PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN
MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI UPBJJ
UNIVERSITAS TERBUKA MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh:
NILDA NOVIANTI NIM 090403036
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah sebagai rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-nya kepada penulis
sehingga dapt menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik.
Kegiatan penelitian ini dilakukan di UPBJJ (Unit Pengajaran Belajar jarak
Jauh) Universitas Terbuka Medan yang terletak di jalan Bromo No 29 Medan,
Sumatera Utara yang dijadikan tempat penelititan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Pengukuran Beban Kerja
Karyawan PJW Dengan Menggunakan Metode NASA-TLX Di UPBJJ (Unit Pengajaran Belajar jarak Jauh) Universitas Terbuka Medan”.
Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna
dan masih terdapat kekurangan. Oleh Karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan
penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Medan, Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Rumusan Masalah ... I-6
1.3 Tujuan Penelitian ... I-6
1.4 Manfaat Penelitian ... I-6
1.5 Batasan Masalah dan Asumsi ... I-7
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... I-7
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1 Sejarah Perusahan ... II-1
2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sistem Pembelajaran UPBJJ
Universitas Terbuka Medan ... II-1
2.2.1 Visi dan Misi ... II-1
2.2.2 Tujuan ... II-2
2.2.3 Sistem Pembelajaran Universitas Terbuka ... II-2
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
HALAMAN
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1
3.1 Manusia dan Pekerjaannya ... III-1
3.2 Beban Kerja ... III-2
3.3.1 Beban Kerja Mental ... III-3
3.3.2 Beban Kerja Fisik ... III-7
3.3 Pengukuran Denyut Jantung ... III-7
3.4 Metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space
Administration Task Load Index) ... III-9
3.5 Work Sampling ... III-15
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2 Rancangan Penelitian ... IV-1
4.3 Intrumen Penelitian ... IV-1
4.4 Metode Pengumpulan Data ... IV-2
4.4.1 Data Primer ... IV-2
4.4.2 Data Sekunder ... IV-2
4.5 Populasi dan Sampel ... IV-3
4.6 Kerangka Berpikir ... IV-3
4.7 Pelaksanaan Penelitian ... IV-3
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1 Pengumpulan Data ... V-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
HALAMAN
5.1.1.1 Penentuan Rating Factor ... V-6
5.1.1.3 Penentuan Allowance ... V-14
5.1.2 Pengumpulan Data dengan Metode NASA-TLX ... V-21
5.1.3 Pengumpulan Data Pengukuran Denyut Nadi ... V-23
5.2 Pengolahan Data ... V-24
5.2.1 Pengolahan Data dengan Work Sampling ... V-24
5.2.1.1 Pengukuran Produktivitas ... V-24
5.2.1.2 Uji Keseragaman Data ... V-27
5.2.1.3 Uji Kecukupan Data ... V-34
5.2.1.4 Perhitungan Derajat Ketelitian ... V-37
5.2.1.5 Perhitungan Waktu Normal dan
Waktu Standart ... V-39
5.2.2 Perhitungan Beban Kerja Mental dengan
Menggunakan NASA-TLX ... V-40
5.2.3 Perhitungan Beban Kerja Fisik dengan
Menggunakan Pengukuran Denyut Nadi ... V-42
5.2.3.1 Metode Penilaian Secara Langsung ... V-42
5.2.3.2 Metode Penilaian Secara Tidak
Langsung Perhitungan %CVL ... V-43
5.2.4 Perhitungan Total Beban Kerja ... V-45
BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1
6.1 Analisis Beban Kerja Karyawan PJW
(Penanggungjawab) ... VI-1
6.1.1 Analisis Beban Kerja Mental Karyawan PJW
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
HALAMAN
6.1.2 Analisis Beban Kerja Fisik Karyawan PJW
Dengan Pengukuran Denyut Nadi ... VI-2
6.2 Analisis Jumlah Karyawan PJW Optimal ... VI-3
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1 Kesimpulan ... VII-1
7.2 Saran ... VII-1
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1 Indikator dalam Metode NASA-TLX ... III-12
5.1 Waktu Pengamatan... V-2
5.2 Rekapitulasi Pengamatan Work Sampling ... V-5
5.3 Rating Factor Karyawan PJW Nias Utara ... V-12
5.4 Rating Factor Karyawan PJW Nias ... V-12
5.5 Rating Factor Karyawan PJW Nias Barat ... V-12
5.6 Rating Factor Karyawan PJW Nias Selatan ... V-12
5.7 Rating Factor Karyawan PJW Asahan ... V-13
5.8 Rating Factor Karyawan PJW BatuBara ... V-13
5.9 Rating Factor Karyawan PJW Simalungun ... V-13
5.10 Tabel Kelonggaran ... V-14
5.11 Allowance Karyawan PJW Nias Utara ... V-17
5.12 Allowance Karyawan PJW Nias ... V-18
5.13 Allowance Karyawan PJW Nias Barat ... V-18
5.14 Allowance Karyawan PJW Nias Selatan ... V-18
5.15 Allowance Karyawan PJW Asahan ... V-19
5.16 Allowance Karyawan BatuBara ... V-19
5.17 Allowance Karyawan PJW Simalungun ... V-19
5.18 Rekap Data Kuesioner Pemberian Rating ... V-20
5.19 Rekap Data Tally dari Pembobotan... V-21
5.20 Tabel Pembobotan NASA-TLX Karyawan PJW Nias Utara ... V-22
5.21 Rekap Data dari Pembobotan ... V-22
5.22 Rekap Data Pengukuran Denyut Nadi ... V-23
5.23 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias Utara ... V-24
5.24 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias ... V-24
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.26 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias Selatan .... V-25
5.27 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Asahan ... V-25
5.28 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan BatuBara ... V-25
5.29 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Simalungun ... V-26
5.30 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Karyawan PJW ... V-35
5.31 Rekapitulasi Uji Derajat Ketelitian Untuk Tiap Karyawan PJW ... V-38
5.32 Rekapitulasi Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Standart
Karyawan PJW ... V-39
5.33 Rekapitulasi Beban Kerja Mental Karyawan PJW Nias Utara ... V-40
5.34 Rekapitulasi WWL Karyawan PJW ... V-40
5.35 Hasil Perhitungan Konsumsi Energi dan Kategori Beban Kerja
Pada Karyawan PJW ... V-42
5.36 Hasil Perhitungan %CVL dan Klasifikasi Beban Kerja
Pada Karyawan PJW ... V-43
5.37 Rekapitulasi Total Beban Kerja Karyawan PJW UPBJJ
Universitas Terbuka Medan ... V-46
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1 Struktur Organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan ... II-6
4.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian... IV-7
5.1 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias Utara ... V-28
5.2 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias ... V-29
5.3 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias Barat ... V-30
5.4 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias Selatan ... V-31
5.5 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Asahan ... V-32
5.6 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW BatuBara ... V-33
Abstrak. Perkembangan teknologi yang pesat, baik di bidang komunikasi
maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya cara baru dalam menawarkan pendidikan di samping cara konvensional tatap muka yang selama ini dikenal. Pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ), yang saat ini berkembang merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dalam hal ketersediaan pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Universitas Terbuka perlu melakukan pengukuran beban kerja karyawan penanggungjawab daerah dikarenakan jumlah mahasiswa dari tiap tahun mengalami kenaikan fluktuatif. Dampak yang terjadi akibat peningkatan jumlah mahasiswa ini, karyawan diluar jabatan penanggungjawab daerah (PJW) ikut membantu diluar jobdesk. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah karyawan PJW optimal berdasarkan beban kerja. Penelitian dilakukan dengan metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) dan %CVL (Cardiovascular Load). Hasil dari NASA-TLX menunjukkan bahwa kebutuhan fisik yang lebih dominan mempengaruhi karyawan PJW, sedangkan %CVL menunjukkan rata-rata klasifikasi pekerjaan pada karyawan PJW diperlukan perbaikan.
Abstract. Rapid technological developments, both in the field communication
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Nugraheni (2009), Perkembangan teknologi yang pesat, baik di
bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya
cara baru dalam menawarkan pendidikan di samping cara konvensional tatap
muka yang selama ini dikenal. Pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ), yang
saat ini berkembang merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan
para pemangku kepentingan dalam hal ketersediaan pendidikan, terutama
pendidikan tinggi. Daya jangkau yang luas, institusi PTJJ sekaligus dituntut untuk
menyampaikan pendidikan dengan kualitas yang tinggi, yang mencakup produk,
cara penyampaian, proses, dan pelayanannya, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pelanggannya. Kualitas telah menjadi pertimbangan penting bagi para
pengguna kepentingan dalam memilih institusi pendidikan. Institusi PTJJ harus
merespons dengan tepat kebutuhan masyarakat yang berubah tersebut antara lain
dengan menerapkan sistem penjaminan mutu.
Universitas Terbuka merupakan sebuah organisasi yang bergerak di
bidang pendidikan. Universitas Terbuka memiliki dua jurusan yaitu pendidikan
dasar dan non pendidikan dasar. Jumlah mahasiswa dari tahun 2011 sampai 2013
untuk non pendidikan dasar sebanyak 7.673 mahasiswa, sedangkan untuk
pendidikan dasar dilakukan tatap muka sebanyak 8 kali pertemuan selama satu
semester, sedangkan pada sistem perkuliahan non pendidikan dasar dipergunakan
modul. Modul yang digunakan sesuai dengan jumlah SKS, satu sks disetarakan
dengan tiga modul bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman,
sehingga bahan ajar dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman,
tergantung pada jenis mata kuliahnya. Universitas Terbuka Medan terletak di jalan
Bromo No. 29 Medan merupakan perguruan tinggi negeri. Universitas Terbuka
menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti
pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media,
baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet,
siaran radio, dan televisi).
Data jumlah mahasiswa sebelumnya didapatkan persentase jumlah
mahasiswa yang mengalami peningkatan secara fluktuatif, seperti di Kabupaten
Nias Utara dari tahun 2011 semester 1 sampai tahun 2013 semester 2 yaitu 5,8%,
29,5%, 19,3%, 13,3%, 14,9%. Penanggungjawab daerah untuk satu daerah
kabupaten hanya ada satu orang, dengan satu orang pembantu PJW
(penanggungjawab) yang tinggal di daerah. Data yang didapatkan menunjukkan
peningkatan jumlah mahasiswa yang fluktuatif setiap tahunnya untuk satu
kabupaten. Tidak adanya penambahan karyawan sebagai penanggungjawab
daerah menyebabkan keadaan ini sering dikeluhkan oleh karyawan PJW yang
memiliki umur 40 tahun keatas, karyawan PJW mengalami lembur seperti pada
saat persiapan modul untuk tutorial dan persiapan ujian. Keluhan-keluhan tersebut
langsung ke daerah. Keadaan-keadaan ini menyebabkan beban kerja yang didapat
satu orang karyawan berlebih dan mengakibatkan karyawan dengan jabatan diluar
PJW ikut membantu pekerjaan PJW.
Universitas Terbuka Medan pada saat ini memiliki 28 kelompok belajar
yang tersebar di 28 kabupaten di Sumatera Utara. Penanggung jawab daerah
bertugas merekapitulasi jumlah matakuliah yang diambil mahasiswa pada saat
registrasi pertama, mengatur pertemuan tatap muka (tutorial) sebanyak 8 kali
pertemuan selama satu semester, melakukan registrasi ujian, registrasi wisuda,
datang ke daerah pada saat tutorial dan ujian.
Penelitian yang akan dilakukan adalah penentuan jumlah karyawan PJW
optimum di satu daerah. Penentuan jumlah karyawan berkaitan dengan aktivitas
kerja dan waktu yang dibutuhkan karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
sesuai dengan Job Description yang diberikan oleh UPBJJ Universitas Terbuka
berdasarkan Kep.Men.PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 pedoman
perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka
penyusunan formasi pegawai negeri sipil (PNS). Satu orang karyawan juga tidak
maksimal memberikan kualitas pelayanan terhadap kebutuhan mahasiswa, seperti
pada saat registrasi awal, registrasi ujian dan pengambilan ijazah. Pengukuran
beban kerja diperlukan pada karyawan penanggungjawab daerah di UPBJJ
Universitas Terbuka agar tidak merugikan pelayanan yang diberikan pada
mahasiswa.
Menurut Susetyo dkk (2012) beban kerja fisik karyawan home industry
mengalami tekanan (pressure) yang tinggi sehingga menimbulkan beban kerja
mental. Pada saat seorang karyawan mengalami beban mental yang berlebih maka
akan mengalami stres kerja. Hubungannya dilihat dengan pekerjaan, dampak dari
stres kerja akan menjurus pada menurunnya performansi, efisiensi, dan
produktivitas kerja yang bersangkutan. Beban kerja mental karyawan dapat diukur
menggunakan metode NASA-Task Load Index (TLX). Hasil penelitian
menunjukkan karyawan yang mengalami beban kerja mental tinggi adalah 91%
dan 9% mengalami beban kerja mental sangat tinggi. Karyawan yang mengalami
stres kerja tinggi adalah 36%, dan 64% mengalami stres sedang. Stres kerja
karyawan dipengaruhi oleh beban kerja mental sebesar 42,8% dan 57,2%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Menurut Baulk dkk (2007) kelelahan pada shift kerja sebagian besar
berfokus pada panjang waktu dan shift, khususnya berkonsentrasi pada efek dari
shift sistem 12 jam. Studi-studi ini telah memeriksa kesempatan tidur, kuantitas
dan kualitas, serta kelelahan dan efek pada performance. Keuntungan kerja hari
minggu, telah mencatat bahwa di beberapa industri yang menerapkan shift 12 jam
berarti eksposur diperpanjang untuk faktor-faktor seperti suhu tinggi, bahan kimia
berbahaya, ruang tertutup atau lingkungan yang membutuhkan pakaian pelindung
yang luas atau peralatan. Beberapa penelitian juga mencatat pentingnya sifat
pekerjaan dan tugas yang berbeda dilakukan. NASA sebagai alat evaluasi beban
kerja yang melihat dalam tugas perbedaan antara peserta. Hasil penelitian
menunjukkan hubungan yang lemah antara beban kerja dan kelelahan, yang
kelelahan, seperti yang ditunjukkan oleh studi ini, mungkin memiliki implikasi
untuk pengelolaan risiko kelelahan, namun lebih banyak data dari pengaturan
organisasi yang berbeda adalah diperlukan sebelum kesimpulan yang pasti dapat
dibuat.
Menurut Hima (2011) untuk mengukur beban kerja ada berbagai cara yang
diusulkan oleh para penelti ergonomi. Penentuan beban kerja fisik, salah satu
metode yang dapat digunakan adalah dengan metode analisis cardiovascular load
(CVL), yaitu perbandingan peningkatan denyut nadi dengan denyut nadi
maksimum. Pengukuran beban kerja mental dapat digunakan metode
NASA-TLX, yaitu berdasarkan persepsi subyektif responden yang mengalami beban
kerja tersebut. Penerapan metode ini diperlukan penilaian responden terhadap
pekerjaannya. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 10 operator mesin
yang bekerja di Departemen LVP (Log and Veeneer Preparation). Operator pada
Departemen LVP melakukan pekerjaan terus-menerus selama 7,5 jam tanpa
berhenti kecuali waktu istirahat. Data yang dikumpulkan ada dua, yaitu data
denyut jantung dan data hasil kuesioner NASA-TLX. Pengukuran denyut nadi
dilakukan pada pagi hari sebelum operator memulai aktivitas kerja di pabrik dan
pada saat melakukan aktivitas kerja, yaitu pada jam 9.30, kira-kira separuh shift
pagi. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu: pulsemeter yang
digunakan untuk mengukur denyut jantung per menit, dan kuesioner NASA-TLX
untuk mengukur beban kerja mental. Hasil pengukuran dengan metode CVL dan
NASA-TLX diperoleh beban kerja fisik terberat dialami operator mesin rotary
dialami operator mesin slicer1 dengan indeks WWL sebesar 81,33. Kedua metode
pengukuran beban kerja, yaitu CVL dan NASA-TLX mendapatkan hasil analisis
yang berbeda karena elemen kerja kerja yang harus dilakukan oleh operator
berbeda.
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan beban tanggung jawab yang berat oleh seorang karyawan
penanggungjawab daerah di UPBJJ Universitas Terbuka, maka rumusan masalah
pada penelitian adalah seberapa besar beban kerja fisik dan beban kerja mental
karyawan PJW untuk menentukan jumlah karyawan PJW optimal.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menentukan jumlah karyawan
penanggungjawab daerah yang optimal berdasarkan beban kerja. pada UPBJJ
Universitas Terbuka Medan
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Menentukan weighted workload (WWL) karyawan.
b. Menentukan % produktivitas kerja karyawan.
c. Menentukan % Cardiovasculair Load karyawan.
d. Menentukan jumlah karyawan penanggugjawab yang optimal pada setiap
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :
1. Menambah referensi mengenai pengukuran beban kerja dengan
menggunakan metode NASA- Task Load Index bagi mahasiswa.
2. UPBJJ Universitas Terbuka Medan dapat mengetahui keadaan beban kerja
karyawan dan jumlah karyawan penanggungjawab optimal untuk setiap satu
daerah kelompok belajar agar perusahaan dapat melakukan perbaikan
didalam perusahaan.
1.5 Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Pengukuran beban kerja fisik dilakukan dengan metode pengukuran denyut
nadi.
2. Pemilihan karyawan penanggungjawab daerah yang menjadi objek penelitian
berdasarkan jumlah mahasiswa setiap daerah yang mengalami tingkat
fluktuatif.
3. Penelitian dari pukul 09.00 wib - 17.00 wib.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Dalam melakukan pengukuran, responden tidak dipengaruhi oleh pihak lain.
2. Karyawan diangap sudah mengetahui dan paham terhadap prosedur kerja
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Sistematika penulisan laporan tugas sarjana, yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini meliputi uraian tentang latar belakang timbulnya masalah dengan
melihat keadaan real di perusahaan tentang apa yang terjadi dan kenapa
terjadi, perumusan masalah didapat dari hasil latarbelakang, tujuan
penelitian yang dilakukan sebagai pemecahan masalah diperusahaan,
manfaat penelitian sebagai bahan perbaikan untuk perusahaan, batasan
masalah untuk tidak membuat penelitian terlalu lebar dan asumsi
penelitian.
BAB II : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan secara keseluruhan
seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan
misi, dan menguraikan kinerja perusahaan saat ini.
BAB III : Landasan Teori
Bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang berisi teori-teori
dan konsep pengukuran beban kerja sebagai landasan utama dalam
melakukan analisa dan pembahasan masalah penulisan.
BAB IV : Metodologi Penelitian
Bab ini memaparkan metodologi yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian meliputi penjelasan tahapan penelitian secara ringkas
BAB V : Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian
serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI : Analisis Pemecahan Masalah
Bab ini berisi proses pengolahan data yang digunakan sebagai dasar
pada pemecahan masalah dan melakukan analisis hasil pengolahan data
dan pemecahan masalah.
BAB VII : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
Universitas Terbuka adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia
yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden
RI Nomor 41 Tahun 1984.
2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sistem Pembelajaran UPBJJ Universitas Terbuka Medan.
2.2.1 Visi dan Misi
UPBJJ Universitas Terbuka sebagai perguruan tinggi negeri memiliki visi
dan misi. Visi Universitas Terbuka adalah pada tahun 2021 Univesitas Terbuka
menjadi institusi Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) berkualitas
dunia dalam menghasilkan produk perguruan tinggi maupun dalam
menyelenggarakan, mengembangkan, dan menyebarkan informasi PTTJJ. Untuk
mencapai visi tersebut, UT memiliki misi sebagai berikut :
1. Menyediakan akses pendidikan tinggi berkualitas dunia bagi semua lapisan
masyarakat, melalui penyelenggaran berbagai program PTTJJ.
2. Mengkaji dan mengembangkan sistem PTTJJ.
3. Memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan dan
2.2.2 Tujuan
Universitas Terbuka didirikan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan warga
negara asing, di mana pun tempat tinggalnya, untuk memperoleh pendidikan
tinggi.
2. Memberikan layanan pendidikan tinggi bagi mereka, yang karena bekerja
atau karena alasan lain, tidak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan
tinggi tatap muka.
3. Mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional sesuai
dengan kebutuhan nyata pembangunan yang belum banyak dikembangkan
oleh perguruan tinggi lain.
2.2.3 Sistem Pembelajaran Universitas Terbuka
Universitas Terbuka menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka.
Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka,
melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak
(audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). Makna terbuka adalah
tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan
frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa
Universitas Terbuka harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas
(SMA atau yang sederajat). Mahasiswa Universitas Terbuka diharapkan
dapat belajar secara mandiri. Cara belajar mandiri menghendaki mahasiswa untuk
sendiri ataupun berkelompok, baik dalam kelompok belajar maupun dalam
kelompok tutorial.
Universitas Terbuka menyediakan bahan ajar yang dibuat khusus untuk
dapat dipelajari secara mandiri. Mahasiswa juga diharuskan dapat mengambil
inisiatif untuk memanfaatkan perpustakaan, mengikuti tutorial baik secara tatap
muka maupun melalui internet, radio, dan televisi, serta menggunakan sumber
belajar lain seperti bahan ajar berbantuan komputer dan program audio/video.
Mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dapat meminta informasi tentang
bantuan belajar kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
(UPBJJ-UT) setempat.
Belajar mandiri dalam banyak hal ditentukan oleh kemampuan belajar
secara efektif. Kemampuan belajar bergantung pada kecepatan membaca dan
kemampuan memahami isi bacaan. Mahasiswa untuk dapat belajar mandiri secara
efektif dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang kuat.
Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efisien, sehingga
dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal belajar yang ditentukan sendiri.
Mahasiswa agar dapat berhasil belajar di Universitas Terbuka dengan cepat, maka
calon mahasiswa harus siap untuk belajar secara mandiri.
Sistem Kredit Semester (SKS) juga diterapkan di Universitas Terbuka
sama dengan perguruan tinggi yang lain, untuk menetapkan beban studi
mahasiswa. Sistem ini mengharuskan beban studi diselesaikan dalam satu
program studi diukur dengan satuan kredit semester (sks). Setiap mata kuliah
kurang lebih 16 minggu. Sistem pendidikan jarak jauh mengharuskan mahasiswa
mengalokasikan waktu yang sama dengan mahasiswa tatap muka (2 jam per
minggu per sks). Kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan secara mandiri
(belajar sendiri, belajar berkelompok, atau tutorial).
Khusus untuk Universitas Terbuka, satu sks disetarakan dengan tiga modul
bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman, sehingga bahan ajar
dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman, tergantung pada jenis mata
kuliahnya. Hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan membaca dan
memahami rata-rata mahasiswa adalah 5-6 halaman per jam sehingga untuk
membaca dan memahami bahan ajar dengan bobot 3 sks diperlukan waktu sekitar
75 jam (360-450 halaman dibagi 5-6 halaman). Satu semester mempunyai waktu
16 minggu, maka waktu yang diperlukan untuk membaca dan memahami bahan
ajar dengan bobot 3 sks adalah 75 jam dibagi 16 minggu, atau kurang lebih 5 jam
per minggu, misalnya mahasiswa mengambil 15 sks/semester, maka yang
bersangkutan harus mengalokasikan waktu belajar sebanyak 15 sks dibagi 3 sks
kali 5 jam = 25 jam per minggu atau kira-kira 5 jam per hari (1 minggu dihitung 5
hari belajar).
Sistem belajar seperti ini mahasiswa UT diharapkan mengalokasikan
waktu belajar sesuai dengan beban sks yang diambil, atau mengambil beban sks
setiap semester sesuai dengan waktu belajar yang dapat dialokasikan, serta
2.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan mempunyai bentuk dan
corak yang berbeda perusahaan lainnya. Bentuk struktur organisasi tergantung
pada jenis dan luas ruang lingkup organisasi tersebut. Struktur organisasi
merupakan bentuk susunan yang menggambarkan secara jelas dan tegas tentang
tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota organisasi serta dapat
diketahui sejauh mana batas dan tanggung jawab kekuasaannya.
Struktur organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan berdasarkan
Permendiknas nomor 23/2007 tentang Statuta Universitas Terbuka. Sebagai unit
teknis Universitas Terbuka di daerah, UPBJJ Universitas Terbuka Medan
memiliki fungsi dan tugas sebagai pusat pelayanan mahasiswa yang mencakup:
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi akademik yang meliputi
kegiatan registrasi dan pengujian.
2. Melaksanakan kegiatan kemahasiswaan dan bantuan belajar yang meliputi
pelaksanaan tutorial, ko dan ekstra kurikuler, hubungan masyarakat, dan
lain-lain.
3. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi umum yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, penjualan benda-benda UT dan
lain-lain.
4. Mengembangkan dan membina kerja sama dengan berbagai instansi.
Struktur organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan dapat dilihat pada
Sumber : UPBJJ UT Medan, 2011
Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan Rektor Univ Pembina Rektor UT
Kepala UPBJJ UT
Kasubag TU
ICT Bendahara
Koord Registrasi &
Pengujian Koord BBLBA
Pj. Registrasi Pj. Pengujian Pj. Bantuan Belajar
Pj. Layanan Bahan Ajar
Pj. Pascasarjana Pj. Penelitian Pj. PBA Pj. Pendas Pj. Non Pendas
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Manusia dan Pekerjaannya1
Sistem kerja yang terdiri atas manusia, bahan, mesin dan peralatan, serta
lingkungan kerja baik tunggal maupun sebagai suatu kesatuan akan mempengaruhi hasil
kerja. Kriteria yng digunakan untuk mengukur keberhasilan dapat berupa kriteria
ongkos, kualitas dan waktu penyelesaian yang berhubungan dengan kuantitas keluaran.
Manusia adalah pusat dari sistem itu, baik manusia sebagai pecinta sistem, maupun
karena manusia harus berinteraksi dengan sistem guna untuk mengendalikan proses
yang sedang berlangsung dalam proses tersebut, maka banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kerjanya. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok faktor diri (individual) terdiri dari faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri pekerja sendiri dan seringkali sudah ada sebelum pekerja tersebut
memasuki lingkungan kerja tersebut. Kelompok yang termasuk adalah aptitude, sifat,
sistem nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman, dan lain-lain. Kecuali pendidikan dan pengalaman, semua faktor diatas
tidak dapat diubah dan kelompok faktor luar terdiri atas faktor-faktor yang hampir
sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan pimpinan
perusahaan untuk mengubahnya. Semua faktor dalam kelompok ini dapat diubah dan
diatur. Secara garis besar faktor situasional ini terbadi menjadi faktor-faktor fisik,
seperti: mesin, peralatan kerja, bahan, lingkungan kerja, pengawasan, perupahan,
lingkungan sosial dan sebagainya.
1
3.2 Beban Kerja2
Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik,
mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja
berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh
seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun
mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas
operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Misalkan, suatu
pekerjaan kuli angkut mempunyai “demand” berupa mengangkat 100 karung per hari.
Jika pekerja hanya mampu mengangkat 50 karung per hari, berarti pekerjaan tersebut
melebihi kapasitasnya.
Mesin juga mempunyai kapasitas dan jika beban yang diterima melebihi
kapasitasnya, maka akan menurunkan usia pakai mesin tersebut dan menjadi rusak.
Manusia juga demikian, jika ia diberikan beban kerja yang berlebihan, maka akan
menurunkan kualitas hidup (kelelahan, dan sebagainya) dan kualitas kerja orang
tersebut (tingginya error rate dsb), dan juga dapat mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja.
Analisis beban kerja ini banyak digunakan diantaranya dapat digunakan dalam
penentuan kebutuhan pekerja (man power planning); analisis ergonomi; analisis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); hingga ke perencanaan penggajian.
2
kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan pemanfaatan
waktu lebih mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.
Secara umum, beban kerja fisik dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi fisiologis dan
biomekanika. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh
(faal tubuh), meliputi denyut jantung, pernapasan, dan lain-lain. Namun, biomekanika
lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti
kekuatan otot, dan sebagainya.
Perhitungan beban kerja berdasarkan pemanfaatan waktu bisa dibedakan antara
pekerjaan berulang (repetitif) atau pekerjaan yang tidak berulang (non-repetitif).
Pekerjaan repetitif biasanya terjadi pada pekerjaan dengan siklus pekerjaan yang pendek
dan berulang pada waktu yang relatif sama. Contohnya adalah operator mesin di
pabrik-pabrik. Sedangkan pekerjaan non-repetitif mempunyai pola yang relatif “tidak
menentu”. Seperti pekerjaan administratif, tata usaha, sekretaris, dan pegawai-pegawai
kantor pada umumnya.
3.2.1 Beban Kerja Mental3
Menurut Henry R. Jex (1998) beban kerja mental yaitu selisih antara tuntutan
beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam
kondisi termotivasi. Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan berubah setiap saat.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan aspek psikologis dapat berasal dari dalam
diri sendiri (internal) atau dari luar diri sendiri seperti pekerjaan dan lingkungan
(eksternal). Faktor internal maupun eksternal sulit dilihat dari kasat mata sehingga
dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor yang dapat
3
diukursecara obyektif ataupun dari tingkah laku dan penuturan si pekerja sendiri yang
dapat diidentifikasi. Selain itu beberapa individu memiliki kondisi tubuh dan melakukan
yang sama, secara obyektif menunjukan tingkat performansi yang sama. Sebagian
individu berpendapat bahwa pekerjaan yang dilakukan ringan dan tidak menguras otak
sementara individu lainnya berpendapat sebaliknya. Hai ini mendasari munculnya ide
mengenai beban kerja mental.
Beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai setelah beban kerja fisik telah
dinilai. Penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik.
Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.
Berdasarkan aspek fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan
yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah.
Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat
dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar)
dari pada kerja otot (Blue-collar). Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi
oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan
dengan tanggung jawab yang lebih besar.
Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur
persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ
sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau.
Permasalahan yang ada pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali
atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar
menjadi masalah bagi orang tua. Kemampuan orang tua mengalami banyak penurunan
seperti penurunan daya ingat. Demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat
Jenis pekerjaan yang lebih memerlukan kesiapsiagaan tinggi seperti petugas air traffic
controllers di Bandara udara adalah sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang
memerlukan konsentrasi tinggi. Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan semakin
berkurang tingkat kesiapsiagaannya. Uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan
tinggi adalah tes waktu reaksi. Waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk
menilai kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental. Menurut
MacCormick dan Sanders (1988) pelaksanaan pengukuran beban kerja mental memiliki
beberapa kriteria yaitu:
1. Sensitivity
Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan sesuatu yang
berbeda dalam situasi pekerjaan tertentu.
2. Selectivity
Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengarui oleh faktor-faktor selain dari
beban mental itu seperti fisik dan emosional.
3. Interference
Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak
mempengaruhi atau mengintrupsi kepada beban kerja yang telah diprediksi.
4. Reliability
Mengukur beban kerja hendaknya dapat dipercaya hasil pengukurannya.
5. Acceptability
Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umumnya dan khususnya
untuk tempat diambilnya penelitian.
Pengukuran beban kerja mental atau psikologis dapat dilakukan dengan dua cara
1. Pengukuran beban mental secara objektif
Pengukuran beban kerja psikologis secara obyektif dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu:
a. Pengukuran denyut jantung
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya level
pembebanan kerja.
b. Pengukuran waktu kedipan mata
Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan
kedipan mata yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek.
c. Pengukuran dengan metode lain
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki sumber
cahaya yang berkedip makin lama makin cepat sehingga pada suatu saat sukar
untuk diikuti oleh mata biasa.
2. Pengukuran beban mental secara subyektif
Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu:
a. NASA-Task Load Index (TLX)
b. Subjective Workload Assesment Technique (SWAT)
c. Modief Cooper Harder Scaling (MCH)
3.2.2 Beban Kerja Fisik
Konsep beban kerja fisik pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor.
Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan yang didominasi oleh aktivitas fisik.
output yang mudah terukur. Namun pengukuran beban kerja fisik dapat pula diterapkan
untuk tenaga kerja tidak langsung dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Dalam
materi ini akan dijelaskan penggunaan formulir-formulir yang diperlukan dalam
pengukuran sampai dengan interpretasi hasil pengukuran. Aplikasi pengukuran beban
kerja fisik di beberapa perusahaan akan disajikan di bagian akhir sebagai studi kasus
dan latihan.
3.3 Pengukuran Denyut Jantung4
Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang
dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada
pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya
ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besat otot. Begitu juga
untuk konsumsi energi dapat juga untuk menganalisis pembebanan otot statis dan
dinamis. Peningkatan denyut jantung dapat dikarenakan oleh:
1. Temperatur sekeliling yang tinggi.
2. Tingginya pembebanan otot statis.
3. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.
Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode untuk nilai
cardiovascular strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut
nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).
Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai
stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon,1992). Dengan metode tersebut dapat
dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :
4
60
Muller (1962) memberikan beberapa definisi sebagai berikut :
1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan di mulai.
2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung
selama (pada saat) seorang bekerja.
3. Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung
selama bekerja dan selama istirahat.
4. Denyut jantung selama istirahat total (total recovery cost or recovery cost)
adalah jumlah aljabar denyut jantung dari berhentinya denyut pada saat suatu
pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut berada pada kondisi
istirahatnya.
5. Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi
istirahatnya.
3.4 Metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) 5
Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. dari NASA research center
dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini di
kembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari
skala sembilan faktor ( kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha
5
mental, performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari Sembilan faktor ini
disederhanakan lagi menjadi 6 yaitu:
Kebutuhan Fisik (FK), kebutuhan waktu (KW), performansi (P), usaha (U) dan tingkat
stress (TF). Hart dan Staveland (1991), merumuskan masalah pembuatan skala
peringkat beban kerja sebagai berikut :
1. Memilih kumpulan subskala masalah yang paling tepat.
2. Menentukan bagaimana menghubungkan subskala tersebut untuk memperoleh nilai
beban kerja yang berbeda, baik diantara tugas maupun diantara pemberi peringkat.
3. Menentukan prosedur terbaik untuk memperoleh nilai numerik untuk sub skala
tersebut.
Ada tiga katagori pemilihan sub skala yaitu :
1. Skala yang berhubungan dengan tugas ( kesulitan tugas, tekanan waktu dan jenis
aktivitas).
Peringkat yang diberikan pada kesulitan tugas memberikan informasi langsung
terhadap persepsi kebutuhan subjek yang dibebankan oleh tugas. Tekanan waktu
dinyatakan sebagi faktor utama dalam defenisi dan model beban kerja yang paling
operasional dikuantifikasi dengan membandingkan waktu yang diperlukan
serangkaian tugas dalam eksperimen. Peringkat yang diberikan pada jenis aktivitas
ternyata tidak pernah berkorelasi secara signifikan untuk beban kerja keseluruhan.
Dengan demikian, pada skala yang berhubungan dengan tugas hanya faktor
kesulitan tugas dan tekanan waktu yang memberikan informasi yang signifikan
mengenai beban kerja.
2. Skala yang berhubungan dengan tingkah laku ( usaha fisik, usaha mental dan
Faktor usaha fisik mencerminkan manipulasi eksperimen dengan faktor kebutuhan
fisik sebagai komponen beban kerja utama. Hasil eksperimen menunjukan bahwa
faktor usaha fisik tidak memiliki korelasi yang tinggi dan tidak member konstribusi
yang signifikan terhadap beban kerja keseluruhan. Namun faktor ini ternyata
berhubungan kuat dengan faktor tekanan waktu (tugas dengan tekanan waktu yang
tinggi memerlukan tingkat respon yang tinggi pula) dan faktor stress (untuk tugas
yang lebih kompleks). Faktor usaha mental merupakan kontribusi penting pada
beban kerja pada saat jumlah tugas operasional meningkat karena tanggung jawab
operator berpindah dari pengendalian fisik langsung menjadi pengawasan.
Peringkat usaha mental berkorelasi dengan peringkat beban keseluruhan dalam
setiap kategori eksperimen dan merupakan faktor kedua yang paling tinggi
korelasinya dengan beban kerja keseluruhan. Peringkat ini diberikan faktor
performansi sehingga memberikan informasi yang berguna dan signifikan tentang
bagaimana subjek merasakan performansi mereka. Peringkat performansi
berkorelasi secara signifikan dengan peringkat beban kerja keseluruhan.
3. Skala yang berhubungan dengan subjek (frustasi, stress dan kelelahan)
Frustasi merupakan faktor beban kerja beban kerja ketiga yang paling sesuai.
Peringkat frustasi korelasi dengan peringkat beban kerja keseluruhan secara
signifikan pada semua katagori eksperimen. Peringkat stress mewakili manipulasi
yang mempengaruhi peringkat kerja beban keseluruhan merupakan skala yang
independen. Sementara faktor kelelahan tidak berhubungan dengan beban kerja.
Dalam pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA
1. Pemberian rating
Pada bagian pertama responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator
beban mental. Indikator tersebut terlihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Indikator dalam Metode NASA-TLX
SKALA RATING KETERANGAN
MENTAL DEMAND (MD)
Rendah,Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan perceptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan tsb mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, longgar atau ketat .
PHYSICAL DEMAND (PD)
Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (mis.mendorong, menarik, mengontrol putaran, dll) TEMPORAL
DEMAND (TD)
Rendah, tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan
PERFORMANCE (OP)
Tidak tepat, Sempurna
Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya
FRUSTATION LEVEL (FR)
Rendah,tinggi Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan. EFFORT (EF) Rendah, tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
2. Pembobotan
Pada bagian kedua responden diminta untuk melingkari salah satu dari dua
indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap
pekerjaan tersebut. Kuesioner yang diberikan berbentuk perbandingan berpasangan
yang terdiri dari 15 indikator perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini
dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh
kemudian dibagikan dengan 15 . Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot
Untuk mendapatkan skor beban kerja mental NASA TLX, bobot dan rating
dikalikan untuk setiap indikator.
Keterangan : Bobot = Jumlah tally/15
Rating = skor yang diberikan responden pada 6 indikator
pertanyaan
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1988) dalam teori NASA-TLX, skor
beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu pekerjaan menurut para
responden tergolong agak berat jika nilai >80, nilai 50-80 menyatakan beban
pekerjaan sedang, sedangkan nilai <50 menyatakan beban pekerjaan agak ringan.
Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat
beban kerja mental yang dialami oleh pekerja. Hasil pengukuran ini biasa menjadi
pertimbangan manajemen untuk melakukan langkah lebih lanjut, misalnya dengan
mengurangi beban kerja untuk pekerjaan yang memiliki skor diatas 80, kemudian
mengalokasikannya pada pekerjaan yang memiliki beban kerja dibawah 50 atau
langkah-langkah yang lainnya. Keterangan 6 indikator NASA-TLX yaitu sebagai
berikut:
1. Mental Demand, merupakan kemampuan tiap-tiap orang dalam memproses
informasi terbatas, hal ini mempengaruhi tingkat kinerja perorang yang dapat
dicapai. Hubungan antara beban kerja dan kinerja dapat dilihat pada kurva u yang
terbalik. Kinerja manusia pada tingkat rendah tidak juga baik, jika tidak banyak hal
yang biasa dikerjakan, orang akan mudah bosan dan cendrung kehilangan
ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakasanakannya. Dalam kondisi dapat
degradasi dalam kinerja. Pada tingkat beban kerja yang sangat tinggi atau overload,
pada kondisi ini informasi penting akan hilang akibat dari penyederhanaan atau
pemfokusan perhatian hanya satu aspek dari pekerjaan.
2. Physical Demand, merupakan dimensi mengenai kebutuhan fisik pada NASA-TLX
memiliki deskripsi yaitu tentang seberapa banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan
seperti mendorong, menarik, memutar, mengontrol, mengoperasikan dan
sebagainya. Selanjutnya mengenai tugas fisik yang dilakukan tersebut apakah
termasuk dalam kategori mudah atau sulit untuk dikerjakan, gerakan yang
dilakukan selama aktivitas cepat atau lambat, serta melelahkan atau tidak.
3. Temporal Demand, merupakan dimensi kebutuhan waktu hal ini tergantung dari
ketersediaan waktu dan kemampuan melengkapi dalam menjalankan suatu
aktivitas. Hal ini berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan
metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugas dalam
batas waktu yang diberikan.
4. Performance, merupakan dimensi yang memiliki pengertian tentang seberapa
berhasil atau sukseskah pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya yang telah
ditetapkan oleh atasannya. Serta apakah pekerja puas dengan performansi dirinya
sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya.
5. Effort, merupakan dimensi usaha dimana seberapa besar usaha yang dilakukan oleh
pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini usaha yang
dilakukan meliputi usaha mental dan fisik.
6. Frustration Demand, merupakan dimensi yang berkaitan dengan kondisi yang
dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi dan ketakutan selama
sebenarnya. Pada keadaan stress rendah, orang cendrung satai. Sejalan dengan
meningkatnya stress, maka terjadi pengacauan konsentrasi terhadap aspek yang
relevan dari suatu pekerjaan yang lebih, hal ini disebabkan adanya faktor individual
subjek. Faktor-faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan, tingkat
keahlian, suhu, kebisingan, getaran, dan kenyamanan.
3.4 Work Sampling6
1. Activity and delay sampling untuk mengukur manusia atau mesin keadaan bekerja
atau menganggur. Sebagai contoh, untuk menentukan persentase seseorang yang
bekerja dan seseorang yang tidak bekerja.
Work sampling pertama sekali digunakan oleh L.H.C Tippet di industri tekstil
British dan work sampling ini diperkenalkan ke negara lain dengan nama “ratio delay”
pada tahun 1940. Work sampling mempunya 3 bagian utama :
2. Perfomance sampling untuk mengukur waktu kerja dan waktu tidak bekerja
seseorang dalam melakukan kegiatan manual dan menetapkan indeks perfomance
seseorang selama bekerja.
3. Work measurement untuk menetapakan waktu standart untuk sebuah operasi.
Work sampling mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi, selain
untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan dari work sampling adalah
sebagai berikut7
1. Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau
kelompok kerja. :
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
6
Ralph, Barnes. (1980), Motion and Time Study Design and Measurement of Work 7
3. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
4. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
Pada dasarnya, langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak
berbeda dengan cara jam henti. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan
work sampling, yaitu :
1. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, menentukan
besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
2. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja
yang baik.
3. Memilih operator.
4. Pelatihan bagi operator agar terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.
6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan,
lembaran-lembaran pengamatan, alat tulis.
Pengamatan yang dilakukan dalam work sampling haruslah ditentukan secara
acak (random). Oleh karena itu, maka penggunaan tabel angka acak merupakan metode
yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan yang diambil benar-benar
dipilih secara acak. Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada UPBJJ Universitas Terbuka Medan beralamat di
Jalan Bromo No. 29 Medan. Waktu penelitian ini mulai dari bulan September 2013
sampai April 2014.
4.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian bersifat
deskriptif secara umum, secara khusus jenis penelitian adalah job and activity analysis.
Menurut Sukaria (2011), penelitian job and activity analysis adalah suatu penelitian
deskriptif yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan
seseorang atau sekelompok orang agar mendapatkan rekomendasi untuk berbagai
keperluan.
4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
Kuesioner yang disebarkan kepada karyawan Universitas Terbuka merupakan
kuesioner pengukuran beban kerja, dimana variabel yang ukur pada penelitian ini
adalah mental demand, physical demand, temporal demand, performance,
2. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja dari karyawan
Universitas Terbuka Medan
3. Omron Heart Rate Monitor
Omron Heart Rate Monitor digunakan untuk mengukur denyut jantung karyawan
UPBJJ Universitas Terbuka Medan pada saat bekerja.
4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara secara langsung
maupun dari hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh karyawan yang dipilih untuk
mengukur beban kerja secara subjektif. Pengukuran denyut nadi karyawan untuk
mengukur beban kerja secara objektif, dan data pengukuran waktu kerja.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berisikan data umum perusahaan yang menyangkut visi, misi,
sejarah perusahaan, struktur organisasi dan informasi-informasi lainnya. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara informal secara tidak langsung yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran tentang kondisi secara umum yang berlangsung di perusahaan.
Data mahasiswa non pendidikan dasar dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Setelah data
dikumpulkan, dilakukan pengolahan data untuk digunakan sebagai sumber informasi
4.5 Populasi dan Sampel
Jenis pengambilan sampel untuk pengukuran waktu (work sampling) yang
digunakan pada penelitian ini adalah jenis Probability Sampling, yakni systematic
sampling. Menurut Sukaria (2011), pada systematic sampling metode pengambilan
sampel dari populasi dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi
tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random di antara no 1 hingga n.
4.6 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian adalah jumlah mahasiswa tiap daerah dan
tugas-tugas tanggungjawab karyawan PJW mempengaruhi beban kerja. Besarnya beban
kerja digunakan untuk penentuan jumlah karyawan PJW optimal.
Pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan mengukur beban kerja
karyawan Universitas Terbuka Medan menggunakan metode NASA-TLX, pengukuran
denyut nadi dan pengukuran waktu.
4.7 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan
dengan urutan kegiatan sebagai berikut.
1. Pengamatan pendahuluan pada UPBJJ Universitas Terbuka Medan adalah dengan
menentukan masalah yang akan diteliti dengan cara wawancara langsung kepada
kepala UPBJJ Universitas Terbuka Medan.
2. Berdasarkan hasil wawancara langsung kemudian dicari data pendukung untuk
menguatkan masalah yang akan diteliti yaitu data jumlah mahasiswa untuk 28
3. Berdasarkan data pendukung tersebut didapat bahwa perbedaan jumlah mahasiswa
pada setiap daerah terlihat signifikan sedangkan tugas dan tanggungjawab PJW
yang sama pada setiap daerah sehingga didapat ada 7 PJW daerah menjadi objek
peelitian.
4. Melakukan pre work sampling yaitu :
a. Penentuan Jumlah Pengamatan.
Pada penentuan jumlah pengamatan didapat berdasarkan rumus penentuan jumlah
sample dan kemudian dilakukan pembangkitan bilangan random untuk
mendapatkan waktu pengamatan. Jumlah pengamatan yang dilakukan sebanyak
205 pengamatan.
b. Penentuan waktu pengamatan
Pada penentuan waktu pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang
disesuaikan dengan interval waktu yang ditetapkan. Yang hasilnya kemudian di
acak menetapkan waktu pengamatan mulai dari jam 09.00 WIB-17.00 WIB dengan
waktu istirahat 12.00 WIB - 13.00 WIB terpilih sebanyak 205 pengamatan.
Pengamatan dilakukan oleh 4 orang.
c. Penentuan aktivitas work dan idle.
Pada penentuan aktivitas work dan idle dilakukan untuk memisahkan
kegiatan-kegiatan yang termasuk kategori work atau idle
5. Penentuan rating factor dan allowance
Pada penentuan rating factor dan allowance dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar rating factor dan allowance yang dilakukan.
6. Memberikan kuesioner NASA-TLX beban kerja mental dengan 6 pertanyaan
Demand, Perfomance, Temporal Demand, Frustation, dan Effort. Kuesioner
diberikan sebanyak 7 kepada karyawan penanggungjawab daerah UPBJJ
Universitas Terbuka Medan.
7. Melakukan pengukuran denyut nadi kepada 7 orang karyawan penanggungjawab
daerah pada saat sebelum bekerja pada jam 09.00 WIB dan sesudah bekerja pada
jam 17.00 WIB untuk mengetahui konsumsi jumlah energi yang dikeluarkan dan
klasifikasi beban kerja. Berikut diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Perusahaan 2. Informasi pendukung
Data Sekunder
1. Gambaran umum Universitas Terbuka - Struktur organisasi
- Visi dan misi - Sejarah Perusahaan
Pengolahan Data I. Mengukur beban kerja dengan metode Nasa-TLX
II. Pegukuran beban kerja dengan mengukur denyut nadi
II.Pengukuran Work Sampling
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Studi Literatur
1. Metode pemecahan masalah 2. Teori pendukung
Data Primer
1. Data beban kerja pegawai penanggungjawab daerah 2. Data denyut nadi pegawai penanggungjawab daerah 2. Data waktu kerja pegawai penanggungjawab daerah
Pengumpulan Data
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pengumpulan Data
5.1.1 Pengumpulan Data dengan Metode Work Sampling
Pengamatan dilakukan mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB
kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Dengan interval waktu pengamatan selama 1 menit. Penentuan jadwal pengamatan
diperoleh melalui metode randominisasi yakni dengan menggunakan Microsoft Excel.
Untuk menentukan banyaknya bilangan random yang dibutuhkan maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut.
N =
=
= 420
Maka satu hari kerja (7 jam) mempunyai 420 satuan waktu. Ini berarti jumlah
pengamatan per hari tidak lebih dari 420 kali. Untuk mengetahui jumlah sampel
pengamatan maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
n
=
=
= 204,87 ≈ 205 pengamatan
Tabel 5.1 Rekapitulasi Pengamatan Work Sampling Karyawan Aktivitas Hari
I II III IV V
Sumber : Hasil pengamatan
5.1.1.1 Penentuan Rating Factor
Penentuan Rating Factor untuk pengukuran waktu ini menggunakan metode
Westinghouse. Penilaian dilakukan berdasarkan 4 faktor penting yang menentukan
kewajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.
Rating factor karyawan PJW Nias Utara dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3 Rating Factor Karyawan PJW Nias Utara No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Average (D) 0.00 2 Usaha Average (D) 0.00 3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (C) 0.01
Rating factor karyawan PJW Nias dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4 Rating Factor Karyawan PJW Nias No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Excelent (B2) 0.08
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (C) 0.01
Jumlah 0.16
Rating factor karyawan PJW Nias Barat dapat dilihat pada Tabel 5.5
Tabel 5.5 Rating Factor Karyawan PJW Nias Barat No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (C) 0.01
Jumlah 0.14
Rating factor karyawan PJW Nias Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.6
Tabel 5.6 Rating Factor Karyawan PJW Nias Selatan No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Excelent (B2) 0.08
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Excelent (B) 0.03
Rating factor karyawan PJW Asahan dapat dilihat pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Rating Factor Karyawan PJW Asahan No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Average (D) 0.00
Jumlah 0.13
Rating factor karyawan PJW Batu Bara dapat dilihat pada Tabel 5.8
Tabel 5.8 Rating Factor Karyawan PJW Batu Bara No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Average (D) 0.00
Jumlah 0.13
Rating factor karyawan PJW Simalungun dapat dilihat pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Rating Factor Karyawan PJW Simalungun No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Average (D) 0.00 2 Usaha Average (C1) 0.00 3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (D) 0.01
Jumlah 0.03
5.1.1.2 Penentuan Allowance
Ada beberapa allowance yang diberikan kepada tenaga kerja antaranya adalah
kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fitique serta
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias Utara pada Tabel 5.11
Tabel 5.11 Allowance Karyawan PJW Nias Utara
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 7
2 Sikap kerja 0
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 8,5
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 1
Total 16,5
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias pada Tabel 5.12
Tabel 5.12 Allowance Karyawan PJW Nias
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 7
2 Sikap kerja 1
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 7,5
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 0
Total 15,5
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias Barat pada Tabel 5.13
Tabel 5.13 Allowance Karyawan PJW Nias Barat
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 6
2 Sikap kerja 1
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 8
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 2
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias Selatan pada Tabel 5.14
Tabel 5.14 Allowance Karyawan PJW Nias Selatan
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 7
2 Sikap kerja 1
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 7,5
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 0
Total 15,5
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Asahan pada Tabel 5.15
Tabel 5.15 Allowance Karyawan PJW Asahan
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 6
2 Sikap kerja 1
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 7,5
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 0
Total 14,5
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Batu Bara pada Tabel 5.16
Tabel 5.16 Allowance Karyawan PJW Batu Bara
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 7,5
2 Sikap kerja 1
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 7,5
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 1
Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Simalungun pada Tabel 5.17
Tabel 5.17 Allowance Karyawan PJW Simalungun
No. Allowance Nilai
1 Tenaga yang dikeluarkan 7
2 Sikap kerja 1
3 Gerakan kerja 0
4 Kelelahan mata 7,5
5 Keadaan temperatur tempat kerja 0
6 Keadaan atmosfer 0
7 Keadaan lingkungan 0
8 Kebutuhan pribadi 0
Total 15,5
1.1.2 Pengumpulan Data dengan Metode NASA-TLX
Pada pengumpulan data dengan menggunakan metode NASA-TLX terdiri dari
dua langkah yaitu.
1. Pemberian Rating
Pemberian rating ini diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh setiap karyawan.
Pada Tabel 5.18 rekap data kuesioner pemberian rating.
Tabel 5.18 Rekap Data Kuesioner Pemberian Rating Karyawan
Selatan Asahan Batu Bara Simalungun