• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

Oleh

IKKE MAY JAYANTI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam yakni 17 siswa 58,62% dari 29 siswa di kelas yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe scramble

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri-dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul kemudian di analisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru menunjukan hubungan yang sangat signifikan terhadap kedua variabel tersebut yaitu adanya peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dengan perolehan nilai rata siklus I adalah 71,72 dengan kriteria baik dan perolehan nilai rata-rata siklus II adalah 89,99 dengan kriteria sangat baik. Persentase nilai rata-rata-rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 65,37% dengan kriteria aktif, pada siklus II sebesar 80,33% dengan kriteria sangat aktif. Persentase peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus II sebesar 14,96%, sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 74,72 dengan persentase 21 siswa tuntas sebesar 72,41% memproleh kriteria tinggi dan 8 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 27,59%. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 81,86 dengan persentase 26 siswa tuntas 89,65% dengan kriteria sangat tinggi dan 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 10,34%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal siklus I menuju siklus II sebesar 17,24%.

(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

Oleh

IKKE MAY JAYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh

IKKE MAY JAYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka pikir penelitian ... 30 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 32 3 Grafik nilai kinerja guru siklus I dalam menerapakan model

cooperatve learning tipe scramble ... 54 4 Grafik persentase aktivitas siswa aktif secara klasikal siklus I ... 56 5 Grafik persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal siklus I ... 58 6 Grafik nilai kinerja guru siklus II dalam menerapkan model

cooperatve learning tipe scramble ... 73 7 Grafik persentase aktivitas siswa aktif secra klasikal siklus II

(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Hasil Belajar………. 12

3. Pengertian Aktivitas Belajar ... 13

B. Model Cooperative Learning ... 14

1. Pengertian Model Cooperative Learning ... 14

2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 15

3. Tujuan Model Cooperative Learning ... 16

4. Macam-Macam Model Cooperative Learning ... 17

C.Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 18

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 18

2. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble………. 19

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 21

D.Ilmu Pengetahuan Alam ... 22

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 22

2. Tujuan Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar ... 23

E. Kinerja Guru ... 24

F. Kerangka Pikir ... 29

(6)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ... 31

B.Setting Penelitian ... 32

C.Subjek Penelitian ... 33

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 38

G.Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 44

B.Deskripsi Awal ... 46

C.Hasil Penelitian ... 47

1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 47

2. Hasil Penelitian Siklus 1 ... 48

3. Hasil Penelitian siklus II ... 68

D.Pembahasan Hasil Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 83

1. Kinerja Guru... 83

2. Aktivitas Siswa ... 84

3. Hasil Belajar ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 88

B.Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(7)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

SURAT

1 Surat izin penelitian pendahuluan dari UNILA ... 97

2 Surat izin penelitian dari UNILA ... 98

3 Surat keterangan dari UNILA ... 99

4 Surat izin penelitian pendahuluan dari SD 100

5 Surat pernyataan dari SD ... 101

6 Surat keterangan penelitian dari SD ... 102

PERANGKAT PEMBELAJARAN 1 Pemetaan ... 104

2 Silabus ... 109

3 Rencana perbaikan pembelajaran siklus I ... 116

4 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus I... 126

5 Lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus I ... 127

6 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus I... 129

7 Lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus I ... 130

8 Kisi-kisi soal formatif 1 ... 132

9 Kunci jawaban tes formatif 1 ... 133

10 Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus I ... 134

11 Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus I ... 137

12 Pemetaan ... 140

13 Silabus ... 146

14 Rencana perbaikan pembelajaran siklus II ... 156

15 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus II ... 165

16 Lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus II... 166

17 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus II ... 168

18 Lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus II... 169

19 Kisi-kisi soal tes formatif 2 ... 171

20 Kunci jawaban tes formatif 2 ... 172

21 Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus II ... 173

22 Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus II ... 176

PENILAIAN 01 Lembar observasi kinerja guru siklus I/I ... 181

(8)

xviii

03 Lembar Rekalpitulasi observasi kinerja guru siklus I ... 185

04 Lembar observasi kinerja guru siklus II/I ... 187

05 Lembar observasi kinerja guru siklus II/II ... 189

06 Lembar Rekalpitulasi observasi kinerja guru siklus II ... 191

07 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus I/I ... 194

08 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus I/II ... 196

09 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus II/I ... 198

10 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus II/II... 200

11 Tes hasil belajar kognitif siswa ... 203

(9)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Penegetahuan Alam

Tahun Pelajaran 2014/2015 ... . 5

2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa ... 34

3 Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran ... 35

4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal ... 36

5 Persentase kriteria siswa aktif secara klasikal dalam pembelajaran ... 37

6 Ketuntasan hasil belajar ... 37

7 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa ... 38

8 Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 48

9 Nilai kinerja guru siklus 1 ... 53

10 Aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal siklus 1 ... ... 55

11 Hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 ... 58

12 Nilai kinerja guru siklus II ... 73

13 Aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal siklus I ... ... 74

(10)
(11)
(12)

“SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN, MAKA APABILA ENGKAU TELAH SELESAI DARI SUATU URUSAN, TETAPLAH

BEKERJA KERAS UNTUK URUSAN YANG LAIN” (Q.S Al-Insyirah: 6-7)

(13)
(14)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Alhamdulillahirobbil’alamin, berhimpun syukur kepada Sang Maha, dengan

segala kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Basuki dan Astiah, terima kasih atas

segala cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian doa yang

senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikan ananda.

2. Adikku Jihan Zahwa Syafira, yang telah menghadirkan keceriaan dan

semangat di sela-sela kepenatan. Teruslah belajar dan berikanlah prestasi

terbaikmu untuk Bapak dan Ibu serta jadilah anak sholehah dan bermanfaat

bagi umat berikan akhlak terbaik bagi Bapak dan Ibu.

3. Sahabatku Rembol’s dan orang-orang luar biasa yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi luar biasa ku

ucapkan terima kasih. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian

semua semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik, Aamiin.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Rumbia, pada tanggal 14 Mei 1993. Peneliti adalah anak pertama dari dua bersaudara,

dari pasangan Bapak Basuki dan Ibu Astiah.

Peneliti memulai pendidikan di TK Pertiwi

diselesaikan di Rumbia, pada tahun 1999, Pendidikan

Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD IT Bustanul

Ulum, pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP

3 Way Pengubuan, pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan

di SMA 1 Terusan Nunyai, pada tahun 2011.

Tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur

SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa peneliti aktif di beberapa kegiatan

organisasi kampus maupun luar kampus. Beberapa organisasi yang pernah peneliti

ikuti adalah Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) PGSD, Himpunan

(16)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi

dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam melalui Model Cooperative Learning tipe Scramble Siswa

Kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu

dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung

dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi terbaik di lingkup

nasional.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memberikan sermangat kemajuan serta dorongan untuk

memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam

menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

(17)

sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan juga membantu peneliti

dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah

memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan juga membantu

peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

5. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP

Universitas Lampung dan selaku penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan

saran yang berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi.

6. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., selaku Koordinator Kampus B FKIP Unila

yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan

skripsi.

7. Bapak Dr. H. Suwarjo, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaan untuk

memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan

memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

10. Ibu Imiarti, S. Pd, selaku kepala SD Negeri 5 Metro Pusat yang telah

mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian, terimakasih atas

(18)

11. Ibu Dwi Jayanti, S.Pd., selaku guru kelas IV B yang berperan sebagai guru

kelas dalam melaksanakan penelitian dan terima kasih atas bantuannya dalam

melaksanakan penelitian.

12. Siswa-siswi kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat, yang telah berpartisipasi

aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Sahabat-sahabatku yang memotivasi dan menemani perjuangan untuk

menyelesaikan skripsi ini, terima kasih Mba Nuke, Risti, Aulia, Imma, Gusti,

Azka, Maknyak, Umi, Via, Icha, Mba Noviana, Mba Wiwin, Astri, Yuyun,

Lita Yulianti, Nurlita, Sri Maryati, Sari Puspa Dewi, Dwi Iswahyudi, Septi

Yuyun, Juwita, Atika, Suci Amel, Sella Eva, Putri Permata, Tio Antoro, Rizal

Avira, Dita, Fitri, Anissa.

14. Teman-temanku angkatan 2011, HIMALASA dan FORMASI yang selalu

menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.

15. Seseorang yang telah menghadirkan semangat tersendiri untuk peneliti.

Terima kasih atas doa, bantuan, dan motivasi yang diberikan.

16. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terima kasih atas

doa dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi peneliti berharap skripsi yang sederhana ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Metro, 15 Juni 2015 Peneliti

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting karena setiap

warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah

sudah menerapkan wajib belajar sembilan tahun artinya setiap warga negara

berhak untuk mendapatkan pendidikan sampai sembilan tahun, kenyataannya

banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak

sekali anak-anak yang berada di jalanan untuk membantu orang tua mereka

karena tidak adanya biaya. Pendidikan merupakan kebutuhan wajib yang

harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan. Pendidikan yang

dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil

guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa.

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas

(20)

2

dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta

relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan

sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global

sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,

dan berkesinambungan. Perkembangan global inilah yang menuntut guru

untuk menghadapi tantangan karena masa depan yang tidak menentu dengan

berbagai tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut menuntut guru untuk

mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan dan keterampilan

yang saling signifikan.

Siswa yang ingin mengembangkan potensinya, hendaknya mengikuti

kegiatan belajar di sekolah, dengan begitu diharapkan mereka dapat memiliki

wawasan yang lebih luas dan dapat lebih mengembangkan diri. Sebagai

seorang gurupun demikian, hendaknya harus memiliki wawasan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis siswa untuk dapat menyalurkan pengetahuan mereka

kepada siswa melalui KTSP kiprah guru lebih dominan dalam menjabarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak hanya dalam program

tertulis, tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas.

KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih

(21)

3

pembelajaran dan diharapkan guru memiliki tanggung jawab yang memadai.

Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar

sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga

sejalan dengan undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal

35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional

pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam

rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-undang Sisdiknas

juga dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib

memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), seni dan

budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan

lokal. Setiap kelompok mata pelajaran di atas dilaksanakan secara holistic,

sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman

dan penghayatan siswa dan semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya

dalam menentukan kelulusan.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2007: 13). KTSP

berhubungan erat pada setiap mata pelajaran salah satunya adalah mata

pelajaran IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPA berhubungan

dengan alam sekitar dan alam semesta (Kurikulum 2006).

Pendidikan dasar khususnya pendidikan pada sekolah dasar sangat

(22)

4

pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar memiliki beberapa mata

pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikemudian hari.

Seperti halnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berhubungan

dengan alam sekitar dan berguna dalam kehidupan manusia yang selalu

berhubungan dengan alam. Bruner dalam Nasution (2005: 6) menyatakan

bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut sains memiliki

fungsi yang fundamental dalam menimbulkan atau mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam harus senantiasa dapat melibatkan siswa sehingga dapat

tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat merangsang siswa berpikir kritis,

kreatif, dan inovatif.

Depdiknas dalam Nasution (2005: 25) menyatakan bahwa agar tujuan

dapat tercapai, maka sains perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat

melibatkan siswa secara aktif, yaitu melalui proses dan sikap ilmiah

peningkatan mutu pembelajaran sains perlu ditingkatkan untuk mengimbangi

dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Agar pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dapat tercapai perlu didukung oleh iklim pembelajaran

yang kondusif, yang diciptakan oleh guru agar siswa lebih nyaman dalam

pembelajaran. Selain itu, guru harus dapat memberikan inovasi dalam

pembelajarannya seperti penggunaan model-model pembelajaran yang

bervariasi.

Berdasarkan hasil penelitian awal dengan guru kelas IV B SD Negeri 5

Metro Pusat pada hari Senin tanggal 8 Desember 2014, didapatkan hasil

(23)

5

sepenuhnya berpartisipasi aktif di dalam kelas dikarenakan guru kurang

efektif dalam menggunakan model pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat

saat guru memberi pertanyaan, hanya sedikit siswa yang mau menjawab

pertanyaan dari guru. Demikian pula dalam hal berpendapat dan bertanya,

hanya sebagian kecil siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan

bertanya. Kebanyakan dari siswa yang lainnya masih malu, takut atau ragu

untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat mereka. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Guru belum optimal dalam

menggunakan model pembelajaran yaitu cooperative learning tipe scramble.

Hal ini dapat dilihat dengan data hasil ulangan mid semester ganjil.

Tabel 1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Pelajaran 2014/2015

KKM Kelas Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas Persentase siswa yang tuntas (%) Jumlah siswa yang belum tuntas Persentase siswa yang belum tuntas (%)

75 IV A 29 24 82,76 5 17,24

75 IV B 29 12 41,38 17 58,62

75 IV C 30 22 73,33 8 26,67

Sumber: Hasil penelitian awal

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada pembelajaran semester

ganjil tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

diperoleh hasil belajar dengan KKM 75, hanya 24 siswa 82,76% yang tuntas

dari 29 siswa yang ada di kelas IV A di kelas IV B hanya 12 siswa 41.38%

dari 29 siswa yang tuntas adalah dan di kelas IV C hanya 22 siswa 73,33%.

(24)

6

diperoleh persentase ketuntasan yang masih jauh dari ketuntasan belajar

adalah kelas IV B yaitu hanya 58,62%. Siswa dikatakan tuntas apabila 75%

dari jumlah siswa yaitu 29 orang yang telah memenuhi KKM 75 yang

ditetapkan oleh sekolah.

Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas pemilihan

model pembelajaran dapat menentukan kualitas pengajaran dalam proses

belajar mengajar. Tujuan pembelajaran diperlukan penggunaan model

pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang membuat siswa aktif

bekerjasama baik secara emosional maupun sosial tanpa ada perbedaan

kemauan antar-siswa dan menanggapi berbagai permasalahan hendaknya

terus dikembangkan dan diarahkan oleh guru sedemikian rupa, sehingga

siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perbaikan

proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui

Model Cooperative Learning Tipe Scramble Siswa Kelas IV B SD Negeri 5

Metro Pusat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut.

1. Saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa belum sepenuhnya

(25)

7

2. Guru belum optimal dalam menggunakan model pembelajaran yaitu

cooperative lerning tipe scramble.

3. Rendahnya aktivitas belajar siswa.

4. Rendahnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat dengan

persentase ketuntasan 41,37 % hanya 12 siswa yang tuntas dari jumlah

siswa 29 dengan KKM 75.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan Model Cooperative Learning Tipe Scramble

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat?

2. Apakah Model Cooperative Learning Tipe Scramble dapat meningkatkan

hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV B

SD Negeri 5 Metro Pusat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan

kelas ini adalah untuk:

1. Meningkatkan dan menganalisis data aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro

(26)

8

2. Meningkatkan dan menganalisis data hasil belajar siswa pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro

Pusat melalui Model Cooperative Learning Tipe Scramble.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Berguna untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dan

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki

pembelajaran dan professional serta mengembangkan kemampuan

mengajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe

scramble pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan mutu sekolah

dan menjadi bahan rujukan sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa baik untuk mata pelajaran

IPA maupun mata pelajaran lainnya.

4. Ke-SD-an

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

(27)

9

Pengetahuan Alam melalui penerapan model cooperative learning tipe

(28)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Siswa dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman mereka

dengan belajar. Komalasari (2010: 2) belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa

perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun

perubahan sementara karena suatu hal. Trianto, (2010: 15),

mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara

sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan)

yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu:

(1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan)yang sudah

dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna

belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum

diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang

sudah ada dengan pengetahuan baru. Selain itu, belajar memiliki Banyak

teori yang dikembangkan oleh para ahli yang relevan dengan model

(29)

11

Trianto (2013: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu

prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan

pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam benaknya.

Winataputra, dkk. (2007: 6.7) perspektif konstruktivisme pada

pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses „konstruksi‟ pengetahuan

oleh siswa. Perspektif ini mengharuskan siswa bersikap aktif. Proses ini

siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis

dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa

lalu dan masa kini. Rusman (2014: 202) mengemukakan bahwa belajar

merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran

siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini

sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme merupakan teori yang tepat untuk

melandasi penelitian ini. Prinsip belajar operatif, kolaboratif, dan autentik

terdapat dalam penerapan model cooperative learning tipe scramble.

konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif,

menekankan pada belajar autentik, dan proses sosial. Belajar operatif

merupakan prinsip belajar yang tidak hanya menekankan pada

pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang apa), namun pengetahuan

struktural (pengetahuan tentang mengapa), serta pengetahuan prosedural

(pengetahuan tentang bagaimana).

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan teori belajar

(30)

12

scramble yaitu teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme

menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun

pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.

2. Hasil belajar

Hasil belajar siswa dapat diperoleh pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Saat belajar, siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu

dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki

siswa dan faktor dari luar atau faktor lingkungan. Hasil belajar digunakan

untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti

materi pembelajaran. Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi keberhasilan

siswa dalam belajar. Kunandar (2010: 62) menjelaskan bahwa hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan

sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.

Menurut Bloom dalam Thobroni (2012: 23), hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotor. Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil

tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini aspek yang

(31)

13

kognitif yang mendominasi sedangkan ranah afektif dan ranah psikomotor

masuk dalam aktivitas belajar siswa.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Proses belajar erat kaitannya dengan aktivitas, sebab aktivitas

berlangsung dalam proses belajar. Keterkaitan tersebut dikemukakan

oleh Poerwanti (2008: 7.4) bahwa selama proses belajar berlangsung

dapat terlihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif

bekerjasama dalam kelompok, memiliki keberanian untuk bertanya, atau

mengungkapkan pendapat.

Menurut Sardiman (2009: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas

yang bersifat fisik maupun mental. Sejalan dengan pendapat Sardiman,

Kunandar (2010: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses

belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Aktivitas belajar meliputi memperhatikan penjelasan guru atau teman,

memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok, menanggapi pendapat

yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain, bekerjasama dalam

diskusi kelompok, dan menyampaikan hasil diskusi berdasarkan hasil

konstruksi berpikir dalam kelompok.

Berdasarkan peryataan diatas, peneliti menyimpulkan aktivitas

belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa menyangkut

sikap, perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran

(32)

14

belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran,

sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai. Aktivitas yang

akan diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru

atau teman, memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok,

menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain,

bekerjasama dalam diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusi

berdasarkan hasil konstruksi berpikir dalam kelompok.

B. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

guru. Komalasari (2010: 57) cooperative learning adalah suatu strategi

pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5

orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sejalan

dengan Komalasari, Rusman (2014: 202) cooperative learning merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

4 sampai 5 orang.

Menurut Isjoni (2007: 23) model cooperative learning dapat

memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu

juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan

(33)

15

keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan

masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi

timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Berdasarkan pendapat ahli, maka peneliti menyimpulkan model

cooperative learning ialah model pembelajaran dengan cara siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya

yang bersifat heterogen. Model ini dapat membantu siswa untuk

meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan keberhasilan siswa dalam

belajar, serta melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik

keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial yang membutuhkan

kerja sama tim atau kelompok.

2. Karakteristik Model Cooperative Learning

Pembelajaran model cooperative learning memiliki beberapa

karakteristik yang khas, yang membedakannya dengan pendekatan

pembelajaran lainnya. Model cooperative learning merupakan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok, untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Rusman (2014: 207)

ada empat karakteristik atau ciri-ciri cooperative learning, yaitu (1)

pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada manajemen kooperatif, (3)

kemauan untuk bekerja sama, (4) keterampilan bekerja sama. Slavin

(2005: 10) ada tiga konsep penting cooperative learning, yaitu

penghargaan tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang

(34)

16

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan karakteristik

cooperative learning yaitu pembelajaran secara tim, didasarkan pada

manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerjasama, keterampilan

bekerjasama, mendapatkan penghargaan tim, tanggung jawab individu dan

kesempatan sukses yang sama.

3. Tujuan Model Cooperative Learning

Model cooperative learning pada penerapannya memiliki

tujuan-tujuan yang dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Menurut

Trianto (2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif

adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi

akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Ibrahim dalam Isjoni (2007: 27) model cooperative

learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya ada tiga tujuan,

yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubung dengan hasil belajar, cooperative learning dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. c. Pengembangan keterampilan social

(35)

17

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan

penerapan cooperative learning memiliki tujuan-tujuan tertentu

diantaranya meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.

4. Macam-macam Model Cooperative Learning

Terdapat macam-macam model pembelajaran yang ada di dalam

dunia pendidikan. Model cooperative learning terdapat enam variasi

model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Empat model

yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu:

Model Cooperative Learning Tipe Scramble, Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC) untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika. Slavin (2005: 11).

Sedangkan menurut Isjoni (2007: 51), model cooperative learning ini terbagi menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: 1) Cooperative Learning Tipe Scramble, 2)Student Team Acievement Division (STAD), 3) Jigsaw, 4) Group Investigastion (GI), 5) Rotating Trio Exchange, 6) Group Resume.

Berdasarkan pemaparan model-model pembelajaran di atas, peneliti

memilih model pembelajaran cooperative learning tipe scramble karena

model ini sangat sederhana, mudah diterapkan dan siswa sangat aktif

(36)

18

C. Model Cooperative Learning Tipe Scramble

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble

Model cooperative learning tipe scramble ini merupakan salah satu

tipe dari model pembelajaran cooperative dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5

orang siswa secara heterogen. Solihatin dan Raharjo (2008 : 4-5)

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok

kerja, karena belajar dalam model cooperative harus ada “Struktur

dorongan dan tugas yang bersifat cooperative” sehingga memungkinkan

terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat

interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Kemudian, Huda

(2013: 303) model scramble merupakan salah satu model pembelajaran

yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa model

ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak kiri,

siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka

dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam

kondisi acak. Komalasari (2010: 84) model scramble merupakan model

pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu

pertanyaan/pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara

menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk

suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud. Yusiriza dalam

wordpress.com (2011) menjelaskan model scramble merupakan suatu

(37)

19

yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan

mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti simpulkan bahwa model

scramble merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa

untuk lebih kreatif dan teliti dalam mencari jawaban dengan menyusun

huruf-huruf yang disusun secara acak. Model pembelajaran scramble dapat

dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar

siswa, sebab model scramble menuntut siswa untuk lebih kreatif dan teliti.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Rakhmawati yaitu

dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Scramble untuk

Peningkatan Motivasi IPA (Fisika) pada Siswa SMP Negeri 16 Purworejo

Tahun Pelajaran 2011/2012” serta penelitian yang dilakukan oleh Septi

Arianingsih dengan judul ”Penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Scramble dengan menggunakan Media Grafis untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IVB SD

Negeri 8 Metro Barat TP.2012/2013. Kedua penelitian di atas relevan

dengan penelitian yang peneliti laksanakan dalam hal model pembelajaran

cooperative learning tipe scramble.

2. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble

Cooperative learning seperti halnya model pembelajaran yang

lainnya mempunyai karakteristik dan langkah-langkah dalam

penerapannya. Rusman (2014: 212) menjelaskan ada empat prosedur atau

langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) penjelasan

(38)

20

Penerapan Cooperative Learning membutuhkan kreativitas. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Trianto (2013: 66) terdapat enam langkah utama di dalam Cooperative Learning, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan.

Menurut Hanafiah (2010: 53) langkah-langkah yang dapat dilakukan

dalam model scramble, yaitu: (1) guru membuat pertanyaan yang sesuai

dengan indikator pembelajaran, (2) guru membuat jawaban yang diacak

hurufnya, (3) guru menyajikan materi, (4) guru membagikan lembar kerja

kepada siswa. Menurut Komalasari (2010: 84) menjelaskan ada beberapa

langkah model scramble, yaitu: guru menyajikan materi sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru membagikan lembar kerja

kepada siswa.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti simpulkan langkah-langkah

pembelajaran model cooperative learning tipe scramble sebagai berikut.

a) Guru mempersiapkan lembar kerja yang sesuai dengan indikator

pembelajaran berupa pertanyaan dan jawaban yang diacak hurufnya.

b) Guru menyampaikan materi pembelajaran.

c) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 5 orang siswa.

d) Guru memberikan lembar kerja berupa pertanyaan dan jawaban yang

diacak hurufnya kepada setiap kelompok.

e) Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan

(39)

21

f) Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok

yang lain.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble Model pembelajaran cooperative learning tipe scramble memiliki

keunggulan dan kelemahan seperti halnya dengan model-model

pembelajaran yang lainnya. Menurut Komalasari (2010: 86) model

cooperative learning tipe scramble memiliki kelebihan dan kelemahan

yaitu, sebagai berikut.

Kelebihan model pembelajaran scramble: 1. Memudahkan mencari jawaban.

2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut 3. Semua siswa terlibat.

4. Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

5. Melatih untuk disiplin.

Kekurangan model pembelajaran scramble: 1. Siswa kurang berfikir kritis.

2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya. 3. Mematikan kreativitas siswa.

4. Siswa tinggal menerima bahan mentah.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat diketahui kelebihan model

cooperative learning tipe scramble yaitu memudahkan mencari jawaban

dan mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan

kelemahan model cooperative learning tipe scramble terletak pada

keakuratan pemerolehan jawaban siswa, bisa saja siswa hanya mencontek

(40)

22

D. Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam suatu mata pelajaran yang senantiasa

mengkaji hal-hal yang terjadi didalam semesta. Menurut Sutrisno,dkk.

(2007: 1.19) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,

serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penalaran

yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. Oleh karena itu,

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di sekolah harus

membekali siswa tentang berbagai cara untuk mengetahui dan

mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu siswa memahami alam

secara mendalam serta memberikan pengetahuan dan pengajaran secara

nyata.

Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam

adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan

dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan

dan deduksi. Ilmu Pengetahaun Alam mempelajari alam semesta,

benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar

angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati

dengan indera.

(41)

23

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan Ilmu Pengetahuan

Alam merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam.

Pengetahuan yang mengupas tentang alam sekitar yang berupa fisik serta

teori-teori yang berhubungan dengan alam. Selain itu, dalam Ilmu

Pengetahuan Alam juga menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,

sikap, keterampilan dan nilai ilmiah, serta rasa mencintai dan menghargai

kebesaran Sang pencipta.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) menyatakan bahwa mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

(42)

24

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa

agar dapat mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa

sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya. Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam diharapkan guru dapat mendidik dan memberi bekal

kepada siswa dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat bermanfaat

bagi kehidupannya.

E. Kinerja Guru

Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Guru memberikan pelayanan maksimal untuk

siswanya. Guru sebaiknya mengoptimalkan kompetensi yang dimilikinya agar

siswa dapat memiliki prestasi yang maksimal. Guru merupakan suatu profesi

atau jabatan fungsional dalam bidang pendidikan dan pembelajaran atau

seseorang yang menduduki dan melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan

dan pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bagian

kelima pasal 32 ayat 2, bahwa dalam pembinaan dan pengembangan profesi

guru, para guru professional dituntut untuk menguasai empat kompetensi,

meliputi:

1) Kompetensi pedagogik, merupakan pemahaman terhadap siswa, perancangan, dan pelaksanaan, pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia.

(43)

25

substansi kelimuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

4) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa untuk itu para guru yang sudah tersertifikasi (profesional) wajib meningkatkan kinerja dan potensi yang dimiliki untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik.

Menurut Rusman (2012: 75) tugas guru adalah harus memberikan

nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan

datang, pilihan hidup dan praktik-praktik komunikasi. Uno (2007: 72)

mengungkapkan bahwa secara konseptual kinerja guru adalah kecakapan

yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi yaitu

pedagogik, profesional, sosial, dan personal. Hal tersebut sejalan dengan

Depdiknas (2006: 21) yang menyatakan bahwa hal yang berkaitan dengan

kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam

proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru diantaranya adalah

kompetensi pedagogik. Sagala (2013: 31) kompetensi pedagogik

merupakan mengembangkan kemampuan bersifat kognitif berupa

pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun

performasi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman

keterampilan dan sikap. Sedangkan Rusman (2014: 54) berpendapat

bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam

(44)

26

kemampuannya di kelas dan guru juga harus mampu melakukan kegiatan

penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Rusman (2014: 54) terdapat kriteria kompetensi pedagogik yang dimiliki

oleh guru, yaitu:

1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas.

9) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik yang

dimiliki oleh guru merupakan kompetensi kemampuan guru dalam

mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses

pembelajaran di kelas. Mengembangkan kemampuan bersifat kognitif

berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun

performasi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman

(45)

27

b. Kompetensi Kepribadian

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian

ideal. Sanjaya (2012: 18) kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru

berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan

peran guru sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru.

Rusman (2014: 55) terdapat kriteria kompetensi kepribadian yang dimiliki

guru, yaitu:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa.

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian

yang dimiliki oleh guru merupakan kompetensi pengembangan

kepribadian yang berkaitan dengan kepribadian guru yang akan selalu

ditiru oleh peserta didik. Kemampuan personal yang mencerminkan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi

teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat merupakan panutan dan suri teladan yang

patut dicontoh. Sanjaya (2012: 19) kompetensi sosial berhubungan dengan

kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial.

Rusman (2014: 56) berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru

(46)

28

1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial

merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang untuk

berkomunikasi dan berhubungan dengan lingkungan sosial.

Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan

masyarakat sekitar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional kemampuan yang harus dimiliki guru dalam

proses pembelajaran. Sanjaya (2012: 18) kompetensi profesional adalah

kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan

yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Rusman (2014: 58)

berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi

profesional yaitu:

1) Menguasi materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

5) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional

adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam hal penyelesaian

(47)

29

yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

menaungi materinya, mengembangkan materi pembelajaran yang di

mampu kreatif adalah kompetensi professional yang harus dimiliki oleh

guru.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan kinerja guru adalah

segala kegiatan guru baik kegiatan mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik yang

dilandasi dengan kecakapan dan kompetensi seorang guru. Kompetensi yang

dimaksud mencangkup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

F. Kerangka Pikir

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor, satu diantarannya

yang dominan ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran oleh guru.

Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat

mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar.

Model pembelajaran cooperative learning tipe scramble merupakan

model pembelajaran dimana siswa diberikan sebuah masalah melalui

pertanyaan yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang jawabannya

diacak hurufnya untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok,

(48)

30

masalah melalui kegiatan penyelidikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat

digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut.

(Gambar 1 Kerangka pikir penelitian)

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas ini adalah “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble sesuai konsep

dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat”. Process

Penerapan Model Cooperative Learning tipe Scramble

Output

Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sesuai dengan indikator keberhasilan.

Input

(49)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas,

atau lazim dikenal dengan classroom action research prosedur yang

digunakan berbentuk siklus (cycle). Wardhani, dkk., (2006: 1.3) penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sejalan dengan

pendapat Wardhani, dkk. Menurut Arikunto (2013: 16) setiap siklus terdiri

dari empat kegiatan pokok yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan

untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga meningkatkan hasil

belajar siswa. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, siklus ini

tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi dua kali dengan tujuan pembelajaran

di kelas telah tercapai. Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat

(50)
[image:50.595.150.494.86.382.2]

32

Gambar 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas Sumber: Arikunto (2013: 137)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 5

Metro Pusat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun

pelajaran 2014/2015. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai

laporan hasil penelitian (bulan Desember 2014 sampai April 2015). Siklus II

Perencanaan I

Pelaksanaan I Siklus I

Pengamatan I Refleksi I

Perencanaan II

Pengamatan II

Pelaksanaan II Refleksi II

(51)

33

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan

partisipatif antara peneliti dan guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat.

Guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat bertugas sebagai guru sedangkan

peneliti berperan sebagai observer. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang

dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV B dan 1 orang guru, jumlah

siswa sebanyak 29 orang siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12

siswa perempuan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua

teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, teknik tersebut

dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif.

Variabel yang diukur dengan menggunakan teknik observasi adalah

aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam melalui model cooperative learning tipe scramble.

b. Teknik Tes

Bentuk teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis untuk

mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan

diketahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran

(52)

34

2. Alat Pengumpul Data a. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan

guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat untuk mengumpulkan data

yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa selama

pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama

berlangsungnya proses pembelajaran dengan cara memberi skor dalam

lembar observasi yang telah disediakan.

1. Lembar observasi kinerja guru

Lembar observasi kinerja guru atau Intrumen Penilaian

Kinerja Guru digunakan untuk memperoleh data tentang

kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar.

2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk

memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa di dalam proses

[image:52.595.170.507.578.730.2]

pembelajaran.

Tabel 2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa

No Aspek

penilaian Indikator

1 A Memperhatikan penjelasan guru atau teman

2 B Memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok

3 C Menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain

4 D Bekerjasama dalam diskusi kelompok

(53)

35

b. Tes Formatif

Tes formatif menggunakan butir soal. Jenis butir soal yang

digunakan adalah pilihan ganda dan essay. Butir soal digunakan untuk

memperoleh data mengenai peningkatan hasil belajar siswa. Melalui

tes ini, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan

ketercapaian indikator pembelajaran dapat diketahui.

E. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Teknik Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian aktivitas siswa

dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Kinerja guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

NK =

x 100

Keterangan:

NK = nilai kinerja guru

TS = total skor yang diperoleh

SM = total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati Sumber: Aqib (2009: 41)

Tabel 3 Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

1 5 81-100 Sangat Baik

(54)

36

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

3 3 41-60 Cukup Baik

4 2 21-40 Kurang Baik

5 1 10-20 Sangat Kurang

Sumber: Aqib (2009: 41)

b. Aktivitas siswa

1. Nilai aktivitas siswa setiap indikator dapat diperoleh dengan rumus:

N =

x 100%

Keterangan:

N = Nilai yang dicari atau diharapkan

R = Jumlah skor yang diperoleh siswa

SM = Skor Maksimal ideal yang diamati

100% = Bilangan Tetap

(Sumber: Purwanto 2012: 102)

Tabel 4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

1 5 81%-100% Sangat Aktif

2 4 61%-80% Aktif

3 3 41%-60% Cukup Aktif

4 2 21%-40% Kurang Aktif

5 1 10%-20% Pasif

Sumber: Aqib (2009: 41)

2. Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh dengan rumus

P =

x 100 %

[image:54.595.161.507.87.169.2]
(55)

37

Tabel 5 Persentase kriteria siswa aktif secara klasikal dalam pembelajaran

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

Gambar

Tabel 1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Pelajaran 2014/2015
Gambar 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas  Sumber: Arikunto (2013: 137)
Tabel 2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa
Tabel 4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam  pembelajaran secara klasikal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menjelaskan variasi bentuk  komunikasi dengan email  Pedagogik  Menguasai  karakteristik peserta  didik dari aspek fisik,  moral, spiritual, 

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

Untuk kompetensi pedagogik yang mencakup sepuluh indikator yaitu memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan

Menentukan karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, moral, sosial, cultural, emosional, dan intelektual.. Menguasai karakteristik peserta didik SMK

16 tahun 2007 (lampiran), kompetensi pedagogik guru dikembangkan dalam 10 aspek berikut : a). Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral sosial, kultural,

Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual,sosial- emosional, moral, spiri- tual, dan latar belakang sosial-budayaV. Mengembangkan

Menurut Musfah (2011) memahami karakteristik peserta didik ini di lihat dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual merupakan Kompetensi

Menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik guru mencakup sebagai berikut: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,