaran matematika, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tahapan-tahapan pembelajaran TPS, yaitu: (1) think, pada tahap ini siswa dapat

berpikirsecara mandiri untuk memahami konsep matematis, (2) pair, pada tahap

ini siswa berpasangan untuk mendiskusikan konsep matematis tersebut, (3) share,

(31)

16

kelompok lain. Model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk selalu aktif

berpartisipasi, komunikatif, berpikir kritis dalam memahami konsep matematis.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa, dalam artian

pemahaman konsep matematis pada pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi

dibandingkan pada pembelajaran konvensional.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.

1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan

kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa selain model pembelajaran tidak diperhatikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman

konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

Pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif

(32)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terletak di

Jalan Untung Suropati, Gang Bumi Manti II No.16 Kedaton Bandar lampung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP

Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam

sebelas kelas yaitu kelas VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, VII-H,

VII-I, VII-J dan VII-K dengan jumlah rata-rata siswa tiap kelas 24 orang.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

yaitu memilih sampel secara sederhana dengan beberapa pertimbangan

diantaranya dua kelas tersebut diajar oleh guru yang sama dan memiliki

kemampuan yang relatif sama. Terpilih dua kelas sampel yaitu kelas VII-H

sebagai kelas kontrol dan kelas VII-I sebagai kelas eksperimmen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

menggunakan desain post-test only control group design. Sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (1993:248) desain pelaksanaan penelitian

(33)

18

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

R = Pemilihan kelompok secara acak O = Pemberian post-test

X1 = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share X2 = Perlakuan dengan pembelajaran konvensional

C. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun proposal penelitian.

b. Melaksanakan seminar proposal penelitian pada tanggal 1 April 2014

c. Menyusun bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan

instrumen penelitian.

d. Menguji coba instrumen penelitian tanggal 15 April 2014 pada siswa

kelas VIII-A SMP 8 Bandar Lampung.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen

dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol tanggal 23 April 2014

sampai 26 Juni 2014 sebanyak delapan pertemuan tiap kelas.

b. Mengadakan post-test dalam kelas TPS dan kelas konvensional pada

tanggal 28 Juni 2014.

Treatment group R X1 O

(34)

19

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian.

c. Mengambil kesimpulan.

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data kuantitatif. Kemudian, mengolah dan

menganalisis data penelitian. Setelah itu mengambil kesimpulan.

D. Data dan Instrumen Penelitian

1. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data kuantitatif berupa skor pemahaman konsep

matematis siswa yang diperoleh dari post-test setelah mengikuti pembelajaran

TPS dan pembelajaran konvensional.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis siswa.

Perangkat tes terdiri dari enam item soal uraian (lihat pada lampiran B.2). Bentuk

tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa uraian karena dengan soal tipe ini

langkah-langkah penyelesaian siswa yang mengandung indikator pemahaman

konsep matematis dapat terlihat dengan jelas sehingga data tentang pemahaman

konsep matematis siswa dapat diperoleh.

Ada kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang digunakan

(35)

20

a. Validitas

Validitas instrumen tes pemahaman konsep matematis dari penelitian ini adalah

validitas isi, yang diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung

dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pemahaman konsep

matematis tersebut. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas

isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan pemberian skor butir soal. Penyusunan

dan pemberian skor butir soal tes sesuai dengan pedoman penskoran seperti

pada tabel 3.2.

c. Meminta pertimbangan kepada pembimbing dan guru mitra mengenai

kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Tes yang dikategorikan valid adalah yang dinyatakan sesuai dengan indikator

pembelajaran dan indikator pemahaman konsep matematis yang terdapat pada

kisi-kisi soal tes yang dibuat. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal tes

pemahaman konsep matematis tersebut dinyatakan valid (lihat pada Lampiran

B.5), langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba soal yang dilakukan di luar

sampel penelitian yaitu di kelas VIII-A.

Pedoman pensekoran tes pemahaman konsep matematis siswa yang dimodofikasi

(36)

21

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis

No Indikator Ketentuan Skor

1

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

2 Memberi contoh dan non contoh

Tidak menjawab 0

Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 Memberi contoh dan non contoh dengan

benar 2

representasi matematika tetapi salah 1 Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar 2

4

Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

5 Mengaplikasikan konsep

Tidak menjawab 0

Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat

dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Koefisien relibilitas dalam penelitian

ini dilakukan dengan rumus Alpha dalam (Erman, 2003: 154) yaitu sebagai

berikut.

(37)

22

Keterangan:

= Koefisien reliabilitas

= Banyaknya soal

∑ = Jumlah varians skor

= Varians skor total

Menurut Guilford (dalam Suherman, 2001:177) koefisien reliabilitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Interprestasi Reliabilitas

Kofisien reliabilitas Interprestasi

≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

0,40 < ≤ 0,60 Sedang

0,60 < ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi

Dari hasil perhitungan (lihat pada Lampiran C.1), didapat koefisien reliabilitas

instrumen tes = 0,75. Berdasarkan pendapat Guilford di atas, nilai r11

memenuhi kriteria tinggi karena koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,60. Oleh

karena itu, instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut dinyatakan

reliabel.

E. Teknik Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari

hasil post-test berupa tes pemahaman konsep matematis. Analisis ini bertujuan

untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis siswa

(38)

23

sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum menguji hipotesis

maka dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan uji

chi-kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

Persamaan uji chi-kuadrat dalam Sudjana (2005: 273) sebagai berikut.

= ( )

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapan

k = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ( ∝)( ) dengan ∝= 5%.

Rekapitulasi perhitungan uji normalitas data pemahaman konsep matematis siswa

disajikan pada Tabel 3.3. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran C.4 dan

(39)

24

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas χ χ Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 3,73 7,81 H0 diterima Normal

Kontrol 5,77 7,81 H0 diterima Normal

Berdasarkan Tabel 3.3, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki χ < χ dengan

taraf signifikan =5 %. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan demikian,

kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dalam

populasi tersebut homogen atau tidak. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: 2

2 2

1 

  (varians kedua kelompok data bersifat homogen)

H1: 2

2 2

1 

  (varians kedua kelompok data bersifat tidak homogen)

Keterangan:

σ12 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS.

σ22 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan pembelajaran

konvensional.

Rumus uji homogenitas dalam Sudjana (2005: 249-250) adalah sebagai berikut.

(40)

25

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ∝( , ) dengan ∝= 10% dan

derajat kebebasan v1= n1-1 dan v2= n2-1.

Tabel 3.4 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas data pemahaman

konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.6.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas Varian (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan Eksperiman 306,52 1,06 2,04 H0 diterima Homogen

Kontrol 326,17

Berdasarkan Tabel 3.4, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki Fhitung < Ftabel pada taraf

nyata = 5% yang berarti H0 diterima. Jadi, varians kedua kelompok data

bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data,

diperoleh hasil bahwa pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal

dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dilakukan menggunakan uji kesamaan

dua rata-rata yaitu uji-t dengan rumus sebagai berikut.

(41)

26

Keterangan:

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen

= varians kelompok kontrol

= varians gabungan

Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : = (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran

kooperatif tipe TPS sama dengan pemahaman konsep matematis

siswa pada pembelajaran konvensional)

H1 : > (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran

kooperatif tipe TPS lebih dari pemahaman konsep matematis

siswa pada pembelajaran konvensional)

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika < dengan derajat kebebasan dk =

(n1 + n2 – 2) dan peluang (1 − ) dengan taraf signifikan = 5%. Untuk nilai t

(42)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model

pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa

dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada

model pembelajaran Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman

konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian,

model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman

konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih

optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep matematis siswa

melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS secara optimal.

2. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengatur kondisi kelas dan waktu

(43)

35

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah.

Jakarta: Rineka Cipta

Aditya, Rahmad. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi). [Tidak diterbitkan]. Bandar Lampung: UNILA.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Erman, Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.

Fauzan, Ahmad, 2011. Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika. Padang: UNP.

Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 1993. How to Design and Evaluate

Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Malang: Penerbit Alfa.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., Arora, A. 2012. TIMSS 2011Internasional

Results in Mathematics. United States: IEA.

Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Menjadi Guru Profesional.

Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Nining. 2004. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Nusa Media

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Pujiasih, Siti. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair

Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Segitiga Pada Siswa Kelas VII B Semester 2 MTs Roudlotush Sholihin-Jemur-Kebumen. [Tidak diterbitkan]. Bandung: UPI.

(44)

36

Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, Erman. 2011. Strategi Pembelajaran Matematika Kentemporer,

JICA-UPI: Bandung

Sukandi, Ujang. (2003). Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:

Predana Media.

Uno, Hamzah B, dan Nurdin M. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta:

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis
Tabel 3.3 Interprestasi Reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Kegiatan KKN-PPM ini akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada unsur masyarakat desa yang terdiri dari sosialisasi tentang tehnik pengolahan sampah plastik yang

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Determinasi residu triklorfon dalam tubuh ikan nila selama 96 jam menunjukkan peningkatan cukup tinggi dengan rata-rata peningkatan 0.0033 mg/kg (Tabel 2), berbeda

Sebanyak 250 mahasiswa arsitektur se-Malang Raya memadati jantung Hutan Kota dalam even yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) ITN Malang.. Berbagai