• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Kolom Beton Pracetak Terhadap Jadwal Dan Biaya Studi Kasus Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa (RUSUNAWA) Di Baleendah Kabupaten Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Kolom Beton Pracetak Terhadap Jadwal Dan Biaya Studi Kasus Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa (RUSUNAWA) Di Baleendah Kabupaten Bandung"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN KOLOM BETON PRACETAK

TERHADAP JADWAL DAN BIAYA

STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEWA

BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

Yogie Aditia Nugraha

13007007

(2)

MAKSUD DAN TUJUAN PENELI TI AN

Mengetahui tata laksana pemasangan beton

pracetak

proyek

pembangunan

gedung

bertingkat.

Untuk mengetahui kendala – kendala apa saja

yang

dihadapi

dalam

menggunaan

beton

pracetak terhadap masalah pencapaian jadwal

dan pengeluaran biaya konstruksi.

Mengetahui dampak penggunaan beton pracetak

(3)

PEMBATASAN MASALAH

Pembahasan pada penulisan ini dikhususkan jadwal

dan biaya yang digunakan pada kolom pracetak pada

proyek konstruksi.

Analisa difokuskan pada kegiatan penjadwalan dan

biaya

proyek

yang

mempengaruhi

dalam

pembangunan proyek konstruksi.

Dengan pengasumsian biaya yang ditentukan oleh

(4)
(5)

HASI L PENELI TI AN

No

Konvensional

Pracetak

Jenis Pekerjaan

Durasi

Jenis Pekerjaan

Durasi

1.

Pembuatan tulangan

60 menit Setting Mobile Crane

15 menit

2.

Pembuatan bekisting kolom

45 menit Pengaitan Pracetak

10 menit

3.

Pengecoran kolom dan

menggetarkannya dengan

selang vibrator

40 menit

Pengangkatan

Pracetak

dari

tempat penyimpanan ke lokasi

rencana.

15 menit

4.

Menunggu kering beton

dengan menggunakan adhimix

4 hari

Perbaikan

tulangan

yang

bengkok tulangan.

10 menit

5.

Pembongkaran bekisting

15 menit

Menyangga kolom yang sudah

dipasangan dengan column belt

15 menit

6.

Perawatan beton agar

mengalamin gradasi yang baik

1 hari

Penambalan lubang (grouting).

10 menit

Total Durasi

5 hari

1 jam 10

(6)

No Jenis kebutuhan Banyak Harga Satuan

(Rp) Jumlah Total (Rp)

1. Material

- Kolom Pracetak 1 buah 1.550.000,-

1.550.000,-2.

Pekerja - Operator - Pekerja - Mandor

1 org 4 org 1 org

55000,- 45000,-

65000,- 55000,- 180000,-

65000,-3.

Alat

- Sewa Mobile Crane

1 unit 200000,-/ 2jam

200000,-4. Grouting Pipa 1 unit 75000 161.763

Total Harga Rp.

2.211.763,-HASI L PENELI TI AN

(7)

HASI L PENELI TI AN

(8)

HASI L PENELI TI AN

Beb an y ang b ek er j a p ad a k o l o m

p

4.5m

1

2



p

2.25m

beratbeton

2400

kg

m

3



l

5.4m

1

2



l

2.7m

t



3.28m

jumlahlantai



5

tebalplat



0.12m

(9)

HASI L PENELI TI AN

(10)

No Jenis kebutuhan Banyak Harga Satuan (Rp)

Jumlah Total (Rp) 1. •Besi Sengkang dengan ø 10 mm

•Besi tulangan pokok ø 16 mm dengan jumlah tulangan 8

240 + 440 + 240 +440 + 100 = 1460 mm 1,46 m x 23 = 33,58 m

33.58/ 12 = 2.79 bh

4490 x 8 = 35920 mm = 35,92 35.92/12 = 2,99 bh dibulatkan 3 bh

55.000

140.200

165.000

420.600

2.

Bekisiting kolom dimensi 0,3 m x 0,5 m -Tripleks

- Kayu Kaso

- (0,5 x 3,28 x 2) + (0,3 x 3,28 x 2) = 4,248 m2

4,248m2// 2,978 m2= 1,426 lb dibulatkan 2 lb

-3,28 m : 0,5 m = 6,56

(0,5 x 6 x 2) + (0,3 x 6 x 2) = 9,6 m 9,6 m / 4 m = 2,4 btg dibulatkan 3 btg

135.000

35.000

270.000

105.000

3. Beton Ready Mix Volume = 0,5 x 0,3 x 3,28 = 0,492 m3 889.500/m3 437.634

4. Pekerja Pembuatan Tulangan Pembutan Bekisting Pengecoran Beton 3 orang 2 orang 3 orang 45.000 45.000 45.000 135.000 90.000 135.000

Total Harga Rp.

1.758.234,-HASI L PENELI TI AN

(11)

KESI MPULAN

Dari hasil tersebut dalam pengeluran biaya pembuatan kolom

dengan cara konvensional lebih ekonomis. Dikarena dalam

biaya pembuatan pracetak ditambahkan biaya untung atau laba

jasa perusahaannya. Analisa yang telah dihitung dengan harga

didaerah yang sama maka perbandingan jauh lebih besar

dengan menggunakan kolom pracetak.

Sehingga selisih yang didapat sebesar : Rp. 2.211.763,- –

Rp.1.758.234,- = Rp. 453.529,- yang diteliti pada biaya

pemasangan

komponen

kolom

antara

pracetak

dan

(12)
(13)
(14)

PENGARUH PENGGUNAAN KOLOM BETON PRACETAK

TERHADAP JADWAL DAN BIAYA

Studi Kasus PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

SEWA (RUSUNAWA) DI BALEENDAH

(Bidang Kajian : Manajemen dan Rekayasa Konstruksi)

YOGIE ADITIA NUGRAHA

1.30.07.007

PEMBIMBING : Y. DJOKO SETIYARTO, ST., MT.

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK SIPIL

BANDUNG

(15)
(16)

PENGARUH PENGGUNAAN KOLOM BETON PRACETAK TERHADAP JADWAL

DAN BIAYA

Studi Kasus PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEWA (RUSUNAWA)

DI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

YOGIE ADITIA NUGRAHA

1.30.07.007

PEMBIMBING : Y. DJOKO SETIYARTO, ST., MT.

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK SIPIL

BANDUNG

FEBRUARI 2012

ABSTRAK

Manajemen konstruksi adalah aspek yang penting dalam proyek pembangunan setiap konstruksi. Karena sistem segala kegiatan ada pada perencanaan sebuah manajemen. Dimana didalamnya terdapat pengelolaan yang menuntut kinerja, keekonomisan, ketepatan dan ketelitian agar proyek dapat berjalan lebih cepat dan efisien. Studi yang secara khusus membahas Pengaruh Penggunaan Kolom Beton Pracetak terhadap Waktu dan Biaya Studi Kasus Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Baleendah Kab. Bandung. Adapun penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan studi literatur. Analisa pada penelitian ini meliputi proses pembuatan beton kolom pracetak dan dengan kolom konvensional. Menghitung biaya pembangunan dari masing cara pembuatan baik dengan pracetak ataupun cara konvensional, menghitung besarnya kebutuhan biaya material barang, upah dan alat yang digunakan. Setelah dilakukan analisa dilapangan dapat disimpulkan bahwa pelaksanan dengan menggunakan beton pracetak lebih cepat dibandingkan cara konvensional juga peralatan yang diperlukan lebih sedikit. Namun dilihat dari harga pelaksanaan menggunakan cara konvensional lebih sedikit ekonomis. Tetapi penggunaan pracetak dapat tepat guna apabila bangunan tersebut memiliki struktur dan pola yang sama pada masing – masing ruang.

(17)

THE INFLUENCE PRECAST CONCRETTE COLUMN TO SCHEDULE AND COST

Case Studi PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEWA (RUSUNAWA)

IN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

YOGIE ADITIA NUGRAHA

1.30.07.007

ADVISOR: Y.DJOKO SETIYARTO, ST., MT.

INDONESIAN COMPUTER UNIVERSITY

FACULTY OF ENGINEERING AND COMPUTER SCIENCE

DEPARTMENT CIVIL ENGINEERING

BANDUNG

FEBRUARI 2012

ABSTRACT

Construction management is an important aspect in development projects construction.Because of the system on all activities is any in management . which where is include management performance, economy, precision and accuracy so that projects can run more quickly and efficiently.Studies that specific explain about the influence Precast Concrete Columns to Schdule and Cost Project Case Studies Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Baleendah Kabupaten Bandung.The research by observation, interview and literature studies.Analysis in this study include the manufacture of precast concrete columns and with a conventional column.Calculating cost construction from making precast or conventional methode, calculate cost material requirements, labour and equipment are used.After analysis can be concluded that the conduct of the field by using precast concrete faster than conventional methods are also required less equipment.But seen from the price using conventional means less economical.But the use of precast can be effective if the building has the same structure on room.

(18)

vii KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan atas Kehadirat Allah SWT atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Adapun tujuan dari skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

untuk menempuh jenjang Strata 1 Jurusan Teknik Sipil di Universitas Komputer

Indonesia Bandung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu dengan kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua yang telah membantu penulis, terutama Kepada Kedua Orang

Tua penulis yaitu Ayahandaku Engkos Kosasih S.Pd dan Ibundaku Tercinta

Nining Arini S.Pd terima kasih untuk semua yang telah diberikan kepada penulis

atas cinta, doa, dukungan dan kasih sayang. Semoga kalian diberi kesehatan dan

rejeki yang berlimpah serta dalam lindungan Allah SWT. Serta Kepada Y. Djoko

Setiyarto, ST., MT selaku Dosen Wali Angkatan 07 dan Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga

(19)

viii tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. DR. Ir. Arry Akhmad Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Komputer Indonesia

2. Yatna Supriyatna, ST., MT, Selaku Penguji 1 dan sebagai Ketua Jurusan

Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Bandung telah memberikan

masukan kepada penulis.

3. M. Donie Aulia, ST., MT Selaku Penguji 2 yang telah memberikan masukan

kepada penulis.

4. Vita Pratiwi, ST., MT Selaku Penguji 2 yang telah memberikan masukan

kepada penulis

5. Arry selaku pimpinan pekerja Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa

Baleendah Kab. Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian.

6. Staf pekerja Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Baleendah Kab.

Bandung yang telah membantu dalam pengambilan data penulis untuk

melakukan penelitian.

7. Untuk kakakku yang ku sayang Yaneu Citra Aryantina serta adik – adikku

yang tercinta Regi Arief Agriansyah dan Reni Noviyanti Mustika terima

kasih atas doanya dan dukungannya.

8. Kakekku yang sampai saat ini selalu mendoakan hingga terselesaikan

(20)

ix 9. Juga pada saudaraku Yu Tata, Mama Dul, Mak wat, Bapak Turi, Mak Neri,

Bapak Idris, Mak Awi serta saudaraku yang tidak bisa aku sebutkan satu

persatunya terima kasih banyak doa dan dukungannya.

10. Kepada Bapak Asep Supriyatna, BSw dan Ibu Mimi Resmi BSw beserta

keluarga, juga kepada Nenek, Bi ita, Tyan, Ajeng, Ima, A Ahmad, Teh Tika,

dan Keluarga Besar Om Haris Alm penulis ucapkan terimakasih atas segala

motivasi dan doa yang telah diberikan.

11. Kepada Om Priyo Adipurwadi TP, MSc., MBA dan Tante Ani beserta

kelurga besarnya atas dukungan dan masukkannya selama penulisan.

12. Untuk Suci Restianti yang selalu memberikan support dan semangat, penulis

ucapkan terima kasih karena selalu membantu, menyempatkan waktu serta

dukungan cinta, doa, kasih sayang dan dukungan yang sangat besar kepada

penulis.

13. Untuk sahabat – sahabat terbaikku Isa, Jamal, Reno, Agung, Tutang, Abe dan

anak – anak B2R Comunity yang selalu memberikan dukungan dalam segala

hal, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.

14. Untuk Mba Tika dan Mba Alis selaku sekretariat Jurusn Teknik Sipil terima

kasih untuk dukungannya, kesabaran dalam melayani penulis beserta

teman-teman yang sedang mengerjakan penelitian pula.

15. Semua Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia

(21)

x 16. Untuk Enno, Mungki, Alief, Dhimas, Annes, Putu dan Candra teman kelas

TS-1 angkatan 2007 yang selalu kompak dan selalu memberikan semangat

kepada penulis.

17. Untuk semua Angkatan 2006 yang sama – sama berjuang, terima kasih untuk

segala masukannya.

Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas

terselesaikannya Skripsi ini. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis baik

dukungan dan doanya semoga Allah membalas semua kebaikan.

Bandung, Februari 2012

Penulis

Yogie Aditia Nugraha

(22)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...

1.2 Maksud dan Tujuan Penulis...

1.3 Pembatasan Masalah...

1.4 Sistematika Penulisan...

1.5 Manfaat Penulisan...

BAB II Teori Dasar Penelitian

2.1 Tinjauan Secara Umum...

2.1.1 Penjadwalan Proyek Pembangunan...

(23)

xii

2.2 Beton Pracetak (Precast Concrett)...

2.2.1 Perkembangan Beton Pracetak Dalam Konstruksi...

2.2.2 Proses Produksi Beton Pracetak (Precast Concrett)...

2.2.3 Material Baja Prategang...

2.2.4 Prinsip – Prinsip Konstruksional Pracetak...

2.2.5 Klasifikasi Komponen Pracetak...

2.2.6 Prinsip Cara Pemasangan Beton Pracetak...

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Pengambilan Dalam Proses Penelitian...

3.2Jenis dan Sumber Data...

3.3Sarana Penelitian...

3.4Proses Pengolahan Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Proses Pembuatan Kolom Beton Pracetak (Precast Concrett) dan Kolom

Beton Konvensional...

4. 1. 1. Kolom Beton Pracetak (Precast Concrett)...

4. 1. 2 Kolom Konvensional...

4.2 Perbandingan Waktu Pemasangan Pracetak dan Konvensional...

4. 2. 1 Analisa Waktu Pemasangan Pracetak dalam Proyek...

4. 2. 2 Analisa Waktu Pemasangan Kolom Konvensional dalam

(24)

xiii

4. 3. Analisa Biaya Pembuatan Beton Konvensional dan Beton Pracetak...

4.3. 1. Analisa Biaya Pembuatan Kolom Beton Pracetak...

4. 3. 2. Analisa Biaya Pembuatan Kolom Beton Konvensional...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan...

5.2Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... 4-23

4-24

4-27

5-1

(25)

1-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Proyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit dewasa ini baik dari segi

fisik maupun biaya. Pada prakteknya suatu proyek mempunyai keterbatasan akan

sumber daya, baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini

membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase

penyelesaian proyek. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas proyek dan

semakin langkanya sumber daya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem

pengelolaan proyek yang baik dan terintegrasi. (Ahuja et al 1994)

Perencanaan biaya dan waktu merupakan bagian dari manajemen proyek

konstruksi secara keseluruhan. Selain penilaian dari segi kualitas, prestasi suatu

proyek dapat pula dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang telah dikeluarkan

dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur

secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana. Adanya penyimpangan

biaya dan waktu yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang

buruk. Dengan adanya indikator prestasi proyek dari segi biaya dan waktu ini

memungkinkan tindakan pencegahan agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai

dengan rencana.

Perkembangan manajemen proyek dinegara ini tidak lepas dari aspek proyek

kosntruksi. Sedangkan proyek konstruksi berhubungan erat dengan proyek

(26)

1-2

pembangunan konstruksi cenderung banyak digunakan pada bangunan

menggunakan beton. Dengan beton dapat dibangun bendungan, pipa saluran,

pondasi, basement, kolom dan balok gedung pencakar langit. Beton adalah

material yang dibentuk dari berbagai campuran yang diikat dalam satu

penggabungan yang dimana terbentuk dari semen, air, agregat halus, agregat kasar

(batu pecah atau kerikil), udara dan terkadang menggunakan bahan – bahan

campuran (admixture).

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika

dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi,

karena bahan – bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet,

mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat

menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu

pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan

serta bahan – bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama,

semakin mahal dan langka.

Dewasa ini, perkembangan mengenai beton mengalami proses yang sangat

signifikan. Telah dikembangkan untuk digunakan dalam struktur gedung seperti

kolom, pelat dan balok prategang yang dimana dapat digunakan pada struktur

dengan bentang panjang sehingga dapat menahan tegangan lentur yang dapat

mengakibatkan retak – retak pada daerah yang mempunyai tegangan lentur, geser

dan puntir yang tinggi. (Suryoatmono 2001)

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab

(27)

1-3

ditempat khusus dipermukaan tanah, lalu dibawa ke lokasi untuk disusun menjadi

suatu struktur utuh. Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin,

produksi dan pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan

kualitas produk yang baik. Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan

di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan didalam negeri maupun yang

didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk komponen,

seperti kolom, plat dan balok.

Dengan mengacu pada perkembangan beton pracetak dan manajemen proyek

diatas yang meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. Pelaksanaan

termasuk didalamnya perbandingan biaya dan waktu proyek yang penulis

aplikasikan dalam sebuah pembangunan proyek rumah susun apakah lebih cepat

dalam penjadwalan ataukah tidak ada pengaruh apapun penggunaan beton

pracetak serta prosentase biaya yang dikeluarkan.

Selain itu juga penulis akan membuktikannya dengan cara melakukan studi

literatur dan juga penelitian dilapangan. Hal ini dimaksud untuk mengetahui

kelayakan penggunaan beton pracetak terhadap jadwal pembangunan untuk dapat

digunakan kelak pada proyek selanjutnya.

1.2Maksud dan Tujuan Penulis

Dalam penulisan tugas akhir ini adalah untuk melakukan kajian manajemen

konstruksi jadwal dan biaya yang dihubungkan dengan pengaruh pengunaan

beton pracetak pada proyek gedung studi kasus Pembangunan Rumah Susun Sewa

(28)

1-4

yang berkaitan penjadwalan dan biaya proyek yang dilaksanakan oleh kontraktor

yang menggunakan beton pracetak.

1. Mengetahui tata laksana pemasangan beton pracetak proyek pembangunan

gedung bertingkat.

2. Untuk mengetahui kendala – kendala apa saja yang dihadapi dalam

menggunaan beton pracetak terhadap masalah pencapaian jadwal dan

pengeluaran biaya konstruksi.

3. Mengetahui dampak penggunaan beton pracetak dan beton konvensional pada

proyek baik dari segi penjadwalan maupun segi biaya.

1.3Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dalam beton pracetak dan agar lebih terarah

dalam penulisan, maka penulis memberikan pembatasan permasalahan, yaitu

sebagaimana dibawah ini :

1. Pembahasan pada penulisan ini dikhususkan jadwal dan biaya yang digunakan

pada kolom pracetak pada proyek konstruksi.

2. Analisa difokuskan pada kegiatan penjadwalan dan biaya proyek yang

mempengaruhi dalam pembangunan proyek konstruksi.

3. Dengan pengasumsian biaya yang ditentukan oleh pemilik sama besarnya

sehingga perbandingan dilihat dari jumlah dan waktu dari hasil pemasangan

(29)

1-5

1.4Sistematika Penulisan

Penyusunan tugas akhir ini penulis menggunakan studi literatur dari

berbagai sumber buku yang berhubungan dengan pembahasan mengenai analisa

beton pracetak dan bertanya dengan pemilik proyek konstruksi. Adapun

sistematika penulisan dalam laporan tugas akhir ini, sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang latar belakang yang membuat

penelitian ini dibuat oleh penulis dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan

hingga penelitian ini diadakan. Dan pembatasan masalah yang diteliti agar lebih

detail dan tidak menyebrang dari alur penelitian.

BAB II Teori Dasar Penelitian

Teori dasar penelitian, menjelaskan tentang dasar teori yang diteliti dengan

mengarah pada pembatasan masalah sehingga dibuat real sesuai dengan apa yang

dibahas pada penulisan dan pengkajian masalah yang timbul dengan dihubungkan

dari masalah yang diteliti dengan teori yang didapat dari berbagain sumber

terutama dari lapangan dan dari studi literatur.

BAB III Metode Penelitian

Metode penelitian, menjelaskan tentang metode yang digunakan selama

masa penelitian dilapangan dengan menghubungkan analisa tata laksana

pemasangan kolom pracetak dan perbandingan dengan menggunakan kolom

konvensional. Metode penelitian menjelaskan mengenai tata cara memanajemen

material, peralatan, waktu dari mulai pelaksanaan hingga akhir proyek. Dan

(30)

1-6

BAB IV Hasil Penelitian

Pada bab ini dibahas tentang hasil yang didapat dari mulai penelitian

dilapangan mengenai pemasangan kolom dengan menggunakan metode

konvensional dan pemasangan dengan menggunakan kolom pracetak. Dalam hal

ini akan diperoleh hasil penelitian besarnya pengeluaran dari kedua metode

tersebut dan prosentase biaya yang dikeluarkan serta kecepatan perbedaan 2 (dua)

metode tersebut.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran, merupakan bab akhir pada penelitian ini yang

merupakan kesimpulan dari hasil akhir penulisan yang telah dilakukan oleh

penulis selama masa penelitian, serta beberapa saran dari penulis tentang

pengerjaan laporan tugas akhir ini.

1.5Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis bermaksud ingin mendapat manfaat agar bisa

digunakan sebagai bahan pertimbangan, adapun manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Pengembangan terhadap wawasan pengetahuan tentang beton pracetak baik

dari pembuatan dipabrik hingga metode pemasangan yang dilakukan pada

proyek rumah susun.

2. Dari segi jadwal, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh penggunaan beton pracetak yang diaplikasikan dalam proyek

(31)

1-7

3. Mengetahui tata cara manajemen konstruksi dalam proyek baik dari

manajemen material, bahan dan waktu yang digunakan hingga terjadi sebuah

perencanaan yang diinginkan.

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

perencanaan proyek agar penjadwalan dan biaya proyek dalam struktur beton

(32)

2–1

BAB II

TEORI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Secara Umum Manajemen Konstruksi

Dalam kegiatan mengelola kegiatan proyek menggunakan suatu sistem konsep

managemen merupakan langkah yang relative baru, dimana konsep ini ditandai

dengan menerapkan suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran

– pemikiran manajemen dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna

dalam rangka menghadapi kegiatan yang dinamis dan non rutin yaitu kegiatan

konstruksi. (Soeharto 1999)

Adapun pengertian manajemen konstuksi adalah proses merencanakan,

mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber

daya lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan.

Yang dimaksud dengan proyek adalah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan

tenaga, keahlian, dana dan informasi. (Soeharto 1999)

Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan

tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga

pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil

dalam bentunk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya

mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan

arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik

(33)

2–2

Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi – fungsi

manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada

suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien

agar tercapai tujuan proyek secara optimal.

Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.

manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal

itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya

manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu

proyek. Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan

pelaksanaan

2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan

mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan

3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan

dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan

4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap

masalah-masalah yang terjadi di lapangan

5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang

baikuntuk menganalisis performa dilapangan

Tujuan Manajemen Konstruksi

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau

mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil

(34)

2–3

tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang

digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu

diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan biaya

(Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap

perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan

kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap

proyek sebagai berikut

1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.

Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis

operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang

berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh

tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan

dan penyerahan proyek.

2. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek

selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak mulai dari tahap disain.

3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam

penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi

dilaksanakan setelah tahap disain

4. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan

fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi

dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak

(35)

2–4

Pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil

dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Jadi, defenisi Manajemen Proyek

Konstruksiadalah suatu cara (metode) untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk

bangunan (infrastruktur) yang dibatasi oleh waktu dengan menggunakan sumber

daya yang ada secara efektif melalui tindakan – tindakan perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan

(controlling).

Proyek manajemen sendiri terbagi beberapa ilmu, yaitu project scope

management, project time management, project cost management, project quality

management, project human resources management, project communications

management, project risk management, project prosurement management, dan

project intergration management. (http://www.google.com/Project Management

Institute 1996).

Pada penulisan ini akan dianalisa dari segi penjadwalan dan biaya, dalam hal ini

yaitu project time management dan project cost management. Setiap kegiatan

proyek pembangunan memiliki beberapa aspek yang mencakup biaya dan jadwal,

karena dari kedua hal itu akan menciptakan mutu yang kita capai. Disamping itu,

pemilik tender haruslah teliti dalam menganalisa dan mengambil keputusan yang

tidak merugikan antara kedua belah pihak.

2.1.1 MANAJEMEN WAKTU

Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management) memasukkan

(36)

2–5

penyelesaian proyek (PMI 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen

waktu proyek, yaitu:

A.Pendefinisian Aktivitas.

Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan

dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables).

Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang

lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work

Breakdown Structure (WBS).

B.Urutan Aktivitas.

Proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari

hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara

akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang

realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu komputer untuk

mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara manual. Teknik secara manual

masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang

berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

C.Estimasi Durasi Aktivitas.

Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang berkaitan

dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian

dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang

dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input dalam pengembangan

jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya

(37)

2–6

D.Pengembangan Jadwal

Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam proyek

akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan

proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga

penentuan jadwal proyek.

E.Pengendalian Jadwal.

Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja yang

dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal yang

perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:

a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan

memastikan perubahan yang terjadi disetujui.

b. Menentukan perubahan dari jadwal.

c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal

proyek.

Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan elemen yang dihasilkan dari sebuah perencanaan, yang

dapat memberikan informasi tentang jadwa rencana dan kemajuan proyek dalam

hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta

rencana durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam

proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat

lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dalam

penggunaan waktu yang tersedia agar pekerjaan dalam penyelesaiannya tercapai

(38)

2–7

Pada waktu pelaksanaan proyek, data – data yang terkumpul dari semua bagian

kemudian ditentukan pelaksanaan dan penyusunan langkah kerja agar bisa

dilakukan pembangunan. Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

a. Mengkaji gambar rencana dan spesifikasi teknis proyek apabila terjadi

ketidaksesuaian dengan kondisi dilapangan maka dikonsultasikan kembali

kepada konsultan perencana.

b. Melakukan perhitungan terhadap volume pekerjaan, kebutuhan material, dan

peralatan yang dibutuhkan dalam proyek.

c. Membuat anggaran biaya dengan menyesuaikan kebutuhan terhadap material

dan biaya yang diajukan oleh pemilik proyek.

d. Membuat penjadwalan kegiatan agar sesuai dengan peralatan dan sumber

daya yang tersedia.

2.1.2 MANAJEMEN BIAYA

Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua proses

yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian

proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat

diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang

diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:

a. Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan sumber daya

dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan

untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan

(39)

2–8

b. Estimasi Biaya

Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui

sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak.

Estimasi biaya melibatkan perhitungan kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul

untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak merupakan keputusan dari

segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan

salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.

c. Penganggaran Biaya

Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masing-masing

aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi. Dari proses ini

didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.

d. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual pelaksanaan

proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan

biaya harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkah-langkah perbaikan

dapat dilakukan.

Perhitungan Anggaran Biaya

Setiap pelaksanaan proyek perencanaan biaya merupakan yang hal perlu

diperhatikan. Karena hal ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan

proyek. Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses

pengendalian biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan.

(40)

2–9

volume perhitungan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan

dilakukan dalam proyek. Dalam menganalisa anggaran diharuskan mengetahui

cara yang terbaik untuk dipakai bagaimana dia menghitung keperluan peralatan

dan bahan yang dibutuhkan dengan harga yang masuk akal dan kwalitas yang

[image:40.595.154.477.221.387.2]

sangat baik.

Gambar 2.1 Komponen Biaya Proyek (Sumber Asiyanto 2005)

Dalam perhitungan anggaran biaya proyek ini terdapat 5 (lima) hal yang pokok

ketika dilapangan, yaitu :

1. Bahan – bahan, yaitu menghitung jumlah bahan dan alat yang dibutuhkan dan

digunakan proyek konstruksi.

2. Menentukan jumlah tukang, menghitung biaya perjam kerja yang disesuaikan

dengan kebutuhan dalam pekerjaan agar tidak terjadi penumpukan pekerja.

3. Overhead, yaitu mempersiapkan biaya yang tak terduga selama pelaksanaan

konstruksi.

4. Peralatan, menghitung jenis dan banyaknya peralatan yang dipakai serta biaya

yang dibutuhkan.

5. Profit, menghitung presentase keuntungan dari waktu, tempat dan jenis

(41)

2–10

2.2Proses Pembuatan Kolom Beton Pracetak dan Kolom Beton Konvensional

2.2.1 Perkembangan Beton Pracetak Dalam Konstruksi

Dalam setiap proyek pembangunan, konstruksi yang cenderung digunakan pada

bangunan itu menggunakan beton. Dengan beton dapat dibangun bendungan, pipa

saluran, pondasi, basement, kolom dan balok gedung pencakar langit. Beton

adalah material yang dibentuk dari berbagai campuran yang diikat dalam satu

penggabungan yang dimana terbentuk dari semen, air, agregat halus, agregat kasar

(batu pecah atau kerikil), udara dan terkadang menggunakan bahan – bahan

campuran (admixture). Hal yang dimungkinkan karena beton dapat dengan mudah

dibuat dengan sembarang bentuk yang diinginkan dengan cara memadatkan dan

menempatkan campuran basah dari bahan – bahan dasar pembentuk ke dalam

cetakan – cetakan sesuai dimana masa plastis tersebut mengeras. Jika berbagai

bahan diproporsikan sebagaimana mestinya, produk akhir menjadi kuat dan awet

dan dengan kombinasi dengan batangan tulangan dapat disesuaikan untuk

[image:41.595.153.454.509.721.2]

digunakan sebagai bagian dari struktur. (Nawy 2008)

Gambar 2.2 Kolom Pracetak

(42)

2–11

Karena pengikatnya semen hidraulis, reaksi semen dengan air sering

mengakibatkan susut selama masa pengeringan, sehingga beton penuh dengan

cacat seperti retak rambut, bahkan sebelum menerima beban. Meskipun beton

tersebut dibuat dengan proporsi yang sudah tertentu, bisa terjadi variasi dari satu

takaran yang lain. Variasi ini bisa juga terjadi pada proses, mulai penakaran,

pengadukan, penuangan, pemadatan maupun perawatan. Kualitasnya sangat

tergantung cara pelaksanaan dilapangan. Serta beton yang baik maupun buruk

merupakan dapat terbentuk dalam rumus atau campuran yang sama. Dalam proses

pengerjaan pun beton memerlukan peralatan yang cukup banyak dan dapat

membuat suatu proyek terjadi dalam rentan waktu yang lama. (Nugraha 2008)

Dalam perkembangan beton tersebut ditemukan suatu komponen yang memang

bukan merupakan konsep baru, pada tahun 1872, P. H. Jackson, seorang insinyur

dari California, mendapatkan paten untuk sistem struktural yang dibuat dalam

balok atau pelengkung dari balok – balok. Selanjutnya, ia mengembangkan ide

bahwa pemberian pascatarik batang berpenampang bulat tanpa lekatan secara

berurutan dapat mengganti kehilangan tegangan yang bergantung pada waktu

batang tersebut akibat berkurangnya panjang komponen struktur yang ditimbulkan

oleh rangkak dan susut. Beton, khususnya beton mutu tinggi adalah komponen

utama dari semua elemen beton pracetak. Dengan demikian, kekuatan dan daya

tahan jangka panjang beton pracetak harus diperoleh dengan menggunakan

jaminan kualitas dan kontrol kualitas yang memadai pada tahap produksi.

(43)
[image:43.595.179.448.83.294.2]

2–12

Gambar 2.3 Kolom Pracetak

(Sumber Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Baleendah Kab. Bandung)

Struktur pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak

untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891.

Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss

dan Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun

1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk

komponen – komponen, seperti dinding, kolom dan lantai diperkenalkan

oleh John.E.Conzelmann.

[image:43.595.176.451.519.689.2]
(44)

2–13

Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman

oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff dan Widmann G Wayss dan

Freytag KG, Prteussag, Loser. Sistem pracetak tanpa gempa dipelopori

pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai

negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang system

pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian

bersama yang dinamakan PRESS (Precastseismic Structure System).(Rahman

[image:44.595.172.452.303.515.2]

2005)

Gambar 2.5 Proses Pemasangan Kolom Beton Pracetak

(Sumber Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Baleendah Kab. Bandung)

Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanis dalam

pabrik dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum

dipasang. Precast Concrett atau beton pracetak menunjukkan bahwa komponen

struktur beton tersebut tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan

dipasang. Biasanya ditempat lain (pabrik), dimana proses pengecoran dan

perawatan (curing) dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen

(45)

2–14

bagian struktur lain menjadi suatu rangkaian konstruksi yang diinginkan dalam

proyek konstruksi itu. Karena proses pengecorannya ditempat yang khusus

(bengkel fabrikasi), dan dapat menghasilkan mutu yang sesuai dengan keinginan

pesanan.

2.2.2 Proses Produksi Beton Pracetak (Precast Concrett)

Dalam proses produksi beton pracetak ada beberapa tahap, yaitu akan dijelaskan

dibawah ini :

Tahap Design

Proses perencanaan desain beton pracetak merupakan kombinasi dari ketajaman

melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama

adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada

masa layannya.

Tahap Produksi

a. Persiapan

b. Pabrikasi tulangan dan cetakan

c. Penakaran dan pencampuran beton

d. Penuangan dan pengecoranbeton

e. Transportasi beton segar

f. Pemadatan beton

g. Finishing / repairing beton

(46)

2–15

Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :

a. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk

b. Mutu dari bahan baku

c. Mutu dari cetakan

d. Kekuatan beton

e. Penempatan dan pemadatan beton

f. Ukuran produk

g. Posisi pemasangan

h. Perawatan beton

i. Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk

j. Pencatatan (record keeping)

Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi dalam 2 macam (dua) yaitu :

 Dicor di lokasi konstruksi.

 Dicor di pabrik. Tahap Pascaproduksi

Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage),

penumpukan (stacking), pengiriman dan tahap pemasangan di lapangan (site

erection). Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasi adalah:

 Spesifikasi alat transport: lebar, tinggi, beban maksimum, dimensi elemen

(47)

2–16

2.2.3 Prinsip – Prinsip Konstruksional Pracetak

Berikut prinsip – prinsip yang dapat diterapkan untuk desain struktural :

1. Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai fungsi –

fungsi seperti balok, kolom, dinding dan plat lantai.

2. Tiap – tiap komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan.

3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga

komponen – komponen tersebut dapat dibentuk oleh metode yang sama dan

menggunakan alat bantu yang sejenis.

4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa fungsi.

5. Komponen – komponen harus cocok untuk berbagai keadaan dan tersedia

dalam berbagai macam ukuran produksi.

6. Komponen – komponen harus mempunyai berat yang sama

sehingga mereka biasa secara hemat disusun dengan menggunakan peralatan

yang sama.

Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi :

1. Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen – komponen mudah

untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan.

2. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat – alat mekanik.

3. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen – komponen yang lebih

luas. (Google www.scribd.com/Beton-Precast)

2.2.4 Cara Pemasangan Beton Pracetak (Precast Concrett Erection)

Pada dasarnya dilapangan tata cara pemasangan yang biasanya dikerjakan dalam

proyek pembangunan, akan dijelaskan mengenai berbagai metode pemasangan

(48)

2–17

1. Cara pemasangan perbagian ( vertical )

 Dilakukan trave per trave

 Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar

 Perlu landasan yang cukup kuat, mobil crave bisa bergerak memenuhi jarak

jangkau.

 Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen lebih

leluasa

 Biasanya untuk 3 – 5 tingkat

2. Cara pemasangan perlapis ( horizontal )

 Dilakukan lantai per lantai.

 Perlu alat pengangkat yang dapat mencari seluruh bagian bangunan.

 Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama plat lantai.

 Crane yang biasa digunakan Tower Crane Putar.

[image:48.595.224.414.497.605.2]

 Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan.

Gambar 2.6 Pemasangan Pracetak Perlapisan Digunakan pada Pembetonan

Jalan Raya (Sumber. http://isjd.pdii.lipi.go.id/26209121142_1907-0284.pdf)

3. Cara pemasangan Lift Slab

Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak

(49)

2–18

 Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah

 Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau

cor di tempat.

 Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak

hidrolis.

4. Cara Pemasangan Jack Block digunakan dalam memasang Tiang Pancang

 Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah Hidraulis Jack dipasang di

bawah komponen pendukung vertical.

 Dengan mengatur secara berganti penggunaan hydraulic Jack dan penempatan

penunjang ( dari blok beton ) seluruh komponen diangkat ke atas.

(a) (b)

[image:49.595.135.491.364.667.2]

(c) (d)

Gambar 2.7 Proses Pemasangan Tiang Pancang menggunakan Jack

Hidraulis (a)Tiang pancang diangkat dengan crane; (b)Tiang Pancang

(50)

2–19

pancang dan mulai memancang dengan tekanan hidraulik; dan (d) Setelah

selesai memancang, crane akan mengambil tiang kedua dan proses berulang

seperti diatas. (Sumber http://desainomahku.blogspot.com/ dan

http://manorian1980.blogspot.com/)

2.2.5 Proses Pembuatan Komponen Kolom

Beton pracetak adalah suatu komponen struktur yang telah dibuat sesuai dengan

pesanan. Pembuatan beton ini dilakukan pada pabrik pembuatan yang menerima

pesanan beton pracetak yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dalam proyek

[image:50.595.163.460.346.681.2]

konstruksi itu.

(51)

2–20

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan dalam pembuatan beton

pracetak pada pabrik pembuatan beton pracetak, yaitu :

1. Pembuatan rangka tulangan

Pemilihan besi tulangan yang sesuai beban yang akan diterima oleh beton

pracetak itu. Dalam proyek pembangunan ini beban yang diterima oleh beton

yaitu K-350.

2. Pembuatan cetakan

Cetakan disesuaikan dengan ukuran dalam mutu beton yang dibutuhkan beban

[image:51.595.196.451.330.524.2]

beton tersebut.

Gambar 2.9 Cetakan Kolom Pracetak pada Pabrik

(Sumber http://www.ilmusipil.com)

3. Pembuatan campuran beton

Campuran yang biasa digunakan dengan proporsi dengan perbandingan 1:2:3

yang artinya perbandingan volume 1 semen banding 2 pasir banding 3 kerikil dan

(52)

2–21

4. Pengecoran beton

Pada saat pengecoran permukaan yang akan dibeton harus basah lalu tuangkan

campuran dalam lapisan yang seragam. jangn sampai terjadi penuangan dalam

penumpukkan yang miring atau tumpukan yang besar karena akan terjadi

pemisahan. Pada pengerjaan kolom, tiap lapisan sebaiknya tidak melebihi 45 cm.

Jika melebihi tebal tersebut maka udara akan terjebak dan tidak dapat keluar,

[image:52.595.148.501.278.407.2]

biarpun dengan menggunakan penggetar.

Gambar 2.10 Pengecoran Beton Pracetak

(Sumber http://tukangarsitek.blogspot.com/2010.html)

5. Perawatan ( curing)

Pada perawatan beton pracetak ini yaitu dengan cara menggenangi beton yang

kering kedalam kolam agar seluruh permukaan beton terkena air tersebut. Bila

tidak dirawat maka beton akan mengalami keretakan pada bagian – bagiannya.

6. Penyempurnaan akhir

Pada penyempurnaan akhir pembuatan beton pracetak yaitu membersihkan

kelebihan besi tulangan dan sisa beton yang tidak diinginkan pada ujung kolom

pracetak. Presisi yang tinggi, juga detail yang benar dibuat agar air yang

menimpanya selama bertahun – tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari

(53)

2–22

7. Penyimpanan

Penyimpan pracetak agar tidak melebihi dari batas yang diperuntukkan untuk

keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding

produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal–hal yang perlu

dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak), kebocoran

terhadap air hujan, cara mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika

[image:53.595.172.457.289.473.2]

ada gempa tanpa mengalami degradasi kinerja.

Gambar 2.11 Penyimpanan Kolom Pracetak

Pada penjelasan penyimpanan beton pracetak diatas, berpengaruh juga pada detail

sambungan dengan bangunan utamanya karena bentuk dan jenis sambungan

merupakan bagian penting yang ada pada konstruksi beton pracetak (precast

concrett). Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting

atau pengecoran ditempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan

sambungan kolom dan balok beton pracetak dengan pembebanan statis

dan kemampuan struktur yang disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja

(54)

2–23

menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan pengeringan 15 menit.

Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur pracetak akan lebih cepat

dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur

[image:54.595.187.438.195.369.2]

menggunakan beton pracetak akan lebih baik.

Gambar 2.12 Penyambungan kolom dan balok pracetak dengan cara

menyambung besi tulangan pada ujung komponennya dilapangan.

2.2.6 Kolom Konvensional

Dalam pekerjaan pembuatan kolom dengan cara konvensional atau bisa dikatakan

dengan pembuatan langsung pada lokasi konstruksi. Pekerjaan pembuatan kolom

secara langsung mempunyai cara atau langkah – langkah sebagai berikut :

1. Pembuatan tulangan

Dalam hal ini dilakukan ketika dilapangan pekerjaan pembuatan rangka tulangan

yang sesuai dengan kebutuhan konstruksi yang dilihat dari kekuatan mutu besi.

Besi beton yang digunakan biasanya berbentuk penampang bulat dengan 2 (dua)

jenis permukaan yang berbeda, yaitu besi berpermukaan polos yang juga disebut

(55)

2–24

dengan besi ulir (deformed bar). Dalam pekerjaan penulangan, hal-hal yang harus

diperhatikan adalah:

a. Batu penyangga (spacer) untuk menjaga selimut beton harus sesuai dengan

perencanaan yang memenuhi persyaratan. Ukuran terbesar dari butiran agregat

dalam campuran beton harus lebih kecil dari tebal batu penyangga atau selimut

beton, sehingga selimut beton betul-betul merupakan adukan beton bukan

mortar.

b. Ukuran terbesar dari butiran agregat yang dipakai harus lebih kecil dari jarak

bersih terkecil dari pembesian, agar agregat dapat lolos di antara pembesian

ketika dipadatkan.

c. Besi tulangan harus bebas karat dan minyak, karena hal ini akan mengurangi

daya lekat (bond strength) antara besi dengan beton.

Ukuran agregat maksimum harus lebih kecil dari 1/5 jarak antara sisi-sisi cetakan

dan 1/3 tebal pelat lantai untuk menjamin keseragaman distribusi agregat dalam

beton, sehingga kekuatan beton lebih seragam. Sedangkan ukuran agregat

maksimum harus 3/4 jarak bersih tulangan, ditujukan supaya agregat dapat lolos

dengan mudah di antara tulangan sewaktu penuangan, sehingga agregat tidak

(56)
[image:56.595.240.388.84.283.2]

2–25

Gambar 2.13 Pemasangan Tulangan Kolom Konvensional

(Sumber Proyek Pembangunan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat 2010)

2. Pembuatan bekisting kolom

Pekerjaan bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan kualitas

yang baik dan cukup kuat, serta pengerjaan sesuai dengan dimensi yang

direncanakan. Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan,

seperti dibawah ini :

a. Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini terjadi,

faktor air semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga mutu beton

terganggu. Pada bagian yang bocor akan terjadi keropos atau sarang kerikil

atau pasir.

b. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bekisting adalah kayu, plywood,

multipleks yang pada umumnya bisa disambung atau dipotong. Pada bidang

yang rata biasanya digunakan balok – balok kayu dengan permukaan tripleks.

c. Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang kuat dapat

(57)

2–26

kasus terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran, akibat sokongan yang tidak

memadai.

d. Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.

e. Periksa peyangga yang disusun dengan jarak dan mempunyai landasan yang

[image:57.595.242.383.222.410.2]

kuat.

Gambar 2.14 Pemasangan bekisting kolom

(Sumber Proyek Pembangunan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat 2010)

3. Penuangan beton

Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting

dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Cara penuangan beton

yang dilakukan dilapangan:

a. Beton yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability) yang

diinginkan, agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan penuangan harus

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi. Segregasi adalah pemisahan

butiran agregat kasar dari adukan dan dapat menyebabkan sarang kerikil yang

(58)

2–27

b. Harus diperhatikan kesinambungan penuangan beton, penuangan lapisan beton

yang baru harus dilakukan sebelum lapisan beton sebelumnya mencapai waktu

setting awal (initial setting time).

c. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah

[image:58.595.177.451.222.392.2]

terkotori oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.

Gambar 2.15 Penuangan Beton Segar Pada Kolom

(Sumber http://www.ilmusipil.com)

4. Pembongkaran bekisting

Pembongkaran biasanya tidak boleh dibuka sebelum beton kuat untuk menahan

beban sendiri dan beban kerja. Serta beton harus cukup keras ketika bekisting

dibongkar. Waktu yang diizinkan ketika melakukan pembongkaran bekisting

(59)
[image:59.595.173.454.85.268.2]

2–28

Gambar 2.16 Pembongkaran bekisting

(Sumber http://www.kadinbogor.blogspot.com)

5. Perawatan beton (curing concrett)

Setelah bekisting dibongkar sebaiknya tidak dibiarkan karena beton akan

mengalami hidrasi. Akibat dari hidrasi tersebut maka air akan hilang dan proses

hidrasi selanjutnya akan terganggu. Karena itu beton dirawat dengan cara

disemprot air agar tidak terjadi retak setelah masa pembongkaran bekisting.

[image:59.595.180.449.487.669.2]
(60)

2–29

2.3 Manajemen Peralatan Proyek

Penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan dalam suatu

proyek, kondisi daerah kerja serta kondisi peralatan yang perlu diidentifikasi

terlebih dahulu. Tujuannya agar tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan

secara efektif dan efisien. Hal yang perlu diperhatiakn adalah :

1. Medan Kerja

Identifikasi ini untuk menentukan kondisi medan kerja dari mudah, sedang sampai

berat. Dengan demikian kapasitas peralatan yang digunakan dapat sesuai dengan

kondisi dilapangan. Dalam hal ini lokasi proyek pada penelitian ini harus

disesuaikan dengan kondisi jalan yang rusak dan daerah yang rawan banjir. Agar

alat yang akan digunakan bekerja dengan kapasitasnya.

2. Cuaca

Identifikasi ini sangat perlu dilakukan khususnya pada proyek Rumah Susun

karena dikerjakan pada lahan terbuka. Cuaca basah atau hujan cenderung

menyulitkan pengendalian peralatan, baik mobilisasinya dilakukan dilokasi yang

akan dikerjakan.

3. Mobilisasi peralatan

Ada baiknya direncanakan dengan detail, khususnya peralatan – peralatan berat.

Karena akan kesulitan jika rute perjalanan menuju proyek tidak didukung oleh

keadaan jalan atau jembatan yang tidak memadai.

4. Komunikasi

Selain hal tersebut hal yang harus diperhatikan yaitu komunikasi antar operator

(61)

2–30

cukup dan tersedia agar langkah – langkah pekerjaan yang dilakukan sesuai

rencana.

5. Fungsi peralatan

Setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan agar terhindar dari pemakaian yang tidak efektif dan efisien. Karena

bila tidak sesuai dengan fungsinya akan terjadi pekerjaan yang menumpuk dan

tidak sesuai dengan jadwal pelaksanaan.

6. Kondisi peralatan

Setelah dan sebelum pekerjaan dilakukan ada baiknya operator memeriksa

peralatan yang akan dipakai karena pengerjaannya membutuhkan tenaga

mekanikal agar tidak terjadi kerusakan yang fatal hingga menyebabkan

terhentinya pekerjaan. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam suatu proyek

dipengaruhi oleh produktivitas alat terhadap volume pekerjaan yang akan

dilakukan, sedangkan jumlah peralatan yang dibutuhkan bergantung pada

beberapa hal sebagai berikut :

 Durasi kegiatan/waktu yang tersedia

 Kondisi lapangan

 Keadaan cuaca

 Efisiensi alat

 Kemampuan operator

(62)

2–31

2.4 Manajemen Sumber Daya Material

Sama seperti hanya pengelolaan peralatan, material harus dikelola dengan sebaik

– baiknya agar kebutuhannya mencukupi pada waktu dan tempat yang

diinginkan. Untuk proyek ini, ketepatan waktu ataupun kesuaian jumlah yang

diinginkan sangat mempengaruhi jadwal lainnya. Oleh karena itu, dikenal istilah

Just in Time dimana pemesanan pengiriman serta ketersedian material saat

dilokasi sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dan lebih tepat digunakan pada

pekerjaan beton dimana pengiriman material dari bacthing plant ke proyek sering

menemui kendala waktu. Mutu material juga menurun dikarenakan kemacetan

lalu lintas disepanjang jalan menuju proyek. Kebutuhan material biasanya

disediakan oleh pemasok yang hubungan kontraknya berlangsung dengan

kontraktor pelaksana dan telah disetujui oleh pemilik proyek melalui wakilnya.

Untuk pekerjaan – pekerjaan khusus yang membutuhkan kemampuan teknis dan

spesifikasi material yang khusus, biasanya kontraktor pelaksana menyerahkan

kepada subkontraktor yang spesialis dalam menangani pekerjaan khusus tersebut.

Dalam pengelolaan material dibutuhkan beragam informasi tentang spesifikasi,

harga maupun kualitas yang diinginkan, agar beberapa penawaran dari pemasok

dapt dipilih sesuai dengan spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis,

seperti, dibawah ini :

a. Kualitas materila yang dibutuhkan menggunakan tipe tertentu dengan mutu

yang harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi proyek.

b. Spesifikasi teknis material, merupakan dokumentasi persyaratan teknis material

(63)

2–32

c. Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok adlah dengan

memilih harga yang paling murah dengan kualitas material terbaik.

d. Waktu pengiriman menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material, biasanya

beberapa dikirim sebelum pekerjaan dimulai.

e. Pajak penjualan material, dibebankan pada pemilik proyek yang telah dihitung

harga satuan material atau dalam harga proyek keseluruhan.

f. Termin dan kondisi pembayaran logistik material harus disesuaikan dengan

cashflow proyek agar likuiditas keuangan proyek tetap aman.

g. Pemasok material adalah rekanan terpilih, telah bekerja sama dengan baik dan

memberikan pelayanan yang memuaskan pada proyek sebelumnya.

h. Gudang penyimpanan material harus cukup untuk menampung material yang

siap pakai, sehingga kapasitas dan lalu lints materialnya harus diperhitungkan.

i. Harga material dapat sewaktu – waktu berubah saat proyek dilaksanakan,

sehingga eskalasi harga harus dimasukkan dalam komponen harga satuan.

j. Jadwal penggunaan material harus sesuai, antara kebutuhan proyek dengan

waktu pengiriman material dari pemasok. Oleh karena itu, penggunaan

subschdule material untuk tiap – tiap item pekerjaan mutlak dilakukan agar

tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek.

2.5 Manajemen Waktu

Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan

proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan

data yang diperoleh selama proses penjadwalan sehingga akan ada ouput berupa

format – format laporan lengkap mengenai indikator progres waktu. Adapun

(64)

2–33

Barchart, Network Plainning, Kurva S maupun menggunakan Kurva Earned

Value. Dari hasil pemantauan tersebut akan mendapatkan laporan yang dapat

evaluasi dan koreksi, dengan cara memperbaharui dan informasi agar kinerja

waktu tercapai sesuai rencana. Dan akan terlihat masalah yang timbul selama

masa pelaksanaan proyek yang menghambat waktu, diantaranya :

1. Alokasi penempatan sumber daya yang tidak efektif dan efisien karena

penyebaran fluktuatif dan ketersedian sumber dayanya tidak mencukupi. Untuk

mengatasinya, dilakukan pemerataan jumlah sumber daya dan penjadwalan

ulang serta merelokasi sumber daya agar lebih efektif dan efisien.

2. Terjadi penumpukan proyek yang disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang

terbatas, peralatan yang tidak mencukupi, kondisi cuaca buruk, metode kerja

yang salah. Untuk mengatasinya, dilakukan duration-cost trade off yaitu

menambah tenaga kerja dan peralatan, dengan konsekuensi biaya meningkat

namun sebagai gantinya akan mempercepat durasi proyek.

3. Kondisi alam yang diluar perkiraan dapat mempengaruhi dan menunda jadwal

rencana, sehingga antipasi keadaan tersebut pelu dilakuan.

2.6 Hirarki Hubungan Jadwal Waktu dan Biaya Proyek

Jadwal waktu pelaksanaan proyek yang telah direncanakan biasanya tidak terlepas

dari kesalahan – kesalahan yang dapat menyebabkan keterlambatan. Hasil

perencanaan jadwal waktu proyek hendaknya mempunyai kecermatan dan akurasi

yang tinggi untuk mempermudah pelaksanaannya. Setiap perubahan dari rencana

yang telah dibuat selalu dilakukan evaluasi dan pembaruan penjadwalan dengan

(65)

2–34

mendasar terhadap jadwal proyek yang telah dapat menyebabkan keterlambatan,

maka solusinya perlu diantisipasinya dengan kompensasi paling minimal.

Penelitian ini ingin menghasilkan sebuah hasil perbandingan antara metode

konvensional dan perbandingan dengan pracetak. Dengan perbandingan pada saat

(66)

5–1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan analisa pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa

Baleendah Kab. Bandung dengan mengambil perbandingan waktu dan biaya

peamsangan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil Analisa Waktu Pemasangan Pada Proyek Rumah Susun Sewa Balendah

Kab. Bandung

Hasil yang didapat dalam analisa pada bab 4 menyatakan bahwa proses

pemasangan kolom pracetak lebih cepat dari cara pemasangan konvensional

dikarenakan dalam pemasangannya pracetak tidak terlalu rumit. Jadi komponen

beton pracetak dipasang sebagai komponen siap pakai, tinggal disambung dengan

bagian struktur lain menjadi suatu rangkaian konstruksi yang diinginkan dalam

proyek konstruksi itu. Sedangkan apabila menggunakan konvensional dalam

pemasangannya membutuhkan beberapa langkah yang dikerjakan sesuai dengan

penjadwalan proyek.

No Konvensional Pracetak

Jenis Pekerjaan Durasi Jenis Pekerjaan Durasi

1. Pembuatan tulangan 60

menit Setting Mobile Crane 15

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Biaya Proyek (Sumber Asiyanto 2005)
Gambar 2.2 Kolom Pracetak
Gambar 2.3 Kolom Pracetak
Gambar 2.5 Proses Pemasangan Kolom Beton Pracetak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Form input data guru berfungsi untuk melakukan penginputan data pribadi guru. Kelebihan dari form input data guru yaitu dapat memperbaiki data yang sudah ada didalam database

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Hasil penelitian ini menunjukkan responden cenderung lebih ba nyak menggunakan mekanisme koping emotional focused coping baik pada stres ringan maupun stres

Hasil menunjukkan indeks vigor setelah perendaman dalam etanol selama 30 menit memiliki korelasi yang erat dengan daya berkecambah benih setelah disimpan selama enam bulan

Di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang

Psikospiritual Islam juga sering kali disinonimkan dengan psikologi Islam. Psikologi disebut sebagai ilm al-nafs ataupun ilm al-ruh dalam bahasa Arab.

Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap