PERUBAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN
BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN
JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
MATH ALPY
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Math Alpy
ABSTRAK
MATH ALPY. Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan RACHMAD HERMAWAN.
Pertumbuhan kota yang pesat akibat pertambahan jumlah penduduk terutama urbanisasi, membutuhkan pembangunan sarana dan perasana. Hal ini mengakibatkan bertambahnya peralihan lahan pada ruang terbuka menjadi ruang terbangun. Berkembangnya teknik SIG dan penginderaan jauh merupakan pendukung bagi pedalaman studi mengenai korelasi RTH dengan jumlah penduduk. Melalui metode analisis spasial dapat diketahui bahwa pada periode tahun 1991-2001 terjadi penurunan luas lahan semak belukar sebesar 5295.42 ha, kebun campuran sebesar 14085.9 ha, sawah sebesar 6147.81 ha dan lahan terbuka sebesar 417.6 ha, namun terjadi penambahan luas lahan pemukiman sebesar 7530.3 ha. Demikian juga untuk periode tahun 2001-2012 terjadi penambahan lahan kebun campuran sebesar 4063.05 ha dan lahan pemukiman sebesar 3499.74 ha, namun terjadi penurunan luas lahan hutan sebesar 3979.35 ha. Berdasarkan analisis statistik diperoleh suatu model persamaan regresi yaitu Y = 103 – 0.000281x. Hasil analisis korelasi perubahan RTH terhadap jumlah penduduk menunjukkan korelasi negatif artinya penambahan jumlah penduduk menyebabkan penurunan luas RTH. Kata kunci: peutupan lahan, perubahan, ruang terbuka hijau.
ABSTRACT
MATH ALPY. Green Open Space Change in Bogor Regency Using Remote Sensing and Geographic Information System. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and RACHMAD HERMAWAN.
The rapid city growth caused by infrastructural development due to the increase of population number. This result increased the conversion of opened space into built up area. Due to this the open space continued to decline over time. Development of GIS and remote sensing have supported for deepening the study on the correlation between open space area and the number of population in Bogor Regency. Through spatial analysis method, it can be seen that in the period 1991-2001 there were the changes of land cover by declining shrub lands of 5295.81 ha , mixed gardens 14085.9 ha, rice fields 6147.81 ha and bare land of 417.6 ha, but otherwise there was additional settlement in 7530.3 ha. It also happened in the period of 2001-2012 where the changes in the land area were dominated by the increase of mixed gardens in 4063.05 ha and settlement in 3499.74 ha, but rather the decrease of forest area in 3979.35 ha. Based on statistical analysis it has been derived a model equation regression, Y = 103 - 0.000281x. The result of correlation analysis between the change of green opened space and the number of population shows a negative correlation which means that the change in adding the population has result in the significant decrease of green opened space.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
MATH ALPY
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2013
PERUBAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN
BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN
JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Judul Skripsi : Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Nama : Math Alpy
NIM : E34078001
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc Pembimbing I
Dr Ir Rachmad Hermawan, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Januari 2013 ini ialah Perubahan RTH di Kabupaten Bogor dengan menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc dan Dr Ir Rachmad Hermawan, MSc selaku dosen pembimbing serta Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, Msi dan Dr Ir Iwan Hilwan, Ms yang telah memberikan bantuan, arahan dan saran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini serta seluruh dosen dan staf Fakultas Kehutanan IPB yang telah memberikan dan mengajarkan banyak ilmu kepada penulis selama kuliah. Seluruh keluarga besar Departemen KSHE terutama KSHE 45 “Edelwies” atas bantuan, kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin selama ini. Ucapan terima kasih juga kepada Ir. Chandra Irawadi Wijaya (International Center for Research in Agroforestry), Bapak Ajat Rochmat Jatnika (Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) atas data-data, arahan dan informasi yang diberikan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak M.Fadhol Arovah Maryadie (Honorary Students’ Counsellor for the IDB Scholarship
Programme in Indonesia), Isalamic Development Bank (IDB), Cambodia Counterpart Organization (CPO) dan International Collaboration Office (ICO) yang telah mendukung, memotivasi serta membantu baik secara langsung maupun tidak lansung kepada penulis selama kuliah di Indonesia. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua (Bapak Sman Math dan Ibu Min Aminah), serta seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
METODE 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Analisis Data 3
Klasifikasi Penutupan dan Perubahan Lahan 4
Analisis Perubahan Penutupan Lahan 5
Analisis Korelasi Perubahan RTH dengan Jumlah Penduduk 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6
Interpretasi Visual Penutupan Lahan 6
Penutupan Lahan 8
Perubahan Penutupan Lahan 9
Perubahan Penutuapan Lahan RTH 10
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian 3 2 Luas jenis penutupan lahan Kabupaten Bogor tahun 1991, 2001 dan
2012 8
3 Perubahan luas penutupan lahan di Kabupaten Bogor (tahun1991-2001, 2001-2012 dan 1991-2012) 9 4 Kecenderungan perubahan penutupan lahan RTH menjadi penutupan
lahan lain di seluruh lokasi penelitian (periode 2001-2012 11 5 Analisis regresi linear RTH dan jumlah penduduk berdasarkan 22
kecamatan di wilyah Kabupaten Bogor 13
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 2
2 Tahapan penelitian 3
3 Penampakan visual untuk area contoh citra landsat 7 4 Perubahan luas penutupan lahan di Kabupaten Bogor 10 5 Normalitas data jumlah penduduk dan data presentase RTH 12 6 Grafik regresi perubahan RTH dan jumlah penduduk berdasarkan
kecamatan di Kabupaten Bogor 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji akurasi citralandsat 2012 15
2 korelasi antara perubahan RTH dengan jumlah penduduk 16 3 Perubahan RTH menurut kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor 17 4 Jenis dan luas penutupan lahan berdasarkan wilayah administrasi
kecamatan di Kabupaten Bogor 18
5 Peta perubahan penutupan lahan Kabupaten Bogor pada periode
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada hakekatnya suatu wilayah akan mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dari waktu ke waktu. Terjadinya perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari bagaimana pembangunan yang dilakukan, baik dari segi fisik maupun non-fisiknya. Indikator pembangunan tersebut biasanya terkait dengan adanya peningkatan kebutuhan akan ketersediaan fasilitas serta sarana dan prasarana pendukung seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat yang ada. Fenomena tersebut dapat dengan mudah dijumpai di kawasan perkotaan dibandingkan dengan kawasan di pedesaan. Dengan jumlah penduduk di perkotaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, hal ini ditujukkan oleh semakin tingginya tingkat konversi lahan, terutama dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah pemerintahan daerah yang terletak di Provinsi Jawa Barat yang mengalami perkembangan pembangunan yang cukup pesat. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya mengakibatkan aktivitas pembangunan semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2012) menunjukkan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan selama periode tahun 2000-2011, yaitu dari 3508826 jiwa pada tahun 2000 meningkat menjadi 4353591 jiwa pada tahun 2012. Peningkatan lahan terbangun di Kabupaten Bogor akan mengakibatkan lahan-lahan terbuka yang ada khususnya ruang terbuka hijau (RTH) beralih fungsi sehingga mengakibatkan ketersediaan ruang terbuka hijau menjadi semakin berkurang. Salah satu cara untuk mengetahui secara cepat ketersediaan maupun perubahan RTH serta mampu memberikan gambaran secara spasial melalui data yang tepat, cepat dan akurat adalah dengan mengunakan teknologi penginderaan jauh (Remotesensing) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat digunakan sebagai alat untuk pemantuan dan evaluasi perkembangan penutupan lahan di Kabupaten Bogor. Analisis statistik digunakan untuk melihat hubungan anatara perubahan penutupan dengan pertumbuhan penduduk.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis perubahan penutupan lahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor pada tahun 1991, 2001 dan 2012.
2. Mengkaji hubungan (korelasi) antara penutupan lahan Ruang Terbuka Hijau dengan jumlah penduduk.
Manfaat Penelitian
2
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat tahun 1991, 2001 dan 2012, Peta digitasi batas kacamatan kabupaten Bogor, data potensi desa (Podes 2009) data kependudukan, dan data penggunaan dan perubahan lahan.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket sistem informasi geografis berupa perangkat keras dan lunak (papan digitizer, printer, software Arc/Info, software Arc View, software Minitap dan software ERDAS Imagine). Peralatan penunjang lain meliputi GPS (Global Positioning System), kamera digital dan alat tulis menulis.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di 22 kecamatan yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, sedangkan untuk pengolahan serta analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial Kampus IPB Darmaga Bogor. Penelitian dilakukan selama ± 3 bulan yaitu dari bulan Januari hingga Maret 2013.
3 Prosedur Analisis Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari penelusuran data baik pada buku, peta, internet, perundangan-undangan, penelitian terdahulu maupun dari beberapa instansi terkait, baik instansi pemerintah di daerah maupun pusat. Data primer diperoleh dari hasil survey lapangan. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.
Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mengklasifikasi penutupan lahan sesuai dengan kelas-kelas yang telah ditentukan menurut masing-masing kelas. Tahap kedua adalah menganalisis perubahan penutupan lahan dengan membandingkan ketiga peta penutupan lahan dengan cara tumpang tindih (overlay). Tahap ketiga merupakan analisis data dan penyajian hasil penelitian. Diagram alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Tahapan penelitian
Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
No Jenis data Tahun Sumber
Data spasial
1 Citra landsatpart/row 122/65 1991, 2001 dan 2012
United States Geological Survey
2 Peta batas administrasi 2012 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 3 Peta lokasi penelitian dan GCP 2013 Survey lapang
Data Atribut
4 Data PODES 2009 International Center for
Research in Agroforestry
4
Klasifikasi Penutupan dan Perubahan Lahan
Ekstraksi Penutupan Lahan dari Citra Landsat TM
Perubahan penutupan lahan secara efektif dapat dilakukan melalui analisis citra penginderaan jauh, karena data yang berasal dari ekstraksi citra tersebut memberikan informasi yang cukup baik dan akurat dengan cakupan yang luas. Ekstraksi citra landsat untuk mendapatkan informasi digital penutupan lahan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Koreksi Geometrik
Data citra yang diperoleh, harus dilakukan koreksi terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Koreksi data citra yang dilakukan adalah koreksi geometris. Koreksi geometris dilakukan karena adanya pergeseran koordinat, sehingga perlu dilakukan pembetulan data citra. Koreksi geometris bertujuan agar posisi titik-titik (pixel) pada citra sesuai dengan posisi titik-titik geografi di permukaan bumi. Posisi ini adalah kedudukan geografis daerah yang terekam pada citra.
Kegiatan yang pertama dilakukan saat melakukan koreksi geometris adalah penentuan tipe proyeksi dan koordinat yang digunakan. Tipe proyeksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Universal Transverse Mercator (UTM) dan sistem koordinat geografis. Tahap selanjutnya adalah koreksi distorsi yang dilakukan melalui penentuan titik ikat medan yang ditempatkan sesuai dengan koordinat citra dan koordinat peta. Setelah itu, dilakukan resampling citra menggunakan pendekatan metode tetangga terdekat (nearest neighbour) Kareiva (1990). Resampling citra merupakan proses transformasi citra dengan memberikan nilai pixel citra terkoreksi.
Penajaman Citra
Penajaman citra dilakukan untuk memperoleh tampilan citra yang tajam dan jelas agar interpretasi dapat dilakukan dengan mudah. Teknik penajaman citra terdiri atas teknik paduan warna (colorcomposite) dan perentangan (stretching). Klasifikasi Penutupan Lahan
Klasifikasi data citra merupakan kegiatan untuk menentukan kelas-kelas yang terdapat pada data citra. Kelas-kelas tersebut menunjukkan kategori-kategori lahan dan didasarkan pada warna yang tampak dalam data citra. Klasifikassi dilakukan dengan cara mengelompokkan warna yang sama pada citra ke dalam kelas-kelas tertentu. Kegiatan klasifikasi terbagi atas dua tahap yaitu klasifikasi citra tidak terbimbing (unsupervised) dan klasifikasi citra terbimbing (supervised).
5 kemungkinan adanya kesalahan dalam menentukan kelas tutupan lahan, sehingga perlu dilakukan uji akurasi. Tahapan uji akurasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan klasifikasi citra terbimbing. Akurasi citra dilakukan dengan cara menyesuaikan kelas tutupan lahan yang telah diklasifikasi dengan data Ground Control Point (GCP) yang diambil melalui Global Positioning Sistem (GPS). Nilai akurasi minimal yang diterima adalah 85%. Apabila tingkat akurasinya kurang dari 85%, maka perlu dilakukan klasifikasi ulang.
Analisis Perubahan Penutupan Lahan
Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan dengan cara membandingkan ketiga peta penutupan lahan tahun 1991, 2001 dan 2012. Pembandingan ketiga peta yang berbeda tahun pengambilan ini dilakukan dengan analisis tumpang tindih (overlay)ketiga peta tersebut, sehingga akan terlihat penutupan lahan apa saja yang berubah selama kurun waktu 1991, 2001 dan 2012 sebagaimana tercantum di Gambar 1, kemudian perubahannya dibuat dalam bentuk tabel atau grafik untuk memudahkan dalam melihat perubahan yang terjadi di Kabupaten Bogor. Hasil dari proses analisis ini berupa citra penutupan lahan yang telah terklasifikasi sesuai dengan kelas-kelas, kemudian dari hasil tersebut akan diekstrak sehingga memperoleh karakteristik perubahan ruang terbuka hijau (RTH) berupa penutupan lahan.
Analisis Korelasi Perubahan RTH dengan Jumlah Penduduk
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perubahan penutupan lahan RTH dan jumlah penduduk yang terjadi dengan taraf signifikan 5% (p<0.05) dan dihitung koefisien determinasi (R2). Dalam analisis korelasi
sederhana, keeratan sifat antara dua peubah akan ditunjukkan apakah berkorelasi positif, negatif atau tidak berkorelasi. Dua peubah dinyatakan berkorelasi positif bila memiliki kecenderungan yang searah, artinya kenaikan sejumlah nilai pada peubah x akan diikuti oleh kenaikan nilai peubah y, bergantung pada besaran nilai koefisiennya. Di lain pihak, bila memiliki kecenderungan yang berlawan arah dinyatakan sebagai berkolerasi negatif, artinya peningkatan sejumlah nilai pada peubah x diikuti penurunan pada peubah y atau sebaliknya. Dua peubah tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan sama sekali jika nilai koefesien korelasi mendekati nol. Hal ini berarti, perubahan nilai pada salah satu peubah tidak diikuti oleh perubahan pada peubah lainnya.
Untuk melihat hubungan antara variabel yang saling berkorelasi dilakukan analisis regresi linier sederhana (simple linear regression). Variabel perubahan luas lahan RTH tersebut dalam analisis ini dijadikan sebagai variabel dependent (y), sedangkan variabel jumlah penduduk dijadikan sebagai variabel independent (x), serta (a) sebagai koefisien regresi. Hubungan antara perubahan penutupan lahan RTH dengan jumlah penduduk dilakukan dengan metode uji statistik dan dapat diketahui dengan melakukan analisis linearregression pada kedua variabel tersebut. Dalam melakukan uji korelasi dan regresi linear sederhana menggunakan program
Minitab versi 14.1. Hubungan tersebut dapat dibuat dengan persamaan menurut Walpole (1982),
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah pemerintahan daerah yang terletak di propinsi Jawa Barat dan secara garis besar terdiri atas tiga wilayah yaitu wilayah timur, wilayah tengah dan wilayah barat. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan ibukota yang mempunyai luas sekitar 2301.95 km2 dan terdiri dari 40 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 menurut hasil Sensus Daerah (SUSDA) sebanyak 4215585 jiwa dan pada tahun 2007 telah mencapai 4237962 jiwa (penyempurnaan hasil SUSDA melalui coklit, 2007) atau 10.32 % dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat (40737594 jiwa).
Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk atau gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi hutan atau vegetasi lebat, perkebunan, kebun campuran, semak belukar, tanah kosong, kawasan terbangun atau pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan (BAPPEDA 2010).
Interpretasi Visual Penutupan Lahan
Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga objek-objek tersebut dapat diinterpretasi citra diantaranya bentuk, rona dan tekstur. Penutupan lahan merupakan status lahan secara ekologi dan penampakan permukaan lahan secara fisik, yang dapat berubah karena adanya intervensi manusia, gangguan alam dan suksesi tumbuhan secara alami. Kebutuhan lahan terbangun di Kabupaten Bogor semakin meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi masyarakatnya. Implikasi beragamnya, fungsi budidaya kawasan perkotaan menekan lahan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai kawasan lindung ekologis kota. Hal ini disebabkan aksesibilitas infrastruktur kota yang mampu menarik berbagai kegiatan yang dapat merubah penggunaan lahan RTH menjadi kawasan terbangun (KTB). Akibatnya, perkembangan kota cenderung mengalami pergeseran fungsi-fungsinya ke daerah pinggiran kota (urban fringe) atau Bagian Wilayah Kota (BWK) kecamatan. Fenomena inilah yang disebut sebagai proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar (urban sprawl), sebagai bagian dari konsekuensi dinamika perubahan penutupan lahan perkotaan yang cepat.
7 kurang dari 30 m x 30 m, sementara resolusi spasial citralandsat berkisar pada 30 m x 30 m, sehingga pertumbuhan perumahan atau area bangunan di bawah luasan tersebut sulit diidentifikasi oleh citra tersebut.
Identifikasi penutupan lahan di citra landsat dilakukan dengan membuat contoh (training area) penutupan lahan yang mewakili tiap kelas klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Kelas penutupan lahan diklasifikasikan sesuai dengan keadaan di lapang , yaitu: (1) Hutan, menurut Undang - Undang RI No. 41 Tahun 1999 didefinisikan sebagai kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, (2) Badan air merupakan penampakan permukaan air yang berupa danau, sungai, dan kolam, (3) Lahan terbuka adalah seluruh kenampakan lahan yang tidak bervegetasi maupun penggunaan lain akibat aktifitas manusia, (4) Perkampungan atau permukiman, daerah-daerah di dalam citra yang ditutupi bangunan dan perumahan, (5) Menurut Hirimurti (1999), sawah, merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi saat penanaman hingga beberapa hari sebelum di panen, (6) Semak belukar, tipe vagetasi kecil atau kerdil yang tumbuh tidak lebih tinggi daripada perdu dan tidak bernilai komersial (Kementerian Kehutanan), (7) Kebun campuran adalah kebun yang terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah (Arsyad 1989).
Klasifikasi citra dimulai dengan menganalisis secara visual kenampakan citra untuk menetapkan lokasi sebagai contoh kelas. Piksel-piksel yang telah diketahui jenis tutupannya di lapangan dikelompokkan sesuai kelas klasifikasinya. Contoh kelas area tersebut diberi nama pada atribut sesuai dengan nama kategori yang mewakilinya (Gambar 3). Pengujian area contoh kelas perlu dilakukan untuk menghindari pengulangan pada area contoh yang mempunyai nilai yang sama. Setelah semua kategori telah terwakili oleh daerah contoh maka dilakukan proses klasifikasi untuk mengelompokan piksel di seluruh daerah penelitian. Sebagai kunci keberhasilan tersebut adalah rincian dari kategori tutupan yang dapat dipisahkan secara spektral. Hasil akhir dari proses klasifikasi citra untuk daerah penelitian di Kabupaten Bogor diperoleh data tampilan sebaran penutupan lahan dan data luasan setiap tipe penutupan lahan. Dalam interpretasi citra untuk area contoh diperoleh gambaran visual untuk CitraLandsat disajikan pada Gambar 3.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Keterangan: (1=hutan, 2=badan air, 3=lahan terbuka, 4=perrmukiman, 5=sawah, 6=semak belukar, 7=kebun campuran)
8
Penutupan Lahan
Penutupan lahan merupakan status lahan secara ekologi dan penampakan permukaan lahan secara fisik, yang dapat berubah karena adanya intervensi manusia, gangguan alam dan suksesi tumbuhan secara alami
Penutupan lahan di Kabupaten Bogor terdiri atas lahan atau ruang terbangun (RTB) dan lahan tidak terbangun bervegetasi (RTH). Hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) terhadap penutupan lahan tahun 1991, 2001 dan 2012 hasil interpretasi disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan peta-peta tersebut, daerah penelitian memiliki luas total 113098.77 ha dengan tujuh tipe penutupan lahan yaitu hutan, permukiman, semak belukar, kebun campuran, sawah, lahan terbuka dan badan air. Data lengkap mengenai luas penutupan lahan dari hasil klasifikasi dari pengolahan citra landsat di Kabupaten Bogor tahun 1991, 2001 dan 2012 disajikan pada Tabel 2.
Table 2 Luas jenis penutupan lahan Kabupaten Bogor tahun 1991-2012
No Penggunaa lahan Tahun 1991 Tahun 2001 Tahun 2012 Luas (ha) (%) Luas (ha) (%) Luas (ha) (%)
Hasil analisis citra pada ketiga tahun tersebut menunjukan bahwa tutupan lahan di lokasi studi pada tahun 1991, 2001 dan 2012 di dominasi oleh hutan, sedangkan pada tahun 2012 telah terjadi perubahan lahan hutan dan kebun campuran menjadi semak belukar, pemukiman dan sawah. Adanya perubahan luas penutupan lahan yang relatif cepat. Hal ini jelas akan mempengaruhi penurunan ruang terbuka hijau di wilayah secara gradual.
9 sedangkan penutupan lahan yang paling sedikit adalah lahan terbuka 251.37 ha atau 0.22% dari seluruh wilayah studi.
Perubahan Penutupan Lahan
Perubahan penutupan lahan merupakan bentuk peralihan dari penutupan lahan sebelumnya ke penutupan lain (Mayer dan Turner 1994). Deteksi perubahan (change detection) adalah suatu proses mengidentifikasi perubahan-perubahan suatu objek atau fenomena melalui pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda, dengan melakukan kuantifikasi pengaruh-pengaruh temporal menggunakan serangkaian data yang dikumpulkan multi waktu. Perubahan penutupan lahan terjadi karena menusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda (Lillesand dan Kiefer, 1990). Meningkatnya jumlah penduduk merupakan konsekuensi logis dari sebuah proses pembangunan. Hal tersebut berimplikasi terhadap meningkatnya kebutuhan akan penyediaan ruang serta sarana dan perasana penunjang lainnya dari tahun ke tahun. Peningkatan kebutuhan ruang menyebabkan peningkatan permintaan terhadap lahan yang tersedia relatif konstan.
Melalui penggunaan citra satelit di wilayah tertentu pada waktu yang berbeda dapat deteksi perubahan yang terjadi di wilayah tersebut pada setiap waktu. Perubahan penutupa lahan dalam periode tahun 1991 sampai dengan tahun 2012 dapat diamati melalui proses tumpang tindih (overlay). Data lengkap mengenai luas perubahan penutupan lahan tahun 1991-2001, 2001-2012 dan 1991-2012 disajikan pada Tabel 3 dan Lampiran 2.
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa pada periode tahun 1991-2001 (Gambar 4) terjadi perubahan penutupan lahan yaitu menurunnya luas lahan semak belukar sebesar 5295.42 ha atau 4.8%, kebun campuran 14085.9 ha atau 12.4%, badan air 2471.31 ha atau 2.2%, sawah 6147.81 ha atau 5.4% dan lahan terbuka sebesar 417.6 ha atau 0.4%, namun sebaliknya terjadi penambahan luas hutan sebesar 20887.74 ha atau 18.5% dan lahan permukiman sebesar 7530.3 ha atau 6.5%. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan pembangunan terus menurus sehingga perubahan atau alih fungsi berbagai kelas penutupan lahan menjadi kelas penutupan lainnya, terutama dari lahan terbuka hijau menjadi ruang terbangun.
Tabel 3 Perubahan luas penutupan lahan di Kabupaten Bogor (periode tahun 1991-2001, 2001-2012 dan 1991-2012)
Penutupan lahan Tahun 1991-2001 Tahun 2001-2012 Tahun 1991-2012
10
atau 3.5% ha dan penutupan lahan berupa lahan permukiman sebesar 3499.74 ha atau 3%, namun sebaliknya terjadi penurunan luas lahan hutan secara drastis yaitu sebesar 3979.35 ha atau 3.4%, semak belukar sebesar 770.76 ha atau 0.7%, lahan terbuka sebesar 276.84 ha atau 0.2% dan sawah sebesar 3543.12 ha atau 3.1%.
Gambar 4 Perubahan luas penutupan lahan di Kabupaten Bogor Pemanfaatan lahan atau ruang terbangun (RTB) yang dicirikan warna merah pada pada Lampiran 2 tersebut digunakan untuk kawasan permukiman atau untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Selanjutnya kawasan permukiman dalam analisis ini mewakili kawasan terbangun (RTB). Aktivitas tersebut berkembang rata-rata pada wilayah yang berbatasan dengan kota terutama Kecamatan Cibinong dan Rancabungur. Pemanfaatan lahan tidak terbangun (RTH) atau lahan RTH umumnya digunakan untuk pertanian (sawah), tegalan atau kebun campuran, kawasan hijau di koridor jalan dan bantaran sungai serta lainnya (lahan kosong, semak belukar).
Penggunaan lahan RTH di Kabupaten Bogor sudah mengalami penyusutan yang signifikan sejak tahun 2000 dan semakin berkembang menjadi ruang terbangun (RTB). Hal ini sebagai dampak wilayah pinggiran dari berkembangnya kota sebagai induk dari kegiatan perdagangan dan jasa nasional.
Perubahan Penutupan Lahan RTH
Arah perubahan penutupan lahan RTH menjadi ruang terbangun (RTB) cenderung bersifat irreversible artinya sulit untuk kembali seperti semula, kalaupun dapat kembali ke penutupan lahan awal, perlu energi yang besar untuk mengatasinya seperti biaya, waktu dan kemungkinan munculnya konflik sosial dan budaya. Fenomena perubahan penutupan lahan, khususnya menyusutnya lahan RTH menjadi RTB menjadi persoalan tersendiri dalam kasus di Kabupaten Bogor. Ruang terbuka yang dimaksud adalah ruang terbuka perkotaan yang merupakan
11 bagian dari RTH suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota (BAPPEDA 2007). Aturan RTH minimal 30 persen kemudian menjadi komitmen Pemerintah Indonesia dengan dicantumkannya angka tersebut dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penekanan amanat penganggaran ada pada UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 42-45 mengenai pentingnya amanat anggaran berbasis lingkungan hidup (green budgeting), dimana ada kewajiban pemerintah dan parlemen mengalokasikan anggaran yang memadai untuk membiayai kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup. Berdasarkan hasil analisis SIG tahun 2001-2012 arah perubahan penutupan lahan pada Tabel 4, umumnya terjadi pada hutan menjadi permukiman seluas 6328.62 ha, kebun campuran menjadi pemukiman seluas 6446.61 ha, sawah menjadi permukiman seluas 1308.78 ha dan semak belukar menjadi permukiman seluas 856.530 ha. Sawah ada yang langsung menjadi permukiman, tetapi pada umumnya, sawah yang akan dikonversi menjadi lahan terbuka terlebih dahulu dan dibiarkan saja sehingga menjadi padang rumput, selanjutnya menjadi lahan permukiman. Menurut hasil analisis pada matrik perubahan Tabel 4, menunjukkan bahwa ada perubahan yang secara keseluruhan tidak umum yaitu permukiman menjadi hutan, hal ini merupakan salah satu kelemahan remote sensing dalam menganalisis dan dalam penelitian ini juga tidak melakukan koreksi topografi sehingga pengaruh faktor topografi dan faktor kemiringan akan sangat berpengaruh dalam analisis ini. Hasil interpretasi dan analisis citra landsat di kecamatan di Kabupaten Bogor untuk penutupan lahan berupa ruang terbuka hijau (hutan, semak belukar, kebun campuran dan sawah) diperoleh presentase rata-rata masih di atas 30 persen sesuai dengan kebijakan pemerintah, namun terdapat di Kecamatan Cibinong dan Rancabungur yang presentasenya masih di bawah 30 persen yaitu 28 persen (Lampiran 3). Hal ini akibat dari pembangunan aksesibilitas infrastruktur yang mampu menarik berbagai kegiatan yang dapat merubah penggunaan lahan RTH menjadi ruang terbangun (RTB).
Tabel 4 Kecenderungan perubahan penutupan lahan RTH menjadi penutupan lahan lain di seluruh lokasi penelitian (periode 2001-2012)
2012
12
Korelasi RTH dengan Jumlah Penduduk
Perkembangan penduduk di Wilayah Kabupaten Bogor secara umum dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap lahan, baik kebutuhan unuk dijadikan sebagai tempat tinggal, lahan budidaya, maupun pusat-pusat kegiatan manusia lainnya. Perkembangan penduduk terutama pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap lahan pemukiman dan area terbangun lainnya. Menurut Sudadi et al
(1991) meningkatnya jumlah penduduk di sekitar hutan telah menimbulkan dampak semakin meningkatnya tekanan masyarakat terhadap hutan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka hutan menjadi salah satu tumpuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari hasil analisis citra tahun 2001-2012 pada Lampiran 4, kawasan vagetasi (ruang terbuka hijau) di wilayah studi yang meliputi 1) Kelompok bervegetasi RTH seluas 78090.66 ha terdiri dari hutan, kebun campuran, semak belukar dan sawah; 2) Kelompok lahan terbangun (RTB) seluas 28267.74 ha terdiri dari industri dan permukiman/bangunan, 3) Kelompok lain-lain yang terdiri dari badan air seluas 261.45 ha dan lahan terbuka seluas 2119.14 ha.
Hasil data yang didapat, sebelum dilakukan analisis regresi linear lanjutan dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui data yang diambil merupakan data yang terdistribusi normal serta sebagai syarat ketentuan yang perlu dipenehui ketika membuat regresi. Uji yang dapat dilakukan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data disajikan pada Gambar 5.
Jumlah Penduduk
Gambar 5 Uji normalitas data: (a) jumlah penduduk (b) presentase RTH Berdasarkan hasil data yang diuji dengan Kolmogorov-Smirnov (KS) menunjukan bahwa nilai KS lebih besar dari 0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data tersebut merupakan data yang normal.
Hubungan antara perubahan penutupan lahan dengan jumlah penduduk dapat diketahui dari analisis statistik yang dilakukan. Analisis statistik mengahasilkan persamaan regeresi yang disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 6.
Tabel 5 Analisis regresi linear RTH dan jumlah penduduk berdasarkan 22 Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor
Persamaan regresi p-Value r r2
13
Hasil analisis korelasi perubahan RTH terhadap jumlah penduduk menunjukan korelasi negatif yaitu -0.780 dengan nilai koefesien determinasinya (R2) sebesar 55.3 % artinya bahwa 55.3 % variasi jumlah penduduk berpengaruh terhadap RTH, sedangkan 44.7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai p (nilai probabilitas kritis) dalam analysis of variance lebih kecil dari 0.05 (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan peubah bebas (jumlah penduduk) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap RTH.
Menurut Suparanto (2004), jika Ho ditolak, persamaan y = a + bx boleh untuk
meramalkan, akan tetapi kalau Ho diterima, tidak boleh untuk meramalkan y, sebab
kenaikan x tidak akan mempengaruhi y. Berdasarkan hasil uji hipotesis keofisien regresi (Tabel 5) menunjukan Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh antara kenaikan
jumlah penduduk dengan penurunan luas RTH dan persamaan Y = 103 – 0.000281x boleh untuk meramalkan sebab kenaikan jumlah penduduk mempengaruhi luas RTH. Hipotesis yang ada adalah semakin padat suatu wilayah (jumlah penduduk meningkat), semakin besar tekanannya kepada sumberdaya hutan. Gamabar 6 yang merupakan grafik hubungan antara jumlah penduduk dan presentase penutupan lahan RTH di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor merupakan bukti kebenaran hipotesis diatas. Grafik regresi perubahan RTH dan jumlah penduduk disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Hubungan antara jumlah penduduk per kecamatan dengan % RTH di Kabupaten Bogor
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan hasil analisis perubahan penutupan lahan pada periode tahun 1991, 2001 dan 2012 dapat diklasifikasikan menjadi 7 kelas penutupaan lahan yaitu
14
hutan, pemukiman, semak belukar, lahan terbuka, badan air, kebun campuran dan sawah. Hasil analisis spasial citra landsat dapat diketahui bahwa pada periode tahun 1991-2001 terjadi perubahan penutupan lahan yaitu menurunnya luas lahan semak belukar sebesar 5295.42 ha atau 4.8%, kebun campuran 14085.9 ha atau 12.4%, badan air 2471.31 ha atau 2.2%, sawah 6147.81 ha atau 5.4% dan lahan terbuka sebesar 417.6 ha atau 0.4%, namun sebaliknya terjadi penambahan luas hutan sebesar 20887.74 ha atau 18.5% dan lahan permukiman sebesar 7530.3 ha atau 6.5%. Demikian juga untuk periode tahun 2001-2012 perubahan luas lahan didominasi oleh bertambahnya lahan kebun campuran sebesar 4063.05 ha atau 3.5% ha dan penutupan lahan berupa lahan permukiman sebesar 3499.74 ha atau 3%, namun sebaliknya terjadi penurunan luas lahan hutan secara drastis yaitu sebesar 3979.35 ha atau 3.4%, semak belukar sebesar 770.76 ha atau 0.7%, lahan terbuka sebesar 276.84 ha atau 0.2% dan sawah sebesar 3543.12 ha atau 3.1%.
2. Berdasarkan analisis statistik diperoleh suatu model persamaan regresi yaitu Y = 103 – 0.000281x. Hasil analisis korelasi perubahan RTH terhadap jumlah penduduk menunjukan korelasi negatif artinya penambahan jumlah penduduk menyebabkan penurunan luas ruang terbuka hijau.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor yang dapat mempengaruhi perubahan lahan RTH selain faktor jumlah penduduk.
2. Pemerintah daerah seyogyanya merubah orientasi pembangunan perumahan secara horizontal ke vertikal (rumah susun) untuk mengurangi laju perubahan RTH.
3. Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pembangunan tata ruang agar tetap mempertahankan RTH yang sudah ada dan bagi wilayah yang belum terdapat RTH perlu ditambahkan luasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 1989. Konservasi tanah dan air. Bogor (ID): IPB Pr. Undang-undang No. 26 tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.
Undang-undang No. 32 tahun 2009. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2007. Pembangunan RTH berkelanjutan. Prosiding seminar Jabodetabek 2007. P4W-LPPM IPB Bogor. Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Bogor dalam Angka 2012. BPS Kabupaten
Bogor.
15 Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Gajah
Mada University Press. Yoyakarta.725 hlm.
Mayer WB, Turner BL. 1994. Changes in Land Use and Land Cover: A global perspective. UK: Cambridge Univ. Press.537.p.
Sudadi U, DPT Baskoro, K Munibah, B Barus dan Darmawan. 1991. Kajian pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap aliran sungai dan penurunan kualitas lahan di sub-DAS Ciliwung hulu dengan pendakatan model simulasi hidrologi. Laporan Penelitian. Bogor. Fakultas Pertanian IPB.
Supranto JO. 2004. Analisis multivariate arti dan interpretasi. Rineka cipta. Jakarta. Walpole RE. 1982. Pengantar Statistik Ed ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pusaka
16
Lampiran 1 Hasil uji akurasi citralandsat tahun 2012
CLASSIFICATION ACCURACY ASSESSMENT REPORT ---
Image File : f:/document/dateport/recode 2012.img User Name : Hp-G4
Date : Mon Jun 17 15:40:34 2013.
ACCURACY TOTALS Class
Name
Reference Total
Classified Total
Number Correct
Producers Accuracy
Users Accuracy
---- 0 2 0 ---- ----
Hutan 24 27 24 100% 88.89%
Permukiman 26 36 28 96.55% 77.78%
Semak belukar
15 15 14 93.33% 93.33%
Badan air 24 15 15 62.50% 100%
Lahan terbuka
15 14 14 93.33% 100%
Kebun campuran
15 16 13 86.67% 81.25%
Sawah 13 10 10 76.92% 100%
Total 135 135 118
Overall Classification Accuracy = 87.41%
17 Lampiran 2 Peta perubahan penutupan lahan Kabupaten Bogor
periode
tahun
19
Lampiran 4 Perubahan RTH menurut Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor
Kecamatan Total RTH (ha) Penduduk 2009
Leuwiliang 8017.65 111.164
Cibungbulang 2566.35 123.007
Ciampea 1957.05 139.478
Pamijahan 11394.4 136.006
Tenjolaya 3586.95 50.883
Cibinong 819.27 251.562
Kemang 1583.37 80.102
Rancabungur 1320.39 97.083
Bojonggede 1574.73 205.568
Tajurhalang 1681.56 88.562
Sukaraja 2621.97 152.078
Dramaga 23.94 90.476
Cijeruk 4022.37 75.137
Cigombong 4048.56 83.143
Caringin 4022.37 109.583
Ciawi 3895.83 92.642
Megamendung 5262.75 91.036
Cisarua 5984.37 109.882
Citeureup 3301.29 170.123
Babakanmadang 6816.06 86.257
Ciomas 753.75 129.565
20
Lampiran 5 Korelasi antara perubahan RTH dengan jumlah penduduk
Correlations: % RTH; Jumlah Penduduk
Pearson correlation of % RTH and Jumlah Penduduk = -0.780
P-Value = 0.000
Regression Analysis: % RTH versus Jumlah Penduduk
Weighted analysis using weights in % RTH
The regression equation is
% RTH = 103 - 0.000281 Jumlah Penduduk
Predictor Coef SE Coef T P Constant 102.600 6.765 15.17 0.000 Jumlah Penduduk -0.00028061 0.00005941 -4.72 0.000
S = 86.1795 R-Sq = 55.3% R-Sq (adj) = 52.9% Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 1 165712 165712 22.31 0.000 Residual Error 18 133684 7427
Total 19 299397
Unusual Observations
Jumlah
Obs Penduduk %RTH Fit SE Fit Residual St Resid
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampong Cham, Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 01 Mei 1987 dari ayah Sman Math dan ibu Min Aminah. Penulis adalah putra ketiga dari enam bersaudara. Tahun 2004 penulis lulus dari Raksmey Islam Cambodia Kuwait High School dan melanjutan program studi pendidikan guru agama (Ma’had I’da’ Doa’ Wal Muallimin) selama dua tahun di Phnom Penh. Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
Islamic Development Bank Scholarship (IDB). Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2009-2011. Pada periode tahun 2011-2013 penulis menjadi
President of the association of IDB sponsored students in Indonesia serta menjadi
Central committee member of Asean Muslim youth and Central committee member of international students summit and networking.