ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI
MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT
Oleh
IKKE MAY JAYANTI
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam yakni 17 siswa 58,62% dari 29 siswa di kelas yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe scramble
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri-dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul kemudian di analisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru menunjukan hubungan yang sangat signifikan terhadap kedua variabel tersebut yaitu adanya peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dengan perolehan nilai rata siklus I adalah 71,72 dengan kriteria baik dan perolehan nilai rata-rata siklus II adalah 89,99 dengan kriteria sangat baik. Persentase nilai rata-rata-rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 65,37% dengan kriteria aktif, pada siklus II sebesar 80,33% dengan kriteria sangat aktif. Persentase peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus II sebesar 14,96%, sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 74,72 dengan persentase 21 siswa tuntas sebesar 72,41% memproleh kriteria tinggi dan 8 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 27,59%. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 81,86 dengan persentase 26 siswa tuntas 89,65% dengan kriteria sangat tinggi dan 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 10,34%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal siklus I menuju siklus II sebesar 17,24%.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI
MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT
Oleh
IKKE MAY JAYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI
MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT
(Skripsi)
Oleh
IKKE MAY JAYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xvi DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka pikir penelitian ... 30 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 32 3 Grafik nilai kinerja guru siklus I dalam menerapakan model
cooperatve learning tipe scramble ... 54 4 Grafik persentase aktivitas siswa aktif secara klasikal siklus I ... 56 5 Grafik persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal siklus I ... 58 6 Grafik nilai kinerja guru siklus II dalam menerapkan model
cooperatve learning tipe scramble ... 73 7 Grafik persentase aktivitas siswa aktif secra klasikal siklus II
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Belajar ... 10
1. Pengertian Belajar ... 10
2. Hasil Belajar………. 12
3. Pengertian Aktivitas Belajar ... 13
B. Model Cooperative Learning ... 14
1. Pengertian Model Cooperative Learning ... 14
2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 15
3. Tujuan Model Cooperative Learning ... 16
4. Macam-Macam Model Cooperative Learning ... 17
C.Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 18
1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 18
2. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble………. 19
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 21
D.Ilmu Pengetahuan Alam ... 22
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 22
2. Tujuan Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar ... 23
E. Kinerja Guru ... 24
F. Kerangka Pikir ... 29
xiv BAB III METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian ... 31
B.Setting Penelitian ... 32
C.Subjek Penelitian ... 33
D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Analisis Data ... 35
F. Prosedur Penelitian ... 38
G.Indikator Keberhasilan ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 44
B.Deskripsi Awal ... 46
C.Hasil Penelitian ... 47
1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 47
2. Hasil Penelitian Siklus 1 ... 48
3. Hasil Penelitian siklus II ... 68
D.Pembahasan Hasil Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 83
1. Kinerja Guru... 83
2. Aktivitas Siswa ... 84
3. Hasil Belajar ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 88
B.Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xvii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
SURAT
1 Surat izin penelitian pendahuluan dari UNILA ... 97
2 Surat izin penelitian dari UNILA ... 98
3 Surat keterangan dari UNILA ... 99
4 Surat izin penelitian pendahuluan dari SD 100
5 Surat pernyataan dari SD ... 101
6 Surat keterangan penelitian dari SD ... 102
PERANGKAT PEMBELAJARAN 1 Pemetaan ... 104
2 Silabus ... 109
3 Rencana perbaikan pembelajaran siklus I ... 116
4 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus I... 126
5 Lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus I ... 127
6 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus I... 129
7 Lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus I ... 130
8 Kisi-kisi soal formatif 1 ... 132
9 Kunci jawaban tes formatif 1 ... 133
10 Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus I ... 134
11 Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus I ... 137
12 Pemetaan ... 140
13 Silabus ... 146
14 Rencana perbaikan pembelajaran siklus II ... 156
15 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus II ... 165
16 Lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus II... 166
17 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus II ... 168
18 Lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus II... 169
19 Kisi-kisi soal tes formatif 2 ... 171
20 Kunci jawaban tes formatif 2 ... 172
21 Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus II ... 173
22 Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus II ... 176
PENILAIAN 01 Lembar observasi kinerja guru siklus I/I ... 181
xviii
03 Lembar Rekalpitulasi observasi kinerja guru siklus I ... 185
04 Lembar observasi kinerja guru siklus II/I ... 187
