ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
KIKI KURNIAWAN
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini adalah post-test only control group design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-H dan VII-I yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Kiki Kurniawan, dilahirkan di Desa Untoro Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 28 September 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Artiyo dan Ibu
Sunarti.
Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-Kanak Dharma
Wanita Untoro, Trimurjo dan lulus tahun 1996. Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Untoro, Trimurjo dan lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo dan lulus tahun 2005. Setelah itu,
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Penengahan dan lulus
pada tahun 2008.
Tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui seleksi Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2012, penulis melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4 Padang Cermin dan
mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik Universitas Lampung di Desa Padang
MOTO
Waktu bisa kita tunggu tapi waktu tidak bisa menunggu kita. (Hardiyanti)
PERSEMBAHAN
Segala Puji Bagi Allah Subhanawataala, Dzat Yang Maha Sempurna. Dengan
segenap jiwa dan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang
yang selalu berharga dalam hidupku.
1. Ayah (Artiyo) dan Ibuku tercinta (Sunarti) yang telah membesarkan,
mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan, serta selalu
ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi
kebahagiaan dan keberhasilanku.
2. Adikku (Kiki Faesal Efendi) yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya padaku.
3. Seluruh keluarga besar yang terus memberikan doanya, terima kasih.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
x
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
Dosen pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi dan
saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
2. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan pada penulisan skripsi ini.
3. Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberikan
kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas
Lampung.
5. Dr. Haninda Barata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
xi
6. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya.
7. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Sudjasman, S.H. selaku kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung beserta
Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama
penelitian.
10. Hj. Rulita, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika atas ketersediaannya
menjadi mitra dalam penelitian di SMP Negeri 8 Bandar Lampung dan siswa
kelas VII-H dan VII-I yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.
11. Ayahanda Artiyo, Ibunda Sunarti, adikku Kiki Faesal Efendi serta keluarga
besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi
penyemangat dalam hidupku.
12. Sahabat-sahabat terbaikku Rusdi, Tri, Nando, Azis, Aan, Riko, Rico,
Rahmad, Dedi, Deki, Persi, Eko, Made, Oky, Munip, Putu, yang senantiasa
memberikan perhatian dan semangat.
13. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Mandiri dan
Reguler. Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan selama ini.
14. Kakak angkatan 2007 dan adik angkatan 2009 sampai 2013. Terimakasih atas
kebersamaan kalian selama ini.
15. Keluarga KKN dan PPL Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin
xii
Lisa, Maftuha, Mauluina, Maria, Nuzul dan Rara. Semoga kekeluargaan dan
silaturahim kita akan terus terjalin.
16. Pengurus Referensi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan
Perpustakaan Universitas Lampung yang telah melayani dalam peminjaman
buku serta skripsi.
17. Biji mata bak sendi pada buku-buku jemariku, yang telah memberikan
semangat, dukungan, doa, serta menanti keberhasilanku.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah Subhanahuwataala membalas semua kebaikan yang diterima penulis. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu diharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………. xv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan Penelitian ………. 5
D. Manfaat Penelitian ……….. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ………. 7
1. Pemahaman Konsep Matematis ……….. 7
2. Pembelajaran Konvensional ……….… 8
3. Pembelajaran Kooperatif ……… 10
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ………. 12
B. Kerangka Pikir ………. 14
C. Anggapan Dasar ……… 16
D. Hipotesis Penelitian ……….. 16
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel……… 17
B. Desain Penelitian ……….. 17
D. Data dan Instrumen Penelitian ………... 19
1. Data Penelitian……… 19
2. Instrumen Penelitian ……….. 19
a. Validitas Isi………. 20
b. Uji Reliabilitas ……….. 21
E. Teknik Analisis Data ………. 22
1. Uji Normalitas ……….. 23
2. Uji Homogenitas Varians ………. 24
3. Uji Hipotesis ……….. 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 27
1. Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 27
2. Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 28
3. Uji Hipotesis Penelitian ……….…….. 29
B. Pembahasan ………. 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….………. 34
B. Saran ………..………. 34
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ... 19 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 22 3.3 Interprestasireliabilita ... 23 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis
Siswa ... 25 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis
Siswa ... 25
4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 27 4.2 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS... 37
A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) TPS... 61
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 96
B.Perangkat Tes C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Post-test ... 120
C.2 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS ... 122
C.3 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional .. 123
C.4 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS ... 124
C.5 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 128
C.6 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa antara Kelas TPS dan Kelas Konvensional ... 132
C.7 Uji Hipotesis Penelitian ... 133
C.8 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS... 135
C.9 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 138
D.Lain-lain D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 141
D.2 Surat Izin Penelitian ... 142
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga,
pendidikan merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dengan
pendidikan yang baik maka individu akan dapat mengembangkan potensi diri
secara optimal sehingga, menjadi sumber daya manusia berkualitas yang dapat
bersaing dalam dunia kerja dan dapat ikut dalam memajukan kehidupan bangsa.
