BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI
PEGAWAI
(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
HENGKI PARTOGI BUTARBUTAR
090904106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI
PEGAWAI
(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)
SKRIPSI
HENGKI PARTOGI BUTARBUTAR
090904106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI
PEGAWAI
(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas)
SKRIPSI
HENGKI PARTOGI BUTARBUTAR
090904106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Hengki Partogi Butarbutar
NIM : 090904106
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul :BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI
PEGAWAI
(Studi Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas
Polsek Telun Kenas).
Medan, November 2015
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Dayana Manurung M.Si Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A
NIP. 196007281987032002 NIP. 196208281986012001
Dekan FISIP USU
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Hengki Partogi Butarbutar
Nim : 090904106
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI
PEGAWAI
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di : Medan
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya
bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Hengki Partogi Butarbutar
NIM : 090904106
Tanda Tangan :
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas). Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi dan pola interaksi pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi, budaya organisasi dan interaksi organisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas yakni berjumlah 30 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian
(total sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
melalui dua cara Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Analisis data kuantitatif ini menggunakan metode statistik koefisien Rho Spearman. Hasil uji hipotesis diperoleh angka 0,977. Hal ini berarti hipotesis yang diterima adalah Ha,
yaitu “Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas” yang berarti terjadi hubungan yang sangat kuat antara Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.
ABSTRACT
This research titled organizational culture and patterns of interaction (kolerasional studies on the influence of organizational culture on employee interaction process bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas) as for the purpose of research is to examine how organizational culture and employee interaction patterns Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas. Theories that are considered relevant in this research is the study of organizational communication, organizational culture and organizational interaction. This research uses a correlational study. Population in this study were employees of the polise station Bhabinkamtibmas Telun Kenas than is numbered 30 people. Considering the number of population of less than 100 people, the researchers took samples of the ebtire population segai research (total sampling) data collection techniques used in this study in two ways. Literature study and field study. This quantitative data analysis using statistical methods using Spearman Rho Coefficients. Hypothesis test results obtained figures 0.977. This means accepted hypothesis is Ha, that there is the influence of organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas that means there is a very strong relationship between organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas P olsek Telun Kenas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Budaya Organisasi dan
Pola Interaksi Pegawai” (Studi Korelasional tentang Pengaruh Organisasi
Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas).
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam mencari, mengumpulkan dan mengolah data penelitian. Meskipun demikian, peneliti berusaha secara maksimal agar tulisan ini dapat tersusun sebaik mungkin. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini. Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak.
Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua yakni ayahanda IPTU. POL. P.Butarbutar dan Ibunda Bungur Marice Pangaribuan S.Pd dengan segala ketulusan dan kesabaran telah mengasuh dan membesarkan peneliti serta memberikan dukungan, perhatian, doa yang tiada henti dan dorongan baik material maupun spiritual kepada penulis. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kakanda Christina Butarbutar S.Pd dan Riska Butarbutar S.Ti dan adik peneliti Sinthya Butarbutar yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Pada Kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak yang telah berperan selama proses penyelesaian skripsi ini. Adapun rasa terima kasih tersebut peneliti tujukan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen
Ilmu Komunikasi FISIP USU.
3. Ibu Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ilmu Komunikasi FISIP USU dan Dosen Pembimbing peneliti
yang telah banyak membantu serta membimbing peneliti untuk
diluangkan untuk berdiskusi dan memberikan masukan yang
sangat berharga kepada peneliti.
4. Ibu Inon Beydha selaku dosen pembimbing Akademik peneliti
yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan
peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan
pendidikan dan pelajaran pada peneliti dari awal semester
hingga akhir semester.
6. Bapak AKP. Kesmart Purba selaku Kapolsek Telun Kenas
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk dapat
melakukan penelitian di perusahaan tersebut.
7. Bapak IPTU. Posma Butarbutar selaku Kanit Bhabinkamtibmas
serta jajaran staf Pegawai Bhabinkamtibmas yang telah
bersedia meluangkan waktu membantu peneliti pada saat
penelitian berlangsung.
8. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Maya,
Pak Tangkas, Bang Ria yang telah banyak membantu selama
peneliti mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
9. Sahabat terdekat peneliti sayangi yaitu Esterlia Siahaan yang
selalu ada saat peneliti membutuhkan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini serta atas semangat dan dukungan yang
telah diberikan kepada peneliti.
10.Sahabat sahabat tersayang, Indah, Meiliza, Shukey, Jordan,
Andre, Imam, Ipol, Ibal, Maulana, Nalom, Echa, Gael, Juan,
Aldo yang selalu memberikan bantuan, dukungan, saran dan
semangat kepada peneliti.
11.Orang orang terdekat peneliti yang peneliti sayangi, bembeng,
bang putra, faisal, bowo, daniel, cukai dan rekan rekan Medan
Scooter Club yang selalu memberikan dukungan dan semangat
12.Rindy, Maya, Maruli, Mitha, Gery, Ira dan semua rekan rekan
mahasiswa Ilmu Komunikasii stambuk 2009 di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta
seluruh sahabat sahabat yang telah membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini yang namanya tidak bisa
disebutkan satu per-satu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan melimpahkan Kasih dan Karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik moril dan materil yanga telah diberikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu untuk kesempurnaan skripsi ini dengan segala kerendahan hati , penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Medan, November2015
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR SEMESTER UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Hengki Partogi Butarbutar
NIM : 090904106
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
BUDAYA ORGANISASI DAN POLA INTERAKSI PEGAWAI (Study Korelasional tentang Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Proses
Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Telun Kenas)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan , mengakih
media/formatkan mengola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : November 2015
Yang Menyatakan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBARPERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
LEMBAR PUBLIKASI ... x
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II URAIAN TEORITIS ... 8
2.1 Kerangka Teori... 5
2.1.1 Komunikasi ... 5
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ... 5
2.1.1.2 Fungsi Komunikasi ... 8
2.1.1.3Tujuan Komunikasi………..9
2.1.2 Komunikasi Organisasi ... 10
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi ... 10
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ... 11
2.1.3.1 Pengertian Budaya Organisasi ... 12
2.1.3.2 Interaksi Organisasi ... 16
2.2 Kerangka Konsep ... 19
2.3 Variabel Penelitian ... 20
2.4 Defenisi Operasional ... 21
2.5 Hipotesis ... 22
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 24
3.1 Lokasi Penelitian ... 24
3.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
3.1.2 Tugas Bhabinkamtibmas ... 26
3.1.3 Fungsi Bhabinkamtibmas ... 27
3.1.4 Peranan Bhabinkamtibmas ... 27
3.1.5 Wewenang Bhabinkamtibmas ... 28
3.1.6 Struktur Kepemimpinan Bhabinkamtibmas ... 28
3.2 Metode Penelitian... 29
3.3 Populasi Dan Sampel ... 29
3.3.1 Populasi ... 29
3.3.2 Sampel ... 29
3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 30
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.6 Teknik Analisis Data ... 31
3.6.1 Analisis Tabel Tunggal ... 31
3.6.2 Analisis Tabel Silang ... 31
3.6.3 Uji Hipotesis ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 33
4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 35
4.2.1 Karakteristik Responden ... 35
4.2.2 Budaya Organisasi ... 39
4.2.2.1 Dimensi Adaptasi ... 39
4.2.2.2 Dimensi Integrasi ... 42
4.2.2.3 Dimensi Asumsi-asumsi Dasar ... 46
4.2.3 Interaksi Pegawai ... 49
4.2.3.1 Imitasi ... 49
4.2.3.2 Sugesti ... 51
4.2.3.3 Identifikasi ... 53
4.2.3.4 Simpati ... 55
4.3 Analisis Tabel Silang ... 58
4.4 Uji Hipotesis ... 60
4.5 Koefisien Determinan ... 61
4.6 Pembahasan ... 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 78
5.2.1 Saran Responden Penelitian ... 79
5.2.2 Saran dalam Kaitan Akademis ... 79
5.2.3 Saran dalam Kaitan Praktis ... 79
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi... 32
4.1 Jenis Kelamin Responden ... 35
4.2 Usia Responden ... 36
4.3 Jabatan Responden ... 37
4.4 Lama Bekerja ..……….38
4.5 Mengetahui Misi Bhabinkamtibmas Telun Kenas ... 39
4.6 Mengetahui Tujuan Bhabinkamtibmas Telun Kenas ... 40
4.7 Sarana dan Prasana Bhabinkamtibmas Telun Kenas ... 41
4.8 Menggunakan Bahasa Yang Sama ... 42
4.9 Menjalin Hubungan dengan Pegawai Lain Terdapat Batasan- batasan Dalam Kelompok ... 43
4.10 Hubungan Atau Relasi Dalam Bhabinkamtibmas ... 44
4.11 Memperoleh Penghargaan Apabila Mencapai Tujuan ... 45
4.12 Pegawai Menjalin Hubungan Baik Dengan Masyarakat Sekitar . 46 4.13 Informasi Yang Diterima Valid ... 47
4.14 Tepat Waktu Dengan Pegawai Lain ... 48
4.15 Pegawai Lain Meniru Tugas atau Pekerjaan ... 49
4.16 Hal Meniru Tugas Yang Sedang Dikerjakan Pegawai Lain ... 50
4.17 Pegawai Lain Memberikan Masukan. ... 51
4.18 Hal Menerima Masukan Yang Diberikan Pegawai Lain ... 52
4.19 Hal Memiliki Keinginan Untuk Menjadi Sama Dengan Pegawai Lain ... 53
4.21 Hal Merasa Tertarik Pada Perasaan Yang Dimiliki Pegawai
Lain ... 55
4.22 Hal Membantu Pegawai Lain Yang Membutuhkan Pertolongan 56
4.23 Hal Pegawai Lain Bersedia Dengan Terbuka Ketika Membutuhkan
Pertolongan ... 57
4.24 Hubungan Dalam Bhabinkamtibmas Telun Kenas Berjalan Dengan
Baik dan Saudara Membantu Pegawai Lain Yang Membutuhkan
Pertolongan Kepada Anda ... 58
4.25 Apakah Informasi Yang Saudara Terima Sesama Pegawai Valid
Dan Apakah Saudara Menerima Masukan Yang Diberikan Pegawai
Lain ... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Proses Terjadinya Komunikasi ... 6
2.2 Model Teoritis ... 20
2.3 Variabel Penelitian ... 20
DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Foltron Cobolt
2. Kuisioner
3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 4. Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas). Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi dan pola interaksi pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi, budaya organisasi dan interaksi organisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas yakni berjumlah 30 orang. Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian
(total sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
melalui dua cara Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Analisis data kuantitatif ini menggunakan metode statistik koefisien Rho Spearman. Hasil uji hipotesis diperoleh angka 0,977. Hal ini berarti hipotesis yang diterima adalah Ha,
yaitu “Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas” yang berarti terjadi hubungan yang sangat kuat antara Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.
ABSTRACT
This research titled organizational culture and patterns of interaction (kolerasional studies on the influence of organizational culture on employee interaction process bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas) as for the purpose of research is to examine how organizational culture and employee interaction patterns Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas. Theories that are considered relevant in this research is the study of organizational communication, organizational culture and organizational interaction. This research uses a correlational study. Population in this study were employees of the polise station Bhabinkamtibmas Telun Kenas than is numbered 30 people. Considering the number of population of less than 100 people, the researchers took samples of the ebtire population segai research (total sampling) data collection techniques used in this study in two ways. Literature study and field study. This quantitative data analysis using statistical methods using Spearman Rho Coefficients. Hypothesis test results obtained figures 0.977. This means accepted hypothesis is Ha, that there is the influence of organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas that means there is a very strong relationship between organizational culture on employee interaction process Bhabinkamtibmas P olsek Telun Kenas.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang
berinteraksi untuk mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai unit sosial, organisasi
terdiri dari orang orang dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan
motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan motivasi orang orang dari berbagai
latar belakang yang berbeda mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan
problem dalam proses keorganisasian karena menyebabkan terjadinya benturan
nilai nilai individual yang dapat menjadi faktor pengganggu dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
Organisasi sebagai wadah dimana orang orang berkumpul, bekerjasama
secara rasional dan sistematis, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kerja
sama yang terarah tersebut dilakukan dengan mengikuti pola interaksi antar setiap
individu atau kelompok dalam berikteraksi ke dalam berikteraksi kedalam
maupun ke luar organisasi. Pola interaksi tersebut diselaraskan dengan berbagai
aturan, norma, keyakinan, nilai nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi
pola interaksi tersebut dalam waktu tertentu akan membentuk suatu kebiasaan
bersama atau membentuk budaya organisasi yang senantiasa mengontrol anggota
organisasi, dengan demikian budaya organisasi yang kuat merupakan pembentuk
kinerja organisasi yang tinggi.
Budaya organisasi kerap kali digunakan sebagai salah satu deteminan alat
dan kunci untuk keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian strategi usaha
organisasi. “ Corporate culture will probably be an even more important factor in determining the success or failure of firms in the next decade”. Dengan kata lain, terdapat kecenderungan pada budaya organisasi sebagai suatu pondasi yang harus
dimiliki organisasi, karena budaya organisasi sangat mendukung sukses atau
gagalnya organisasi. Upaya peningkatan kinerja organisasi memerlukan adanya
widely spread belief of corporate cultures being perhaps the significant faktor behind the performance of companies”. Asumsinya sederhana, bahwa sebuah kelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan akan mempunyai nilai dan
dilaksanakan bersama. Dengan nilai bersama tersebut, didalam organisasi masing
masing anggota yakin dan rasa saling percaya satu sama lain, bahwa masing
masing bekerja didalam kultur organisasi yang sama dan bergerak seirama.
Budaya organisasi merupakan bagian studi teori organisasi dilihat dari
aspek sekelompok individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, atau
organisasi sebagai wadah tempat individu bekerja sama secara rasional dan
sitematis untuk mencapai tujuan. Kerjasama dimaksud adalah kerjasama yang
terarah pada pencapaian tujuan dengan mengikuti pola interaksi antar setiap
individu atau kelompok. Pola interaksi tersebut diselaraskan dengan berbagai
aturan, norma, dan nilai nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi itu.
Keseluruhan pola interaksi tersebut akan membentuk suatu kebiasaan bersama
atau membentuk budaya organisasi. Teori organisasi berusaha menerangkan atau
meprediksi bagaimana organisasi dan orang orang didalamnya berprilaku dalam
struktur organisasi, budaya, dan lingkungan.
Budaya organisasi merupakan hal esensial bagi suatu organisasi, karena
budaya organisasi merupakan kebiasaan kebiasaan yang terjadi dalam hirarki
organisasi yang mewakili norma norma perilaku dan diikuti oleh para anggota
organisasi. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam
membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu
kegiatan organisasi. Budaya organisasi akan memberikan suasana psikologis bagi
semua anggota, bagaimana mereka bekerja, bagaimana berhubungan dengan
atasan maupun rekan sekerja dan bagaimana menyelesaikan masalah merupakan
wujud budaya yang khas bagi setiap organisasi.
Budaya organisasi terdiri dari beberapa elemen, perbedaan budaya satu
organisasi dengan organisasi lainnya terletak pada elemen budaya organisasi,
elemen budaya organisasi menurut F.L. Joncano dalam Sobirin (2007:152) terdiri
dari elemen yang bersifat idealistik dan elemen yang bersifat perilaku. Elemen ini
merupakan determinan karakteristik budaya organisasi dan menjadi dasar untuk
organisasi lainnya. Artinya budaya organisasi merupakan keyakinan setiap orang
didalam organisasi akan jati diri yang secara idiologis dapat memperkuat
eksistensi organisasi baik ke dalam sebagai pengikat atau simpul organisasi dan
keluar sebagai identitas sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai
situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi yang tercermin dalam perilaku
keseharian anggotanya seperti tampak pada praktik sehari hari di tempat kerja.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam mengadakan penelitian, perlu dirumuskan masalah secara jelas
untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik. Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Seberapa besarkah Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas?”
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat menggaburkan penelitian, maka penelitian merasa perlu untuk membuat
pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional
yang akan mengkaji pengaruh budaya organisasi terhadap proses interaksi
pegawai Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas.
2. Subjek penelitian ini dibatasi kepada pegawai Bhabikamtibmas yang
berada di Polsek Telun Kenas.
3. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2015.
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi pegawai
Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses interaksi pegawai Bhabinkamtibmas
3. Terakhir, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh
Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai Bhabinkamtibmas
Polsek Telun Kenas.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, temuan penelitian ini sekiranya dapat menjadi sumbangan
bagi pengkayaan materi dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya
komunikasi organisasi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, temuan dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
bagi pegawai-pegawai Bhabikamtibmas Polsek Telun Kenas dalam memahami
budaya organisasi dan melakukan interaksi yang lebih baik agar tujuan-tujuan
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1Kerangka Teori
Setiap penelitian social membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang
paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995: 37).
Teori berguna untuk menjelaskan titik tolak atau landasan berpikir dalam
memecahkan atau menyortir masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah
penelitian yang akan disortir (Nawawi, 1991: 40).
2.1.1 Komunikasi
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur terpenting bagi kehidupan manusia.Manusia
adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia yang lain. Karena
sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk menjadi satu dengan yang lainnya.
Komunikasi berasal dari bahasa latin, communis yang berarti “sama”, yang diartikan sebagai proses penyamaan makna (Effendy, 2007: 9).
Menurut Muhammad Arni (2005) komunikasi didefinisikan sebagai
pertukaran pesan verbal dan non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses pengiriman dan penyampaian pesan secara verbal maupun non verbal oleh seorang komunikator dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung
melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan
pengertian antara kedua belah pihak antara komunikator dan komunikan, sehingga
apa yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti.
Harold Lasswell (Mulyana, 2005: 62) menerangkan cara terbaik
menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To
merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan,
media, komunikan, dan efek. (Effendy, 2004: 253).
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :
1. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi.
2. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambing, bahasa, gambar, dan sebagainya.
3. Media (channel, media) adalah saran atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka
diperlukan media sebagai penyampai pesan.
4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.
5. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Gambar 2.1
Proses Terjadinya Komunikasi
Sumber Pesan Media Penerima Efek
Umpan Balik
Sumber: (Cangara, 2007: 24)
Sumber merupakan pengirim informasi dalam berkomunikasi atau biasa
yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa satu orang, bahkan juga
dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan lain-lain. Apabila lebih dari
satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa emosional yang kuat dalam
kelompoknya maka dapat disebut sebagai kelompok kecil. Selanjutnya sumber
Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak, misalnya informasi, hiburan,
pujian atau yang lainnya. Dengan menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat
berwujud menjadi konkret, sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal
(bahasa lisan dan bahasa tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan,
raut wajah).
Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi
tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam
menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media
yang dimaksud ialah media komunikasi. Penerima atau yang biasa kita sebut
dengan komunikan merupakan orang menerima pesan komunikasi, seperti
individu (perorangan), kelompok, partai atau yang lainnya. Jika dalam konteks
komunikasi massa, penerima dapat berupa sasaran, khalayak, pemirsa dan
lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting dalam proses komunikasi, sebab
komunikan sangat menentukan keberhasilan dari pesan komunikasi yang
disampaikan oleh komunikator.
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10).
Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan dapat berhasil apabila sekitarnya timbul pengertian, yaitu jika
kedua belah pihak dapat memahaminya (Widjaja, 2000: 15).
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari
seseorang kepada orang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian dan
kedua belah pihak saling memahaminya. Kualitas komunikasi menentukan
keharmonisan hubungan dengan sesama individu. Adapun bentuk dari komunikasi
yaitu (Effendy, 2003: 7):
1. Komunikasi Personal (Personal Communication)
2. Komunikasi Kelompok
a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari ceramah, forum, diskusi, dan seminar.
b. Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari kampanye.
