• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di RSUD Gunungsitoli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di RSUD Gunungsitoli"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASKA

STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

GUNUNGSITOLI

SKRIPSI

Oleh

Karyaman E. Lombu 111101038

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul “Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di Rumah Sakit Umum Gunungsitoli”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang

telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian

Skripsi ini, sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Direktur Rumah Sakit Umum Gunungsitoli dan jajarannya yang telah

memberikan izin pengumpulan data dalam penelitian ini.

5. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., M,Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing

yang telah bersedia memberi waktu untuk membimbing, memberikan arahan,

ilmu dan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

6. Nur Asnah Sihotang S.Kep., Ns., M. Kep selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses

(4)

7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf non

akademik yang telah membantu memfasilitasi secara administratif.

8. Teristimewa kepada Ayahanda F. Lombu A.Ma.Pd dan Ibunda M. Harefa

tercinta yang selalu mendoakan, menyayangi, dan memberi dukungan moral

dan materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada abangku Kalvin

Wa’asaro Lombu yang telah mendukung dan memotivasi saya dalam

pengerjaan skripsi ini.

9. Terima kasih untuk seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan Univesitas

Sumatera Utara stambuk 2010.

10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu

yang telah mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Penulis menerima

saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2015

(5)

DAFTAR ISI

2.1.3. Klasifikasi Stroke ... 7

2.1.4. Patofisiologi Stroke ... 10

2.1.5. Faktor Resiko Stroke ... 11

2.1.6. Efek Stroke ... 11

2.2. Kualitas Hidup ... 13

2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup ... 13

2.2.2. Komponen Kualitas Hidup ... 13

2.2.3. Domain Kualitas Hidup ... 14

BAB 3 Kerangka Konseptual ... 20

3.1. Kerangka Penelitian ... 20

3.2. Defenisi Operasional ... 21

BAB 4. Metodelogi Penelitan ... 22

4.1. Desain Penelitian ... 22

4.2. Populasi dan Sampel ... 22

4.2.1. Populasi ... 22

4.2.2. Sampel ... 22

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.4. Uji Validitas ... 23

4.5. Uji Reabilitas ... 23

4.6. Pertimbangan Etik ... 24

4.7. Instrumen Penelitian ... 25

4.8. Pengumpulan Data ... 28

(6)

BAB 5. Hasil dan pembahasan ... 30

5.1. Hasil penelitian ... 30

5.1.1. Data demografi ... 30

5.1.2. Kualitas hidup ... 32

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Gambaran kualitas hidup pasien paska stroke ... 32

BAB 6. Kesimpulan dan saran ... 37

1. Kesimpulan ... 37

2. Saran ... 37

Daftar Pustaka ... 39

Lampiran-lampiran ... 43 Lampiran 1 Inform consent

Lampiran 2 Instrumen penelitian Lampiran 3 Hasil penelitian Lampiran 4 Master tabel

Lampiran 5 Surat izin penelitian

Lampiran 6 Surat telah melaksanakan penelitian Lampiran 7 Surat etik penelitian

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 21

Tabel 4.1. Tabel Rumus Penghitungan Skor WHOQOL-BREF... 26

Tabel 4.2. Tabel Konversi Skor WHOQOL-BREF ... 27

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi data demografi responden ... 31

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi domain kualitas hidup ... 32

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3. Kerangka penelitian gambaran kualitas hidup pasien paska

(9)

Judul : Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di RSUD Gunungsitoli

Nama : Karyaman Enonima Lombu NIM : 111101038

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2015

Abstrak

Kualitas hidup telah menjadi fokus minat banyak peneliti dan ilmuan untuk waktu yang lama. Kualitas hidup merupakan suatu pengalaman subjektif yang secara bersamaan mencakup pandangan positif dan negatif pada kehidupan. Kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh dampak negatif dari penyakit yang dialaminya seperti pada penderita stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli. Populasi pada penelitian ini adalah pasien penderita stroke di RSUD Gunungsitoli dengan jumlah sampel 71 orang dan dilakukan selama bulan Februari 2015. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik convenience sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) yang kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli adalah buruk yaitu 56 orang (78,9%). Nilai rata-rata domain kualitas hidup pasien paska stroke adalah domain fisik (45,27), domain psikologis (49,87), domain hubungan sosial (48,15) dan domain lingkungan (50,01). Peneliti menyarankan agar perawat dapat memberikan informasi mengenai penyakit stroke kepada pasien dan keluarganya termasuk perawatannya serta hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Sehingga pelayanan kesehatan kepada pasien dapat terlaksana dengan baik dan mencegah penurunan kualitas hidup pada pasien paska stroke.

(10)

Title of the Thesis : Description of Patients’ Quality of Life in the Post-Stroke at RSUD Gunungsitoli

Name of Student : Karyaman Enonima Lombu Std. ID Number : 111101038

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Quality of life has become the interest of many researchers and scientists for a long time. It is a subjective experience which at the same time includes positive

and negative ideas in life. A person’s quality of life can be negatively influenced by his own illness like stroke. The objective of the research was to find out the description of the quality of life of patients in the post-stroke at RSUD Gunungsitoli. The population was patients suffered from stroke, and 71 of them were used as the samples, taken by using convenience sampling technique. The research used descriptive method and was conducted in February, 2015. The data were gathered by distributing questionnaires of World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) and analyzed by using distribution frequency tables. The result of the research showed that 56 respondents (78.9%)

had bad quality of life. The average rate of the patients’ quality of life domains in

the post-stroke were physical domain (45.27), psychological domain (49.87), social relationship domain (48.15), and environmental domain (50.01). It is recommended that nurses can give information about stroke to patients and their families, including the treatment and anything which can influence their quality of life so that health care can be implemented properly and can forestall the

decrease in patients’ quality of life in the post-stroke.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah

stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan

fungsi saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang dengan cepat dalam detik

atau menit. Tanda dan gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat

menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008).

WHO dalam worldstrokecampaign.org (2015) menyatakan bahwa stroke

menyebabkan 6,2 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia. Stroke

menyebabkan 6 kematian setiap 60 detik dan dalam setiap 60 detik dapat terjadi

30 insiden stroke yang baru di seluruh dunia. Di negera-negara berpenghasilan

rendah, stroke menjadi penyakit kelima mematikan dan di negara-negara

berpenghasilan sedang dan tinggi, stroke menjadi penyakit kedua mematikan

(Yastroki, 2009). Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka

panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

dan sosial ekonomi yang sangat buruk pada pasien, keluarga mereka, dan sistem

pelayanan kesehatan (WHO, 2009). Stroke merupakan penyebab terdepan

kecacatan jangka panjang di negara-negara barat dan tingkat kemampuan

fungsional bergantung pada tingkat keparahan stroke (Carot-Altar & Egido,

2009). Mann dan Wallker (2011) mengatakan bahwa stroke menyebabkan lebih

dari 46.000 kematian (9% dari semua kematian) di Inggris dan Wales pada tahun

(12)

dengan sekitar 300.000 orang di Inggris yang hidup dengan kecacatan sedang

hingga berat akibat stroke.

Di Indonesia penderita stroke saat ini menjadi pasien terbanyak hampir

semua pelayanan Poli saraf di Rumah Sakit penderita penyakit syaraf (Kementrian

Kesehatan RI, 2013). Diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000 orang penduduk

Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal

dan sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan (Ovina, 2013). Data

Departemen Kesehatan R.I. (2013), prevalensi stroke di Indonesia mencapai

angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi

adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah

adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Data dari RSU Kota Gunungsitoli tahun 2013 juga menunjukkan adanya

peningkatan jumlah pasien stroke setiap tahun di Kota Gunungsitoli. Data tahun

2012 dilaporkan ada 107 kasus, tahun 2013 dilaporkan terjadi 121 kasus stroke

dan tahun 2014 hingga pada bulan september ada 127 kasus stroke.

Masyarakat Nias menganggap stroke sebagai penyakit yang berbahaya

karena dapat mengakibatkan kematian. Mereka berpendapat bahwa stroke dapat

disebabkan oleh beberapa hal seperti hipertensi, kurang beraktivitas dan faktor

keturunan. Pencegahan stroke menurut masyarakat nias berupa mengurangi

frekuensi mengkonsumsi daging dan tidak melakukan kegiatan mandi pada

malam hari. Pengobatan stroke pada masyarakat nias dapat dilakukan dengan cara

diurut dan berobat pada fasilitas layanan kesehatan (Manalu dkk, 2012).

Masyarakat Nias menggunakan pijat tradisional sebagai salah satu cara

(13)

perawatan pasien stroke, sesuai dengan karakteristik kebudayaannya sebagai

orang Nias. Masyarakat Nias telah lama mengenal dan menggunakan pijat sebagai

salah satu terapi perawatan kesehatan. Bagi masyarakat Nias, proses rehabilitasi

pasien stroke selain dengan menggunakan obat-obatan dari dokter juga dilakukan

dengan terapi pijat tradisional sebagai terapi komplementer, karena diyakini

bahwa terapi pijat dapat meningkatkan kenyamanan pasien serta mempercepat

proses pemulihan pasien paska stroke (Magdalena, 2013; Manalu dkk, 2012).

Kualitas hidup telah menjadi fokus minat banyak peneliti dan ilmuwan

untuk waktu yang lama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1994)

mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dalam konteks budaya

dan sistem nilai, tujuan pribadi, standar dan kepentingan mereka. Definisi umum

ini meliputi kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan

sosial dan keyakinan pribadi dalam konteks budaya mereka. Definisi ini juga

mencerminkan sikap bahwa kualitas hidup adalah pengalaman subjektif yang

secara bersamaan mencakup pandangan positif dan negatif pada kehidupan (Prlic

et al, 2012).

Penderita stroke akan menjadi bergantung pada bantuan orang lain dalam

menjalankan aktivitas kehidupannya sehari-hari seperti makan dan minum, mandi,

berpakaian dan sebagainya. Kemandirian dan mobilitas seseorang yang menderita

stroke menjadi berkurang atau bahkan hilang. Serangan stroke yang dialami

dapat membawa kelainan neurologis seperti berkurangnya kemampuan motorik

anggota tubuh dan otot, kognitif, visual dan koordinasi secara signifikan.

Berkurangnya tingkat kemandirian dan mobilitas seseorang dapat berpengaruh

(14)

Memahami luas dan besarnya efek stroke pada kualitas hidup memiliki implikasi

penting untuk kesehatan masyarakat. Hasil pengukuran kualitas hidup semakin

dilihat sebagai indikator klinis yang penting bagi pasien dan keluarga. Melakukan

penelitian kualitas hidup dimungkinkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh

stroke pada kualitas hidup penderitanya (Haley et al, 2010).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Gambaran kualitas hidup pasien stroke di RSUD

Gunungsitoli”.

1.2. Tujuan Penelitan

Untuk mendapatkan gambaran kualitas hidup pasien stroke (domain fisik,

psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) di RSUD Gunungsitoli.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan bagi penelitian keperawatan

1.3.1 Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi bagi

perawat untuk mengetahui gambaran kualitas hidup penderita stroke di

kepulauan Nias. Sehingga diharapkan perawatan pada penderita stroke

dapat ditingkatkan untuk menaikkan standar kualitas hidup bagi penderita

stroke.

1.3.2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa

(15)

1.3.3. Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data bagi penelitian

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Defenisi Stroke

Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan karakteristik kehilangan

fungsi otak dengan gejala lebih dari 24 jam, dapat menyebabkan kematian dan

dihubungkan dengan terjadinya pendarahan spontan ke dalam substansi otak

(stroke hemoragik) atau tidak adekuatnya suplai darah ke otak (stroke iskemik)

sebagai akibat dari aliran darah rendah, trombosis atau emboli yang berhubungan

dengan penyakit pembuluh darah dan jantung (Mann & Walker, 2011).

Defenisi stroke menurut WHO adalah manifestasi klinik dari gangguan

fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung

dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa

ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vaskular (Harsono, 2005).

2.1.2. Penyebab Stroke

Mutaqin (2008), penyebab stroke terdiri dari:

a. Trombosis Serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan

kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang

tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis

dan penurunan darah yang menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan neurologis

(17)

b. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan

dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini

dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh

darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang

berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak membengkak,

sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah

hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat aritmia.

d. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah

spasme arteri serebral yang disertai dengan subaraknoid dan vasokontriksi arteri

otak disertai sakit kepala migren.

2.1.3. Klasifikasi stroke

Secara klinis, gangguan peredaran darah otak (GPDO) atau stroke dapat

dibagi atas : serangan iskemia sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA), stroke

iskemik atau stroke non hemoragik dan stroke hemoragik (Harsono, 2005).

Serangan iskemia sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA) adalah suatu

keadaan hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal secara cepat yang berlangsung

kurang dari 24 jam dan diduga diakibatkan oleh mekanisme vaskular emboli,

(18)

terlibat dapat dibagi menjadi dua yaitu insufiensi karotis dan insufiensi

vertebrobasiliar (Ginsberg, 2005).

Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena oklusi secara

tiba-tiba pada arteri yang menyuplai aliran darah ke otak. Oklusi ini dapat

disebabkan oleh pembentukan thrombus pada tempat oklusi tersebut (stroke

iskemik trombotik) maupun pembentukan thrombus di tempat lain yang

kemudian terbawa aliran darah dan menyumbat arteri di otak (stroke

iskemik embolik). Penegakan diagnosis jenis stroke ini berdasarkan

neuroimaging (WHO, 2006). Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik

berdasarkan penyebab yaitu lakunar, trombosis pembuluh, embolik dan

kriptogenik.

Stroke lakunar dapat terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau

hialin-lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Willisi, arteria serebr media

atau arteria vertebralis dan basilaris. Cabang-cabang ini rentan terhadap

trombosis. Trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh ini

menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak dan disebut lakuna atau

dalam bahasa Yunani berarti danau kecil. Stroke lakunar terjadi karena penyakit

pembuluh-halus hipertensif dan menyebabkan sindrom stroke yang biasanya

muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama.

Stroke trombolik pembuluh besar dengan aliran lambat sebagian besar

terjadi saat tidur, saat seseorang relatif mengalami dehidrasi dan dinamika

sirkulasi menurun. Stroke ini berkaitan dengan lesi ateroskerosik yang

(19)

Stroke embolik terjadi akibat embolus, dapat menimbulkan defisit

neurologi mendadak dengan efek maksimum sejak awal timbulnya penyakit.

Serangan terjadi saat pasien beraktivitas.

Stroke kriptogenik terjadi pada seseorang yang mengalami oklusi

mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas. Kelainan ini

disebut stroke kriptogenik karena penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas

(Prince & Wilson, 2005).

Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan

keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis

disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan

gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh

hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan

tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan

menekan batang otak (Goetz, 2007). Stroke hemoragik dibedakan menjadi

perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid.

Perdarahan intraserebral dapat terjadi akibat pecahnya pembuluh darah

(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke

dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan

menimbulkan edema otak (Muttaqin, 2008).

Perdarahan subaraknoid Perdarahan yang terjadi di ruang subaraknoid

atau ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak

(20)

2.1.4. Patofisiologi Stroke

1. Stroke Hemoragik

a. Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi

mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang

menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan tekanan

intrakranial yang terjadi cepat, dapat megakibatkan kematian mendadak karena

herniasi otak (Muttaqin, 2008).

b. Perdarahan subarakhnoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.

Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan

cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan

keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak dan

vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri

kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,

afasia, dan lainnya) (Muttaqin, 2008).

2. Stroke Iskemik

Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada

gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena

gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung) (Muttaqin, 2008).

Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang

terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan

(21)

dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan

infark pada otak (Batticaca, 2008).

2.1.5. Faktor Resiko Stroke

Faktor resiko adalah faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi

lebih rentan atau mudah mengalami stroke. Faktor resiko yang paling lazim

ditemukan adalah hipertensi, aterosklerosis, hiperlipidemia, merokok, obesitas,

diabetes melitus, usia tua, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah tepi, obat

yang menimbulkan adiksi, obat-obatan kontrasepsi terutama pada wanita perokok

dan atau dengan hipertensi dan lain sebagainya. Serangan iskemia sepintas (TIA)

dapat pula menjadi faktor resiko karena kurang lebih 10% penderita TIA ternyata

menderita stroke di kemudian hari (Harsono, 2007).

2.1.6. Efek Stroke

Stroke merupakan penyakit yang menyerang system saraf pusat, namun

efek yang dihasilkan dapat berpengaruh pada seluruh tubuh. Menurut National

Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS, 2003), efek yang

mungkin terjadi dapat berupa:

1) Paralisis

Biasanya terjadi unilateral (hemiplegia) dan paralisis terjadi

kontralateral dari lesi di hemisfer otak. Paralisis dapat menyebabkan

kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berpakaian, makan,

atau menggunakan kamar mandi. Beberapa pasien stroke juga mengalami

(22)

2) Defisit fungsi kognitif

Stroke dapat menimbulkan permasalahan dalam proses berfikir,

pemusatan perhatian, proses pembelajaran, pembuatan keputusan,

maupun daya ingat. Defisit fungsi kognitif yang parah menimbulkan

keadaan yang disebut apraksia dan agnosia.

3) Defisit bahasa

Pasien stroke sering mengalami kesulitan dalam memahami

(afasia) atau menyusun perkataan (disartria). Hal ini disebabkan

kerusakan regio temporal kiri atau lobus parietal otak.

4) Defisit emosional

Pasien strok dapat mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi

mereka. Depresi sering terjadi pada pasien stroke. Depresi post stroke

dapat menghalangi pemulihan dan rehabilitasi stroke bahkan dapat

mengarah pada percobaan bunuh diri.

5) Rasa sakit

Rasa sakit, sensasi aneh, dan rasa kebas pada pasien stroke

mungkin disebabkan banyak factor meliputi kerusakan region sensorik

otak, sendi yang kaku, atau tungkai yang lumpuh. Tipe sakit yang tidak

biasa pada stroke disebut central stroke pain atau central pain syndrome

(CPS). CPS disebabkan oleh kerusakan pada area di talamus. Rasa sakit

tersebut merupakan campuran dari rasa panas, dingin, terbakar, perih,

mati rasa, dan rasa tertusuk. Rasa sakit tersebut terasa lebih parah di

ekstremitas dan semakin parah dengan perubahan gerak dan temperature

(23)

2.2.1. Defenisi kualitas hidup

Menurut WHO (1998) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi

individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya

dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,

harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan,

terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan sosial dan hubungan spiritual kepada karakteristik

lingkungan mereka.

Menurut Donald (2001), Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang

merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga

kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas

hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin

terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan

keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan.

Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman

dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

2.2.2. Komponen Kualitas Hidup

University of Toronto (2004) menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi

dalam 3 bagian yaitu kesehatan, kepemilikan (hubungan individu dengan

(24)

1. Kesehatan

Kesehatan dalam kualitas hidup dapat dibagi menjadi 3 bagain yaitu secara fisik,

psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal

higiene, nutrisi, olah raga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum. Secara

psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran,

perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari

nilai-nilai pribadi, standar-standar pribadi dan kepercayaan spritual.

2. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan) dalam kualitas hidup di

bagi menjadi 2 bagian yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik terdiri dari rumah,

tempat kerja/sekolah, tetangga/lingkungan dan masyarakat. Secara sosial dekat

dengan orang lain, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

3. Harapan

Merupakan keingian dan harapan yang akan dicapai sebagai perwujudan dari

individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan aspirasi individu) sehingga

individu tersebut merasa berharga atau dihargai di dalam lingkungan keluarga

maupun masyarakat sekitarnya melalui suatu tindakan nyata yang bermanfaat dari

hasil karyanya.

2.2.3. Domain Kualitas Hidup

World Health Organization Quality of Life – BREF (1998 dalam

Wulandari, 2004) membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik,

(25)

1. Domain I – fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Menilai pengalaman sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami

oleh pasien dan sampai sejauh mana sensasi tersebut mengganggu dan

mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk

selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.

Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk

merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal

seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat.

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur

termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari

dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari.

2. Domain II – Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:

a. Perasaan positif

Menilai seberapa besar pengalaman perasaaan positif yang memberikan

perasaan kebahagiaan, penuh harapan, kedamaian, kenikmatan terhadap hal-hal

yang menyenangkan dalam hidup serta pandangan tentang masa depannya.

(26)

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pikiran,

pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat

keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu mengambil

gagasan.

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.

Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang negatif

tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu

dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan

diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri.

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah

penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif.Fokus pada kepuasan individu

dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini

termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa

dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan

dan sebagainya.

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif

individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan,

kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Hal ini termasuk

pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada

(27)

3. Domain III – Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Hubungan perorangan

Menilai seberapa jauh hubungan pertemanan, cinta dan dukungan yang

diharapkan dan diperoleh dalam menjalin hubungan intim baik secara emosional

maupun fisik.

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,

dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada

seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,

faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit.

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan

dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang

tepat.

4. Domain IV – Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:

a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.

Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang

lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan bebas

individu.

(28)

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal

(tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat

dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal.

c. Sumber penghasilan

Menilai pandangan pasien tentang sumber keuangan yang diperolehnya

apakah dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya agar gaya hidup yang

nyaman baginya dapat terpenuhi.

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian

sosial di dekat sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk

mendapatkan bantuan.

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk

mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada

apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang

dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri.

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan

untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini

mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini

dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.

(29)

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Penelitian

Skema 3.1. Kerangka penelitian gambaran kualitas hidup pasien stroke di RSU Gunungsitoli.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Berhubungan

1. Baik

2. Buruk Kualitas Hidup

(31)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

(32)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif yaitu

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara objektif, dalam hal ini adalah untuk menggambarkan

kualitas hidup pasien pasca stroke.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien pasca stroke yang

melakukan rawat jalan di RSUD Gunungsitoli pada Januari sampai September

2014 berjumlah 127 orang.

4.2.2 Sampel

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara convenience sampling

yaitu penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal memudahkan

peneliti (Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria inklusi yang digunakan terdiri dari

: pasien stroke yang rawat jalan baik laki-laki maupun perempuan, dapat

berbicara dengan baik, usia 40 tahun ke atas, bersedia mengisi kuesioner yang

dinyatakan secara tertulis dengan menandatangani surat perjanjian peserta

penelitian. Sedangkan kriteria ekslusinya terdiri dari : tidak dapat berbicara

(33)

sampel pada penelitian ini digunakan nomogram Harry King (Sugiyono, 2010 :

89) dengan kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan

5%. Menurut nomogram Harry King persentase populasi yang diambil sebagai

sampel 65% (0,65×127) = 82,55 dibulatkan menjadi 83 orang sampel.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli pada 4

Februari 2015 sampai 27 Februari 2015 dengan pertimbangan antara lain, RSUD

Gunungsitoli merupakan rumah sakit umum yang menerima pasien dari berbagai

tempat di kepulauan Nias dan jumlah pasien yang dirawat cukup banyak sehingga

memudahkan dalam pengambilan sampel.

4.4. Uji Validitas

Dalam penelitian ini uji Validitas tidak lagi dilakukan oleh peneliti karena

insrumen mengukur kualitas hidup diadopsi dari model instrumen World Health

Organization Quality Of Life-BREF (1997) yang telah diterjemahkan dan diuji

validitasnya oleh Wulandari (2004). Hasil uji konsistensi internal menunjukkan

nilai cronbach alpha yang tertinggi adalah 0,7808 dan terendah adalah 0,6138.

4.5. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui

konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

dalam ruang lingkup yang sama. Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan

(34)

alpha dengan nilai harus 0,7-0,95 agar dianggap reliabel sehingga kuesioner ini

layak digunakan (Arikunto, 2006). Uji reabilitas penelitian ini dilakukan pada

tanggal 26 Januari 2015 hingga tanggal 3 Februari 2015 di RSUD Gunungsitoli

pada 30 responden. Responden uji reabilitas tidak diikutsertakan sebagai

responden sampel penelitian. Pada uji reabilitas penelitian ini diperoleh nilai

cronbach’s alpha yaitu 0,847 lebih besar dari nilai tabel r yaitu 0,361 sehingga

kuesioner dinyatakan reliable (Hastono, 2007).

4.6. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat surat pengantar dari

Fakultas Keperawatan USU. Kemudian mengajukan surat permohonan kepada

kepala rumah sakit untuk mengadakan penelitian. setelah mendapatkan izin untuk

melakukan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan

pertimbangan etik, yaitu : Informed consent atau lembar persetujuan, anonimity,

dan confidentialty. Inform consent atau lembar persetujuan diserahkan kepada

subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian.

Jika bersedia dijadikan responden, maka mereka diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden,

maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak – haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya

pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada

masing-masing lembar tersebut. Sedangkan Confidentialty atau kerahasiaan

(35)

saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian (notoadmodjo,

2010).

4.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner, pada bagian instrumen penelitian berisi data demografi pasien yang

meliputi: umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, status perkawinan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, lamanya menderita stroke dan penghasilan.

Insrumen kedua berisi kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan

mengadopsi model instrumen World Health Organization Quality of Life-BREF

(WHOQOL-BREF, 1997). Kuesioner ini merupakan rangkuman dari World

Health Organization Quality of Life (WHOQOL) -100 yang terdiri dari 26

pertanyaan. WHOQOL-BREF terdiri dari dua bagian yang berasal dari kualitas

hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, dan satu bagian yang

terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari WHOQOL-100. Instrumen ini dibagi

menjadi empat domain yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan

sosial, dan domain lingkungan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala

Likert yang terdiri dari lima kategori respon dari sangat setuju, setuju, tidak

pasti/tidak memutuskan, tidak setuju, sangat tidak setuju dengan jawaban setiap

pertanyaan yaitu 1 sampai dengan 5. Dengan nilai 1 sebagai nilai terendah dan

nilai 5 untuk nilai tertinggi setiap pertanyaan kuesioner.

Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh

dan kesehatan secara umum. Domain 1 – Fisik ada pada pertanyaan nomor 3, 4,

(36)

11, 19, dan 26. Domain 3 – Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21,

dan 22. Domain 4 – Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Insrumen ini juga terdiri dari tiga pertanyaan negatif yaitu nomor 3, 4,

dan 26. Nilai dari keempat domain menunjukkan persepsi individu pada kualitas

hidup di masing-masing domain. Nilai dari domain diskala dalam arah yang

positif (Semakin tinggi nilai berarti kualitas hidupnya semakin baik).

Berdasarkan total skor yang didapat maka kualitas hidup dapat

dikategorikan menjadi dua kelas dengan rumus statistika menurut Sudjana (1992)

yaitu merupakan panjang kelas (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 200

dan dua kategori kelas untuk kualitas hidup yaitu kualitas hidup baik dan kualitas

hidup buruk maka didapatlah panjang kelas sepanjang 200. Dengan menggunakan

p=200 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, dan

kualitas hidup pasien paska stroke dapat dikategorikan menjadi dua interval

kualitas hidup yaitu skor 0-200 dikategorikan kualitas hidup buruk sedangkan

skor 201-400 dikategorikan sebagai kualitas hidup baik.

Tabel 4.1. Tabel rumus penghitungan skor WHOQOL-BREF

Domain Rumus Raw score Transformed

score 0-100

Domain fisik (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18

Domain psikologis Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)

Domain hubungan sosial

Q20 + Q21 + Q22

(37)

Tabel 4.2.Tabel konversi skor WHOQOL-BREF

Domain Fisik Domain Psikologis Domain Hubungan

(38)

4.8. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data primer, dimana

data di dapat dari hasil pengukuran oleh peneliti. Adapun tahap-tahap

pengumpulan data dimulai dari meminta surat izin dari Institusi Pendidikan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian,

kemudian dikirimkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli, setelah

mendapat izin dari pihak rumah sakit, kemudian peneliti melakukan pengumpulan

data.

Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu menjelaskan kepada pasien

dan keluarga tentang tujuan dan manfaat penelitian. Jika pasien dan keluarga

setuju, diminta menandatangani inform consent yang disediakan peneliti

kemudian menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner yang

diberikan peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak

dimengerti. Setelah kuesioner diisi, kuesioner tersebut dikumpulkan kembali dan

diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner

tersebut dilengkapi pada saat itu juga.

4.7. Analisa Data

Melakukan analisa terhadap suatu penelitian digunakan statistik terapan

yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Analisa data dalam

penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing untuk memeriksa

kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah

(39)

melakukan tabulasi data. Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi

untuk analisis data deskriptif yaitu analisis distribusi frekuensi. Data yang telah

diolah selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

presentase untuk mendeskripsikan data demografi dan kualitas hidup pasien

(40)

BAB 5

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada

tanggal 4 Februari sampai 27 Februari 2015 di RSUD Gunungsitoli. Penyajian

hasil analisa dalam penelitian ini meliputi data demografi dan gambaran kualitas

hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli.

5.1.1. Data Demografi

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 71 orang. Karateristik

responden yang dipaparkan mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,

tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lamanya menderita stroke. Tabel

5.1 menunjukkan rentang usia pasien stroke terbanyak adalah pada rentang umur

46-55 tahun yaitu berjumlah 36 orang (50,5%). Jenis kelamin yang terbanyak

adalah laki-laki yaitu berjumlah 46 orang (64,8%). Tingkat pendidikan responden

yang terbanyak adalah tamatan SMA yaitu berjumlah 29 orang (40,8%),

sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan, yang terbanyak adalah wiraswasta dengan

jumlah 32 orang (45,1%), dan lama menderita stroke terbanyak adalah 1-4 tahun

(41)

5.1. Distribusi frekuensi data demografi responden pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli pada Februari 2015 (n = 71 orang)

(42)

5.1.2. Kualitas Hidup

Hasil pengumpulan data pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai

rata-rata kualitas hidup pasien stroke adalah domain fisik (mean=45,27), domain

psikologis (mean=49,87), domain hubungan sosial (mean=48,15), dan domain

lingkungan (mean=50,01). Hasil penelitian pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa

jumlah responden dengan kualitas hidup baik yaitu 15 orang (21,1%) dan jumlah

responden dengan kualitas hidup buruk yaitu 56 orang (78,9%).

5.2. Distribusi frekuensi domain kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli 4 Februari sampai 27 Februari 2015

Kualitas hidup pasien stroke Mean score Standard deviasi Domain fisik

5.3. Distribusi frekuensi kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli 4 Februari sampai 27 Februari 2015

Kualitas hidup Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik

5.2.1. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke

Pengkajian kualitas hidup pada pasien stroke sangat penting bagi

tenaga kesehatan untuk mengetahui dampak stroke pada kualitas hidup. Sekaligus

menjadi bahan rujukan untuk membuat strategi implementasi yang dapat

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hasil penelitan pada

(43)

hidup yang buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lima,

Santos, Sawada, Lima (2014) yang menyatakan pada umumnya setiap individu

yang menderita stroke memiliki persepsi kualitas hidup yang buruk. Pasien stroke

menurut Kariasa (2009) memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari seperti bergerak dan berjalan. Selain itu, pasien stroke merasakan penderitaan

psikologis seperti merasa tidak berguna, tidak diperhatikan dan tidak dihargai.

Berbagai hal tersebut menyebabkan pasien merasa malu dan marah atas kondisi

yang dialaminya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Abubakar dan Isezuo

(2012) yang menyatakan bahwa disabilitas/kecacatan dan depresi sangat

berpengaruh pada kualitas hidup penderita stroke. Depresi yang dialami oleh

penderita stroke dapat menyebabkan penurunan proses rehabilitasi pada penderita

stroke. Lima, et al., (2014) menyatakan bahwa domain yang paling berdampak

pada penderita stroke adalah domain fisik, diikuti oleh psikologis, lingkungan dan

hubungan sosial. Sedangkan menurut Arwani, Shobirun, Wibowo (2011) kualitas

hidup penderita stroke sebagian besar mengalami gangguan pada aspek energi,

peran, mobilitas, kepribadian, peran sosial dan fungsi anggota gerak atas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan mean score

domain fisik merupakan domain dengan nilai yang paling rendah dari domain

kualitas hidup pasien paska stroke. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kwok,

Lo, Wong, Wai-Kwong, Mok, Kai-Sing (2006) yang menyatakan bahwa domain

fisik adalah domain yang paling terganggu pada penderita stroke.

Kroeders, Bernhardt, Cumming (2012) menyatakan bahwa para

penderita stroke pada fase awal menghabiskan lebih dari 75% waktu mereka

(44)

stroke terancam kehilangan waktu produktifnya. Selain itu intoleransi aktvitas

dapat menyebabkan komplikasi sekunder pada penderita stroke seperti

osteoporosis.

Stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) merupakan penyakit motorik

neuron atas dan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap

gerakan motorik. Disfungsi motorik yang umum pada penderita stroke adalah

hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Selain fungsi motorik, fungsi

otak lain yang dapat dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.

Afasia adalah manifestasi stroke yang paling umum akibat gangguan fungsi

komunikasi pada otak. Selain itu, stroke juga dapat menyebabkan penderitanya

mengalami gangguan persepsi atau ketidakmampuan untuk menginterpretasikan

sensasi, baik itu visual ataupun sensori. Sehingga penderita stroke dapat

mengalami gangguan lapang pandang dan juga kehilangan sensori seperti rasa

kebas, kesemutan pada bagian tubuh.

Domain psikologis merupakan domain tertinggi kedua dalam

gambaran kualitas hidup pasien stroke. Kroeders, et al., (2012) menyatakan dalam

penelitiannya bahwa gangguan fisik yang dialami oleh pasien stroke dapat

berpengaruh pada psikologi penderitanya. Ketidakmampuan penderita stroke

untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebelum sakit menyebabkan mereka

depresi dan mengalami gangguan mood.

Kariasa (2009) dalam penelitiannya menemukan beragam respon

psikologis dari para penderita stroke diantaranya malu, marah dan sedih. Kondisi

psikologis yang juga umum dialami oleh penderita stroke dapat berupa labilitas

(45)

terebentuk akibat akumulasi rasa sejahtera yang tidak tercapai dan kondisi yang

tidak lagi utuh, seperti ketidakmampuan mereka untuk dapat beraktivitas

sebagaimana mestinya sebelum sakit.

Kelemahan yang dialami oleh penderita stroke juga merupakan salah

satu masalah psikolgis sebagai bentuk dari kehilangan aspek diri yang nyata.

Respon kehilangan yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan perasaan

berduka dan kehilangan yang berkepanjangan. Akibat lanjutya akan beresiko

menimbulkan berduka disfungsional. Hal ini perlu mendapat perhatian dalam

memberikan asuhan keperawatan (Herawati, 2014).

Domain hubungan sosial merupakan domain terendah kedua pada

gambaran kualitas hidup pasien stroke. Kwok, et al., (2006) menyatakan bahwa

hubungan sosial juga merupakan aspek yang tergolong rendah dalam kualitas

hidup pasien stroke. Pasien stroke dalam penelitiannya mengalami pengalaman

hubungan pribadi yang kurang menyenangkan dengan keluarga atau

teman-temannya. Handayani dan Dewi (2009) menyatakan bahwa pasien paska stroke

berkurang aktivitas sosialnya, bahkan jarang keluar rumah untuk mengikuti

kegiatan sosial kemasyarakatan. Herawati (2014) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa penderita stroke merasa malu dengan perubahan kondisi

fisiknya, sehingga membuatnya enggan untuk keluar rumah. Juga keterbatasan

dalam mobilisasi membuat penderita merasa untuk bergerak memerlukan usaha

yang sangat besar. Hal ini membuat pasien stroke menarik diri dari kehidupan

sosial. Oleh karena itu, keluarga sebagai salah satu faktor lingkungan mempunyai

peranan penting dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang

(46)

Domain lingkungan merupakan domain dengan nilai yang tertinggi

dari ketiga domain yang lain. Lima, et al., (2014) menyatakan bahwa domain

lingkungan berhubungan dengan kebebasan, keamanan fisik, akses ke lingkungan

sosial, akses layanan kesehatan dan transportasi. Domain lingkungan akan rendah

nilainya jika penderita stroke tidak memiliki orang lain yang dapat memberikan

perawatan kepadanya. Ini terkait dengan masalah keamanan lingkungan yang

berdampak pada semua orang.

Penderita stroke yang kembali pulang dari rumah sakit akan

menyesuaikan diri dengan gangguan fisik yang mereka alami terhadap lingkungan

dimana mereka berada. Mereka membutuhkan fasilitas atau peralatan yang dapat

menyokong mereka beradaptasi dengan lingkungannya terlepas dari keterbatasan

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran kualitas hidup pasien paska

stroke di RSUD Gunungsitoli. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gambaran kualitas

hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli adalah buruk dengan nilai

rata-rata domain dari terendah ke yang tertinggi yaitu domain fisik, domain hubungan

sosial, domain psikologis dan domain lingkungan.

2. Saran

2.1. Bagi praktek keperawatan

Perawat diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit

stroke kepada pasien dan keluarganya termasuk perawatannya serta hal-hal yang

dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Sehingga pelayanan kesehatan kepada

pasien dapat terlaksana dengan baik dan mencegah penurunan kualitas hidup pada

pasien paska stroke.

2.2. Bagi pendidikan keperawatan

Pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien paska stroke

(48)

2.3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini memberi gambaran tentang kualitas hidup pasien paska

stroke di RSUD Gunungsitoli. Oleh sebab itu, diharapkan ada penelitian

selanjutnya tentang gambaran kualitas hidup pasien paska stroke dengan metode

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, S.A., Isezuo, S.A. (2012). Health Related Quality of Life of Stroke Survivors: Experience of a Stroke Unit. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3615283/. International Journal of Biomedical Science. Diperoleh tanggal 7 Agustus 2015

Arwani., Shobirun., Wibowo. (2011). Kualitas Hidup Penderita Stroke Fase Rehabilitasi di Kota Semarang. Proseding Seminar Nasional Keperawatan PPNI Jawa Tengah. http://jurnal.unimus.ac.id diperoleh tanggal 5 Juni 2015

Ahlsio, B; Britton, M; Murray, V dan Teorell, T. (2008). Disablement And Quality Of Life After Stroke. Stroke. http://stroke.ahajournals.org diperoleh tanggal 19 November 2014

Batticaca, F.B. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Bays, T dan Cathy, L. (2001). Quality Of Life Of Stroke Survivors. Quality of Life Research. http://allbusiness.com, diperoleh tanggal 19 November 2014

Carod-Artal, Francisco Javier dan Egido, Jose Antonio. (2009). Quality of Live after Stroke: The Importance of a Good Recovery. Acta Clin Croat. http://search.proquest.com/docview/221235092/fulltextPDF/62862EF8 A2A04E95PQ/22?accountid=50257 diperoleh tanggal 25 September 2014

Donald, A. (2001). What is Quality of Life?. What is..? series. Dibuka pada website http://www.evidence-based-medicine.co.uk. Pada tanggal 20 Oktober 2014

Ginsberg, Lionel. (2005). Lecture Notes Neurologi, Ed 8. West Sussex : Wiley Blackwell

Goetz, Christopher G. Cerebrovascular Diseases. (2007). Textbook of Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders

Haley, W.E; Roth, D.L;Kissela, B; Perkins, M; Howard, G. (2010). Quality of Life After Stroke: A Prospective Longitudinal Study. NIH Public Access. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21136298 diperoleh tanggal 11 Oktober 2014

(50)

Harsono. (2005). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Hastono, Susanto P. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: UI Press

Herawati, Novi. (2014). Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh Pada Klien Kelemahan Pasca Stroke di RS Dr. M Djamil Kota Padang.

http://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2014/09/5.-STUDI- FENOMENOLOGI-PENGALAMAN-PERUBAHAN-CITRA-TUBUH-PADA-KLIEN-KELEMAHAN-PASCA-STROKE.pdf. Jurnal Keperawatan Jiwa. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015

Kariasa, I Made. (2009). Persepsi Pasien Paska Serangan Stroke Terhadap Kualitas Hidupnya Dalam Perspektif Asuhan Keperawatan.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282748-T%20I%20Made%20Kariasa%20.pdf. Tesis. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.depkes.go.id/download.php?file=download diperoleh tanggal 11 Oktober 2014

Kroeders, Rosalie., Bernhardt, Julie., Cumming, Toby. (2012). Physical Inactivity,

Depression And Anxiety In Acute

Stroke.http://content.ebscohost.com/ContentServer.asp?T=P&P=AN& K=2012169374&S=R&D=rzh&EbscoContent=dGJyMNLr40SeprA4y OvsOLCmr02eprNSr6%2B4S6%2BWxWXS&ContentCustomer=dGJy MOzprkixrrVOuePfgeyx44Dt6fIA. International Journal Of Therapy And Rehablitation. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015

Kwok, Timothy., Lo, Raymond S., Wong, Eric., Wai-Kwong, Tang.,Mok, Vincent., Kai-Sing, Wong. (2006). Quality Of Life Of Stroke Survivors: A 1-year Follow-up Study. http://www.archives-pmr.org/article/S0003-9993(06)00467-9/pdf. Arch Phys Med Rehabil. Diperoleh tanggal 6 Juni 2015

Lima, Mary Licia de., Santos, Jair Licio Ferreira., Sawada, Namie Okino., Lima, Livia Aparecida Perreira de. (2014). Quality Of Life of Individuals With Stroke and Their Caregivers in A City of Triangulo Mineiro.

http://www.scielo.br/pdf/rbepid/v17n2/1415-790X-rbepid-17-02-00453.pdf. Rev Bras Epidemiol. Diperoleh tanggal 4 Juni 2015

(51)

Magdalena, Maureen M. (2013). Menelusuri Sejarah Pijat Refleksi. http://www.deherba.com/menelusuri-sejarah-pijat-refleksi.html

diperoleh tangal 19 November 2014

Mann, J dan Walker, Marion F.(2011). ABC of Stroke. West Sussex : Wiley-blackwell Publising.

Marcel, P; Port, I.V; Maas, C; Forstberg, G; Lindemen, E. (2008). Psychological Symptoms and Personality Characteristics Affect Quality Of Life After Stroke, http://www.americanhearth.org, diperoleh tanggal 19 November 2014.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke. (2003). Know Stroke. Know The Sign. Act In Time. Bull. NINDS.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ovina, Yulia. (2013). Hubungan Pola Makan, Olahraga, dan Merokok Terhadap Prevalensi Penyakit Stroke Non Hemoragik. http://online-journal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1249 diperoleh tanggal 24 September 2014

Prlić, Nada; Kadojić, Dragutin; Kadojić, Mira. (2012). Quality Of Life In Post

Stroke Patients: Self Evaluation of Physical And Mental Health During Six Months. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23540168 diperoleh tanggal 11 Oktober 2014

Redaksi AgroMedia, (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Rini Suharni, Indarwati. (2010). Tingkat Pengetahuan Keluarga dan Kesiapan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke Di Desa Kebakkramat Karanganyar. http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/17/14. GASTER. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Universitas Toronto. (2004). QOL Concept. Dibuka pada website http://www.utoronto.ca/qolconcept. Pada tanggal 11 Oktober 2014

(52)

World Health Organization. (1998). WHOQOL User Manual Programme On

Mental Health.

http://www.who.int/entity/mental_health/publications/whoqolbref_user _agreement.pdf?ua=1 diperoleh tanggal 9 Januari 2015

World Health Organization. (2009). The WHO STEPwise approach to stroke surveillance. http://www.who.int/chp/steps/stroke/en/ diperoleh tanggal 11 Oktober 2014

Worldstrokecampaign.org. (2015). Facts And Firuges. Diambil dari http://www.worldstrokecampaign.org/learn/facts-and-figures.html

Wulandari, W.D. (2004). Penentuan Validitas WHOQOL-100 Dalam Menilai Kualitas Hidup Pasien Rawat Jalan di RSCM (versi Indonesia). Tesis. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. http://eprints.lib.ui.ac.id/2827/1/111895-Penentuan%20validitas-Full%20text%20(T%2021043).pdf diperoleh tanggal 10 Januari 2015

(53)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di RSUD Gunungsitoli

Oleh

Karyaman Enonima Lombu

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kualias hidup pasien paska stroke

di RSUD Gunungsitoli.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk

menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur apa adanya. Partisipasi

Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian

atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua informasi

yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk

keperluan penelitan. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini,

silahkan Bapak/Ibu menandatanangi formulir ini.

Gunungsitoli, Januari 2015

Peneliti Responden

(54)

Tanggal : Kode :

1. Data Demografi

Petunjuk pengisian :

Di bawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden

penelitian. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu yang

sebenarnya, dengan memberi tanda check list ( √ ) pada kotak yang telah disediakan.

1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Umur : tahun

3. Agama : Islam Kristen

Katolik Buddha

4. Suku Bangsa : Nias Batak Lainnya

5. Pendidikan : SD SMP SMA

Akademi S1 Lainnya

6. Pekerjaan : PNS TNI/POLRI Wiraswasta

Petani/Buruh Karyawan Swasta

Lainnya

7. Penghasilan : < Rp. 1.000.000,-

Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,-

Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.000.000,-

> Rp. 2.000.000,-

(55)

2. Kuesioner Kualitas Hidup

PETUNJUK

Kuesioner ini menanyakan bagaimana perasaan anda tentang kualitas hidup,

kesehatan dan masalah lain dalam kehidupan anda. Mohon dijawab semua

pertanyaan. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai.

Mohon diingat tentang stadar, harapan, kesenangan dan kekhawatiran anda. Kami

menanyakan apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu

terahir ini.

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda mengalami hal-hal berikut

ini dalam empat minggu terakhir.

8 Seberapa aman yang anda

(56)

sehari-hari anda?

Pertayaan berikut ini menanyakan tentang bagaimana secara keseluruhan

pengalaman atau kemampuan anda untuk melakukan hal tertentu selama empat

minggu terakhir.

Tidak sama

sekali Sedikit Sedang Seringkali

(57)

sehari-hari?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami

hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.

(58)

Reabilitas

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(59)

57 4 5,6 5,6 62,0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(60)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(61)

domainfisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(62)

Statistics

klasifikasi kualitas hidup

N Valid 71

Missing 0

Mean 1,79

Median 2,00

Mode 2

Std. Deviation ,411

Minimum 1

Maximum 2

Sum 127

Percentiles 25 2,00

50 2,00

75 2,00

klasifikasi kualitas hidup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 15 21,1 21,1 21,1

2 56 78,9 78,9 100,0

(63)
(64)

Gambar

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 4.1. Tabel rumus penghitungan skor WHOQOL-BREF
Tabel 4.2. Tabel konversi skor WHOQOL-BREF
tabel 5.3 menyatakan bahwa lebih dari setengah responden memiliki kualitas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli memiliki riwayat konsumsi tuak. Disarankan

Proporsi terbesar dari responden yang mempunyai nilai kualitas hidup buruk adalah responden yang berjenis stroke non hemoragik yaitu sebesar 52,6%..

Tidak adanya depresi paska stroke mengakibatkan penderita mudah kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan cepat dan perbaikan kualitas hidupnya menjadi baik (Buono et al,

16 Hal ini mendasari peneliti untuk meneliti tentang gambaran kualitas hidup pasien kanker stadium lanjut yang menjalani radioterapi paliatif di RSUD

adalah untuk mengetahui riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal di

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Alasan Pasien Memilih Terapi Pijat dalam Perawatan Stroke di

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tekanan darah dengan skor kualitas hidup terkait kesehatan pasien pasca stroke iskemik di RSUD Dr.. Metode

sebagai akibat dari aliran darah rendah, trombosis atau emboli yang berhubungan.. dengan penyakit pembuluh darah dan jantung (Mann &amp;