• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Perkebunan Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembangunan Perkebunan Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Strategis

Pembangunan Perkebunan Di Propinsi Sumatera Utara

Tahun 2005 – 2010

Hasnudi Iskandar Sembiring

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

I.

PENDAHULUAN

Perencanaan pembangunan perkebunan di Propinsi Sumatera Utara pada kurun waktu 2005 – 2010 mendatang, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rencana pembangunan sektor pertanian baik secara nasional maupun Propinsi Sumatera Utara, yang mengacu kepada Rencana Pembangunan Nasional (Repenas), visi dan misi pembangunan Propinsi Sumatera Utara.

Sesuai dengan perubahan ketatanegaraan yang mendasar, sebagaimana diatur dalam amandemen UUD 1945, salah satunya adalah tidak adanya keharusan MPR untuk menetapkan GBHN, yang selama ini menjadi landasan utama untuk pembuatan rencana pembangunan baik tahunan maupun lima-tahunan. Dengan demikian tahun 2004 merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan rencana pembangunan lima tahunan yang dikenal dengan PROPENAS. Selanjutnya tahun 2005 merupakan tahun pertama dari rencana pembangunan yang penyusunannya mengacu pada dokumen rencana pembangunan sesuai platform Presiden Baru.

Kebijakan dan program serta perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan disusun dengan juga memperhatikan dinamika lingkungan strategis baik domestik maupun internasional mencakup globalisasi bidang ekonomi dan non ekonomi. Isu-isu pokok yang mendominasi pada bidang ekonomi adalah bentuk-bentuk kesepakaan perdagangan dan globalisasi investasi. Sedangkan aspek non ekonomi terutama mencakup isu-isu kelestarian alam dan hak azasi manusia. Sementara itu lingkungan domestik yang sejalan dengan semangat reformasi, maka tuntutan pembangunan mengarah pada demokrasi, transparansi, good governance dalam manajemen pembangunan. Disamping itu juga haruslah memperhatikan perencanaan pembangunan nasional dengan dukungan dari kondisi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), sosial budaya serta hasil tahap pembangunan perkebunan yang sudah dicapai dari pelaksanaan kegiatan pembangunan pada periode sebelumnya.

(2)

meningkatkan kesejahteraan rakyat dan c). memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Guna arah pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan kedepan yang fokus pada tujuan yang hendak ingin dicapai dan terlaksana secara efesien dan efektif serta dengan laju pembangunan yang tinggi, kiranya diperlukan penyusunan rencana strategi, yang pada dasarnya dapat berguna sebagai salah satu acuan pedoman dalam pelaksanaan tahap pembangunan perkebunan, tahun demi tahun dalam kurun waktu 2005 – 2010 tersebut. Rencana strategis ini juga dimaksudkan sebagai alat kendali dan tolok ukur penilaian keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan.

II.

LANDASAN KEBIJAKAN PEMBANGUAN PERKEBUNAN

Landasan dan arah kebijakan dari pembangunan perkebunan di Propinsi Sumatera Utara, ditentukan oleh berbagai faktor : Dinamika lingkungan strategis domestik dan global, Arah Pembangunan Nasional, Arah dan Peranan Perkebunan Provinsi Sumutera Utara, Permasalahan dan Tantangan, dengan uraian sebagai berikut :

1. Dinamika Lingkungan Strategis Domestik dan Global.

Di lingkungan domestik, penerapan UU Nomor 22/1999 dan UU Nomor 25/1999 yang mengatur tentang otonomi daerah antara lain telah merubah: pola perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional, peta kewenangan dan keuangan antara pusat dan daerah, yang tentunya akan menuntut perubahan pola manajemen kepemerintahan dalam pembangunan nasional diseluruh bidang termasuk dalam bidang perkebunan. Disamping itu sejalan dengan semangat reformasi disegala bidang secara langsung telah dan akan terus mempengaruhi kebijakan pembangunan termasuk pembangunan perkebunan. Kebijakan pembangunan mengarah kepada terwujudnya pemenuhan tuntutan demokrasi, transparansi, good governance dan otonomi daerah.

Undang-undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan, maka perkebunan perlu dijamin keberlanjutannya serta ditingkatkan fungsi dan peranannya. Karenanya penyelenggaraan perkebunan perlu dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional, dan bertanggung jawab yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan yang strategis.

(3)

memberikan tekanan terhadap pelaksanaan penurunan subsidi dan proteksi usaha perkebunan, globalisasi dan liberalisasi investasi dan perdagangan, perubahan pola permintaan dan pasokan produksi perkebunan serta tuntutan tingkat efesiensi produksi dan ramah lingkungan.

2. Arah Pembangunan Nasional.

Berpedoman pada dokumen Repenas Transisi pada pembangunan pertanian dan dengan mempertimbangkan : potensi dan kondisi yang ada, pengalaman periode pelaksanaan masa krisis, serta tiga agenda besar REPENAS Transisi, maka visi pembangunan pertanian yang ada selama ini masih dipandang cukup relevan untuk tetap dianut pada pembangunan pertanian kedepan. Visi pembangunan pertanian dimaksud adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Diantaranya butir-butir yang dapat dijadikan acuan dalam pembangunan perkebunan di Sumatera Utara, adalah :

1) mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan: pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan berkelanjutan.

2) mengoptimalkan peran pemerintah dalam mengoreksi ketidak-sempurnaan pasar dengan menghilangkan semua hambatan yang mengganggu mekanisme pasar melalui regulasi, layanan umum, subsidi dan insentif secara transparan.

3) mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan membangun berdasarkan keungulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah serta berdasarkan sumberdaya alam dan sumber daya manusia dengan menghilangkan segala bentuk perlakukan diskriminatif.

4) memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar lebih efesien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya.

5) mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berdasarkan pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau dengan memperhatikan pendapatan petani/nelayan.

6) mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana pembangunan sistem agribisnis, pembangunan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumberdaya alam.

(4)

1) Dari pendekatan yang berorientasi pningkatan produksi kepada pendekatan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang bernuansa berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesntralisasi.

2) Dari pendekatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kepada pendekatan peningkatan produktivitas usahatani melalui pemanfaatan asset agribisnis secara optimal (berdaya saing)

3) Dari pendekatan hanya penggunaan paket teknoogi konvensional/ baku yang mengandalkan penggunaan agro input dari luar sistem pertanian kepada pendekatan penggunaan paket teknologi yang tersedia dan diterima oleh budaya setempat, diantaranya dengan menggunakan agro input dari internal sistem pertanian (berkelanjutan).

4) Dari perdekatan yang lebih berorientasi pada pengembangan komoditas utama/ tradisional pada wilayah konvensional, kepada pendekatan berbagai komoditas lainnya yang secara teknis sesuai dan tersedia peluang pasarnya, termasuk komoditi lokal spesifik serta pengembangan pada wilayah bukaan baru (berkerakyatan dan terdesentralisasi)

5) Dari pendekatan penyelenggaraan pembangunan yang bertumpu pada peran pemerintah, kepada pendekatan pelayanan, fasilitas, pendampingan, advokasi dan penciptaan iklim yang bertumpu pada peran serta masyarakat UKM, Koperasi, dan dunia usaha (partisipatif).

3. Arah dan Peranan Perkebunan Provinsi Sumutera Utara.

Dengan memperhatikan arah pembangunan perkebunan secara nasional dan ciri-ciri umum perkebunan di Provinsi Sumatera Utara, maka kegiatan pembangunan perkebunan diarahkan untuk:

1) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pekebun dan dunia usaha perkebunan dalam rangka pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

2) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian petugas untuk menunjang kegiatan pembinaan serta mengembangkan penerapan paket teknologi berbasis pedesaan.

3) Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas usaha berbasis sumberdaya manusia, alam dan teknologi lokal.

4) Meningkatkan sarana dan prasarana perkebunan rakyat dan pembinaan diversifikasi pangan sebagai wujud peningkatan ketahanan pangan berbasis perkebunan.

Peranan yang diberikan sub sektor perkebunan terhadap pembangunan ekonomi dan pembangunan daerah Sumatera Utara pada saat ini, dapat terlihat dari keragaan sebagai berikut :

1) Peranan terhadap kontribusi PDRB.

(5)

2) Peranan dalam Perkembangan Luas areal dan Produksi Perkebunan

Luas areal perkebunan di Sumatera Utara + 9,44 % dari seluruh luas areal perkebunan yang dimiliki Indonesia (17.181.000 Ha), yang penyelenggaranya adalah rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan negara.

Komoditi utama yang dikembangkan oleh pelaku/ penyelenggara perkebunan tersebut diatas : karet, kelapa sawit, kakao, kopi dan kelapa.

Selama kurun waktu 1998 – 2002 perkembangan luas areal perkebunan mengalami pertumbuhan sebesar 0,24 % per tahun, diantaranya perkebunan rakyat mengalami pertumbuhan sebesar 0,14 % pertahun dengan komoditi utama adalah kelapa sawit, kakao dan kopi. Hal ini didorong oleh animo petani pekebun mengembangkan komoditi tersebut relatif tinggi karena prospek pasar sangat baik.

Khusus untuk komoditi perkebunan yang spesifik mengalami pertumbuhan yang menggembirakan, antara lain : Aren sebesar 1,37 % pertahun dan Nilam 0,56 % pertahun. Pertumbuhan produksi perkebunan mengalami peningkatan rata-rata 0,89 pertahun terutama komoditi karet 3,33 %, kelapa sawit 0,98 %, kopi 0,99 % dan tebu 0,29 % per tahun.

3) Peranan dan Penyerapan Tenaga Kerja

Pembangunan perkebunan yang dilaksanakan telah menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat di Propinsi Sumatera Utara, sampai saat tahun 2002 mencapai 4.405.950 KK, yang bekerja pada budidaya tanaman perkebunan. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja selama lima tahun (1998 – 2002) mengalami peningkatan rata-rata 0,65 % per tahun.

4) Peranan dalam Peningkatan Produktivitas Tanaman Perkebunan

Produktivitas perkebunan terutama perkebunan rakyat mengalami peningkatan terutama ditunjukkan oleh 5 komoditi yang paling diminati yakni karet, kelapa sawit, kakao, kopi dan kelapa. Sebagai contoh, komoditi karet pada tahun 1998 produktitivitasnya 764 kg/ha/th meningkat menjdai 985 kg/ha/th pada tahun 2002. Produktivitas komoditi yang dikembangkan perkebunan besar swasta juga tercatat mengalami peningkatan, demikian pula halnya dengan perkebunan negara.

5) Komoditi Perkebunan Unggulan Sumatera Utara

Komoditi perkebunan unggulan di Sumatera utara adalah kelapa sawit, karet dan kopi. Penetapan ketiga komodititas tersebut sebagai unggulan didasarkan kepada kemampuan bersaing dengan komoditi yang sama dari daerah lain bahkan dari luar negeri, baik terhadap pemasarannya yang berkesinambungan (sustainable) maupun kemampuannya memberikan keuntungan kepada pengelolanya.

(6)

komoditas basis/ ungulan, LQ = 1 berarti komoditas tersebut tidak mempunyai keunggulan dan produksinya hanya cukup memenuhi kebutuhan propinsi itu sendiri, sedangkan LQ < 1, komoditas yang bersangktan belum dapat memenuhi kebutuhan propinsi itu dan masih perlu dilakukan pasokan dari daerah lainnya.

6) Komoditi Perkebunan Spesifik daerah.

Komoditi spesifik ungglan daerah Sumatera Utara yang mempunyai potensi dan berpeluang cukup besar seperti : kemenyan, nilam dan gambir. Penetapannya sebagai komoditi spesifik dikarenakan tidak banyak daerah lainnya yang menghasilkan komoditi yang sama. Komoditi spesifik umumnya diusahakan oleh perkebunan rakyat. Didasarkan pada kesesuaian agro-klimat dan ketersediaan lahan, kelayakan finansial dan ekonomi kedepan komoditi tersebut sangat berpeluang memberikan kontribusi devisa bagi Sumatera Utara.

4. Permasalahan dan Tantangan

Mengacu pada pelaksanaan pembangunan perkebunan pada periode lalu, masih dihadapi berbagai permasalahan dan tantangan, yang antara lain :

1) Budidaya komoditas perkebunan terbatas pada karet, kelapa sawit, kopi, kakao, kelapa, tebu dan tembakau. Padahal masih banyak komoditas perkebunan lainnya dengan berprospek baik secara ekonomi maupun kesesuaiannya secara agroklimat di Sumatera Utara.

2) Optimalisasi pemanfaatan lahan perkebunan dengan komoditas lainnya belum tercapai secara optimum, sehingga peluang untuk meningkatkan pendapatan pekebun belum dapat diwujudkan.

3) Fluktuasi harga agro input dan hasil perkebunan seringkali merugikan pekebun, sehingga penerapan paket teknologi dan penggunaan agro input sesuai anjuran menjadi tidak terlaksana.

4) Mutu hasil perkebunan utamanya dari perkebunan rakyat adalah rendah, dan diperburuk lagi oleh keberadaan fasilitas/ industri pengolahannya berada jauh dari sentra produksi.

5) Marjin keuntungan tertinggi diperoleh dari kegiatan pada sub sistem pengolahan/ industri hilir, dimana pada sub sistem ini kebaradaan peran petani kebun sangat rendah.

6) Transfer teknologi/ desiminasi hasil penelitian masih lambat sebagai akibat dari delivery and receiving system yang belum mantap.

7) Kelembagaan petani dengan fokus kegiatan kearah pemasaran, permodalan, teknologi dan agro input dirasakan masih sangat lemah.

(7)

9) Sebagai dampak dari krisis ekonomi yang lalu masih terasa dengan sulitnya medapatkan pengusaha perkebunan yang bersedia menjadi mitra petani untuk meremajakan tanaman tua.

10)Penangkar bibit belum tersedia secara memadai, sehingga petani kebun sangat sulit memperoleh bibit/ benih yang unggul.

11)Kendala pertanahan masih merupakan permasalahan, baik oleh tindakan penyerobotan, peralihan pemanfaatan dengan fungsi lainnya serta keterbatsan areal untuk perluasan perkebunan baru.

12)Mutu sumber daya Manusia petani kebun memerlukan pelatihan secara berkesinambungan untuk menjawab tantangan yang ada pada saat ini dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

13)Net working pelaksanaan kegiatan perkebunan kurang memadai terhadap pencapaian sasaran yang hendak dicapai.

Disamping permasalahan diatas, tantangan ke depan akan semakin besar terutama dengan era perdagangan bebas yang sudah diambang pintu, yang pada akhirnya akan menuntut suatu persaingan yang semakin ketat. Pada akhirnya komoditas perkebunan pun sebagaimana komoditas lainnya tidak hanya terkait dengan mutu dan harga tetapi juga akan dipengaruhi oleh perdagangan komoditi lain serta juga oleh politik.

III.

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI

1. Visi.

Dengan mengacu kepada kondisi perkebunan saat ini, dinamika lingkungan strategis baik domestik maupun internasional, REPENAS, dan visi pembangunan pertanian maka visi pembangunan perkebunan adalah terwujudnya masyarakat perkebunan yang sejahtera melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang berdaya saing, berkeadilan, berkerakyatan, terdesentralisasi dan berbasis pada pengelolaan SDA yang lestari sesuai fungsinya pada Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN).

2. Misi.

Adapun Misi pembangunan perkebunan yang ditetapkan berdasarkan visi tersebut diatas, adalah :

(1) mengembangkan prasarana dan sarana perkebunan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan SDA sesuai fungsinya.

(2) meningkatkan produksi, produktivitas dan efesiensi, efektifitas perkebunan melalui dukungan sarana produksi, teknologi dan kelembagaan penyuluhan yang kokoh. (3) memantapkan prakondisi pengelolaan perkebunan untuk melindungi dan

melestarikan keberadaan sumber daya alam.