3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication). 4. Komunikasi Massa (Mass Communication).
Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua tahap, yakni
secara premier dan secara sekunder (Effendy, 2004: 11).
1. Proses Komunikasi Secara Premier
Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya
bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang
digunakan dapat berupa gerak, tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.
2. Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari
proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam
prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien
karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang
ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya.
2.1.1.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana
komunikasi yang baik tidaklah jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan
1. Menyampaikan Informasi (To Inform)
Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya
informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar.
Sehingga masyarakat bias mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.
2. Mendidik (To Educate)
Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan
kreativitas, tidak hanya sekedar member hiburan, tetapi juga member
pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan secara luas, serta memberikan berbagai informasi tidak lain
agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih berkembang.
3. Menghibur (To Entertain)
Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya
informasi tetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat
hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagi, lirik,
dan bunyi maupun gambar dan bahasa.
4. Mempengaruhi (To Intfluence)
Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk member
motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa
yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai yang
baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan
modernisasi.
2.1.1.3 Tujuan Komunikasi
Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dan
lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan
komunikasi (Effendy, 2004) antara lain :
1. Perubahan Sikap
Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar
masyarakat akan berubah sikapnya.
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar
masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan
informasi yang disampaikan.
3. Perubahan Perilaku
Memberikan informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat
akan berubah perilakunya.
4. Perubahan Sosial
Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya
bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta berpatisipasi
terhadap tujuan informasi yang disampaikan.
2.1.2 Komunikasi Organisasi
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam
organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian
informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Handoko (2002, 272)
komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau
informasi dari seseorang ke orang lain.
Komunikasi juga memiliki beberapa persepsi, menurut Face dan Paules
(2001,145) beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli
yakni sebagai berikut:
1. Persepsi Redding dan Saborn
Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasiorganisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang
termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasidari orang-orang yang sama
level tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara,
2. Persepsi Zelkodan Dance
Zelkodan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu
sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi
itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan
kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan
komunikasi eksternal adalah komunikasi yang komunikasi dalam penjualan hasil
produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian
bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi dari komunikasi organisasi
yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang
berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara
sesama anggota organisasi.
Adapun pengertian komunikasi organisasi menurut Wayne Pace (2001,
143) adalah “sebagai pertunjuk andan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu organisasi”. Sedangkan Dalam teori tentang Komunikasi organisasi Pace dan Faules (2001, 142) mengemukakan
bahwa Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk
melakukan pekerjaan secara efektif, untuk bersikap jujur kepada organisasi, untuk
meraih semangat dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan
untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan
organisasinya adalah dipengaruhi oleh komunikasi.
2.1.2.2Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi penting dalam setiap hal, begitu pula dalam sebuah
organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan
dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Para anggota
organisasi juga yang meneguhkan pentingnya fungsi komunikasi dalam
organisasi. Melalui proses interaksi para anggota organisasi memeriksa eksistensi
kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan.
bermacam-macam juga berubah-ubah menurut cara pengaruh komunikasi ini
ditentutukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara angggota organisasi.
Selanjutnya Kartono (2010, 135) mengemukakan, organisasi komunikasi
juga dapat berfungsi:
1. Menghubungkan semua unsur yang melakukan relasi pada semua lapisan,
sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antar sesama.
2. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan
bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional
yang efisien.
3. Meningkatkan rasa tanggungjawab semua anggota, dan melibatkan mereka
pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau
sense of envolvement dan rasa ikut memiliki sertasense of belonging atau
rasa “menjadi bagian” dari suatu kelompok.
4. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas
masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de
corps (semangat korps).
2.1.3 Budaya Organisasi
2.1.3.1 Pengertian Budaya Organisasi
Mangkunegara (2005: 113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai nilai, dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.
Peter dalam Tika (2008:4) budaya organisasi adalah pokok penyelesaian
masalah masalah eksternal dan internal yang pelaksaannya dilaksanakan secara
konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan kepada anggota
anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan
merasakan terhadap masalah masalah terkait dalam organisasi.
Robbins dalam Riani (2011: 7) budaya organisasi adalah nilai nilai
karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola
karyawan dan kosumen.
Dengan demikian budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai
nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam
melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan
merasakan terhadap masalah masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai
atau aturan didalam organisasi tersebut.
Menurut Robbins dalam Tika (2008: 10): Karakteristik Budaya Organisasi
1. Inisiatif Individual
Tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepenensi yang dimiliki oleh
setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif
individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan organisasi
sepanjang menyangkut ide untk memajukan dan mengembangkan
organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
Budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi
kepada anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif dalam
memajukan organisasi atau perusahaan.
3. Pengarahan
Sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan
harapn yang diinginkan. Tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.
4. Integrasi
Sejauh mana organisasi dapat mendorong unit unit organisasi untuk
bekerja dengan cara terkoordinasi, kekompakan unit unit tersebut dapat
mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan manajemen
Sejauh mana manajer dapat memberikan arahan atau komunikasi, bantuan
serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6. Kontrol
Alat yang di pakai adalah peraturan peraturan atau norma norma yang
pengawas yang dapat mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota
organisasi atau karyawan.
7. Identitas
Sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan
bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
8. Sistem imbalan
Sejauh mana alokasi imbalan ( kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya)
didasarkan atas dasar prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan sinioritas,
sikap pilih kasih dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
Sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan
kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang
sering terjadi di suatu organisasi, namun perbedaan pendapat dan kritikan
dapat digunakan sebagai perbaikan atau perubahan strategi untuk
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
10.Pola komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.
Kadang kadang hirarki ini dapat menghambat terjadinya pola komunikasi
antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan sepuluh karakteristik ini, akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi
dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai
organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota
berprilaku.
Menurut Robbins dalam Tika (2008:109) Ciri ciri budaya organisasi yang
kuat adalah sebagai berikut;
1. Anggota anggota organisasi loyal kepada organisasi
2. Pedoman bertingkah laku bagi orang orang di dalam perusahaan
orang didalam perusahaan sehingga orang orang yang bekerja menjadi
sangat kohesif.
3. Nilai nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi
dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari hari secara konsisten
oleh orang orang yang bekerja dalam perusahaan.
4. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan pahlawan
organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam macam tingkat
pahlawan.
5. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
6. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita cerita kehebatan para
pahlawannya.
Sementara menurut Kennedy dalam Tika (2008:111) ciri ciri budaya
organisasi lemah, adalah:
1. Mudah terbentuk kelompok kelompok yang bertentangan satu sama lain.
2. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
3. Anggota organisasi tidak segan segan mengorbankan kepentingan
organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
Schein dalam Sumarwanto (2010: 19) melihat budaya organisasi dari 3
(tiga) variable dimensi budaya organisasi, yaitu dimensi adaptasi eksternal
(external adaptation tasks), dimensi integrasi internal (internal intergration tasks)
dan dimensi asumsi-asumsi dasar (basic underlying assumtions), lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
1. Dimensi Adaptasi Eksternal (External Adaptation Tasks)
Sesuai teori Edgar H. Schein, maka untuk mengetahui variable Dimensi
Adaptasi Eksternal, indikator-indikator yang akan diteliti lebih lanjut
meliputi: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan strategi
cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi pada profit,
misi merupakan upaya adaptasi terhadap kepentingan-kepentingan
investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk
2. Dimensi Integrasi Internal (Internal Intergration Tasks)
Dimensi Integrasi Internal, indikator-indikator yang akan diteliti, yaitu:
bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status/
kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana
mengatur yang sulit diatur.
3. Dimensi Asumsi-Asumsi Dasar (Basic Underlying Assumtions)
Indikator-indikator yang untuk mengetahui variable dimensi
asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan, hakekat kegiatan
manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat waktu, hakekat
kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia, homogenitas versus
heterogenitas.
2.1.3.2Interaksi Organisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat
contoh/model ataupun bentuk (struktur) yang tetap. Jika dihubungkan dengan
interaksi, maka pola interaksi adalah bentuk bentuk dalam proses terjadinya
interaksi. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu.
Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk/pola interaksi soaial.
Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu
dan kelompok, kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan pola tertentu.
Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan
untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan soaial yang relatif
mapan.
Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berdasarkan kedudukan soaial (status) dan peranannya. Contohnya,
seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan
perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.
2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu
interaksi seorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerjasama,
adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya.
3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat
berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada
kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai
agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial.
4. Tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan tertentu. Berarti interaksi
sosial dapat terjadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat positif atau
negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang
terkenal memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena
ada siswanya yang melakukan tindakan amoral (Waluya, 2007: 44).
H. Boner (dalam Ahmadi, 2007: 49) mengemukakan interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang
satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain
atau sebaliknya. Maryati dan Suryawati menyatakan bahwa, “Interaksi sosial
adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain
dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani, “Interaksi sosial adalah
hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk
tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku, maka kemungkinan hubungan tersebut berjalan lancar.
Misalnya, apabila kita mengutarakan sesuatu dengan hormat dan sopan terhadap
orang tua, maka kita akan dilayani dengan baik. Sebaliknya, jika kita berperilaku
tidak sopan dan tidak hormat terhadap orang tua, maka mereka akan marah, yang
Terjadi interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan
sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok
karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal
balik, dimana satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain dan
demikian, ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi
tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui
organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada
beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui
tulisan atau dengan cara berhubungan dari jauh. (Basrowi, 2005:
138-140).Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ada selalu dengan jumlah lebih dari satu orang.
2. Ada komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol.
3. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang
menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan oleh pengamat.
Menurut Sitorus (dalam Basrowi, 2005) berlangsung interaksi sosial dapat
didasarkan pada berbagai faktor, antara lain :
1. Imitasi
Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti perilaku
orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat positif, artinya
imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif
apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain
itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativas seseorang.
Misalnya, anak yang terus-menerus meniru dan mengikuti perintah atau
kehendak orang lain, akhirnya tidak dapat mengembangkan daya
2. Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh
seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut
mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.
Seugesti dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya.
Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan
pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan bersifat otoriter.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat
membentuk kepribadian seseorang, misalnya seorang pemuda mengikuti
mode potongan rambut panjang karena menurutnya hal itu sudah menjadi
mode kesukaan para bintang film terkenal.
4. Simpati
Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya seolah olah berada dalam keadaan orang lain. Simpati
merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada perasaan
pihak lain. Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi yakni
kecenderungan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan
penting walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami
pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status dan
kedudukan.
2.2 Kerangka Konsep
Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka
diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan
konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek.
Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek
tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56).
Variabel bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel
terikat, (Nawawi, 2001: 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
budaya organisasi.
2. Variabel Terikat (Y) / Dependent Variable
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. (Bungin,
2011: 72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Interaksi Pegawai
Bhabinkamtibmas Polsek Telun Kenas.
Gambar 2.2 Model Teoritis
2.3 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel X Variabel Y
Variabel X
1. Variabelbebas (X)
Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Budaya Organisasi.
1. Dimensi Adaptasi Eksternal
(External Adaptation Tasks)
2. Dimensi Integrasi Internal
Variabel dependent atau terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah interaksiorganisasi.
Karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan
dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik responden tersebut meliputi usia,
jenis kelamin, jabatan, lama bekerja dan kesatuan responden saat melakukan
pengisisan kuesioner
2.4 Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini konsep yang dipakai dan berkedudukan sentral dalam
penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Fungsi konsep ini sebagai
pengarahan, prosedur dan empiris (Sugiyono, 2010: 56). Maka variabel-variabel
dalam operasional penelitian ini didefenisikan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X) yaitu Budaya Organisasi, yang terdiri dari :
a. Dimensi adaptasi eksternal yang dimaksudkan pada penelitian
iniadalah: misi, tujuan, sarana dasar, pengkuran keberhasilan dan
strategi cadangan. Pada organisasi bussines/private yang berorientasi pada profit, misi merupakan upaya adaptasi terhadap
kepentingan-kepentingan investor dan stakeholder, penyedia barang-barang yang dibutuhkan untuk produksinya, manager, karyawan, masyarakat,
pemerintah dan konsumen.
b. Dimensi Integrasi Internal yang dimaksud pada penelitian ini adalah
bahasa yang sama, batasan dalam kelompok, penempatan status/
kekuasaan, hubungan dalam kelompok, penghargaan dan bagaimana
mengatur yang sulit diatur.
c. Dimensi asumsi-asumsi dasar, yaitu: hubungan dengan lingkungan,
hakekat kegiatan manusia, hakekat kenyataan dan kebenaran, hakekat
waktu, hakekat kebenaran manusia, hakekat hubungan antar manusia,
2. Variabel Terikat (Y) yaitu Proses Interaksi Pegawai
a. Imitasi adalah suatu proses belajar dengan meniru atau mengikuti
perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial imitasi dapat bersifat
positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.
b. Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh
seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang
tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir
panjang.
c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain.
d. Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.
Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik
pada perasaan pihak lain.
d. Lama Bekerja : Lama bekerja (masa bakti) responden pada
Polsek Telun Kenas.
e. Kesatuan Responden : Kesatuan responden pada saat pengisian
kuesioner.
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena
sifatnya masih dugaan atau jawaban sementara (Kholil, 2006:82). Hipotesis yang
Ha : Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses
interaksi pegawai Bhabinkantibmas Polsek Telun Kenas
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap proses
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
3.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Salah satu tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah membina warga
masyarakat atau kelompok komunitas dengan cara memberikan penyuluhan dan
pembimbingan dalam rangka menumbuhkan perubahan sikap, perilaku, dan
terbentuknya kesadaran/ketaatan hukum guna menciptakan situasi kamtibmas
yang kondusif.
Setiap Bhabinkamtibmas yang akan melakukan penyuluhan perlu
mempersiapkan dirinya dengan baik. Sehubungan dengan itu, maka perlu
sebelumnya mengetahui siapa yang akan diberikan penyuluhan, apakah orang
yang lebih tua, komunitas wanita/pria, pemuda/remaja, dan lain sebagainya.
Dalam penyampaiannya agar tidak bersifat menggurui, memonopoli pembicaraan,
merendahkan martabat/menjelekkan orang. Selain daripada itu juga harus
memperhatikan situasi dan kondisi yang ada. Keberhasilan penyuluhan dapat
diketahui dari respons yang diberikan oleh warga masyarakat atau kelompok
komunitas, apakah bersifat konstruktif atau tidak.
Dalam mempersiapkan diri, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan penampilan fisik seperti sepatu, pakaian seragam beserta atributnya, sikap
dan tampang yang harus rapih serta bersih, sehingga memberi kesan awal yang
menarik dan simpatik, yang dengan demikian akan mempengaruhi warga
masyarakat atau kelompok komunitas untuk lebih antusias dan serius
mendengarkan materi yang akan disampaikan.
Materi penyuluhan harus benar-benar dikuasai dengan baik agar dengan
demikian timbul rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan penyuluhan serta
siap menghadapi berbagai pertanyaan yang diajukan terhadap materi yang
disampaikan.
Pada waktu menyampaikan materi penyuluhan, baik lisan maupun tulisan,
berbicara dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami (tidak
menggunakan istilah/bahasa yang sulit dimengerti) oleh pendengar.
Sebelum melakukan penyuluhan perlu menyiapkan dan membawa
peralatan pendukung guna memudahkan dalam menyampaikan penyuluhan antara
lain: bahan/materi penyuluhan tertulis, pena, buku tulis untuk mencatat pertanyaan
dari warga masyarakat/kelompok komunitas, pengeras suara (untuk di lapangan),
dan Buku Pintar Bhabinkamtibmas.Pada waktu tampil di depan warga
masyarakat/kelompok komunitas agar diawali dengan 3S (Senyum, Sapa, Salam).
Dan sebelum menyampaikan sambutan/ penyuluhan, ucapkan kata-kata pembuka
sesuai dengan komunitas masyarakat yang dihadapi, seperti :Assalamualaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh (untuk kalangan muslim), Syaloom (untuk
kalangan Kristen), Om Swasti Astu (untuk kalangan Hindu), Namo
Buddhaya/Namaste (untuk kalangan Budha), Wie De Dong Tian (untuk kalangan
Khonghucu), dan/atau Salam sejahtera untuk kita semua (berlaku universal).
Dilanjutkan kemudian dengan ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore
atau Selamat Malam.
Berikutnya memperkenalkan diri yang dimulai dari nama, pangkat,
jabatan, kesatuan, pengalaman kerja, keluarga (istri/anak), alamat rumah dan
alamat kantor, nomor telepon rumah, nomor telepon kantor, nomor HP.
Selanjutnya menyampaikan materi penyuluhan sesuai konteksnya. Dan jangan
lupa memberi kesempatan untuk tanya jawab (diskusi). Sebelum mengakhiri
penyuluhan usahakan membuat kesimpulan/solusi dari materi yang telah
disampaikan.
Di akhir penyuluhan disampaikan ucapan permohonan maaf (karena
kemungkinan terjadi salah ucap atau tindakan yang kurang berkenan dalam
penyampaian materi penyuluhan), dan ditutup dengan kata-kata
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh (untuk kalangan muslim),
Syaloom (untuk kalangan Kristen), Om Chanti Chanti Chanti Om (untuk kalangan
Hindu), Namo Buddhaya/Namaste (untuk kalangan Budha), Xian You Yi De
(untuk kalangan Khonghucu), dan/atau Salam sejahtera untuk kita semua (berlaku
3.1.2 Tugas Bhabinkamtibmas 1. Tugas Pokok :
Membina masyarakat agar tercipta kondisi yang menguntungkan bagi
pelaksanaan tugas Polri di desa/kelurahan.
2. Tugas-tugas Bhabinkamtibmas :
a. melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi
tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku;
b. melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis
dengan aparat Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh
pemuda, Tokoh Adat dan para sepuh yang ada di Desa atau
Kelurahan;
c. melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhadap
masyarakat
d. melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan
membantu penanganan rehabilitasi yang terganggu;
e. melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga
masyarakat terhadap timbulnya gangguan Kamtibmas;
f. membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka
pembinaan Kamtibmas secara Swakarsa di Desa/Kelurahan;
g. melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat
dan kelompok atau forum Kamtibmas guna mendorong peran
sertanya dalam Binkamtibmas dan dapat mencari solusi dalam
penanganan permasalahan atau potensi gangguan dan ambang
gangguan yang terjadi dimasyarakat agar tidak berkembang
menjadi gangguan nyata Kamtibmas;
h. menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan
i. memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan
warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;
j. memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka
pengamanan lingkungan;
k. memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat
untuk sementara waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang.;
l. menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk
memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang
tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan Kepolisian
serta permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.
3.1.3 Fungsi Bhabinkamtibmas
1. membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas;
2. melayani masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan
Kamtibmas;
3. membina ketertiban masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku;
4. memediasi dan memfasilitasi upaya pemecahan masalah yang terjadi di
masyarakat;
5. mendinamisir aktifitas masyarakat yang bersifat positif;
6. mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat
Desa/Kelurahan, Babinsa dan pihak-pihak terkait lainnya.
3.1.4 Peranan Bhabinkamtibmas.
1. pembimbing masyarakat bagi terwujudnya kesadaran hukum, dan
Kamtibmas serta meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa/Kelurahan;
2. pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat bagi terwujudnya rasa
aman dan tentram di masyarakat Desa/Kelurahan;
3. mediator, negosiator, dan fasilitator dalam penyelesaian permasalahan-
permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat Desa/Kelurahan;
4. dinamisator dan motivator aktivitas masyarakat yang bersifat positif dalam