Pendidikan di Indonesia terbagi atas 3 jenis, yaitu pendidikan formal, informal,
dan nonformal. Berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam
pelaksanaan pendidikan formal tersebut, matematika menjadi mata pelajaran
wajib yang dipelajari pada setiap jenjangnya. Berdasarkan Permendiknas no. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
2
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika di atas, kemampuan memahami
konsep matematika menjadi sesuatu yang penting untuk dikembangkan.
Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap materi yang disajikan dalam bentuk yang
lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu
mengaplikasi-kannya. Matematika diajarkan karena dapat mengembangkan pola pikir siswa
dalam memahami suatu konsep matematis. Pemahaman konsep matematis
mempunyai tujuh indikator yaitu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasi
objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan
noncontoh, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika,
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan
konsep. Ketujuh indikator tersebut penting dikembangkan karena dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis.
Hasil studi The Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)
menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan matematis siswa di Indonesia
adalah 386. Hasil ini sangat rendah jika dibandingkan dengan standar rata-rata
internasional yaitu 500 (Mullis, et al, 2012). Hasil studi ini menunjukkan bahwa
kemampuan siswa SMP di Indonesia dalam penguasaan konsep dan
menyelesaikan soal-soal non rutin masih sangat rendah. Hal ini mengacu pada
3
mencakup fakta-fakta, konsep dan prosedur yang harus diketahui siswa. (2)
penerapan, yang berfokus pada kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan
pemahaman konsep untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan. (3)
penalaran, yang berfokus pada penyelesaian masalah non rutin, konteks yang
kompleks dan melakukan langkah penyelesaian masalah yang banyak.
Pemahaman konsep matematis siswa yang rendah juga dialami oleh siswa kelas
VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Berdasarkan observasi yang dilakukan di
SMP Negeri 8 Bandar Lampung guru disekolah tersebut masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini, guru lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran monoton dan siswa pasif. Pembelajaran
dilakukan dengan guru menjelaskan materi, memberikan contoh, dan memberikan
soal latihan, sehingga pembelajaran ini kurang dapat mengembangkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa padahal saat ini sudah banyak
model-model pembelajaran yang inovatif, diantaranya model pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
Pembelajaran Kooperatif, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran di kelas.
Setiap anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang
4
Salah satu model pembelajaran Kooperatif yang menuntut siswa aktif dalam kelas
adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model
pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran yang merangsang
aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan
teman dalam memahami konsep, serta merangsang keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran ini pada
dasarnya merupakan sebuah diskusi secara berpasangan yang heterogen.
Pembelajaran ini menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
pasangannya sehingga dapat mengembangkan pemahaman konsep matematis
siswa.
Uraian di atas menjadi dasar perlunya penelitian mengenai pengaruh model
pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini: “Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh
terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”
Berdasarkan rumusan masalah, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
“Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan model Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman
konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pemikiran tentang alternatif pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu
sekolah.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dalam memilih
model pembelajaran yang akan digunakan di kelas.
3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian
lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan
pemahaman konsep matematis.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran
Kooperatif dimana siswa diberikan permasalahan yang berhubungan dengan
materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan permasalahan
tersebut secara mandiri. Setelah itu, siswa diminta berpasangan untuk
mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Setelah siswa berdiskusi
antar pasangan dalam kelompoknya, beberapa pasangan diminta untuk
6
2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. Sumber belajar dalam
pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang
diperoleh dari buku dan penjelasan guru. Pada pembelajaran ini, siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru saja dan tidak punya keinginan untuk
memperkaya ilmu yang telah dimiliki. Siswa menjadi pasif dan hanya
bertindak sebagai pendengar, sehingga pembelajaran menjadi satu arah saja.
3. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan untuk dapat mengerti
dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide
matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep.
Indikator pemahaman konsep tersebut, yaitu mengklasifikasi objek menurut
sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan noncontoh,
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika,
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan
mengaplikasikan konsep.
4. Pada penelitian ini meteri yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep
matematis siswa melalui model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah Segi
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan
konsep materi pelajaran itu sendiri. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan
yang disampaikan dapat dipahami peserta didik. Menurut Mulyasa (2005: 78),
pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
Soedjadi (2000: 13) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempunyai
objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran, sedangkan objek adalah
sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan
untuk sebuah aplikasi. Jadi matematika berisi konsep yang mempunyai batasan
jelas.
Pada penjelasan teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008:
10) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah sebagai
berikut.
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
8
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat menguasai konsep yang
dipela-jari siswa dengan cara menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari
pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak
dalam memahami definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi
matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara
efisien dan tepat, serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep.
Indikator pemahaman konsep yang akan digunnakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
2. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
4. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
5. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah
2. Pembelajaran Konvensional
Djamarah (2002: 77) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak
dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Pembelajaran
konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta
9
Sedangkan Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran konvensional
ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep
bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu
untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan. Disini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud
adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai
pemberi ilmu dan siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Nining (2004) menjelaskan beberapa kekurangan pembelajaran konvensional
antara lain: 1) Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga
akan menimbulkan verbalisme; 2) Agak sulit bagi siswa mencerna atau
menganalisis materi yang diceramahkan bersama-sama dengan kegiatan
mendengarkan penjelasan atau ceramah guru; 3) Tidak memberikan kesempatan
siswa untuk apa yang disebut “belajar dengan berbuat”; 4) Tidak semua guru
pandai melaksanakan ceramah sehingga tujuan pelajaran tidak dapat tercapai; 5)
Menimbulkan rasa bosan sehingga materi sulit diterima; 6) Menjadikan siswa
malas membaca isi buku, mereka mengandalkan suara guru saja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah
suatu pembelajaran yang bersifat ceramah yaitu siswa menerima semua materi
yang dijelaskan oleh guru, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan,
metode yang digunakan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal. Sehingga
kurang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep
10
3. Pembelajaran Kooperatif
Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Sukamto dan Saripudin dalam Sukarno (2006: 144) bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar, dan pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah acuan untuk merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 12) mengemukakan bahwa cooperatif
learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama
selama proses pembelajaran. Sedangkan menurut Rusman (2012: 202),
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dari pendapat tersebut, model
pembelajaran kooperatif adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk memberi dorongan kepada
11
yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi
belajar dalam mencapai tujuan.
Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Hal
ini terlihat selama proses pembelajaran lebih menekankan pada proses bekerja
sama dalam kelompok. Abdurrahman (2009: 123) mengungkapkan ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling
membantu demi keberhasilan kelompok.
2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap
anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar
anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka saling mengetahui teman
yang memerlukan bantuan.
3) Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristik
heterogen.
4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.
5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.
6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya
mempertahankan hubungan interpersonal antaranggota kelompok.
7) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong,
mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan
observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi
12
9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.
Rusman (2012: 211) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif,
pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering
kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase
terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok,
atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memeberi penghargaan
terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif mengarahkan siswa belajar secara kelompok sehingga siswa dapat
mengemukakan ide serta saling bertukar pendapat tentang materi yang diberikan.
Model pembelajaran ini didasarkan pada manajemen kooperatif sebagai
perencanaan pembelajaran yang terorganisasi dan terkontrol dengan kerja sama
yang baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat
mengurutkan materi sesuai pemahaman konsep yang telah diperoleh selama
proses pembelajaran dengan baik serta dapat menginterpretasikan dengan baik dan
benar.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Huda (2011: 122) mengungkapkan bahwa model TPS pertama kali dikembangkan
13
untuk duduk berpasangan. Kemudian, guru mengajukan satu pertanyaan kepada
mereka. Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu
tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya
dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu jawaban yang sekiranya
dapat mewakili hasil pemikiran mereka berdua. Setelah itu, guru meminta setiap
pasangan untuk membagikan, menjelaskan, atau menjabarkan hasil jawaban yang
telah mereka sepakati pada siswa-siswi yang lain di ruang kelas. Sejalan dengan
itu Nurhadi (2004: 23) menyatakan sebagai berikut.
“Think Pair Share (TPS) merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Think Pair Share (TPS) memilki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Think Pair Share
(TPS) dapat dilaksanakan di berbagai kalangan siswa”
Menurut Spencer Kagan dalam Pujiasih, (2011: 11) manfaat model pembelajaran
kooperatif tipe TPS adalah:
1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik
2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
Selanjutnya, Uno dan Nurdin (2011: 119) menyatakan langkah-langkah
14
1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri
(think).
2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair).
3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share).
Sedangkan Trianto (2011: 82) mengungkapkan bahwa dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TPS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan diminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses
informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk berpikir (think) atas pertanyaan atau masalah yang
diberikan guru secara individu, berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan berbagi
(share) dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
B. Kerangka Pikir
Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam
pem-belajaran matematika. Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah
kemampuan siswa untuk menguasai materi dengan cara menerima dan memahami
informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan
15
definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika dan
kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat,
serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep. Untuk mengem-
bangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperlukan suatu
model pembelajaran yang cocok sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
pemahaman konsep matematis adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi
yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi belajar
dalam mencapai tujuan.
Pembelajaran TPS merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara
memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan interaksi antara
siswa. Selain itu, pembelajaran tipe TPS dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan
kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan
berinteraksi dengan teman diskusi. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran matematika, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tahapan-tahapan pembelajaran TPS, yaitu: (1) think, pada tahap ini siswa dapat
berpikirsecara mandiri untuk memahami konsep matematis, (2) pair, pada tahap
ini siswa berpasangan untuk mendiskusikan konsep matematis tersebut, (3) share,
16
kelompok lain. Model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk selalu aktif
berpartisipasi, komunikatif, berpikir kritis dalam memahami konsep matematis.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa, dalam artian
pemahaman konsep matematis pada pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi
dibandingkan pada pembelajaran konvensional.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa selain model pembelajaran tidak diperhatikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis Penelitian
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman
konsep matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
Pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif
17
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terletak di
Jalan Untung Suropati, Gang Bumi Manti II No.16 Kedaton Bandar lampung.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP
Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam
sebelas kelas yaitu kelas VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, VII-H,
VII-I, VII-J dan VII-K dengan jumlah rata-rata siswa tiap kelas 24 orang.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yaitu memilih sampel secara sederhana dengan beberapa pertimbangan
diantaranya dua kelas tersebut diajar oleh guru yang sama dan memiliki
kemampuan yang relatif sama. Terpilih dua kelas sampel yaitu kelas VII-H
sebagai kelas kontrol dan kelas VII-I sebagai kelas eksperimmen.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
menggunakan desain post-test only control group design. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (1993:248) desain pelaksanaan penelitian
18
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
R = Pemilihan kelompok secara acak O = Pemberian post-test
X1 = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share X2 = Perlakuan dengan pembelajaran konvensional
C. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melaksanakan seminar proposal penelitian pada tanggal 1 April 2014
c. Menyusun bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan
instrumen penelitian.
d. Menguji coba instrumen penelitian tanggal 15 April 2014 pada siswa
kelas VIII-A SMP 8 Bandar Lampung.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen
dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol tanggal 23 April 2014
sampai 26 Juni 2014 sebanyak delapan pertemuan tiap kelas.
b. Mengadakan post-test dalam kelas TPS dan kelas konvensional pada
tanggal 28 Juni 2014.
Treatment group R X1 O
19
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
c. Mengambil kesimpulan.
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data kuantitatif. Kemudian, mengolah dan
menganalisis data penelitian. Setelah itu mengambil kesimpulan.
D. Data dan Instrumen Penelitian
1. Data Penelitian
Data penelitian ini merupakan data kuantitatif berupa skor pemahaman konsep
matematis siswa yang diperoleh dari post-test setelah mengikuti pembelajaran
TPS dan pembelajaran konvensional.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis siswa.
Perangkat tes terdiri dari enam item soal uraian (lihat pada lampiran B.2). Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa uraian karena dengan soal tipe ini
langkah-langkah penyelesaian siswa yang mengandung indikator pemahaman
konsep matematis dapat terlihat dengan jelas sehingga data tentang pemahaman
konsep matematis siswa dapat diperoleh.
Ada kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang digunakan
20
a. Validitas
Validitas instrumen tes pemahaman konsep matematis dari penelitian ini adalah
validitas isi, yang diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung
dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pemahaman konsep
matematis tersebut. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas
isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.
b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan pemberian skor butir soal. Penyusunan
dan pemberian skor butir soal tes sesuai dengan pedoman penskoran seperti
pada tabel 3.2.
c. Meminta pertimbangan kepada pembimbing dan guru mitra mengenai
kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.
Tes yang dikategorikan valid adalah yang dinyatakan sesuai dengan indikator
pembelajaran dan indikator pemahaman konsep matematis yang terdapat pada
kisi-kisi soal tes yang dibuat. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal tes
pemahaman konsep matematis tersebut dinyatakan valid (lihat pada Lampiran
B.5), langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba soal yang dilakukan di luar
sampel penelitian yaitu di kelas VIII-A.
Pedoman pensekoran tes pemahaman konsep matematis siswa yang dimodofikasi
21
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis
No Indikator Ketentuan Skor
1
Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya 2
2 Memberi contoh dan non contoh
Tidak menjawab 0
Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 Memberi contoh dan non contoh dengan
benar 2
representasi matematika tetapi salah 1 Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika dengan benar 2
4
Menggunakan, memanfatkan, dan memilih
prosedur tetapi salah 1
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur dengan benar 2
5 Mengaplikasikan konsep
Tidak menjawab 0
Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat
dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Koefisien relibilitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan rumus Alpha dalam (Erman, 2003: 154) yaitu sebagai
berikut.
22
Keterangan:
= Koefisien reliabilitas
= Banyaknya soal
∑ = Jumlah varians skor
= Varians skor total
Menurut Guilford (dalam Suherman, 2001:177) koefisien reliabilitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Interprestasi Reliabilitas
Kofisien reliabilitas Interprestasi
≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,40 < ≤ 0,60 Sedang
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi
Dari hasil perhitungan (lihat pada Lampiran C.1), didapat koefisien reliabilitas
instrumen tes = 0,75. Berdasarkan pendapat Guilford di atas, nilai r11
memenuhi kriteria tinggi karena koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,60. Oleh
karena itu, instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut dinyatakan
reliabel.
E. Teknik Analisis Data
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari
hasil post-test berupa tes pemahaman konsep matematis. Analisis ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis siswa
23
sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum menguji hipotesis
maka dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan uji
chi-kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Persamaan uji chi-kuadrat dalam Sudjana (2005: 273) sebagai berikut.
= ( )
Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapan
k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ( ∝)( ) dengan ∝= 5%.
Rekapitulasi perhitungan uji normalitas data pemahaman konsep matematis siswa
disajikan pada Tabel 3.3. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran C.4 dan
24
Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas χ χ Keputusan Uji Keterangan
Eksperimen 3,73 7,81 H0 diterima Normal
Kontrol 5,77 7,81 H0 diterima Normal
Berdasarkan Tabel 3.3, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki χ < χ dengan
taraf signifikan =5 %. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan demikian,
kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dalam
populasi tersebut homogen atau tidak. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: 2
2 2
1
(varians kedua kelompok data bersifat homogen)
H1: 2
2 2
1
(varians kedua kelompok data bersifat tidak homogen)
Keterangan:
σ12 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
σ22 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan pembelajaran
konvensional.
Rumus uji homogenitas dalam Sudjana (2005: 249-250) adalah sebagai berikut.
25
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ∝( , ) dengan ∝= 10% dan
derajat kebebasan v1= n1-1 dan v2= n2-1.
Tabel 3.4 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas data pemahaman
konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.6.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas Varian (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan Eksperiman 306,52 1,06 2,04 H0 diterima Homogen
Kontrol 326,17
Berdasarkan Tabel 3.4, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki Fhitung < Ftabel pada taraf
nyata = 5% yang berarti H0 diterima. Jadi, varians kedua kelompok data
bersifat homogen.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data,
diperoleh hasil bahwa pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal
dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dilakukan menggunakan uji kesamaan
dua rata-rata yaitu uji-t dengan rumus sebagai berikut.
26
Keterangan:
̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen
̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol
n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen
n2 = banyaknya subyek kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
= varians gabungan
Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : = (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran
kooperatif tipe TPS sama dengan pemahaman konsep matematis
siswa pada pembelajaran konvensional)
H1 : > (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih dari pemahaman konsep matematis
siswa pada pembelajaran konvensional)
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika < dengan derajat kebebasan dk =
(n1 + n2 – 2) dan peluang (1 − ) dengan taraf signifikan = 5%. Untuk nilai t
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model
pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa
dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada
model pembelajaran Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman
konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian,
model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman
konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih
optimal disarankan hal-hal berikut ini.
1. Guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep matematis siswa
melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS secara optimal.
2. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengatur kondisi kelas dan waktu
35
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah.
Jakarta: Rineka Cipta
Aditya, Rahmad. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi). [Tidak diterbitkan]. Bandar Lampung: UNILA.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Erman, Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.
Fauzan, Ahmad, 2011. Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika. Padang: UNP.
Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 1993. How to Design and Evaluate
Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Malang: Penerbit Alfa.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., Arora, A. 2012. TIMSS 2011Internasional
Results in Mathematics. United States: IEA.
Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Nining. 2004. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Nusa Media
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Pujiasih, Siti. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair
Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Segitiga Pada Siswa Kelas VII B Semester 2 MTs Roudlotush Sholihin-Jemur-Kebumen. [Tidak diterbitkan]. Bandung: UPI.
36
Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suherman, Erman. 2011. Strategi Pembelajaran Matematika Kentemporer,
JICA-UPI: Bandung
Sukandi, Ujang. (2003). Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:
Predana Media.
Uno, Hamzah B, dan Nurdin M. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: