• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN HUKUM WARIS PADA MASYARAKAT KARO MUSLIM DI DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN HUKUM WARIS PADA MASYARAKAT KARO MUSLIM DI DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN HUKUM WARIS PADA MASYARAKAT KARO MUSLIM DI DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi

Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RINA MENTARI GINTING NIM.3113311036

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

Rina Mentari Ginting, NIM: 3113311036, Pelaksanaan Hukum Waris pada Masyarakat Karo Muslim di desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Adapun maksud dan tujuan dari penulis skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Judul skripsi yang penulis ajukan adalah: Pelaksanaan Hukum Waris Pada Masyarakat Karo Muslim Di Desa Talun Kenas Kecamatan Stm Hilir Kabupaten Deli Serdang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna dan bukan hal yang mustahil apabila di dalamnya masih terdapat kekurangan dan kelemahan.

Maka dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan berbagai pandangan, saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

(6)

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd pembantu dekan I FIS Unimed, Bapak Dr. Sugiharto, M.si pembantu dekan II FIS Unimed, dan Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si pembantu dekan III FIS unimed.

4. Ibu Dr. Reh Bungana Beru PA, SH, M.Hum selaku ketua jurusan PPKn dan juga sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan pengarahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Arief Wahyudi, SH selaku sekretaris jurusan PPKn.

6. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku dosen PA yang telah banyak memberikan dorongan dan pengarahan selama ini kepada penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen PKn Universitas Negeri Medan, yang telah banyak memberikan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 8. Para Staf dan Pegawai PKn dan Fakultas Ilmu Sosial yang telah membantu

dalam urusan administrasi selama di perkuliahan.

9. Bapak Dani Sartika Siahaan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

10.Kepada masyarakat desa Talun Kenas yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

membiayai penulis selama dalam perkuliahan. Yang telah menjadi orang tua terhebat buat penulis. Terima kasih banyak, tanpa jasa bapak sama mamak, penulis tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Semoga bapak sama mamak sehat selalu, dan bahagia selalu.

12.Kepada kakak tercinta Reni Artiani Ginting, AMK, kepada adik tercinta Monalisa Ginting dan adik terbungsu yang paling manja dan tersayang Debita Br. Ginting , dan tak lupa kepada si cantik Arien Iamey Azzela Sembiring terima kasih atas dukungan dan dorongannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Kepada seseorang spesial bagi penulis Muhammad Idris Tinambunan, S.Sos yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Kepada sahabat- sahabat terbaik penulis Rachmi Fatimah Nasution (Nyak), Sriwaty Padang (Ubel), dan Irmawati Berutu (Umi) yang memberikan semangat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 15.Kepada teman-teman seperjuangan PP-Kn 2011 yang telah memberikan

semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 16.Kepada teman-teman PPLT SMA N 1 Galang, khususnya kepada Beby,

Nelly (Sunel), Kakak Lely, Tari, dan Kakak Uul (ulfa) yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

dapat penulis sebutkan satu persatu. Kiranya Tuhan yang melimpahkan berkat dan anugerahNya kepada kita semua. Amin.

Medan, Juni 2015

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

a. Latar Belakang ... 1

b. Identifikasi Masalah ... 5

c. Pembatasan Masalah ... 5

d. Rumusan Masalah ... 6

e. Tujuan Penelitian ... 6

f. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Teori ... 8

1. Pengertian Hukum Waris... 8

2. Hukum Waris menurut Sifat Kekeluargaan ... 9

3. Hukum waris menurut Perdata Barat ... 10

a. Dasar Hukum Kewarisan Barat ... 11

(10)

c. Tata cara penyelenggaraan warisan ... 12

4. Hukum Waris Menurut Hukum Islam ... 13

a. Defenisi hukum waris islam ... 13

b. Asas hukum waris Islam ... 15

c. Ahli Waris dalam Islam ... 17

d. Pewaris dan Dasar Hukum Waris... 24

e. Tata Cara Penyelenggaraan Pembagian Warisan ... 25

f. Hilangnya hak mewarisi ... 27

5. Hukum Waris Menurut Hukum Adat Batak Karo... 28

a. Suku Batak Karo ... 28

b. Sistem Kekeluargaan Suku Karo ... 29

c. Sistem Kewarisan pada Masyarakat Batak Karo ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 36

a. Lokasi Penelitian ... 36

b. Populasi dan Sampel ... 37

1) Populasi ... 37

2) Sampel ... 37

c. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 38

(11)

2) Defenisi Operasional ... 38

d. Instrumen Penelitian ... 39

e. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1) Observasi ... 40

2) Angket ... 40

3) Wawancara ... 40

f. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN ... 42

a. Hasil Penelitian ... 42

b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 71

a. Kesimpulan ... 71

b. Saran ... 72

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Yang pernah mendengar perihal pembagian harta waris ... 43

Tabel 2 Pada waktu kapan dapat diperoleh hak untuk mewarisi harta keluarga ... 44

Tabel 3 Hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian harta waris ... 45

Tabel 4 Mengetahui tentang bagaimana cara pembagian warisan menurut Hukum Waris Islam ... 46

Tabel 5 Mengetahui tentang bagaimana cara pembagian warisan menurut hukum waris Adat ... 48

Tabel 6 Bagian anak laki-laki lebih banyak dibanding dengan bagian anak perempuan ... 49

Tabel 7 Perempuan berhak juga atas harta warisan ... 50

Tabel 8 Siapa sajakah yang disebut sebagai ahli waris ... 51

Tabel 9 Wanita dapat juga disebut sebagai ahli waris ... 52

Tabel 10 Berfungsikah putusan Mahkamah Agung (MA) RI tgl 1-11-1961 No. 179/SIP/1961) mengenai kedudukan perempuan bagi masyarakat desa Talun Kenas ... 53

Tabel 11 Seorang janda berhak juga mendapat harta warisan ... 54

Tabel 12 Hukum Waris mana yang dapat membagi warisan dengan adil ... 56

Tabel 13 Pembagian Menurut Hukum Waris Islam Dapat Menciptakan ... 57

Tabel 14 Hukum waris adat dapat menciptakan ketentraman antara ahli waris ... 58

(13)

Tabel 16 Setuju bila ada masyarakat Karo Muslim di desa talun kenas dalam hal pembagian warisan tidak sesuai dengan adat yang berlaku... 60

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar angket 2. Nota Tugas

3. Surat Izin Penelitian Dari Jurusan

4. Surat Izin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas Sosial 5. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian

6. Kartu Bimbingan Skripsi 7. Daftar Peserta Seminar

8. Surat Keterangan dari Perpustakaan Jurusan 9. Surat Keterangan dari Perpustakaan UNIMED 10. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

sifat kekeluargaan yang dianut oleh suatu masyarakat. Sifat kekeluargaan

menentukan segala sesuatunya mengenai pewarisan (Sendidevi, 2012:5). Ada

beberapa sifat kekeluargaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

Indonesia. Sifat kekeluargaan tersebut terbagi atas tiga kelompok, antara lain

parental, patrilineal, dan matrilineal. Dalam tertib parental semua harta benda

kepunyaan kedua orang tua diwariskan sama rata kepada semua anak baik

laki-laki maupun perempuan, misalnya pada masyarakat suku Jawa dan suku Madura.

Pada tertib matrilineal yang menjadi ahli waris ialah anak dari keturunan ibu, di

mana si ayah tetap tinggal menjadi anggota dari “clan” nya (famili sendiri),

misalnya Minangkabau. Adapun pada tertib patrilineal hanya anak laki-laki yang

menjadi ahli waris, dimana sifat kekeluargaan masyarakat adat ini disebut juga

dengan masyarakat “Unilateral”, misalnya masyarakat Batak, Ambon, Bali, Nias,

Irian, Timor, Gayo, dan Minahasa (Dijk, 2006:59).

Di dalam masyarakat tertib Patrilineal seperti halnya dalam masyarakat

Batak, hanya anak laki-laki yang menjadi ahli waris, karena anak perempuan di

luar dari golongan patrilinealnya semula, sesudah mereka itu kawin (Suparman,

2011:44). Terdapat beberapa alasan atau argumentasi yang melandasi sistem

hukum adat waris masyarakat patrilineal, sehingga keturunan laki-laki saja yang

(16)

2

perempuan sama sekali tidak mewarisi. Hal ini didasarkan pada anggapan kuno

yang memandang rendah kedudukan perempuan dalam masyarakat Batak pada

umumnya (Suparman, 2011:45). Hal tersebut juga berlaku pada masyarakat Batak

Karo yang merupakan bagian dari suku Batak. Misalnya saja pada perkawinan

eksogami pada masyarakat Batak Karo dengan membayar uang jujur dari pihak

laki-laki kepada pihak perempuan, hal tersebut membawa akibat mempelai

perempuan setelah menikah dan setelah menerima uang jujur harus mengikuti

klan suaminya. Akibatnya harta yang diperoleh selama perkawinan adalah milik

suami (Suhendra, 2012:2).

Ternyata pendapat yang dikemukakan di atas tidak sepenuhnya benar, hal

tersebut disebabkan dalam cerita dan kesusasteraan klasik Batak Karo, kaum

perempuan tidak kalah perananya dibandingkan dengan kaum laki-laki

(Suparman, 2011:45). Di dalam legenda atau kepercayaan Hindu peran

perempuan selalu mendapatkan tempat nomor satu dalam kehidupan

masyarakatnya. Orang Batak Karo juga dipengaruhi oleh ajaran Hindu, yang juga

menempatkan posisi perempuan sejajar dengan laki-laki. Hal ini dapat dilihat

melalui legenda dan cerita rakyat, perempuan sering berperan sebagai pemegang

peranan utama. Seperti cerita rakyat Beru Ginting Pase, Beru Rengga Kuning dan

Telu Turi-turin si Adi. Melalui cerita tersebut, Barus dan Singarimbun (1988)

menyimpulkan, bahwa perempuan Batak Karo adalah:

1. Mempunyai keperibadian yang tangguh. 2. Menjadi juru selamat keluarga.

3. Tokoh mandiri yang sanggup mengambil keputusan yang menentukan.

4. Pintar dan bijaksana. 5. Aktif dalam percintaan.

(17)

3

7. Tidak pasrah menunggu.

8. Pengorbanan yang tinggi terhadap saudara.

9. Bukan tampil sebagai makhluk yang lembut, halus dan pemaaf (Tarigan, 2009:12).

Selain itu, seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat Batak Karo yang menganut agama Islam (Suhendra, 2012:4). Didalam Islam terdapat peraturan-peraturan seperti di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa 11 yang berbunyi:

ﻱِﻑ ُﻩَ ُﻡُﻙﻱِﺹﻭُﻱ ْﻡُﻙِﺩ ََْﻭَﺃ ِﻥْﻱَﻱَﺙْﻥُْْﺍ ﻅَﺡ ُﻝْﺙِﻡ ِﺭَﻙﻩﺫﻝِﻝ َﻙَﺭَﺕ ﺍَﻡ ﺍَﺙُﻝُﺙ ﻩﻥُﻩَﻝَﻑ ِﻥْﻱَﺕَﻥْﺙﺍ َﻕْﻭَﻑ ًءﺍَﺱِﻥ ﻩﻥُﻙ ْﻥِﺇَﻑ ْﺕَﻥﺍَﻙ ْﻥِﺇَﻭ ُﻑ ْﺹﻥﻝﺍ ﺍَﻩَﻝَﻑ ًﺓَﺩِﺡﺍَﻭ ﺩَﻝَﻭ ُﻩَﻝ َﻥﺍَﻙ ْﻥِﺇ َﻙَﺭَﺕ ﺍﻩﻡِﻡ ُﺱُﺩﺱﻝﺍ ﺍَﻡُﻩْﻥِﻡ ٍﺩِﺡﺍَﻭ ﻝُﻙِﻝ ِﻩْﻱَﻭَﺏََِْﻭ ُﻩﺍَﻭَﺏَﺃ ُﻩَﺙِﺭَﻭَﻭ ﺩَﻝَﻭ ُﻩَﻝ ْﻥُﻙَﻱ ْﻡَﻝ ْﻥِﺇَﻑ ُﺙُﻝﺙﻝﺍ ِﻩﻡُ َِِﻑ ُﺱُﺩﺱﻝﺍ ِﻩﻡُ َِِﻑ ﺓَﻭْﺥِﺇ ُﻩَﻝ َﻥﺍَﻙ ْﻥِﺇَﻑ ٍﻥْﻱَﺩ ْﻭَﺃ ﺍَﻩِﺏ ﻱِﺹﻭُﻱ ٍﺓﻩﻱِﺹَﻭ ِﺩْﻉَﺏ ْﻥِﻡ َﻥﻭُﺭْﺩَﺕ ََ ْﻡُﻙُﺅﺍَﻥْﺏَﺃَﻭ ْﻡُﻙُﺅﺍَﺏﺁ ﺍًﻉْﻑَﻥ ْﻡُﻙَﻝ ُﺏَﺭْﻕَﺃ ْﻡُﻩُّ َﺃ ِﺭَﻑ ِ ﻩَ َﻥِﻡ ًﺓ َﺽﻱ ﺍًﻡﻱِﻙَﺡ ﺍًﻡﻱِﻝَﻉ َﻥﺍَﻙ َ ﻩَ ﻩﻥِﺇ :ءﺍﺱﻥﻝﺍ﴿ ١١ ﴾

“Allah e syari´atka bagi u te ta g pe bagia pusaka u tuk a ak -anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”Ayat tersebut menjelaskaskan bahwasannya ahli waris dalam Islam bukan hanya anak laki-laki tetapi juga anak perempuan (Departemen Agama RI, 2012:79).

Hal tersebut semakin dipertegas dengan Kompilasi Hukum Islam pada

Pasal 176, yang menyatakan “ anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat

separoh bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua

pertiga bagian, dan apabila perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka

bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan”. Hal

ini semakin menegaskan bahwa anak perempuan berhak atas harta warisan

(18)

4

Dengan pernyataan diatas maka dalam pembagian harta warisan pada

masyarakat Batak Karo yang menganut agama Islam, dapat menggunakan 3 (tiga)

teori mengenai hubungan hukum adat dengan hukum Islam, dimana teori,

pertama, teori Receptio in Complexn, dimana teori yang dikemukakan oleh Van

den Berg bahwa orang Islam Indonesia telah menerima (meresapi) hukum Islam

secara menyeluruh (Zainuddin, 2008:81). Kedua, teori Receptie, dimana C. Van

Vollen Houven dan Betrand ter Haar Bzn bahwa hukum Islam bukanlah hukum,

melainkan hukum Islam baru menjadi hukum kalau diterima oleh hukum adat

(Zainuddin, 2008:82). Ketiga, teori Receptio a Contrario, dimana Hazirin

berpendapat bahwa hukum adat dapat menjadi hukum yang berlaku dalam

masyarakat muslim kalau hukum adat itu tidak bertentangan dengan hukum Islam

(Zainuddin, 2008:83).

Dengan demikian dalam penelitian ini diamati bagaimana pelaksanaan

hukum waris pada masyarakat Karo muslim, manakah dari ketiga teori diatas

yang lebih mengacu terhadap pemikiran masyarakat Karo muslim dalam

pembagian harta waris. Sehingga dalam hal ini, penulis merasa tertarik meneliti

mengenai pembagian harta warisan pada masyarakat Karo muslim. Apakah

hukum Islam dapat dijalankan oleh masyarakat atau hukum adat yang dapat

dijalankan oleh masyarakat tersebut, dengan studi kasus desa Talun Kenas

Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Alasan penulis memilih lokasi

tersebut karena desa Talun Kenas memiliki masyarakat yang pluralistis, terdapat

beberapa agama/kepercayaan, suku dan etnis yang berbeda. Agama yang dianut

(19)

5

adalah suku Batak Karo, Batak Toba, Batak Simalungun dan Jawa. Desa Talun

Kenas terletak di Kecamatan STM Hilir, sehingga lokasi tersebut dirasa cocok

untuk diadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Hukum Waris pada masyarakat Karo Muslim Di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dalam sebuah penelitian perlu

ditentukan ruang lingkup masalah yang akan diteliti, hal tersebut agar peneliti

menjadi lebih terarah dan lebih mendalam analisanya. Identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Peranan perempuan dalam keluarga.

2. Mengenai warisan untuk anak perempuan.

3. Mengenai Pelaksanaan Hukum Waris pada masyarakat Karo muslim.

4. Mengenai Pelaksanaan Pembagian harta warisan menurut Hukum Waris

Islam.

5. Mengenai Pelaksanaan Pembagian harta warisan menurut Hukum Waris

Adat Batak Karo.

6. Mengenai hambatan yang terjadi dalam pembagian harta warisan pada

masyarakat Karo muslim.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas maka perlu adanya pembatasan

masalah, pembatasan masalah ini digunakan untuk mempertajam konsep, adapun

(20)

6

Karo muslim di desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli

Serdang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaan Hukum Waris Islam pada masyarakat Karo

Muslim Di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli

Serdang?

2. Bagaimana Pelaksanaan Hukum Waris Adat pada masyarakat Karo

Muslim Di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli

Serdang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan dicapai

seseorang melalui kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Itulah sebabnya

tujuan penelitian yang akan dilakukan harus mempunyai rumusan yang jelas,

terperinci serta operasional.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi tujuan penelitaian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Hukum Waris Islam pada

masyarakat Karo Muslim Di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir

(21)

7

2. Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Hukum Waris Adat pada

masyarakat Karo Muslim Di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir

Kabupaten Deli Serdang?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan umum bagi masyarakat Batak Karo yang

menganut agama Islam dalam pembagian harta warisan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang terkait untuk melakukan

penelitian lanjutan dalam bidang Hukum khususnya Hukum Waris.

3. Memberikan wawasan berfikir kepada penulis tentang karya ilmiah.

4. Memberikan pengetahuan secara ilmiah tentang bagaimana pelaksanaan

Hukum Waris Islam di dalam masyarakat Muslim Karo.

5. Menambah koleksi bahan bacaan bagi pihak yang ingin mengetahui

tentang Pelaksanaan Hukum Waris Pada Masyarakat Karo Muslim pada

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada Bab IV dan dihubungkan dengan

tujuan penelitian dapatlah dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Hukum Waris Islam pada masyarakat Karo Muslim Di

Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

belum sesuai dengan syariat Islam yang sebenarnya. Beberapa

keluarga menggunakan hukum waris Islam memang karena keinginan

menggunakan syariat Islam. Walaupun dalam implementasinya belum

sesuai dengan syariat Islam yang sesungguhnya. Selanjutnya, beberapa

masyarakat yang menggunakan hukum waris Islam justru menghindari

warisannya jatuh ke orang lain (bukan anak), karena keluarga tersebut

tidak mempunyai anak laki-laki, sehingga dengan menggunakan

hukum waris Islam, warisan tetap jatuh ke tangan anak perempuannya.

2. Pelaksanaan Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Karo Muslim Di

Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

sudah sesuai dengan hukum waris adat Batak Karo, hal ini dapat

terlihat kebanyakan dari masyarakat yang beragama Islam tetap

menggunakan hukum waris adat. Dengan kata lain, masyarakat

Muslim Karo lebih memilih hukum waris adat dari pada hukum waris

(23)

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, dapatlah disarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat Batak Karo muslim di Desa Talun Kenas Kecamatan

STM Hilir Kabupaten Deli Serdang tidak masalah hukum apapun yang

digunakan dalam hal pelaksanaan pembagian harta waris, hukum waris

perdata, hukum waris Islam atau hukum waris adat asalkan dalam hal

pembagian dapat membuat rasa adil bagi seluruh anggota keluarga dan

membuat ketentraman bagi setiap keluarga dalam hal pembagian harta

waris.

2. Kepada masyarakat Karo muslim di Desa Talun Kenas Kecamatan STM

Hilir Kabupaten Deli Serdang dengan adanya kemajuan zaman kiranya

pola pikir masyarakat Batak Karo semakin maju, dengan adanya putusan

Mahkamah Agung (MA) RI tgl 1-11-1961 No. 179/SIP/1961) yang

berbunyi: “anak perempuan dan anak laki-laki dari yang meninggalkan

warisan bersama berhak atas harta warisan dalam arti bahwa bagian anak

laki-laki sama dengan anak perempuan.” Dengan demikian dengan adanya

keputusan ini kiranya masyarakat Batak Karo mau melaksanakannya,

karena didalam keputusan ini jelas tertulis bahwa yang menjadi ahli waris

itu bukan anak laki-laki saja.

3. Kepada masyarakat Karo muslim di Desa Talun Kenas Kecamatan STM

Hilir Kabupaten Deli Serdang selain dengan putusan Mahkamah Agung

(24)

masyarakat berpikir secara positif dimana anak perempuan lebih peduli

kepada kedua orang tuanya terutama kalau mereka sudah tua dan

sakit-sakitan, sehingga pembagian warisan yang layak untuk anak perempuan

sudah seharusnya lebih dipertimbangkan.

4. Untuk semua pembaca, penulis menyarankan sebaiknya pembagian harta

warisan dilakukan sebelum orang tua meninggal dunia, hal ini ditujukkan

agar tidak menimbulkan konflik/perselisihan di masa mendatang diantara

anak-anaknya dan agar orang tuanya dapat mengarahkan anak-anaknya

untuk dapat menggunakan harta tersebut untuk hal-hal yang berguna untuk

kehidupan mereka dimasa mendatang setelah orang tua meninggal dunia

(25)

Daftar Pustaka A. Al-Quran

Departemen Agama RI. (2012). AL-QUR’AN Dan Terjemahnya. Jakarta Timur:

CV Darus Sunnah

B. Buku

Ali, Zainuddin. (2008). Pelaksanaan hukum waris di indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika.

Dijk, Van. (2006). Pengantar Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

Irianto, Sulistyowati. (2006). Perempuan dan Hukum : Menuju Hukum yang

Bersfektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Anggota IKAPI DKI Jaya.

Rasjid, H. Sulaiman. (2012). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Saebani, A. Beni. (2009). Fiqh Mewaris. Bandung: CV. Pustaka Setia

Setiawan, Deni. (2014). Metodologi Penelitian. Medan: Unimed Press.

Sinulingga, Adil. (2009). Perjumpaan Adat Karo dan Injil. Bekasi: Law Firm A.S.

Lingga SH dan Partners Advokat/Penasihat Hukum.

Suhendra, Devi. (2012). Pengaruh Hukum Islam Terhadap Pembagian Harta

Warisan Pada Masyarakat Muslim Karo( Studi Kasus Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal), Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Suparman, Eman. (2011). Hukum Waris Indonesia- dalam Persfektif Islam, Adat,

dan BW. Bandung: PT Rafika Aditama.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

alfabeta, cv.

Tarigan, Sarjani. (2009). Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya.

(26)

Tutik, T. Titik. (2008). Hukum perdata dalam sistem hukum nasional. Jakarta: kencana prenada media group.

C. JURNAL DAN ARTIKEL

1. JURNAL

Asy’ari, A. Hasyim. (2014). Kontroversi Kedudukan 'Ashabah Dalam Hukum

Waris Islam Menurut Madzhab Syi'ah Itsna 'Asy’ariyyah, (Online), Vol. 16. No. 1, (http://lib.law.ugm.ac.id/ojs/index.php/sya/article/view/4342), diakses: 24 Februari 2015, pukul: 22.16 Wib.

Bachtiar, H. Gerry. (2013). Hak Mewaris Dari Orang Yang Hilang Menurut

Hukum Waris Islam, (Online), Vol. I. No.5, (http://ejournal.unsrat.ac.id/in dex.php/lexprivatum/article/view/3078/2622 ), diakses: 24 Februari 2015, pukul: 21.22 Wib.

Dewi. Gamala. (2013). Pemikiran Hukum Warisan Islam di Indonesia Tentang

Bagian Perolehan Ahli Waris Pengganti, (Online), Vol. XIII. No.1, (http:/ /dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1853/2/lw-13- 01-13-pemikiran_hukum_kewarisan_islam.pdf), diakses: 1 Februari 2015, pukul: 20.10 Wib.

Kamaruddin. (2013). Beragam Norma Hukum Dalam Penerapan Waris, (Online),

vol. 13. No.1,

(http://www.uin-alauddin.ac.id/download-2.%20Waris_Kamaruddin.pdf), diakses: 24 Februari 2015, pukul 17.19 Wib.

Sendidevi, M. Ida. (2012). Kedudukan Anak Perempuan Dalam Sistem Waris

Adat Bali (Studi Di Lingkungan Griya Abiantubuh, Kelurahan Cakra Selatan Baru, Kecamatan Cakra, Kota Mataram-Ntb), (Online), Jurnal Ilmiah, (http://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/Kedudukan-Anak Perempuan-Dalam-Sistem-Waris-Adat-Bali-Studi-Di-Lingkungan- Griya-Abiantubuh-Kelurahan-Cakra-Selatan-Baru-Kecamatan-Cakra-Kota-Mataram-Ntb1.pdf), diakses: 23 Februari 2015, pukul: 20.45 Wib.

2. ARTIKEL

Aydiel. (2012). ZUL ARHAM DAN PENYELESAIAN HAKNYA, (Online),

(27)

Tunardy, wibowo. (2012). Pengaturan hukum benda dalam KUH Perdata setelah

berlakunya UU Pokok Agraria, (Online), http://www.jurnalhukum.com/pe

ngaturan-hukum-benda-dalam-kuh- perdata-setelah-berlakunya-uu-pokok-agraria/.

D. PERUNDANG-UNDANGAN

2009. Undang-Undang R.I. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam serta PERPU Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji. Surabaya: Kesindo Utama.

Subekti (2001). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT Pradnya

Gambar

Tabel 17 Rekapitulasi Tabel Jawaban Responden..............................................
 Grafika.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bukti Pengalaman Kerja (SPK /kontrak) asli sesuai dengan pada isian kualifikasi.. pada SPSE paket pekerjaan tersebut

[r]

Sehubungan dengan penyelenggaraan Pengadaan Langsung Pekerjaan Pengadaan Fasilitas Pendukung Data Kepegawaian (Simpeg) Kantor Kementer ian Agama Kabupaten Boalemo

[r]

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo Tahun 2012 akan melaksanakan Pengadaan Langsung dengan Prakualifikasi untuk paket

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data

• Terbentuknya Global Satellite Laboratory/research center di Universitas pengusul yang diakui menjadi bagian dari mitra WCP ( World Class Professor ). • Wajib menghasilkan