(8)

(5) mengembangkan industri perkebunan yang bertumpu pada keunggulan komparatif wilayah dan keunggulan kompetitif komoditas dalam rangka meningkatkan pangsa pasar, nilai tambah dan kesempatan kerja.

(6) mengembangkan sistem ketahanan pangan berbasis pada karateristik wilayah dan keragaman sumber bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan gizi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau.

(7) Mendorong terwujudnya peningkatan pelayanan dalam pembangunan perkebunan serta mengoptimalkan upaya peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi, ektensifikasi dan diversifikasi tanaman.

(8) meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan agribisnis agar mampu dalam mengelola potensi ekonomi daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan wilayah.

(9) mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi yang ramah lingkungan dalam rangka mendorong terwujudnya sistem agribisnis yang berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan.

(10)mengembangkan sistem administrasi dan manajemen pembangunan modern sebagai upaya mendukung terwujudnya sistem agribisnis yang berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan.

3. Tujuan

Sesuai dengan visi dan misi pembangunan perkebunan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :

1) menggerakkan sistem agribisnis perkebunan melalui peningkatan pelayanan perbenihan/ bahan tanaman, produktivitas, pengolahan dan keanekaragaman hasil perkebunan, perencanaan, informasi pasar oleh aparatur pembangunan perkebunan. 2) Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat perkebunan melalui

peningkatan kemampuan kewirausahaan petani pekebun/ pengusaha, penerapan dan penyebarluasan teknologi tepat guna dalam agribisnis perkebunan.

3) Mengoptimalkan pemanafaatan sumber daya perkebunan serta mendorong terwujudnya lingkungan lestari melalui kawasan sentra produksi dan industri hilir yang berkelanjutan.

4) Meningkatkan kesempaan kerja dan kesempatan berusaha yang efesien dan melalui peningkatan peran kelembagaan perkebunan dan kemitraan petani pekebun dengan pengusaha agribisnis perkebunan.

5) Mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui pengembangan agribisnis perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

(9)

Sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 tahun kedepan adalah sebagai berikut : 1) Tersedianya informasi dalam penyusunan program, perencanaan pembangunan

perkebunan, sistem administrasi perizinan, pasar, potensi pengembangan usaha perkebunan, sumber daya, sarana prasarana dan teknologi.

2) Tersedianya sarana prasarana, teknologi, konservasi tanah, air dan lingkungan serta penerapan teknologi tumpangsari, diversifikasi tanaman, secara intensif berkelanjutan.

3) Tersedianya sumber daya manusia berwawasan bisnis, profesional, mandiri serta teknologi tepat guna dengan pemanfaatan iptek dalam pengembangan perkebunan. 4) Tersedianya teknologi yang mampu meningkatkan efesiensi dan produktivitas sumber

daya, perangkat lunak dan keras dalam mendukung pembangunan perkebunan.

5) Tersedianya sentra produksi, industri hilir di pedesaan, koservasi tanah dan air serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengendalaian dampak lingkungan untuk menciptakan perkebunan berwawasan lingkungan.

6) Tersedianya berbagai kelembagaan dan kemitraan usaha yang mampu merndukung pelaksanaan sistem dan usaha agribisnis perkebunan.

5. Strategi

Dengan memperhatikan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan perkebunan, maka strategi yang akan diterapkan adalah :

1) pemberdayaan usaha rumah tangga, usaha kecil-menengah, kelompok petani-pekebun dan koperasi beserta jaringan usahanya agar mampu menjadi pelaku utama usaha dalam sistem agribisnis perkebunan.

2) pemberdayaan kemampuan aparat pemerintah agar mampu menjadi fasilitator dan promotor pembangunan perkebunan berdasarkan sistem agribisnis.

3) pengembangan kebijakan untuk teciptanya iklim dan kepastian berusaha yang kondusif

IV.

KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS

PERKEBUNAN

1. Kebijaksanaan agribisnis berbasis perkebunan

(10)

Untuk merwujudkan agribisnis berbasis perkebunan sesuai dengan strategi diatas, ditetapkan berbagai kebijaksanaan pendukung, sebagai berikut :

1) Kebijaksanaan Umum.

Mengusahakan berkembangnya percepatan kegiatan pembangunan perkebunan menjadi salah satu komoponen inti dari pembangunan daerah Sumatera Utara. Meningkatkan peran pembangunan perkebunan pada pengembangan ekonomi. Mendorong dan fasilitasi penyebaran kegiatan pengembangan perkebunan pada sentra kegiatan ekonomi berbasis perkebunan pada wilayah yang sudah ada, bukaan baru khususnya pada wilayah tertinggal/ terpencil dan daerah lainnya. Memantapkan pendekatan pengembangan perkebunan pada peningkatan daya saing serta terbukanya peluang dan perolehan nilai tambah dari kegiatan usaha ekonomi berbasis perkebunan serta Menguatkan sistem informasi dalam upaya meningkatkan kemampuan memperoleh dan menyebarluaskan berbagai informasi yang lengkap dan akurat di Proppinsi Sumatera Utara.

2) Kebijaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Melakukan sosialisasi dan menumbuhkan pengertian bagi SDM birokrasi Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara bahwa pendekatan pembangunan kedepan adalah pendekatan partisipatif sehingga orientasi tugas dan fungsi SDM mengarah pada pelayanan, pendampingan, fasilitasi dan advokasi. Mengembangkan kemampuan dan kesiapan pelayanan melalui penumbuhan perilaku pelayanan dan kesiapan berbagai data dan informasi perkebunan. Mengembangkan sikap prakarsa pro-aktif kepada petani-pekebun pelaku usaha subsektor perkebunan. Mengembangkan sikap prakarsa pro-aktif berbagai fungsi terkait untuk mendukung pelayanan penyelenggaraan kegiatan usaha budidaya perkebunan. Sementara itu untuk SDM petani-pekebun dan masyarakat ditempuh melalui kebijaksanaan menumbuhkan kesadaran petani dalam mengembangkan dan merubah budaya petani yang hanya untuk menghasilkan produksi budidaya kearah pengembangan usaha tani dengan memanfaatkan aset usaha secara optimal. Memfasilitasi dan mendorong kemampuan petani untuk memanfaatkan peluang usaha dalam memperkuat usaha taninya. Menumbuh-kembangkan kesadaran petani mengenai kebersamaan ekonomi dalam mendapatkan peluang berbagai akses kemudahan untuk pengembangan usaha melalui penumbuhan kelembagaan ekonomi petani-pekebun yang mewakili kepentingan anggotanya.

(11)

Memanfaatkan sumberdaya agribisnis secara optimal, mendukung pengembangan wilayah, pemberdayaan masyarakat serta penumbuhan sentra-sentra produksi diwilayah khusus. Melanjutkan pengembangan budidaya tanaman unggulan maupun tanaman spesifik daerah Sumatera Utara yang secara ekonomis menguntungkan dengan memfasilitasi penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan budidaya perkebunan dimaksud. Memfasilitasi penciptaan iklim yang mendukung penumbuh-kembangan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus, perbatasan, pemekaran. Meningkatkan upaya penguatan usaha perkebunan melalui penyiapan dan penerapan paket teknologi alternatif. Mamfasilitasi pengembangan prakondisi kegiatan sistem dan usaha agribisnis off farm untuk memiliki peluang dalam memperoleh nilai tambah dari kegiatan sub sistem pengolahan dan pemasaran hasil, serta Pengembangn budidaya perkebunan potensial yang mempunyai pasar prospektif melalui pengembangan kegiatan rintisan pada wilayah yang sesuai.

4) Kebijaksanaan Investasi Usaha Perkebunan

Dalam pengembangan usaha perkebunan rakyat : Mengembangkan sistem informasi yang berkemampuan memperoleh dan menyebarluaskan informasi mengenai peluang usaha perkebunan rakyat. Memfasilitasi, advokasi dan bimbingan untuk mendapatkan kemudahan akses pelaksanaan investasi usaha perkebunan. Fasilitasi dan advokasi pelkasnaan pengembangan investasi usaha perkbunan rakyat alam rangka keragaan sistem dan usaha agribisnis berbasis perkebunan.

Sedangkan dalam pengembangan investasi usaha perkebunan besar : Menciptakan iklim yang mencakup pengembangan sistem pelayanan prima, penyediaan informasi berbagai dukungan dalam mendorong minat investasi dan kelancaran proses administrasi serta bimbingan dan pengembangan usaha, serta Mengembangkan pemberdayaan kelembagaan dan SDM pelaku perkebunan serta pelayanan penumbuhan kemitraan usaha.

5) Kebijaksanaan Peningkatan Dukungan Terhadap Pembangunan Sistem Ketahanan Pangan.

(12)

6) Kebijaksanaan Pengembangan Dukungan terhadap Pengelolaan Sumberdya Alam dan Lingkungan Hidup.

Meningkatkan pengembangan dan penerapan sistem perkebunan konservasi pada wilayah pengembangan perkebunan sebagai usaha pokok disertai pengembangan cabangusahtani yang sesuai dengan kaidah konservasi lahan. Melanjutkan dan meningkatkan upaya penerapan paket teknolgi ramah lingkungan, teknologi tradisional dan teknologi alternatif. Meningkatkan dukungan upaya rehabilitasi lahan kritis dan mengurangi gangguan terhadap kawasan lindung melalui pengembangan usaha perkebunan pada lahan kriitis, penyangga huan lindung, hutan swaka dan taman nasional. Membantu upaya peningkatan kesadaran dan pengertian untuk penerapan pengembangan teknologi pengolahan limbah industri perkebunan. serta Mendukung upaya terlaksananya pemantauan yang berkelanjutan, pengawasan evaluasi standar mutu lingkungan dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan.

2. Pendekatan Pelaksanaan Pengembangan Agribisnis.

Disamping strategi dan kebijakasanaan untuk pengembangan agribisnis berbasis perkebunan, maka ditetapkan pula pendekatan pelaksanaannya adalah melalui pendekatan kawasan. Melalui pendekatan kawasan dimaksud akan mampu menstimulasi seluruh subsistem agribisnis untuk berkembang secara optimal, sinergis dan terintegrasi. Kawasan dmaksud adalah kawasan Indistri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN). Mmelalui pendekatan KIMBUN diharapkan petani pekebun dan pelaku usaha perkebunan dapat memperoleh manfaat dan nilaitambah yng maksimal dari kegiatannya, disamping biaya transaksi dapat ditekan seminimal mungkin untuk mendapatkan daya saing yang optimal.

Beberapa faktor yang dikatagorikan penting dalam pelaksanaan implementasi pembangunan KIMBUN di Sumatera Utara, antara lain :

1) Pengembangan Kompetensi Petani.

Didalam Kimbun dikembangkan kompetensi petani melalui penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya petani pekebun sebagai pelaku usaha utama diwilayah tersebut berupa langkah-langkah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Peningkatan kompetensi petani diharapkan akan dapat merubah prilaku petani pekebun dari semula berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pokok menjadi berorientasi bisnis dan berorganisasi dalam bentuk kerjasama/ koperasi ataupun sebagai pemilik usaha. Peningkatan kompetensi petani juga dimaksudkan untuk memperkuat posisi petani/ koperasi guna melaksanakan kegiatan usaha bersama melalui perusahaan patungan, kerjasama dengan perusahaan pengelola ataupun bentuk kerjasama lainnya.

(13)

Terkait dengan peningkatan kompetensi petani, maka keberadaan individu petani baik dalam kelompok maupun antar kelompok diarahkan untuk menjalin kerjasama (sharing) dalam usaha peningkatan produktivitas dan efesiensi tenaga kerja serta mengembangkan jejaring (network) dengan seluruh pelaku usaha dan instansi terkait guna mempermudah perolehan informasi. Salah satu wadah untuk mengembangkan prinsip sharing dan networking adalah melalui forum pusat pengembangan kerjasama komoditi atau Cooperative Commodity Development Centre (CCDC), yang dilandasi dengan kebersamaan yang saling menunjang satu sama lain, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal serta dapat mengurangi dan membagi resiko yang bakal terjadi.

3) Usaha berkelanjutan serta integrasi Vertikal dan Horizontal

Usaha berkelanjutan dilakukan dengan penerepan penggunaan teknologi tepat guna dan sistem manajemen untuk memperoleh peningkatan nilai tambah baik dari produk primer, produk antara dari industri tengah dan produk akhir, yang dilakukan melalui penumbuhan integrasi vertical dan horizontal. Dalam pelaksanaannya diterapkan prinsip limbah minimal (Zero waste) dari produk-produk perkebunan melalui pemanfaatan hasil samping maupun limbah serta penerapan pembukaan lahan sejauh mungkin tanpa bakar (zero burning).

SDM dan kelembagaan usaha berkelanjutan merupakan tindakan memotivasi kelembagaan yang sudah terbentuk agar hubungan antar anggota dalam kelembagaan dapat menghasilkan produktivitas dan efesiensi yang tinggi. Kelembagaan yang ada harus dapat menciptakn hubungan kedalam (internal) dan hubungan keluar (eksternal) dalam usaha optimalisasi kelembagaan yang ada untuk berkelanjutan usaha perkebunan dalam KIMBUN

4) Optimalisasi Usaha.

Optimalisasi usaha dilakukan melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan masyarakat perkebunan dalam upaya mendapatkan nilai tambah dari usaha-kebunnya sesuai dengan potensi lahan yang dimiliki. Upaya ini memerlukan dukungan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tepat guna (bahan tanaman, pengendalian OPT, Konservasi Tanah dan Air dan lain-lain).

(14)

5) Optimalisasi Potensi.

Pengembangan KIMBUN dapat dilakukan melalui pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam (SDA), modal, manusia baik yang telah ada dalam kawasan KIMBUN ataupun diluarnya termasuk pemanfaatan asset eks proyek maupun proyek yang sedang berjalan.

6) Kelembagaan Usaha.

Untuk mendorong terbentuknya kelembagaan usaha perkebunan ditempuh melalui penumbuhan dan pengembangan kelompok pekebun yang selanjutnya mengarah pada penumbuhan koperasi sebagi wujud kebersamaan ekonomi yang tumbuh dan

mengakar di masyarakat.

Kelembagaan usaha tersebut akan menjadi jaminan bagi keberadaan petani pekebun dalam melaksanakan usaha patungan dengan pola pengembangan perkebunan sesuai kebijakan pemerintah.

7) Sarana dan Prasarana.

Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung dapat mempengaruhi daya saing produk perkebunan yang dihasilkan. Untuk membangun sarana dan prasarana yang memadai perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait, yang pengaturannya dilakukan oleh pemerintah Propinsi/ Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara.

V.

PENGORGANISASIAN

1. Tugas Pokok dan Fungsi.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 3 Tahun 2002, Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara mempunyai tugas fungsi sebagai berikut :

1) Dinas Perkebunan adalah unsur pelaksana Pemerintah Propinsi di bidang perkebunan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

2) Kepala Dinas Perkebunan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenangan otonomi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan dibidang perkebunan.

3) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Dinas Perkebunan menyelenggarakan fungsi-fungsi :

a. Meniapkan konsep ketentuan, standar teknis dan standar pelayanan minimal pelaksanaan kewenangan Kabupaten/ Kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas dinas di bidang pengembangan perkebunan.

(15)

c. Menyelanggarakan koordinasi dan kerjasama kemitraan dengan pihak terkait dalam pengembangan perkebunan.

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai bidang tugas dan fungsinya.

e. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sesuai standar yang ditetapkan.

2. Kewenangan.

Selain tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut diatas dasar pelaksanaan pembangunan perkebunan kedepan adalah Kewenangan Pemerintah Propinsi di bidang Pekebunan sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah Nomor : 25 Tahun 2000 yang terdiri dari :

1) Pedoman penyelenggaraan inventarisasi dan pemetaan kebun.

2) Penyelenggaraan pembentukan dan perwilyahan areal perkebunan lintas Kabupaten/Kota

3) Penyususnan perwilayahan, design, pengendalian lahan dan industri primer bidang perkebunan lintas Kabupaten/ Kota

4) Penyususnan rencana makro perkebunan lintas Kabupaten/ Kota

5) Pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi, produktivitas lahan pada daerah aliran sungai lintas Kabupaten/ Kota.

6) Penyelenggaraan perizinan lintas Kabupaten / Kota usaha perkebunan.

7) Pengawasan perbenihan, pupuk, pestisida, alat dan mesin dibidang perkebunan.

8) Pelaksanaan pengamatan, peramalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan pengendalian hama terpadu tanaman perkebunan.

9) Penyelenggaraan dan pengawasan atas rehabilitasi, reklamasi, sistem sivikultur, bididaya dan pengolahan.

10)Penyediaan dukungan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis, penelitian dan pengembangan teknologi terapan.

3. Nilai Luhur Melaksanakan Tugas

Nilai-nilai luhur yang dianut Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan tugasnya adalah nilai-nilai luhur yang dimiliki sekaligus merupakan ciri dan wewenang yang diberikan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari : Disiplin, Bekerja Keras, Tanggung jawab, Terbuka, Bermanfaat dan Kejujuran.

(16)

Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) Propinsi Sumatera Utara. Kejujuran merupakan nilai yang dibutuhkan dalam menjamin hasil pembangunan perkebunan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan oleh organisasi.

VI.

PROGRAM

1. Program

Program strategis pembangunan perkebunan yang akan dilaksanakan pada 2005 – 2010 kedepan di Propinsi Sumatera Utara, adalah :

1. Program Pengembangan Agribisnis/ PPA 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Program Pengembangan Agribisnis bertujuan untuk mengembangkan agribisnis yang mampu menghasilkan produk perkebunan yang bardaya saing, meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat perkebunan khususnya di pedesaan, mengembangkan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhn ekonomi. Sedangkan Program peningkatan Ketahanan pangan bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan konsumsi pangan yang bersumber dari perkebunan. Kedua program tersebut diarahkan kepada Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan yang merupakan wilayah atau Kawasan yang strategis dan cepat tumbuh.

Sasaran program pengembangan Agribisnis yaitu :

1) Meningkanya produktivitas, kualitas dan produksi komoditas unggulan tanaman perkebunan.

2) Meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan 3) Meningkatnya nilai tambah bagi masyarakat perkebunan

4) Meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam pembangunan perkebunan di pedesaan.

5) Terpeliharanya sistem sumber daya alam dan lingkungan.

Sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan diarahkan untuk mendukung peningkatan katahan pangan melalui penyempurnaan sistem ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau di tingkat rumah tangga melalui :

1) Pengkajian ketersediaan pangan,

2) Pengembangan sistem distribusi dan harga pangan, 3) Revitalisasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi dan

4) Penganekaragaman konsumsi dan pengembangan pangan lokal.

(17)

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, maka Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara telah menyusun rencana kegiatan yang dituangkan dalam program pembanguanan perkebunan pada kurun waktu 2005 – 2010 terhadap berbagai aspek sebagai berikut : 1) Aspek Perencanaan dan Pengembangan, terdiri dari kegiatan :

a. Pengkajian prospek dan pengembangan komoditas perkebunan dan membuat rancang bangun perkebunan,

b. Pembuatan bussines planning pengembangan komoditas perkebunan,

c. Pendataan ketersediaan potensi wilayah pengembangan perkebunan, kondisi sumberdaya lahan dan kesesuaian komoditas yang akan dikembangkan,

d. Penyusunan standar, kriteria dan prosedur pembangunan perkebunan,

e. Pengembangan sistem informasi mencakup kemampuan memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai peluang usaha perkebunan untuk menjadi acuan dalam mendorong dan menumbuhkan peran serta masyarakat luas dan dunia usaha.

2) Aspek Tanaman Tahunan Perkebunan, terdiri dari kegiatan :

a. Pengumpulan dan penyediaan informasi menyeluruh tentang ruang lingkup budidaya tanaman tahunan mencakup yang sudah maupun yang belum melembaga pengusahaannya, perkembangan penyebaran pengusahaannya, bentuk dan tingkat pengusahaannya, potensi dan peluang pengembangannya untuk dijadikan acuan.

b. Pemantauan penyediaan paket teknologi yang sesuai termasuk paket teknologi alternatif untuk menjadi pegangan pada usaha budidaya tanaman tahunan, mencakup paket teknologi untuk perluasan dan pengembangan baru.

c. Peningkatan kemampuan pelayanan penerapan paket teknologi yang sesuai, termasuk teknologi alternatif pada kegiatan penanaman baru, intensifikasi dan rahabilitasi tanaman yang sudah ada dalam rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha.

d. Pengembangan kesadaran dan kemampuan pemanfaatan sumberdaya agribisnis secara optimal, khususnya sumberdaya lahan dan tenaga kerja petani pekebun dengan penerapan intensifikasi usaha budidaya tanaman pokok dan pengembangan cabang usahatani yang sesuai pada sisa asset lahan yang dimiliki seperti lahan pekarangan, lahan garapan, lahan batas dan lahan miring.

e. Penyiapan model pendekatan upaya penumbuhan pusat kegiatan ekonomi pada wilayah khusus, tertinggal, terpencil, konservasi, marginal/DAS melalui pengembangan usaha tanaman tahunan.

f. Peningkatan profesionalisme para pelaku pembangunan perkebunan, baik para petugas dari berbagai fungsi terkait dibidang pelayanan, bimbingan dan pendampingan kegiatan usaha budidaya tanaman tahunan perkebunan, maupun para pelaku langsung pada kegiatan usaha yaitu petani dan kelembagaannya, masyarakat dan dunia usaha.

(18)

bibit) dan pengembangan kemitraan usaha dengan pengolahan dan pemasaran hasil serta intensifikasi kegiatan usahanya.

3) Aspek Tanaman Semusim Perkebunan, terdiri dari kegiatan :

a. Pengumpulan dan penyediaan informasi menyeluruh tentang ruang lingkup budidaya tanaman semusim mencakup yang sudah maupun yang belum melembaga pengusahaannya, perkembangan, penyebaran, pengusahaannya, bentuk dan tingkat pengusahaannya, potensi dan peluang pengembangannya untuk dijadikan acuan.

b. Pemantauan penyediaan paket teknologi yang sesuai termasuk paket teknologi alternatif untuk menjadi pegangan pada usaha budidaya tanaman tahunan, mencakup paket teknologi untuk perluasan dan pengembangan baru.

c. Peningkatan kemampuan pelayanan penerapan paket teknologi yang sesuai, termasuk teknologi alternatif pada kegiatan penanaman baru, intensifikasi dan rahabilitasi tanaman yang sudah ada dalam rangka peningkatan produktivitas dan efesiensi usaha.

d. Pengembangan kesadaran dan kemampuan pemanfaatan sumberdaya sgribisnis secara optimal, khususnya sumberdaya lahan dan tenaga kerja petani pekebun dengan penerapan intensifikasi usaha budidaya tanaman pokok dan pengembangan cabang usahatani yang sesuai pada sisa asset lahan yang dimiliki seperti lahan pekarangan, lahan garapan, lahan batas dan lahan miring.

e. Penyiapan model pendekatan upaya penumbuhan pusat kegiatan ekonomi pada wilayah khusus, tertinggal, terpencil, konservasi, marginal melalui pengembangan usaha tanaman semusim.

f. Peningkatan profesionalisme para pelaku pembangunan perkebunan, baik para petugas dari berbagai fungsi terkait dibidang pelayanan, bimbingan dan pendampingan kegiatan usaha budidaya tanaman semusim perkebunan, maupun para pelaku langsung pada kegiatan usaha yaitu petani dan kelembagaannya, masyarakat dan duania usaha.

g. Pemberdayaan petani dan kelembagaannya untuk pengembangan kemampuan dalam mengakses berbagai kemudahan (permodalan, teknologi, agro-input, benih/bibit) dan pengembangan kemitraan usaha dengan pengolahan dan pemasaran hasil serta intensifikasi kegiatan usahanya.

