• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Rumah Tradisional Kampung Naga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Rumah Tradisional Kampung Naga"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI RUMAH TRADISIONAL KAMPUNG NAGA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

M. Jamaludin. H 51910045

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

42 Riwayat Hidup

Nama : M. Jamaludin H Panggilan : Jamal

TTL : Pekalongan, 01 Mei 1991 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Belum menikah T inggi Badan : 190cm

Berat Badan : 80 kg Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Poncol, Jl. Tondano 14/11 Pekalongan Timur 51122 Hobi : fotografi, Videografi, Menggambar, Travelling Kontak : 085742444451 (Handphone)

(5)

43 Pendidikan :

Formal

- Taman Kanak-Kanak Masyitoh Kauman Pekalongan (1996) - MSI 1 Kauman pekalongan (2003)

- Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Nglarangan Sidoagung Magelang (2006) - SLTP Salafiyah Kauman Pekalongan (2006)

- Sekolah Menengah Atas MAN 2 Pekalongan (2009)

- Universitas Komputer Indonesia Fakultas Desain (2010 - sekarang)

Non-Formal

- Kursus Komputer IPKA Pekalongan

Pengalaman :

- Pernah terdaftar menjadi team kreatif Komunitas RGB Komunitas foografi - Pernah melakukan Kerja Praktek di PT. Angga Sarana Media (Advertising) - Pernah bekerja di CV.Win’s Studio Bandung (2012)

Kemampuan :

Desain

(6)

vi 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB ll PERANCANGAN VIDEO DOKUMENTER RUMAH TRADISIONAL KAMPUNG NAGA II.1 Kebudayaan ... 5

II.2 Kepercayaan Masyarakat Tradisi ... 5

II.3 Definisi Rumah ... 6

II.4 Lokasi dan Situasi ... 6

II.5 Sejarah Kampung Naga ... 7

II.6 Sitem Kemasyarakatan ... 7

II.7 Tata Letak Pemukiman ... 8

II.8 Bangunan Hunian ... 9

II.9 Jenis Rumah Tradisional Kampung Naga ... 10

II.10 Bagian-bagian Rumah Tradisional Kampung Naga ... 12

II.11 Pembagian ruangan dan Fungsi Rumah Tradisional Kampung Naga ... 18

(7)

vi

II.13 Tahapan pembuatan video documenter ... 21

II.14 Pemecahan Masalah ... 22

BAB lll STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 23

III.1.1 Pendekatan Komunikasi (pendekatan visual dan verbal) ... 23

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 24

III.1.3 Strategi Kreatif... 24

III.1.4 Strategi Media ... 24

III.2 Segmentasi... 25

III.2.1 Strategi Distribusi ... 26

III.3 Konsep Visual ... 26

III.3.1 Format Desain ... 26

III.3.2 Layout ... 26 IV.1 Teknis Produksi ... 30

IV.2 Film Dokumenter ... 30

IV.3 Media Pendukung ... 32

(8)

vi

(9)

36 Daftar Pustaka

Deny. (2007). Rumah tradisional sunda. Bandung

Harun,Ismed B. (2011).Arsitektur Rumah dab Pemukiman Tradisional di Jawa Barat. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Nugroho, Fajar.(2007).Cara Pintar Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta:Galangpress

Rif’ati, Heni F, Dra dan Sucipto, toto, Dra. (2002).Kampung Adat dan Rumah Adat Di Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat

Rustan. Surianto. (2008) Layout. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sarwono. Sarlito W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sumber Internet

(10)

i Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Tak lupa shalawat serta salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing menuju jalan yang lurus, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian Tugas akhir yang berjudul “Perancangan Media Informasi Rumah tradisional Kampung Naga”. Dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan perancangan karya tugas akhir ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis.

Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

Bandung, 12 Agustus 2014

Penulis

M. Jamaludin H

(11)

1 BAB I

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI RUMAH TRADISIONAL

KAMPUNG NAGA

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup dalam suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. sistem mata pencaharian masyarakat Kampung Naga adalah bertani, berkebun dan pembuatan kerajinan tangan, salah satu warisan leluhur masyarakat Kampung Naga yang masih terjaga adalah rumah tradisional masyarakat Kampung Naga, Rumah Adat tradisional merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat, salah satu rumah tradisional yang masih terjaga keutuhannya sampai saat ini adalah rumah tradisional Sunda kampung Naga

Bahan bangunan atau material yang digunakan dalam rumah tradisional Sunda kampung Naga terdiri dari bahan alami, seperti kayu, bambu, ijuk, daun kelapa, sirap, batu maupun tanah. Selain itu, bangunan rumah tradisional pun tidak langsung menempel ke tanah. Jenis rumah tradisional kampung Naga adalah panggung, menurut pandangan kosmologis rumah dalam bahasa sunda dipandang sebagai dunia atau alam semesta. Dalam kepercayaan masyarakat kampung adat Naga khususnya dan kepercayaan masyarakat Sunda umumnya, terdapat pandangan bahwa dunia ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu: dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas.

(12)

2

Kampung Adat Naga. Uniknya, Rumah yang paling timur adalah rumah warga yang usia nya lebih tua. Penyusunan rumah ini menjadi penanda bahwa para orang tua menjadi pelindung bagi yang lebih muda. Bentuk, arah, dan letak rumah disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Seluruh bangunan menghadap Utara dan Selatan, tidak bangunan menghadap Utara da Selatan, tidak boleh kearah lain, sebagai sikap terhadap alam, terutama arah timur arah sinar matahari. Lumbung padi atau leuit terletak di Selatan rumah-rumah penduduk.

Sistem kemasyarakatan Kampung adat Naga dalam mendirikan sebuah rumah tidak lepas dari unsur-unsur adat istiadat leluhur masyarakat kampung Naga yang sampai sekarang masih tetap dipertahankan dan dipegang teguh oleh masyarakatnya.

Rumah tradisional Sunda yang terkenal dengan nama rumah adat tradisional Jawa Barat Kasepuhan tidak begitu banyak ditemui sekarang ini. Lebih banyak dari masyarakat sekarang menginginkan rumah yang berbentuk atau bernuansa modern, tentunya hal ini akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang rumah adat tradisional Sunda. Pengetahuan masyarakat tentang rumah tradisional Sunda pada zaman modern ini sangatlah kurang, hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang tidak menunjukan keberadaan tentang rumah tradisional Sunda. Pengenalan rumah tradisional Sunda ini sangat penting untuk dilestarikan sebagai pengetahuan sejarah budaya rumah tradisional, karena rumah tradisional merupakan warisan budaya yang harus terjaga dan dilestarikan keberadaannya.

Dengan adanya kondisi serta fakta yang terjadi saat ini mengenai rumah tradisioanal Kampung adat Naga, maka perlu adanya kesadaran masyarakat dalam mengetahui dan melestarikan warisan budaya yang ada, agar tidak mudah begitu saja musnah dan hilang di telan jaman seiring berjalannya waktu

(13)

3 I.2 Identifikasi Masalah

Dengan melihat dari latar belakang maka dapat timbul berbagai masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:

Perlu adanya kesadaran masyarakat dalam melestarikan peninggalan sejarah budaya yang ada, agar tidak mudah begitu saja musnah dan hilang

Sedikitnya masyarakat yang mengetahui tentang keberadaan rumah tradisional Sunda, hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang tidak menunjukan keberadaan tentang rumah tradisional

Rumah tradisional merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya, meskipun keberadaan rumah tradisional telah tergeser oleh bangunan rumah yang bergaya modern.

Bahwa eksistensi rumah tradisional bukan hanya untuk sekedar tempat bernaung, tetapi mempunyai identitas dari bentuk dan makna sesuai dengan kepercayaan yang dianut masyarakat sekitarnya.

I.3 Rumusan Masalah

Bagaimana bentuk rumah tradisional Sunda Kampung Naga Bagian-bagian apa saja dalam rumah tradisonal Kampung Naga

I.4 Batasan Masalah

Adapun yang menjadikan batasan masalahnya adalah sebagai berikut :

Bentuk dan bagian-bagian dari rumah Tradisional Sunda Kampung Naga, khususnya kepada rumah hunian warga yang ada di perkampungan Naga Target Audience lebih ditujukan kepada para remaja yang berwilayah di Bandung dan sekitarnya.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan ini bertujuan untuk :

(14)

4

(15)

5 BAB II

PERANCANGAN VIDEO DOKUMENTER RUMAH TRADISIONAL

KAMPUNG NAGA

II.1 Kebudayaan

Adimiharha, Kusanaka dan Salura purnama (dalam Deny, 2007:9) Kebudayaan merupakan sebuah endapan dari kegiatan dan karya manusia yang meliputi segala manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan mempunyai sifat kerohanian. Para ahli antropologi mengatakan kebudayaan merupakan sebuah dinamika masyarakat namun belum terjawab secara definisi mengenai kebudayaan yang sebenarnya. Seperti Robet H Lowie mengatakan bahwa sebuah kebudayaan mempunyai sifat abstrak dari prilaku nyata manusia yang berlokasi dari otak manusia Inti dari perilaku nyata manusia yang berlokasi dari otak manusia merupakan sesuatu yang menyatakan perasaan manusia guna membentuk suatu ruang dan waktu.

R.Soekmono (dalam Deny, 2007:9) mengemukakan bahwa ‘Kebudayaan adalah

segala ciptaan manusia sebagai hasil usahanya untuk mengubah dan memberi bentuk

susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai kebutuhan jasmani dan rohaninya’.

II.2 Kepercayaan Masyarakat Tradisi

Manusia selalu berkomunikasi dengan apa yang dipercayainya berdasarkan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya, begitupun dengan masyarakat zaman prasejarah, mereka mempercayai apa yang didewakannya atau yang diTuhankannya.

(16)

6

mempunyai unsur-unsur kepercayaan dan pemaknaan, semua ini juga dilandasi oleh masyarakat, di mana manusia yang menjadi salah satu elemen yang berpegang pada norma dan kepercayaan yang kuat. Fenomena ini akan memberi sebuah aspirasi terhadap kaidah kebudayaan dan masyarakat dalam ruang dan waktu sebagai perwujudan manusia dalam lingkungannya. (Deny, 2007: 15-17).

II.3 Definisi Rumah

Sarwono dalam (dellyani, 2009), Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Jadi setiap perumahan memiliki sistem nilai yang berlaku bagi warganya. Sistem nilai tersebut berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah ataupun keadaan masyarakat setempat.

II.4 Lokasi dan Situasi

(17)

7

Gambar 2.1 Peta lokasi kampung naga

(Sumber http://batansh21blog.files.wordpress.com/2013/03/bandung-kampung-naga.jpg/ 16 januari 2013)

II.5 Sejarah Kampung Naga

Tidak ada yang mengetahui tentang kebenaran sejarah kapmpung Naga, dikarenakan sejarah kampong Nahga tertulis pada lembaran tembaga, akan tetapi pada tahun 1950 terjadi peristiwa terbakarnya kampung Naga oleh gerombolan DI TII, Naskah atau bukti sejarah kampong Naga ikut terbakar beserta benda-benda pusaka milik kampung Naga, Namun ada salah satu versi yang menceritakan sejarah Kampung Naga bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Seorang abdinya yang bernama Singaparna ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian, Singaparna sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Kampung Naga. Di tempat tersebut, Singaparna oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparna. Nama “Kampung Naga” sendiri diduga berasal dari sebutan lokasinya, yaitu “Kampung na gawir”, yang berarti kampong yang berada di tebing. Sebutan ini tampaknya lama kelamaan menjadi kampong nag a-(wir), yang kemudian menjadi “Kampung Naga”.

II.6 Sistem Kemasyarakatan

(18)

8

dan dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dalam sistem kemasyarakatan ini dibagi menjadi tiga

Sistem pelapisan social

Kehidupan masyarakat Kampung Naga berpedoman kepada adat istiadat, pantangan, norma-norma atau hokum adat yang berlaku semenjak para leluhur masyarakat Kampung Naga hidup, pegangan tersebut berfungsi sebagai pengontrol hidup yang dipegang teguh oleh masyarakat Kampung Naga, dan berlaku dalam segala aspek kehidupan masyarakat Kampung Naga.

Sistem kepemimpinan

Kampung Naga memiliki dua system kepemimpinan, yaitu kepemmpinan formal dan kepemimpinan informal, kepemimpinan formal dipegang oleh Ketua RW dan RT yang langsung berhubungan dengan system pemerintahan, sedangkan kepemimpinan informal merupakan kepemimpinan yang ditentukan oleh ketentuan adat, pemmpin adat biasa disebut dengan kuncen, sebagai orang yang dituakan.

Sistem kekerabatan

Setiap individu yang hidup dalam suatu masyarakat, secara biologis menyebut kerabat kepada orang yang mempunyai hubungan darah, baik melalui ayah maupun ibu, masyarakat Kampung Naga yang diperluas lagi dengan warganya yang tinggal di luar wilayah Kampung Naga masih terikat oleh adat Sa Naga. Meraka yang yang secara biologis masih terikat pada adat Kampung Naga selalu melakukan kegiatan bersama.

II.7 Tata Letak Pemukiman

(19)

9

Rumah tinggal tersusun menyebar kearah Utara, Selatan, dan Barat. Di sebelah Timur, menghadap Sungai Ciwulan, terdapat gerbang masuk Kampung Adat Naga. Uniknya, Rumah yang paling timur adalah rumah warga yang usia nya lebih tua. Penyusunan rumah ini menjadi penanda bahwa para orang tua menjadi pelindung bagi yang lebih muda. Bentuk, arah, dan letak rumah disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Bangunan rumah bersusun bertingkat-tingkat berteras (terasering). Deretan rumah dibatasi olehsengked, yaitu batu yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan longsor dan menambah keindahan pola kampong. Kolam ikan, yang menjadi tempat budidaya ikan, menjadi batas ujung timur, Utara dan Selatan. Seluruh bangunan menghadap Utara dan Selatan, tidak bangunan menghadap Utara da Selatan, tidak boleh kearah lain, sebagai sikap terhadap alam, terutama arah timur arah sinar matahari. Lumbung padi atau leuit terletak di Selatan rumah-rumah penduduk.

Sekeliling kampung dipagari dengan pagar bambu yang disebut Kandang Jaga, sehingga batas kampong jelas terlihat. Bagi yang enggan ke sungai, di tengah kampong ada beberapa pancuran.

II.8 Bangunan Hunian

Jumlah rumah di kampong Naga dipertahankan sebanyak 108 rumah. Apabila jumlah penduduk bertambah, maka harus ada yang tinggal di luar area kampung ini. Seluruh rumah dan bangunan di kampung Naga beratap julang ngapak, dan merupakan rumah panggung dengan ketinggian kolong antara 45 sampai dengan 60 cm. Kolong ini dapat berfungsi sebagai pengatur udara dan dipergunakan sebagai kandang ternak ayam atau itik, dan dipergunakan pula sebagai tempat penyimpanan barang-barang pertanian , kayu bahan bangunan, dan kayu bakar.

(20)

10

utama rumah. Rangka imah terbuat dari kayu yang didapatkan dari kebun di luar hutan larangan. Sambungan struktur kayu menggunakan paku dan paseuk yang terbuat dari bambu atau kayu. Kini untuk memperkuat hubungan kayu, digunakan plat yang terbuat dari besi. Menurut cerita seorang dulah (ahli pembuat bangunan), dahulu untuk memperkuat hubungan kayu dipergunakan tali rotan atau tali dari bamboo. Bangunan rumah Kampung Naga dapat dipindahkan ke lokasi lain, dengan strukturnya yang masih utuh

Gambar 2.2 bentuk rumah tradisional kampung naga (Dokumen pribadi)

II.9 Jenis rumah tradisional Sunda kampung Naga

(21)

11

Naga khususnya dan kepercayaan masyarakat sunda umumnya, terdapat pandangan bahwa dunia ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas, sesuai pula dengan pembagian ruangan didalam rumah; ada ruang muka, tengah dan ruang belakang. Ruang tangah merupakan tempat kegiatan keluarga karena merupakan daerah netral.

Rumah-rumah di Kampung Naga bentuknya sama dan letaknya teratur rumah-rumahnya berbentuk persegi panjang dengan jenis rumah termasuk jenis rumah panggung. Lantai rumah menggunakan papan atau palupuh, sedangkan lantai rumah terbuat dari papan atau bambu. Atapnya menggunakan gaya suhunan julang ngapak, yaitu bentuk atap panjang yang kedua sisinya diperpanjang atau ditambah, sehingga merupakan rentangan sayap burung. Bidang atap tambahan yang melandai ini disebut leang-leang. Dengan atap yang seragam ini tampak seperti bentuk segitiga bila dipandang dari arah muka dan belakang, yang merupakan pertemuan kedua sisi atap segi empat panjang.

(22)

12

yang terbuat dari bambu atau kayu. “Tengah imah” atau tengah rumah adalah bagian dari rumah yang memiliki ukuran cukup luas. Bagian tengah imah ini hanya digunakan untuk berkumpul pada malam hari dan pertemuan keluarga. Pada bagian tengah imah ini ada ruangan yang disebut pangkeang atau kamar tidur. Kemudian ada lagi ruangan di belakang yang disebut dapur, yaitu tempat untuk memasak. Pada bagian dapur ini ada satu ruangan tempat menyimpan beras, dan parako yang berfungsi untuk menjaga supaya tidak membakar lantai papan. Unsur lain dari sebuah rumah tradisional sunda Kampung Naga adalah pekaragan atau halaman rumah, pekarangan ini terdiri dari pekarangan muka dan pekarangan belakang.

II.10 Bagian-bagian rumah tradisional Sunda Kampung Naga

Atap

Rumah memiliki bentuk atap julang ngapak (sikap burung julang yang merentangkan sayap). Pada puncak atap terdapat capit hurang atau cagak gunting yang berfungsi secara teknis untuk mencegah air merembes kedalam para, dan sebagai lambing kesatuan antara rumah dengan alam jagatraya berdasarkan kepercayaan masyarakat Kampung Naga. Penutup atap dibuat dari daun alang-alang (tepus) atau rumbia dan ijuk yang dikaitkan dengan tali dari bambu (apus) ke bagian atas dari atap.

(23)

13 Plafon/langit-langit

Plafon atau langit-langit terbuat dari bilah-bilah bambu yang dianyam (bilik) dengan pola anyaman kepang. Dari lantai rumah ke langit-langit berukuran 2,85 meter.

Gambar 2.4 bentuk plafon/langit-langit rumah tradisional Kampung Naga (Dokumen pribadi)

Tiang

(24)

14

Gambar 2.5 bentuk tiang rumah tradisional Kampung Naga (Dokumen pribadi)

Dinding

Dinding terbuat dari bilik yang pola anyamannya ada dua macam, yaitu: kepang dan sesag. Anyaman sesag dipergunakan untuk dinding dapur, sedang anyaman kepang dipergunakan untuk dinding bagian rumah lainnya. Dinding dengan anyaman sasag lebih awet dan tahan lama. Dinding dikapur warna putih atau dibiarkan sesuai aslinya. Sedang bahan lain atau warna lain merupakan larangan.

(25)

15 Pintu

Rumah memiliki dua buah pintu masuk yang berhubungan langsung ke ruangan tamu dan dapur. Dan berlaku aturan keluar rumah harus melalui pintu tepas dan masuk ke dalam rumah harus melalui pintu dapur. Pintu dibuat dari bilik dan kayu. Pintu ini berbentuk persegi panjang, berukuran 1,75 meter x 0,75 meter. Pintu lainnya terdapat antara ruang tamu dan dapur menuju ruang tengah dan pintu-pintu kamar tidur, serta pintu gudang (goah). Ukuran pintu pada umumnya bentuk dan ukurannya sama.

Gambar 2.7 bentuk pintu rumah tradisional Kampung Naga (Dokumen pribadi)

Jendela

(26)

16

Gambar 2.8 bentuk jendela rumah tradisional Kampung Naga (Dokumen pribadi)

Lantai

Lantai dari papan, yang sebelumnya merupakan lantai dari lempengan-lempengan bambu (palupuh). Tinggi lantai rumah dari tanah 0,50 meter.

(27)

17 Golodog

Golodog diletakkan di bawah dan di depan pintu depan dan pintu dapur, terbuat dari papan. Selain dari papan, golodog di Kampung Naga dibuat bambu, tetapi ada juga yang meletakkan batu sebagai ganti golodog tersebut. Fungsi golodog adalah sebagai tangga manaiki rumah. Berfungsi juga sebagai tempat duduk pada saat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan seperti menganyam, meraut bambu, atau untuk mencuci kaki sebelum masuk rumah.

(28)

18

II.11 Pembagian ruangan dan fungsi ruangan rumah tradisional Kampung

Naga

Ruangan depan

Ruangan depan memiliki fungsi untuk menerima tamu. Ruangan ini terletak di bagian depan rumah. Ruangan bentuknya tertutup serta memiliki jendela kayu atau kaca. Ruangan dibiarkan kosong, tanpa perkakas rumah seperti meja, kursi atuapun bale-bale. Pemilik rumah biasanya menyediakan alas duduk tikar dari pandan kepada tamu-tamunya atau bahkan tidak diberi alas apapun. Disebelah tepas terdapat ruangan dapur (pawon) yang dipisahkan oleh dinding bambu dianyam (bilik). Ruangan tamu berukuran sama dengan ruangan dapur, yaitu 3,65 meter x 2,40 meter.

(29)

19 Dapur

Dapur berdampingan dengan ruang tamu. Dapur biasa digunakan untuk memasak. Dalam ruangan dapur ini terdapat peralatan dapur yang digunakan dalam keseharian. Dalam dapur ini pula terdapat „parako‟ yaitu tempat „hawu‟ (perapian) dan „paraseuneu‟ (sebuah tempat di atas hawu untuk menyimpan bahan makanan yang disebut padaringan atau goah. Untuk pintu dapur biasa digunakan bilik anyaman sasag. Gunanya sebagai tempat keluar asap dari dapur dan juga untuk melihat bilamana ada bahaya api.

Gambar 2.12 bentuk dapur rumah tradisional Kampung Naga (Dokumen pribadi)

Ruangan Tengah

(30)

20

Gambar 2.13 bentuk ruang tengah rumah tradisional Kampung Naga (Dokumen pribadi)

Kamar tidur

Ruangan ini memiliki fungsi sebagai tempat tidur. Kamar tidur terletak di bagian sayap kanan dan kiri rumah. Jumlah kamar pada rumah tinggal tidak sama, ada yang terdiri dari dua atau tiga kamar tidur yang dsesuaikan dengan besar dan kecilnya ukuran rumah. Tetapi jumlah kamar tidur di rumah ini terdapat tiga buah, berukuran 2,65 meter x 1,20 meter.

(31)

21 II.12 Pengertian video dokumenter

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda, termasuk hiburan dan figure palsu dengan kamera atau animasi. (Malaky, 2004 dalam Fajar Nugroho, 2007)

Video dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Video dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa , dan lokasi yang nyata. Video dokumenter ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sunguh terjadi. tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot (rangkaian peristiwa dalam Video yang disajikan pada penonton secara visual dan audio), namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argument dari sineasnya. Video dokumenter juga tidak memiliki tokoh peran baik dan peran jahat, konflik, serta penyelesaiannya seperti halnya film fiksi (Fajar Nugroho,2007)

II.13 Tahapan Pembuatan Film Dokumenter

Dalam setiap pembuatan film dokumenter memiliki lima tahapan dalam pembentukaanya, yaitu:

Menemukan Ide

Ide sangat penting sekali dalam pembuatan film dikarenakan bagaimana peristiwa atau fenomena yang akan diangkat menjadi sebuah video dapat manarik.

Menuliskan film Statement

Film Statement adalah intisari dari film yang akan diungkapkan dengan kalimat singkat mengenai inti cerita dari film tersebut.

Membuat Treatment dan outline

(32)

22 II.14 Pemecahan Masalah

Setelah riset mengenai rumah hunian Kampung Naga diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan media informasi untuk memberitahukan terhadap masayrakat luas mengenai rumah hunian tradisional Kampung Naga yang masih terjaga keutuhannya. Media yang efektif dan pesan yang akan disampaikan mudah diterima oleh masyarakat maka dipilihlah video dokumenter sebagai media utama Karena video dokumenter merupakan penggabungan antara video, ilustrasi, tipografi dan musik, sehingga media ini akan lebih dekat dan menarik terutama untuk target audience. Didalam perancangan video dokumenter rumah tradisional Sunda ini terdapat beberapa informasi yang akan disampaikan, yaitu:

Bentuk dari rumah tradisional kampung Naga

(33)

23 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam perancangan strategi komunkasi media Informasi rumah tradisional kampung Naga menyesuaikan dengan aspek lingkungan, budaya dan perilaku remaja, strategi penyampaian informasi yang akan dilakukan adalah dengan melalui pendekatan visual yang disesuaikan dengan karakter remaja , yaitu pendekatan berdasarkan sifat dan kepribadian remaja, agar media yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh target audience. Oleh karena itu media yang dibuat harus menarik dan memiliki pesan yang jelas. Media informasi yang dipilih adalah video dokumenter dikarenakan agar target audience mengetahui tentang bentuk dan bagian-bagian rumah tradisional Kampung.

Pendekatan Visual

Pendekatan visual merupakan sebuah cara untuk menyampaikan informasi melalui gambar atau visual. Tampilan visual yang diperlihatkan berhubungan dengan kejelasan penyampaian informasi realita, yang mempunyai kesan sederhana sebagaimana mestinya video dokumenter. Agar informasi yang disampaikan mudah untuk dipahami oleh setiap orang yang menyaksikannyaDalam pangambilan sudut (angle) kamera menggunakan teknik diantaranya sudut atas (high angle), sudut bawah (low angle) dan kemiringan kamera

Pendekatan Verbal

(34)

24

yang digunakan pada media informasi ini menggunakan bahasa Indonesia, Penggunaan bahasa Indonesia dipilih dikarenakan kesesuaian target audience dalam berkominkasi sehari-hari, dan bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat pada umumnya dan merupakan bahasa persatuan, sehingga dapat dipahami.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Dalam perancangan video dokumenter rumah tradisional Kampung Naga bertujuan untuk :

Mengingatkan kepada para remaja khusus nya yang berwilayah di bandung tentang keberadaan rumah tradisional Sunda di kampung Naga

Menyadarkan generasi muda yang berada di ruang modern untuk lebih melestarikan budaya tradisional yang sudah diwariskan oleh nenek moyang.

III.1.3 Strategi Kreatif

Dalam perancangan video dokumenter Kampung Naga digunakan strategi komunikasi murni dikarenakan komunikasi murni merupakan komunikasi tanpa persuasi. Agar informasi tersampaikan dengan baik maka dibutuhkan sasaran dalam perancangan. Media informasi yang dipilih adalah video dokumenter dikarenakan agar target audience mengetahui realita tentang rumah tradisional di Kampung Naga, perancangan video dokumenter ini mengvisualkan sebuah rangkaian informasi tentang bentuk dan bagian-bgaian rumah tradisional kampung Naga, khususnya rumah hunian warga kampung Naga.

III.1.4 Strategi Media

Mengemas bentuk dan bagian-bagian rumah tradisional Kampung Naga melalui media informasi berupa sebuah video dokumenter.

(35)

25

Media utama yang dipilih adalah video dokumenter mengenai bentuk dan bagian-bagian rumah hunian tradisional kampung Naga,. memberikan informasi yang lengkap dan detail sehingga target audien mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

Media pendukung

Media pendukung berupa, Poster, flyer dan sticker, media ini bertujuan sebagai informasi untuk target audien mengenai keberadaan media informasi rumah tradisional kampung Naga

III.2 Segmentasi

Menentukan segmentasi ditujukan agar pesan yang akan disampaikan tepat dan mudah dipahami target audience

1. Segi Demografis

Dilihat dari segi demografis, sasaran dari perancangan video documenter rumah tradisional kampung Naga adalah:

Usia : 15-20

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

Kelas Sosial : Menengah ke atas

Rousseau (dalam Sarwono, 2011:28) masa usia 15-20 Dinamakan masa kesempurnaan remaja, dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam masa ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain.

2. Segi Geografis

(36)

26

kemungkinan juga untuk orang luar daerah yang ingin mengetahui tentang rumah tradisional Sunda Kampung Naga.

3. Segi Psikografis

Dalam segi psikografis target audiens masih mempunyai minat untuk belajar dan memperhatikan hal-hal yang berbeda di sekitarnya.

III.2.1 Strategi Distribusi

Untuk strategi distribusi sendiri, rencana akan didistribusikan untuk menginformasikan video dokumenter rumah tradisional kampung Naga ini kepada masyarakat melalui:

Dinas Kebudayaan Jawa Barat Dinas Pariwisata Jawa Barat

Koperasi warga sauyunan Kampung Naga Stasiun televisi di Jawa Barat

Adapun strategi distribusi lainnya, akan di distribusikan melalui situs online (Youtube), agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses video documenter rumah tradisional Kampung Naga.

III.3 Konsep Visual

III.3.1 Format Desain

III.3.2 Layout

(37)

27

Gambar 2.15 Contoh Layout (Dokumen pribadi)

Gambar 2.16 Contoh Layout (Dokumen pribadi)

III.3.3 Ilustrasi

(38)

28

Gambar 2.17 Ilustrasi (Dokumen pribadi)

III.3.4 Tipografi

(39)

29

Century Gothic

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

12345678910

!@#$%^&*()_+|{}[]:;”’<>?,./

III.3.5 Warna

Warna yang digunakan dalam video dokumenter ini adalah warna-warna murni seperti keadaan sebenarnya di Kampung Naga, untuk menunjukan visual seperti keasliannya di Kampung Naga dan bentuk rumahnya.

(40)

30 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Teknis Produksi

Teknis Produksi merupakan tahapan terakhir dari proses yang sudah disusun sebelumnya. Tahapan ini berisi seluruh dari gagasan dan materi yang telah dikumpulkan sebelumnya. Suatu proses untuk menjadi sebuah tampilan yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses eksekusi maka harus harus melalui beberapa tahapan.

4.2 Video Dokumenter

Terdapat beberapa tahapan dalam membuat video dokumenter Pra produksi

Produksi

Pasca produksi

4.2.1 Pra Produksi

Pra produksi adalah tahapan untuk mencari ide cerita, riset data, riset visual, alur cerita, pembuatan story board, shooting list, shooting schedule.

Untuk tahapan pencarian ide, diawali dengan riset lapangan dari data mengenai realita rumah tradisional Kampung Naga. Kemudian dibuatlah tahapan pengambilan visual dengan mematuhi yang terdapat pada shooting list, dan juga shooting schedule, agar pada saat pengambilan gambar sesuai dengan konse yang telah dirancang.

4.2.2 Produksi

(41)

31

saat pra produksi. Langkah ini di buat berdsarkan tahapan-tahapan dalam konsep video dokumenter yang telah dirancang.

4.2.3 Pasca Produksi

Pasca produksi merupakan tahapan terakhir setelah melakukan produksi, dimana pada tahap ini dilakukan tahapan editing video dan penambahan text sebagai keterangan

4.2.4 Hardware

Hardware merupakan perangkat keras atau alat-alat yang digunakan pada saat proses produksi seperti kamera dan komputer pada saat proses editing dan pengambilan gambar

Kamera

Kamera menggunakan kamera DSLR Canon 5D dan 7D Laptop

Spesifikasi

Prosesor CORE I3 2GB Ram

Intel (R) HD Graphic 4000

4.2.5 Software

(42)

32 4.3 Media Pendukung

4.3.1 Poster

Gambar 2.19 Poster (Dokumen pribadi)

Media pendukung pertama berupa poster, Poster merupakan kelompok media lini atas yang merupakan media luar ruang.

Karakteristik

Mempunyai jangkauan yang luas

Menarik perhatian

(43)

33

Funsi poster pertama berfungsi untuk memberikan informasi tentang video dokumenter rumah tradisional kampung Naga, Lokasi penempatan poster ini disesuaikan dengan tempat-tempat yang biasa digunakan target audien, yaitu: Taman,cafe, sekolah, perpustakaan. Poster di desain seperti puzzle pada bagian ilustrasinya, sehingga selain berfungsi sebagai media informasi, poster dapat membangun interaksi antar target audien dengan media poster.

Ukuran Teknis Media

Format :Potrait

Ukuran :A3 (42 cm x 29,7 cm)

Material :Art Paper Laminasi Doff

Teknis Produksi : Cetak offset

4.3.2 Flyer

(44)

34

Media pendukung kedua berupa flyer, flyer ini merupakan media luar ruang. Karakteristik

Bersifat personal

Pendekatan lebih individual

Daya jangkau tergantung strategi distribusi

Funsi flayer pertama berfungsi untuk memberikan informasi tentang video dokumenter rumah tradisional kampung Naga, Lokasi penempatan flyer ini disesuaikan dengan tempat-tempat yang biasa digunakan target audien, yaitu: Taman,cafe, sekolah, perpustakaan.Ukuran Teknis Media

Format : Potrait

Ukuran : A5 (42 cm x 29,7 cm) Material : Art paper 150 gr Teknis Produksi :Cetak offset

4.3.3 Sticker

(45)

35

Media pendukungg ke tiga berupa sticker, sticker ini merupakan media luar ruang. Karakteristik

Bersifat personal

Pendekatan lebih individual

Jangkauan berdasarkan strategi distribusi

Funsi sticker berfungsi untuk memberikan informasi tentang video dokumenter rumah tradisional kampung Naga dimana bisa di akses, Lokasi penempatan sticker ini dibagikan secara gratis kepada para target audien (remaja) yang berada di lokasi-lokasi yang sering menjadi aktifitas para remaja, yaitu : taman, cafe, dan sekolahan Ukuran Teknis Media Format : custom (7 cm x 7 cm)

Gambar

Gambar 2.1 Peta lokasi kampung naga
Gambar 2.2 bentuk rumah tradisional kampung naga
Gambar 2.3 bentuk atap rumah tradisional kampong naga
Gambar 2.4 bentuk plafon/langit-langit rumah tradisional Kampung Naga
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI METODE INKUIRI BERBASIS PENGALAMAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pasal 145 HIR, Majelis Hakim telah mendengar keterangan 2 (dua) saksi dari orang yang dekat dengan Pemohon dan Termohon (tetangga dan karyawan Pemohon dan Termohon) yang

Varietas padi Fatmawati dapat ditransformasi dengan perantaraan Agrobacterium menggunakan eksplan berupa embrio muda. Penggunaan asetosiringon 100 µM pada media kokultivasi dan

Kyai Ageng Muhammad Besari No.. Raden

Dalam rangka pelaksanaan proses kerja yang efektif dan efisien, maka Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun konsep peta proses bisnis mulai

Dalam menerapkan pertanian organik ini, Mitra Aksi mengadakan sekolah lapang yang diikuti oleh 25 kelompok tani yang terdiri dari 1537 orang petani dari 6 desa tersebut di atas.

strategi tertentu. Kedua , adalah kelompok minoritas yang selain aktif dalam kegiatan kampanye juga berperan sebagai penggerak. Secara sederhana Budiardjo 38 membagi

persegipanjang dan gunakan y untuk menyatakan ukuran lebar. Kemudian dari tabel yang kalian buat, gambarkan grafiknya. Apakah hubungan x dan y senilai, berbalik nilai,