• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji pengawetan terhadap daya simpan bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji pengawetan terhadap daya simpan bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN

BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH

(

Pennisetum purpureum

Schummach)

SKRIPSI

VERAWATI AMBARITA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

i RINGKASAN

Verawati Ambarita. D24070230. Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Asep Tata Permana, M. Sc.

Budidaya rumput gajah pada umumnya menggunakan bahan tanam vegetatif yaitu stek. Pengembangbiakan dengan cara generatif (biji) tidak dapat dilakukan karena infertil. Peternak ataupun produsen rumput gajah masih belum dapat mendistribusikan stek rumput gajah lebih dari satu minggu, karena sifatnya yang mudah rusak akibat faktor luar seperti mikroba dan fungi. Metode penyimpanan stek yang baik diperlukan agar stek memiliki daya simpan yang lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan dan alat yang dapat memperpanjang umur stek dan menentukan lama masa simpan yang terbaik untuk bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan ulangan 5 kali. Faktor A adalah perlakuan pengawetan berupa 4 jenis bahan atau alat pengawet yaitu cairan gula 2%, cairan lilin, silica gel

dan refrigerator (4oC) dan faktor B adalah 5 tingkat lama penyimpanan 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Bahan yang digunakan adalah stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) sebanyak 625 potong stek. Peubah yang diukur adalah keadaan umum stek, penyusutan bobot, awal pertumbuhan setelah tanam, daya tumbuh, dan tinggi vertikal.

Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi nyata (P<0,05) terhadap penyusutan bobot stek yang berpengaruh nyata antara penggunaan bahan pengawet dengan lama penyimpanan, interaksi terjadi pada bahan pengawet gula, silica gel, dan kontrol. Interaksi menunjukkan adanya titik perpotongan antara gula, silica gel, dan kontrol pada grafik dengan lama penyimpanan kurang lebih 13 hari. Titik potong tersebut menandakan penyimpanan maksimum bahan tanam stek yang diberi pengawet gula, silica gel, dan kontrol adalah kurang lebih 13 hari. Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh, dimana lama penyimpanan 15 hari menunjukkan penurunan daya tumbuh yang signifikan dibandingkan lama penyimpanan yang lain. Lama penyimpanan dan bahan pengawet berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal, dimana lama penyimpanan 15 hari menunjukkan rataan penurunan tinggi vertikal yang signifikan dan rataan tinggi vertikal yang paling tinggi adalah pada saat menggunakan bahan pengawet lilin dan gula. Kesimpulan dari penelitian ini adalah daya simpan stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) dapat ditingkatkan dengan menggunakan bahan pengawet gula, silica gel, lilin, dan refrigerator pada suhu 4oC selama 15 hari lama penyimpanan dan kualitas yang baik selama 15 hari masa simpan yaitu menggunakan alat refrigerator.

(3)

ii ABSTRACT

Evaluation of several Preservatives for Storage of Elephant Grass Cuttings (Pennisetum purpureum Schummach)

Verawati Ambarita, M. Agus Setiana and Asep Tata Permana

Raising elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach) generally use the cuttings vegetative planting material. Breeding by generative (seeds) can not be done because of infertility. Breeders or elephant grass cuttings manufactures still can not distribute more than a week, because it is easily damaged by external factors such as microbes and fungi. Therefor it is necessary that both storages methods cuttings that have a longer shelf life. The aim of this study was to determine the materials and tools that can extend the life of old cuttings and determine the shelf life is best for planting material cuttings of elephant grass.

Experimental design used was completely randomized design (CRD) factorial with repeated 5 times. A factor is a preservation treatment is 4 types of materials or equipment that is preservative 2% liquid sugar, liquid wax, silica gel, an refrigerator (4 oC) and factor B are 5 levels of storage time of 3, 6, 9, 12, and 15 days. The materials used are cutting grass counted 625 pieces of cuttings. The variables measured were the general state of cuttings, weight decrease, early growth after planting, growing power, and vertical height.

Results showed that the real interaction (P<0,05) the weight decrease significant cuttings between the used of preservatives with storage time, the interaction occurs in sugar preservatives, silica gel and control. the interaction showed a point of intersection between the sugar, silica gel and control over storage time chart at approximately 13 days. Intersection indicates that the maximum point of planting cuttings storage materials are given preservative sugar, silica gel, and control is about 13 days. Storage time significantly (P<0,05) the ability of grow, where teh storage time of 15 day showed a significant reduction in the growth of storage longer than others. Preservative retention and significantly (P<0,05) to the vertical height, where the storage time of 15 day showed higher average vertical drop significantly and the average height of the highest vertical is when using wax and sugar preservatives. The conclusion of this study is the shelf life cuttings of elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach) can be improved by using sugar preservatives, silica gel, wax, and refrigerator at 4 oC for 15 days storage time and quality is good for 15 days of shelf life that is using a refrigerator at 4 oC.

(4)

iii UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN

BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach)

VERAWATI AMBARITA D24070230

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

iv Judul : Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput

Gajah (Pennisetum purpureum Schummach)

Nama : Verawati Ambarita

NIM : D24070230

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. M. Agus Setiana, MS.) NIP. 19570824 198503 1 001

(Ir. Asep Tata Permana, M. Sc.) NIP. NIP 19640302 199103 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) NIP : 19670506 199103 1 001

(6)

v RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 27

Februari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara dari pasangan Bapak Rasmal dan Ibu Asima

Samosir.

Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari

Sekolah Dasar Negeri (SDN) 094133 Manik Rambung,

pada tahun 1996-2001 kemudian dilanjutkan ke Sekolah

Menengah Tingkat Pertama Swasta (SMPS) Perguruan

Kristen Methodist Indonesia pada tahun 2001-2004

kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4

Pematangsiantar pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Organisasi Mahasiswa daerah IKANMASS

(Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya) sebagai anggota (2007-2008). Kemudian

penulis aktif di Komisi Kesenian UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen)

sebagai divisi kesejahteraan (2008-2009) dan asisten agama Kristen Protestan

(2009-2011) Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyusun skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya

Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Schummach),

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan

IPB. Penyusunan skripsi ini di bawah bimbingan Ir. M. Agus Setiana, MS dan

(7)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala

berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat melaksanakan studi, penelitian, seminar

dan skripsi ini. Skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan

Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran

aktif dan konstribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan

dapat memberikan informasi dan kemudahan dalam pengawetan stek rumput agar

dapat disimpan dan dikirim dalam waktu yang lebih lama, sehingga mempermudah

peternak mendapatkan hijauan yang berkualitas untuk ternak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan

pengawet lain yang lebih mudah didapatkan dan pemberian perlakuan terhadap stek

yang telah diawetkan agar dapat tumbuh lebih cepat dan seragam. Semoga skripsi ini

bermanfaat dalam dunia peternakan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada semua pihak yang turut

membantu penyusunan skripsi ini, hanya Tuhan yang akan membalasnya. Amin.

Bogor, April 2013

(8)

vii

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach)………... Pembiakan dengan Stek …...………... Penyimpanan...………...……… Pengawetan...………...

(9)

viii

HASIL DAN PEMBAHASAN ……...

Keadaan Umum Bahan Tanam Stek………... Penyusutan Bobot Stek ………..

Awal Pertumbuhan Setelah Tanam ………

Daya Tumbuh Stek ………. Tinggi Vertikal ………...………

14

14 18 20 22 25

KESIMPULAN DAN SARAN ……...

Kesimpulan ……...

Saran …...

27

27 27

UCAPAN TERIMA KASIH ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perubahan Warna, Bau dan Fisik dari Stek yang Disimpan

Menggunakan Gula,Lilin, Silica gel dan Refrigerator dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda...

15

2 Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan... 18

3 Awal Pertumbuhan Bahan Tanam Stek Setelah Tanam (Hari)... 21

4 Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama

Penyimpanan ………...…..………... 24

5 Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Stek dengan Penyimpanan Gula yang Ditumbuhi Cendawan dan

Mengalami Perubahan Warna pada Lama Penyimpanan 15 Hari... 16

2 Stek dengan Menggunakan Bahan Pengawet Silica gel... 17

3 Stek dengan Perlakuan Penyimpanan Refrigerator... 18

4 Grafik Interaksi Penyusutan Bobot... 19

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot... 31

2 Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh... 31

3 Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal... 32

4 Bahan dan Alat Pengawet yang Digunakan... 32

5 Stek yang Ditumbuhi Cendawan dan Tidak Ditumbuhi Cendawan Setelah Penyimpanan... 33

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan pakan merupakan salah satu komponen penting sebagai sumber

makanan utama bagi ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan pakan sebagai sumber

energi dan serat yang berkualitas sangat dibutuhkan ternak dalam mendukung

produktivitasnya. Seiring meningkatnya populasi ternak, permintaan hijauan pakan

sangat tinggi. Peningkatan permintaan akan hijauan yang berkualitas memerlukan

ketersediaan hijauan di lapangan yang berkualitas. Beberapa hijauan yang biasa

digunakan adalah rumput alam dan rumput budidaya.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) merupakan rumput yang

biasa ditanam oleh peternak karena produksinya tinggi dan berkualitas baik.

Pemilihan bibit yang baik adalah salah satu strategi yang penting untuk mendukung

ketersediaan akan hijauan makanan ternak. Rumput gajah merupakan salah satu jenis

hijauan pakan ternak yang berkualitas tinggi, disukai ternak, dapat hidup di berbagai

tempat (0-3000 dpl), tahan kering dan produksinya tinggi dapat mencapai 250

ton/ha/tahun dengan kandungan gizi tinggi (McIlroy, 1976).

Pengembangbiakan rumput gajah umumnya menggunakan cara vegetatif

yaitu menggunakan stek. Pengembangbiakan dengan bahan tanam stek merupakan

pengembangbiakan yang efektif dan umum digunakan. Pengembangbiakan dengan

cara generatif (biji) sangat jarang digunakan atau tidak umum digunakan pada

rumput gajah karena infertil. Kendala yang dihadapi pada saat penyediaan dan

penyebaran bahan tanam stek adalah sifatnya yang mudah rusak pada saat

penyimpanan karena kegiatan fisiologis dan invasi mikroorganisme. Hal ini akan

mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik pada stek terutama

kandungan karbohidratnya. Karbohidrat merupakan bahan yang sangat dibutuhkan

stek sebagai sumber energi bagi pertumbuhan tunas dan akar. Apabila kandungan

karbohidrat teganggu maka pertumbuhan tunas dan akar akan terhambat bahkan

dapat menyebabkan kematian pada stek (Wudianto, 2002).

Jangkauan distribusi stek yang membutuhkan waktu berhari-hari atau lebih

dari satu minggu untuk mencapai tujuannya baik itu melalui darat, udara maupun

laut. Adanya hal tersebut memerlukan upaya penanganan stek yang tepat untuk

(14)

2 tumbuh selama penyimpanan. Bahan-bahan dan alat seperti lilin, gula, silica gel dan

refrigerator dapat digunakan sebagai sarana pengawetan bagi stek. Penggunaan

sarana pengawetan tersebut diharapkan dapat mengawetkan bahan tanam stek rumput

gajah sehingga dapat membantu dalam hal penyebaran hijauan yang berkualitas

tinggi ke daerah yang membutuhkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mencari beberapa teknik pengawetan untuk

dapat mempertahankan umur bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach)

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) merupakan keluarga

rumput-rumputan (gramineae) bermanfaat sebagai pakan ternak pemamah biak

(ruminansia) yang alami di daerah Asia Tenggara. Rumput gajah biasanya dipanen

dengan cara membabat seluruh pohonnya untuk diberikan langsung (cut and carry)

sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi. Rumput gajah merupakan jenis rumput

unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi

serta disukai oleh ternak ruminansia. Nilai gizi rumput gajah sebagai hijauan

makanan ternak ditentukan oleh zat-zat makanan yang terdapat didalamnya dan

kecernaannya. Nilai gizi rumput gajah dipengaruhi oleh fase pertumbuhan pada saat

pemotongan atau penggembalaan (McIlroy, 1976).

Produksi rumput gajah yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi

kesenjangan produksi hijauan pakan pada musim hujan dan musim kemarau, dan

untuk memanfaatkan kelebihan produksi tersebut pada fase pertumbuhan yang

terbaik. Rumput gajah dapat ditanam dengan mudah dengan menggunakan stek

batang dan penyebaran biji, namun pengembangbiakan dengan biji (generatif) tidak

umum digunakan pada rumput gajah karena produksi dan daya tumbuhnya rendah

(AAK, 1983). Menurut Wudianto (2002) batang yang digunakan untuk stek

sebaiknya batang yang sudah cukup tua, yaitu yang telah berumur 3-4 bulan, warna

batang kehijauan, panjang stek kira-kira 20-25 cm dan mengandung dua mata tunas.

Pembiakan dengan Stek

Umumnya pembiakan tanaman rumput gajah dilakukan dengan menggunakan

stek. Kemampuan stek dalam pembentukan akar dipengaruhi oleh kedewasaan

batang. Batang yang baik sebagai bahan stek berasal dari tanaman yang berumur

sedang, karena batang yang terlalu tua sulit membentuk akar dan batang yang masih

muda kurang baik untuk ditanam sebagai bibit sebab kandungan karbohidrat atau

energi pertumbuhannya rendah (AAK, 1983). Dua faktor lainnya yang

mempengaruhi keberhasilan stek adalah keseimbangan karbohidrat dan senyawa

yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonium, dan asam amino yang dapat

(16)

4 dan karbohidrat yang tinggi akan mempercepat proses terbentuknya akar (Wudianto,

2002).

Keuntungan pengembangbiakan tanaman dengan menggunakan stek adalah

dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dalam waktu yang relatif singkat.

Penggunaan bahan tanam stek tidak terlalu rumit, selain itu sifat-sifat tanaman yang

dihasilkan dengan bahan tanam stek serupa dengan induknya, sedangkan kerugian

menggunakan bahan tanam stek adalah masalah transportasi karena stek bersifat

bulky (amba) dan stek mempunyai masa dormansi yang singkat (Rochman dan

Haryadi, 1973).

Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari

kerusakan yang disebabkan berbagai hal antara lain serangan hama seperti

mikroorganisme, serangga, dan kerusakan fisiologis (Damayanthi dan Mudjajanto,

1995). Penyimpanan bahan tanam tanaman menurut Sutopo (2010), adalah untuk

mempertahankan viabilitas bahan tanam pada saat disimpan dengan waktu

semaksimal mungkin dengan tidak merusak bahan tanam dan masih memiliki energi

yang cukup untuk tumbuh pada saat ditanam.Ketahanan suatu bahan tanam pada saat

disimpan dicirikan oleh kemampuan bahan tanam tersebut untuk dapat tumbuh

setelah mengalami masa simpan. Kemampuan bahan tanam untuk tumbuh atau

memperlihatkan ciri pertumbuhan disebut viabilitas. Adapun tujuan dari

penyimpanan adalah mempertahankan viabilitas maksimum bahan tanam dalam

periode simpan selama mungkin dengan menghindari terjadinya kemunduran

fisiologis.

Menurut Sutopo (2010), banyak faktor yang menyebabkan menurunnya

viabilitas bahan tanam suatu tanaman selama penyimpanan antara lain adalah jenis

dan sifat bahan tanam, viabilitas awal ketika disimpan, kandungan air, suhu,

kelembaban nisbih ruang simpan, gas di sekitar bahan tanam, dan mikroorganisme.

Penyimpanan perlu dilakukan karena tidak semua bahan tanam dapat segera

digunakan pada usaha tani. Kelebihan produksi harus disimpan hingga musim tanam

berikutnya, sehingga perlu meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh serangan

(17)

5 Pengawet

Mesin pendingin (refrigerator)

Mesin pendingin adalah alat umum rumah tangga yang terdiri dari termal

terisolasi kompartemen dan pompa panas (mekanik, elektronik atau bahan kimia)

yang mentransfer panas dari bagian dalam lemari es untuk lingkungan eksternal

sehingga dalam kulkas didinginkan sampai suhu di bawah suhu ruangan. Penggunaan

mesin pendingin adalah sebagai alat yang digunakan untuk menyimpan makanan

yang bekerja untuk mengurangi tingkat reproduksi bakteri atau mengurangi tingkat

pembusukan makanan. Sebuah mesin pendingin mempertahankan suhu beberapa

derajat di atas titik beku air, kisaran suhu optimum untuk penyimpanan makanan

tahan lama adalah 3-5 oC (37- 41 oF) (Wirakartakusumah, et al., 1989).

Gula (gula putih)

Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat. Umumnya karbohidrat

dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu monosakarida, oligosakarida dan

polisakarida. Oligosakarida adalah gula yang mengandung 2-10 gula sederhana

(monosakarida) contohnya adalah sukrosa (gula meja) yang berasal dari molasis,

sorgum, yang bersumber dari sari tebu dan beet (Budiyanto, 2002). Umumnya

pengertian gula adalah karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan

dapat larut di dalam air.

Saat ini gula tidak hanya digunakan sebagai penambah rasa manis tetapi juga

digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan juga tumbuhan. Tumbuhan pada

saat pasca panen akan mengalami berkurangnya proses fotosintesis sehingga

tanaman tersebut tidak dapat lagi memproduksi karbohidrat sedangkan konsumsi

karbohidrat tetap berlangsung melalui proses respirasi. Bila cadangan karbohidrat

tidak mencukupi maka tumbuhan misalnya bunga potong akan layu dan mati lebih

dini dengan ciri-ciri daun menguning dari bawah sampai ke atas, daun rontok satu

per satu, warna bunga memucat dan petalnya menjadi tipis atau kurus. Hal itu

menyebabkan perlunya tambahan karbohidrat yang berupa gula (sukrosa). Bentuk

molekul yang terdapat pada gula adalah yang paling efisien untuk tanaman dan

mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman. Takaran gula yang digunakan adalah

sebesar 1%-2% gula per satu liter air bersih (10-20 gram/liter) (Agribisnis Deptan,

(18)

6 Lilin

Lilin (wax) adalah ester yang berasal dari asam karboksilat berantai panjang

dan monoalkohol berantai panjang. Umumnya lilin alami ini berasal dari asam dan

alkohol, masing-masing dengan panjang rantai C12 sampai C34. Lilin biasanya

digunakan sebagai bahan pengawet buah. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat

mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, dan

menghambat laju respirasi. Pelapisan lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang

sesuai dapat menghindarkan keadaan aerobik pada buah dan memberikan

perlindungan yang diperlukan terhadap luka dan goresan terhadap buah (Pantastico,

1986). Lilin ditemukan baik pada tanaman maupun pada hewan. Lilin pada tanaman

dijumpai pada permukaan daun dan batangnya yang berfungsi untuk melindungi

tanaman itu dari penguapan atau serangan serangga. (Agribisnis Deptan, 2008).

Silica gel

Silica gel adalah bentuk lain dari silikon dioksida yang dibuat secara sintetis

ke dalam bentuk butiran. Strukturnya yang berongga besar menyebabkan silica gel

memiliki permukaan yang sangat luas sehingga dapat menyerap air dan gas dengan

mudah (Geejay, 2012). Silica gel memiliki sifat higroskopis yaitu mampu menyerap

molekul air dari lingkungannya baik melalui absorpsi maupun adsorpsi, karena silica

gel memiliki efisiensi penyangga (buffer) yang baik yang mampu mengurangi laju

perubahan kelembaban dari suatu objek sehingga mengurangi resiko kerusakan

(Weintraub, 2011).

Mikroorganisme

Mikroorganisme adalah organisme yang memiliki ukuran sangat kecil dan

tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat yaitu

mikroskop. Mikroorganisme hampir dapat hidup disemua tempat baik di air, tanah,

udara, maupun di tempat lainnya dan mampu bertahan pada berbagai lingkungan

baik pada suhu, tekanan, pH, tingkat osmosis (larutan gula dan larutan garam), serta

kadar air yang ekstrim. Mikroorganisme penyebab kerusakan makanan adalah

bakteri, jamur dan khamir (Adawyah, 2007). Mikroorganisme dapat masuk melalui

kerusakan pada kulit benih sehingga mempermudah kerusakan benih pada saat benih

disimpan. Pertumbuhan mikroorganisme, benih yang disimpan pada udara dengan

(19)

7 mempengaruhi perubahan berat benih karena terjadi perubahan kadar air pada benih

(Kuswanto, 2003).

Cendawan adalah salah satu mikroorganisme yang dapat merusak bahan hasil

pertanian pada saat disimpan (Imdad dan Nawangsih, 1999). Cendawan berkembang

biak dengan spora tetapi tidak memiliki klorofil, menyerupai tumbuhan tingkat tinggi

karena mempunyai dinding sel, dan tidak bergerak tetapi tidak mempunyai batang,

akar, daun dan sistem pembuluh. Umumnya cendawan berbentuk benang (hifa) yang

tebalnya antara 0,5-100 mikron atau lebih dan tubuhnya dinamakan miselium.

Cendawan tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Cendawan

memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup lain baik yang masih

hidup maupun yang telah mati untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cendawan

bersifat heterotrof yaitu memerlukan zat-zat organik yang tersedia sebagai sumber

energi, yakni zat organik yang disediakan oleh tumbuhan otorotrof yang mampu

berfotosintesis. Cendawan dapat merugikan tanaman karena menghambat

pengangkutan zat cair dan garam mineral sehingga mengganggu proses dan

pengangkutan hasil fotosintesis. Cendawan juga dapat merusak akar, batang, daun,

bunga pada saat ditanam dan penyimpanan (Askari, 2012).

Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen

Karbohidrat dan nitrogen merupakan zat yang penting untuk pertumbuhan

stek tanaman, oleh sebab itu ketersediaannya harus dipertahankan di dalam stek.

Pengendalian faktor kehilangan dari karbohidrat dan nitrogen perlu dilakukan

terutama pada saat penyimpanan (Edi, 2001). Kebutuhan akan karbohidrat sangat

penting untuk pertumbuhan, hal ini terbukti adanya penyimpanan karbohidrat yang

terdapat pada daun, ranting, dan akar. Karbohidrat yang disimpan oleh sebagian

besar tumbuhan adalah pati. Pati disimpan oleh tumbuhan tahunan yaitu sebelum dan

selama masa dormansi, dan digunakan kembali untuk pertumbuhan pada musim

berikutnya. Pati disimpan dalam bentuk butiran yang tidak mudah larut dalam air.

Pati disimpan pada musim dingin dan digunakan lagi pada pertumbuhan musim semi

berikutnya (Salisbury dan Ross, 1992a). Penyimpanan benih, kebutuhan CO2 dan

nitrogen diperlukan pada kemasan benih agar dapat menghambat laju respirasi,

sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam benih menjadi lambat dan

(20)

8 kemunduran viabilitas bahan tanam yang disebabkan oleh faktor alami baik pada saat

penyimpanan maupun dalam lingkungan produksi. Laju deteriorasi berjalan cepat

apabila penyimpanan benih di dalam suhu yang tinggi sehingga umur daya simpan

benih menjadi pendek (Kuswanto, 2003).

Respirasi

Stek atau produk vegetatif lainnya dalam penyimpanan biasanya melakukan

aktivitas fisiologis yaitu proses pernafasan atau respirasi. Respirasi adalah suatu

proses pelepasan energi kimia molekul-molekul organik di dalam mitokondria.

Menurut Salisbury dan Ross (1992b),bahwa salah satu faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi biokimiawi respirasi adalah kandungan substrat. Tumbuhan yang

kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah maka laju respirasi juga rendah. Faktor

luar yang berpengaruh terhadap respirasi adalah suhu, konsentrasi O2 (oksigen),

pelukaan (infeksi), cahaya, keadaaan protoplasma dan hidrasi jaringan (Salisbury dan

Ross 1992b). Selain itu Janick (1972), meyatakan bahwa peningkatan respirasi

sangat dipengaruhi oleh suhu dan respirasi akan meningkat pada saat suhu tinggi, dan

menurun pada saat suhu rendah. Gula penting keberadaannya dalam proses respirasi

karena dalam proses ini terjadi perombakan gula dalam tanaman yang kemudian

bereaksi dengan oksigen menghasilkan air, karbondioaksida dan energi.

Dormansi

Dormansi adalah laju pertumbuhan tanaman rendah, karena aktivitas

metaboliknya rendah dimana daun dan tunas tetap tumbuh tetapi pertumbuhannya

lambat yang biasanya disebabkan oleh suhu yang rendah. Umumnya pertumbuhan

suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu, pada saat tanaman berada pada suhu

optimum maka tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, pada saat tanaman

berada pada suhu dibawah suhu minimun maka laju pertumbuhan tidak baik

(Salisbury dan Ross, 1992b). Penyimpanan dapat mempengaruhi terjadinya dormansi

pada beberapa keadaan dan dorman pada bibit tanaman dapat menghilang apabila

disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban nisbih

lingkungan terkendali, dimana suhu berada diatas suhu titik beku (Justice dan Bass,

2002). Dorman benih dapat berlangsung selama beberapa hari, musim bahkan

(21)

9 Pertumbuhan benih tidak akan terjadi sebelum melalui masa dormansi, atau

dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat

dipandang sebagai suatu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan

siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun

(22)

10 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga Mei 2012. Penelitian

dilakukan di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium Lapang Agrostologi,

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Dramaga, Bogor.

Materi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah stek rumput gajah

(Pennisetum purpureum Schummach) yang berumur 4 bulan, dengan panjang stek

antara 20-25 cm atau dua buku satu ruas. Stek diambil dari tanaman dengan kondisi

induk seragam diperoleh dari kebun Laboratorium Lapang Agrostologi sebanyak 625

stek. Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan gula 2%,

lilin cair, silica gel, dan pupuk. Alat yang digunakan yaitu: refrigerator (suhu 4 oC),

karung, tali, polybag, dan cangkul.

Metode Persiapan Stek dan Bahan Penyimpanan Stek

Bahan tanam (stek) rumput gajah diambil dari rumpun yang umurnya 3-4

bulan. Panjang stek diperkirakan antara 20-25 cm. Stek terdiri dari satu ruas dua

buku. Setelah stek sudah tersedia, kemudian stek diawetkan dengan cara:

1. Pencelupan lilin

Kedua ujung dari stek sepanjang 1,5 cm dicelupkan ke dalam lilin yang telah

dicairkan pada suhu kurang lebih 50-60 oC yang sudah terlebih dahulu

dicairkan pada 100 oC. Setelah itu stek didiamkan hingga lilin memadat,

kemudian stek-stek yang sudah diberi lilin diatur untuk dimasukkan ke dalam

karung dan karung diikat dengan rapat.

2. Pencelupan cairan gula

Pencelupan stek pada cairan gula menggunakan konsentrasi 2% (20 g

gula/100 ml air). Satu per satu kedua ujung stek sekitar 1,5 cm direndam di

dalam cairan gula selama 30 menit. Kemudian stek ditiriskan hingga tidak

ada cairan gula yang menetes. Setelah semua stek dicelupkan ke dalam cairan

gula, dimasukkan ke dalam karung dan karung diikat dengan rapat.

(23)

11 Stek yang sudah siap diawetkan, ditimbang bobotnya satu persatu. Setelah

itu stek tersebut diatur rapi di dalam karung dan dimasukkan silica gel 30 g

dalam kemasan berpori. Kemudian karung tersebut diikat dengan rapat.

4. Penggunaan refrigerator (suhu 4 oC)

Mesin pendingin yang telah disediakan, diatur suhunya menjadi 4 ºC. Stek

yang sudah disediakan ditimbang bobotnya masing-masing, setelah itu stek

dimasukkan ke dalam karung dan karung tersebut diikat dengan tali hingga

rapat, kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator.

Penyimpanan

Penyimpanan bahan tanam stek dilakukan selama 15 hari. Lama

penyimpanan pada setiap perlakuan pengawetan dibagi menjadi 5 yaitu lama

penyimpanan 3, 6, 9, 12, dan 15 hari.

Penanaman

Stek yang telah diamati keadaan umumnya dan dicatat bobotnya, ditanam

pada polybag yang telah diisi tanah yang diberi pupuk kandang, KCl, dan SP36.

Pupuk kandang 10 g/polybag, KCl 2 g/polybag dan SP36 2 g/polybag. Stek ditanam

dengan kemiringan ±45º. Stek yang diberi bahan pengawet lilin sebelum ditanam

lilin tersebut dikikis terlebih dahulu. Stek disiram setiap hari dan dilakukan

penyiangan apabila terdapat gulma.

Peubah yang diamati a. Keadaan umum stek

Keadaan umun stek diamati setelah penyimpanan selama 15 hari. Stek diamati

pada setiap lama penyimpanan 3, 6, 9, 12, dan 15 hari. Keadaan umum diamati

antara lain perubahan warna, bau, fisik (tumbuhnya cendawan) dan tekstur

(keriput) dari stek setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan menggunakan

bahan pengawet.

b. Penyusutan bobot stek

Bobot stek ditimbang sebelum diberi perlakuan penyimpanan dan sesudah

penyimpanan, kemudian dihitung selisih bobot stek dengan rumus :

(24)

12 c. Awal pertumbuhan setelah tanam

Diamati dan dicatat munculnya tunas dan daun awal setelah penanaman stek

(setiap 2 hari hingga hari ke-14).

d. Daya tumbuh

Keadaan umum dilihat jumlah stek yang tumbuh setelah ditanam. Pertumbuhan

dilihat setelah muncul dua daun. Kemudian diamati lamanya tanaman tumbuh

(muncul dua daun) pada bahan tanam stek dalam setiap perlakuan.

e. Tinggi vertikal

Tinggi vertikal stek diukur setelah 2 minggu pengamatan 15 Hari setelah Tanam

(HST).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

faktorial dengan pengulangan 5 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 5 stek. Faktor A

adalah perlakuan bahan/alat pengawet dan faktor B adalah lama penyimpanan.

Faktor A = Perlakuan bahan pengawet

A0 = Penyimpanan tanpa bahan pengawet (kontrol)

A1 = Penyimpanan dengan cairan gula

A2 = Penyimpanan dengan cairan lilin

A3 = Penyimpanan dengan silika gel

A4 = Penyimpanan dengan mesin pendingin (refrigerator)

Faktor B = Lama penyimpanan stek

B1 = Stek disimpan selama 3 hari

Model matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

(25)

13 Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan untuk perlakuan bahan pengawet (A0,…,A5) ke-i

perlakuan lama penyimpanan (B1,…,B5) ke-j dan ulangan k

µ = rataan umum

ai = pengaruh perlakuan A ke-i

bj = pengaruh perlakuan B ke-j

(ab)ij = pengaruh interaksi bahan pengawet ke-i dan lama penyimpanan ke-j

eijk = galat faktor A ke-i, faktor B ke-j dan ulangan ke-k

Analisa data :

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam

(26)

14 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Bahan Tanam Stek

Pengamatan yang dilakukan terhadap bahan tanam stek setelah penyimpanan

meliputi keadaan fisiologis, kualitas, dan daya tumbuh bahan tanam stek tersebut.

Adapun keadaan fisiologis yang diamati yaitu meliputi warna, fisik (cendawan), bau,

tekstur (keriput). Menurut Budiyanto (2002), bahan pangan diawetkan bertujuan

untuk menjaga tekstur, rasa, aroma atau bau dan warna sehingga kualitasnya terjaga.

Pengamatan bau stek menunjukkan bahwa stek yang berbau busuk mengindikasikan

adanya kontaminasi mikroorganisme, sedangkan pengamatan tekstur bertujuan untuk

mengetahui kadar air selama penyimpanan adanya perubahan tekstur pada stek.

Berdasarkan hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa

ada perubahan warna, bau, fisik dan tekstur terhadap bahan tanam stek setelah diberi

perlakuan. Perlakuan yang dilakukan adalah pengawetan dengan menggunakan

bahan pengawet lilin, silica gel, cairan gula, dan refrigerator pada suhu 4 oC dengan

lama penyimpanan yang berbeda. Pengamatan perubahan warna, bau, dan fisik

tersaji pada Tabel 1.

Lilin

Stek dengan perlakuan menggunakan pengawet lilin sudah mulai mengalami

perubahan warna, bau, dan tekstur pada saat penyimpanan. Perubahan warna, bau,

tekstur terjadi karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori pada stek tersebut rentan

terkontaminasi oleh mikroorganisme. Pengamatan bagian tekstur tidak terlihat

adanya penyusutan meskipun bobotnya turun, hal ini disebabkan karena penurunan

bobot stek tidak terlalu banyak. Perubahan warna, bau, dan fisik dapat dilihat pada

Tabel 1. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah adalah

dengan melapisi buah dengan lilin. Permukaan buah yang dilapisi oleh lilin dapat

mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan

(27)

15 Tabel 1. Perubahan Warna, Bau, Fisik (Cendawan), dan Tekstur dari Stek yang

Disimpan dengan Menggunakan Gula, Lilin, Silica gel dan Refrigerator

dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda.

banyak tanda (+) maka perubahan yang terjadi semakin meningkat.

Silica gel

Perubahan warna, bau, fisik (cendawan) dan tekstur pada saat penyimpanan

dengan menggunakan silica gel dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan warna yang

terjadi pada stek yang diberi bahan pengawet silica gel adalah warna stek menjadi

kuning kecoklatan, tumbuh cendawan dan terjadi penyusutan pada tekstur stek

(28)

16 sehingga kurang dapat menyerap air yang dapat menyebabkan kebusukan dan

kelembaban sehingga mempermudah tumbuhnya cendawan. Gambar 1 dapat dilihat

stek yang mengalami perubahan warna dan fisik (cendawan) pada saat disimpan

dengan menggunakan silica gel, kode A pada gambar menunjukkan perubahan fisik

dengan banyaknya cendawan yang tumbuh pada stek dan kode B pada gambar

menunjukkan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan. Penyimpanan yang

paling banyak mengalami kontaminasi mikroorganisme adalah pada saat penggunaan

bahan pengawet silica gel dan pada kontrol.

Gambar 1. Stek dengan Menggunakan Bahan Pengawet Silica gel.

Refrigerator

Pengamatan untuk pengawetan yang disimpan di dalam refrigerator dengan

suhu 4oC tidak menunjukkan adanya perubahan warna, tumbuh cendawan, tekstur

dan bau selama penyimpanan 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Kondisi ini diindikasikan

dengan warna, bau dan tekstur stek masih tetap terjaga sama sebelum stek

mendapatkan perlakuan.

Pengawetan yang baik dalam penelitian ini yaitu perlakuan dengan

menggunakan refrigerator dan lilin. Pengawet lilin dapat diketahui dengan melihat

keadaan stek yang pada umumnya tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh

mikroorganisme. Hal ini ditunjukkan dengan stek yang dilapisi oleh lilin dapat

mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan

menghambat laju respirasi. Pengawetan yang disimpan di dalam refrigerator dengan

suhu 4 oC aktivitas mikroba terhambat, sehingga tidak ada stek yang terkontaminasi

oleh mikroorganisme. Menurut Thalib dan Widiawati (2010), penyimpanan pada

suhu dingin menyebabkan aktivitas mikroba akan semakin melemah. Sehingga

kondisi stek dengan penyimpanan pada refrigerator dan lilin memiliki warna, A

(29)

17 tekstur, dan baunya masih segar seperti pada saat diambil dari kebun. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 2. kode A pada gambar menunjukkan tidak ada perubahan fisik

yang diindikasikan dengan tidak adanya tumbuh cendawan pada stek dan kode B

pada gambar menunjukkan tidak ada perubahan warna karena warna stek tetap hijau.

Gambar 2. Stek dengan Perlakuan Penyimpanan pada Refrigerator

Gula

Stek yang mendapat perlakuan peyimpanan dengan bahan pengawet gula

mengalami perubahan warna, bau, fisik (tumbuh cendawan), dan tekstur (keriput)

dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan ini disebabkan oleh mikroorganisme yang

menjadikan gula sebagai sumber nutrisinya, sehingga nutrisi yang terkandung di

dalam gula tidak terserap semua oleh stek tersebut, stek yang kekurangan nutrisi atau

karbohidrat akan mengalami perubahan warna dan kekeringan (Agribisnis Deptan,

2008). Menurut Suwijah (2011), untuk pertumbuhannya mikroorganisme

membutuhkan karbon dan nitrogen, dimana kebutuhan akan karbon dapat diperoleh

dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, dan

lain-lain. Selain mikroorganisme banyak faktor yang menyebabkan menurunnya

viabilitas benih tanaman selama penyimpanan antara lain adalah viabilitas awal

ketika disimpan, kadar air bibit, wadah simpan, dan kelembaban nisbih ruang simpan

(Sutopo, 2010). Pengujian bau stek dapat dilakukan dengan menggunakan indera

penciuman. Stek dengan penyimpanan 9-15 hari sangat tercium dengan jelas bau

busuk atau bau dengan khas cendawan yang menandakan bahwa stek tersebut telah

terkontaminasi oleh cendawan. Pengamatan terhadap tekstur dapat dilihat dari

kondisi fisik stek yang mengalami kekeringan (keriput). Perubahan warna dan bentuk

fisik stek pada saat penyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet gula dapat

dilihat pada Gambar 3, tanda panah pada gambar menunjukkan stek yang ditumbuhi

cendawan setelah mengalami lama penyimpanan selama 15 hari. B

(30)

18 Gambar 3. Stek yang Ditumbuhi oleh Cendawan (Ditunjukkan oleh Tanda

Panah)

Penyusutan Bobot Stek

Bobot stek yang mengalami penyusutan setelah penyimpanan dapat diketahui

dengan cara menghitung selisih antara bobot stek awal sebelum dilakukan

penyimpanan dengan bobot stek setelah penyimpanan. Perhitungan selisih bobot

dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap bobot stek.

Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan

Bahan pengawet

Lama penyimpanan (hari)

3 6 9 12 15

Kontrol 2,76±2,18c 4,24±0,99c 6,04±1,34b 6,36±0,95b 8,68±1,91a

Lilin 1,32±0,27d 3,56±0,50c 4,84±1,35c 4,32±0,46c 6,16±1,19b

Silica gel 2,28±0,52c 4,40±0,58c 6,72±1,91b 5,48±0,94c 9,56±2,58a

Refrigerator 0,84±0,55d 1,48±0,44d 2,80±0,98c 2,20±0,62d 2,76±1,32c

Gula 2,12±0,81c 5,48±1,97c 7,24±2,70b 6,24±1,51b 7,76±1,77a

Keterangan : Superskrip pada kolom dan baris menunjukkan interaksi yang berpengaruh nyata pada (P<0,05) antara perlakuan lama penyimpanan dengan penggunaan bahan pengawet terhadap penyusutan bobot stek. Penyusutan bobot terbesar ditandai dengan huruf a dan penyusutan bobot terkecil ditandai dengan huruf d.

Data pada Tabel 2 menunjukkan adanya interaksi yang berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap perlakuan lama hari penyimpanan dengan penggunaan bahan

pengawet. Interaksi terjadi antara kontrol, gula dan silica gel, hal ini dapat dilihat

pada Gambar 4, grafik menunjukkan adanya titik perpotongan antara kontrol, gula

dan silica gel pada lama hari penyimpanan kurang lebih 13 hari. Titik potong

tersebut menandakan bahwa penyimpanan optimum pada kontrol dan stek yang

(31)

19 Gambar 4. Grafik Interaksi Penyusutan Bobot Stek

Rataan penyusutan bobot stek pada setiap perlakuan yang disimpan di dalam

refrigerator pada suhu 4 oC lebih rendah dibandingkan dengan bahan pengawet yang

lain. Dapat dilihat pada kolom bahwa rataan penyusutan bobot terkecil adalah

penyimpanan pada suhu 4 oC. Hal ini disebabkan karena aktivitas hormon terhambat

selama penyimpanan dengan suhu dingin (4 oC), sehingga laju respirasi menurun.

Menurut Yunarti (2008), aktivitas tumbuh hormon semakin menurun sehingga bobot

pada saat sebelum dan sesudah penyimpanan tidak berbeda jauh. Kecilnya presentasi

penyusutan menunjukkan bahwa penyimpanan pada refrigerator lebih baik

digunakan dibandingkan perlakuan yang lain.

Stek yang paling banyak mengalami penyusutan bobot adalah peyimpanan

dengan menggunakan bahan pengawet gula dan silica gel. Hal ini disebabkan karena

banyaknya stek yang ditumbuhi oleh cendawan sehingga cadangan makanan pada

pati di dalam stek berkurang dan menyebabkan penyusutan bobot pada stek.

Mikroorganisme dapat masuk melalui kerusakan pada kulit benih sehingga

mempermudah dalam merusak benih pada saat disimpan. Sehingga untuk semua

perlakuan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi lama penyimpanan maka

penyusutan bobot stek juga semakin tinggi. Penyimpanan dengan gula dan silica gel

(32)

20 pada kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang diberi perlakuan

pengawetan. Sehingga masih lebih baik menggunakan bahan pengawet.

Awal Pertumbuhan Setelah Tanam

Pertumbuhan awal bahan tanam stek dapat diketahui dengan pertumbuhan

tunas pada ruas stek dengan tumbuhnya kuncup daun 2 hari setelah tanam. Hal ini

mengidentifikasikan bahwa benih stek tersebut memiliki daya tumbuh yang baik.

Stek dengan perlakuan menggunakan bahan pengawet gula, silica gel, lilin sudah

mulai tumbuh tunas 2 hari setelah penanaman yang diidentifikasikan dengan

tumbuhnya tunas atau kuncup daun pada bahan tanam stek, dapat dilihat pada

gambar 4, tanda panah menunjukkan kuncup daun pada tunas stek 2 hari setelah

tanam.

Gambar 5. Kuncup Daun pada Tunas Stek 2 Hari Setelah Tanam (Ditunjukkan oleh Tanda Panah)

Perlakuan dengan menggunakan bahan pengawet lilin yang disimpan selama

12 dan 15 hari, sebagian stek sudah mulai tumbuh tunas sebelum ditanam, hal ini

disebabkan karena cadangan makanan pada stek tersebut masih tersedia sehingga

pada saat penyimpanan kuncup daun pada tunas sudah mulai tumbuh. Maka pada

saat penanaman stek menjadi semakin cepat tumbuh. Menurut Salisbury dan Ross

(1992a). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini

terbuktiadanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar.

Daya tumbuh stek yang baik ditunjukkan dengan tumbuhnya kuncup daun

pada tunas stek yang terletak di ruas stek dan berwarna hijau segar. Tumbuhnya

tunas-tunas yang baru disebabkan karena pangkal stek mengandung karbohidrat dan

nitrogen yang lebih banyak daripada bagian ujung stek sehingga dapat mempercepat

(33)

21 terhadap penyakit yang menyerangnya sehingga peresentase hidup stek menjadi lebih

tinggi (Meilawati, 2008).

Tabel 3. Awal Pertumbuhan Bahan Tanam Stek Setelah Tanam

Bahan banyak tanda (+) maka pertumbuhan yang terjadi semakin meningkat.

Tabel 3 menunjukkan penyimpanan stek di dalam refrigerator dengan suhu 4 oC

memiliki pertumbuhan awal yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan

perlakuan yang lain, karena pada saat stek disimpan pada suhu dingin maka aktivitas

hormon pertumbuhan yang ada di dalam stek terhambat, maka stek membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan yang semakin

lambat akibat disimpan pada suhu dingin. Suhu tumbuh normal dibutuhkan untuk

mengaktifkan hormon pertumbuhan tersebut. Menurut Salisbury dan Ross (1992b),

umumnya pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu, saat tanaman

berada pada suhu optimum maka tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, tetapi

pada saat tanaman berada pada suhu di bawah suhu minimun maka laju

pertumbuhannya tidak baik.

Stek dengan perlakuan penyimpanan menggunakan bahan pengawet silica gel

Pertumbuhan yang paling lambat terdapat pada stek yang disimpan selama 12 dan 15

hari karena sudah banyak stek yang terkontaminasi oleh mikroorganisme.

Tumbuhnya cendawan yang mengambil cadangan makanan di dalam batang stek

menyebabkan pertumbuhan stek menjadi lambat. Hartman et al. (1997), menyatakan

bahwa serangan cendawan pada stek dapat langsung menurunkan daya tumbuh dan

kemampuan stek untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Menurut

Edi (2001), kecepatan tumbuh stek yang semakin menurun dikarenakan cadangan

karbohidrat yang diperlukan untuk energi oleh stek saat pertumbuhan tunas semakin

berkurang, baik akibat respirasi ataupun fermentasi yang dilakukan oleh stek untuk

mempertahankan jaringan maupun fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau

(34)

22 Stek dengan pengawet gula yang disimpan selama 3, 6, 9, 12 dan15 sudah

terlihat pertumbuhan tunas 2 hari setelah tanam dan tumbuh dua daun sempurna pada

hari ke 6 setelah penanaman. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan yang

dibutuhkan selama penyimpanan masih tersedia, sehingga saat penanaman stek lebih

cepat tumbuh. Napitupulu (2006)menyatakan bahwa cadangan makanan yang cukup

mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek

masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit.

Daya Tumbuh Stek

Pengamatan daya tumbuh bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

perlakuan yaitu penggunaan bahan pengawet dan lama penyimpanan terhadap

pertumbuhan bahan tanam stek. Hasil pengamatan yang diperoleh diketahui bahwa

perlakuan yang paling efektif untuk pengawetan dan penyimpanan bahan tanam stek,

sehingga mempermudah stek pada saat pendistribusian pada usaha penjualan stek

rumput gajah.

Stek yang diawetkan dengan bahan pengawet lilin yang disimpan selama 3, 6,

9, 12, dan 15 hari sudah mulai tumbuh tunas atau kuncup daun 2 hari setelah

penanaman. Hal ini disebabkan karena masih tersedianya cadangan makanan

sehingga dapat mempercepat tumbuhnya tunas. Bahan makanan masih tersedia

karena pengolesan lilin menghambat stek terkontaminasi dengan mikroorganisme

dari luar yang dapat mengambil bahan makanan stek tersebut. Penyimpanan selama 3

hari cadangan makanan masih banyak tersedia, sedangkan cadangan makanan yang

paling banyak berkurang adalah pada penyimpanan 15 hari. Hal ini berpengaruh

terhadap daya tumbuh tumbuh stek dimana semakin lama penyimpanan maka daya

tumbuh stek mengalami penurunan karena stek telah kehabisan cadangan energi

(karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pertumbuhan stek adalah keseimbangan karbohidrat dan senyawa yang

mengandung nitrogen (Rochman dan Haryadi, 1972). Daya tumbuh rumput gajah

(Pennisetum purpureum) memang relatif lebih cepat, dua daun sudah tumbuh

sempurna pada saat 15 hari penanaman dibandingkan rumput lain pada penelitian

(Saputri, 2012), yaitu pengawetan bahan tanam stek rumput meksiko, rumput

(35)

23 Stek yang mati lebih sedikit dengan menggunakan bahan pengawet gula

dibandingkan dengan menggunakan lilin, silica gel, dan di dalam suhu 4 oC. Hal ini

disebabkan karena gula merupakan sumber makanan bagi stek, sehingga cadangan

makanan pada pada stek masih tersedia yang meyebabkan stek tersebut tidak cepat

mati dan daya tumbuhnya cepat. Gula merupakan salah satu sumber karbohidrat bagi

tanaman, bentuk molekul yang terdapat pada gula yang yang paling efisien untuk

tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman (Agribisnis Deptan,

2008).

Penyimpanan di dalam refrigerator dengan suhu 4 oC, tunas tumbuh setelah 4

hari penanaman. Daya tumbuh stek yang diawetkan pada suhu 4 oC lebih lambat

pertumbuhan tunasnya dibandingkan dengan perlakuan dengan bahan pengawet yang

lain. Hal ini terjadi karena suhu yang dingin menyebabkan hormon pertumbuhan

yang ada di dalam stek tidak aktif atau lambat dan stek memerlukan adaptasi pada

suhu ruang untuk mengaktifkan kembali hormon pertumbuhannya. Perbedaan waktu

tumbuh kuncup daun pertama pada perlakuan ini disebabkan karena stek

memerlukan masa adaptasi setelah dormansi. Menurut Sallisbury dan Ross (1992b),

kekurangan air dan rendahnya suhu merupakan faktor pendorong terjadinya

dormansi pada tanaman. Pengamatan pada keseluruhan perlakuan pada 2 minggu

setelah penanaman keseluruhan stek sudah tumbuh sempurna, pada saat stek sudah

dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat penanaman stek. Peningkatan daya

tumbuh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama Penyimpanan

Keterangan : superskrip pada baris menunjukkan pengaruh nyata pada (P<0,05)

Tabel 4 dapat dilihat bahwa pengawetan dan lama penyimpanan tidak

(36)

24 rumput gajah. Lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh stek

setelah disimpan dengan lama 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Penyimpanan selama 3, 6, 9,

dan 12 hari menghasilkan daya tumbuh yang paling tinggi dibandingkan dengan

lama penyimpanan 15 hari, karena terjadinya penurunan daya tumbuh stek yang

signifikan pada lama penyimpanan 15 hari. Lama penyimpanan berpengaruh sangat

nyata terhadap viabilitas potensial benih dengan tolak ukur daya berkecambah,

semakin lama disimpan maka daya tumbuh stek bahan tanam semakin rendah. Hal

ini sejalan dengan penelitian Saputri (2012), menyatakan bahwa penyimpanan

selama 3 hari tidak menimbulkan kerusakan yang berarti sehingga daya tumbuh

masih tinggi.

Daya tumbuh yang paling baik yaitu pada saat menggunakan refrigerator

pada suhu 4 oC. Dapat dilihat pada Tabel 4 dari kolom rata-rata bahwa penyimpanan

dengan menggunakan suhu 4 oC daya tumbuh stek setelah pananaman selama 15 hari

memiliki daya tumbuh yang paling baik dari bahan pengawet yang lain. Hal ini dapat

dilihat pada pertumbuhan tunas yang cepat pada saat 4 hari setelah tanam dan pada

hari ke 15 sudah tumbuh dua daun sempurna. hal ini disebabkan stek mengalami

dormansi. Kemampuan tumbuh yang baik setelah disimpan dengan suhu 4 oC juga

didukung pada pengamatan penyusutan bobot, dimana stek yang diawetkan memiliki

penyusutan bobot terkecil. Penyusutan bobot yang kecil menunjukkan stek dengan

perlakuan ini memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhannya. Daya tumbuh

relatif lebih kecil pada saat penyimpanan menggunakan silica gel. Hal ini disebabkan

karena penyimpanan dengan menggunakan silica gel, stek banyak ditumbuhi oleh

cendawan sehingga cadangan makanan untuk meningkatkan pertumbuhan stek

berkurang. Kuswanto (2003), menyatakan bahwa serangan cendawan dapat

menyebabkan pembusukan pada stek dapat langsung menurunkan berat jenis, daya

tumbuh dan kemampuan stek untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami

kematian. Stek dengan perlakuan lilin menunjukkan daya tumbuh yang baik karena

rata-rata yang dihasilkan pada daya tumbuh setelah penanaman tidak jauh berbeda

dari rataan yang dihasilkan pada penyimpanan dengan menggunakan refrigerator

dengan suhu 4 oC, sehingga pengawetan stek dengan menggunakan bahan pengawet

lilin dapat menjadi alternatif lain dalam pengawetan selain menggunakan

(37)

25 Tinggi Vertikal

Pengukuran tinggi vertikal dilakukan 15 Hari Setelah Tanam (HST).

Kemudian dihitung rata-rata tinggi vertikal tanaman untuk mengetahui bahan

pengawet mana yang memiliki kecepatan tumbuh yang lebih baik.

Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet

Bahan pengawet

Lama penyimpanan (hari) Rataan

3 6 9 12 15

Kontrol 43,66±11,09 59,62±9,39 54,96±8,04 53,38±14,61 38,8 ±17,43 50,09±8,56b

Lilin 70,16±9,61 61,66±7,12 62,94±19,34 70,60±7,86 52,52±13,43 63,58±7,40a

Silica gel 53,16±4,14 64,06±1,48 56,92±9,55 60,80±6,00 28,76±24,07 54,74±9,83b

Refrigerator 59,58±4,94 58,92±4,76 55,12±15,68 52,82±5,49 45,20±10,88 54,33±5,81b

Gula 64,36 ±10,36 66,90±2,12 63,60±9,47 57,74±8,23 50,14±7,41 60,55±6,72a

Rataan 58,18±13,22A 62,23±7,33A 58,71±3,12A 59,07±6,45A 45,09±6,52B

Keterangan : superskrip pada kolom dan baris menunjukkan pengaruh nyata pada (P<0,05)

Tabel 4 menunjukkan rataan tinggi vertikal pada stek bahwa interaksi antara

perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P>0,05).

Namun lama penyimpanan dan penggunaan bahan pengawet berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap peningkatan tinggi vertikal. Rataan tinggi vertikal pada lama

penyimpanan 15 hari lebih rendah dibandingkan dengan lama penyimpanan 3, 6, 9,

dan 12 hari. Maka semakin tinggi lama penyimpanan, tinggi vertikal akan mengalami

penurunan. Pengawetan dengan menggunakan refrigerator suhu 4 oC memiliki

rata-rata pertumbuhan tinggi vertikal yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan

pengawet yang lainnya, hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan data tinggi

vertikal stek masih dalam tahap adaptasi terhadap lingkungan tempat penanaman

stek setelah mengalami dormansi. Dormansi terjadi dimana pada saat bahan tanam

stek disimpan pada suhu yang rendah maka laju pertumbuhannya lambat (Salisbury

dan Ross, 1992b). Tanaman yang mengalami dormansi membutuhkan tahap

beradaptasi dengan lingkungan dan akan tumbuh dengan normal setelah beradaptasi

(38)

24 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pengawetan dengan menggunakan gula, silica gel, lilin dan

refrigerator dapat meningkatkan daya simpan dan pertumbuhan bahan tanam stek

rumput gajah selama penyimpanan hingga 15 hari. Pengawetan yang paling baik

adalah penyimpanan di dalam refrigerator dengan suhu 4oC.

Saran

Adanya penelitian lanjutan mengenai kualitas daya tumbuh stek hingga

produksi pasca penyimpanan stek yang telah diberi bahan pengawet gula, silica gel,

(39)

26 UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus sebagai Bapa dan

sahabat yang menjadi penolong, sumber kekuatan, dan sumber hikmat sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. M. Agus Setiana, MS.

selaku dosen pembimbing utama dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc. selaku

pembimbing anggota atas bimbingan, motivasi, dan kesabarannya dalam

membimbing selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Terima kasih pula

penulis ucapkan kepada Dr. Iwan Prihantoro, S.Pt., M.Si selaku dosen pembahas

seminar dan penguji sidang, kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen penguji

perwakilan dari departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, serta Dilla

Mareistia Fassah, S.Pt., M.Si sebagai panitia sidang yang telah memberikan kritik

dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada keluarga tercinta, Bapak Rasmal dan Ibu Asima Samosir

untuk segala kasih sayang, kesabaran, dukungan, motivasi, dan doa yang diberikan

selama ini. Terima kasih untuk Adik-adik tersayang Agnes, Aldo dan Grace untuk

semua sukacita yang kalian berikan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Kusnadi dan staf

Lab. Lapang Agrostologi atas bantuannya selama di lapang serta kepada teman satu

penelitian Julia dan Emi. Wahyu, Ade, Mumu, Dedy dan kepada semua teman satu

angkatan INTP 44 atas bantuan selama penelitian. Terima kasih untuk saudaraku di

freno comselto (Olin, Mega, Tian, Boris, Retni, Sisca) dan di Komisi Kesenian 44

(Ribkha, Mettha, Christa, Basten, Desi, Vania, Sriyo, Joe, Bambang, Manahan, Baru,

Jhon), terimakasih kepada teman-teman Astra, Sankiki, Fernando, Fredy, Yoshiara,

Yenni, Amudi, Yesika, Hezron, Herman, Enricho, Wastin dan Ka Esther untuk

kebersamaannya selama ini, yang menjadi tempat untuk bercerita, saling

menguatkan, memberikan semangat, saling mendoakan dan menjadi keluarga kecilku

selama kuliah di IPB. Terimakasih untuk semua teman-teman di Komkes, asistensi

agama, Kopral, PA Matrikulasi atas semua pelajaran berharga dan menjadi wadah

untuk saling bertumbuh dalam Kasih. Terima kasih atas semua pihak yang telah

(40)

28 DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta.

Adawyah, R. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. 2007. Bumi Aksara. Jakarta.

Agribisnis Deptan. 2008. Pengawetan Bunga Potong. http://www.agribisnis.deptan.go.id. [9 Maret 2011].

Askari Wahyu. 2012. Cendawan. http://wahyuaskari.wordpress.com. [12 juli 2012]

Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Damayanthi, E & Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II, Jakarta.

Edi, A. 2001. Perbandingan Daya Tumbuh dan Kesempurnaan Tumbuh Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) yang Disimpan Dengan Metode Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Geejay. 2012. What is Silica Gel. http://www.geejaychemicals.co.uk/silicagel.htm. [23 Maret 2012].

Hartman, H. T & D. E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 5rd. Prentice Hill.New York.

Imdad, H.P. dan Nawangsih, A.A. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Janick, J. 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Company. San Fransisco.

Justice, O.L. dan Bass, L.N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.

McIlory, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan oleh S. Harini, Subadio S. I. Kismono dan H. Soedarmadi. Pradnya Paramita, Jakarta.

Meilawati, N. L. M. 2008. Pengaruh bahan stek dan konsentrasi zat pengatur tumbuh hormonik terhadap keberhasilan stek sansevieria trifasciata ‘Tiger Stripe’.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Napitupulu, R. M. 2006. Pengaruh bahan stek dan dosis zat pengatur tumbuh rootone-F terhadap keberhasilan stek Euphorbia milii. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pantastico, E. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(41)

30 Sadjad, S., E. Muniarti., dan S. Ilyas. 1999. Pengujian Vigor Benih dari Komparatif

ke Simulatif. Grasindo. Jakarta.

Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1992a. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono. 1995. Institut Teknologi Bandung (ITB)-Perss, Bandung.

Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1992b. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono. 1995. Institut Teknologi Bandung (ITB)-Press, Bandung.

Saputri, E. L. 2012. Uji pengawetan terhadap daya simpan bahan tanam stek rumput meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhaidi, I. 2008. Pelapisan Lilin Lebah untuk Mempertahankan Mutu Buah Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Rekayasa. 1 (1): 47-50.

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Raja Garfindo. Jakarta.

Suwijah. 2011. Pengaruh kadar gula, vitamin C dan kadar serat dari sari buah markisa ungu (Passiflora edulis var eduls) pada pembuatan nata de coco

dengan menggunakan Acetobacter xylinum. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Thalib, A & Y. Widiawati. 2010. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Daya Inhibitor Metanogenesis Sediaan Cair Kultur Bakteri Acetoanaerobium noterae dan Acetobacterium woodii. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I: 880-886.

Weintraub, Steven. 2011. Demystifying Silica Gel. http://ebookbrowse.com/gdoc.php?/id=119190716&url=53717d3059dgs [28 Februari 2012].

Wirakartakusumah, M. A., Hermanianto, D., Andarwulan, N., 1989. Prinsip Teknik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wudianto, R. 2002. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi II. Penebar Swadaya, Jakarta.

(42)

28 LAMPIRAN

Lampiran 1. Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot

SK db JK KT Fhit F0.05

Kete-

rangan

Total 124 883,118 7,122

Perlakuan 24 689,230 28,718 14,812 1,627 *

Bahan pengawet (A) 4 264,190 66,048 34,065 2,463 *

Lama penyimpanan (B) 4 367,982 91,996 47,448 2,463 *

A* B 16 57,058 3,566 1,839 1,746 *

Eror 100 193,888 1,939

Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05)

Lampiran 2. Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh

SK DB JK KT Fhit F0.05

ketera ngan

Total 124 2,9100 0,0235

Perlakuan 24 1,1469 0,0478 2,7152 1,6267 **

Bahan pengawet (A) 4 0,1389 0,0347 1,9727 2,4626 NS

Lama penyimpanan (B) 4 0,5805 0,1451 8,2455 2,4626 **

A* B 16 0,4275 0,0267 1,5182 1,7456 NS

Eror 100 1,7600 0,0176

(43)

32 Lampiran 3. Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal

SK Db JK KT Fhit F0.05 keterangan

Total 124 21125,6467 170,3681

Perlakuan 24 8949,0587 372,8774 3,0622 1,6267 *

Bahan pengawet

(A) 4 2880,2699 720,0675 5,9135 2,4626

*

Lama penyimpan

an (B) 4 4429,5275 1107,3819 9,0944 2,4626

*

A* B 16 1639,2613 102,4538 0,8414 1,7456

Eror 100 12176,5880 121,7659

Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05)

Lampiran 4. Bahan dan Alat Pengawet yang Digunakan

Gula putih Silica gel

(44)

33 Lampiran 5. Stek yang Ditumbuhi Cendawan dan Tidak Ditumbuhi Cendawa Setelah

Penyimpanan.

Gambar

Tabel 1. Perubahan Warna, Bau, Fisik (Cendawan), dan Tekstur dari Stek yang
Gambar 3. Stek yang Ditumbuhi oleh Cendawan (Ditunjukkan oleh Tanda
Grafik Penyusutan Bobot Stek (g)
Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ini penulis mengangkat permasalahan tentang pengolahan biaya administrasi dengan menggunakan sistem komputerisasi, dimana komputer digunakan sebagai alat bantu

Aplikasi berbasis web ini bekerja secara klien-server terdiri dari dua form utama yang menggunakan bahasa pemrograman web PHP4 dan MySQL

Hubungan rasio panjang tegangan tekan dan tinggi efektif dengan beban Hasil pengujian laboratorium untuk pengaruh rasio panjang blok tegangan tekan dan tinggi efektif

Penelitian yang telah dilakukan Idharmahadi Adha, (2011) dengan memanfaatkan abu sekam padi sebagai pengganti semen pada metoda stabilisasi tanah di Lampung

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjelaskan secara teknis dalam hal pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan

Pelaksanaan kedua akad ini dalam produk tabungan emas juga sudah sesuai dengan teori yang berkaitan mengenai teori murābaḥah yaitu Pegadaian Syariah bertindak sebagai

Beberapa keuntungan dari pemupukan melalui daun diantaranya dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan hara pupuk yang diberikan berjalan lebih

perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga jetty yang