4) Aspek Perbenihan, terdiri dari kegiatan :

a. Penyediaan benih dan sumber bahan tanaman berupa pohon induk, pohon entres, benih jenis varietas unggul dalam mendukung penumbuhan usaha industri perbenihan, usaha penangkaran dan pemasyaraktan penggunan benih dan bibit unggul.

b. Penumbuhan dan pengembangan usaha industri perbenihan, usaha panangkaran dan pembinaan pengembangannya.

(19)

d. Peningkatan profesionalisme petugas pelatihan, produsen dan penangkar benih, bibit dan bahan tanaman.

e. Peningkatan kesadaran, ketersediaan dan keterjangkauan penggunaan benih, bibit dan bahan tanaman bermutu dari varietas unggul.

5) Aspek Perlindungan Tanaman, terdiri dari kegiatan :

a. Penumbuhan dan pengembangan kesadaran dan kemampuan petani pekebun dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan sebagai bagian sistem usahataninya.

b. Pemasyarakatan dan melembagakan kesadaran pengendalian hama tanaman (PHT) serta penyediaan pedoman penerapan agensia hayati untuk pengendalian OPT perkebunan.

c. Pembinaan penerapan teknis budidaya sehat dan ramah lingkungan untuk mendapatkan produk yang aman konsumsi dan sumberdaya alam yang lestari

d. Pembinaan dan fasilitas pemberdayaan kelembagaan dan SDM perlindungan tanaman perkebunan seperti yang selama ini telah dilaksanakan dengan pola sekolah lapang (SL-PHT) untuk kakao dan diharapkan pola ini akan dapat dikembangkan untuk semua komoditas perkebunan

e. Pengembangan koordinasi dan peramalan dan peringatan dini (Early Warning System) terhadap epidemi hama, penyakit tanaman perkebunan dan bencana alam.

6) Aspek Pengolahan dan Pemasaran, terdiri dari kegiatan :

a. Peningkatan SDM yang mampu dan berkualitas untuk menangani pengolahan dan pemasaran yang meliputi perbaikan mutu produk, pengembangan industri hilir, perluasan pemasaran, informasi harga, strategi pasar, market inteligence dan penguatan jejaring dengan instansi/ lembaga terkait dalam maupun luar negeri. b. Pembinaan dan peningkatan pengolahan industri hilir komoditi perkebunan. c. Pembinaan dan bantuan alat pengolahan komoditi perkebunan dan pengembangan

jenis olahan.

Rencana kegiatan pada tahun 2005 disusun untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersifat sebagai tujuan antara yang berperan sebagai jembatan untuk mencapai visi dan misi, terlihat pada lampiran-1.

Dukungan alokasi dana yang sedang dan akan dilakukan kedepan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut bersumber dari pembiayaan anggaran rutin dan anggaran pembangunan pusat maupun daerah Propinsi Sumatera Utara serta sumber lainnya.

(20)

Sistem Agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari sub sistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi sub sistem hulu ; sub sistem usahatani atau on farm ; subsistem agribisnis pengolahan dan pemasaran serta subsistem penunjang dalan kesetaraan kemitraan kegiatan usaha antara sub sistem on farm dengan sub sistem terkait lainnya.

Visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya sistem usaha agribisnis dari kondisi yang ada sekarang sekurang-kurangnya ada 2 agenda yang ingin dicapai yaitu meningkatnya sumber kesejahteraan keluarga petani dan meningkatnya peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi.

Hakekat sistem dan usaha agribisnis yang ingin dicapai adalah terwujudnya kesetaraan kemitraan kegiatan usaha sub sistem on farm dengan subsistem - subsistem agribinis terkait lainnya. Menuju terwujudnya sistem usaha agribisnis yang diharapkan tersebut dan kondisi yang ada sekarang mencakup :

1) kondisi umum usaha tani perkebunan rakyat yang ada sekarang produktivitasnya masih dibawah potensi normalnya dan asset agribisnis masih belum cukup optimal dimanfaatkan. Karenanya perlu upaya peningkatan produktivitas usahatani tidak sebatas peningkatan produktivitas tanaman yang ada tetapi juga produktivitas usahatani secara keseluruhan.

2) Kalaupun telah ditempuh peningkatan produktivitas usahataninya, masing-masing secara individual belum cukup memungkinkan untuk mewujudkan kesetaraan kemitraan kegiatan usaha dengan subsistem - subsistem agribisnis terkait lainnya. Oleh sebab itu fasilitas penumbuhan kelembagaan ekonomi merupakan suatu tuntutan kebutuhan.

3) Setelah difasilitasi upaya peningkatan usahatani dan tumbuhnya kelembagaan ekonomi petani serta tercapainya minimum skala ekonomi, baru tercapai kondisi untuk tumbuhnya kesetaraan kegiatan usaha yang dimaksud.

Ikhtisar kerangka pendekatan pembangunan sistem dan usaha agribisnis komditas perkebunan adalah seperti skema berikut :

Skema 1. Pertumbuhan sistem sistem dan usaha agribisnis komoditas perkebunan Tercapainya skala ekonomi

Terwujudnya kelembagaan Terwujudnya sistem

Pertanian

Ekonomi Terintegrasi berkelanjutan

(21)

2 1

Off farm On farm Off farm

Hulu 5 4 Hilir

Tumbuhnya Berlangsungnya proses keseta-

Akses 6 raan tentang kegiatan usaha

Penunjang

Keterangan :

1,2,3 dst merupakan urutan tahapan kegiatan 4,5,6 bisa paralel.

Dalam pembangunan sistem agribisnis, seluruh subsistem tersebut beserta usaha-usaha didalamnya dikembangkan secara simultan dan harmonis diawali dengan penguatan usahatani, kemudian ditumbuhkan kelembagaan ekonominya serta kesetaraan kemitraan kegiatan usahanya.

Berkembangnya perubahan yang dimaksud merupakan suatu proses perubahan yang terencana dan bertahap dari kondisi usaha budidaya perkebunan yang ada sekarang kepada keadaan baru yaitu sistem dan usaha agribisnis berbasis komoditas perkebunan.

Kodisi usaha budidaya perkebunan yang ada sekarang secara keseluruhan mencakup sekitar 145 jenis tanaman berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim. Salah satu ciri usaha budidaya tanaman perkebunan, hasil produksinya merupakan bahan baku industri atau ekspor. Karenanya telah melekat adanya keterkaitan dengan pengolahan hasil seperti misalnya pada usaha perkebunan besar, yang sejak awal pembangunannya telah dirakit keterkaitannya. Pada pola PIR telah dikondisikan keterkaitan kemitraan kegiatan usaha antara kebun plasma dan kebun inti serta pada usaha tanaman tebu dan tembakau telah berkembang kemitraan kegiatan usaha antara para petani dan perusahaan pengelola.

Sesuai dengan ciri tersebut ditinjau dari wujud sistem agribisnis yang diharapkan secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kelompok pertama

(22)

Dalam kaitannya dengan arah pembangunan ekonomi kedepan prosesnya perlu terus didorong agar secara proporsional memberi manfaat pada pelaku usaha kecil menengah dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya melalui pendekatan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN)

2) Kelompok kedua

Telah berada dalam kerangka konsep sistem dan usaha agribisnis perkebunan yaitu : a). kemitraan kegiatan usaha antara kebun plasma dan kebuninti pada pola PIR . b). Kemitraan kegiatan usaha antara petani dan perusahaan pengelola seperti pada usahatani tebu kapas dan tembakau. c). Kemitraan sejumlah komoditas lainnya yang sudah dalam proses penumbuhan seperti kemitraan karet mesuji, kopi kintamani, kemitraan tanaman obat-obatan biofarmaka serta beberapa kemitraan lainnya yang sedang dalam proses penumbuhan.

3) Kelompok ketiga

Usaha budidaya tanaman perkebunan rakyat pada umumnya yang belum terkait kemitraan kegiatan usaha dengan subsitem subsistem agribisnis terkait lainnya.

Dari pengelompokan tersebut diatas kelompok ketiga merupakan bagian terbesar dari usaha budidaya tanaman perkebunan rakyat yang ada. Dengan adanya ketiga kelompok tersebut diatas dalam kaitannya dengan pembangunan sistem usaha agribisnis pendekatan langkah upaya yang ditempuh secara garis besar adalah sebagai berikut :

1) Kelompok pertama

Pengawasan dan pembinaan terhadap sistem dan usaha agribisnis perkebunan besar agar proses pengelolaannya terus berlanjut secara tertib, mentaati segala ketentuan yang berlaku serta memberikan manfaat secara optimal.

2) Kelompok kedua

Menjaga, memantapkan dan meperdalam kesinambungan kemitraan kegiatan usaha sesuai dengan konsepsinya seperti yang telah berlangsung selama ini.

3) Kelompok ketiga.

Menumbuhkan sistem dan usaha agribisnis berbasis perkebunan rakyat yang sudah ada melalui proses perubahan dari kondisi yang ada sekarang kearah terwujudnya sistem dan usaha berbasis perkebunan profesional.

Ihtisar upaya yang ditempuh seperti terlihat pada skema berikut ini :

Diawasi tertib keberlanjutannya

(23)

Dibina capaian efisiensi

Dijaga kesinambungan, kemitraannya

Dimantapkan kadar kesinambunagn

Kemitraannya

Dimanfaatkan pemanfaatan peluang

Yang tersedia

Diperbesar penguatan onfarm

Ditumbuhkan prakondisi

Ditumbuhkan kelembagaan & ske

Ditumbuhkan keseuaian kegiatan usaha

Kebun rakyat

Mempertimbangkan kelompok ketiga merupakan bagian terbesar dari usaha perkebunan rakyat yang sudah ada dan keberhasilan upaya penumbuhannya kearah sistem dan usaha agribisnis yang diharapkan akan memberikan dampak langsung pada peningkatan kesejahteraannya. Oleh karena itu upaya mendorong dan memfasilitasi berlangsungnya proses perubahan dari kondisi usaha budidaya perkebunan rakyat yang sudah ada tersebut kearah terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan seperti yang diharapkan merupakan agenda kegiatan strategis pada pembanguan susbsektor perkebunan kedepan.

4. Penumbuhan Sistem dan Usaha Berbasis Perkebunan.

Gambaran kondisi usaha perkebunan rakyat yang sudah ada secara umum merupakan usaha skala kecil, asset agribisnis yang belum termanfaatkan secara optimal (terdapat sisa asset lahan dan tenaga kerja petani), penerapan paket teknologi anjuran masih terbatas dan masih merupakan usaha perorangan yang masih belum memiliki kelembagaan ekonomi. Dengan kondisi yang ada tersebut pada dasarnya masih cukup sulit untuk mendorong proses penumbuhan kemitraan usaha subsistem on farm tersebut dengan sub-sub sistem agribisnis terkait lainnya.

(24)

terintegasi cabang usahatani pangan, ternak dan tanaman lainnya yang sesuai, pemanfaatan limbah, pengolahan hasil sederhana serta penerapan konsep PHT.

Upaya yang ditempuh untuk peningkatan produktivitas usaha tani yang merupakan proses penumbuhan sistem dan usaha agribisnis subsektor perkebunan. Pilihan pendekatan adalah kunci peningkatan produktivitas usaha tani yang dimaksud mempertimbangkan :

1) kondisi usaha tani secara umum, mrenunjukkan gambaran; lahan kering, sempit, kurus, belum termanfaatkan secara optimal (sisa asset lahan), monokultur, serta hasil produksinya bersifat musiman dan tergantung kondisi iklim.

2) Ciri tuntutan kebutuhan petani dan keluarganya : berlangsung sepanjang tahun dan cendreung terus meningkat .

3) Peningkatan daya saing : intinya adalah menekan biaya produksi melalui peningkatan produktivitas dan diversifikasi.

Dengan mempertimbangkan kondisi usaha tani yang ada, ciri tuntutan kebutuhan petani serta peningkatan daya saing tersebut maka pilihan pendekatan yang ditempuh adalah pendekatan fungsi usaha tani sebagai sumber pemenuhan kebutuhan kesejahteraan petani dan keluarganya. Dengan pendekatan fungsi dimaksud langkah implementasi peningkatan produktivitas usahatani adalah optimasi peranan berbagai variabel terkait, yaitu :

1) Lahan sempit, dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan sistem pertanian dengan usaha pokok tanaman perkebunan disertai terintegrasinya berbagai cabang usahatani, pangan, ternak, dan cabang usahatani lainnya serta penerapan PHT.

2) Lahan kurus, disuburkan dengan memanfaatkan agro input internal seperti pestisida hayati, limbah tanaman (kompos) dan penerapan kaidah konservasi.

3) Lahan kering, ditempuh tehnologi memanen hujan dan hemat air, seperti membuat rorak-rorak, embung, teras dan lain-lain.

4) Limbah dan hasil samping, dimanfaatkan secara optimal seperti pupuk organik atau pakan ternak.

5) Efisisensi pengelolaan, dikemas melalui penerapan paket tehnologi berkelanjutan baik perkomoditi maupun menyeluruh dan penerapan PHT.

6) Sistem pertanian dikemas dalam sistem pertanian yang hasilnya terinventarisir sepanjang tahun

(25)

dengan kondisi yang ada, didalamnya terintegrasi cabang usaha tani pangan, ternak dan usaha budidaya tanaman lain yang sesuai, pemanfatan limbah dan hasil samping serta pengembangan industri pengolahan hasil awal.

5. Penumbuhan Kelembagaan Ekonomi Petani.

Pada uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa salah satu prakondisi tumbuhnya kesetaraan kemitraan kelembagaan usaha adalah kelembagaan ekonomi petani, seperti dimaklumi adanya wadah kelembagaan petani dalam bentuk kelompok tani dan koperasi keberadaannya telah disadari pada pembangunan pertanian pada periode-periode sebelumnya, bahkan dengan pendekatan terget, namun mampu berfungsi seperti yang diharapkan.

Kelembagaan ekonomi petani dalam kerangka pembangunan sistem dan usaha agribisnis berbasais perkebunan, yang mampu berfungsi mewakili kepentingan para anggotanya, telah dirintis dan dikembangkan pada tahun-tahun terakhir ini. Nantinya penumbuhan kelembagaan kebersamaan ekonomi petani prosesnya tumbuh dari bawah melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan.

Dalam rangka penyusunan dan pemantapan penumbuhan kelembagaan subsoistem agribisnis usahatani perkebunan, arah kebijaksanaan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :

1) melembagakan pemikiran bahwa usahatani perkebunan dengan pengusahaan lahan sempit hanya akan mendorong terjalinnya keterkaitan kegiatan usaha dengan mitra terkait yang mengakses kepada berbagai peluang dan kemudahan yang tersedia, untuk itu hanya akan dapat terwujud melalui wadah kelembagaan usahataninya.

2) Mengembangkan kesamaan pemahaman dengan semua unsur terkait bahwa kelembagaan petani yang perlu didorong penumbuhannya adalah terbentuknya kelembagaan yang prosesnya tumbuh dari bawah, dilakukan oleh dan untuk petani yang bersangkutan agar dapat bertindak dan mampu mewakili kepentingan pengembangan usaha para anggotanya.

3) Menyusun panduan tentang komponen-komponen dan kriteria yang perlu menjadi bahan pertimbangan dan penumbuhan kelembagaan ekonomi petani. Komponen dan kriteria yang dimaksud meliputi antara lain komoditi yang diusahakan, tingkat pengusahaan, pola pengusahaan, skala ekonomi pada tingkat lokasi dan peluang pengembangannya.

