GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASKA
STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
GUNUNGSITOLI
SKRIPSI
Oleh
Karyaman E. Lombu 111101038
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di Rumah Sakit Umum Gunungsitoli”.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian
Skripsi ini, sebagai berikut :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Direktur Rumah Sakit Umum Gunungsitoli dan jajarannya yang telah
memberikan izin pengumpulan data dalam penelitian ini.
5. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., M,Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing
yang telah bersedia memberi waktu untuk membimbing, memberikan arahan,
ilmu dan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.
6. Nur Asnah Sihotang S.Kep., Ns., M. Kep selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses
7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf non
akademik yang telah membantu memfasilitasi secara administratif.
8. Teristimewa kepada Ayahanda F. Lombu A.Ma.Pd dan Ibunda M. Harefa
tercinta yang selalu mendoakan, menyayangi, dan memberi dukungan moral
dan materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada abangku Kalvin
Wa’asaro Lombu yang telah mendukung dan memotivasi saya dalam
pengerjaan skripsi ini.
9. Terima kasih untuk seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan Univesitas
Sumatera Utara stambuk 2010.
10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu
yang telah mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
2.1.3. Klasifikasi Stroke ... 7
2.1.4. Patofisiologi Stroke ... 10
2.1.5. Faktor Resiko Stroke ... 11
2.1.6. Efek Stroke ... 11
2.2. Kualitas Hidup ... 13
2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup ... 13
2.2.2. Komponen Kualitas Hidup ... 13
2.2.3. Domain Kualitas Hidup ... 14
BAB 3 Kerangka Konseptual ... 20
3.1. Kerangka Penelitian ... 20
3.2. Defenisi Operasional ... 21
BAB 4. Metodelogi Penelitan ... 22
4.1. Desain Penelitian ... 22
4.2. Populasi dan Sampel ... 22
4.2.1. Populasi ... 22
4.2.2. Sampel ... 22
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
4.4. Uji Validitas ... 23
4.5. Uji Reabilitas ... 23
4.6. Pertimbangan Etik ... 24
4.7. Instrumen Penelitian ... 25
4.8. Pengumpulan Data ... 28
BAB 5. Hasil dan pembahasan ... 30
5.1. Hasil penelitian ... 30
5.1.1. Data demografi ... 30
5.1.2. Kualitas hidup ... 32
5.2. Pembahasan ... 32
5.2.1. Gambaran kualitas hidup pasien paska stroke ... 32
BAB 6. Kesimpulan dan saran ... 37
1. Kesimpulan ... 37
2. Saran ... 37
Daftar Pustaka ... 39
Lampiran-lampiran ... 43 Lampiran 1 Inform consent
Lampiran 2 Instrumen penelitian Lampiran 3 Hasil penelitian Lampiran 4 Master tabel
Lampiran 5 Surat izin penelitian
Lampiran 6 Surat telah melaksanakan penelitian Lampiran 7 Surat etik penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 21
Tabel 4.1. Tabel Rumus Penghitungan Skor WHOQOL-BREF... 26
Tabel 4.2. Tabel Konversi Skor WHOQOL-BREF ... 27
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi data demografi responden ... 31
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi domain kualitas hidup ... 32
DAFTAR SKEMA
Skema 3. Kerangka penelitian gambaran kualitas hidup pasien paska
Judul : Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di RSUD Gunungsitoli
Nama : Karyaman Enonima Lombu NIM : 111101038
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2015
Abstrak
Kualitas hidup telah menjadi fokus minat banyak peneliti dan ilmuan untuk waktu yang lama. Kualitas hidup merupakan suatu pengalaman subjektif yang secara bersamaan mencakup pandangan positif dan negatif pada kehidupan. Kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh dampak negatif dari penyakit yang dialaminya seperti pada penderita stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli. Populasi pada penelitian ini adalah pasien penderita stroke di RSUD Gunungsitoli dengan jumlah sampel 71 orang dan dilakukan selama bulan Februari 2015. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik convenience sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) yang kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli adalah buruk yaitu 56 orang (78,9%). Nilai rata-rata domain kualitas hidup pasien paska stroke adalah domain fisik (45,27), domain psikologis (49,87), domain hubungan sosial (48,15) dan domain lingkungan (50,01). Peneliti menyarankan agar perawat dapat memberikan informasi mengenai penyakit stroke kepada pasien dan keluarganya termasuk perawatannya serta hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Sehingga pelayanan kesehatan kepada pasien dapat terlaksana dengan baik dan mencegah penurunan kualitas hidup pada pasien paska stroke.
Title of the Thesis : Description of Patients’ Quality of Life in the Post-Stroke at RSUD Gunungsitoli
Name of Student : Karyaman Enonima Lombu Std. ID Number : 111101038
Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)
Academic Year : 2015
ABSTRACT
Quality of life has become the interest of many researchers and scientists for a long time. It is a subjective experience which at the same time includes positive
and negative ideas in life. A person’s quality of life can be negatively influenced by his own illness like stroke. The objective of the research was to find out the description of the quality of life of patients in the post-stroke at RSUD Gunungsitoli. The population was patients suffered from stroke, and 71 of them were used as the samples, taken by using convenience sampling technique. The research used descriptive method and was conducted in February, 2015. The data were gathered by distributing questionnaires of World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) and analyzed by using distribution frequency tables. The result of the research showed that 56 respondents (78.9%)
had bad quality of life. The average rate of the patients’ quality of life domains in
the post-stroke were physical domain (45.27), psychological domain (49.87), social relationship domain (48.15), and environmental domain (50.01). It is recommended that nurses can give information about stroke to patients and their families, including the treatment and anything which can influence their quality of life so that health care can be implemented properly and can forestall the
decrease in patients’ quality of life in the post-stroke.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah
stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan
fungsi saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang dengan cepat dalam detik
atau menit. Tanda dan gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008).
WHO dalam worldstrokecampaign.org (2015) menyatakan bahwa stroke
menyebabkan 6,2 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia. Stroke
menyebabkan 6 kematian setiap 60 detik dan dalam setiap 60 detik dapat terjadi
30 insiden stroke yang baru di seluruh dunia. Di negera-negara berpenghasilan
rendah, stroke menjadi penyakit kelima mematikan dan di negara-negara
berpenghasilan sedang dan tinggi, stroke menjadi penyakit kedua mematikan
(Yastroki, 2009). Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka
panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional
dan sosial ekonomi yang sangat buruk pada pasien, keluarga mereka, dan sistem
pelayanan kesehatan (WHO, 2009). Stroke merupakan penyebab terdepan
kecacatan jangka panjang di negara-negara barat dan tingkat kemampuan
fungsional bergantung pada tingkat keparahan stroke (Carot-Altar & Egido,
2009). Mann dan Wallker (2011) mengatakan bahwa stroke menyebabkan lebih
dari 46.000 kematian (9% dari semua kematian) di Inggris dan Wales pada tahun
dengan sekitar 300.000 orang di Inggris yang hidup dengan kecacatan sedang
hingga berat akibat stroke.
Di Indonesia penderita stroke saat ini menjadi pasien terbanyak hampir
semua pelayanan Poli saraf di Rumah Sakit penderita penyakit syaraf (Kementrian
Kesehatan RI, 2013). Diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000 orang penduduk
Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal
dan sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan (Ovina, 2013). Data
Departemen Kesehatan R.I. (2013), prevalensi stroke di Indonesia mencapai
angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi
adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah
adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Data dari RSU Kota Gunungsitoli tahun 2013 juga menunjukkan adanya
peningkatan jumlah pasien stroke setiap tahun di Kota Gunungsitoli. Data tahun
2012 dilaporkan ada 107 kasus, tahun 2013 dilaporkan terjadi 121 kasus stroke
dan tahun 2014 hingga pada bulan september ada 127 kasus stroke.
Masyarakat Nias menganggap stroke sebagai penyakit yang berbahaya
karena dapat mengakibatkan kematian. Mereka berpendapat bahwa stroke dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti hipertensi, kurang beraktivitas dan faktor
keturunan. Pencegahan stroke menurut masyarakat nias berupa mengurangi
frekuensi mengkonsumsi daging dan tidak melakukan kegiatan mandi pada
malam hari. Pengobatan stroke pada masyarakat nias dapat dilakukan dengan cara
diurut dan berobat pada fasilitas layanan kesehatan (Manalu dkk, 2012).
Masyarakat Nias menggunakan pijat tradisional sebagai salah satu cara
perawatan pasien stroke, sesuai dengan karakteristik kebudayaannya sebagai
orang Nias. Masyarakat Nias telah lama mengenal dan menggunakan pijat sebagai
salah satu terapi perawatan kesehatan. Bagi masyarakat Nias, proses rehabilitasi
pasien stroke selain dengan menggunakan obat-obatan dari dokter juga dilakukan
dengan terapi pijat tradisional sebagai terapi komplementer, karena diyakini
bahwa terapi pijat dapat meningkatkan kenyamanan pasien serta mempercepat
proses pemulihan pasien paska stroke (Magdalena, 2013; Manalu dkk, 2012).
Kualitas hidup telah menjadi fokus minat banyak peneliti dan ilmuwan
untuk waktu yang lama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1994)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dalam konteks budaya
dan sistem nilai, tujuan pribadi, standar dan kepentingan mereka. Definisi umum
ini meliputi kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan
sosial dan keyakinan pribadi dalam konteks budaya mereka. Definisi ini juga
mencerminkan sikap bahwa kualitas hidup adalah pengalaman subjektif yang
secara bersamaan mencakup pandangan positif dan negatif pada kehidupan (Prlic
et al, 2012).
Penderita stroke akan menjadi bergantung pada bantuan orang lain dalam
menjalankan aktivitas kehidupannya sehari-hari seperti makan dan minum, mandi,
berpakaian dan sebagainya. Kemandirian dan mobilitas seseorang yang menderita
stroke menjadi berkurang atau bahkan hilang. Serangan stroke yang dialami
dapat membawa kelainan neurologis seperti berkurangnya kemampuan motorik
anggota tubuh dan otot, kognitif, visual dan koordinasi secara signifikan.
Berkurangnya tingkat kemandirian dan mobilitas seseorang dapat berpengaruh
Memahami luas dan besarnya efek stroke pada kualitas hidup memiliki implikasi
penting untuk kesehatan masyarakat. Hasil pengukuran kualitas hidup semakin
dilihat sebagai indikator klinis yang penting bagi pasien dan keluarga. Melakukan
penelitian kualitas hidup dimungkinkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh
stroke pada kualitas hidup penderitanya (Haley et al, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Gambaran kualitas hidup pasien stroke di RSUD
Gunungsitoli”.
1.2. Tujuan Penelitan
Untuk mendapatkan gambaran kualitas hidup pasien stroke (domain fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) di RSUD Gunungsitoli.
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan bagi penelitian keperawatan
1.3.1 Bagi praktek keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi bagi
perawat untuk mengetahui gambaran kualitas hidup penderita stroke di
kepulauan Nias. Sehingga diharapkan perawatan pada penderita stroke
dapat ditingkatkan untuk menaikkan standar kualitas hidup bagi penderita
stroke.
1.3.2. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
1.3.3. Bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data bagi penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi Stroke
Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan karakteristik kehilangan
fungsi otak dengan gejala lebih dari 24 jam, dapat menyebabkan kematian dan
dihubungkan dengan terjadinya pendarahan spontan ke dalam substansi otak
(stroke hemoragik) atau tidak adekuatnya suplai darah ke otak (stroke iskemik)
sebagai akibat dari aliran darah rendah, trombosis atau emboli yang berhubungan
dengan penyakit pembuluh darah dan jantung (Mann & Walker, 2011).
Defenisi stroke menurut WHO adalah manifestasi klinik dari gangguan
fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung
dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vaskular (Harsono, 2005).
2.1.2. Penyebab Stroke
Mutaqin (2008), penyebab stroke terdiri dari:
a. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan darah yang menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan neurologis
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak membengkak,
sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak.
c. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah
hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat aritmia.
d. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah
spasme arteri serebral yang disertai dengan subaraknoid dan vasokontriksi arteri
otak disertai sakit kepala migren.
2.1.3. Klasifikasi stroke
Secara klinis, gangguan peredaran darah otak (GPDO) atau stroke dapat
dibagi atas : serangan iskemia sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA), stroke
iskemik atau stroke non hemoragik dan stroke hemoragik (Harsono, 2005).
Serangan iskemia sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA) adalah suatu
keadaan hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal secara cepat yang berlangsung
kurang dari 24 jam dan diduga diakibatkan oleh mekanisme vaskular emboli,
terlibat dapat dibagi menjadi dua yaitu insufiensi karotis dan insufiensi
vertebrobasiliar (Ginsberg, 2005).
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena oklusi secara
tiba-tiba pada arteri yang menyuplai aliran darah ke otak. Oklusi ini dapat
disebabkan oleh pembentukan thrombus pada tempat oklusi tersebut (stroke
iskemik trombotik) maupun pembentukan thrombus di tempat lain yang
kemudian terbawa aliran darah dan menyumbat arteri di otak (stroke
iskemik embolik). Penegakan diagnosis jenis stroke ini berdasarkan
neuroimaging (WHO, 2006). Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik
berdasarkan penyebab yaitu lakunar, trombosis pembuluh, embolik dan
kriptogenik.
Stroke lakunar dapat terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau
hialin-lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Willisi, arteria serebr media
atau arteria vertebralis dan basilaris. Cabang-cabang ini rentan terhadap
trombosis. Trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh ini
menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak dan disebut lakuna atau
dalam bahasa Yunani berarti danau kecil. Stroke lakunar terjadi karena penyakit
pembuluh-halus hipertensif dan menyebabkan sindrom stroke yang biasanya
muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama.
Stroke trombolik pembuluh besar dengan aliran lambat sebagian besar
terjadi saat tidur, saat seseorang relatif mengalami dehidrasi dan dinamika
sirkulasi menurun. Stroke ini berkaitan dengan lesi ateroskerosik yang
Stroke embolik terjadi akibat embolus, dapat menimbulkan defisit
neurologi mendadak dengan efek maksimum sejak awal timbulnya penyakit.
Serangan terjadi saat pasien beraktivitas.
Stroke kriptogenik terjadi pada seseorang yang mengalami oklusi
mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas. Kelainan ini
disebut stroke kriptogenik karena penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas
(Prince & Wilson, 2005).
Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis
disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan
gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh
hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan
tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan
menekan batang otak (Goetz, 2007). Stroke hemoragik dibedakan menjadi
perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid.
Perdarahan intraserebral dapat terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak (Muttaqin, 2008).
Perdarahan subaraknoid Perdarahan yang terjadi di ruang subaraknoid
atau ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
2.1.4. Patofisiologi Stroke
1. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan tekanan
intrakranial yang terjadi cepat, dapat megakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak (Muttaqin, 2008).
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan
cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan
keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak dan
vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia, dan lainnya) (Muttaqin, 2008).
2. Stroke Iskemik
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung) (Muttaqin, 2008).
Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang
terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan
infark pada otak (Batticaca, 2008).
2.1.5. Faktor Resiko Stroke
Faktor resiko adalah faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
lebih rentan atau mudah mengalami stroke. Faktor resiko yang paling lazim
ditemukan adalah hipertensi, aterosklerosis, hiperlipidemia, merokok, obesitas,
diabetes melitus, usia tua, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah tepi, obat
yang menimbulkan adiksi, obat-obatan kontrasepsi terutama pada wanita perokok
dan atau dengan hipertensi dan lain sebagainya. Serangan iskemia sepintas (TIA)
dapat pula menjadi faktor resiko karena kurang lebih 10% penderita TIA ternyata
menderita stroke di kemudian hari (Harsono, 2007).
2.1.6. Efek Stroke
Stroke merupakan penyakit yang menyerang system saraf pusat, namun
efek yang dihasilkan dapat berpengaruh pada seluruh tubuh. Menurut National
Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS, 2003), efek yang
mungkin terjadi dapat berupa:
1) Paralisis
Biasanya terjadi unilateral (hemiplegia) dan paralisis terjadi
kontralateral dari lesi di hemisfer otak. Paralisis dapat menyebabkan
kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berpakaian, makan,
atau menggunakan kamar mandi. Beberapa pasien stroke juga mengalami
2) Defisit fungsi kognitif
Stroke dapat menimbulkan permasalahan dalam proses berfikir,
pemusatan perhatian, proses pembelajaran, pembuatan keputusan,
maupun daya ingat. Defisit fungsi kognitif yang parah menimbulkan
keadaan yang disebut apraksia dan agnosia.
3) Defisit bahasa
Pasien stroke sering mengalami kesulitan dalam memahami
(afasia) atau menyusun perkataan (disartria). Hal ini disebabkan
kerusakan regio temporal kiri atau lobus parietal otak.
4) Defisit emosional
Pasien strok dapat mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi
mereka. Depresi sering terjadi pada pasien stroke. Depresi post stroke
dapat menghalangi pemulihan dan rehabilitasi stroke bahkan dapat
mengarah pada percobaan bunuh diri.
5) Rasa sakit
Rasa sakit, sensasi aneh, dan rasa kebas pada pasien stroke
mungkin disebabkan banyak factor meliputi kerusakan region sensorik
otak, sendi yang kaku, atau tungkai yang lumpuh. Tipe sakit yang tidak
biasa pada stroke disebut central stroke pain atau central pain syndrome
(CPS). CPS disebabkan oleh kerusakan pada area di talamus. Rasa sakit
tersebut merupakan campuran dari rasa panas, dingin, terbakar, perih,
mati rasa, dan rasa tertusuk. Rasa sakit tersebut terasa lebih parah di
ekstremitas dan semakin parah dengan perubahan gerak dan temperature
2.2.1. Defenisi kualitas hidup
Menurut WHO (1998) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi
individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya
dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,
harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan,
terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat
kebebasan, hubungan sosial dan hubungan spiritual kepada karakteristik
lingkungan mereka.
Menurut Donald (2001), Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang
merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga
kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas
hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin
terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan
keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan.
Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman
dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).
2.2.2. Komponen Kualitas Hidup
University of Toronto (2004) menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi
dalam 3 bagian yaitu kesehatan, kepemilikan (hubungan individu dengan
1. Kesehatan
Kesehatan dalam kualitas hidup dapat dibagi menjadi 3 bagain yaitu secara fisik,
psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal
higiene, nutrisi, olah raga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum. Secara
psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran,
perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari
nilai-nilai pribadi, standar-standar pribadi dan kepercayaan spritual.
2. Kepemilikan
Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan) dalam kualitas hidup di
bagi menjadi 2 bagian yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik terdiri dari rumah,
tempat kerja/sekolah, tetangga/lingkungan dan masyarakat. Secara sosial dekat
dengan orang lain, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.
3. Harapan
Merupakan keingian dan harapan yang akan dicapai sebagai perwujudan dari
individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan aspirasi individu) sehingga
individu tersebut merasa berharga atau dihargai di dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat sekitarnya melalui suatu tindakan nyata yang bermanfaat dari
hasil karyanya.
2.2.3. Domain Kualitas Hidup
World Health Organization Quality of Life – BREF (1998 dalam
Wulandari, 2004) membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik,
1. Domain I – fisik
WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
Menilai pengalaman sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami
oleh pasien dan sampai sejauh mana sensasi tersebut mengganggu dan
mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.
b. Tenaga dan lelah
Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.
Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk
merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal
seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat.
c. Tidur dan istirahat
Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur
termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari
dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari.
2. Domain II – Psikologis
WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:
a. Perasaan positif
Menilai seberapa besar pengalaman perasaaan positif yang memberikan
perasaan kebahagiaan, penuh harapan, kedamaian, kenikmatan terhadap hal-hal
yang menyenangkan dalam hidup serta pandangan tentang masa depannya.
Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pikiran,
pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat
keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu mengambil
gagasan.
c. Harga diri
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.
Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang negatif
tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu
dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan
diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri.
d. Gambaran diri dan penampilan
Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif.Fokus pada kepuasan individu
dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini
termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa
dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan
dan sebagainya.
e. Perasaan negatif
Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan,
kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Hal ini termasuk
pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada
3. Domain III – Hubungan sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Hubungan perorangan
Menilai seberapa jauh hubungan pertemanan, cinta dan dukungan yang
diharapkan dan diperoleh dalam menjalin hubungan intim baik secara emosional
maupun fisik.
b. Dukungan sosial
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada
seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,
faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit.
c. Aktivitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan
dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang
tepat.
4. Domain IV – Lingkungan
WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
a. Keamanan fisik dan keamanan
Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.
Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang
lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan bebas
individu.
Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal
(tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat
dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal.
c. Sumber penghasilan
Menilai pandangan pasien tentang sumber keuangan yang diperolehnya
apakah dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya agar gaya hidup yang
nyaman baginya dapat terpenuhi.
d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas
Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian
sosial di dekat sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan bantuan.
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan
Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk
mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada
apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang
dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri.
f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan
untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.
g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini
mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini
dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.
Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Penelitian
Skema 3.1. Kerangka penelitian gambaran kualitas hidup pasien stroke di RSU Gunungsitoli.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Berhubungan
1. Baik
2. Buruk Kualitas Hidup
3.2. Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara objektif, dalam hal ini adalah untuk menggambarkan
kualitas hidup pasien pasca stroke.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien pasca stroke yang
melakukan rawat jalan di RSUD Gunungsitoli pada Januari sampai September
2014 berjumlah 127 orang.
4.2.2 Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara convenience sampling
yaitu penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal memudahkan
peneliti (Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria inklusi yang digunakan terdiri dari
: pasien stroke yang rawat jalan baik laki-laki maupun perempuan, dapat
berbicara dengan baik, usia 40 tahun ke atas, bersedia mengisi kuesioner yang
dinyatakan secara tertulis dengan menandatangani surat perjanjian peserta
penelitian. Sedangkan kriteria ekslusinya terdiri dari : tidak dapat berbicara
sampel pada penelitian ini digunakan nomogram Harry King (Sugiyono, 2010 :
89) dengan kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan
5%. Menurut nomogram Harry King persentase populasi yang diambil sebagai
sampel 65% (0,65×127) = 82,55 dibulatkan menjadi 83 orang sampel.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli pada 4
Februari 2015 sampai 27 Februari 2015 dengan pertimbangan antara lain, RSUD
Gunungsitoli merupakan rumah sakit umum yang menerima pasien dari berbagai
tempat di kepulauan Nias dan jumlah pasien yang dirawat cukup banyak sehingga
memudahkan dalam pengambilan sampel.
4.4. Uji Validitas
Dalam penelitian ini uji Validitas tidak lagi dilakukan oleh peneliti karena
insrumen mengukur kualitas hidup diadopsi dari model instrumen World Health
Organization Quality Of Life-BREF (1997) yang telah diterjemahkan dan diuji
validitasnya oleh Wulandari (2004). Hasil uji konsistensi internal menunjukkan
nilai cronbach alpha yang tertinggi adalah 0,7808 dan terendah adalah 0,6138.
