• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan prestasi belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan prestasi belajar"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat serta hubungannya dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober sampai dengan 12 November 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif-korelasional. Metode deskriftif digunakan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa, sedangkan metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya. Instrument yang digunakan untuk mengukur disiplin belajar adalah angket yang terdiri dari 33 item soal. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar digunakan nilai hasil MID semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011. Setelah dilakukan pengukuran terhadap disiplin belajar, didapat nilai mean (rata-rata) skor hasil angket sebesar 98, ini berarti disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat berada pada tingkat tinggi. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, digunakan rumus korelasi dari Karl Pearson. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai r-hitung= 0,166, yang berarti nilai korelasi sangat rendah/tidak berkorelasi. Uji signifikasi dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu dengan membandingkan nilai r-hitungdengan r-tabel. Jumlah sampel (N=64) pada taraf signifikan 5% didapat nilai r-tabel = 0,244, pada taraf signifikan 1% didapat nilai r-tabel= 0,317. Berarti r-hitung < r-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya. Disiplin belajar siswa hanya memberikan kontribusi sebesar 2,8% terhadap prestasi belajarnya.

(2)

i ke khadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjunan kita yakni habiibanaa wanabiiyanaa Muhammad saw, serta kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis tidak dapat

hidup sendiri. Penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar penulisan

skripsi ini selesai dengan baik. Untuk itu, sebagai ungkapan rasa hormat, penulis

haturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Bapak Drs. Rusdi Zakaria, M.Ed., M.Phil., selaku ketua jurusan

Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

3. Bapak Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku Ketua Prodi Manajemen

Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta sebagai pembimbing skripsi yang senantiasa

meluangkan waktu untuk memberikan saran dan pengarahan kepada

penulis,

4. Bapak Drs. Trisno Yulianto selaku kepala SMP YMJ Ciputat yang telah

memberikan izin penelitian di sekolah yang bapak pimpin,

5. Bapak Pranowo, BA. dan ibu Nurchasanah, S.Pd., selaku wali kelas

VIII-A dan VIII-B yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data

penelitian,

6. Bapak Slamet Riyanto, selaku kepala TU SMP YMJ Ciputat yang juga

telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian,

7. Para guru dan staf SMP YMJ Ciputat yang telah memberikan kemudahan

(3)

ii 9. Sahabat terbaikku, Siti Najjmiatul Ulum Rinnike, terimakasih atas

kesabarannya untuk selalu memberi motivasi,

10.Teman-teman satu kelas, Aminah, Husna, Lilis, Ryna, Fifi, Hany, Erma,

Nova, Maison, Asep, Qory, Mukhlis, Sirajd, Uci, Fery, Kucay dan pak

Wahyu, terima kasih atas senyuman manis kalian,

11.Saudara tercinta, Mulyadi akhyar, terima kasih atas pinjaman laptopnya,

serta

12.Semua pihak yang tidak dapat lagi disebutkan satu per satu. Semoga Allah

SWT memberikan balasan yang berlipat atas kebaikan kalian semua.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan

dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis memohon

kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 17 Desember 2010

(4)

iii LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Disiplin ... 6

B. Belajar ... 8

C. Disiplin Belajar Siswa ... 9

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 15

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

C. Metode Penelitian ... 15

D. Populasi dan Sampel ... 15

E. Teknik Pengumpulan Data ... 15

F. Instrumen Penelitian ... 16

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identitas Sekolah ... 18

B. Deskripsi Data ... 21

C. Analisis dan Interpretasi Data ... 24

(5)

iv A. Lampiran 1 (Angket Penelitian) ...

(6)

iii LEMBAR UJI REFERENSI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Prestasi Belajar Siswa ... 7

a. Pengertian Prestasi Belajar ... 7

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ... 12

2. Disiplin Belajar Siswa ... 16

a. Pengertian Disiplin Belajar ... 16

b. Pengelompokan Disiplin Belajar ... 19

c. Strategi Mendisiplinkan Siswa ... 20

d. Ciri-ciri Sekolah yang Memiliki Disiplin Baik ... 22

B. Kerangka Berfikir ... 24

C. Pengajuan Hipotesis ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

(7)

iv

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ... 35

I. Hipotesis Statistik ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 38

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

C. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(8)

vi

TABEL 3.2: Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert ... 30

TABEL 3.3: Perhitungan Nomor Item Valid dan Drop ... 31

TABEL 3.4: Tingkat Disiplin Siswa ... 35

TABEL 4.1: Sarana dan Prasarana ... 41

TABEL 4.2: Data Guru SMP YMJ Tahun 2010 ... 43

TABEL 4.3: Data Jumlah Siswa SMP YMJ Tahun 2010... 45

TABEL 4.4: Jumlah Skor Hasil Angket ... 51

TABEL 4.5: Distribusi Frekuensi ... 53

TABEL 4.6: Rata-Rata Nilai MID SMP YMJ ... 54

[image:8.612.132.541.54.427.2]

TABEL 4.7: Distribusi Frekuensi ... 56

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kualitas pendidikan tidak ada habisnya diperbincangkan oleh

masyarakat yang peduli terhadap pendidikan, karena memang kualitas

pendidikan merupakan salah satu bagian pembangunan yang sangat penting

dan strategis dalam memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya

berkelanjutan yang memerlukan keterlibatan semua pihak (masyarakat, guru

dan siswa), salah satunya dengan menerapkan disiplin belajar bagi para siswa.

Kualitas sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat antara lain dari tingkat

disiplin para siswanya. Oleh karena itu, sekolah yang berkualitas biasanya

telah menerapkan disiplin yang tinggi pada siswanya.

Setiap sekolah pasti memiliki cara tersendiri dalam mendisiplinkan

siswanya. Ada yang menggunakan cara tradisional (dengan kekerasan), ada

juga yang menggunakan cara lain yang dinilai lebih efektif. Mendisiplinkan

anak dengan membentak, menendang, memukul dan lain sebagainya, mungkin

bagi sebagian orang dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk

mendisiplinkan anak, karena dapat memberikan efek jera untuk melakukan

tindakan indisipliner. Tetapi, tidak jarang cara tersebut justru membuat anak

(10)

merasa takut yang berlebihan dan akhirnya depresi. Perlu diingat bahwa

sekolah merupakan lembaga pendidikan dan bukan lembaga kekerasan.

Pendisiplinan anak dengan kekerasan, penulis kira sudah tidak relevan lagi

dengan perkembangan zaman. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana cara

mendisiplinkan anak yang paling efektif.

Disiplin berkaitan dengan ketaatan dan peraturan. Sebelum disiplin

diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik

menuju suatu titik, yaitu kualitas. Selanjutnya adalah merancang bagaimana

cara menerapkan aturan tersebut sehingga setiap siswa dengan sadar bisa

mematuhi semua peraturan yang ada.

Telah menjadi sebuah fenomena umum, bahwa siswa baru mau belajar

ketika mengetahui akan ujian, itu pun dilakukan pada malam sebelumnya.

Waktu luang yang ada biasanya digunakan untuk berleha-leha seperti

bermain, menonton televisi dan lain sebagainya. Di sekolah misalkan, waktu

luang biasanya dipakai untuk bersenda gurau di kelas, mengobrol di kantin

atau pun bermain-main di taman sekolah. Padahal seharusnya waktu luang

tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk belajar misalkan dengan

mengadakan diskusi kelompok atau membaca buku di perpustakaan.

Membicarakan tentang disiplin di sekolah, tidak dapat dilepaskan dari

perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa

akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat menghawatirkan, seperti: tawuran, narkoba,

pencurian serta berbagai tindakan yang menjurus pada tindak kriminal

lainnya sampai kepada sex bebas. Tentu saja hal ini bukan hanya

membahayakan diri sendiri tetapi juga membahayakan orang lain. Di

lingkungan sekolah, berbagai kasus pelanggaran terhadap berbagai aturan

sekolah masih saja banyak ditemukan, seperti kasus bolos, merokok di

sekolah, premanisme, pencurian, sampai kepada tindakan asusila. Hal ini

tentunya membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak terkait.

Telah kita ketahui bersama, masa remaja adalah masa pencarian jati

diri, masa dimana rasa ingin tahu dan mencoba sangat tinggi. Jika tidak

(11)

yang menjerumuskan. Mereka belum dapat memahami dengan baik apa yang

mereka lakukan. Hal ini menjadi tanggung jawab para pendidik untuk

memberikan pengertian dan pemahaman, bukan dengan kekerasan, dimarahi,

diintimidasi atau bentuk lain yang memberikan pengaruh buruk pada psikis

mereka. Perlu sikap dan pemikiran yang matang agar mereka benar-benar

bisa mengetahui, memahami dan pada akhirnya menyadari bahwa yang

mereka lakukan adalah perbuatan yang kurang baik dan dapat merugikan

tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Disinilah pentingnya peranan sekolah. Sekolah diharapkan mampu

mengembangkan berbagai potensi baik akademiknya maupun

kepribadiannya. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahun

2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1.

Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang

pendidikan harus tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk

diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah

satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar ia dapat mencapai

perkembangannya secara optimal

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor. Menurut Daryanto, setidaknya ada dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik, psikologis (meliputi

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) serta

faktor kelelahan. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat.2

1

Depdiknas RI, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas, 2003), hlm.8

2

(12)

Hasil penelitian terkait menunjukan bahwa disiplin mempengaruhi

prestasi belajar.3 Hasil penelitian lain yang dilakukan Hilda Mutia dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat”, menunjukan bahwa kedisiplinan siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajarnya sebesar

24 %.4 Kedua hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedisiplinan mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Jika disiplin belajar seorang siswa

rendah, maka prestasi belajarnya pun akan rendah, begitu pula sebaliknya.

Bulan Februari hingga Mei 2010, penulis mengadakan pengamatan di

SMP YMJ Ciputat melalui program PPKT (Praktik Profesi Keguruan

Terpadu). Selama periode itu, penulis menemukan permasalahan disiplin para

siswanya, terutama disiplin dalam belajar. Tindakan indisipliner siswa telah

menjadi kebiasaan sehingga menjadi ciri khas sekolah ini. Siswa terbiasa

datang telat ke kelas atau bahkan membolos, meninggalkan sekolah sebelum

jam pelajaran selesai, tidak mengerjakan tugas dari guru, dan lain sebagainya.

Boleh jadi, penyebab masalah ini ditularkan oleh kebiasaan buruk

kakak kelasnya terdahulu atau lebih disebabkan karena letak sekolah yang

berada di tengah-tengah permukiman warga dengan tidak memiliki gerbang

utama sehingga siswa bisa datang dan pergi dari sekolah tanpa pengawasan.

Uniknya, pihak sekolah sepertinya membiarkan masalah ini terus terjadi.

Penulis tidak melihat adanya upaya serius yang dilakukan pihak sekolah,

misalkan oleh wakasek bidang kesiswaan atau guru BK untuk menangani

masalah tersebut. Masyarakat sekitar pun seperti telah menutup mata dan

bersikap acuh.

Masalah ini tentunya menarik untuk dilakukan penelitian.Untuk itu,

penulis bermaksud akan melakukan penelitian terhadap masalah tersebut yang

3

Nurbani Amien, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center (Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm.148, t.d.

4

Hilda Mutia Sari, Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di

SMK Muhammadiyah 01 Ciputat, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah,

(13)

kemudian diberi judul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat diidentifikasikan berbagai masalah yaitu sebagai berikut:

1. Siswa sering membolos sekolah,

2. Siswa sering tidak mengerjakan tugas dari guru,

3. Siswa sering terlambat datang ke sekolah,

4. Beberapa siswa sering terlibat tawuran,

5. Beberapa siswa sering merokok di lingkungan sekolah,

6. Nilai hasil MID siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011

cukup rendah,

7. Beberapa siswa tidak mengikuti seluruh MID mata pelajaran,

8. Siswa yang tidak mengikuti seluruh MID mata pelajaran, tidak mengikuti

ujian susulan sesuai jadwal yang telah ditentukan sekolah,

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan karena keterbatasan waktu, biaya

serta kemampuan akademik penulis, penelitian ini dibatasi pada:

1. Disiplin belajar yang dimaksud adalah ketaatan siswa terhadap peraturan

yang berlaku di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di luar

sekolah yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa.

2. Siswa yang dimaksud adalah seluruh siswa SMP YMJ Ciputat yang

terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011.

3. Prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai mid semester ganjil tahun

(14)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana telah

dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat pada

semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat pada semester ganjil

tahun ajaran 2010 – 2011?

3. Bagaimanakah hubungan tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat

dengan prestasi belajarnya?

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai guna bagi:

a. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya Prodi. Manajemen Pendidikan, untuk menambah literatur

kajian tentang disiplin belajar siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi

belajar siswa,

b. SMP YMJ Ciputat, sebagai bahan rujukan untuk mengadakan evaluasi

terkait dengan disiplin belajar siswanya,

c. Mahasiswa, sebagai kajian/referensi dalam menambah wawasan dan

pengetahuan tentang disiplin belajar dan hubungannya dengan prestasi

belajar siswa,

d. Penulis, sebagai salah satu syarat mendaptkan gelar S.1 (Strata Satu)

Jurusan Kependidikan Islam, Prodi. Manajemen Pendidikan, UIN

(15)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIS 1. Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam banyak hal, manusia selalu dituntut untuk dapat

berprestasi. Berprestasi dalam pelajaran di sekolah, berprestasi dalam

kegiatan ekstra kurikuler, berprestasi dalam berbagai ajang

perlombaan, atau pun berprestasi dalam bidang pekerjaan. Seseorang

akan mendapatkan label berprestasi ketika ia menjadi yang terbaik.

Seorang siswa misalkan, dikatakan berprestasi ketika selalu mendapat

nilai A dalam ujian, menjadi juara kelas, mendapatkan medali

olimpiade dan lain sebagainya.

Merujuk pada uraian di atas, berarti prestasi hanya bisa dicapai

oleh siswa yang selalu mendapat nilai A dalam ujian, menjadi juara

kelas, atau hanya oleh siswa yang berhasil mendapatkan medali

olimpiade. Jika memang benar begitu adanya, berarti prestasi hanya

bisa dicapai oleh sebagian kecil siswa.

Contoh-contoh tersebut di atas merupakan hasil yang bisa

diperoleh sisiwa setelah melalui suatu proses yang dinamakan belajar.

(16)

Seorang siswa bisa menjadi juara kelas atau menjuarai olimpiade mata

pelajaran karena ia berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, agar dapat

berprestasi manusia perlu belajar.

Allah SWT berfirman dalam QS. an-Nahl ayat 78 yaitu sebagai

berikut :

 

 



  

 



 

 



Artinya : “Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, sedangkan kamu tidak mengetahui satu apapun, dan dia berikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Berdasarkan ayat tersebut diketahui bahwa tidak ada satu

pengetahuan pun yang dimiliki manusia pada saat dia lahir. Untuk itu,

manusia perlu belajar agar memiliki ilmu.

Belajar tidak pernah terlepas dari kehidupan sehari-hari. Secara

psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam tingkah

laku.1

Dalam menjalani kehidupan, dengan segala cara manusia pasti

akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui

usaha-usaha itulah, manusia akan mendapatkan berbagai pengetahuan dan

kecakapan baru. Proses ini secara tidak langsung dinamakan belajar,

yaitu belajar dari pengalaman. Slameto mendefinisikan belajar sebagai

“suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeperoleh

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”2.

1

Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: Yrama Widya, 2010), Cet.I, hlm.2 2

(17)

Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai “tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif”.3

Sementara itu, W.S. Winkel merumuskan pengertian belajar

sebagai “suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai

sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.4 Sejalan dengan tiga pendapat tersebut, Witherington sebagaimana

dikutip oleh Nana Syaodih mengungkapkan bahwa “belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”5.

Dari beberapa pendapat tentang belajar di atas, diketahui

terdapat satu kesamaan bahwa suatu proses belajar menghasilkan

perubahan (baik berupa perubahan pengetahuan, perubahan

kemampuan maupun perubahan perilaku) pada diri yang

bersangkutan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak setiap perubahan

diakibatkan dari suatu proses belajar, melainkan ada

perubahan-perubahan tertentu yang diakibatkan oleh lain hal, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Winkel. Perubahan-perubahan tersebut adalah:

(1) Perubahan akibat kelelahan fisik. Seorang atlit lari marathon misalkan, kecepatan larinya akan jauh berkurang ketika setelah

melakukan lari marathon, ia kembali berlari.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) cet.1, hlm.64

4

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo,1996), cet.IV, hlm.53 5

(18)

(2) Perubahan akibat menggunakan obat. Misalnya, orang yang menginjeksi tubuhnya dengan obat bius akan mengalami

perubahan pada alam pikiran dan perasaannya.

(3) Perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik. Misalnya, anak yang menderita hidrosefalus akan mengalami perubahan

penambahan ukuran besar kepala.

(4) Perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Misalkan, perubahan bentuk badan, berat, tinggi dan lain sebagainya.6

Dengan berpegang pada beberapa rumusan belajar di atas,

maka jelaslah bahwa berbagai kasus perubahan tersebut bukan kasus

gejala belajar.

Dalam pikiran mungkin muncul pertanyaan, perubahan seperti

apa yang termasuk ke dalam gejala belajar? Selanjutnya, Daryanto

mencoba menjelaskan berbagai bentuk perubahan yang termasuk ke

dalam gejala belajar sebagai berikut: 7

(1) Perubahan terjadi secara sadar. Berarti bahwa seseorang yang

belajar akan menyadari adanya perubahan pada dirinya, misalkan

dengan merasakan bertambahnya pengetahuan atau kecakapan.

(2) Perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional. Sebagai

hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi

akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan atau proses belajar berikutnya. Seseorang yang belajar

menulis misalkan, dari tidak dapat menulis kemudian dia akan

dapat menulis. Secara bertahap kemampuannya akan bertambah

sehingga kemampuan menulisnya menjadi sempurna.

(3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. Dengan belajar

seseorang senantiasa akan merubah dirinya menjadi yang lebih

baik. Semakin banyak ia belajar maka akan semakin baik

6

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran…, Cet.IV, hlm.53-54 7

(19)

perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif

maksudnya adalah bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan

sendirinya, melainkan ada usaha yang dilakukan oleh orang yang

bersangkutan.

(4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Misalkan

seorang anak yang belajar bersepeda sampai lancar kemudian untuk

waktu yang lama ia tidak bersepeda lagi. Ketika setelah dewasa

mencoba lagi bersepeda, ia tidak akan lupa sama sekali bagaimana

cara menyeimbangkan tubuhnya di sepeda.

(5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang hendak

dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku

yang benar-benar disadari.

(6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu,

sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dalam sikap keterampilan, pengetahuan dan

sebagainya.

Dengan demikian jelaslah bahwa dengan belajar, maka

seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya. Namun, tidak

semua perubahan diakibatkan dari proses belajar, melainkan pada

hal-hal tertentu perubahan diakibatkan oleh hal-hal lain, seperti; perubahan

yang diakibatkan dari kelelahan fisik, perubahan yang diakibatkan dari

penggunaan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik,

serta perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Perubahan yang

tergolong ke dalam aktifitas belajar yaitu; perubahan terjadi secara

sadar, perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional,

perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif, perubahan dalam

belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan

(20)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar

Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku baik yang

berkaitan dengan aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik,

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat

digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu sebagai berikut:8 1) Faktor endogen (dalam diri anak)

a) Faktor fisiologis; meliputi faktor kesehatan fisik pada

umumnya dan kesehatan indera pada khususnya. Sehat indera

artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan sebagainya. Secara

singkat, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh kesehatan

fisiknya.

b) Faktor psikologis; keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh

suasana psikologis pelajar. Di anatara faktor psikologis yang

memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar

antara lain adanya:

- Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu,

- Sifat yang kreatif, inovatif dan akseleratif (sifat

perubahan dan maju),

- Motivasi untuk mendapatkan simpati dan penghargaan

baik dari sekolah, guru dan orang tua,

- Sifat kompetitif (persaingan sehat) antara pribadi dalam

meraih prestasi belajar,

- Suasana tenang, senang dan rasa aman apabila

menguasai pelajaran secara baik dan berprestasi tinggi.

2) Faktor eksogen (luar diri anak)

a) Faktor instrumental; merupakan faktor lingkungan yang

diciptakan oleh manusia. Termasuk kedalamnya adalah

pendidik itu sendiri, kurikulum, program, serta alat

8

(21)

(perpustakaan, laboratorium, sarana dan prasarana, dan tata

tertib).

b) Faktor lingkungan; meliputi lingkungan sosial dan

lingkungan alamiah.

Jika kita perhatikan poin-poin yang secara psikologis

mempengaruhi keberhasilan belajar, terlihat bahwa yang dimaksud

belajar tersebut adalah belajar dalam situasi formal di sekolah.

Walaupun dalam kenyataannya kita mengenal tri pusat pendidikan

yakni pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun

dari ketiga tersebut yang paling menonjol peranannya adalah sekolah

(formal). Jadi, secara tidak sadar jika kita membicarakan belajar maka

pikiran kita akan langsung tergiring pada situasi belajar di sekolah

formal.

Sejalan dengan Darsono, Nana Syaodih juga mengelompokan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang ke

dalam dua kelompok besar yaitu faktor dalam diri individu, dan faktor

lingkungan. Faktor dalam diri inividu meliputi faktor jasmaniah

(termasuk ke dalam faktor ini yaitu: kesehatan badan serta kondisi

kesehatan panca indera) dan faktor psikis atau rohaniah (termasuk ke

dalam faktor ini yaitu kondisi kesehatan psikis,

kemampuan-kemampuan intelektual, soaial, psikomotor serta kondisi afektif dan

kognitif dari indifidu). Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.9

Sementara itu Wasty Soemanto mengemukakan terdapat tiga

faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor-faktor stimuli

belajar, faktor-faktor metode belajar serta faktor-faktor individual.

Stimuli belajar merupakan segala hal di luar individu yang

merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.

Stimuli dalam hal ini mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan

bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat atau ringannya

9

(22)

tugas, serta suasana lingkungan eksternal (cuaca, waktu, kondisi

tempat, penerangan dan sebagainya). Ke-dua adalah faktor-faktor

metode belajar. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat

mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa, sehingga akan

menentukan berhasil atau tidaknya siswa menguasai materi pelajaran.

Terakhir adalah faktor-faktor individual. Faktor ini meliputi hal-hal

berikut yaitu: kematangan, usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman

sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi

kesehatan rohani, dan motivasi.10

Jika kita cermati bersama, dari ketiga pendapat tersebut

sebenarnya terdapat kesamaan. Walaupun pada pendapat yang ke-tiga

ada sedikit perbedaan dimana ia mengelompokannya kedalam tiga

faktor, namun pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar yaitu: (1) Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan

psikologis, motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas

mental. (2) Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti

suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga,

lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum

dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat

meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain

sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa agar dapat

berprestasi, siswa harus belajar. Karena, dengan belajar seorang siswa

akan mendapatkan berbagai macam perubahan. Perubahan tersebut,

yaitu: pertama aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan. Kedua, aspek afektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan

kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik, meliputi perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik seperti penguasaan keterampilan

10

(23)

baru. Namun, harus diketahui bahwa tidak semua perubahan itu

diakibatkan dari hasil belajar. Perubahan akibat proses belajar terjadi

secara sadar, terarah, bersifat continue dan menetap, serta meliputi seluruh aspek tingkah laku.

Setiap perubahan yang diperoleh dari proses belajar dapat

diukur ketercapaiannya. Inilah yang kita kenal dengan ”prestasi”. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi mengandung pengertian “hasil yang diperoleh dengan kerja keras

yang dilakukan oleh seseorang”.11 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata prestasi mempunyai arti ”hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.12 Menurut Nana Sudjana, ”prestasi (hasil belajar) adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”13. Dengan demikian, prestasi merupakan hasil atau

kemampuan-kemampuan yang diperoleh seseorang setelah ia melakukan atau

mengerjakan sesuatu. Prestasi belajar seorang siswa biasa diketahui

setelah dilakukan tes hasil belajar. Hasil tes tersebut kemudian

dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Besar kecilnya skor yang

diperoleh peserta didik menunjukan besar kecilnya hasil usaha yang

dilakukan peserta didik tersebut, sehingga dari prestasi itu dapat

dilihat kesungguhan siswa dalam belajar.

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

hasil (berupa penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan tertentu,

yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka) yang diperoleh siswa

setelah mengalami proses belajar. Sebagaimana diungkapkan di atas,

prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal

dan eksternal. Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis,

11

Djalinus Syah, dkk, Kamus Pelajar: Kata Serapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet. I, h.168

12

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi III, hlm.895

13

(24)

motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental.

Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah

serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah

meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan

berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana

lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya.

2. Disiplin Belajar Siswa

Ketika mendengar kata disiplin, yang terlintas dalam pikiran adalah adanya hukuman. Namun, perlu diketahui bahwa disiplin bukanlah hukuman, karena hukuman merupakan salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Disiplin dalam arti sempit dapat diartikan dengan

kepatuhan secara ketat pada peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis

yang sudah disetujui bersama. Sedangkan dalam arti luas dapat dikatakan

sebagai kumpulan dari berbagai jenis disiplin yang ada yang secara idiil

mendasarkan diri pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.14

Pada era sekarang maupun masa depan, disiplin merupakan salah

satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan tujuan dalam organisasi

apapun juga. Karena tanpa disiplin, organisasi akan mengalami

kehancuran. Dalam Gerakan Disiplin Nasional (GDN), disiplin diartikan

sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat,

bangsa dan Negara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan

ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa

takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.15 Begitu pentingnya disiplin membuat organisasi yang sangat besar yaitu pemerintah membentuk GDN

sebagaimana disebutkan di atas yang ditujukan untuk seluruh lapisan

masyarakat agar bisa menegakan disiplin.

14

Made Supartha, dkk., Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar, (Bali: DEPDIKBUD, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1996), hlm.69, t.d.

15

(25)

Wardiman Djojonegoro mengemukakan bahwa “disiplin

merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa

“disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa

yang seharusnya dilakukan, boleh dilakukan, dan yang tidak sepatutnya

dilakukan”. Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu:

pertama pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, kriteria atau standar

yang merupakan syarat untuk mencapai kesuksesan. Kedua,sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan

dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.16

Sedangkan menurut Arikunto, di dalam pembicaraan disiplin

dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi

pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan

ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.

Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti

peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya

karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin

atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata

tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah

sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang

menjadi siasat atau disiplin. Orang yang dalam mengikuti peraturan masih

didasarkan atas rasa takut karena ada orang lain atau juga karena didesak

oleh kepentingan pribadi yang lain, belum dapat dikatakan disiplin17.

16

Wardiman Djojonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas.

Disiplin Nasional. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 20-21 17

(26)

Sementara itu Lindgren sebagaimana dikutip oleh Amir Achsin,

mengemukakan bahwa disiplin memiliki tiga arti utama, yaitu: hukuman (sebagai sanksi karena seseorang telah melanggar aturan atau tata tertib),

pengawasan (dengan memaksa anak untuk berbuat secara teratur sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan), dan latihan (untuk membenarkan dan menguatkan tingkah laku yang baik).18

Dari berbagai pengertian tentang disiplin diatas, dapat

disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang secara sadar

mematuhi berbagai peraturan atau norma yang ada, yang telah disepakati

sebelumnya. Disiplin akan terbentuk pada diri seseorang apabila secara

sadar ia mematuhi peraturan atau tata tertib yang ada. Bukan karena

adanya rasa ingin dihormati, mendapat pujian atau hal lainnya.

Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang

dalam suatu sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat,

sementara nilai budaya masyarakat tersebut tercipta dari sistem norma

yang dianut warganya. Dengan demikian, disiplin dibentuk oleh dua unsur

utama yaitu (1) norma dan sikap yang ada pada diri manusia dan (2) nilai

budaya yang ada dalam masyarakat.19 Norma dan sikap merupakan unsur yang ada dan hidup dalam jiwa seseorang yang menentukan corak reaksi

terhadap lingkungannya. Sedangkan nilai budaya merupakan bagian dari

budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi tindakan

warga masyarakat.

Mengingat begitu banyaknya lingkup disiplin, banyak para ahli

yang mencoba mengelompokannya. Sesuai dengan peringkat manusia

(individu, kelompok, masyarakat dan bangsa), Wardiman menggolongkan

disiplin kedalam tiga kategori yaitu:20

18

Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar-Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pangdang Press, 1990), cet.2 hlm.61

19

Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional..., hlm. 21

20

(27)

(a) Disiplin pribadi sebagai perwujudan pribadi yang lahir dari kepatuhan

atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

(b) Disiplin kelompok sebagai perwujudan dari sikap taat patuh terhadap

aturan dan norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang

kehidupan manusia.

(c) Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh

yang ditunjukan oleh warga Negara terhadap aturan-aturan atau nilai

yang berlaku secara nasional.

Berdasarkan sumber pembuatnya, disiplin dibedakan atas empat

jenis yaitu:21

(a) Disiplin buatan guru; dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang

baik demi berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif

serta tertib dan teratur.

(b) Disiplin buatan kelompok; peraturan-peraturannya dibuat oleh dan

hanya berlaku untuk kelompok tersebut. Misalkan disiplin yang dibuat

dalam kelompok belajar.

(c) Disiplin yang dibuat diri sendiri; bertujuan sebagai pedoman tindakan

diri. Semakin matang tingkat berfikir seseorang maka maka akan

dibarengi dengan rasa tanggung jawab untuk ikut mengembangkan

kelompok dan pada akhirnya mengembangkan masayaratnya. Agar

bisa sampai ke situ, maka harus dimulai dengan mendisiplinkan diri

sendiri. Misalkan dengan membiasakan diri mempelajari materi

sebelum materi tersebut diajarkan, menanyakan materi yang belum

dimengerti pada guru, tidak menyontek saat ujian dan lain sebagainya.

(d) Disiplin karena tugas; setiap tugas memiliki tingkat disiplin tersendiri

yang mengharuskan dipatuhi oleh orang yang menjalankan tugas

tersebut. Misalkan perbedaan antara tugas guru dan siswa.

Sedangkan berdasarkan tempatnya, disiplin mencakup tiga lingkup,

yaitu: (a) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, (b) perilaku kedisiplinan di

luar kelas di lingkungan sekolah, dan (c) perilaku kedisiplinan di rumah22.

21

(28)

Tingkat disiplin siswa akhir-akhir ini nampaknya sudah sangat

menghawatirkan. Perilaku negatif seperti merokok, membolos, tawuran

merupakan beberapa contoh tindakan indisipliner yang sering dilakukan

siswa. Masalah ini membutuhkan penanganan serius karena jika tidak

maka akan menghambat proses pembelajaran siswa yang bersangkutan.

Kondisi tersebut menuntut guru untuk bersikap disiplin, arif dan

berwibawa dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa

mendisiplinkan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas

pembelajaran.

Reisman dan Payne sebagaimana dikutif oleh E. Mulyasa

mengemukakan strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai

berikut:

(a) Konsep diri; strategi ini menyarankan kepada guru untuk menumbuhkan konsep diri siswanya dengan cara bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

(b) Keterampilan berkomunikasi; guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

(c) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru harus mampu menjelaskan akibat-akibat yang logis dan alami atas perilaku salah yang telah dilakukannya, sehingga bisa membimbing siswa mengendalikan prilakunya sesuai dengan aturan.

(d) Klarifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membatu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

(e) Analisis transaksional; menuntut guru untuk bersikap lebih dewasa dalam menghadapi siswa yang bermasalah.

(f) Terapi realitas; guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah dan melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajran.

(g) Disiplin yang terintegrasi; guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan dan tata tertib sekolah.

(h) Modifikasi perilaku; guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku peserta didik.

22

(29)

(i)Tantangan bagi disiplin; guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan disiplin siswa. 23

Sedikit berbeda dengan Reisman dan Payne, Amir Achsin

mempunyai pendapat tersendiri tentang teknik mendisiplinkan siswa yaitu

sebagai berikut:24

(a) Teknik pengaturan arena kelas; terdiri dua bagian, (1) teknik yang digunakan untuk mengatur kelas tradisional, yaitu dengan cara mengatur posisi tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa mempengaruhi perhatian, tingkah laku dan motivasi siswa terhadap

pelajaran. Ada siswa yang senag duduk di depan, ada juga yang tidak,

ada yang senang jika duduk paling belakang, samping kiri, kanan atau

di tengah. Jika terlalu lama duduk di tempat yang sama juga akan

menimbulkan kejenuhan. Untuk itu guru harus memperhatikan tempat

duduk siswanya agar jangan sampai menurunkan perhatian serta

motivasinya untuk belajar. Kedua adalah mengatur struktur atau susunan kelas secara keseluruhan, (kelas yang tersusun rapi, indah dan bersih akan menimbulkan perhatian dan motivasi serta tingkah

laku yang lebih positif daripada kelas yang kotor serta tidak teratur

letaknya. (2) Teknik pengaturan arena kelas utuk metode tertentu, pengaturan tempat duduk untuk metode belajar diskusi, debat, roll-playing atau small group work misalkan akan membutuhkan pengaturan tempat duduk yang berbeda.

