• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI

PEGAWAI

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

HENGKI PARTOGI BUTARBUTAR

090904106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

(2)

BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI

PEGAWAI

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

SKRIPSI

HENGKI PARTOGI BUTARBUTAR

090904106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

(3)

BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI

PEGAWAI

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)

SKRIPSI

HENGKI PARTOGI BUTARBUTAR

090904106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Hengki Partogi Butarbutar

NIM : 090904106

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul :BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI

PEGAWAI

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas

Polsek Telun Kenas).

Medan, November 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dayana Manurung M.Si Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A

NIP. 196007281987032002 NIP. 196208281986012001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Hengki Partogi Butarbutar

Nim : 090904106

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI

PEGAWAI

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Hengki Partogi Butarbutar

NIM : 090904106

Tanda Tangan :

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas). Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi dan pola interaksi pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi, budaya organisasi dan interaksi organisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas yakni berjumlah 30 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian

(total sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

melalui dua cara Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Analisis data kuantitatif ini menggunakan metode statistik koefisien Rho Spearman. Hasil uji hipotesis diperoleh angka 0,977. Hal ini berarti hipotesis yang diterima adalah Ha,

yaitu “Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas” yang berarti terjadi hubungan yang sangat kuat antara Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.

(8)

ABSTRACT

This research titled organizational culture and patterns of interaction (kolerasional studies on the influence of organizational culture on employee interaction process bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas) as for the purpose of research is to examine how organizational culture and employee interaction patterns Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas. Theories that are considered relevant in this research is the study of organizational communication, organizational culture and organizational interaction. This research uses a correlational study. Population in this study were employees of the polise station Bhabinkamtibmas Telun Kenas than is numbered 30 people. Considering the number of population of less than 100 people, the researchers took samples of the ebtire population segai research (total sampling) data collection techniques used in this study in two ways. Literature study and field study. This quantitative data analysis using statistical methods using Spearman Rho Coefficients. Hypothesis test results obtained figures 0.977. This means accepted hypothesis is Ha, that there is the influence of organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas that means there is a very strong relationship between organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas P olsek Telun Kenas.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Budaya Organisasi dan

Pola Interaksi Pegawai” (Studi Korelasional tentang Pengaruh Organisasi

Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas).

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam mencari, mengumpulkan dan mengolah data penelitian. Meskipun demikian, peneliti berusaha secara maksimal agar tulisan ini dapat tersusun sebaik mungkin. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini. Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak.

Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua yakni ayahanda IPTU. POL. P.Butarbutar dan Ibunda Bungur Marice Pangaribuan S.Pd dengan segala ketulusan dan kesabaran telah mengasuh dan membesarkan peneliti serta memberikan dukungan, perhatian, doa yang tiada henti dan dorongan baik material maupun spiritual kepada penulis. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kakanda Christina Butarbutar S.Pd dan Riska Butarbutar S.Ti dan adik peneliti Sinthya Butarbutar yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Pada Kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak yang telah berperan selama proses penyelesaian skripsi ini. Adapun rasa terima kasih tersebut peneliti tujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen

Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen

Ilmu Komunikasi FISIP USU dan Dosen Pembimbing peneliti

yang telah banyak membantu serta membimbing peneliti untuk

(10)

diluangkan untuk berdiskusi dan memberikan masukan yang

sangat berharga kepada peneliti.

4. Ibu Inon Beydha selaku dosen pembimbing Akademik peneliti

yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan

peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan

pendidikan dan pelajaran pada peneliti dari awal semester

hingga akhir semester.

6. Bapak AKP. Kesmart Purba selaku Kapolsek Telun Kenas

yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk dapat

melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

7. Bapak IPTU. Posma Butarbutar selaku Kanit Bhabinkamtibmas

serta jajaran staf Pegawai Bhabinkamtibmas yang telah

bersedia meluangkan waktu membantu peneliti pada saat

penelitian berlangsung.

8. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Maya,

Pak Tangkas, Bang Ria yang telah banyak membantu selama

peneliti mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

9. Sahabat terdekat peneliti sayangi yaitu Esterlia Siahaan yang

selalu ada saat peneliti membutuhkan bantuan selama proses

penyelesaian skripsi ini serta atas semangat dan dukungan yang

telah diberikan kepada peneliti.

10.Sahabat sahabat tersayang, Indah, Meiliza, Shukey, Jordan,

Andre, Imam, Ipol, Ibal, Maulana, Nalom, Echa, Gael, Juan,

Aldo yang selalu memberikan bantuan, dukungan, saran dan

semangat kepada peneliti.

11.Orang orang terdekat peneliti yang peneliti sayangi, bembeng,

bang putra, faisal, bowo, daniel, cukai dan rekan rekan Medan

Scooter Club yang selalu memberikan dukungan dan semangat

(11)

12.Rindy, Maya, Maruli, Mitha, Gery, Ira dan semua rekan rekan

mahasiswa Ilmu Komunikasii stambuk 2009 di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta

seluruh sahabat sahabat yang telah membantu hingga

terselesaikannya skripsi ini yang namanya tidak bisa

disebutkan satu per-satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan melimpahkan Kasih dan Karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik moril dan materil yanga telah diberikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu untuk kesempurnaan skripsi ini dengan segala kerendahan hati , penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, November2015

(12)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR SEMESTER UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hengki Partogi Butarbutar

NIM : 090904106

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI PEGAWAI (Study Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Proses

Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Telun Kenas)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan , mengakih

media/formatkan mengola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : November 2015

Yang Menyatakan

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBARPERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

LEMBAR PUBLIKASI ... x

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS ... 8

2.1 Kerangka Teori... 5

2.1.1 Komunikasi ... 5

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ... 5

2.1.1.2 Fungsi Komunikasi ... 8

2.1.1.3Tujuan Komunikasi………..9

2.1.2 Komunikasi Organisasi ... 10

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi ... 10

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ... 11

(14)

2.1.3.1 Pengertian Budaya Organisasi ... 12

2.1.3.2 Interaksi Organisasi ... 16

2.2 Kerangka Konsep ... 19

2.3 Variabel Penelitian ... 20

2.4 Defenisi Operasional ... 21

2.5 Hipotesis ... 22

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

3.1.2 Tugas Bhabinkamtibmas ... 26

3.1.3 Fungsi Bhabinkamtibmas ... 27

3.1.4 Peranan Bhabinkamtibmas ... 27

3.1.5 Wewenang Bhabinkamtibmas ... 28

3.1.6 Struktur Kepemimpinan Bhabinkamtibmas ... 28

3.2 Metode Penelitian... 29

3.3 Populasi Dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 30

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.6 Teknik Analisis Data ... 31

3.6.1 Analisis Tabel Tunggal ... 31

3.6.2 Analisis Tabel Silang ... 31

3.6.3 Uji Hipotesis ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 33

(15)

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 35

4.2.1 Karakteristik Responden ... 35

4.2.2 Budaya Organisasi ... 39

4.2.2.1 Dimensi Adaptasi ... 39

4.2.2.2 Dimensi Integrasi ... 42

4.2.2.3 Dimensi Asumsi-asumsi Dasar ... 46

4.2.3 Interaksi Pegawai ... 49

4.2.3.1 Imitasi ... 49

4.2.3.2 Sugesti ... 51

4.2.3.3 Identifikasi ... 53

4.2.3.4 Simpati ... 55

4.3 Analisis Tabel Silang ... 58

4.4 Uji Hipotesis ... 60

4.5 Koefisien Determinan ... 61

4.6 Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

5.2.1 Saran Responden Penelitian ... 79

5.2.2 Saran dalam Kaitan Akademis ... 79

5.2.3 Saran dalam Kaitan Praktis ... 79

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi... 32

4.1 Jenis Kelamin Responden ... 35

4.2 Usia Responden ... 36

4.3 Jabatan Responden ... 37

4.4 Lama Bekerja ..……….38

4.5 Mengetahui Misi Bhabinkamtibmas Telun Kenas ... 39

4.6 Mengetahui Tujuan Bhabinkamtibmas Telun Kenas ... 40

4.7 Sarana dan Prasana Bhabinkamtibmas Telun Kenas ... 41

4.8 Menggunakan Bahasa Yang Sama ... 42

4.9 Menjalin Hubungan dengan Pegawai Lain Terdapat Batasan- batasan Dalam Kelompok ... 43

4.10 Hubungan Atau Relasi Dalam Bhabinkamtibmas ... 44

4.11 Memperoleh Penghargaan Apabila Mencapai Tujuan ... 45

4.12 Pegawai Menjalin Hubungan Baik Dengan Masyarakat Sekitar . 46 4.13 Informasi Yang Diterima Valid ... 47

4.14 Tepat Waktu Dengan Pegawai Lain ... 48

4.15 Pegawai Lain Meniru Tugas atau Pekerjaan ... 49

4.16 Hal Meniru Tugas Yang Sedang Dikerjakan Pegawai Lain ... 50

4.17 Pegawai Lain Memberikan Masukan. ... 51

4.18 Hal Menerima Masukan Yang Diberikan Pegawai Lain ... 52

4.19 Hal Memiliki Keinginan Untuk Menjadi Sama Dengan Pegawai Lain ... 53

(17)

4.21 Hal Merasa Tertarik Pada Perasaan Yang Dimiliki Pegawai

Lain ... 55

4.22 Hal Membantu Pegawai Lain Yang Membutuhkan Pertolongan 56

4.23 Hal Pegawai Lain Bersedia Dengan Terbuka Ketika Membutuhkan

Pertolongan ... 57

4.24 Hubungan Dalam Bhabinkamtibmas Telun Kenas Berjalan Dengan

Baik dan Saudara Membantu Pegawai Lain Yang Membutuhkan

Pertolongan Kepada Anda ... 58

4.25 Apakah Informasi Yang Saudara Terima Sesama Pegawai Valid

Dan Apakah Saudara Menerima Masukan Yang Diberikan Pegawai

Lain ... 59

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Proses Terjadinya Komunikasi ... 6

2.2 Model Teoritis ... 20

2.3 Variabel Penelitian ... 20

(19)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Foltron Cobolt

2. Kuisioner

3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 4. Surat Izin Penelitian

(20)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas). Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi dan pola interaksi pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi, budaya organisasi dan interaksi organisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas yakni berjumlah 30 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian

(total sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

melalui dua cara Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Analisis data kuantitatif ini menggunakan metode statistik koefisien Rho Spearman. Hasil uji hipotesis diperoleh angka 0,977. Hal ini berarti hipotesis yang diterima adalah Ha,

yaitu “Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas” yang berarti terjadi hubungan yang sangat kuat antara Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.

(21)

ABSTRACT

This research titled organizational culture and patterns of interaction (kolerasional studies on the influence of organizational culture on employee interaction process bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas) as for the purpose of research is to examine how organizational culture and employee interaction patterns Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas. Theories that are considered relevant in this research is the study of organizational communication, organizational culture and organizational interaction. This research uses a correlational study. Population in this study were employees of the polise station Bhabinkamtibmas Telun Kenas than is numbered 30 people. Considering the number of population of less than 100 people, the researchers took samples of the ebtire population segai research (total sampling) data collection techniques used in this study in two ways. Literature study and field study. This quantitative data analysis using statistical methods using Spearman Rho Coefficients. Hypothesis test results obtained figures 0.977. This means accepted hypothesis is Ha, that there is the influence of organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas that means there is a very strong relationship between organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas P olsek Telun Kenas.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang

berinteraksi untuk mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai unit sosial, organisasi

terdiri dari orang orang dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan

motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan motivasi orang orang dari berbagai

latar belakang yang berbeda mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan

problem dalam proses keorganisasian karena menyebabkan terjadinya benturan

nilai nilai individual yang dapat menjadi faktor pengganggu dalam upaya

mencapai tujuan organisasi.

Organisasi sebagai wadah dimana orang orang berkumpul, bekerjasama

secara rasional dan sistematis, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi

secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kerja

sama yang terarah tersebut dilakukan dengan mengikuti pola interaksi antar setiap

individu atau kelompok dalam berikteraksi ke dalam berikteraksi kedalam

maupun ke luar organisasi. Pola interaksi tersebut diselaraskan dengan berbagai

aturan, norma, keyakinan, nilai nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi

pola interaksi tersebut dalam waktu tertentu akan membentuk suatu kebiasaan

bersama atau membentuk budaya organisasi yang senantiasa mengontrol anggota

organisasi, dengan demikian budaya organisasi yang kuat merupakan pembentuk

kinerja organisasi yang tinggi.

Budaya organisasi kerap kali digunakan sebagai salah satu deteminan alat

dan kunci untuk keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian strategi usaha

organisasi. “ Corporate culture will probably be an even more important factor in determining the success or failure of firms in the next decade”. Dengan kata lain, terdapat kecenderungan pada budaya organisasi sebagai suatu pondasi yang harus

dimiliki organisasi, karena budaya organisasi sangat mendukung sukses atau

gagalnya organisasi. Upaya peningkatan kinerja organisasi memerlukan adanya

(23)

widely spread belief of corporate cultures being perhaps the significant faktor behind the performance of companies”. Asumsinya sederhana, bahwa sebuah kelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan akan mempunyai nilai dan

dilaksanakan bersama. Dengan nilai bersama tersebut, didalam organisasi masing

masing anggota yakin dan rasa saling percaya satu sama lain, bahwa masing

masing bekerja didalam kultur organisasi yang sama dan bergerak seirama.

Budaya organisasi merupakan bagian studi teori organisasi dilihat dari

aspek sekelompok individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, atau

organisasi sebagai wadah tempat individu bekerja sama secara rasional dan

sitematis untuk mencapai tujuan. Kerjasama dimaksud adalah kerjasama yang

terarah pada pencapaian tujuan dengan mengikuti pola interaksi antar setiap

individu atau kelompok. Pola interaksi tersebut diselaraskan dengan berbagai

aturan, norma, dan nilai nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi itu.

Keseluruhan pola interaksi tersebut akan membentuk suatu kebiasaan bersama

atau membentuk budaya organisasi. Teori organisasi berusaha menerangkan atau

meprediksi bagaimana organisasi dan orang orang didalamnya berprilaku dalam

struktur organisasi, budaya, dan lingkungan.

Budaya organisasi merupakan hal esensial bagi suatu organisasi, karena

budaya organisasi merupakan kebiasaan kebiasaan yang terjadi dalam hirarki

organisasi yang mewakili norma norma perilaku dan diikuti oleh para anggota

organisasi. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam

membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu

kegiatan organisasi. Budaya organisasi akan memberikan suasana psikologis bagi

semua anggota, bagaimana mereka bekerja, bagaimana berhubungan dengan

atasan maupun rekan sekerja dan bagaimana menyelesaikan masalah merupakan

wujud budaya yang khas bagi setiap organisasi.