4.5. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui
konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
dalam ruang lingkup yang sama. Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan
alpha dengan nilai harus 0,7-0,95 agar dianggap reliabel sehingga kuesioner ini
layak digunakan (Arikunto, 2006). Uji reabilitas penelitian ini dilakukan pada
tanggal 26 Januari 2015 hingga tanggal 3 Februari 2015 di RSUD Gunungsitoli
pada 30 responden. Responden uji reabilitas tidak diikutsertakan sebagai
responden sampel penelitian. Pada uji reabilitas penelitian ini diperoleh nilai
cronbach’s alpha yaitu 0,847 lebih besar dari nilai tabel r yaitu 0,361 sehingga
kuesioner dinyatakan reliable (Hastono, 2007).
4.6. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat surat pengantar dari
Fakultas Keperawatan USU. Kemudian mengajukan surat permohonan kepada
kepala rumah sakit untuk mengadakan penelitian. setelah mendapatkan izin untuk
melakukan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan
pertimbangan etik, yaitu : Informed consent atau lembar persetujuan, anonimity,
dan confidentialty. Inform consent atau lembar persetujuan diserahkan kepada
subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang
dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian.
Jika bersedia dijadikan responden, maka mereka diminta untuk menandatangani
lembar persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden,
maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak – haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya
pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada
masing-masing lembar tersebut. Sedangkan Confidentialty atau kerahasiaan
saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian (notoadmodjo,
2010).
4.7. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuesioner, pada bagian instrumen penelitian berisi data demografi pasien yang
meliputi: umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, status perkawinan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, lamanya menderita stroke dan penghasilan.
Insrumen kedua berisi kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan
mengadopsi model instrumen World Health Organization Quality of Life-BREF
(WHOQOL-BREF, 1997). Kuesioner ini merupakan rangkuman dari World
Health Organization Quality of Life (WHOQOL) -100 yang terdiri dari 26
pertanyaan. WHOQOL-BREF terdiri dari dua bagian yang berasal dari kualitas
hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, dan satu bagian yang
terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari WHOQOL-100. Instrumen ini dibagi
menjadi empat domain yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan
sosial, dan domain lingkungan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala
Likert yang terdiri dari lima kategori respon dari sangat setuju, setuju, tidak
pasti/tidak memutuskan, tidak setuju, sangat tidak setuju dengan jawaban setiap
pertanyaan yaitu 1 sampai dengan 5. Dengan nilai 1 sebagai nilai terendah dan
nilai 5 untuk nilai tertinggi setiap pertanyaan kuesioner.
Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh
dan kesehatan secara umum. Domain 1 – Fisik ada pada pertanyaan nomor 3, 4,
11, 19, dan 26. Domain 3 – Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21,
dan 22. Domain 4 – Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Insrumen ini juga terdiri dari tiga pertanyaan negatif yaitu nomor 3, 4,
dan 26. Nilai dari keempat domain menunjukkan persepsi individu pada kualitas
hidup di masing-masing domain. Nilai dari domain diskala dalam arah yang
positif (Semakin tinggi nilai berarti kualitas hidupnya semakin baik).
Berdasarkan total skor yang didapat maka kualitas hidup dapat
dikategorikan menjadi dua kelas dengan rumus statistika menurut Sudjana (1992)
yaitu merupakan panjang kelas (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 200
dan dua kategori kelas untuk kualitas hidup yaitu kualitas hidup baik dan kualitas
hidup buruk maka didapatlah panjang kelas sepanjang 200. Dengan menggunakan
p=200 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, dan
kualitas hidup pasien paska stroke dapat dikategorikan menjadi dua interval
kualitas hidup yaitu skor 0-200 dikategorikan kualitas hidup buruk sedangkan
skor 201-400 dikategorikan sebagai kualitas hidup baik.
Tabel 4.1. Tabel rumus penghitungan skor WHOQOL-BREF
Domain Rumus Raw score Transformed
score 0-100
Domain fisik (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18
Domain psikologis Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)
Domain hubungan sosial
Q20 + Q21 + Q22
Tabel 4.2.Tabel konversi skor WHOQOL-BREF
Domain Fisik Domain Psikologis Domain Hubungan
4.8. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data primer, dimana
data di dapat dari hasil pengukuran oleh peneliti. Adapun tahap-tahap
pengumpulan data dimulai dari meminta surat izin dari Institusi Pendidikan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian,
kemudian dikirimkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli, setelah
mendapat izin dari pihak rumah sakit, kemudian peneliti melakukan pengumpulan
data.
Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu menjelaskan kepada pasien
dan keluarga tentang tujuan dan manfaat penelitian. Jika pasien dan keluarga
setuju, diminta menandatangani inform consent yang disediakan peneliti
kemudian menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner yang
diberikan peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak
dimengerti. Setelah kuesioner diisi, kuesioner tersebut dikumpulkan kembali dan
diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner
tersebut dilengkapi pada saat itu juga.
4.7. Analisa Data
Melakukan analisa terhadap suatu penelitian digunakan statistik terapan
yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Analisa data dalam
penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing untuk memeriksa
kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah
melakukan tabulasi data. Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi
untuk analisis data deskriptif yaitu analisis distribusi frekuensi. Data yang telah
diolah selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
presentase untuk mendeskripsikan data demografi dan kualitas hidup pasien
BAB 5
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada
tanggal 4 Februari sampai 27 Februari 2015 di RSUD Gunungsitoli. Penyajian
hasil analisa dalam penelitian ini meliputi data demografi dan gambaran kualitas
hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli.
5.1.1. Data Demografi
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 71 orang. Karateristik
responden yang dipaparkan mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lamanya menderita stroke. Tabel
5.1 menunjukkan rentang usia pasien stroke terbanyak adalah pada rentang umur
46-55 tahun yaitu berjumlah 36 orang (50,5%). Jenis kelamin yang terbanyak
adalah laki-laki yaitu berjumlah 46 orang (64,8%). Tingkat pendidikan responden
yang terbanyak adalah tamatan SMA yaitu berjumlah 29 orang (40,8%),
sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan, yang terbanyak adalah wiraswasta dengan
jumlah 32 orang (45,1%), dan lama menderita stroke terbanyak adalah 1-4 tahun
5.1. Distribusi frekuensi data demografi responden pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli pada Februari 2015 (n = 71 orang)
5.1.2. Kualitas Hidup
Hasil pengumpulan data pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kualitas hidup pasien stroke adalah domain fisik (mean=45,27), domain
psikologis (mean=49,87), domain hubungan sosial (mean=48,15), dan domain
lingkungan (mean=50,01). Hasil penelitian pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa
jumlah responden dengan kualitas hidup baik yaitu 15 orang (21,1%) dan jumlah
responden dengan kualitas hidup buruk yaitu 56 orang (78,9%).
5.2. Distribusi frekuensi domain kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli 4 Februari sampai 27 Februari 2015
Kualitas hidup pasien stroke Mean score Standard deviasi Domain fisik
5.3. Distribusi frekuensi kualitas hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli 4 Februari sampai 27 Februari 2015
Kualitas hidup Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik
5.2.1. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke
Pengkajian kualitas hidup pada pasien stroke sangat penting bagi
tenaga kesehatan untuk mengetahui dampak stroke pada kualitas hidup. Sekaligus
menjadi bahan rujukan untuk membuat strategi implementasi yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hasil penelitan pada
hidup yang buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lima,
Santos, Sawada, Lima (2014) yang menyatakan pada umumnya setiap individu
yang menderita stroke memiliki persepsi kualitas hidup yang buruk. Pasien stroke
menurut Kariasa (2009) memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti bergerak dan berjalan. Selain itu, pasien stroke merasakan penderitaan
psikologis seperti merasa tidak berguna, tidak diperhatikan dan tidak dihargai.
Berbagai hal tersebut menyebabkan pasien merasa malu dan marah atas kondisi
yang dialaminya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Abubakar dan Isezuo
(2012) yang menyatakan bahwa disabilitas/kecacatan dan depresi sangat
berpengaruh pada kualitas hidup penderita stroke. Depresi yang dialami oleh
penderita stroke dapat menyebabkan penurunan proses rehabilitasi pada penderita
stroke. Lima, et al., (2014) menyatakan bahwa domain yang paling berdampak
pada penderita stroke adalah domain fisik, diikuti oleh psikologis, lingkungan dan
hubungan sosial. Sedangkan menurut Arwani, Shobirun, Wibowo (2011) kualitas
hidup penderita stroke sebagian besar mengalami gangguan pada aspek energi,
peran, mobilitas, kepribadian, peran sosial dan fungsi anggota gerak atas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan mean score
domain fisik merupakan domain dengan nilai yang paling rendah dari domain
kualitas hidup pasien paska stroke. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kwok,
Lo, Wong, Wai-Kwong, Mok, Kai-Sing (2006) yang menyatakan bahwa domain
fisik adalah domain yang paling terganggu pada penderita stroke.
Kroeders, Bernhardt, Cumming (2012) menyatakan bahwa para
penderita stroke pada fase awal menghabiskan lebih dari 75% waktu mereka
stroke terancam kehilangan waktu produktifnya. Selain itu intoleransi aktvitas
dapat menyebabkan komplikasi sekunder pada penderita stroke seperti
osteoporosis.
Stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) merupakan penyakit motorik
neuron atas dan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap
gerakan motorik. Disfungsi motorik yang umum pada penderita stroke adalah
hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Selain fungsi motorik, fungsi
otak lain yang dapat dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Afasia adalah manifestasi stroke yang paling umum akibat gangguan fungsi
komunikasi pada otak. Selain itu, stroke juga dapat menyebabkan penderitanya
mengalami gangguan persepsi atau ketidakmampuan untuk menginterpretasikan
sensasi, baik itu visual ataupun sensori. Sehingga penderita stroke dapat
mengalami gangguan lapang pandang dan juga kehilangan sensori seperti rasa
kebas, kesemutan pada bagian tubuh.
Domain psikologis merupakan domain tertinggi kedua dalam
gambaran kualitas hidup pasien stroke. Kroeders, et al., (2012) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa gangguan fisik yang dialami oleh pasien stroke dapat
berpengaruh pada psikologi penderitanya. Ketidakmampuan penderita stroke
untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebelum sakit menyebabkan mereka
depresi dan mengalami gangguan mood.
Kariasa (2009) dalam penelitiannya menemukan beragam respon
psikologis dari para penderita stroke diantaranya malu, marah dan sedih. Kondisi
psikologis yang juga umum dialami oleh penderita stroke dapat berupa labilitas
terebentuk akibat akumulasi rasa sejahtera yang tidak tercapai dan kondisi yang
tidak lagi utuh, seperti ketidakmampuan mereka untuk dapat beraktivitas
sebagaimana mestinya sebelum sakit.
Kelemahan yang dialami oleh penderita stroke juga merupakan salah
satu masalah psikolgis sebagai bentuk dari kehilangan aspek diri yang nyata.
Respon kehilangan yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan perasaan
berduka dan kehilangan yang berkepanjangan. Akibat lanjutya akan beresiko
menimbulkan berduka disfungsional. Hal ini perlu mendapat perhatian dalam
memberikan asuhan keperawatan (Herawati, 2014).
Domain hubungan sosial merupakan domain terendah kedua pada
gambaran kualitas hidup pasien stroke. Kwok, et al., (2006) menyatakan bahwa
hubungan sosial juga merupakan aspek yang tergolong rendah dalam kualitas
hidup pasien stroke. Pasien stroke dalam penelitiannya mengalami pengalaman
hubungan pribadi yang kurang menyenangkan dengan keluarga atau
teman-temannya. Handayani dan Dewi (2009) menyatakan bahwa pasien paska stroke
berkurang aktivitas sosialnya, bahkan jarang keluar rumah untuk mengikuti
kegiatan sosial kemasyarakatan. Herawati (2014) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa penderita stroke merasa malu dengan perubahan kondisi
fisiknya, sehingga membuatnya enggan untuk keluar rumah. Juga keterbatasan
dalam mobilisasi membuat penderita merasa untuk bergerak memerlukan usaha
yang sangat besar. Hal ini membuat pasien stroke menarik diri dari kehidupan
sosial. Oleh karena itu, keluarga sebagai salah satu faktor lingkungan mempunyai
peranan penting dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang
Domain lingkungan merupakan domain dengan nilai yang tertinggi
dari ketiga domain yang lain. Lima, et al., (2014) menyatakan bahwa domain
lingkungan berhubungan dengan kebebasan, keamanan fisik, akses ke lingkungan
sosial, akses layanan kesehatan dan transportasi. Domain lingkungan akan rendah
nilainya jika penderita stroke tidak memiliki orang lain yang dapat memberikan
perawatan kepadanya. Ini terkait dengan masalah keamanan lingkungan yang
berdampak pada semua orang.
Penderita stroke yang kembali pulang dari rumah sakit akan
menyesuaikan diri dengan gangguan fisik yang mereka alami terhadap lingkungan
dimana mereka berada. Mereka membutuhkan fasilitas atau peralatan yang dapat
menyokong mereka beradaptasi dengan lingkungannya terlepas dari keterbatasan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran kualitas hidup pasien paska
stroke di RSUD Gunungsitoli. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gambaran kualitas
hidup pasien paska stroke di RSUD Gunungsitoli adalah buruk dengan nilai
rata-rata domain dari terendah ke yang tertinggi yaitu domain fisik, domain hubungan
sosial, domain psikologis dan domain lingkungan.
2. Saran
2.1. Bagi praktek keperawatan
Perawat diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit
stroke kepada pasien dan keluarganya termasuk perawatannya serta hal-hal yang
dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Sehingga pelayanan kesehatan kepada
pasien dapat terlaksana dengan baik dan mencegah penurunan kualitas hidup pada
pasien paska stroke.
2.2. Bagi pendidikan keperawatan
Pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien paska stroke
2.3. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini memberi gambaran tentang kualitas hidup pasien paska
stroke di RSUD Gunungsitoli. Oleh sebab itu, diharapkan ada penelitian
selanjutnya tentang gambaran kualitas hidup pasien paska stroke dengan metode
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, S.A., Isezuo, S.A. (2012). Health Related Quality of Life of Stroke Survivors: Experience of a Stroke Unit. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3615283/. International Journal of Biomedical Science. Diperoleh tanggal 7 Agustus 2015
Arwani., Shobirun., Wibowo. (2011). Kualitas Hidup Penderita Stroke Fase Rehabilitasi di Kota Semarang. Proseding Seminar Nasional Keperawatan PPNI Jawa Tengah. http://jurnal.unimus.ac.id diperoleh tanggal 5 Juni 2015
Ahlsio, B; Britton, M; Murray, V dan Teorell, T. (2008). Disablement And Quality Of Life After Stroke. Stroke. http://stroke.ahajournals.org diperoleh tanggal 19 November 2014
Batticaca, F.B. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Bays, T dan Cathy, L. (2001). Quality Of Life Of Stroke Survivors. Quality of Life Research. http://allbusiness.com, diperoleh tanggal 19 November 2014
Carod-Artal, Francisco Javier dan Egido, Jose Antonio. (2009). Quality of Live after Stroke: The Importance of a Good Recovery. Acta Clin Croat. http://search.proquest.com/docview/221235092/fulltextPDF/62862EF8 A2A04E95PQ/22?accountid=50257 diperoleh tanggal 25 September 2014
Donald, A. (2001). What is Quality of Life?. What is..? series. Dibuka pada website http://www.evidence-based-medicine.co.uk. Pada tanggal 20 Oktober 2014
Ginsberg, Lionel. (2005). Lecture Notes Neurologi, Ed 8. West Sussex : Wiley Blackwell
Goetz, Christopher G. Cerebrovascular Diseases. (2007). Textbook of Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders
Haley, W.E; Roth, D.L;Kissela, B; Perkins, M; Howard, G. (2010). Quality of Life After Stroke: A Prospective Longitudinal Study. NIH Public Access. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21136298 diperoleh tanggal 11 Oktober 2014
Harsono. (2005). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hastono, Susanto P. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: UI Press
Herawati, Novi. (2014). Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh Pada Klien Kelemahan Pasca Stroke di RS Dr. M Djamil Kota Padang.
http://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2014/09/5.-STUDI- FENOMENOLOGI-PENGALAMAN-PERUBAHAN-CITRA-TUBUH-PADA-KLIEN-KELEMAHAN-PASCA-STROKE.pdf. Jurnal Keperawatan Jiwa. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015
Kariasa, I Made. (2009). Persepsi Pasien Paska Serangan Stroke Terhadap Kualitas Hidupnya Dalam Perspektif Asuhan Keperawatan.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282748-T%20I%20Made%20Kariasa%20.pdf. Tesis. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.depkes.go.id/download.php?file=download diperoleh tanggal 11 Oktober 2014
Kroeders, Rosalie., Bernhardt, Julie., Cumming, Toby. (2012). Physical Inactivity,
Depression And Anxiety In Acute
Stroke.http://content.ebscohost.com/ContentServer.asp?T=P&P=AN& K=2012169374&S=R&D=rzh&EbscoContent=dGJyMNLr40SeprA4y OvsOLCmr02eprNSr6%2B4S6%2BWxWXS&ContentCustomer=dGJy MOzprkixrrVOuePfgeyx44Dt6fIA. International Journal Of Therapy And Rehablitation. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015
Kwok, Timothy., Lo, Raymond S., Wong, Eric., Wai-Kwong, Tang.,Mok, Vincent., Kai-Sing, Wong. (2006). Quality Of Life Of Stroke Survivors: A 1-year Follow-up Study. http://www.archives-pmr.org/article/S0003-9993(06)00467-9/pdf. Arch Phys Med Rehabil. Diperoleh tanggal 6 Juni 2015
Lima, Mary Licia de., Santos, Jair Licio Ferreira., Sawada, Namie Okino., Lima, Livia Aparecida Perreira de. (2014). Quality Of Life of Individuals With Stroke and Their Caregivers in A City of Triangulo Mineiro.
http://www.scielo.br/pdf/rbepid/v17n2/1415-790X-rbepid-17-02-00453.pdf. Rev Bras Epidemiol. Diperoleh tanggal 4 Juni 2015
Magdalena, Maureen M. (2013). Menelusuri Sejarah Pijat Refleksi. http://www.deherba.com/menelusuri-sejarah-pijat-refleksi.html
diperoleh tangal 19 November 2014
Mann, J dan Walker, Marion F.(2011). ABC of Stroke. West Sussex : Wiley-blackwell Publising.
Marcel, P; Port, I.V; Maas, C; Forstberg, G; Lindemen, E. (2008). Psychological Symptoms and Personality Characteristics Affect Quality Of Life After Stroke, http://www.americanhearth.org, diperoleh tanggal 19 November 2014.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke. (2003). Know Stroke. Know The Sign. Act In Time. Bull. NINDS.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ovina, Yulia. (2013). Hubungan Pola Makan, Olahraga, dan Merokok Terhadap Prevalensi Penyakit Stroke Non Hemoragik. http://online-journal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1249 diperoleh tanggal 24 September 2014
Prlić, Nada; Kadojić, Dragutin; Kadojić, Mira. (2012). Quality Of Life In Post
Stroke Patients: Self Evaluation of Physical And Mental Health During Six Months. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23540168 diperoleh tanggal 11 Oktober 2014
Redaksi AgroMedia, (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rini Suharni, Indarwati. (2010). Tingkat Pengetahuan Keluarga dan Kesiapan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke Di Desa Kebakkramat Karanganyar. http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/17/14. GASTER. Diperoleh tanggal 3 Juni 2015
Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Universitas Toronto. (2004). QOL Concept. Dibuka pada website http://www.utoronto.ca/qolconcept. Pada tanggal 11 Oktober 2014
World Health Organization. (1998). WHOQOL User Manual Programme On
Mental Health.
http://www.who.int/entity/mental_health/publications/whoqolbref_user _agreement.pdf?ua=1 diperoleh tanggal 9 Januari 2015
World Health Organization. (2009). The WHO STEPwise approach to stroke surveillance. http://www.who.int/chp/steps/stroke/en/ diperoleh tanggal 11 Oktober 2014
Worldstrokecampaign.org. (2015). Facts And Firuges. Diambil dari http://www.worldstrokecampaign.org/learn/facts-and-figures.html
Wulandari, W.D. (2004). Penentuan Validitas WHOQOL-100 Dalam Menilai Kualitas Hidup Pasien Rawat Jalan di RSCM (versi Indonesia). Tesis. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. http://eprints.lib.ui.ac.id/2827/1/111895-Penentuan%20validitas-Full%20text%20(T%2021043).pdf diperoleh tanggal 10 Januari 2015
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Gambaran Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke di RSUD Gunungsitoli
Oleh
Karyaman Enonima Lombu
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kualias hidup pasien paska stroke
di RSUD Gunungsitoli.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur apa adanya. Partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian
atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua informasi
yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk
keperluan penelitan. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini,
silahkan Bapak/Ibu menandatanangi formulir ini.
Gunungsitoli, Januari 2015
Peneliti Responden
Tanggal : Kode :
1. Data Demografi
Petunjuk pengisian :
Di bawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden
penelitian. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu yang
sebenarnya, dengan memberi tanda check list ( √ ) pada kotak yang telah disediakan.
1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Umur : tahun
3. Agama : Islam Kristen
Katolik Buddha
4. Suku Bangsa : Nias Batak Lainnya
5. Pendidikan : SD SMP SMA
Akademi S1 Lainnya
6. Pekerjaan : PNS TNI/POLRI Wiraswasta
Petani/Buruh Karyawan Swasta
Lainnya
7. Penghasilan : < Rp. 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.000.000,-
> Rp. 2.000.000,-
2. Kuesioner Kualitas Hidup
PETUNJUK
Kuesioner ini menanyakan bagaimana perasaan anda tentang kualitas hidup,
kesehatan dan masalah lain dalam kehidupan anda. Mohon dijawab semua
pertanyaan. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai.
Mohon diingat tentang stadar, harapan, kesenangan dan kekhawatiran anda. Kami
menanyakan apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu
terahir ini.
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda mengalami hal-hal berikut
ini dalam empat minggu terakhir.
8 Seberapa aman yang anda
sehari-hari anda?
Pertayaan berikut ini menanyakan tentang bagaimana secara keseluruhan
pengalaman atau kemampuan anda untuk melakukan hal tertentu selama empat
minggu terakhir.
Tidak sama
sekali Sedikit Sedang Seringkali
sehari-hari?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
Reabilitas
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
57 4 5,6 5,6 62,0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
domainfisik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Statistics
klasifikasi kualitas hidup
N Valid 71
Missing 0
Mean 1,79
Median 2,00
Mode 2
Std. Deviation ,411
Minimum 1
Maximum 2
Sum 127
Percentiles 25 2,00
50 2,00
75 2,00
klasifikasi kualitas hidup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 15 21,1 21,1 21,1
2 56 78,9 78,9 100,0