(b) Teknik pengurangan kecemasan siswa; kecemasan yang berlebihan

pada siswa misalkan memandang UN sebagai sesuatu yang sangat

menakutkan, justru akan membuat siswa kehilangan gairah untuk

belajar. Untuk itu kelebihan kecemasan itu harus dikurangi dengan

cara: mengadakan pertemuan terbuka antara siswa dengan siswa

maupun siswa dengan guru untuk membicarakan berbagai masalah

23

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet.IV, hlm. 124-125

24

(30)

belajar yang dialami, mengubah posisi tempat duduk, serta

menggunakan variasi metode belajar yang lebih menarik dan

menyenangkan.

(c) Meningkatkan kecemasan siswa; ada kecemasan-kecemasan minimal

yang perlu dimiliki oleh siswa, misalkan takut jika bolos sekolah,

takut jika mendapat nilai kecil dalam ujian dan sebagainya, tetapi jika

terlalu sedikit maka siswa akan kehilangan gairah untuk belajar karena

dia sama sekali tidak memiliki motivasi untuk belajar. Tugas guru

adalah menjaga agar tingkat kecemasan itu secara positif berada pada

tingkat yang cukup memadai untuk menstimulasi kegiatan belajar dan

mendisiplinkan diri.

Pendapat Reisman dan Payne serta Amir Achsim sebagaimana

dijelaskan di atas, menunjukan bahwa peran guru sangat penting untuk

membentuk disiplin pada diri siswa. Secara aktif guru harus mampu

ngendalikan kelas sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah agar

tercipta suasana belajar yang kondusif sehingga membantu setiap siswa

untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.

Suasana sekolah yang aman, tertib dan disiplin tentunya menjadi

idaman setiap sekolah. Karena salah satu kualitas sekolah dapat dilihat dari

standar disiplin yang diterapkannya. Berkenaan dengan hal itu, Wayson

dan teman-temannya meneliti sejumlah sekolah dan menemukan ciri-ciri

sekolah yang memiliki disiplin baik, sebagaimana dikutip oleh Agus

Suryawan sebagi berikut:

(a) Lingkungan sekolah kondusif untuk bekerja secara disiplin seperti pengajaran berjalan secara efektif, program yang saling menunjang antara satu dengan yang lainnya, program terkoordinasi dengan baik dan lain sebagainya.

(b) Sebagian besar guru memandang sekolah sebagai tempat untuk bekerja dan untuk mendapatkan pengalaman yang sukses dalam mengerjakan sesuatu.

(31)

(d) Program sekolah menekankan perilaku positif serta usaha preventif, bukan menitik beratkan pada hukuman.

(e) Menyesuaikan tindakan dengan kebutuhan sekolah dan memberi kesempatan melakukan sesuatu dengan gaya tersendiri.

(f) Mengadakan kerja sama yang kuat dengan para orang tua murid dan masyarakat setempat.

(g) Bersedia menerima kritik dan penilaian secara luas dari berbagai pihak. 25

Setelah dikemukakan banyak pendapat tentang disiplin, dari mulai

pengertian hingga kriteria sekolah yang memiliki disiplin yang baik

sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka sampailah pada kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan disiplin belajar adalah kesadaran yang

timbul dari dalam diri siswa untuk belajar, yaitu dengan mematuhi semua

tata tertib yang berlaku di sekolah maupun di rumah.

Guru mempunyai peranan penting dalam mendisiplinkan siswa.

Guru dituntut untuk lebih sabar, cekatan dan tegas dalam mengendalikan

disiplin siswa. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan

berkomunikasi yang baik, mengetahui karakteristik setiap siswa,

menguasai berbagai metode pengajaran yang aktif dan menyenangkan,

serta keterampilan mengendalikan kelas (misalkan dengan menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan yang memotivasi setiap siswa agar

secara aktif mau belajar).

Disiplin dikelompokan kedalam beberapa bagian. Berdasarkan

peringkat manusia yang melaksanakannya, disiplin dibagi atas disiplin

pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional. Berdsarkan sumber

pembuatnya, disiplin dibedakan atas disiplin buatan guru, disiplin

kelompok, disiplin buatan diri sendiri dan disiplin karena tugas.

Berdasarkan tempatnya, disiplin dibedakan atas, disiplin di kelas, disiplin

di luar kelas (lingkungan sekolah) dan disiplin di rumah.

25

(32)

Pengelompokan disiplin yang terakhir inilah (berdasarkan

tempatnya) yang akan dijadikan indikator kedisiplinan belajar siswa siswa.

Siswa dikatakan mempunyai disiplin belajar yang baik apabila ia telah

disiplin dalam belajar di kelas, di luar kelas (lingkungan sekolah) dan

disiplin dalam belajar di rumah.

2. KERANGKA BERPIKIR

Banyak faktor yang mempengaruhi presatasi belajar seorang siswa,

diantaranya adalah faktor kedisiplinan. Kedisiplinan timbul karena ada

kesadaran dari anak tersebut untuk mematuhi norma-norma (tata tertib) yang

berlaku di sekolah. Idealnya, jika seorang siswa telah berlaku disiplin yaitu

dengan mematuhi tata tertib dan mengerjakan semua tugas sekolah yang

diberikan kepadanya, maka akan berpengaruh baik terhadap prestasi belajar

siswa tersebut. Sebaliknya, jika disiplin belajar seorang siswa rendah, maka

prestasi belajarnya pun akan rendah pula. Walaupun mungkin ada anggapan

lain bahwa hal tersebut tidak dapat serta merta demikian, karena banyak hal

lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti kondisi keluarga, lingkungan

tempat tinggal, ketersediaan fasilitas belajar, atau pun kondisi fisik siswa itu

sendiri.

Dalam penelitian ini, dengan terlebih dahulu tidak memperhatikan

faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa selain disiplin belajar,

akan dicari tahu bagaimana hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi

[image:32.612.136.498.573.663.2]

belajarnya.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Disiplin Belajar (X),

Indikator:

a. Berdisiplin di dalam kelas, b. Berdisiplin di luar kelas

(lingkungan sekolah) c. Berdisiplin di rumah,

(33)

3. PENGAJUAN HIPOTESIS

1. Hipotesis Nol (Ho): Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

2. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan yang signifikan antara

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar

siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat, Jl. Ciputat Raya

no.27 (depan UIN Jakarta), Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang

Selatan. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan dari bulan Oktober

hingga November 2010.

C. METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan metode deskriftif-korelatif. Metode deskriftif digunakan untuk

mengambarkan keadaan yang sebenarnya tentang disiplin belajar, sedangkan

metode korelatif digunakan untuk mengetahui hubungan disiplin belajar

siswa dengan prestasi belajar.

(35)

D. POPULASI DAN SAMPEL 1.Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian1. Populasi terbagi kedalam dua bagian yaitu populasi target dan populasi terjangkau.

a) Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP

YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahuan ajaran 2010 –

2011.

b) Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VIII yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011,

berjumlah 84 orang. Ada beberapa alasan kenapa dipilih kelas VIII

sebagai populasi terjangkau, yaitu sebagai berikut:

- Sekolah tidak memberikan izin untuk dilakukan penelitian

terhadap kelas IX, karena mereka lebih difokuskan dalam

berbagai program pembelajaran yang telah disusun sekolah

sebelumnya untuk menghadapi Ujian Nasional,

- Kelas VII dianggap belum mampu untuk mengisi angket

penelitian dengan benar karena masih dalam masa transisi dari

tingkat SD ke SMP. Dikhawatirkan jika dipaksakan, maka

hasilnya akan tidak maksimal,

- Maka dipilihlah kelas VIII karena dianggap tidak akan terlalu

mengganggu proses belajarnya, telah memiliki pengalaman

belajar di sekolah tersebut selama 1 tahun, serta dianggap telah

cukup mampu untuk mengisi angket penelitian dengan benar.

2.Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti2. Yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B SMP

YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2010 –

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, hal.130

2

(36)

2011. Menurut Sugiyono tentang penentuan jumlah sampel dari populasi,

jika jumlah populasi 84 orang dengan taraf kesalahan 5% maka diperoleh

jumlah sampel sebanyak 68 orang.3

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian terdiri dari, sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) : Disiplin Belajar

Variabel Terkait (Y) : Prestasi Belajar

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian. Sesuai dengan variabelnya, instrument penelitian yang

digunakan yaitu sebgai berikut:

1. Prestasi Belajar

Instrument yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah

nilai hasil UTS pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011.

2. Disiplin Belajar

Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data tentang disiplin belajar adalah angket atau kuesioner tertutup.

Kuesioner tertutup merupaka jenis “kuesioner yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih”4. Isi kuesioner berjumlah 42 soal pernyataan dengan 4 pilihan jawaban.

3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-7, hlm.87

4

(37)
[image:37.612.152.535.52.704.2]

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat)

No. Dimensi Indikator No. Butir Soal

1 Disiplin di

dalam kelas

a. Memperhatikan pelajaran.

b. Bertanya atau menjawab

pertanyaan guru.

c. Meminta izin guru untuk masuk

dan keluar kelas.

d. Mencontek hasil pekerjaan teman.

e. Berbuat gaduh di kelas.

f. Memanfaatkan waktu secara

maksimal untuk belajar.

g. Mengumpulkan tugas tepat

waktu.

h. Menjaga kebersihan dan

keindahan kelas.

2, 3 dan 14

1 dan 6

4 dan 31

7 dan 11

9 dan 33

8, 10 dan 12

13 dan 22

36, 37 dan 38

2. Disiplin di

luar kelas

(lingkungan

sekolah)

a. Mematuhi aturan sekolah.

b. Mengucapkan salam.

c. Bolos sekolah.

d. Menjaga kebersihan dan

keindahan sekolah.

e. Menggunakan kata-kata kotor.

f. Izin sebelum meninggalkan

sekolah.

15, 18 dan 22

5, 17 dan 19

21 dan 34

23 dan 35

20 dan 39

16 dan 40

3 Disiplin di

rumah

a. Menyiapkan alat dan bahan

pelajaran.

b. Mengerjakan tugas dari guru.

c. Mengulang materi pelajaran.

d. Memanfaatkan waktu luang.

24, 25 dan 29

26 dan 30

27 dan 42

(38)

Untuk menentukan skor pilihan jawaban angket, digunakan skor

pernyataan positif negatif skala Likert. Untuk pernyataan positif, pilihan

jawaban “selalu” mendapat skor 4, “sering” mendapat skor 3,

“kadang-kadang” mendapat skor 2 dan “tidak pernah” mendapatkan skor 1.

Sedangkan untuk pernyataan negatif digunakan skala kebalikannya. Jika

yang dipilih jawaban “selalu” maka akan mendapat skor 1, “sering”

mendapat skor 2 dan seterusnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

[image:38.612.154.531.77.431.2]

berikut:

Tabel 3.2

Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert

Pernyataan Kategori

Selalu Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

a. Uji Validitas Instrument Penelitian

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid

apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang hendaknya

diukur.5 Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan rumus product moment dari Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor tiap butir dengan jumlah skor

total.

  

 

 

 

 

2 2

2

2 x N y y

x N

y x xy N rxy

Nilai rxy (r-hitung) yang didapat dari perhitungan menggunakan rumus di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai

5

(39)

kritis. Jika r-hitung > r-kritis maka butir soal valid, sebaliknya jika r-hitung < r-kritis maka soal dinyatakan tidak valid. Menurut Masrun sebagaimana dikutif oleh Sugiono menyatakan bahwa sebuah item

dinyatakan valid apabila memenuhi syarat minimum yaitu jika r ≥ 0,3.

Jadi, kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka

butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.6

Berikut adalah hasil perhitungan item valid dan drop dengan

[image:39.612.146.528.59.685.2]

menggunakan rumus Pearson dari program Microsoft Excel:

Tabel 3.3

Perhitungan Nomor Item Valid dan Drop No.

Item

Koefisien Korelasi “r-hitung

r-

kritis Status

1. 0.24 0.3 Drop

2. 0.21 0.3 Drop

3. 0.53 0.3 Valid

4. 0.43 0.3 Valid

5. 0.46 0.3 Valid

6. 0.18 0.3 Drop

7. 0.37 0.3 Valid

8. 0.35 0.3 Valid

9. 0.70 0.3 Valid

10. 0.57 0.3 Valid

11. 0.45 0.3 Valid

12. 0.60 0.3 Valid

13. 0.39 0.3 Valid

14. 0.33 0.3 Valid

15. -0.33 0.3 Drop

16. 0.02 0.3 Drop

6

(40)

17. 0.52 0.3 Valid

18. 0.37 0.3 Valid

19. 0.44 0.3 Valid

20. 0.50 0.3 Valid

21. 0.45 0.3 Valid

22. -0.24 0.3 Drop

23. 0.59 0.3 Valid

24. 0.47 0.3 Valid

25. 0.31 0.3 Valid

26. 0.45 0.3 Valid

27. 0.43 0.3 Valid

28. 0.53 0.3 Valid

29. 0.38 0.3 Valid

30. 0.44 0.3 Valid

31. 0.14 0.3 Drop

32. 0.54 0.3 Valid

33. 0.37 0.3 Valid

34. 0.57 0.3 Valid

35. 0.52 0.3 Valid

36. 0.66 0.3 Valid

37. 0.49 0.3 Valid

38. 0.07 0.3 Drop

39. 0.02 0.3 Drop

40. 0.47 0.3 Valid

41. 0.45 0.3 Valid

42. 0.33 0.3 Valid

Dari tabel tersebut diatas, dapat dibaca bahwa dari 42 (empat

puluh dua) item soal terdapat 9 soal drop (tidak valid) yaitu nomor 1, 2,

(41)

Selanjutnya, soal yang drop tersebut dibuang (tidak disertakan dalam

instrument).

b. Reliabilitas Instrumen

Suatu instrument dikatakan reliable apabila instrument tersebut

cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa

dipercaya.7 Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrument digunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut:

               

2

2 11 1 1 t b k k r dengan

 

n n x x b 2 2 2

  Keterangan:

r11 =reliabilitas instrument k = banyakanya butir pertanyaan

∑σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total x = skor butir

n = jumlah responden

Setelah dilakukan penghitungan dengan rumus alpha di atas,

didapat jumlah varians butir (∑σb2) = 29,5022. Selanjutnya adalah mecari nilai varians total, yaitu sebagai berikut:

onden jumlahresp onden jumlahresp total jumlahskor al ratskortot jumlahkuad t 2 2  

15 15 1962 258886 2   15 15 3849444 258886  7
(42)

15 6 , 256629 258886  15 4 , 2256  4267 , 150 

Keterangan: Tabel penolong untuk perhitungan uji reliabilitas sebagaimana terlampir.

Dengan demikian telah diketahui nilai:

k = 42 ∑σb2 = 29,5022

σt2 = 150,4267 n = 15

Terakhir, nilai-nilai tersebut dimasukan ke dalam rumus

reliabilitas:               4267 , 150 5022 , 29 1 1 42 42 11 r

1 0,196

41 42         823 , 0 823296 , 0 804 , 0 024 , 1    

Dengan demikian diketahui nilai koefisien reliabilitas instrument

adalah sebesar 0,823. Karena nilai koefisien reliabilitas tinggi yaitu

0,823, maka dapat dikatakan instrumen bersifat reliabel.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dikumpulkan dengan mengukur tingkat disiplin belajar siswa

menggunakan angket kemudian hasilnya dikorelasikan dengan prestasi

belajar siswa yang diambil dari rata-rata nilai UTS siswa semester ganjil,

(43)

H. TEKNIK ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Mengingat metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif-korelatif, maka analisis datanya pun terbagi menjadi dua bagian

yaitu sebagai berikut:

1. Metode deskriftif

Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat disiplin belajar

siswa. Langkah-langkah yang digunakan pertama membuat tabel distribusi frakuensi dari skor hasil angket. Kedua, dari tabel tersebut ditentukan nilai mean (rata-rata) dengan menggunakan rumus:

fi xi fi X

 

 . . Ketiga, setelah didapat nilai rata-rata kemudian

dikonsultasikan dengan tabel berikut untuk menunjukan tingkat disiplin

[image:43.612.148.536.93.521.2]

siswa:

Tabel 3.3 Tingkat Disiplin Siswa

No Skor Keterangan tingkat disiplin

1. ≤ 33 Sangat Rendah

2. 34 – 59 Rendah

3. 60 – 85 Sedang

4. 86 – 111 Tinggi

5. 112 – 132 Sangat Tinggi

Setelah dilakukan perhitungan nilai mean(rata-rata) kemudian

didapat nilai tingkat disiplin belajar siswa, selanjutnya adalah

menginterpretasikan data; yaitu dengan cara menentukan nilai prosentase

skor hasil angket per indikator dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai harapan (NH); didapat dengan mengkalikan

jumlah item pertanyaan per indikator dengan nilai tertinggi,

b. Menentukan nilai skor (NS); merupakan nilai rata-rata sebenarnya

(44)

c. Menentukan persentase kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus: % 100   NH NS P .

2. Metode Korelasi

Untuk mengetahui tingkat hubungan antara disiplin dengan prestasi

belajar siswa, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari angka korelasi menggunakan rumus Product Moment sebagai

berikut:

  

 

 

    2 2 2

2 x N y y

x N y x xy N rxy Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi ”r” Product Moment N : Number of cases

xy : Jumlah hasil perkiraan antara skor x dan skor y

x : Jumlah seluruh skor x

y : Jumlah seluruh skor y8

[image:44.612.147.539.52.465.2]

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap rxy, penulis berpatokan pada koefisien korelasi (r) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tabel Interpretasi Nilai r9

Besarnya nilar r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Tinggi Cukup Agak rendah Rendah

Sangat rendah (Tidak berkorelasi)

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal.274

9

[image:44.612.161.507.523.637.2]

Gambar

TABEL 4.8:  Tabel Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara variabel X dan Y.   57
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembangunan kemampuan iptek dan inovasi, serta peningkatan kontribusi iptek untuk mendukung peningkatan daya saing nasional bukan lagi sebuah pilihan namun menjadi

Penelitian ini menghasilkan data warehouse mayor- minor Mahasiswa Ilmu Komputer dengan tiga tabel fakta yaitu indeks prestasi, mata kuliah mutu, dan sebaran minor.. Dalam

tentang apa saja dampak hukum yang ditimbulkan oleh kenaikan BBM tersebut yang tidak hanya menimbulkan kenaikan tarif angkutan umum. Metode yang digunakan dalam

Tujuan penelitian mendeskripsikan peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematika dengan strategi pembelajaran Probing Prompting. Jenis penelitian merupakan

Tujuan dari pembibitan yaitu mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru ( new planting )

Tenaga kerja mekanik adalah tenaga kerja yang mengawasi kegiatan agar berjalan sesuai dengan prosedur dan kaidah-kaidah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), melakukan transaksi,

Daerah yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi sempurna dalam mengalokasikan pengeluaran pendidikan maupun kesehatannya agar menjadi efisien (100%),

[r]