PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
DI KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh :
Azizah Octoerina Hsb 4101111008
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika di Kelas VII SMP Negeri 17
Medan Tahun Ajaran 2014/2015”, disusun untuk melengkapi syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran yang membangun kepada penulis sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Bapak Dr. Syafari, M.Pd, Bapak Mulyono, S.si, M.Si, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang membangun mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Syafari, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran perkuliahan. Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua jurusan, sekertaris jurusan, dan ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pelan Tarigan selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 17 Medan, Ibu Maryunah, S.Pd selaku PKS SMP Negeri 17 Medan yang telah banyak membantu selapa penelitian berlangsung, Ibu Elpi Dahniar, S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMP Negeri 17 Medan, guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMP Negeri 17 Medan yang namanya tidak memungkinkan penulis untuk menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.
v
Bastian, Abdurrohman Lubis, Damayanti Kusuma Wardani, S.Pd, Afifah Zahra Oktaviani, S.Pd, Syahmidun, S.Pd, Betty Rumondang, S.Pd, Fathul Jannah, S.Pd yang selama ini menjadi sahabat yang luar biasa bagi penulis serta rekan–rekan seperjuangan kelas DIK A Matematika 2010 yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dan terima kasih juga buat teman spesial Chairul Riva’i, S.Pd yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis dan untuk semua sahabat-sahabat yang tidak bisa penulis cantumkan namanya satu persatu namun senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Januari 2015 Penulis,
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
DI KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
Azizah Octoerina Hsb (NIM : 4101111008)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana Strategi penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write yang dapat meningkatkan komunikai matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan, (2) Mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran Think-Talk-Write untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan, (3) mengetahui bagaimana peningkatan komunikasi matematika siswa siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan setelah diterapkannya model pembelajaran Think-Talk-Write pada materi bilangan bulat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika melalui penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write pada materi bilangan bulat di kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015.
Pada pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika I diperoleh 17 siswa (53,125%) dari 32 siswa telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya 2,66). Setelah tindakan II, melalui pemberian tes komunikasi matematika II diperoleh 28 siswa (87,50%) dari 32 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya 2,66). Terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 34,37%. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini sudah memenuhi.
Pada pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika siswa untuk setiap indikator pada siklus I : Pada aspek menulis/menjelaskan skor rata-rata siswa 2,625 (kategori sedang), pada aspek menggambar skor rata-rata siswa 2,95 (kategori sedang). Pada aspek representasi skor rata-rata siswa 2,29 (kategori sangat rendah). Dan pada siklus II terjadi peningkatan seperti berikut : Pada aspek menulis/menjelaskan, skor rata-rata 2,9 (kategori sedang), Pada aspek menggambar skor rata-rata siswa 2,9 (kategori sedang), Pada aspek representasi skor rata-rata siswa 2,5(kategori randah).
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 7
1.2.Identifikasi Masalah 8
1.3.Batasan Masalah 8
1.4.Rumusan Masalah 8
1.5.Tujuan Penelitian 9
1.6.Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1.Kerangka Teoritis 10
2.1.1.Komunikasi Matematika 10
2.1.1.1Pengertian Komunikasi 10
2.1.1.2Komunikasi matematika 11
2.1.2.Belajar 17
2.1.3.Hasil Belajar 19
2.1.4.Aktivitas Belajar 20
2.1.5.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write 22
2.1.5.1Pembelajaran Kooperatif 23
2.1.5.2Model Pembelajaran Think-Talk-Write 24
2.1.5.3Hubungan Komunikasi Matematika dengan Model
vii
2.1.6.Materi Pembelajaran 27
2.1.6.1Bilangan Bulat 27
2.1.6.2Operasi Hitunga Pada Bilangan Bulat 29
2.1.6.3Invers Jumlah atau Lawan Suatu Bilangan 30
2.1.6.4Sifat-sifat Penjumlahan Bilangan Bulat 31
2.1.6.5Pengurangan Bilangan Bulat dan Sifatnya 32
2.2.Kerangka Konseptual 34
2.3.Hipotesis Tindakan 35
BAB III METODE PENELITIAN 36
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 36
3.2.Subjek dan Objek Penelitian 36
3.2.1 Subjek Penelitian 36
3.2.2 Objek Penelitian 36
3.3.Jenis Penelitian 36
3.4.Defenisi Operasional 36
3.5.Prosedur Penelitian 37
3.5.1.Siklus I 38
3.5.1.1. Permasalahan I 38
3.5.1.2. Perencanaan Tindakan I 38
3.5.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 39
3.5.1.4. Observasi 39
3.5.1.5. Analisi Data I 40
3.5.1.6. Refleksi I 40
3.5.2 Siklus II 40
3.6.Instrumen dan Alat Pengumpulan Data 42
3.6.1.Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 43
3.6.2.Observasi 43
3.7.Teknik Analisis Data 44
3.7.1.Reduksi Data 44
viii
3.7.3.Penarik Kesimpulan 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48
4.1.Hasil Penelitian 48
4.1.1.Siklus I 48
4.1.2.Siklus II 67
4.2.Temuan Penelitian 78
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian 80
4.4.Penelitian Yang Relevan 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 83
5.1.Kesimpulan 83
5.2.Saran 84
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator Komunikasi Matematika Siswa 13
Tabel 2.2. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematika Siswa 16
Tabel 2.3. Hubungan Model Pembelajaran Think-Talk-Write dengan
kemampuan komunikasi matematika siswa 28
Tabel 3.1. Siklus penelitian dengan model Think-Talk-Write 41
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 43
Tabel 3.3. Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap 45
Tabel 3.4. Kriteria Kemampuan Komunikasi Matematika 45
Tabel 3.5. Kriteria Penilaian Observasi 47
Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 49
Tabel 4.2. Data Kesalahan Siswa 50
Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I 60
Tabel 4.4. Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I 62
Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Kemampuan
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
gambar 1.1 Letak Kesalahan Siswa Soal No. 1 5
Gambar 1.2 Letak Kesalahan Siswa Soal No.2 5
Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Think-Talk-Write 25
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas 41
Gambar 4.1 Diagram Tindakan Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Pada Tes Awal 49
Gambar 4.2 Diagram Tindakan Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 61
Gambar 4.3 Diagram Tindakan Kemampuan Komunikasi Matematika
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 88
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Awal 113
Lampiran 4 Kisi-kis Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 114
Lampiran 5 Kisi-kis Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 115
Lampiran 6 Lembar Validasi Tes Awal 116
Lampiran 7 Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I 119
Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika II 125
Lampiran 9 Tes Awal 131
Lampiran 10 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 132
Lampiran 11 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 133
Lampiran 12 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I 134
Lampiran 13 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II 141
Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 148
Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Kemampuan Komunikasi
Matematika I 150
Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Kemampuan Komunikasi
Matematika II 154
Lampiran 17 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran 157
Lampiran 18 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I 158
Lampiran 19 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 160
Lampiran 20 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II 162
Lampiran 21 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 164
Lampiran 22 Analisis Hasil Evaluasi Tes Awal 166
Lampiran 23 Analisis Hasil Evaluasi Tes Kemampuan Kemampuan
Komunikasi Matematika I 167
Lampiran 24 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa 168
Lampiran 25 Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Tiap Indikator Pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II 169
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan besar dalam
perkembangan teknologi modern dan terus berkembang dari zaman ke zaman.
Peranan yang sangat besar itu telah hampir dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan
manusia yang kerap sekali terkait dengan matematika. Seiring dengan
perkembangan IPTEK yang bergerak secara dinamis, tentu mengakibatkan
perlunya suatu tuntutan kepada matematika untuk mengikuti gerak dinamis
tersebut. Hal ini dikarenakan ilmu matematika adalah salah satu imu mendasar
yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan sangat diperlukan
perkembangan teknologi pada saat ini.
Di dalam penerapannya, seringkali matematika yang diajarkan kepada
siswa dilakukan dengan pemberitahuan, tidak dengan cara eksplorasi matematika
Rusffendi (dalam Ansari,2009:2). Oleh karena itu kondisi pembelajaran didalam
kelas membuat siswa menjadi pasif. Salah satu cara yang sering dipakai seorang
guru dalam menyampaikan pembelajaran adalah metode ekspositori, dimana
proses pembelajaran berlangsung satu arah yaitu penyampaian informasi dari guru
ke siswa. Metode inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dalam proses
belajar, karena siswa belajar dengan cara monoton. Brooks & Brooks (dalam
Ansari,2009:2) menamapkan pembelajaran seperti pola ini sebagai konvensional,
karena suasana kelas masih didominasi guru dan menitik beratkan pembelajaran
pada keterampilan tingkat rendah.
Pembelajaran konvensional ini menekankan pada latihan mengerjakan soal
dengan mengulang prosedur serta lebih banyak menggunakan rumus atau
algoritma tetentu. Paling tidak ada dua akibat dalam pembelajaran ini, pertama,
2
sehingga kurang mengundang sikap kritis. Kedua, jika siswa diberi soal yang
berbeda dengan latihan soal, mereka kebingungan karena tidak tahu mulai dari
mana mereka bekerja.
Kurangnya siswa memahami konsep dan penguasaan materi, strategi
belajar yang kurang tepat dan kurangnya kemampuan komunikasi matematika
merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kenyataannya
menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang mau bertanya kepada teman
maupun guru untuk mengatasi kesulitannya.
Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya
matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga
dapat meningktkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya.
Keinginan dan semangat yang meningkat ini akan menjadi komunikasi
matematika dari siwa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran
matematika.
Akan tetapi kenyataan yang ditemukan dilapangan adalah bahwa masih
sering terjadi kritikan dan sorotan tentang rendahnya mutu pendidikan oleh
masyarakat yang ditunjuk pada lembaga pendidikan, maupun para pengajar
pendididkan terutama pada guru matematika. Seperti yang diungkapkan oleh
Crockfot (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) bahwa :
matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalau digunakan dalm segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran dan keruangan; (6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah.
Perkembangan IPTEK saat ini telah memudahkan kita untuk
berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai
belahan dunia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin meningkat, peranan matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang
3
sangat penting. Pola pikiran matematika selalu menjadi andalan dalam
mengembangkan pengetahuan tersebut.
Setiap individu dapat memanfaatkan matematika untuk memperoleh
kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan tertentu, untuk
mengembangkan cara berfikir dan membentuk sikap. Ruseffendi menyatakan bahwa : “matematika penting sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”. Oleh karena itu pendidikan matematika sebagai bagian internal dalam kurikulum sekolah memiliki potensi besar untuk meningkatkan peran
startegis dalam menyiapkan SDM yang handal maupun bertahan secara global.
Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa dalam bidang studi
matematika kurang menggembirakan. Seperti yang dikatakan Fauzy (2013)
lemahnya penguatan matematika pelajar Indonesia disebabkan sejumlah faktor.
Diantaranya karena pengaturan kelas yang monoton dimana murid hanya
menghadap ke papan tulis, dan pembelajaran kelas kurang dinamis. Rutinitas
seperti inilah yang membuat siswa menjadi bosan belajar matematika. Bahkan
materi matematika yang diajarka jauh dari konteks dunia nyata. Sebagai ilmu
pasti, matematika justru memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan manusia,
bukan hanya teori.
Selanjutnya Palling (dalam Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan
bahwa “matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah pemikiran
dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”.
Oleh karena itu, diperlukan penguatan peran matematika dan pendidikan
matematika, yaitu tentang perencanaan kegiatan pembelajarannya. Terutama
kualitas pengajarannya, tiap guru matematika harus diberi pelatihan dan
pengenalan model, metode serta pendekatan pembelajaran yang baik dan benar
4
Dari hasil observasi dan wawancara diperoleh data bahwa sebagian besar
siswa dapat menyelesaikan soal tetapi tidak dapat menjelaskan jawaban yang
mereka berikan. Sebagian besar siswa hanya mampu menyelesaikan soal yang
sudah ada contoh penyelesaiannya, siswa hanya mengikuti langkah-langkah yang
diberikan guru pada contoh soal. Namun ketika sedikit dirubah maka siswa akan
mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut, terutama pada saat ada soal
cerita, mereka akan sulit mengetahui apa yang diketahui dan ditanya pada soal.
Hal ini karena kemampuan komunukasi matematika siswa masih sangat rendah.
Penulis juga telah melakukan wawancara langsung dengan beberapa siswa
untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan hasil belajar siswa
tersebut kurang optimal. Dari hasil wawancara tersebut, penulis mengambil
kesimpulan bahwa cara mengajar guru yang kurang menarik dan cenderung
monoton menyebabkan siswa cenderung merasa bosan. Siswa tersebut
mengatakan bahwa mereka akan lebih semangat jika diadakan diskusi dan siswa
diberi kebebasan untuk saling mengajari selama proses belajar berlangsung.
Hal ini dapat disebabkan oleh, bagaimana kecanggungan para siswa
terhadap guru masih sering ditemui dan hal ini tidak akan terjadi apabila mereka
mendiskusikannya dengan para temannya. Proses komunikasi juga akan berjalan
dengan lancar, kesulitan-kesulitan dan konsep yang kurang dipahami akan lebih
terpecahkan saat para siswa berdiskusi antar sesama temannya.
Hal ini juga terjadi pada siswa SMP dimana peneliti melakukan observasi.
Observasi dilakukan di SMP 17 Medan di Kelas VII-7. Pada saat observasi
peneliti memberika beberapa soal dan dapat dilihat masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Pamuji (Rabu, 26 Maret 2014 jam 09.00 WIB), selaku
guru matematika SMP Negeri 17 Medan,
5
Berdasarkan pada observasi yang dilakukan peneliti pada pembelajaran
matematika di SMP Negeri 17 Medan, pembelajaran yang dilaksanakan selama
ini masih berorientasi pada pola pembelajaran yang didominasi oleh
guru.Keterlibatan siswa selama ini masih belum optimal. Hal ini terlihat pada saat
peneliti memberikan tes awal kepada siswa yang terdiri dari 2 soal. Setelah siswa
mengerjakan soal tersebut, peneliti menemukan beberapa masalah yang dialami
oleh siswa kelas VII-7 dimana pada soal no 1 yang telah dikerjakan siswa, terlihat
bahwa siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal,
siswa hanya mampu menggambar bilangan pada garis bilangan dan tidak dapat
menjelaskan jawaban dengan jelas.
Gambar 1.1 Letak Kesalahan Siswa Pada Soal No 1
Sedangkan pada soal no.2 siswa sama sekali tidak mampu menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya, selain itu siswa juga tidak dapat menggambarkan soal
kedalam garis bilangan dan siswa tidak dapat menjelaskan jawaban dengan jelas.
Gambar 1.2 Letak Kesalahan Siswa Pada Soal No 2
Sehingga dari 32 siswa yang mengikuti tes, hanya 9 siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi matematika sedang, sedangkan siswa lainnya hanya
berada pada kategori rendah dan sangat rendah dan nilai rata-rata kelas yang
diperoleh siswa adalah 2,125%, sebagai gambaran hasil belajar siswa. Sedangkan
pada aspek menggambar, skor rata-rata siswa adalah 2,68 yang termasuk kategori
6
2,06 (kategori rendah) dan pada aspek representasi skor rata-rata siswa hanya 1,87
(kategori sangat rendah). Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam
aspek menulis/menjelaskan dan representasi. Berdasarkan observasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan tertulis komunikasi matematik siswa kelas VII-7
di SMP N 17 Medan masih rendah.
Di dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk mendorong siswa
belajar secara aktif sehingga pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Senada
dengan Slameto (2010:36) mengemukakan bahwa :
Dalam proses belajar mengajar, guru harus banyak menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri,kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.
Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyaknya siswa
yang memiliki kemampuan komunikasi rendah, karena dipengaruhi oleh proses
pembelajaran yang kurang bermakna. Pembelajaran matematika akan bermakna
bagi siswa, jika pembelajaran dilakukan sesuai dengan pengetahuan awal yang
dimiliki siswa. Dari pengetahuan awal tersebut, guru memberikan materi/sumber
belajar yang sesuai dengan kompetensi dasar yang diinginkan, selanjutnya
dikondisikan dengan bimbingan guru agar siswa aktif dalam membangun sendiri
pengetahuannya. Pembelajaran akan bermakna jika guru mengkaitkan
pengetahuan baru dengan pengalaman yang telah dimiliki merupakan salah satu
faktor penting dalam pembelajaran matematika.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa,
diperlukan berbagai terobosan baru dalam pembelajaran matematika. Salah satu
langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing peserta didik adalah
memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang
7
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam
meningkatkan komunikasi matematika adalah model pembelajaran
Think-Talk-Write. model pembelajaran Think-Talk-Write adalah model pembelajaran yang
mampu membantu siswa dalam menemukan dan lebih mudah untuk memahami
materi-materi pelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi
siwa akan lebih terpacu dalam model pembelajaran ini dan juga karena dengan
penggunaan model ini siswa akan lebih terbuka berkomunikasi dengan
teman-temannya.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Huinker dan Laughlin
(dalam Maula, 2014) bahwa :
Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik menulis.
Sesuai dengan hal itu maka Model Pembelajaran Think Talk Write adalah
model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
Matematik siswa dan mampu untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk
memahami konsep-konsep yang telah diberikan oleh para guru bidang studinya,
serta mampu memacu keinginan siswa untuk mengungkkapkan pendapatnya di
dalam kelas. Oleh karena itu diharapkan bahwa model pembelajaran ini akan
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematik dan kemampuan untuk
memahami konsep-konsep yang sulit bersama dengan teman sebaya mereka oleh
para siswa. Berkaitan dengan hal itu maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : ”Penerapan Model Pembelajaran Think –Talk –Write
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika di kelas VII SMP Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2014/2015”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah penelitian ini adalah
8
1. Kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran
matematika masih rendah.
2. Hasil belajar matematika masih rendah.
3. Pembelajaran matematika masih berorientasi pada guru.
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
5. Belum pernah diterapkan model Pembelajaran Think-Talk-Write pada
materi bilangan bulat di Kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah terdapat permasalahn yang luas, maka
peneliti melakukan batasan masalah agar peneliti lebih terarah. Batasan
masalah dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Think-Talk-Write untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa pada materi
lingkaran di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada, peneliti merumuskan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Strategi Penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write yang
dapat meningkatkan komunikai matematika siswa pada materi bilangan bulat
di kelas VII SMP Negeri 17 Medan ?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran
Think-Talk-Write untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa pada
materi bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan ?
3. Bagaimana peningkatan komunikasi matematika siswa siswa kelas VII SMP
Negeri 17 Medan setelah diterapkannya model pembelajaran Think-Talk-Write
9
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Penerapan model pembelajaran
Think-Talk-Write yang dapat meningkatkan komunikai matematika siswa
pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkan
model pembelajaran Think-Talk-Write untuk meningkatkan komunikasi
matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17
Medan.
3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan komunikasi matematika siswa
siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan setelah diterapkannya model
pembelajaran Think-Talk-Write pada materi bilangan bulat.
1.6Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu :
1. Bagi siswa
Siswa dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar
sehingga dapat mengekspresikan ide mereka.
2. Bagi guru
Guru dapat memperoleh suatu variasi model pembelajaran yang lebih
efektif dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi sekolah
Sekolah secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa
serta memperoleh masukan untuk proses pembelajaran berikutnya.
4. Bagi peneliti
Sebagai bahan pegangan pada pembelajaran matematika yang kelak dapat
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi penerapan model pembelajaran think-talk-write adalah :
a. memaksimalkan diskusi kelompok dengan pengawasan yang lebih pada
kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi.
b. Memberikan LAS kepada siswa agar lebih mudah dalam berdiskusi.
c. Memberi reward bagi siswa yang aktif.
2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran think-talk-write
adalah :
a. keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan kearah yang lebih
baik. Sudah banyak siswa yang berani bertanya karena guru memberi nilai
tambah kepada siswa yang aktif.
b. Ketika siswa mengerjakan LAS mengalami perubahan kearah yang lebih
baik.
c. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan kearah yang lebih
baik.siswa berdiskusi aktif dalam kelompoknya karena satu anggota
kelompok yang nilainya bagus membantu temannya dalam mengerjakan
soal.
d. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil
diskusinya mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
e. Dalam menanggapi hasil diskusi kelompok penyaji mengalami perubahan.
Banyak kelompok yang ingin memberi tanggapan.
3. Kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan
menerapkan model pembelajaran think-talk-write meningkat dilihat dari hasil
pada siklus I rata-rata kemampuan komunikasi siswa diperoleh 17 orang siswa
(53,125%) yang mencapai kentuntasan. Selanjutnya, setelah dilakukan
84
mencapai kentuntasan. Ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe
think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa pada materi
bilangan bulat di kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberika
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran
Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa dengan melihat hasil dari tes
kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Kepada siswa SMP Negeri 17 Medan khususnya siswa yang
berkemampuan komunikasi matematik rendah agar lebih banyak berlatih,
membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan
yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk dalam kelompok
jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi tersebut ikut terlibat
sehingga akan memudahkan guru dalam penguasaan kelas. Hal ini
dikarenakan dengan adanya penguasaan kelas yang baik maka diharapkan
pembelajaran dengan Model pembelajaran think-talk-write (TTW) dapat
berlangsung dengan efektif dan dapat meningkatkan kemampuan
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta,Jakarta.
Ambarjaya,Beni S., (2012), psikologi pendidikan dan pengajaran (teori dan praktek), CAPS,Yogyakarta.
Ansari, Bansu I, (2009), Komunikasi Matematik – Konsep dan Aplikasi, Yayasan Pena, Banda Aceh
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Asmin & Mansyur, A.(2012). Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar. Medan: Larispa Indonesia.
Aunurrahman., (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Junaidi,Dadang.,(2010)http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATE MATIKA/196401171992021.DADANG_JUANDI/Proposal_kompetitif_2010 .pdf
Djamarah, S., (2011), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fauzy.(2013).http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/11/15/804091/
pembelajaran-matematika-di-indonesia-masuk-peringk at-rendah (diakses 22 Januari 2014)
Firmansyah.file:///C:/Users/ACER/Documents/Update%20Kerinci%20%20Komu nikasi%20Matematika.htm. (diaskes 19 maret 2014)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan, FMIPA Unimed
Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara : Bandung.
Hamdani, (2010), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit CV Pustaka Setia,
86
Herdian., (2010)
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/.Kemampuan-komunikasi-matematika (diakses 05 Maret 2014).
Isjoni., (2009), Pembelajaran kooperatif (meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peseta didik), Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kunandar. (2007). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kurniawan.,(2007). Mandiri Matematika SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga
Maula.
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/01/model-pembelajaran-think-talk-write-ttw.html. (diakses 22 Januari 2014)
Nuh, Mohammad, (2013), Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran, Peraturan Pemerintah Nomor 81 A Tahun 2013, Jakarta
Nuharini, Wahyuni.,(2008). Matematika Konsep Dan Aplikasi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif & Berkualitas. Kencana : Jakarta.
Sani, R., (2013), Inovasi Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Penerbit Wali Pers, Jakarta.
Sauki, (2014), Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Dikelas VIII SMP Swasta
Eria Tahun Ajaran 2014/2015, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
87
Suprijono, Agus, (2010), Cooperatif Learning – Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta