• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)"

Copied!
422
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGEMBANGAN USAHA

IKM PANGAN KOMODITI ROTI DAN KUE DI KOTA BOGOR

(Studi kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)

ADE HENDAR PURNAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : ”Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)” merupakan gagasan atau hasil penelitian Tugas Akhir saya sendiri di bawah arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Januari 2010

Ade Hendar Purnawan

NIM : F 352 064 185

(3)

ADE HENDAR PURNAWAN. The Bogor’s Cake & Bakery Small-Medium Industries Development Analyses. (Elsari Brownies and Bakery Bogor Case Study). Supervised by WH LIMBONG as a Committee Chairman and SRI HARTOYO as a member.

This research is aimed to analyze the prospect of small-medium bakery industry especially that is located in Bogor. The small industries generally still have the same problem when they need credit from the bank for their investment. This research will analyze these small industries by doing a case study in Elsari Brownies and Bakery Bogor. There are four investment criteria to be calculated or analyzed. They are NPV, IRR, B/C ratio and Payback Period. The results show that the values of four investment criteria are positive i.e. NPV value and IRR value respectively is Rp. 113.236.973,- and 66.81%, meanwhile B/C ratio value is 1.45 times and Payback Period is 31.69 months. But at normal/liquid condition which there is no wasted product causing by sales return, the analyses result show that to invest in this industry is very reasonable. At that condition the value of NPV is Rp. 267,157,761,-, IRR value’s is 132.35%, Payback Period is 18.4 months and B/C ratio is 2.21 times.

As the results of sensitivity analyses, the decreasing of brownies sales factor has significant effect rather than the influence of the increasing of brownies raw materials price factor. But if both factors are happened at the same time, it will cause worst effect than if each factors occurred.

The research is also to analyze the problems faced by the Elsari Brownies & Bakery industry. Firstly, the questionnaires are given to Elsari brownies customers. The result shows that 60% of respondents feel to be satisfied enough with this product (Elsari brownies) and 36 % of respondents are satisfied with this product. 74% of respondents said that the brownies price is cheap enough and 50% of respondents say that this product is delicious enough. Finally, the SWOT analyzed is to be done. The Internal-External Matrix shows that this industry is in fifth cell. The result recommends the Elsari industry to do the hold and maintain strategy.

The appropriate strategies for fifth cell are market penetration and product development. Elsari should do the following strategy for market penetration i.e : (a) widening market network into well known-food restaurant and tourism places that located at outside Bogor as marketing main target, by making relationship with existing counters at those places or build a new branch. The appropriate strategy for product development is making more ‘broker’ product.

Keywords : criteria investment, sensitivity analyses, SWOT analysis.

(4)

RINGKASAN

ADE HENDAR PURNAWAN. Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi kasus di Industri Kecil Bogor). Dibawah bimbingan WH Limbong sebagai Ketua dan Sri Hartoyo sebagai anggota.

Krisis ekonomi pada tahun 1998 dan tahun 2008 telah membawa dampak pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Di tengah kondisi perekonomian tersebut, industri roti dan kue kering termasuk perusahaan yang mampu bertahan. Industri Kecil Elsari bergerak di bidang pangan komoditi Roti dan Kue dengan produk utama berupa brownies dan bakery. Usaha ini dimulai sejak bulan Oktober tahun 2003 dengan jalan berjualan secara keliling dari satu rumah ke rumah lainnya (door to door) dengan modal awal sekitar Rp. 3 juta rupiah. Kapasitas produksi pada awal usaha hanya 600 box brownies per bulan namun saat ini telah mampu berproduksi berkisar 6000 box per bulan. Untuk dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan untuk menghadapi persaingan dari usaha sejenis maka IK Elsari memerlukan suatu strategi pengembangan usaha. Analisa kelayakan bisnis.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa prospek industri kecil menengah kue roti khususnya yang berlokasi di Kota Bogor. Industri kecil umumnya mempunyai masalah yang sama pada saat memerlukan kredit dari bank untuk keperluan investasi. Penelitian ini akan menganalisa industri-industri kecil menengah roti kue tersebut dengan melakukan studi kasus pada industi kecil Elsari Brownies dan Bakery Bogor. Terdapat empat kriteria investasi yang dianalisa yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C ratio (Benefit/Cost Ratio) dan Payback Period. Hasil penelitian menunjukan empat kriteria investasi yang positif yaitu Nilai NPV sebesar Rp. 113.236.973,- dan Nilai IRR sebesar 66.81%, sedangkan B/C ratio sebesar 1.45 kali dan Payback Period dicapai dalam 31.69 bulan. Namun dalam keadaan lancar dimana tidak ada produk yang terbuang dari pengembalian, hasil analisis terhadap keempat kriteria tersebut memperlihatkan bahwa usaha ini sangat menguntungkan yaitu bila dilihat dari nilai NPV sebesar Rp. 267,157,761,-, IRR sebesar 132.35%, Payback Period 18.4 bulan dan Benefit-Cost ratio sebesar 2.21 kali.

Pada penelitian ini dilakukan pula analisa sensitivitas terhadap kemungkinan adanya penurunan penjualan, kenaikan harga bahan baku dan kombinasi keduanya dari kondisi Industri Kecil Elsari saat ini (kondisi sekarang) dan juga dilakukan beberapa analisa sensitivitas dari titik acuan kondisi Industri Kecil Elsari dengan ‘kondisi lancar’. Analisa sensitivitas terhadap penjualan Elsari dilakukan dengan menganalisa kondisi apabila ada penurunan penjualan sebanyak 2%, 4%, 6% dan kenaikan penjualan sebanyak 2%, 4%,6% dari kondisi Elsari saat ini. Analisa sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dilakukan dengan menganalisa kondisi apabila ada penurunan penjualan sebanyak 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan maksimum diambil 15% dari harga bahan baku sebagai sesuatu yang mungkin terjadi di pasar. Sebagai pelengkap dilakukan pula analisa sensitivitas terhadap penurunan penjualan dari ‘kondisi lancar’ untuk memperlihatkan hal-hal yang

(5)

teratasi. Kondisi yang dilihat adalah kondisi 5%, 10% dan 15% penurunan penjualan dengan titik acuan dari posisi ‘kondisi penjualan lancar’.

Hasil dari analisa sensitivitas menunjukan bahwa faktor penurunan penjualan brownies mempunyai efek lebih berarti dibandingkan dengan pengaruh faktor peningkatan harga bahan baku.. Tetapi bila kedua faktor terjadi pada saat yang bersamaan akan menyebabkan pengaruh lebih buruk dibandingkan bila hanya salah satu faktor terjadi. Adanya penurunan penjualan menyebabkan adanya masalah yang dihadapi oleh IK Elsari yaitu bertambahnya produk terbuang dari retur penjualan (sales return). Biaya ini masuk ke dalam kerugian penjualan perusahaan. Bila hal ini dapat di atasi maka secara signifikan akan menaikkan keuntungan perusahaan.

Selain masalah tersebut, penelitian juga menganalisa masalah-masalah lainnya yang dihadapi oleh industri kecil Elsari Brownies & Bakery. Dari hasil kuesioner diberikan kepada konsumen brownies Elsari memperlihatkan 60 % konsumen merasa cukup puas terhadap produk brownies Elsari dan 36% konsumen merasa puas dengan produk ini. Tujuh puluh empat persen (74%) dari konsumen menyatakan bahwa harga brownies cukup murah dan 50% konsumen mengatakan produk ini cukup lezat.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tanggapan konsumen terhadap kinerja brownies Elsari untuk : (a) harga produk, (b) kelezatan produk dibanding produk sejenis lain, (c) ukuran brownies, (d) promosi, (e) merk, (f) keragaman dan variasi produk, (g) kepuasan pelanggan dalam membeli produk, perlu mendapat perhatian dari manajemen IK Elsari. Sedangkan:untuk kinerja : (a) aroma, (b) citarasa, (c) kemasan, (d) dicantumkannya label halal, (e) kemudahan memperoleh produk, (f) keramahan dan kesopanan dari brownies lain berada di atas rata-rata.

Hambatan dan kelemahan Elsari pada saat ini adalah (a) mempunyai tingkat kualitas SDM yang masih rendah. (b) daya tahan produk terkadang lebih rendah dari perkiraan (c) pencatatan administrasi dan keuangan masih sederhana serta terbatasnya tenaga pembukuan (d) peralatan produksi yang masih sederhana dan (e) struktur organisasi masih sederhana.

Langkah selanjutnya dilakukan analisis SWOT. Untuk mendapatkan Matriks SWOT terlebih dahulu dibuat Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix). Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) dibuat dengan mengevaluasi hambatan yang dihadapi IK Elsari dan menentukan kelemahan Elsari dengan melakukan wawancara dan pengamatan di IK Elsari sedangkan Matriks EFE dibuat berdasarkan pengamatan pada lingkungan luar Elsari yang didapat dari berbagai sumber referensi dan hasil wawancara dengan narasumber. Dari Matriks IFE dan Matriks EFE diperoleh Matriks Internal-External (Matriks IE). Matriks Internal-External memperlihatkan bahwa industri kecil Elsari berada di sel V. Dengan hasil tersebut industri kecil Elsari direkomendasikan menjalankan strategi hold and maintain. Strategi yang cocok untuk sel ini adalah strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk. Untuk menentukan strategi yang dipilih dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Strategi-strategi yang didapat dari matriks SWOT dikelompokkan berdasarkan kelompok-kelompok strategi yaitu strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk, setelah dilakukan proses dengan mengambil nilai bobot yang sama dengan Matriks IFE

(6)

strategi dengan nilai terbesar sampai terkecil.

Industri Kecil Elsari sebaiknya melakukan strategi penetrasi pasar berupa : (a) Memperluas wilayah jaringan pemasaran dengan sasaran utama pada tempat-tempat yang sudah dikenal sebagai tempat-tempat wisata kuliner terpilih dan di daerah wisata di luar Bogor, dengan cara menjalin kerjasama dengan counter yang telah ada di tempat tersebut atau membuka cabang baru. Strategi pengembangan produk yang disarankan adalah : (a) Memperbanyak produk kue kering/brownies kering ('broker').

Kata kunci : kriteria investasi, analisa sensitivitas, analisa SWOT.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis initanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh KArya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(8)

KAJIAN PENGEMBANGAN USAHA

IKM PANGAN KOMODITI ROTI DAN KUE DI KOTA

BOGOR

(Studi kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)

ADE HENDAR PURNAWAN

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(9)

Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus di Industri Kecil Elsari Bogor)

Nama Mahasiswa : Ade Hendar Purnawan

NIM : F 352 064 185

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. WH Limbong, MS

Ketua

Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS Anggota

Diketahui, Ketua Program Studi

Industri Kecil Menengah,

Dekan Sekolah Pascasarjana,

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodipuro, MS

Tanggal Ujian : 8 Desember 2009 Tanggal Lulus : ...

(10)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat, ilmu dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPS) Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS selaku ketua Komisi Pembimbing atas arahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir.

2. Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan perhatian penuh dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA selaku dosen penguji luar komisi pada ujian Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat bagi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

4. Bapak H. Maman Surahman yang telah mengizinkan dilakukannya penelitian di Industri Kecil Elsari dan atas bantuannya yang sangat besar di dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Gupuh Samirono, BBA, Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor yang telah banyak membantu di dalam penyusunan Tugas Akhir dan diperolehnya data-data pendukung yang sangat dibutuhkan.

6. Counter-counter di RM Gepuk Karuhun (Ibu Feby), Venus Jl Bangbarung, Venus Jl Pajajaran (seberang Bank BNI 46); teman-teman di Disperindagkop Kota Bogor, Ibu Shinta Juwita, SE di Bagian Perekonomian Setda Kota Bogor dan Marketing Elsari (Bapak Faisal dan Bapak Nana) atas bantuannya di dalam pengumpulan data mengenai respon pelanggan Elsari.

(11)

telah membantu dan membuka cakrawala dan wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi.

8. Ayahanda (alm), Ibunda serta isteri dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do'a restu, dukungan dan semangat.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Januari 2010 Penulis

(12)

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Mei 1969 sebagai anak kedua dari pasangan dr. Oman Kertaman Intadinata (alm.) dan Ny. O. Sri Lesmana. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Teknik Sipil ITB, lulus pada tahun 1994.

Setelah lulus, penulis bekerja pada PT Hutama Prima suatu perusahaan swasta di Jakarta yang bergerak di bidang pemeliharaan jalan dan Asphalt Mixing Plant (AMP) selama kurang lebih lima setengah bulan sebelum bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (PT. IPTN) pada pertengahan bulan April tahun 1995. Selama bekerja di IPTN (15 April 2005 s.d. 31 Maret 2005), penulis ditempatkan di Astronautics Division dan mempelajari rancang bangun small satellite, selain itu pernah pula bekerja di bagian Aeroelastics Department Aircraft Design Division mengerjakan analisa struktur dinamik (normal modes analysis, flutter analyses dan dynamics gust response) pada pesawat CN-235 dan N-250.

Mulai tanggal 01 Maret 2005 sampai sekarang penulis bekerja di Inspektorat Kota Bogor dan melakukan audit reguler pada beberapa instansi dilingkup Pemerintah Kota Bogor. Pada Mei tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(13)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah ... 5

2.2 Karakteristik UMKM Secara Umum ... 6

2.3 Kendala yang Dihadapi Oleh Sektor UMKM Secara Umum ... 6

2.4 Pengembangan Industri Kecil ... 10

2.5 Sumber Modal Usaha bagi Industri Kecil ... 15

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi ... 17

2.7 Kriteria Investasi menggunakan NPV, IRR, B/C ratio dan Analisa Payback Period ... 18

III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran …………... 21

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Data dan Sumber Data ... 25

3.4 Metode Penarikan Sampel ... 26

3.5 Metode Pengumpulan Data ………... 28

3.6 Pengolahan Data ... 29

3.7 Analisa Data ... 30

3.8 Aspek Kajian ... 38

IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Kondisi Industri Kecil Menengah di Kota Bogor ... 39

4.2 Riwayat Singkat Industri Kecil Elsari ... 44

4.3 Pola Pengadaan Bahan Baku ... 47

4.4 Pola Pemasaran ... 48

4.5 Kondisi Lingkungan IK Elsari ... 49

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Umum Pelanggan Elsari ... 50

5.2 Tanggapan Pelanggan Elsari terhadap Produk Brownies Elsari ... 56

5.3 Perilaku Pembeli dan Pemasaran Produk ... 60

(14)

5.5 Analisa Lingkungan Internal Perusahaan ... 93

5.6 Analisa Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 113

5.7 Pembuatan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 126

5.8 Pembuatan Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 128

5.9 Pembuatan Matriks Faktor Internal Eksternal ... 129

5.10 Pembuatan Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats). ... 131

5.11 Pembuatan Keputusan Strategis ... 140

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 141

6.2 Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

LAMPIRAN ... 146

(15)

No. Halaman

1 Matriks SWOT ... 37

2 Jumlah Unit Usaha Industri di Kota Bogor Tahun 2006 – 2007.... 40

3 Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Kota Bogor……...…... 41

4 Distribusi Jumlah dan Nilai Investasi Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Berdasarkan Kelompok Investasi dengan selang Rp. 50 juta... 42

5 Distribusi Jumlah Industri Pangan Komoditi Roti-Kue pada Kelompok Investasi di bawah Rp. 50 juta dengan selang Rp. 10 juta ... 43

6 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

7 Data Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan ... 51

8 Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan ... 51

9 Data Konsumen Berdasarkan Status Pekerjaan ... 52

10 Data Konsumen Berdasarkan Pendapatan Dalam Sebulan ... 53

11 Tanggapan Konsumen atas Harga Brownies Elsari ... 54

12 Tanggapan Konsumen atas Pengeluaran Rata-rata dalam Sebulan 55 13 Tanggapan Konsumen atas Keragaman dan Variasi Produk ……. 55

14 Tanggapan Konsumen atas Citarasa Kelezatan Brownies Elsari .. 56

15 Tanggapan Konsumen atas Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain ... 57

16 Tanggapan Konsumen atas Aroma Brownies Elsari ………. 58

17 Tanggapan Konsumen atas Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain ... 58

18 Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari ………. 59

19 Tanggapan Konsumen atas Kemudahan Memperoleh Produk ... 60

20 Tanggapan Konsumen atas Lokasi Pembelian Brownies Elsari ... 61

21 Tanggapan Konsumen atas Frekuensi Pembelian Brownies Elsari ……….. 61

22 Tanggapan Konsumen atas Pernah Tidaknya Membeli Brownies Elsari ... 62

(16)

23 Tanggapan Konsumen atas didapatnya informasi Brownies Elsari

pertama kali ………. 62

24 Tanggapan Konsumen atas Kemasan Brownies Elsari …………. 63 25 Tanggapan Konsumen atas Merk Brownies Elsari ………... 63 26 Tanggapan Konsumen atas Promosi Brownies Elsari …………... 64 27 Tanggapan Konsumen atas Label Halal pada Kemasan Brownies

Elsari ……….. 64

28 Tanggapan Konsumen atas Kepuasan Membeli Produk ………... 65 29 Tanggapan Konsumen atas Keramahan dan Kesopanan

Karyawan Elsari/Counter Elsari ……… 65 30 Tanggapan Konsumen atas Produk Brownies yang Merupakan

Saingan Terdekat Elsari ... 66 31 Modal awal (investasi) Industri Kecil Brownies Elsari …………. 68 32 Jumlah Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari ………... 69 33 Nilai Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari …………... 70 34 Umur Ekonomis Aset Industri Kecil Brownies Elsari ………….. 71 35 Investasi Industri Kecil Brownies Elsari per Tahun ... 72 36 Penjualan Elsari Tahun 2004 s.d. 2007 ... 73 37 Jumlah Bahan Baku yang Dibutuhkan untuk Produksi Brownies

dari Tahun 2004 s.d. 2008 ... 75 38 Biaya Bahan Baku Produksi Brownies Elsari dari Tahun 2004

sampai dengan Tahun 2008 ... 75 39 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Pinjaman Perorangan

dan Pinjaman Saudara

78 40 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Bank. 78 41 Analisa Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku

Produksi dan Penurunan Penjualan Brownies Elsari ... 84 42 Pinjaman Kredit Elsari dari Bank ... 93 43 Jumlah Karyawan di Industri Kecil Elsari ... 98 44 Daftar Counter di Kota Bogor dan Sekitarnya yang Menyediakan

Brownies Elsari ... 101 45 Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies

Elsari ... 101

(17)

46 Produk Inovasi Elsari & Daftar Harga ... 112

47 Daftar Industri Roti-Kue yang merupakan saingan utama potensial Bakery Elsari ... 117

48 PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2003 — 2007 (Jutaan Rupiah ) ... 123

49 PDRB Perkapita Kota Bogor 2003 — 2007 (Rupiah)... 124

50 Matriks Internal Factor Evaluation……….. 127

51 Matriks External Factor Evaluation ………. 128 52 Matriks Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) … 131

(18)

No. Halaman

1 Diagram Hambatan Paling Besar yang Dihadapi oleh Perusahaan (Perkotaan dan Pedesaan) ...

8

2 Alur Penelitian ... 24

3 Matriks IE ... 36

4 Perkembangan Jumlah Produksi IK Elsari Per Bulan (Tahun 2003 s.d. 2008) ... 45

5 Perkembangan Jumlah Karyawan IK Elsari dari Tahun 2003 s.d. 2008 ... 46

6 Pola Pengadaan Bahan Baku ………. 47

7 Pola Pemasaran Industri Kecil Elsari ………. 48

8 Kemasan Brownies Elsari ……….. 76

9 Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (Titik acuan : Kondisi Elsari Sekarang) .. 86

10 Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Presentase Penurunan Omzet Penjualan (Kenaikan Waste Product) dari Dua Titik Peninjauan .. 86

11 Sensitivitas Kriteria NPV terhadap: Presentase Kenaikan Bahan Baku dan Presentase Penurunan Omzet Penjualan ... 87

12 Perbandingan Sensitivitas Kriteria NPV terhadap : Presentase Kenaikan Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya …... 88

13 Perbandingan Sensitivitas Kriteria IRR terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya ... 89

14 Perbandingan Sensitivitas Kriteria B/C Ratio terhadap: Present Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Om Penjualan dan Kombinasi Keduanya ... 90

15 Diagram Alur Proses Produksi Brownies ... 92

16 Alur Pemindahan Ruangan ... 92

17 Struktur Organisasi Elsari ... 97

(19)

No. Halaman

18 Peralatan Produksi dan Operasional Industri Kecil Elsari ... 107

19 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2005 ... 108

20 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2006 ... 108

21 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2007 ... 109

22 Penjualan Brownies Elsari dari Tahun 2004 s.d. Tahun 2007 ... 109

23 Siklus Hidup Produk Brownies Elsari ... 110

24 Persentase Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur (Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah 2008, diolah) ... 117

25 Laju Inflasi Indonesia dari Tahun 2000 s.d. 2008 ... 119

26 Fluktuasi Harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum ... 120

27 Perbandingan Turun Naiknya Harga BBM Dunia dan Nasional Periode Mei 2008 s.d Januari 2009 ... 125

28 Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) untuk Industri Kecil Elsari .. 130

(20)

No. Halaman

1 Kuesioner untuk Konsumen Brownies Elsari... 147

2 Tanggapan Konsumen atas Kinerja Brownies Elsari ... 151

3 Bahan Wawancara dengan Pemilik Elsari ... 154

4 Analisis Titik Pulang Pokok (Break Even Point) Industri Kecil Elsari ………... 157

5 Proyeksi Arus Kas 2003-2008 Industri Kecil Elsari ... 158

6 Proyeksi Nilai Tunai Bersih Sekarang (NPV) & Tingkat Pengembalian Internal (IRR) Industri Kecil Elsari ... 159

7 Perhitungan Bunga Bank Setelah Dikurangi Pajak ... 160

8 Metode Payback Period & Discounted Payback Industri Kecil Elsari ... 161

9 Metode Profitability Index atau Benefit Cost Ratio Industri Kecil Elsari ... 162

10a Perhitungan Biaya Bahan Baku Industri Kecil Elsari ... 163

10b Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Industri Kecil Elsari 164 10c Perhitungan Biaya Kemasan Industri Kecil Elsari ... 165

10d Perhitungan Biaya Gaji Manajemen Elsari ... 166

11 Perhitungan Biaya Overhead Industri Kecil Elsari ... 167

12 Perhitungan Hasil Penjualan Industri Kecil Elsari ... 168

12b Perhitungan Retur Penjualan dan Spoiled Goods IK Elsari ... 168

13 Perhitungan Biaya Administrasi Industri Kecil Elsari ... 169

14 Proyeksi Penyusutan Investasi Industri Kecil Elsari dan Nilai Sisa Tahun 2008 ... 170

(21)

14a Proyeksi Penyusutan Investasi Industri Kecil Elsari... 171 15a Proyeksi Bunga Pinjaman & Pembayaran Cicilan Pinjaman

Industri Kecil Elsari ... 172 15b Pinjaman Industri Kecil Elsari ... 172 16 Proyeksi Pajak Industri Kecil Elsari ……….. 173 17 Proyeksi Laporan Laba Rugi Tahun 2003 - 2006 Industri Kecil

Elsari ... 174 18 Pergerakan Jumlah Aset Industri Kecil Elsari Industri Kecil

Elsari ... 175 19 Nilai Investasi & Aset Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari 176 19b Nilai Sisa Aset Industri Kecil Elsari Industri Kecil Elsari ... 177 20 Matriks QSPM ... 178 21 Foto-foto Peralatan dan Produk Elsari ………... 187

(22)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya krisis global dengan episentrum Amerika Serikat telah membawa dampak pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Imbas krisis di Indonesia mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan Triwulan III 2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada Triwulan IV tahun 2008.

Ditengah kondisi perekonomian Indonesia tersebut, masih terdapat perusahaan yang mampu bertahan diantaranya adalah industri roti dan kue kering. Diberbagai kota besar di Pulau Jawa, pada umumnya perusahaan roti dan kue masih dapat menjalankan usahanya walaupun dengan mengurangi volume produksi.

Peluang pengembangan usaha industri roti dan kue tidak terlepas dari analisa permintaan dan penawaran produk tersebut. Kondisi ekonomi makro serta perubahan dari konteks negara agraris lambat laun menjadi negara industri/jasa secara signifikan akan mengubah pola kehidupan masyarakat termasuk di antaranya perubahan pola makan dan berubahnya perilaku kerja sebagian besar masyarakat. Perilaku / pola kerja tersebut sangat berpengaruh terhadap pola makan, dimana masyarakat kita dewasa ini merasa lebih praktis dan efisien bila pada pagi dan sore hari mengkonsumsi makanan yang mudah diperoleh dan cukup mengandung nutrisi yang di perlukan tubuh yaitu diantaranya dengan mengkonsumsi Roti & Kue.

Beberapa perusahaan mengurangi volume produksinya pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia sekitar pertengahan 1997 hingga awal 1999. Pengurangan produksi tersebut disebabkan peningkatan harga bahan baku roti yang terlalu drastis sehingga berakibat meningkatnya biaya produksi dan harga jual produk. Di lain pihak karena krisis itu pula pendapatan masyarakat menurun drastis akibat terkena pemutusan hubungan kerja, sehingga sangat mengurangi daya beli.

(23)

secara acak di beberapa kota, sejak terjadi krisis ekonomi pada 1997 hingga awal 1999 industri roti dan kue melakukan pengurangan produksi sekitar 30 - 60%. Namun pada pertengahan tahun 1999, mereka mulai meningkatkan produksi sesuai dengan peningkatan permintaan.

Industri Roti dan Kue disamping mengalami pengaruh kondisi perekonomian maka secara alamiah mengalami persaingan diantara mereka. Berdasarkan data Disperindagkop Kota Bogor bahwa industri kecil yang terlibat dalam pembuatan industri makanan cukup banyak dimana terdapat penambahan jumlah industri kecil formal dari 180 pada tahun 2006 menjadi 193 pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan sebesar 7.2% sedangkan untuk industri makanan informal terjadi kenaikan sebesar 1.94% yaitu dari 979 unit industri kecil informal pada tahun 2006 menjadi 998 unit pada tahun 2007. Serta terdapat 40 industri kecil formal yang bergerak pada pembuatan roti dan kue di Kota Bogor, dimana kapasitas produksi per tahun dan nilai investasi dari industri kecil tersebut bervariasi. Nilai Investasi ini terdiri dari nilai : mesin / peralatan, modal kerja selama 4 bulan meliputi: bahan baku, upah/gaji dan lain-lain (biaya air, listrik, telepon). Data Disperindagkop tersebut dapat dilihat pada Bab IV penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Industri Kecil Elsari bergerak di bidang pangan komoditi Roti dan Kue dengan produk utama berupa brownies dan bakery. Usaha ini dimulai sejak bulan Oktober tahun 2003 dengan jalan berjualan secara keliling dari satu rumah ke rumah lainnya (door to door) dengan modal awal sekitar Rp. 3 juta rupiah. Pada tahun 2003 awal usaha, kapasitas produksi masih berjumlah 600 box per bulan, sedangkan pada tahun 2008 IK Elsari telah mampu memproduksi sekitar 6000 box per bulan.

(24)

dibayar cash tetapi diperbolehkan pembayaran dengan jangka waktu seminggu, dua minggu bahkan satu bulan (sistem credit).

Pinjaman dari Bank tidak selalu mulus. Hambatan untuk mendapatkan modal pernah dirasakan oleh Industri Kecil Elsari pada saat pertama kali meminjam kredit pada Bank BRI untuk modal pengembangan usaha. Plafon yang diberikan hanya Rp. 10.000.000,- dari yang diminta Rp. 50.000.000,-. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya prinsip kehati-hatian dari bank yang melihat usaha Elsari pada saat itu baru berjalan sehingga tidak terdapat data yang mencukupi untuk menilai perkembangannya dan analisa kelayakan bisnis, serta belum memiliki izin usaha.

Untuk dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan untuk menghadapi persaingan dari usaha sejenis maka IK Elsari memerlukan suatu strategi pengembangan usaha, demikian pula untuk kemudahan memperoleh kredit dari bank maka diperlukan perhitungan analisa kelayakan bisnis. Analisa kelayakan bisnis juga merupakan salah satu input untuk menyusun strategi pengembangan usaha.

Pada penelitian ini dilakukan kedua analisa tersebut. Dengan adanya analisa ini diharapkan Industri Kecil Elsari dapat meningkatkan daya saing industri dan kompetitif melalui alternatif-alternatif perbaikan yang disarankan.

Pada penelitian ini permasalahan yang dirumuskan adalah : 1. Bagaimana kelayakan bisnis IK Elsari?

2. Faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi perkembangan perusahaan serta strategi pengembangan bisnis apa yang harus dilakukan perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

(25)

2. Melakukan analisa faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi strategi perkembangan perusahaan (menganalisa hambatan-hambatan / kendala utama yang dihadapi Industri Kecil (IK) Elsari (kelemahan), kekuatan, peluang dan ancaman)

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Industri Kecil Elsari sebagai masukan untuk pengembangan industri, bahan evaluasi dan atau untuk proposal pengajuan kredit kepada perbankan.

2. Kepada pihak Perbankan sebagai informasi tambahan dan gambaran mengenai Industri Kecil Produsen Roti-Kue Kota Bogor untuk keperluan analisa kredit dengan belajar pada studi kasus Industri Kecil Elsari.

3. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor sebagai bahan masukan mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi oleh salah satu Industri Kecil Produsen Roti-Kue Kota Bogor yaitu Industri Kecil Elsari.

(26)

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menggantikan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Kriteria Usaha Mikro, adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(27)

sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Sedangkan yang dimaksud Usaha Besar berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.2 Karakteristik UMKM Secara Umum

Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia secara umum dapat digambarkan seperti di bawah ini (Sukarman 2007):

a) Tradisional b) Perorangan

c) Sarat penggunaan sumber daya lokal d) Menghasilkan produk sederhana e) Teknologi yang digunakan tepat guna f) Usaha lebih fleksibel dan padat karya

g) Khusus usaha mikro terutama berada pada golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

2.3 Kendala yang Dihadapi Oleh Sektor UMKM Secara Umum

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia mempunyai kendala umum sebagai berikut (Sukarman 2007):

(28)

c) Manajemen sederhana atau tradisional

d) Sistem pembukuan / administrasi keuangan belum baik e) Belum terdaftar secara formal

f) Tidak memenuhi persyaratan bank teknis

g) Kurang akses informasi dan pemanfaatan teknologi h) Kurang menjaga kualitas produk

i) Permodalan untuk mengembangkan usahanya.

Berdasarkan hasil survei RICS (Rural Investment Climate Survey) maka hambatan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan di pedesaan dan perkotaan seperti terlihat pada Gambar 1. Permintaan akan barang dan jasa (Demand for goods and services), akses terhadap kredit formal (Access to formal credit), dan akses jalan (Road access) merupakan tiga keluhan utama dari Perusahaan non-pertanian di pedesaan (Non-Farm Enterprise). Selain itu interest rates, access to market, uncertain economic policy, dan complicated loan procedures masing-masing merupakan peringkat hambatan kelima, keenam, kesembilan dan kesebelas (Indopov 2006). Namun penulis berpendapat bahwa interest rates dan complicated loan procedures ada kaitannya pula dengan kesulitan dengan access to formal credit sehingga responden belum merasakan kedua faktor tersebut.

(29)

modern dimana produk yang dihasilkan lebih bermutu (Indopov 2006).

perusahaan

Gambar 1 Diagram Hambatan Paling Besar yang Dihadapi oleh Perusahaan (Perkotaan dan Pedesaan). (Indopov 2006)

Akses terhadap kredit formal merupakan hambatan terbesar kedua yang dihadapi oleh Perusahaan non-pertanian pedesaan (Non-Farm Enterprise). Kuncinya di sini adalah kredit formal itu sendiri yang merupakan hambatan, dibandingkan dengan sumber kredit informal. Walaupun Indonesia cukup merasa bangga dengan reputasi internasionalnya untuk perbankan pedesaan, masih banyak celah yang perlu diperbaiki, dengan jumlah kelompok minoritas dengan perusahaan mikro dan kecil masih tetap tidak bisa mendapatkan akses terhadap sistem perbankan resmi.

(30)

jalan di tingkat Kabupaten (Indopov 2006).

Keluhan utama Perusahaan non-pertanian di pedesaan (NFE) sangat berbeda dengan keluhan perusahaan besar yang terletak di wilayah perkotaan . Walaupun sulit melakukan perbandingan secara langsung, penilaian terhadap iklim investasi perusahaan besar di perkotaan cenderung menggarisbawahi masalah-masalah yang berhubungan dengan instabilitas makroekonomi, ketidakpastian kebijakan, korupsi, sistem hukum dan isu perpajakan. Sementara beberapa dari ciri ini juga merupakan keluhan dari Perusahaan non-pertanian di pedesaan (NFE), tetapi jelas masalah itu tidak merupakan yang utama (Indopov 2006).

Sedangkan menurut Hubeis, kendala pengembangan industri kecil dapat disebabkan oleh faktor kemampuan yang bersifat alamiah (mental dan budaya kerja), tingkat pendidikan SDM, terbatasnya keterampilan dan keahlian, keterbatasan modal dan informasi pasar, volume produksi yang terbatas, mutu yang beragam, penampilan yang sederhana, infrastruktur dan peralatan yang usang, beberapa kebijaksanaan dan tingkah laku dari pelaku bisnis yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkannya sangat beragam, baik dalam mutu, ukuran, warna maupun bentuk / desainnya, yang pada akhimya berdampak terhadap harga jual yang kurang kompetitif (Hubeis, 1997).

(31)

mutlak (necessary condition) maupun tambahan (sufficient condition) dalam mencapai kompetivitas secara spesifik maupun global (Hubeis, 1997).

Industri kecil sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional terlibat mulai dari sektor primer, sekunder dan tersier. Dalam perkembangannya, sektor sekunder dari industri kecil, yaitu industri kecil pengolahan telah berkembang pesat dari segi jumlahnya, terutama yang memiliki omzet < Rp. 50 juta bila dibandingkan dengan yang lainnya. Terpusatnya industri kecil pada lapisan omzet < Rp. 50 juta, sebagaimana usaha kecil pada umumnya lebih disebabkan oleh keterbatasan faktor-faktor seperti modal, pemasaran, persaingan, bahan baku, teknik produksi dan manajerial. Di sisi lain, ternyata industri kecil yang bergerak di bidang pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, kerajinan dan umum memiliki kemampuan ekspor. Hal itu menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki kemampuan berkembang cepat dan berdaya saing kuat, karena dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, padat karya dan menerapkan teknologi produksi yang beragam. Oleh karena itu, industri kecil sebagai unsur dari sistem bisnis perlu dilengkapi dengan kompetensi, disamping telah menerapkan strategi untuk hidup dan tumbuh melalui kemampuan multi resources pooling (fleksibilitas) pada mutu, nilai-nilai dan ketersediaan barang dan jasa yang dihasilkannya (Hubeis, 1997).

2.4 Pengembangan Industri Kecil

(32)

apa yang dipaparkan telah diatur oleh Pemerintah dengan UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil untuk memberdayakan usaha kecil (termasuk industri kecil), diantaranya pelaksanaan kemitraan yang sehat dan seimbang melalui pola inti plasma, pola subkontrak (subcontracting), pola dagang umum (vendor), waralaba (franchise), keagenan. dan bentuk-bentuk lain (bapak-anak angkat, pembinaan oleh BUMN, kontak bisnis, kerjasama bisnis, keterkaitan bisnis). Hal ini ditujukan untuk merangsang iklim usaha yang kondusif antar pelaku ekonomi, membuka peluang usaha dan mencegah terbentuknya struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan tidak sehat antar pengusaha besar / menengah dan pengusaha kecil (Hubeis, 1997).

Peluang pengembangan bisnis pada industri kecil sebagaimana usaha lainnya dapat dilakukan melalui pemerkuatan usaha yang ada, dengan cara berkonsentrasi pada mutu, produktivitas, sinergi (merger) atau aliansi strategik dan peningkatan produk dengan inovasi (tampil beda); kreativitas bisnis baru (ceruk pasar tertentu) dan pertarungan (better than competitors) baik secara mandiri maupun bekerjasama (kerjasama operasional, waralaba, kemitraan dan patungan). Kegiatan tersebut merupakan upaya restrukturisasi bisnis perusahaan untuk meningkatkan keunggulan daya saing (profesionalisme, efisiensi, efektivitas dan produktivitas) dalam jangka panjang yang didasarkan pada faktor keterbatasan aset, dana dan SDM, serta sistem dan teknologi. Hal ini tentunya tidak lepas faktor resiko finansial (produk tidak memuaskan), resiko fungsional (malfungsi dari terobosan yang dilakukan), resiko fisik (kerusakan fisik produk), resiko psikologis (perasaan tidak puas) dan resiko sosial (ketidakrespekan) (Hubeis, 1997).

(33)

dan berbagai sumber daya lainnya. Dengan kata lain upaya tersebut (power play) sangat ditentukan oleh komponen fisik (muscle), uang (money) dan pikiran (mind) (Hubeis M 1997).

Perencanaan strategis

Manajemen Strategis menurut David (2003) (Strategic Management : Concepts and Cases) adalah :

”Strategic management can be defined as the art and science of formulating, implementing, and evaluating cross-functional decisions that enable an organization to achieve its objective. As this definition implies, strategic management focuses on integrating management, marketing, finance/accounting, production/operations, research and development, and computer information system to achieve organizational success ” (Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu mengenai perumusan, penerapan dan pengevaluasian fungsi silang keputusan-keputusan yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.)

Sedangkan menurut Jauch dan Glueck (1988), di dalam bukunya berjudul Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, manajemen strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan.

Kata lain dari manajemen strategis adalah perencanaan strategis (strategic planning), istilah ini lebih sering digunakan dalam dunia bisnis.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Skala Usaha Industri

Kecil

(34)

terkait dengan perilaku pengusaha itu sendiri yang dalam literatur tersebut dikenal dengan faktor kewirausahaan. Menurut Liles (1996) yang dikutip oleh Firmansyah et al. (2001) ciri-ciri atau sikap kewirausahaan dapat diidentifikasi melalui empatbelas sikap yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha, baik yang berada pada perusahaan swasta yang berorientasi mencari laba maupun pada organisasi nirlaba untuk mengembangkan usahanya. Keempatbelas sikap kewirausahaan tersebut adalah:

1. Keberanian mengambil resiko

2. Sikap percaya diri

3. Kemampuan melihat peluang usaha

4. Kemampuan membangun jaringan kemitraan

5. Sikap percaya pada orang lain

6. Sikap hemat

7. Sikap menghargai waktu

8. Ketekunan dan kerja keras 9. Suka menghadapi tantangan 10. Disiplin dan tanggung jawab 11. Motivasi untuk maju

12. Keberanian melakukan perubahan 13. Berorientasi terhadap masa depan 14. Menepati janji

Menurut Mead dan Liedholm (1998) seperti dikutip oleh Firmansyah et al. (2001), faktor-faktor yang diduga turut mempengaruhi pertumbuhan skala usaha industri adalah sebagai berikut :

1. Umur pengusaha (tua, muda);

2. Pendidikan (SD sampai dengan Perguruan Tinggi);

(35)

5. Gender (laki-laki, perempuan);

6. Entreprenership atau kewirausahaan (visi, misi, strategi, langkah-langkah operasional, kemampuan manajemen, jaringan usaha);

7. Segmen pasar (kelas bawah, menengah, dan atas); 8. Orientasi pasar (lokal, nasional, internasional);

9. Struktur pasar (monopoli, oligopoli, persaingan monopolistik, persaingan sempurna);

10. Kebijakan pemerintah (perkreditan, perpajakan, perijinan, kemitraan perundang-undangan).

Sementara itu dari hasil penelitian Thoha M (2000) memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan skala usaha Industri Kecil Rumah Tangga (IKRT) meliputi :

1. Umur pengusaha yang paling efektif dalam pengembangan skala usaha IKRT adalah kurang dari 45 tahun; setelah itu tampak mulai kurang efektif.

2. Tingkat pendidikan berpengaruh positip terhadap keberhasilan dalam pengembangan skala usaha IKRT.

3. Rata-rata lama usaha yang diperlukan untuk peningkatan skala usaha dari IRT menjadi IK adalah sekitar 5 - 10 tahun.

4. Kerjasama antar sesama IKRT maupun dengan usaha yang lebih besar berpengaruh positip dalam pengembangan skala usaha, tetapi untuk kasus Bali kerjasama antar sesama IKRT tampak lebih efektif dibandingkan dengan usaha yang lebih besar.

(36)

yakni inovasi dalam: proses produksi, desain produk, kualitas produk serta kecanggihan peralatan/mesin yang dipakai.

2.5 Sumber Modal Usaha bagi Industri Kecil

Sumber modal usaha bagi industri kecil dapat diperoleh dari peminjaman dari: keluarga, perbankan, atau Lembaga Keuangan Bukan Perbankan (perusahaan asuransi, lembaga dana pensiun, perusahaan investasi, perusahaan pembiayaan, pegadaian), dan sebagainya.

2.5.1 Perbankan

Penggolongan Bank berdasarkan jenisnya menurut Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut:

• Bank umum

• Bank Perkreditan Rakyat

1) Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam pembayaran. Kegiatan usaha bank umum antara lain adalah:

a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b) memberikan kredit;

c) menerbitkan surat pengakuan utang;

d) membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; dan

(37)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi BPR adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

Kegiatan-kegiatan usaha yang diperbolehkan dilakukan oleh BPR menurut undang-undang adalah:

a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan; b) memberikan kredit;

c) menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil; dan

d) menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito dan atau tabungan pada bank lain.

2.5.2 Kebutuhan Kredit Usaha Kecil

Usaha yang sangat kecil (usaha mikro) dan usaha kecil sederhana umumnya membutuhkan kredit dengan ciri-ciri (Sukarman 2007):

a) Kredit yang relatifkecil dan luwes

b) Prosedur /persyaratan kredit mudah dan cepat c) Jaminan fisik relatif fleksible

d) Bisa sering meminjam

(38)

Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi (Rahardja, 2008).

a. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.

1) Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi.

Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas, tingkat pengembalian yang diharapkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonteknis, terutama di negara sedang berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi (Rahardja, 2008).

2) Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.

(39)

agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi. jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat, demikian pula dengan faktor keamanan (kondisi keamanan negara) (Rahardja, 2008).

b. Biaya Investasi

Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun.

Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Faktor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan. Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan (Rahardja, 2008).

2.7 Kriteria Investasi menggunakan NPV, IRR , B/C ratio dan Analisa Payback

Period

Untuk membuat suatu keputusan apakah rencana investasi diterima atau ditolak minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu : NPV, IRR, B/C ratio dan Analisa Payback Period.

a. Net Present Value (NPV)

(40)

suatu rencana investasi dapat dipecahkan baik dengan menggunakan metoda NPV, maupun metoda yang lainnya. Permasalahannya terletak pada penentuan kriteria pemilihan alternatif, yaitu harus menggunakan kriteria yang konsisten. Pada NPV, sebuah rencana investasi dapat diterima apabila rencana investasi tersebut mempunyai Nilai Sekarang Bersih (NSB) yang positip, NSB > 0. NSB ini merupakan selisih antara Nilai Sekarang Penerimaan dengan Nilai Sekarang Biaya (Siregar, 1988).

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) dari suatu investasi dapat didefinisikan sebagai "tingkat suku bunga" yang akan menyebabkan nilai ekivalen biaya/investasi sama dcngan nilai ekivalen penerimaan. Dengan demikian maka perumusan nilai sekarang (present value) dan nilai tahunan ('annual value') merupakan dasar bagi perhitungan IRR.

Menghitung IRR pada dasarnya adalah menentukan i sedemikian rupa sehingga diperoleh Nilai Sekarang Bersih sama dengan nol (NPV=0). (Siregar, 1988).

c. Analisis Rasio Manfaat - Biaya (RMB) atau B/C Ratio

RMB merupakan pembandingan antara nilai ekivalen manfaat dengan nilai ekivalen biaya, atau dirumuskan sebagai berikut :

Nilai Sekarang Manfaat RMB = ---

Nilai Sekarang Biaya

(41)

Periode pengembalian atau 'payback period' dari suatu proyek dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama dengan jumlah investasi/ biaya.

APP sering digunakan oleh karena mudah menggunakannya dan mudah dimengerti, terutama oleh pihak yang tidak akrab dengan konsep ekivalensi. Tetapi perlu hati-hati bila menggunakan metoda ini karena terdapat beberapa kelemahan yang nyata, yaitu :

a. mengabaikan konsep nilai waktu dari uang,

b. semua konsekuensi ekonomi setelah periode pengembalian tidak diperhitungkan, atau diabaikan.

Oleh karena itu, APP hanya merupakan pendekatan saja, bukan suatu perhitungan yang pasti. Dengan demikian, biasanya metoda APP ini hanya digunakan sebagai evaluasi awal saja.

(42)

METODE PENELITIAN

Pada Bab 3 ini dibahas mengenai kerangka pemikiran, penentuan lokasi, data dan sumber data, metode penarikan sampel, metode pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data.

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mempunyai tujuan melakukan analisa faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan perusahaan (menganalisa hambatan-hambatan / kendala utama (kelemahan) yang dihadapi Industri Kecil (IK) Elsari, kekuatan yang dimiliki, peluang dan ancaman yang ada). Berdasarkan data-data yang terkumpul tersebut disusun suatu strategi pengembangan bisnis yang sebaiknya dilakukan oleh Industri Kecil Elsari dalam menyiasati kondisi-kondisi tersebut.

Analisa kelayakan bisnis merupakan salah satu hal yang dilakukan pada penelitian ini sebagai input dalam pembentukan matriks IFE. Pada analisa kelayakan bisnis dinilai berdasarkan kriteria investasi NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period. Selanjutnya analisa sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor : (1) kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan baku, (2) adanya penurunan penjualan yang berakibat terjadinya kenaikan wasted product akibat dari retur produk oleh counter yang tidak dapat termanfaatkan dikarenakan telah basi, berjamur atau berbau apek. Kondisi IK Elsari pada rentang pengamatan dari tahun 2003 s.d tahun 2008 mempunyai tingkat wasted product antara 6%-8% dari retur penjualan.

Adanya kondisi wasted product ini merupakan salah satu kelemahan dari IK Elsari maka pada analisa sensitivitas ini acuan awal adalah kondisi Elsari sekarang dengan tingkat wasted product dari retur 6-8%. Selain itu dilakukan analisa sensitivitas terhadap penurunan penjualan dari kondisi

(43)

product-nya nol. Kondisi ini diberi nama ‘kondisi lancar’.

Pada analisis sensitivitas ini besarnya persentase kenaikan bahan baku yang dianalisis yaitu terjadinya kenaikan sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 15% dari kondisi sekarang dengan pertimbangan prosentase kenaikan tersebut sangat mungkin terjadi di pasar. Demikian pula dengan penurunan penjualan, analisa sensitivitas dilakukan dengan kemungkinan terjadinya penurunan penjualan sebesar 2%, 4%, dan 6% dari kondisi sekarang. Selain penurunan penjualan dilakukan pula sensitivitas terhadap kenaikan penjualan sebesar 2%, 4%, 6% untuk melihat trend keuntungan yang terjadi apabila terjadi kenaikan penjualan dan untuk kepentingan perbandingan dengan tinjauan penurunan penjualan sebesar 5%, 10% dan 15% dari kondisi lancar.

Analisa sensitivitas terhadap penambahan wasted product tidak dilakukan secara khusus tetapi dikaitkan dengan analisa penurunan penjualan karena penurunan penjualan akan meningkatkan jumlah retur, dimana retur ini menjadi produk yang terbuang dikarenakan sifat dari produk (makanan) yang tidak tahan lama dan adanya regulasi yang melarang produk retur dijual lagi sebagai bahan makanan bagi manusia.

Analisa sensitivitas ini lebih ditekankan kepada tujuan/kepentingan untuk melihat/menganalisa ketahanan IK Elsari terhadap faktor-faktor perubahan di atas dengan belajar dari pengalaman yang lalu karena analisa sensitivitas ini tidak dilakukan terhadap waktu yang akan datang, tetapi terhadap rentang waktu yang sedang dipelajari/diamati (tahun 2003 s.d. 2008).

Matriks IFE selain disusun berdasarkan analisa kelayakan bisnis, juga didapatkan berdasarkan hasil survei dengan para pelanggan Elsari, wawancara dengan pihak pemilik Elsari dan wawancara dengan Kepala Seksi Industri Agro dan Hasil Hutan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor.

(44)

koran Kompas cetak kurun waktu Februari 2008 s.d. Mei 2009, dan internet untuk mendapatkan kondisi eksternal yang sedang berkembang saat ini.

Dari matriks IFE dan matriks EFE maka diperoleh matriks IE sehingga diperoleh posisi IK Elsari di dalam matriks IE. Matriks IE terdiri dari 9 segmen/cell dimana masing-masing segmen merekomendasikan jenis strategi yang harus ditempuh. Dengan diketahuinya posisi/letak IK Elsari pada segmen matriks IE maka dapat ditentukan jenis strategi apa yang cocok/sesuai untuk dikembangkan oleh perusahaan.

Selanjutnya dibuat matriks SWOT yang merumuskan strategi-strategi apa yang cocok pada masing-masing kuadran sesuai dengan jenis strategi yang direkomendasikan oleh matriks IE sehingga dipilih tiga strategi yang cocok untuk masing-masing strategi S-O (Strengths-Opportunities), strategi S-T (Strengths-Threats), strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) dan strategi W-T (Weaknesses-Threats).

Dari sembilan strategi yang terkumpul kemudian didiskusikan lagi dengan kedua responden di atas dengan menyusun matriks QSPM. Dari hasil wawancara dengan dua responden tersebut diperoleh nilai Attractive Score. Nilai Attractive Score ini apabila dikalikan dengan nilai Bobot (yang diperoleh pada saat penyusunan matriks IFE dan matriks EFE dengan cara matriks berpasangan) akan diperoleh nilai Total Attractive Score (TAS). Pada Matriks QSPM strategi dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan semua strategi diberi nilai Attractive Score sehingga diperoleh nilai Total Attractive Score (TAS). Strategi pada kelompok yang sama kemudian dibandingkan dan diberi peringkat

Strategi yang dipilih merupakan satu atau dua strategi peringkat tertinggi untuk masing-masing kelompok strategi. Strategi-strategi inilah yang kemudian akan disarankan kepada pihak manajemen Industri Kecil Elsari sebagai strategi pengembangan usaha.

(45)

Wawancara dgn pemilik Elsari (langsung maupun

dgn kuesioner) Wawancara

dengan narasumber Disperindagkop

Analisa Kelayakan Bisnis dgn Kriteria Investasi : IRR, NPV,

PP, B/C ratio

Literatur (buku, koran, internet, penelitian, dll) Peraturan & Kebijakan Pemerintah, Laporan instansi pemerintah (BI, BPS, Pemerintah Pusat, Pemda)

Matriks IFE

Matriks EFE

MATRIKS IE

MATRIKS SWOT

Tanggapan Pelanggan terhadap produk & kepuasan

Matriks QSPM

Strategi Pengembangan Industri Kecil Elsari Kuesioner pada

pelanggan Elsari

(46)

Penelitian tugas akhir dilakukan di Industri Kecil Elsari Jl Pondok Rumput 18 RT 03/RW 11, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2008 s.d pertengahan bulan Januari 2009 dilanjutkan kembali dari bulan Maret 2009 hingga bulan Mei 2009 dengan waktu selama 4.5 bulan.

Lokasi penyebaran kuesioner yaitu : counter Venus Jl. Bangbarung, counter Venus Jl. Pajajaran (dekat Toko B-Bos) dan RM Gepuk Karuhun Jl Sukasari 1 Kota Bogor.

3.3 Data dan Sumber Data

Data untuk penelitian pada tesis ini didapat dari data primer dan data sekunder termasuk studi pustaka.

a. Data Primer dari Hasil Kuesioner (Questionnaire), Wawancara (interview) dan Observasi lapangan.

Kuesioner diberikan kepada Industri Kecil Elsari dan pelanggan Elsari. Data-data primer yang diperoleh dari Industri Kecil Elsari sebagian besar (mayoritas) merupakan hasil wawancara dengan pemilik Elsari baik berupa wawancara secara terarah menggunakan alat bantu kuesioner maupun wawancara secara lisan. Beberapa informasi lainnya diperoleh dari Bpk. Gupuh (Disperindagkop Kota Bogor), Bpk Ade Lutfi dan Bpk Faisal dari marketing Elsari.

Data pendukung yang diperlukan dalam penyusunan analisis SWOT di dapat dari hasil wawancara dengan pemilik Elsari dan Bpk. Gupuh (Disperindagkop Kota Bogor), yaitu pada saat penentuan angka bobot dan rating.

(47)

mengenai kondisi keuangan perusahaan terutama diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik Elsari. Hambatan yang dihadapi selain masih sederhananya penulisan pencatatan keuangan, juga tidak adanya rekapitulasi keuangan, dan catatan keuangan tidak berupa per rincian obyek.

b. Data sekunder dari Disperindagkop Kota Bogor.

Data dari Disperindagkop Kota Bogor untuk melihat ruang lingkup secara keseluruhan pada tingkat kota dan investasi IKM di Kota Bogor. Data dari Disperindagkop tersebut meliputi a.l. klasifikasi jenis usaha, pertumbuhan / penambahan jumlah IKM/UMKM yang ada pada tahun 2006 dan 2007, jumlah IKM Pangan Komoditi Roti-Kue, nilai investasi IKM Pangan Komoditi Roti-Kue, data industri kecil sejenis yang dapat menjadi pesaing Industri Kecil Elsari serta pembinaan IKM yang telah dilakukan oleh Disperindagkop Kota Bogor termasuk di dalamnya mengikutsertakan IKM pada pelatihan-pelatihan pada instansi terkait.

c. Kepustakaan / Studi Pustaka

Studi pustaka dari beberapa buku, koran, website (internet), dan hasil penelitian digunakan sebagai landasan teori dan bacaan penunjang. Sumber informasi dari surat kabar maupun internet digunakan untuk melihat permasalahan umum IKM dan situasi yang sedang berkembang sekarang.

3.4 Metode Penarikan Sampel

(48)

(Umar Sekaran 1992, diacu dalam Agung 2005).

Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 65 buah kuesioner dimana yang mengembalikan kuesioner sebanyak 55 responden dan diambil sampel sebanyak 50 responden dari 55 responden yang menjawab tersebut. Kuesioner dibuat dalam skala linkert untuk isian tanggapan responden terhadap produk brownies Elsari.

Teorema tentang variabel tunggal atau univariat menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk ukuran sampel yang mendekati tak berhingga, sedangkan dalam praktek teorema limit sentral telah dapat diterapkan untuk ukuran sampel minimal 30 (Agung, 2005). Roscoe menganjurkan ukuran sampel berdasarkan the rule of thumb berikut : “ukuran sampel lebih besar daripada 30 dan lebih kecil dari 500 cocok dipakai untuk kebanyakan penelitian” (Roscoe 1975, diacu dalam Agung 2005). Untuk eksperimen sederhana dengan kendali yang ketat, keberhasilan penelitian dapat dicapai dengan memakai sampel berukuran 10 sampai dengan 20 (Agung, 2005).

James J. Schlesselman menyatakan walaupun terdapat banyak rumus-rumus yang dapat dipakai untuk memperkirakan ukuran sampel yang diperlukan akan tetapi ukuran sampel yang diperoleh tersebut hanya merupakan suatu pedoman bukanlah merupakan syarat yang absolut (Schlesselman 1982, diacu dalam Agung 2005). Menurut Agung (2005) suatu data sampel tidaklah mungkin akan dapat menjelaskan karakteristik populasi secara menyeluruh kecuali jika sampelnya merupakan seluruh populasi.

(49)

Metode Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

a. Data Primer : Metode Pengumpulan Data Survei dengan Alat Bantu Kuesioner (Questionnaire), Metode Pengumpulan Data Melalui Wawancara (interview) Langsung & Bantuan Alat Bantu Kuesioner dan Pengumpulan Data dengan Observasi Lapangan.

Kuesioner diberikan kepada Industri Kecil Elsari dan pelanggan Elsari untuk mendapatkan data yang lebih terarah. Bentuk Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Selain melalui kuesioner, untuk mengetahui kendala/ hambatan-hambatan yang dialami Industri Kecil Elsari, pandangan pelanggan mengenai produk brownies Elsari dan untuk keperluan pembuatan analisa kelayakan bisnis serta analisa SWOT (mendapatkan matriks IFE, EFE dan Matriks IE) akan dilakukan melalui teknik komunikasi langsung melalui wawancara kepada pemilik Industri Kecil Elsari dan melakukan observasi lapangan di industri kecil tersebut. Selain kepada pemilik Elsari, untuk keperluan analisa SWOT (mendapatkan matriks IFE, EFE dan Matriks IE) maka dilakukan pula wawancara dengan Kepala Seksi Agro dan Hasil Hutan Disperindagkop yang mengetahui kondisi Elsari sebagai narasumber kedua.

b. Penyebaran Questioner

(50)

yang ikut membantu pemasaran Elsari.

3.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan dan analisa data dilakukan tahapan berikut : a. Editing data /penyuntingan data

Penyuntingan data adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Masalah-masalah yang perlu diteliti kembali dalam melakukan editing data sebagai berikut:

1) Kelengkapan Pengisian Kuesioner

Pada tahap ini perlu dicek apakah kuesioner yang telah disiapkan sudah diisi oleh responden dengan lengkap atau belum. Bila belum lengkap, apabila memungkinkan kuesioner tersebut bisa dilengkapi oleh peneliti dengan mendatangi kembali responden, namun adakalanya responden keberatan menyertakan nama dan alamat.

2) Keterbatasan Bacaan

Kadang-kadang kuesioner yang dikirim kepada responden, setelah diisi, kurang jelas tulisannya atau ada kalimat yang kurang jelas bacaannya.

3) Kesesuaian Jawaban

Kesesuian jawaban antara pertanyaan satu dengan pertanyaan lainnya perlu diteliti kembali. Jawaban responden jangan sampai ada yang saling bertentangan dalam satu kuesioner. Bila terjadi, misalnya pada saat melakukan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner (misalnya pada saat wawancara dengan pemilik Elsari) dapat ditanyakan kembali sehingga informasi menjadi jelas.

4) Relevansi Jawaban

(51)

Mengoreksi kembali satuan yang digunakan responden dalam menjawab pertanyaan. Misalnya dalam Kuesioner terdapat isian kebutuhan tabung gas yang diperlukan saat produksi, sebenarnya yang dimaksud oleh peneliti satuan yang diinginkan jumlah tabung gas per bulan yang dipakai, tetapi responden menjawab penggunaan tabung dalam rata-rata per hari. Jawaban seperti ini perlu dikoreksi dan ditanyakan kembali sebelum diolah lebih lanjut.

b. Tabulasi data

Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Dengan memasukkan data dalam bentuk tabel akan memudahkan dalam melakukan analisis.

c. Menyajikan dalam bentuk tabel dan dalam bentuk grafik. setelah melakukan perhitungan atas besaran setiap peubah.

Data-data yang disajikan dalam bentuk tabel terutama untuk data hasil survei pelanggan, data hasil wawancara dengan pemilik Elsari, data analisa kelayakan usaha,dll. Data yang disajikan dalam bentuk grafik misalnya data penjualan Elsari, data perkembangan jumlah karyawan Elsari, hasil analisa sensitivitas dsb.

3.7 Analisa Data

a. Analisa Deskriptif

(52)

bagi perusahaan yang diuraikan secara deskriptif).

b. Analisa NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period

Analisa NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period akan dilakukan pada industri kecil brownies Elsari. Analisa Payback period, IRR, NPV, B/C ratio tersebut akan digunakan untuk menganalisa kelayakan bisnis industri kecil brownies Elsari.

c. Analisa SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities and Threats)

Untuk keperluan strategi pengembangan usaha maka diperlukan suatu analisa SWOT, yaitu analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Model yang dipakai terdiri dari :

a. Matrix Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) b. Matrix Evaluasi Faktor Internal (IFE) c. Matrix Internal Eksternal (IE)

d. Matriks SWOT

a) Matrix Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE Matrix) memungkinkan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Menurut David (2005) Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan:

(53)

komparatif bila mungkin.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1.0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor tersebut, di mana 4 = respons perusahaan superior, 3 = respons perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons perusahaan rota-rota, dan 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company-based), sedangkan bobot dalam Tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based). Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4.

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang.

5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi.

Penentuan Bobot

Gambar

Gambar 2 Alur Penelitian
Gambar 3 Matriks IE
Tabel 3 Industri Pangan Komoditi Roti-Kue Kota Bogor
Gambar 4  Perkembangan Jumlah Produksi IK Elsari Per Bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

atau perlakuan yang dilakukan untuk seorang atau masyarakat juga dipaparkan sebagai penatalaksanaan. Intervensi yang dilakukan yaitu memberikan terapi seduhan air

Walaupun tidak semua orang dapat menjawab panggilan untuk menjadi imam, ataupun biarawan dan biarawati, tetapi kita semua dapat mengambil bagian agar panggilan tersebut dapat

1.3 Batasan Masalah Agar dalam penulisan tugas akhir ini lebih terarah dan masalah yang dihadapi tidak terlalu luas, maka dibatasi masalah hanya pada proses 13kenaikan gaji

Ketua Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut..

Di dalam suatu penelitian yang diimplementasikan ke dalam suatu kode program dengan menggunakan aplikasi yang terdapat di dalam sistem komputer, berikut ini merupakan

Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 732/KPT/I/2018 tentang Izin Penyatuan dan Perubahan Bentuk Beberapa Perguruan Tinggi

Kondisi ini telah diantisipasi oleh Toyota. Mesin Innova dilengkapi dengan “knock sensor”. bila mesin mengalami detonasi atau “mbrebet”, menembak

Sutaryo (2009) menyebutkan bahwa biomassa dibagi menjadi 4, yaitu: 1) Biomassa atas permukaan (semua material hidup di atas permukaan terdiri dari batang,