Budaya organisasi terdiri dari beberapa elemen, perbedaan budaya satu

organisasi dengan organisasi lainnya terletak pada elemen budaya organisasi,

elemen budaya organisasi menurut F.L. Joncano dalam Sobirin (2007:152) terdiri

dari elemen yang bersifat idealistik dan elemen yang bersifat perilaku. Elemen ini

merupakan determinan karakteristik budaya organisasi dan menjadi dasar untuk

(24)

organisasi lainnya. Artinya budaya organisasi merupakan keyakinan setiap orang

didalam organisasi akan jati diri yang secara idiologis dapat memperkuat

eksistensi organisasi baik ke dalam sebagai pengikat atau simpul organisasi dan

keluar sebagai identitas sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai

situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi yang tercermin dalam perilaku

keseharian anggotanya seperti tampak pada praktik sehari hari di tempat kerja.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam mengadakan penelitian, perlu dirumuskan masalah secara jelas

untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik. Berdasarkan latar belakang

masalah yang diuraikan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian

sebagai berikut: “Seberapa besarkah Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga

dapat menggaburkan penelitian, maka penelitian merasa perlu untuk membuat

pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional

yang akan mengkaji pengaruh budaya organisasi terhadap proses interaksi

pegawai Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas.

2. Subjek penelitian ini dibatasi kepada pegawai Bhabikamtibmas yang

berada di Polsek Telun Kenas.

3. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2015.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi pegawai

Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses interaksi pegawai Bhabinkamtibmas

(25)

3. Terakhir, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh

Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas

Polsek Telun Kenas.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, temuan penelitian ini sekiranya dapat menjadi sumbangan

bagi pengkayaan materi dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya

komunikasi organisasi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, temuan dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan

bagi pegawai-pegawai Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas dalam memahami

budaya organisasi dan melakukan interaksi yang lebih baik agar tujuan-tujuan

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori

Setiap penelitian social membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang

paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995: 37).

Teori berguna untuk menjelaskan titik tolak atau landasan berpikir dalam

memecahkan atau menyortir masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah

penelitian yang akan disortir (Nawawi, 1991: 40).

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur terpenting bagi kehidupan manusia.Manusia

adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia yang lain. Karena

sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk menjadi satu dengan yang lainnya.

Komunikasi berasal dari bahasa latin, communis yang berarti “sama”, yang diartikan sebagai proses penyamaan makna (Effendy, 2007: 9).

Menurut Muhammad Arni (2005) komunikasi didefinisikan sebagai

pertukaran pesan verbal dan non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah proses pengiriman dan penyampaian pesan secara verbal maupun non verbal oleh seorang komunikator dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung

melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan

pengertian antara kedua belah pihak antara komunikator dan komunikan, sehingga

apa yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti.

Harold Lasswell (Mulyana, 2005: 62) menerangkan cara terbaik

menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To

(27)

merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan,

media, komunikan, dan efek. (Effendy, 2004: 253).

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :

1. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi.

2. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambing, bahasa, gambar, dan sebagainya.

3. Media (channel, media) adalah saran atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka

diperlukan media sebagai penyampai pesan.

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

5. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Gambar 2.1

Proses Terjadinya Komunikasi

Sumber Pesan Media Penerima Efek

Umpan Balik

Sumber: (Cangara, 2007: 24)

Sumber merupakan pengirim informasi dalam berkomunikasi atau biasa

yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa satu orang, bahkan juga

dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan lain-lain. Apabila lebih dari

satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa emosional yang kuat dalam

kelompoknya maka dapat disebut sebagai kelompok kecil. Selanjutnya sumber

(28)

Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak, misalnya informasi, hiburan,

pujian atau yang lainnya. Dengan menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat

berwujud menjadi konkret, sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal

(bahasa lisan dan bahasa tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan,

raut wajah).

Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi

tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam

menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media

yang dimaksud ialah media komunikasi. Penerima atau yang biasa kita sebut

dengan komunikan merupakan orang menerima pesan komunikasi, seperti

individu (perorangan), kelompok, partai atau yang lainnya. Jika dalam konteks

komunikasi massa, penerima dapat berupa sasaran, khalayak, pemirsa dan

lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting dalam proses komunikasi, sebab

komunikan sangat menentukan keberhasilan dari pesan komunikasi yang

disampaikan oleh komunikator.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10).

Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.

Komunikasi akan dapat berhasil apabila sekitarnya timbul pengertian, yaitu jika

kedua belah pihak dapat memahaminya (Widjaja, 2000: 15).

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari

seseorang kepada orang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian dan

kedua belah pihak saling memahaminya. Kualitas komunikasi menentukan

keharmonisan hubungan dengan sesama individu. Adapun bentuk dari komunikasi

yaitu (Effendy, 2003: 7):

1. Komunikasi Personal (Personal Communication)

(29)

2. Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari ceramah, forum, diskusi, dan seminar.

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari kampanye.

3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication). 4. Komunikasi Massa (Mass Communication).

Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua tahap, yakni

secara premier dan secara sekunder (Effendy, 2004: 11).

1. Proses Komunikasi Secara Premier

Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya

bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang

digunakan dapat berupa gerak, tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai

lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari

proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam

prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien

karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang

ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya.

2.1.1.2 Fungsi Komunikasi

Komunikasi sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang

dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana

komunikasi yang baik tidaklah jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan

(30)

1. Menyampaikan Informasi (To Inform)

Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya

informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar.

Sehingga masyarakat bias mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.

2. Mendidik (To Educate)

Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan

kreativitas, tidak hanya sekedar member hiburan, tetapi juga member

pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan secara luas, serta memberikan berbagai informasi tidak lain

agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih berkembang.

3. Menghibur (To Entertain)

Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya

informasi tetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat

hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagi, lirik,

dan bunyi maupun gambar dan bahasa.

4. Mempengaruhi (To Intfluence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk member

motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa

yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai yang

baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan

modernisasi.

2.1.1.3 Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dan

lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan

komunikasi (Effendy, 2004) antara lain :

1. Perubahan Sikap

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat akan berubah sikapnya.

(31)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan

informasi yang disampaikan.

3. Perubahan Perilaku

Memberikan informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat

akan berubah perilakunya.

4. Perubahan Sosial

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya

bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta berpatisipasi

terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

2.1.2 Komunikasi Organisasi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam

organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian

informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Handoko (2002, 272)

komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau

informasi dari seseorang ke orang lain.

Komunikasi juga memiliki beberapa persepsi, menurut Face dan Paules

(2001,145) beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli

yakni sebagai berikut:

1. Persepsi Redding dan Saborn

Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasiorganisasi adalah

pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang

termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,

hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari

atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan

kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasidari orang-orang yang sama

level tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara,

(32)

2. Persepsi Zelkodan Dance

Zelkodan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan

komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi

itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan

kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan

komunikasi eksternal adalah komunikasi yang komunikasi dalam penjualan hasil

produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian

bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi dari komunikasi organisasi

yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang

berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara

sesama anggota organisasi.

Adapun pengertian komunikasi organisasi menurut Wayne Pace (2001,

143) adalah “sebagai pertunjuk andan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu organisasi”. Sedangkan Dalam teori tentang Komunikasi organisasi Pace dan Faules (2001, 142) mengemukakan

bahwa Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk

melakukan pekerjaan secara efektif, untuk bersikap jujur kepada organisasi, untuk

meraih semangat dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan

untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan

organisasinya adalah dipengaruhi oleh komunikasi.

2.1.2.2Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi penting dalam setiap hal, begitu pula dalam sebuah

organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan

dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Para anggota

organisasi juga yang meneguhkan pentingnya fungsi komunikasi dalam

organisasi. Melalui proses interaksi para anggota organisasi memeriksa eksistensi

kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan.

(33)

bermacam-macam juga berubah-ubah menurut cara pengaruh komunikasi ini

ditentutukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara angggota organisasi.

Selanjutnya Kartono (2010, 135) mengemukakan, organisasi komunikasi

juga dapat berfungsi:

1. Menghubungkan semua unsur yang melakukan relasi pada semua lapisan,

sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antar sesama.

2. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan

bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional

yang efisien.

3. Meningkatkan rasa tanggungjawab semua anggota, dan melibatkan mereka

pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau

sense of envolvement dan rasa ikut memiliki sertasense of belonging atau

rasa “menjadi bagian” dari suatu kelompok.

4. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas

masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de

corps (semangat korps).

2.1.3 Budaya Organisasi

2.1.3.1 Pengertian Budaya Organisasi

Mangkunegara (2005: 113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi

adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai nilai, dan norma yang

dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi

anggota anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.

Peter dalam Tika (2008:4) budaya organisasi adalah pokok penyelesaian

masalah masalah eksternal dan internal yang pelaksaannya dilaksanakan secara

konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan kepada anggota

anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan

merasakan terhadap masalah masalah terkait dalam organisasi.

Robbins dalam Riani (2011: 7) budaya organisasi adalah nilai nilai

(34)

karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola

karyawan dan kosumen.

Dengan demikian budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai

nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam

melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan

merasakan terhadap masalah masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai

atau aturan didalam organisasi tersebut.

Menurut Robbins dalam Tika (2008: 10): Karakteristik Budaya Organisasi

1. Inisiatif Individual

Tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepenensi yang dimiliki oleh

setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif

individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan organisasi

sepanjang menyangkut ide untk memajukan dan mengembangkan

organisasi atau perusahaan.

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko

Budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi

kepada anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif dalam

memajukan organisasi atau perusahaan.

3. Pengarahan

Sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan

harapn yang diinginkan. Tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.

4. Integrasi

Sejauh mana organisasi dapat mendorong unit unit organisasi untuk

bekerja dengan cara terkoordinasi, kekompakan unit unit tersebut dapat

mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan manajemen

Sejauh mana manajer dapat memberikan arahan atau komunikasi, bantuan

serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

6. Kontrol

Alat yang di pakai adalah peraturan peraturan atau norma norma yang

(35)

pengawas yang dapat mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota

organisasi atau karyawan.

7. Identitas

Sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat

mengidentifikasi dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan

bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

8. Sistem imbalan

Sejauh mana alokasi imbalan ( kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya)

didasarkan atas dasar prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan sinioritas,

sikap pilih kasih dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan

kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang

sering terjadi di suatu organisasi, namun perbedaan pendapat dan kritikan

dapat digunakan sebagai perbaikan atau perubahan strategi untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

10.Pola komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.

Kadang kadang hirarki ini dapat menghambat terjadinya pola komunikasi

antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan sepuluh karakteristik ini, akan

diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi

dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai

organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota

berprilaku.

Menurut Robbins dalam Tika (2008:109) Ciri ciri budaya organisasi yang

kuat adalah sebagai berikut;

1. Anggota anggota organisasi loyal kepada organisasi

2. Pedoman bertingkah laku bagi orang orang di dalam perusahaan

(36)

orang didalam perusahaan sehingga orang orang yang bekerja menjadi

sangat kohesif.

3. Nilai nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi

dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari hari secara konsisten

oleh orang orang yang bekerja dalam perusahaan.

4. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan pahlawan

organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam macam tingkat

pahlawan.

5. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.

6. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita cerita kehebatan para

pahlawannya.

Sementara menurut Kennedy dalam Tika (2008:111) ciri ciri budaya

organisasi lemah, adalah:

1. Mudah terbentuk kelompok kelompok yang bertentangan satu sama lain.

2. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.

3. Anggota organisasi tidak segan segan mengorbankan kepentingan

organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.

Schein dalam Sumarwanto (2010: 19) melihat budaya organisasi dari 3

(tiga) variable dimensi budaya organisasi, yaitu dimensi adaptasi eksternal

(external adaptation tasks), dimensi integrasi internal (internal intergration tasks)

dan dimensi asumsi-asumsi dasar (basic underlying assumtions), lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

1. Dimensi Adaptasi Eksternal (External Adaptation Tasks)

Sesuai teori Edgar H. Schein, maka untuk mengetahui variable Dimensi

Adaptasi Eksternal, indikator-indikator yang akan diteliti lebih lanjut

meliputi: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan strategi

cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi pada profit,

misi merupakan upaya adaptasi terhadap kepentingan-kepentingan

investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk

(37)

2. Dimensi Integrasi Internal (Internal Intergration Tasks)

Dimensi Integrasi Internal, indikator-indikator yang akan diteliti, yaitu:

bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status/

kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana

mengatur yang sulit diatur.

3. Dimensi Asumsi-Asumsi Dasar (Basic Underlying Assumtions)

Indikator-indikator yang untuk mengetahui variable dimensi

asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan, hakekat kegiatan

manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat waktu, hakekat

kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia, homogenitas versus

heterogenitas.

2.1.3.2Interaksi Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat

contoh/model ataupun bentuk (struktur) yang tetap. Jika dihubungkan dengan

interaksi, maka pola interaksi adalah bentuk bentuk dalam proses terjadinya

interaksi. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu.

Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin

berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk/pola interaksi soaial.

Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu

dan kelompok, kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan pola tertentu.

Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan

untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan soaial yang relatif

mapan.

Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berdasarkan kedudukan soaial (status) dan peranannya. Contohnya,

seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan

perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.

2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu

(38)

interaksi seorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerjasama,

adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya.

3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat

berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada

kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai

agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial.

4. Tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan tertentu. Berarti interaksi

sosial dapat terjadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat positif atau

negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang

terkenal memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena

ada siswanya yang melakukan tindakan amoral (Waluya, 2007: 44).

H. Boner (dalam Ahmadi, 2007: 49) mengemukakan interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang

satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain

atau sebaliknya. Maryati dan Suryawati menyatakan bahwa, “Interaksi sosial

adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar

individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain

dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani, “Interaksi sosial adalah

hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh

mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya

memungkinkan pembentukan struktur sosial”.

Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk

tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku, maka kemungkinan hubungan tersebut berjalan lancar.

Misalnya, apabila kita mengutarakan sesuatu dengan hormat dan sopan terhadap

orang tua, maka kita akan dilayani dengan baik. Sebaliknya, jika kita berperilaku

tidak sopan dan tidak hormat terhadap orang tua, maka mereka akan marah, yang

(39)

Terjadi interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya saling

mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan

sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok

karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal

balik, dimana satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain dan

demikian, ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi

tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui

organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada

beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui

tulisan atau dengan cara berhubungan dari jauh. (Basrowi, 2005:

138-140).Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ada selalu dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Ada komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol.

3. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang

menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.

4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut

dengan yang diperkirakan oleh pengamat.

Menurut Sitorus (dalam Basrowi, 2005) berlangsung interaksi sosial dapat

didasarkan pada berbagai faktor, antara lain :

1. Imitasi

Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti perilaku

orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat positif, artinya

imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan kaidah-kaidah dan

nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif

apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain

itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativas seseorang.

Misalnya, anak yang terus-menerus meniru dan mengikuti perintah atau

kehendak orang lain, akhirnya tidak dapat mengembangkan daya

(40)

2. Sugesti

Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh

seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut

mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.

Seugesti dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya.

Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan

pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan bersifat otoriter.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat

membentuk kepribadian seseorang, misalnya seorang pemuda mengikuti

mode potongan rambut panjang karena menurutnya hal itu sudah menjadi

mode kesukaan para bintang film terkenal.

4. Simpati

Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya seolah olah berada dalam keadaan orang lain. Simpati

merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada perasaan

pihak lain. Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi yakni

kecenderungan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain.

Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan

penting walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami

pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status dan

kedudukan.

2.2 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka

diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan

konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek.

Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek

tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56).

(41)

Variabel bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau

mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel

terikat, (Nawawi, 2001: 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

budaya organisasi.

2. Variabel Terikat (Y) / Dependent Variable

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. (Bungin,

2011: 72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Interaksi Pegawai

Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.

Gambar 2.2 Model Teoritis

2.3 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel X Variabel Y

Variabel X

1. Variabelbebas (X)

Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Budaya Organisasi.

1. Dimensi Adaptasi Eksternal

(External Adaptation Tasks)

2. Dimensi Integrasi Internal

(42)

Variabel dependent atau terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah interaksiorganisasi.

Karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan

dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik responden tersebut meliputi usia,

jenis kelamin, jabatan, lama bekerja dan kesatuan responden saat melakukan

pengisisan kuesioner

2.4 Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini konsep yang dipakai dan berkedudukan sentral dalam

penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Fungsi konsep ini sebagai

pengarahan, prosedur dan empiris (Sugiyono, 2010: 56). Maka variabel-variabel

dalam operasional penelitian ini didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X) yaitu Budaya Organisasi, yang terdiri dari :

a. Dimensi adaptasi eksternal yang dimaksudkan pada penelitian

iniadalah: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan

strategi cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi pada profit, misi merupakan upaya adaptasi terhadap

kepentingan-kepentingan investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk produksinya, manager, karyawan, masyarakat,

pemerintah dan konsumen.

b. Dimensi Integrasi Internal yang dimaksud pada penelitian ini adalah

bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status/

kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana

mengatur yang sulit diatur.

c. Dimensi asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan,

hakekat kegiatan manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat

waktu, hakekat kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia,

(43)

2. Variabel Terikat (Y) yaitu Proses Interaksi Pegawai

a. Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti

perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat

positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan

kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

b. Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh

seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang

tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir

panjang.

c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan pihak lain.

d. Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.

Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik

pada perasaan pihak lain.

d. Lama Bekerja : Lama bekerja (masa bakti) responden pada

Polsek Telun Kenas.

e. Kesatuan Responden : Kesatuan responden pada saat pengisian

kuesioner.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap

masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena

sifatnya masih dugaan atau jawaban sementara (Kholil, 2006:82). Hipotesis yang

(44)

Ha : Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses

interaksi pegawai Bhabinkantibmas Polsek Telun Kenas

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

3.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Salah satu tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah membina warga

masyarakat atau kelompok komunitas dengan cara memberikan penyuluhan dan

pembimbingan dalam rangka menumbuhkan perubahan sikap, perilaku, dan

terbentuknya kesadaran/ketaatan hukum guna menciptakan situasi kamtibmas

yang kondusif.

Setiap Bhabinkamtibmas yang akan melakukan penyuluhan perlu

mempersiapkan dirinya dengan baik. Sehubungan dengan itu, maka perlu

sebelumnya mengetahui siapa yang akan diberikan penyuluhan, apakah orang

yang lebih tua, komunitas wanita/pria, pemuda/remaja, dan lain sebagainya.

Dalam penyampaiannya agar tidak bersifat menggurui, memonopoli pembicaraan,

merendahkan martabat/menjelekkan orang. Selain daripada itu juga harus

memperhatikan situasi dan kondisi yang ada. Keberhasilan penyuluhan dapat

diketahui dari respons yang diberikan oleh warga masyarakat atau kelompok

komunitas, apakah bersifat konstruktif atau tidak.

Dalam mempersiapkan diri, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan

dengan penampilan fisik seperti sepatu, pakaian seragam beserta atributnya, sikap

dan tampang yang harus rapih serta bersih, sehingga memberi kesan awal yang

menarik dan simpatik, yang dengan demikian akan mempengaruhi warga

masyarakat atau kelompok komunitas untuk lebih antusias dan serius

mendengarkan materi yang akan disampaikan.

Materi penyuluhan harus benar-benar dikuasai dengan baik agar dengan

demikian timbul rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan penyuluhan serta

siap menghadapi berbagai pertanyaan yang diajukan terhadap materi yang

disampaikan.

Pada waktu menyampaikan materi penyuluhan, baik lisan maupun tulisan,

(46)

berbicara dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami (tidak

menggunakan istilah/bahasa yang sulit dimengerti) oleh pendengar.

Sebelum melakukan penyuluhan perlu menyiapkan dan membawa

peralatan pendukung guna memudahkan dalam menyampaikan penyuluhan antara

lain: bahan/materi penyuluhan tertulis, pena, buku tulis untuk mencatat pertanyaan

dari warga masyarakat/kelompok komunitas, pengeras suara (untuk di lapangan),

dan Buku Pintar Bhabinkamtibmas.Pada waktu tampil di depan warga

masyarakat/kelompok komunitas agar diawali dengan 3S (Senyum, Sapa, Salam).

Dan sebelum menyampaikan sambutan/ penyuluhan, ucapkan kata-kata pembuka

sesuai dengan komunitas masyarakat yang dihadapi, seperti :Assalamualaikum

Warrahmatullahi Wabarakatuh (untuk kalangan muslim), Syaloom (untuk

kalangan Kristen), Om Swasti Astu (untuk kalangan Hindu), Namo

Buddhaya/Namaste (untuk kalangan Budha), Wie De Dong Tian (untuk kalangan

Khonghucu), dan/atau Salam sejahtera untuk kita semua (berlaku universal).

Dilanjutkan kemudian dengan ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore

atau Selamat Malam.

Berikutnya memperkenalkan diri yang dimulai dari nama, pangkat,

jabatan, kesatuan, pengalaman kerja, keluarga (istri/anak), alamat rumah dan

alamat kantor, nomor telepon rumah, nomor telepon kantor, nomor HP.

Selanjutnya menyampaikan materi penyuluhan sesuai konteksnya. Dan jangan

lupa memberi kesempatan untuk tanya jawab (diskusi). Sebelum mengakhiri

penyuluhan usahakan membuat kesimpulan/solusi dari materi yang telah

disampaikan.

Di akhir penyuluhan disampaikan ucapan permohonan maaf (karena

kemungkinan terjadi salah ucap atau tindakan yang kurang berkenan dalam

penyampaian materi penyuluhan), dan ditutup dengan kata-kata

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh (untuk kalangan muslim),

Syaloom (untuk kalangan Kristen), Om Chanti Chanti Chanti Om (untuk kalangan

Hindu), Namo Buddhaya/Namaste (untuk kalangan Budha), Xian You Yi De

(untuk kalangan Khonghucu), dan/atau Salam sejahtera untuk kita semua (berlaku

(47)

3.1.2 Tugas Bhabinkamtibmas 1. Tugas Pokok :

Membina masyarakat agar tercipta kondisi yang menguntungkan bagi

pelaksanaan tugas Polri di desa/kelurahan.

2. Tugas-tugas Bhabinkamtibmas :

a. melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi

tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku;

b. melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis

dengan aparat Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh

pemuda, Tokoh Adat dan para sepuh yang ada di Desa atau

Kelurahan;

c. melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhadap

masyarakat

d. melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan

membantu penanganan rehabilitasi yang terganggu;

e. melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga

masyarakat terhadap timbulnya gangguan Kamtibmas;

f. membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka

pembinaan Kamtibmas secara Swakarsa di Desa/Kelurahan;

g. melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat

dan kelompok atau forum Kamtibmas guna mendorong peran

sertanya dalam Binkamtibmas dan dapat mencari solusi dalam

penanganan permasalahan atau potensi gangguan dan ambang

gangguan yang terjadi dimasyarakat agar tidak berkembang

menjadi gangguan nyata Kamtibmas;

h. menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan

(48)

i. memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan

warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

j. memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka

pengamanan lingkungan;

k. memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat

untuk sementara waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang.;

l. menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk

memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang

tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan Kepolisian

serta permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

3.1.3 Fungsi Bhabinkamtibmas

1. membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas;

2. melayani masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan

Kamtibmas;

3. membina ketertiban masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku;

4. memediasi dan memfasilitasi upaya pemecahan masalah yang terjadi di

masyarakat;

5. mendinamisir aktifitas masyarakat yang bersifat positif;

6. mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat

Desa/Kelurahan, Babinsa dan pihak-pihak terkait lainnya.

3.1.4 Peranan Bhabinkamtibmas.

1. pembimbing masyarakat bagi terwujudnya kesadaran hukum, dan

Kamtibmas serta meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa/Kelurahan;

2. pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat bagi terwujudnya rasa

aman dan tentram di masyarakat Desa/Kelurahan;

3. mediator, negosiator, dan fasilitator dalam penyelesaian permasalahan-

permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat Desa/Kelurahan;

4. dinamisator dan motivator aktivitas masyarakat yang bersifat positif dalam

Gambar

gambar, dan sebagainya.
Gambar 2.2 Model Teoritis
Tabel 4.1 Jenis kelamin Responden
Tabel 4.2 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kita akan mempelajari cara turunan digunakan untuk menemukan nilai ekstrim dari fungsi, menghitung limit dari bentuk pecahan yang pembilang dan penyebutnya keduanya

Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat bereaksi dengan oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang

Grafik respon sistem yang telah ditambahkan kontrol PID dengan metode tuning Ziegler-Nichols ditunjukkan pada gambar 12. Grafik respon sistem dengan kontrol PID

Namakan bahagian yang berlabel X Rajah sebelah menunjukan struktur mataa. Ali tidak dapat melihat tulisan di papan putih dengan jelas kerana dia

Modernisasi yang dilakujkan akan memungkinkan Indosat untuk melayani lebih banyak pelanggan di jaringan-nya, meningkatkan secara signifikan kualitas dan kecepatan layanan

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF. Program

Figure 6 illustrates the elevation error for RTK GPS from a known GPS Station with ten minutes observation using different GCP configurations during