05 Lembar observasi kinerja guru siklus II/II ... 189
06 Lembar Rekalpitulasi observasi kinerja guru siklus II ... 191
07 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus I/I ... 194
08 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus I/II ... 196
09 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus II/I ... 198
10 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus II/II... 200
11 Tes hasil belajar kognitif siswa ... 203
xv DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Penegetahuan Alam
Tahun Pelajaran 2014/2015 ... . 5
2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa ... 34
3 Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran ... 35
4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal ... 36
5 Persentase kriteria siswa aktif secara klasikal dalam pembelajaran ... 37
6 Ketuntasan hasil belajar ... 37
7 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa ... 38
8 Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 48
9 Nilai kinerja guru siklus 1 ... 53
10 Aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal siklus 1 ... ... 55
11 Hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 ... 58
12 Nilai kinerja guru siklus II ... 73
13 Aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal siklus I ... ... 74
“SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN, MAKA APABILA ENGKAU TELAH SELESAI DARI SUATU URUSAN, TETAPLAH
BEKERJA KERAS UNTUK URUSAN YANG LAIN” (Q.S Al-Insyirah: 6-7)
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Alhamdulillahirobbil’alamin, berhimpun syukur kepada Sang Maha, dengan
segala kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Basuki dan Astiah, terima kasih atas
segala cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian doa yang
senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikan ananda.
2. Adikku Jihan Zahwa Syafira, yang telah menghadirkan keceriaan dan
semangat di sela-sela kepenatan. Teruslah belajar dan berikanlah prestasi
terbaikmu untuk Bapak dan Ibu serta jadilah anak sholehah dan bermanfaat
bagi umat berikan akhlak terbaik bagi Bapak dan Ibu.
3. Sahabatku Rembol’s dan orang-orang luar biasa yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi luar biasa ku
ucapkan terima kasih. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian
semua semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik, Aamiin.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Rumbia, pada tanggal 14 Mei 1993. Peneliti adalah anak pertama dari dua bersaudara,
dari pasangan Bapak Basuki dan Ibu Astiah.
Peneliti memulai pendidikan di TK Pertiwi
diselesaikan di Rumbia, pada tahun 1999, Pendidikan
Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD IT Bustanul
Ulum, pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP
3 Way Pengubuan, pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan
di SMA 1 Terusan Nunyai, pada tahun 2011.
Tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur
SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa peneliti aktif di beberapa kegiatan
organisasi kampus maupun luar kampus. Beberapa organisasi yang pernah peneliti
ikuti adalah Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) PGSD, Himpunan
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi
dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam melalui Model Cooperative Learning tipe Scramble Siswa
Kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung
dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi terbaik di lingkup
nasional.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung
yang telah memberikan sermangat kemajuan serta dorongan untuk
memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam
menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan juga membantu peneliti
dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah
memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan juga membantu
peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
5. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP
Universitas Lampung dan selaku penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan
saran yang berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi.
6. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., selaku Koordinator Kampus B FKIP Unila
yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan
skripsi.
7. Bapak Dr. H. Suwarjo, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.
8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaan untuk
memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan
memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
10. Ibu Imiarti, S. Pd, selaku kepala SD Negeri 5 Metro Pusat yang telah
mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian, terimakasih atas
11. Ibu Dwi Jayanti, S.Pd., selaku guru kelas IV B yang berperan sebagai guru
kelas dalam melaksanakan penelitian dan terima kasih atas bantuannya dalam
melaksanakan penelitian.
12. Siswa-siswi kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat, yang telah berpartisipasi
aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
13. Sahabat-sahabatku yang memotivasi dan menemani perjuangan untuk
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih Mba Nuke, Risti, Aulia, Imma, Gusti,
Azka, Maknyak, Umi, Via, Icha, Mba Noviana, Mba Wiwin, Astri, Yuyun,
Lita Yulianti, Nurlita, Sri Maryati, Sari Puspa Dewi, Dwi Iswahyudi, Septi
Yuyun, Juwita, Atika, Suci Amel, Sella Eva, Putri Permata, Tio Antoro, Rizal
Avira, Dita, Fitri, Anissa.
14. Teman-temanku angkatan 2011, HIMALASA dan FORMASI yang selalu
menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.
15. Seseorang yang telah menghadirkan semangat tersendiri untuk peneliti.
Terima kasih atas doa, bantuan, dan motivasi yang diberikan.
16. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terima kasih atas
doa dan dukungan yang diberikan.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi peneliti berharap skripsi yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Metro, 15 Juni 2015 Peneliti
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting karena setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah
sudah menerapkan wajib belajar sembilan tahun artinya setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan pendidikan sampai sembilan tahun, kenyataannya
banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak
sekali anak-anak yang berada di jalanan untuk membantu orang tua mereka
karena tidak adanya biaya. Pendidikan merupakan kebutuhan wajib yang
harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan. Pendidikan yang
dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil
guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa.
Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas
2
dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan. Perkembangan global inilah yang menuntut guru
untuk menghadapi tantangan karena masa depan yang tidak menentu dengan
berbagai tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut menuntut guru untuk
mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan dan keterampilan
yang saling signifikan.
Siswa yang ingin mengembangkan potensinya, hendaknya mengikuti
kegiatan belajar di sekolah, dengan begitu diharapkan mereka dapat memiliki
wawasan yang lebih luas dan dapat lebih mengembangkan diri. Sebagai
seorang gurupun demikian, hendaknya harus memiliki wawasan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa untuk dapat menyalurkan pengetahuan mereka
kepada siswa melalui KTSP kiprah guru lebih dominan dalam menjabarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak hanya dalam program
tertulis, tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
3
pembelajaran dan diharapkan guru memiliki tanggung jawab yang memadai.
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar
sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga
sejalan dengan undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal
35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional
pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-undang Sisdiknas
juga dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), seni dan
budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan
lokal. Setiap kelompok mata pelajaran di atas dilaksanakan secara holistic,
sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman
dan penghayatan siswa dan semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya
dalam menentukan kelulusan.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2007: 13). KTSP
berhubungan erat pada setiap mata pelajaran salah satunya adalah mata
pelajaran IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPA berhubungan
dengan alam sekitar dan alam semesta (Kurikulum 2006).
Pendidikan dasar khususnya pendidikan pada sekolah dasar sangat
4
pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar memiliki beberapa mata
pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikemudian hari.
Seperti halnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berhubungan
dengan alam sekitar dan berguna dalam kehidupan manusia yang selalu
berhubungan dengan alam. Bruner dalam Nasution (2005: 6) menyatakan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut sains memiliki
fungsi yang fundamental dalam menimbulkan atau mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam harus senantiasa dapat melibatkan siswa sehingga dapat
tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat merangsang siswa berpikir kritis,
kreatif, dan inovatif.
Depdiknas dalam Nasution (2005: 25) menyatakan bahwa agar tujuan
dapat tercapai, maka sains perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat
melibatkan siswa secara aktif, yaitu melalui proses dan sikap ilmiah
peningkatan mutu pembelajaran sains perlu ditingkatkan untuk mengimbangi
dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Agar pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dapat tercapai perlu didukung oleh iklim pembelajaran
yang kondusif, yang diciptakan oleh guru agar siswa lebih nyaman dalam
pembelajaran. Selain itu, guru harus dapat memberikan inovasi dalam
pembelajarannya seperti penggunaan model-model pembelajaran yang
bervariasi.
Berdasarkan hasil penelitian awal dengan guru kelas IV B SD Negeri 5
Metro Pusat pada hari Senin tanggal 8 Desember 2014, didapatkan hasil
5
sepenuhnya berpartisipasi aktif di dalam kelas dikarenakan guru kurang
efektif dalam menggunakan model pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat
saat guru memberi pertanyaan, hanya sedikit siswa yang mau menjawab
pertanyaan dari guru. Demikian pula dalam hal berpendapat dan bertanya,
hanya sebagian kecil siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan
bertanya. Kebanyakan dari siswa yang lainnya masih malu, takut atau ragu
untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Guru belum optimal dalam
menggunakan model pembelajaran yaitu cooperative learning tipe scramble.
Hal ini dapat dilihat dengan data hasil ulangan mid semester ganjil.
Tabel 1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Pelajaran 2014/2015
KKM Kelas Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas Persentase siswa yang tuntas (%) Jumlah siswa yang belum tuntas Persentase siswa yang belum tuntas (%)
75 IV A 29 24 82,76 5 17,24
75 IV B 29 12 41,38 17 58,62
75 IV C 30 22 73,33 8 26,67
Sumber: Hasil penelitian awal
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada pembelajaran semester
ganjil tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
diperoleh hasil belajar dengan KKM 75, hanya 24 siswa 82,76% yang tuntas
dari 29 siswa yang ada di kelas IV A di kelas IV B hanya 12 siswa 41.38%
dari 29 siswa yang tuntas adalah dan di kelas IV C hanya 22 siswa 73,33%.
6
diperoleh persentase ketuntasan yang masih jauh dari ketuntasan belajar
adalah kelas IV B yaitu hanya 58,62%. Siswa dikatakan tuntas apabila 75%
dari jumlah siswa yaitu 29 orang yang telah memenuhi KKM 75 yang
ditetapkan oleh sekolah.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas pemilihan
model pembelajaran dapat menentukan kualitas pengajaran dalam proses
belajar mengajar. Tujuan pembelajaran diperlukan penggunaan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang membuat siswa aktif
bekerjasama baik secara emosional maupun sosial tanpa ada perbedaan
kemauan antar-siswa dan menanggapi berbagai permasalahan hendaknya
terus dikembangkan dan diarahkan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perbaikan
proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui
Model Cooperative Learning Tipe Scramble Siswa Kelas IV B SD Negeri 5
Metro Pusat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa belum sepenuhnya
7
2. Guru belum optimal dalam menggunakan model pembelajaran yaitu
cooperative lerning tipe scramble.
3. Rendahnya aktivitas belajar siswa.
4. Rendahnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat dengan
persentase ketuntasan 41,37 % hanya 12 siswa yang tuntas dari jumlah
siswa 29 dengan KKM 75.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penerapan Model Cooperative Learning Tipe Scramble
untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat?
2. Apakah Model Cooperative Learning Tipe Scramble dapat meningkatkan
hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV B
SD Negeri 5 Metro Pusat?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk:
1. Meningkatkan dan menganalisis data aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro
8
2. Meningkatkan dan menganalisis data hasil belajar siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro
Pusat melalui Model Cooperative Learning Tipe Scramble.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi:
1. Siswa
Berguna untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki
pembelajaran dan professional serta mengembangkan kemampuan
mengajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe
scramble pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan mutu sekolah
dan menjadi bahan rujukan sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa baik untuk mata pelajaran
IPA maupun mata pelajaran lainnya.
4. Ke-SD-an
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
9
Pengetahuan Alam melalui penerapan model cooperative learning tipe
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Siswa dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman mereka
dengan belajar. Komalasari (2010: 2) belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa
perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun
perubahan sementara karena suatu hal. Trianto, (2010: 15),
mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara
sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan)
yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu:
(1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan)yang sudah
dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna
belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum
diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang
sudah ada dengan pengetahuan baru. Selain itu, belajar memiliki Banyak
teori yang dikembangkan oleh para ahli yang relevan dengan model
11
Trianto (2013: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu
prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan
pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya.
Winataputra, dkk. (2007: 6.7) perspektif konstruktivisme pada
pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses „konstruksi‟ pengetahuan
oleh siswa. Perspektif ini mengharuskan siswa bersikap aktif. Proses ini
siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis
dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa
lalu dan masa kini. Rusman (2014: 202) mengemukakan bahwa belajar
merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran
siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini
sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme.
Teori belajar konstruktivisme merupakan teori yang tepat untuk
melandasi penelitian ini. Prinsip belajar operatif, kolaboratif, dan autentik
terdapat dalam penerapan model cooperative learning tipe scramble.
konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif,
menekankan pada belajar autentik, dan proses sosial. Belajar operatif
merupakan prinsip belajar yang tidak hanya menekankan pada
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang apa), namun pengetahuan
struktural (pengetahuan tentang mengapa), serta pengetahuan prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana).
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan teori belajar
12
scramble yaitu teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme
menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun
pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.
2. Hasil belajar
Hasil belajar siswa dapat diperoleh pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Saat belajar, siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu
dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki
siswa dan faktor dari luar atau faktor lingkungan. Hasil belajar digunakan
untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti
materi pembelajaran. Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi keberhasilan
siswa dalam belajar. Kunandar (2010: 62) menjelaskan bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan
sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.
Menurut Bloom dalam Thobroni (2012: 23), hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor. Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini aspek yang
13
kognitif yang mendominasi sedangkan ranah afektif dan ranah psikomotor
masuk dalam aktivitas belajar siswa.
3. Pengertian Aktivitas Belajar
Proses belajar erat kaitannya dengan aktivitas, sebab aktivitas
berlangsung dalam proses belajar. Keterkaitan tersebut dikemukakan
oleh Poerwanti (2008: 7.4) bahwa selama proses belajar berlangsung
dapat terlihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif
bekerjasama dalam kelompok, memiliki keberanian untuk bertanya, atau
mengungkapkan pendapat.
Menurut Sardiman (2009: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental. Sejalan dengan pendapat Sardiman,
Kunandar (2010: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Aktivitas belajar meliputi memperhatikan penjelasan guru atau teman,
memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok, menanggapi pendapat
yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain, bekerjasama dalam
diskusi kelompok, dan menyampaikan hasil diskusi berdasarkan hasil
konstruksi berpikir dalam kelompok.
Berdasarkan peryataan diatas, peneliti menyimpulkan aktivitas
belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa menyangkut
sikap, perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran
14
belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai. Aktivitas yang
akan diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru
atau teman, memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok,
menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain,
bekerjasama dalam diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusi
berdasarkan hasil konstruksi berpikir dalam kelompok.
B. Model Cooperative Learning
1. Pengertian Model Cooperative Learning
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru. Komalasari (2010: 57) cooperative learning adalah suatu strategi
pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5
orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sejalan
dengan Komalasari, Rusman (2014: 202) cooperative learning merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
4 sampai 5 orang.
Menurut Isjoni (2007: 23) model cooperative learning dapat
memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu
juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan
15
keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan
masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi
timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.
Berdasarkan pendapat ahli, maka peneliti menyimpulkan model
cooperative learning ialah model pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya
yang bersifat heterogen. Model ini dapat membantu siswa untuk
meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan keberhasilan siswa dalam
belajar, serta melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik
keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial yang membutuhkan
kerja sama tim atau kelompok.
2. Karakteristik Model Cooperative Learning
Pembelajaran model cooperative learning memiliki beberapa
karakteristik yang khas, yang membedakannya dengan pendekatan
pembelajaran lainnya. Model cooperative learning merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Rusman (2014: 207)
ada empat karakteristik atau ciri-ciri cooperative learning, yaitu (1)
pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada manajemen kooperatif, (3)
kemauan untuk bekerja sama, (4) keterampilan bekerja sama. Slavin
(2005: 10) ada tiga konsep penting cooperative learning, yaitu
penghargaan tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang
16
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan karakteristik
cooperative learning yaitu pembelajaran secara tim, didasarkan pada
manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerjasama, keterampilan
bekerjasama, mendapatkan penghargaan tim, tanggung jawab individu dan
kesempatan sukses yang sama.
3. Tujuan Model Cooperative Learning
Model cooperative learning pada penerapannya memiliki
tujuan-tujuan yang dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Menurut
Trianto (2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Menurut Ibrahim dalam Isjoni (2007: 27) model cooperative
learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya ada tiga tujuan,
yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubung dengan hasil belajar, cooperative learning dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. c. Pengembangan keterampilan social
17
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan
penerapan cooperative learning memiliki tujuan-tujuan tertentu
diantaranya meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.
4. Macam-macam Model Cooperative Learning
Terdapat macam-macam model pembelajaran yang ada di dalam
dunia pendidikan. Model cooperative learning terdapat enam variasi
model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Empat model
yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu:
Model Cooperative Learning Tipe Scramble, Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC) untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika. Slavin (2005: 11).
Sedangkan menurut Isjoni (2007: 51), model cooperative learning ini terbagi menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: 1) Cooperative Learning Tipe Scramble, 2)Student Team Acievement Division (STAD), 3) Jigsaw, 4) Group Investigastion (GI), 5) Rotating Trio Exchange, 6) Group Resume.
Berdasarkan pemaparan model-model pembelajaran di atas, peneliti
memilih model pembelajaran cooperative learning tipe scramble karena
model ini sangat sederhana, mudah diterapkan dan siswa sangat aktif
18
C. Model Cooperative Learning Tipe Scramble
1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble
Model cooperative learning tipe scramble ini merupakan salah satu
tipe dari model pembelajaran cooperative dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen. Solihatin dan Raharjo (2008 : 4-5)
Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok
kerja, karena belajar dalam model cooperative harus ada “Struktur
dorongan dan tugas yang bersifat cooperative” sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat
interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Kemudian, Huda
(2013: 303) model scramble merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa model
ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak kiri,
siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka
dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam
kondisi acak. Komalasari (2010: 84) model scramble merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu
pertanyaan/pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara
menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk
suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud. Yusiriza dalam
wordpress.com (2011) menjelaskan model scramble merupakan suatu
19
yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan
mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti simpulkan bahwa model
scramble merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa
untuk lebih kreatif dan teliti dalam mencari jawaban dengan menyusun
huruf-huruf yang disusun secara acak. Model pembelajaran scramble dapat
dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa, sebab model scramble menuntut siswa untuk lebih kreatif dan teliti.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Rakhmawati yaitu
dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Scramble untuk
Peningkatan Motivasi IPA (Fisika) pada Siswa SMP Negeri 16 Purworejo
Tahun Pelajaran 2011/2012” serta penelitian yang dilakukan oleh Septi
Arianingsih dengan judul ”Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Scramble dengan menggunakan Media Grafis untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IVB SD
Negeri 8 Metro Barat TP.2012/2013. Kedua penelitian di atas relevan
dengan penelitian yang peneliti laksanakan dalam hal model pembelajaran
cooperative learning tipe scramble.
2. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble
Cooperative learning seperti halnya model pembelajaran yang
lainnya mempunyai karakteristik dan langkah-langkah dalam
penerapannya. Rusman (2014: 212) menjelaskan ada empat prosedur atau
langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) penjelasan
20
Penerapan Cooperative Learning membutuhkan kreativitas. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Trianto (2013: 66) terdapat enam langkah utama di dalam Cooperative Learning, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan.
Menurut Hanafiah (2010: 53) langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam model scramble, yaitu: (1) guru membuat pertanyaan yang sesuai
dengan indikator pembelajaran, (2) guru membuat jawaban yang diacak
hurufnya, (3) guru menyajikan materi, (4) guru membagikan lembar kerja
kepada siswa. Menurut Komalasari (2010: 84) menjelaskan ada beberapa
langkah model scramble, yaitu: guru menyajikan materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru membagikan lembar kerja
kepada siswa.
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti simpulkan langkah-langkah
pembelajaran model cooperative learning tipe scramble sebagai berikut.
a) Guru mempersiapkan lembar kerja yang sesuai dengan indikator
pembelajaran berupa pertanyaan dan jawaban yang diacak hurufnya.
b) Guru menyampaikan materi pembelajaran.
c) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 5 orang siswa.
d) Guru memberikan lembar kerja berupa pertanyaan dan jawaban yang
diacak hurufnya kepada setiap kelompok.
e) Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan
21
f) Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok
yang lain.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble Model pembelajaran cooperative learning tipe scramble memiliki
keunggulan dan kelemahan seperti halnya dengan model-model
pembelajaran yang lainnya. Menurut Komalasari (2010: 86) model
cooperative learning tipe scramble memiliki kelebihan dan kelemahan
yaitu, sebagai berikut.
Kelebihan model pembelajaran scramble: 1. Memudahkan mencari jawaban.
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut 3. Semua siswa terlibat.
4. Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
5. Melatih untuk disiplin.
Kekurangan model pembelajaran scramble: 1. Siswa kurang berfikir kritis.
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya. 3. Mematikan kreativitas siswa.
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
Berdasarkan pendapat ahli, dapat diketahui kelebihan model
cooperative learning tipe scramble yaitu memudahkan mencari jawaban
dan mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan
kelemahan model cooperative learning tipe scramble terletak pada
keakuratan pemerolehan jawaban siswa, bisa saja siswa hanya mencontek
22
D. Ilmu Pengetahuan Alam
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam suatu mata pelajaran yang senantiasa
mengkaji hal-hal yang terjadi didalam semesta. Menurut Sutrisno,dkk.
(2007: 1.19) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,
serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penalaran
yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. Oleh karena itu,
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di sekolah harus
membekali siswa tentang berbagai cara untuk mengetahui dan
mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu siswa memahami alam
secara mendalam serta memberikan pengetahuan dan pengajaran secara
nyata.
Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan
dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan
dan deduksi. Ilmu Pengetahaun Alam mempelajari alam semesta,
benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar
angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati
dengan indera.
23
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam.
Pengetahuan yang mengupas tentang alam sekitar yang berupa fisik serta
teori-teori yang berhubungan dengan alam. Selain itu, dalam Ilmu
Pengetahuan Alam juga menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,
sikap, keterampilan dan nilai ilmiah, serta rasa mencintai dan menghargai
kebesaran Sang pencipta.
2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) menyatakan bahwa mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
24
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa
agar dapat mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa
sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya. Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam diharapkan guru dapat mendidik dan memberi bekal
kepada siswa dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat bermanfaat
bagi kehidupannya.
E. Kinerja Guru
Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Guru memberikan pelayanan maksimal untuk
siswanya. Guru sebaiknya mengoptimalkan kompetensi yang dimilikinya agar
siswa dapat memiliki prestasi yang maksimal. Guru merupakan suatu profesi
atau jabatan fungsional dalam bidang pendidikan dan pembelajaran atau
seseorang yang menduduki dan melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan
dan pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bagian
kelima pasal 32 ayat 2, bahwa dalam pembinaan dan pengembangan profesi
guru, para guru professional dituntut untuk menguasai empat kompetensi,
meliputi:
1) Kompetensi pedagogik, merupakan pemahaman terhadap siswa, perancangan, dan pelaksanaan, pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia.
25
substansi kelimuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
4) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa untuk itu para guru yang sudah tersertifikasi (profesional) wajib meningkatkan kinerja dan potensi yang dimiliki untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik.
Menurut Rusman (2012: 75) tugas guru adalah harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan hidup dan praktik-praktik komunikasi. Uno (2007: 72)
mengungkapkan bahwa secara konseptual kinerja guru adalah kecakapan
yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi yaitu
pedagogik, profesional, sosial, dan personal. Hal tersebut sejalan dengan
Depdiknas (2006: 21) yang menyatakan bahwa hal yang berkaitan dengan
kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam
proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru diantaranya adalah
kompetensi pedagogik. Sagala (2013: 31) kompetensi pedagogik
merupakan mengembangkan kemampuan bersifat kognitif berupa
pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun
performasi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman
keterampilan dan sikap. Sedangkan Rusman (2014: 54) berpendapat
bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam
26
kemampuannya di kelas dan guru juga harus mampu melakukan kegiatan
penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Rusman (2014: 54) terdapat kriteria kompetensi pedagogik yang dimiliki
oleh guru, yaitu:
1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas.
9) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik yang
dimiliki oleh guru merupakan kompetensi kemampuan guru dalam
mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses
pembelajaran di kelas. Mengembangkan kemampuan bersifat kognitif
berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun
performasi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman
27
b. Kompetensi Kepribadian
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian
ideal. Sanjaya (2012: 18) kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru
berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan
peran guru sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru.
Rusman (2014: 55) terdapat kriteria kompetensi kepribadian yang dimiliki
guru, yaitu:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian
yang dimiliki oleh guru merupakan kompetensi pengembangan
kepribadian yang berkaitan dengan kepribadian guru yang akan selalu
ditiru oleh peserta didik. Kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat merupakan panutan dan suri teladan yang
patut dicontoh. Sanjaya (2012: 19) kompetensi sosial berhubungan dengan
kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial.
Rusman (2014: 56) berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru
28
1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang untuk
berkomunikasi dan berhubungan dengan lingkungan sosial.
Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan
masyarakat sekitar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
proses pembelajaran. Sanjaya (2012: 18) kompetensi profesional adalah
kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan
yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Rusman (2014: 58)
berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi
profesional yaitu:
1) Menguasi materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
5) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional
adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam hal penyelesaian
29
yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, mengembangkan materi pembelajaran yang di
mampu kreatif adalah kompetensi professional yang harus dimiliki oleh
guru.
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan kinerja guru adalah
segala kegiatan guru baik kegiatan mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik yang
dilandasi dengan kecakapan dan kompetensi seorang guru. Kompetensi yang
dimaksud mencangkup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi professional.
F. Kerangka Pikir
Prestasi belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor, satu diantarannya
yang dominan ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran oleh guru.
Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat
mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar.
Model pembelajaran cooperative learning tipe scramble merupakan
model pembelajaran dimana siswa diberikan sebuah masalah melalui
pertanyaan yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang jawabannya
diacak hurufnya untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok,
30
masalah melalui kegiatan penyelidikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat
digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut.
(Gambar 1 Kerangka pikir penelitian)
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas ini adalah “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble sesuai konsep
dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat”. Process
Penerapan Model Cooperative Learning tipe Scramble
Output
Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sesuai dengan indikator keberhasilan.
Input
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas,
atau lazim dikenal dengan classroom action research prosedur yang
digunakan berbentuk siklus (cycle). Wardhani, dkk., (2006: 1.3) penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sejalan dengan
pendapat Wardhani, dkk. Menurut Arikunto (2013: 16) setiap siklus terdiri
dari empat kegiatan pokok yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga meningkatkan hasil
belajar siswa. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, siklus ini
tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi dua kali dengan tujuan pembelajaran
di kelas telah tercapai. Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat
32
Gambar 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas Sumber: Arikunto (2013: 137)
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 5
Metro Pusat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai
laporan hasil penelitian (bulan Desember 2014 sampai April 2015). Siklus II
Perencanaan I
Pelaksanaan I Siklus I
Pengamatan I Refleksi I
Perencanaan II
Pengamatan II
Pelaksanaan II Refleksi II
33
C. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan
partisipatif antara peneliti dan guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat.
Guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat bertugas sebagai guru sedangkan
peneliti berperan sebagai observer. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang
dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV B dan 1 orang guru, jumlah
siswa sebanyak 29 orang siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12
siswa perempuan.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua
teknik, yaitu nontes dan tes.
a. Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, teknik tersebut
dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif.
Variabel yang diukur dengan menggunakan teknik observasi adalah
aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam melalui model cooperative learning tipe scramble.
b. Teknik Tes
Bentuk teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis untuk
mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan
diketahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran
34
2. Alat Pengumpul Data a. Lembar Observasi
Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan
guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama
berlangsungnya proses pembelajaran dengan cara memberi skor dalam
lembar observasi yang telah disediakan.
1. Lembar observasi kinerja guru
Lembar observasi kinerja guru atau Intrumen Penilaian
Kinerja Guru digunakan untuk memperoleh data tentang
kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar.
2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk
memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa di dalam proses
[image:52.595.170.507.578.730.2]pembelajaran.
Tabel 2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa
No Aspek
penilaian Indikator
1 A Memperhatikan penjelasan guru atau teman
2 B Memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok
3 C Menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain
4 D Bekerjasama dalam diskusi kelompok
35
b. Tes Formatif
Tes formatif menggunakan butir soal. Jenis butir soal yang
digunakan adalah pilihan ganda dan essay. Butir soal digunakan untuk
memperoleh data mengenai peningkatan hasil belajar siswa. Melalui
tes ini, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan
ketercapaian indikator pembelajaran dapat diketahui.
E. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian aktivitas siswa
dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Kinerja guru
Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:
NK =
x 100
Keterangan:
NK = nilai kinerja guru
TS = total skor yang diperoleh
SM = total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati Sumber: Aqib (2009: 41)
Tabel 3 Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran
No Skor Tingkat
keberhasilan Kriteria
1 5 81-100 Sangat Baik
36
No Skor Tingkat
keberhasilan Kriteria
3 3 41-60 Cukup Baik
4 2 21-40 Kurang Baik
5 1 10-20 Sangat Kurang
Sumber: Aqib (2009: 41)
b. Aktivitas siswa
1. Nilai aktivitas siswa setiap indikator dapat diperoleh dengan rumus:
N =
x 100%
Keterangan:
N = Nilai yang dicari atau diharapkan
R = Jumlah skor yang diperoleh siswa
SM = Skor Maksimal ideal yang diamati
100% = Bilangan Tetap
(Sumber: Purwanto 2012: 102)
Tabel 4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal
No Skor Tingkat
keberhasilan Kriteria
1 5 81%-100% Sangat Aktif
2 4 61%-80% Aktif
3 3 41%-60% Cukup Aktif
4 2 21%-40% Kurang Aktif
5 1 10%-20% Pasif
Sumber: Aqib (2009: 41)
2. Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh dengan rumus
P =
x 100 %
[image:54.595.161.507.87.169.2]37
Tabel 5 Persentase kriteria siswa aktif secara klasikal dalam pembelajaran
No Skor Tingkat
keberhasilan Kriteria