(26)

5) Mengkondisikan kesiapan pelaksanaan fasilitas penumbuhan kelembagaan petani melalui kegiatan identifikasi kondisi sosial ekonomi wilayah yang bersangkutan, pola usahatani yang ada dan workshop dengan unsur terkait setempat untuk menjadi bahan penyesuaian materi, modul dan media pelatihan.

Penumbuhan kelembagaan kebersamaan ekonomi petani seperti tersebut diatas adalah kelembagaan dalam kerangka penumbuhan sistem dan usaha agribisnis berbasis komoditas perkebunan. Disamping kelembagaan yang dimaksud dalam rangka menampung berbagai kepentingan petani, difasilitasi dan dikembangkan pula kelembagan assosiasi petani komoditi.

6. Penumbuhan Kemitraan Usaha

Kemitraan usaha dalam kerangka pertumbuhan sistem dan usaha agribisnis perkebunan adalah kesetaraan kemitraan kegiatan usaha antar subsistem on farm dengan sub-subsisetm terkait lainnya yang saling tergantung dan saling menguntuangkan ( How to achiev ). Oleh sebab itu seperti disampaikan pada uraian sebelumnnya penumbuhan kemitraan perkebunan perlu dilandasi prakondisi pemuatan off farm dan penumbuhan kelembagaannya.

Dengan telah tumbuhnya prakondisi dimaksud, maka dilakukan upaya penumbuhan kemitraan kegiatan usaha yang saling mendukung dan saling menguntungkan antara pelaku usaha pada sub sistem usahatani dengan para pelaku usaha dari subsistem terkait lainnya yang akan dietmpuh melalui kebijksanaan sebagai berikut :

1) mengupayakan tumbuhnya pengertian dan kesadaran bahwa semangat kemitraan usaha yang perlu dikembangkan adalah merupakan keterkaitan kegiatan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan dalam rangka memperkuat struktur kegiatan usaha tanaman perkebunan.

2) Mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya potensi ekonomi berbasis usaha perkebunan pada suatu wilayah sebagai kekuatan awal untuk mejadi daya tarik tumbuhnya keterkaitan kegiatan usaha melalui fasilitas tumbuhnya usaha tanaman perkebunan yang efisien dan gabungan usahatani bersangkutan pada suatu wilayah untuk mencapai suatu minimum skala ekonomi tertentu.

3) Menumbuhkan pengertian dan kesadaran tentang kebutuhan wadah kebersamaan ekonomi petani merupakan prasyarat pengembangan keterkaitan kegiatan usaha dengan perusahaan mitra terkait.

(27)

5) Melakukan kegiatan bimbingan dan pendampingan agar kemitraan kegiatan usaha dapat berlangsung berkelanjutan dalam semangat saling menunjang dan saling menguntungkan.

6) Memfasilitasi proses penumbuhan kelembagaan antar stakeholder usaha agribisnis dengan mengembangkan networking dan sharing.

Kerangka pendekatan penumbuhan sistem dan usaha agribisnis berbasis komoditas perkebunan seperti diuraikan tersebut diatas merupakan langkah-langkah pokok proses perubahan dari kondisi usaha perkebunan rakyat yang ada sekarang. Mempertimbangkan bahwa perkebunan rakyat dimaksud baik pada tingkat wilayah maupun tingkat nasional merupakan bagian terbesar. Dan fasilitas upaya penanganannya tidak mungkin dilakukan sekaligus secara simultan.

Oleh sebab itu perlu ditempuh pendekatan skala prioritas seperti dimaklumi sejalan dengan arahan yang ada, masing-masing daerah telah mempersiapkan rencana kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN). Dalam rangka pendekatan segala prioritas dimaksud sesuai kemampuan yang fasilitas penumbuhan sistem dan usaha agribisnis komoditas perkebunan dilaksanakan pada rencana kimbun dengan pertimbangan faktor-faktor yang paling mendukung rencana pelaksanaan untuk tercapainya keberhasilan.

7. Pelaporan

Setiap akhir pelaksanaan kegiatan dibuatkan laporan pekerjaan yang memuat keberhasilan dan kegagalan yang dicapai. Laporan ini disampaikan kepada pimpinan dan pihak-pihak terkait. Sedangkan banyaknya laporan disesuaikan dengan kebutuhan. Laporan kegiatan juga menuangkan permasalahan yang dihadapi dan cara-cara penyelesainnya serta usul dan saran kedepan atas perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan pembangunan perkebunan.

VII.

INDIKATOR KINERJA.

Indikator kinerja didasarkan pada tingkat keberhasilan tercapai dari serangkaian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan 2005 - 2010, sebagai berikut :

1. Peningkatan pertumbuhan luas areal dan produksi perkebunan.

2. Pertumbuhan PRDB perkebunan sebagai hasil upaya peningkatan produktivitas dan pengembangan perkebunan baru.

(28)

4. Meningkatnya optimalisasi pemanfaatan lahan perkebunan melalui pengembangan tanaman sela atau diversifikasi usaha lainnya.

5. Menigkatnya mutu hasil baik produk primer maupun sekunder kearah zero defect melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO 9000, ISO 14.000, Sanitary and phytosanitary dan HACCP.

6. Meningkatnya penerimaan devisa ekspor komoditas primer maupun dari komoditas sekunder perkebunan.

7. Meningkatnya kemampuan untuk menyerap tenaga kerja pada kegiatan sistem agribisnis perkebunan.

8. Meningkatnya kualitas SDM untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan perkebunan

9. Tumbuh dan berkembangnya wilayah-wilayah/ sentra ekonomi baru disekitar perkebunan serta industri jasa seperti transportasi dan agriwisata.

10.Meningkatnya pendapatan petani pekebun (usaha pokoknya perkebunan) dan peningkatan kualitas hidup pekebun dan masyarakat disekitar perkebunan.

VIII.

PENUTUP

Pembangunan perkebunan diarahkan kepada terwujudnya usaha perkebunan yang berorientasi pada visi pembangunan perkebunan adalah terwujudnya masyarakat perkebunan yang sejahtera melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang berdaya saing, berkeadilan, berkerakyatan, terdesentralisasi dan berbasis pada pengelolaan SDA yang lestari sesuai fungsinya pada Kawasan Industri Masyarakat Perkebuan (KIMBUN).

Kegiatan pembangunan perkebunan di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 - 2010 sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, perlu sepenuhnya mendapat dukungan pendanaan, agar tercapai tujuan sebagaimana yang diinginkan.

Gambar

Gambaran kondisi usaha perkebunan rakyat yang sudah ada secara umum merupakan usaha skala kecil, asset agribisnis yang belum termanfaatkan secara optimal (terdapat sisa asset lahan dan tenaga kerja petani), penerapan paket teknologi anjuran masih terbatas

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan rahmat- Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul Penggunaan Carbomer Sebagai Gelling Agent dalam

1) Mengambil data, dengan cara melakukan proses download dengan perangkat lunak download manager, sehingga diperoleh downlad transfer rate proses dengan menggunakan

Veithzal Rivai dkk, Islamic Transaction Law in business, drs.Abdul kadir M.H.Hukum Bisnis Syariah dalam al-Qur’an.Yusuf Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, MUI,

Total kunjungan kapal laut di 12 pelabuhan laut yang ada di Sulawesi Utara (Pelabuhan Labuhan Uki, Tahuna, Lirung, Likupang, Ulu-Siau, Pehe-Siau, Tagulandang, Biaro, Amurang,

Manfaat yang diambil dari permainan ini, yaitu pada saat anak berjalan dengan kedua tangannya dan kedua kakinya diangkat oleh pasangannya menuju garis finis yaitu akan melatih

Data hasil pengamatan terhadap parameter berat panen tanaman romaine yang di konsumsi setelah dianalisis secara statistik dan hasil analisis sidik ragam

harga diri, sehingga dapat meningkatkan hasil proses pembelajaran.. Fakultas juga dapat memberikan Quiz kepada mahasiswa

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri