• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA

PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014

OLEH JENNY KIELSAN

110503275

PROGRAM STUDI STRATA-1AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Struktur

Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain

dalam konteks penulisan skripsi Program Studi S-1 Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data

dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya.

Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi

yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 26 Juni 2015

Yang membuat pernyataan

Jenny Kielsan

(3)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA

PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun penelitian 2010-2014.

Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kausatif (causative), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan, dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kinerja perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 12 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014, dimana metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman, sedangkan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman. Secara simultan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman.

(4)

ABSTRACT

THE EFFECT OF OWNERSHIP STRUCTURE, COMPANY SIZE, AND LEVERAGE ON FIRM PERFORMANCE ONFOOD AND

BEVERAGES COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE (IDX) IN 2010-2014

This research aims to analyze and determine the effect of ownership structure consists of managerial ownership and institutional ownership, company size, and leverage on firm performance on food and beverage companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during the period of study 2010-2014.

Based on the characteristics of the problem, the research conducted causative research, the research aims to analyze how a variable effects the other variables. The independent variables that used in this study are managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage. While the dependent variable used is firm performance. Twelve food and beverages companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2014 are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. Analysis model that used is multiple linear regression.

The results showed that partially the managerial ownership, institutional ownership, and leverage are not influential toward the firm performance at food and beverages companies, while company size is influential toward the firm performance at food and beverages companies. Simultaneously, the results showed that the variables of managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage are influential toward the firm performance at food and beverages companies.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh

bimbingan, semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., CA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku sekretaris Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu

(6)

4. Bapak Fahmi Natigor Nasution, S.E., M.Acc, Ak., selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Firman Syarif, M.Si, Ak., dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA.,

selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding, yang telah memberikan saran

dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orangtua penulis yang terkasih, Ayahanda Ganniel Kielsan dan Ibunda

Mariaty Wijaya, abang dan kakak penulis, Hariyanto Kilsan dan Lenny

Kielsan. Terima kasih atas segala curahan kasih saying melalui perhatian, doa,

dan dukungan yang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk

terus berprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik.

7. Teman-teman penulis di angkatan 2011: Stephen, Yolanda Y. Zebua, Mentari

Vebrina M. B, Arie Putri W. S, Elvira Osti, Jumay Yusin, Ineke Ayuningtyas,

Mhd Mafazi Hsb, Henry Kosasih, dan Mhd Raihan Izha Afief yang senantiasa

membantu penulis terutama mendukung secara mental dan semangat, bantuan

doa juga bantuan sepanjang penyelesaian skripsi ini. Kehadiran mereka

membuat penulis merasa yakin dan terus bertahan menghadapi segala proses

dan tantangan selama menghadapi masa kuliah dan dalam menyelesaikan

skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik

(7)

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan,

khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi

Universitas Sumatera Utara.

Medan, 26 Juni 2015

Penulis,

Jenny Kielsan

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10

2.1.2 Struktur Kepemilikan Saham ... 12

2.1.2.1 Kepemilikan Saham Manajerial ... 14

2.1.2.2 Kepemilikan Saham Institusional ... 15

2.1.3 Ukuran Perusahaan (Size) ... 16

2.1.4 Leverage ... 18

2.1.5 Kinerja Perusahaan... 20

2.2 Peneliti Terdahulu ... 25

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 32

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 32

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 34

2.3.2.1 Hubungan antara Kepemilikan Saham Manajerial dengan Kinerja Perusahaan ... 34

2.3.2.2 Hubungan antara Kepemilikan Saham Institusional dengan Kinerja Perusahaan ... 34

2.3.2.3 Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan... 35

2.3.2.4 Hubungan antara Leverage dengan Kinerja Perusahaan... 36

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Defenisi Operasional ... 38

3.2.1 Kinerja Perusahaan ... 38

3.2.2 Kepemilikan Saham Manajerial ... 39

3.2.3 Kepemilikan Saham Institusional ... 39

3.2.4 Ukuran Perusahaan ... 40

3.2.5 Leverage ... 40

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.3.1 Populasi Penelitian ... 42

3.3.2 Sampel Penelitian ... 42

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.6 Metode Analisis ... 44

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 45

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 45

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 45

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas... 46

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 47

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 48

3.6.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 48

3.6.3.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) ... 49

3.6.3.3 Uji Signifikasi Simultan (Uji-F) ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 51

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 51

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik... 53

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 53

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas... 58

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 59

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 61

4.2.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 61

4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 63

4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 64

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

4.3.1 Hubungan Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Perusahaan ... 66

4.3.2 Hubungan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Perusahaan ... 67

4.3.3 Hubungan Ukuran Peruashaan terhadap Kinerja Perusahaan ... 67

(10)

4.3.5 Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Leverage

terhadap Kinerja Perusahaan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Keterbatasan ... 71

5.3 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Peneliti-Peneliti Terdahulu ... 29

3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 41

3.2 Daftar Populasi dan Proses Pemilihan Sampel Penelitian ... 43

3.3 Daftar Sampel Penelitian ... 43

3.4 Dasar Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi ... 47

4.1 Statistik Deskriptif dari Variabel Kinerja Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Leverage ... 51

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 53

4.3 Hasil uji Normalitas Setelah Data Menyimpang/Outlier Dihapus .... 55

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 58

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 59

4.6 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 62

4.7 Koefisien Determinasi ... 62

4.8 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F) ... 63

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Grafik Histogram ... 56

4.2 Grafik Normal Probability Plot ... 57

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi Perusahaan Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di BEI ... 76

Daftar Sampel Penelitian Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI ... 76

2 Tabel Hasil Perhitungan Kepemilikan Manajerial ... 77

3 Tabel Hasil Perhitungan Kepemilikan Institusional ... 77

4 Tabel Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan ... 78

5 Tabel Hasil Perhitungan Leverage ... 78

6 Tabel Hasil Perhitungan Kinerja Perusahaan ... 79

(14)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA

PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun penelitian 2010-2014.

Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kausatif (causative), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan, dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kinerja perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 12 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014, dimana metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman, sedangkan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman. Secara simultan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman.

(15)

ABSTRACT

THE EFFECT OF OWNERSHIP STRUCTURE, COMPANY SIZE, AND LEVERAGE ON FIRM PERFORMANCE ONFOOD AND

BEVERAGES COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE (IDX) IN 2010-2014

This research aims to analyze and determine the effect of ownership structure consists of managerial ownership and institutional ownership, company size, and leverage on firm performance on food and beverage companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during the period of study 2010-2014.

Based on the characteristics of the problem, the research conducted causative research, the research aims to analyze how a variable effects the other variables. The independent variables that used in this study are managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage. While the dependent variable used is firm performance. Twelve food and beverages companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2014 are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. Analysis model that used is multiple linear regression.

The results showed that partially the managerial ownership, institutional ownership, and leverage are not influential toward the firm performance at food and beverages companies, while company size is influential toward the firm performance at food and beverages companies. Simultaneously, the results showed that the variables of managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage are influential toward the firm performance at food and beverages companies.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan usaha di era sekarang yang sudah semakin kompetitif membuat

perusahaan berusaha memperbaiki kinerja dan mengembangkan usaha mereka

agar tetap bisa bertahan dan berkembang. Meningkatkan kemakmuran pemilik

atau para pemegang saham merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah

perusahaan. Perkembangan perusahaan menuju pada tingkatan yang lebih besar

mendorong perusahaan untuk menggunakan suatu strategi pengelolaan perusahaan

yang baru, dimana para pemilik perusahaan tersebut harus berani mengambil

keputusan untuk menyerahkan manajemen pengelolaan perusahaannya kepada

pihak lain yang lebih profesional. Pihak lain yang dianggap profesional atau

insiders ini dalam perusahaan sering disebut sebagai agent atau manajemen. Manajemen diharapkan mampu untuk mengambil tindakan yang tepat agar

perusahaan tetap survive dengan laba tinggi sehingga kemakmuran pemilik menjadi maksimal.

Pemberian kepercayaan oleh pemilik perusahaan kepada manajer dianggap

sebagai bentuk pemisahan fungsi decision making (Jensen dan Meckling, 1976). Bentuk pemisahan fungsi ini akan menimbulkan adanya konflik antara pemilik

perusahaan sebagai principal dan manajer selaku agent. Pemegang saham sebagai

pemilik perusahaan merupakan pihak yang menyediakan fasilitas dan dana

(17)

dana dan fasilitas yang disediakan oleh principal dengan kemampuan profesionalnya. Dengan adanya perbedaan posisi, akan menghadirkan

kepentingan-kepentingan yang bertolak belakang diantara kedua belah pihak.

Bursa Efek Indonesia saat ini merupakan barometer dari aktivitas pasar modal

di Indonesia, karena memiliki variansi harga saham dan frekuensi perdagangan

yang tinggi dan besar. Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), umumnya merupakan perusahaan yang memiliki struktur

organisasi terpisah antara pihak pemilik dan pengelolanya. Pihak pemilik terdiri

daristakeholderdan para pemegang saham, sedangkan pada pihak pengelola terdiri

dari pihak manajemen yang ditunjuk oleh pemilik untuk menjalankan aktivitas

perusahaan.

Dari berbagai macam sektor perusahaan yang listing di BEI, perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan mempunyai

prospek cerah dimasa yang akan datang karena semakin pesatnya perkembangan

ekonomi dan pertumbuhan penduduk di negara Indonesia yang membuat sektor

perusahaan manufaktur sebagai lahan paling strategis untuk mendapatkan

keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi.

Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan mulai tahun 1998, banyak

yang mengatakan bahwa lamanya proses perbaikan setelah masa krisis disebabkan

(18)

Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow (2001) dalam Nur’aeni (2010)).

Upaya pengembangan good corporate governance dilakukan untuk mendorong optimalisasi alokasi atau penggunaan sumber daya perusahaan agar

pertumbuhan dan kesejahteraan pemilik perusahaan terjaga. Beberapa konsep

mengenaicorporate governance antara lain dikemukakan oleh Shleifer & Vishny

(1997) menyatakan bahwa corporate governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Iskandar dkk (1999) dalam

Hastuti (2005) menyatakan bahwa corporate governance merujuk pada kerangka

aturan dan peraturan yang membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk

memperoleh return.

Permasalah corporate governance sangat erat kaitannya dengan agency theory. Agency theory menjelaskan tentang bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan (seperti pemilik perusahaan, manajer, dan kreditur) akan

berperilaku, karena kepentingan yang mereka miliki berbeda. Manajer

berkewajiban memaksimalkan kesejahteraan dari para pemegang saham, namun

dipihak lain juga memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan

manajer. Berdasarkan padaagency theory ini dapat dilihat adanya perbedaan

kepentingan antara manajemen dan kepentingan para pemegang saham

perusahaan. Para pemegang saham tidak suka dengan kepentingan pribadi

(19)

kepentingan pihak-pihak ini sering kali menimbulkan masalah yang disebut

dengan masalah keagenan (conflict agency).

Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan kewenangan atas

pengelolaan perusahaan kepada professional managers, dan mengakibatkan kewenangan untuk menggunakan sumber daya perusahaan sepenuhnya ada

ditangan pihak manajemen. Pemegang saham berharap agar manajemen bertindak

secara professional dalam pengelolaan perusahaan. Setiap keputusan yang diambil

sudah seharusnya didasarkan pada kepentingan pemegang saham dan sumber daya

yang ada digunakan semata-mata untuk kepentingan pertumbuhan nilai

perusahaan. Namun, yang seringkali terjadi adalahkeputusan dan tindakan yang

diambil oleh manajemen tidak semata-mata untuk kepentingan perusahaan tapi

juga untuk kepentingan para eksekutif dan merugikan perusahaan.

Manajer memiliki tujuan yang berbeda sebagai pengelola perusahaan terutama

dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika

manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri

dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya

harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah

mereka tanamkan (Almilia & Sifa (2005) dalam Hastuti (2005)).

Dalam menentukan nilai perusahaan struktur kepemilikan sangatlah penting.

Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu konsentrasi kepemilikan

perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan kepemilikan

perusahaan oleh manajer (manager ownership). Kepemilikan perusahaan dari

(20)

Ada beberapa studi yang menyatakan peran dari struktur kepemilikan pada

kinerja perusahaan. Menurut Jensen & Meckling (1976) agency conflict muncul akibat adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.

Kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional adalah dua

mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah

keagenan. Kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk membantu

mengurangi masalah keagenan (Bathala dkk, 1994). Hal iniberarti peningkatan

proporsi saham yang dimiliki oleh manager akan menurunkan kecenderungan

manajer melakukan tindakan mengkonsumsi perquisites secara berlebihan, dengan demikian akan menyatukan kepentingan diantara manajer dan pemegang

saham. Sedangkan pada pemilik saham yang besar, seperti para investor

institusional memiliki pengaruh yang positif pada penilaian perusahaan.

Penyebabnya adalah para pemilik saham yang besar memiliki insentif untuk

mengontrol manajemen dan merubah kinerja yang buruk.

Sudarma (2004) dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa

struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional)

saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini berarti

bahwa yang menjadi penentu nilai perusahaan adalah pengukuran komposisi

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Semakin berkurang

komposisi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta

meningkatnya kepemilikan publik akan berpengaruh terhadap naiknya nilai suatu

perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu

(21)

perusahaan lebih transparan dan berkeinginan untuk melakukan penyebaran

kepemilikan, agar perusahaan tidak hanya dikendalikan oleh kalangan keluarga

tertentu saja. Penelitian ini secara parsial menghasilkan kesimpulan bahwa

kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan dan kepemilikan saham institusional berpengaruh signifikan negatif

terhadap nilai perusahaan.

Hastuti (2005) di dalam penelitiannya mengenai struktur kepemilikan dan

ukuran perusahaan yang telah dilakukan di Indonesia mengenai hubungan antara

good corporate governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen laba

dengan kinerja perusahaan, dan ada hubungan yang signifikan antara disclosure

dengan kinerja perusahaan.

Fachrudin (2011) di dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh struktur

modal, ukuran perusahaan, dan agency cost, tidak terdapat pengaruh signifikan struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan,

serta tidak ada pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan

terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai variable interverning.

Dengan mencermati hasil-hasil dari penelitian terdahulu, maka dapat diketahui

bahwa penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur secara

keseluruhan. Hal ini menjadi dasar bahwa penelitian dengan tema ini masih perlu

dikaji kembali, terutama jika diterapkan pada perusahaan-perusahaan dengan

(22)

Perusahaan makanan dan minuman adalah salah satu sektor dari perusahaan

manufakturyang bergerak di bidang makanan dan minuman. Perusahaan makanan

dan minuman dapat berkembang pesat di Indonesia, yang terlihat dari jumlah

perusahaan yang terdaftar di BEI dari periode ke periode bertambah

banyak,walaupun ada juga beberapa perusahaan untuk sementara pernah

mengalami kekurangan modal karena imbas dari krisis ekonomi. Namunhal

tersebut tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan

masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan baik dimasa sekarang maupun

yang akan datang. Tahun yang diamati dalam penelitian ini adalah dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2014.

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo

(2014) yang berjudul Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan

terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian ini

menggunakan data yang diambil dari data perusahaan Manufaktur Sektor Industri

Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode

2010-2014, sedangkan peneliti terdahulu mengambil data dari perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Alasan

peneliti memilih sektor industri ini karena sektor ini lebih stabil dan tidak

terpengaruh oleh musim ataupun perubahan kondisi perekonomian (misalnya

inflasi). Meskipun terjadi krisis ekonomi, kelancaran produksi industri makanan

dan minuman masih terjamin karena kondisi apapun konsumen tetap

(23)

Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,

dan Leverage terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2010-2014”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penilaian ini adalah :

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

4. Apakah leverage berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

5. Apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan

dan leverage secara bersama-samaberpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja

perusahaan

2. Untuk meneliti pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja

perusahaan

(24)

5. Untuk meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, ukuran perusahaan, dan leverage secara bersama-sama terhadap kinerja perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan

dan wawasan penelitian khususnya mengenai pengaruh kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap kinerja perusahaan.

2. Bagi calon peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi,

khususnya bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan dalam melakukan

penelitian sejenis.

3. Bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara

perusahaan, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memahami

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan,

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Hubungan keagenan adalah dasar yang digunakan untuk memahami

corporate governance. Kewajiban manajer adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham. Akan tetapi di sisi lain, manajer juga

berkepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan

kepentingan seperti ini, sering kali menimbulkan konflik yang dinamakan

konflik keagenan (Dessy, 2008).

Hubungan agency merupakan suatu kontrak di bawah satu atau lebih (principal) yang melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa

layanan bagi mereka dengan melibatkan pendelegasian wewenang pengambilan

keputusan kepada agen (Jensen & Meckling, 1976). Dalam teori agensi yang

memiliki saham sepenuhnya adalah pemilik (pemegang saham), dan manajer

diminta untuk memaksimalkan tingkat pengembalian pemegang saham (Berle &

Means, 1932). Principal maupun agent diasumsikan sebagai ekonom yang rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

Ada beberapa teori yang melandasi teori agensi yang dikemukakan

Eisendhart (1989). Teori agensi ini dibagi menjadi tiga jenis asumsi yaitu

asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi.

(26)

mementingkan dirinya sendiri (self-interest), memiliki keterbatasan rasional

(bounded rationality) dan tidak menyukai resiko (risk aversion). Kedua, asumsi

keorganisasian yaitu adanya konflik antara anggota organisasi dan adanya

asimetri informasi antara principal dan agent. Ketiga, asumsi informasi yaitu informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teori keagenan adalah membahas

hubungan keagenan antara principal dan agent.

Masalah keagenan (agency problem) adalah konflik kepentingan diantara

agent dan principal dalam usaha mencapai kemakmuran yang dikehendaki. Masalah keagenanini terjadi akibat adanya asimetri informasi antara pemilik dan

manajer. Asimetri informasi bisa terjadi saat manajer memiliki informasi

internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mendapatkan informasi relatif

lebih cepat dibanding pihak eksternal (seperti investor dan kreditor). Kondisi

tersebut memberi kesempatan pada manajer untuk menggunakan informasi yang

diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk

memaksimalkan kemakmurannya (Richardson, 1988).

Menurut Scott (2000) terdapat dua tipe informasi asimetri. Tipe pertama,

adverse selection. Pada tipe adverse selection, pihak yang merasa memiliki informasi lebih sedikit dibandingkan pihak lain tidak akan bersediauntuk

melakukan perjanjian dengan pihak lain tersebut apapun bentuknya, dan apabila

perjanjian tetap dilakukan , dia akan membatasi dengan kondisi yang sangat

ketat dan biaya yang sangat tinggi. Sebagai contoh, adanya kemungkinan terjadi

(27)

Manajer dapat melakukan berbagai cara untuk memperoleh informasi lebih

dibandingkan investor, misalnya dengan menyembunyikan, menyamarkan,

memanipulasi informasi yang diberikan kepada investor. Hal ini mengakibatkan

investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan, ataupun membeli saham

perusahaan dengan harga sangat rendah. Contoh informasi asimetri lainnya

adalah ketika kreditor dan pemegang saham minoritas memiliki informasi yang

lebih sedikit dibandingkan manajer dan pemegang saham mayoritas. Tipe kedua

dari informasi asimetris adalah moral hazard. Moral hazard terjadi pada saat manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk keuntungan

pribadinya dan menurunkan kesejahteraan pemilik. Contohnya, pada perusahaan

yang relative besar, terpisahnya kepemilikan dan pengendalian manajemen,

akan sulit bagi para pemegang saham dan kreditur untuk melihat sejauh mana

kinerja manajer sejalan dengan tujuan yang diinginkan pemegang saham,

manajer mungkin cenderung bekerja optimal. Moral hazardsecara efisienjuga menghambat operasi perusahaan.

2.1.2 Struktur Kepemilikan Saham

Pengelolaan perusahaan yang semakin dipisahkan dari kepemilikan

perusahaan merupakan salah satu ciri perekonomian modern, hal ini sesuai

dengan teori keagenan (agency theory) yang menginginkan pemilik perusahaan

(principal) untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga

(28)

dipisahnya pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik

memperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang efisien.

Menurut Wicaksono (2000) dalam Nur’aeni (2010) keberhasilan

penerapan corporate governance tidak terlepas dari struktur kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan tercermin baik melalui instrument saham

maupun instrument utang sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah

kemungkinan bentuk masalah keagenan yang akan terjadi. Dalam struktur

kepemilikan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Sebagian kecil kepemilikan perusahaan oleh manajemen mempengaruhi

kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding

sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.

2. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif pada para pemegang

saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan.

3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan social perusahaan dan

memaksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik

pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan

perusahaan.

Menurut Ituirraga & Sanz (1998) masalah keagenan timbul karena adanya

benturan keinginan antara pemilik perusahaan (pemegang saham mayoritas)

dengan manajer pengelola. Karena itu, struktur kepemilikan dianggap sebagai

hal yang krusial untuk mengatasi masalah keagenan karena dengan struktur

(29)

manajer sebagai pihak yang berkompeten dalam pengelolaan perusahaan

mempunyai wewenang cukup untuk menjalankan tugasnya.

2.1.2.1 Kepemilikan Saham Manajerial

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang

dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur melalui presentase saham

biasa yang dimiliki pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam

pengambilan keputusan perusahaan. Sedangkan menurut Bagnani (1996)

struktur kepemilikan saham manajerial diukur sebagai persentase saham

biasa atau opsi saham yang dimiliki direktur dan officer. Struktur kepemilikan saham manajerial diukur sebagai persentase saham biasa yang

dimiliki oleh Board of Management,yangdi dalamnya terdapat direktur dan

komisaris (Setiyono, 2000). Struktur kepemilikan saham manajerial dapat

dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu melalui pendekatan keagenan

(agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan (asymmetric

information approach) (Itturiaga & Sanz, 2000).

Menurut Jensen (1993) yang dikutip Faisal (2005), hipotesis

pemusatan kemungkinan (convergence of interest hypotesis) menyatakan

bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan

kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Semakin meningkat

proporsi kepemilikan saham manajerial maka kinerja perusahaan juga akan

semakin baik. Dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial akan

(30)

sehingga manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Kebangkrutan suatu perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan dari

pemilik utama, tetapi manajer juga ikut menanggungnya.

2.1.2.2 Kepemilikan Saham Institusional

Terdapat dua jenis ownership dalam perusahaan Indonesia yaitu perusahaan dengan kepemilikan sangat menyebar dan perusahaan dengan

kepemilikan terkonsentrasi (Husnan, 2001). Dalam tipe pertama, yaitu

perusahaan dengan kepemilikan sangat menyebar, masalah keagenan yang

sering timbul adalah masalah diantara agent (pihak manajemen) dengan owners (pemegang saham). Perusahaan dengan kepemilikanyang lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar pada pihak manajemen jika

dibandingkan dengan perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi

(Goldberg & Idson, 1995 dalam Husnan, 2001).

Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan bisa berdampak

pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang

menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik

perusahaan (Wening, 2007).

Kepemilikan saham institusional menggantikan kepemilikan saham

manajerial dalam mengontrol agency cost(Bathala dkk, 1994). Semakin besarnya kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar pula

kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi

(31)

manajemen untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja

perusahaan juga akan meningkat.

Pengawasan yang dilakukan terhadap perusahaan tidak hanya

terbatas pada pihak dalam perusahaan, tetapi dapat juga dilakukan dari pihak

eksternal perusahaan yaitu dengan adanya pengawasan melalui

investor-investor institusional. Kepemilikan perusahaan oleh institusi akan

mendorong pengawasan yang lebih efektif, karena institusi merupakan

professional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja

perusahaan. Pozen (2004) mengungkapkan beberapa metode yang

digunakan oleh pemilik institusional dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan manajerial, yang dimulai dari diskusi informal dengan pihak

manajemen, sampai pengendalian keseluruhan kegiatan operasional dan

pengambilan keputusan perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor

institusional yang didefinisikan sebagai investor yang berasal dari sektor

keuangan seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perusahaan

investasi, perbankan, dana pensiun dan kepemilikan institusi lainnya akan

mendorong peningkatan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen

perusahaan.

2.1.3 Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar asset total yang dimiliki

perusahaan. Total aset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan,

(32)

maka dapat dipastikan semakin besar juga dana yang dikelola dan semakin

kompleks pula pengelolaannya.

Perusahaan besar pada dasarnya mempunyai kekuatan finansial yang lebih

besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain, perusahaan dihadapkan pada

masalah keagenan yang lebih besar (Darmawati, 2004). Hesti (2010)& Uyun

(2010) dalam Nurcahyo (2014) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Perusahaan dengan asset besar biasanya akan mendapatkan

perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan agar

lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan

diharapkan agar selalu berusaha untuk menjaga stabilitas kinerja keuangan

mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak dapat dilakukan

tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan rata-rata dari total penjualan bersih untuk

tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih

besar daripada biaya variable dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah

pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari biaya

variable dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham

dan Houston 2001).

Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory

controllability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan

(33)

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total

aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva.

Kesimpulannya, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang

dimiliki oleh suatu perusahaan.

Fama dan French (1995) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki

nilai skala yang kecil cenderung kurang menguntungkan jika dibandingkan

dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan berskala kecil hanya

memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah

terbatas. Oleh karena itu, perusahaan dengan skala kecil mempunyai risiko yang

lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan besar. Perusahaan dengan

risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor.

2.1.4 Leverage

Hutang (leverage) merupakan salah satu faktor penting dalam unsur

pendanaan. Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset

suatu perusahaan dibiayai oleh hutang jika dibandingkan dengan modal sendiri

(Weston&Copeland, 1992). Sedangkan Kusmawati dan Sudento (2005)

menggambarkan leverage sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage bisa dipahami sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan.

(34)

besar pula. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang rendah pastinya memiliki risiko leverage yang lebih kecil pula.

Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya (Horne, 1997). Karena leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang

membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan,

maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi

namun risiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan aset tinggi tersebut

di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila

perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya tepat waktu.

Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas

yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas

yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila

belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Intinya apabila

perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan dari internal maka

sumber pendanaan dari eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat

disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan

(35)

2.1.5 Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang

dapat mengukur keberhasilan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba

(Dessy, 2008). Kinerja juga merupakan salah satu hal penting yang harus

dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan

dari kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya.

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

suatu organisasi, bagian orgasnisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar

dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja perusahaan

merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya.

Penilaian kinerja suatu perusahaan bisa dilihat dari analisis laporan keuangan

dan juga dari perubahan harga saham. Nilai perusahaan akan tercermin dari

harga sahamnya (Dessy, 2008).

Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan suatu perusahaan dalam

mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja bertujuan

untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam

memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan

hasil dan tindakan yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan

dari manajemen ataupun rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Beiner dkk (2003) menegaskan bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil

dari tindakan direktur. Sedangkan Keats, dkk (1998) beranggapan bahwa kinerja

merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun pengukurannya,

(36)

karena itu pengukuran menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu

memberikan pemahaman yang komprehensif. Pengukuran kinerja hendaknya

menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran yang beragam

(Venkatraman dkk, 1986). Sampai saat ini masih muncul perdebatan mengenai

pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja yang cocok

dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi peneliti.

Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Ang,

1997), sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek

tepat pada waktunya.

2. Rasio aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya

telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara

membandingkan rasio aktivitas dengan sadar industri, maka dapat

diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.

3. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan suatu

perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan penjualan, asset

maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas terbagi menjadi enam

(37)

operating return on assets (OPROA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), operating ratio (OR).

4. Rasio solvabilitas (Leverage)

Financial leverage menunjukkan seberapa besar penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Suatu perusahaan yang menggunakan modal

sendiri 100% tidak mempunyaileverage.

5. Rasio pasar (Market ratio)

Rasio ini menunjukkan informasi penting suatu perusahaan yang

diungkapkan dalam basis per saham. Rasio nilai pasar perusahaan

memberikan indikasi bagi pihak manajemen mengenai penilaian investor

terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa yang

akan datang. Untuk mengukur nilai pasar perusahaan terdapat beberapa

rasio, misalnya price earning ratio (PER), market-to-book ratio, Tobin’s Q, dan price / cash flow ratio.

Rasio ini masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, dan

memberikan informasi kepada pihak manajemen maupun investor mengenai hal

yang berbeda pula. Menurut Simons (2000) untuk menjamin tercapainya

tujuan-tujuan kinerja, para manajer harus merancang suatu ukuran hasil yang

diinginkan. Pengukuran merupakan nilai kuantitatif yang dapat digunakan

sebagai skala dan tujuan-tujuan perbandingan. Pengukuran kinerja bisa berupa

keuangan dan bukan keuangan. Pengukuran berupa keuangan dinyatakan dalam

ketentuan moneter. Sedangkan pengukuran bukan keuangan merupakan data

(38)

(1995) untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, analisis

keuangan membutuhkan ukuran keuangan yang pasti.

Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan dalam

menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan

dimasa depan. Informasi kinerja ini bermanfaat untuk memprediksi kapasitas

perusahaan dalam arus kas dari sumber daya yang ada dan juga untuk

perumusan perimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

sumber daya (IAI, 2001).

Menurut Riyanto (2001), return on assets (ROA) merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan sebagaialat ukur kemampuan

perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

digunakan untuk operasional perusahaan agar menghasilkan keuntungan.

Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

= × %

Earning after tax (EAT) merupakan laba bersih setelah pajak. Total Assets merupakan nilai buku dari total aktiva. Pengukuran kinerja keuangan

perusahaan dengan menggunakan ROA menunjukkan kemampuan atas modal

yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba. Bila laba perusahaan dalam kondisi

negative atau rugi dapat menyebabkan ROA yang negative pula. Hal ini berarti

kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu

(39)

Keunggulan ROA menurut Hakim (2006), diantaranya sebagai berikut:

1. Merupakan suatu ukuran yang komprehensif dimana seluruhnya

mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

2. Mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.

3. Merupakan denominator yang bisa diterapkan pada setiap unit organisasi

yang bertanggungjawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

Tetapi menurut Lisa (1999), selain memiliki keunggulan juga ada

beberapa kelemahan atas penggunaan ROA yaitu :

1. Pengukuran kinerja menggunakan ROA membuat manajer divisi

kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat

meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

2. Manajemen cenderung untuk lebih fokus pada tujuan jangka pendek

daripada tujuan jangka panjang.

3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, namunproject tersebut mempunyai konsekuensi negative dalam jangka

panjang, berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan

(40)

2.2 Peneliti Terdahulu

Berikut inimerupakan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung

kerangka konseptual penelitian :

1. Kumar (2004) melakukan pengujian empiric tentang hubungan dari struktur

kepemilikan pada kinerja perusahaan dengan menggunakan 2478 panel

perusahaan-perusahaan India periode 1994-2000. Di dalam penelitiannya

menjelaskan efek interaksi antara kepemilikan perusahaan, kepemilikan asing,

kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja

perusahaan (diukur menggunakan ROA). Berdasarkan data panel kerangka

yang digunakan, menunjukkan bahwa sebagian besar variasi cross-sectional, dalam kinerja perusahaan dapat dijelaskan oleh heterogenitas perusahaan yang

diamati. Dan menyediakan bukti bahwa kepemilikan saham oleh investor

institusional dan manajer perusahaan mempengaruhi kinerja non-linear. Dalam penelitian dinyatakan bahwa investor institusional terutama institusi

pengembangan keuangan mempengaruhi kinerja perusahaan setelah

kepemilikan mereka melewati level permulaan yaitu sekurang-kurangnya 15%

ekuitas yang telah dimiliki. Juga ditemukan bahwa kepemilikan saham oleh

pemegang saham asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja perusahaan. Tidak ditemukan bukti yang mendukung endogenitas

struktur kepemilikan.

2. Lastanti (2004) meneliti hubungan antara struktur corporate governance dengan kinerja perusahaan dan reaksi pasar. Dalam penelitian tersebut

(41)

independen, struktur kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional.

Sedangkan kinerja perusahaan diproksi oleh nilai perusahaan (Tobin’s Q) dan

kinerja keuangan (ROA dan ROE). Hasil penelitian menyatakan terdapat

hubungan positif signifikan antara independensi dewan komisaris dan Tobin’s

Q. sementara variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap

Tobin’s Q, ROA, ataupun ROE.

3. Hastuti (2005) mengadakan studi penelitian yang bermaksud untuk

mengetahui korelasi Good Corporate Governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Good corporate governance dan struktur kepemilikan sebagai variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai

variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Dalam

studi ini menggunakan dua pilar Good Corporate Governance, yaitu transparansi dan akuntabilitas. Populasi yang diteliti adalah daftar perusahaan

yang di LQ 45 selama 2 semester. Adapun hasil dari studi ini adalah : Tidak

ada pengaruh tentang struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Ada

pengaruh yang signifikan tentang transparansi dengan kinerja perusahaan.

4. Setiawan (2006) mengadakan penelitian yang bertujuan untuk meneliti

pengaruh struktur kepemilikan, karakteristik perusahaan, dan tata kelola

korporasi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan model

dimana variabel dependennya adalah tingkat profitabilitas yang mewakili

kinerja perusahaan yang kemudian diestimasi dengan menggunakan variabel

(42)

bahwa variabel struktur kepemilikan yang dilihat dari proporsi kepemilikan

publik dan kepemilikan asing, memiliki hubungan yang negatif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan. Untuk variabel yang mencerminkan karakteristik

perusahaan, seperti size, memberikan pengaruh yang positif dan signifikan.

5. Tee Chwee Ming dan Chan Sok Gee (2008) mengadakan penelitian yang

bertujuan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja

perusahaan dengan menggunakan 56 sampel perusahaan publik di Malaysia

tahun 2002-2004. Penelitian ini menggunakan model dimana variabel

dependennya adalah return saham dan hasil dividen. Sedangkan variabel independennya adalah intercept, persentase kepemilikan dalam, persentase kepemilikan institusional, BETA, ukuran perusahaan, rasio pendapatan harga

(EP) dan R-square. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur dengan stock return, dividend yield, dan insider shareholding. Bukti empiris menunjukkan bahwa insider dan kepemilikan saham institusional tidak mempengaruhi kinerja perusahaan.

6. Nur’aeni (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara struktur

kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan 75 sampel

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh jajaran manajerial

dalam perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena

masih rendahnya proporsi kepemilikan manajerial dalam perusahaan di

Indonesia. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap

(43)

pihak institusi akan meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan saham

publik tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, karena masih

rendahnya proporsi kepemilikan publik yang dimiliki dalam perusahaan di

Indonesia. Kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya pengawasan secara aktif yang

dilakukan oleh pemodal asing yang dapat membantu penerapan good corporate governance, tingkat keuntungan perusahaan dan menolong perusahaan yang dalam kondisi sulit dan mengantisipasi adanya tindakan

manajemen perusahaan yang merugikan pemodal.

7. Puspito (2011) mengadaan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh struktur kepemilikan pada kinerja perusahaan dengan struktur modal

sebagai pemoderasi. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dikategorikan

menjadi struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan eksternal.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

bergerak dibidang makanan dan minuman yang terdaftar di BEI, dengan

periode penelitian 2005-2009. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan menghasilkan 85 sampel perusahaan dalam tahun pengamatan. Alat analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Penelitian ini

menemukan bahwa variabel Struktur Kepemilikan Manajerial dan variabel

Struktur Kepemilikan Eksternal tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan. Sedangkan untuk variabel pemoderasi yaitu struktur modal

(44)

perusahaan. Selanjutnya variabel pemoderasi memperlemah pengaruh antara

struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan.

8. Didik Indra Nurcahyo (2014) mengadakan penelitian yang bertujuan untuk

menguji pengaruh struktur kepemilikan saham dan ukuran perusahaan

terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan 36 sampel perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI , dengan periode penelitian 2010-2013.

Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan return on assets

(ROA). Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan saham manajerial, institusional, publik, dan ukuran perusahaan. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham

institusional, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang

signifkan. Sedangkan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan.

[image:44.595.108.515.567.747.2]

Untuk hasil ringkasan peneliti terdahulu dapat dilihat di tabel 2.1

Tabel 2.1

Ringkasan Peneliti-Peneliti Terdahulu

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Jayesh Kumar 2004 Struktur kepemilikan dan Kebijakan Pembayaran Dividen di India

Independen : Struktur Kepemilikan Saham Dependen : Kinerja Perusahaan Struktur kepemilikan saham manajerial dan institusional

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap kinerja

(45)

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Hexana Sri Lastanti 2004 Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar, Konferensi Nasional Akuntansi: Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance. Independen : Struktur Corporate Governance Dependen : Kinerja Perusahaan Komisaris dewan Independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Variabel yang lainnya tidak berpengaruh. Theresia Dwi Hastuti 2005 Hubungan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Perusahaan Independen : Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Saham Dependen : Kinerja Perusahaan Struktur kepemilikan dan akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan transparansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Maman Setiawan 2006 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Independen : Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Tata Kelola Korporasi Dependen : Kinerja Perusahaan

Kepemilikan publik dan asing memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Size memiliki pengaruh yang positif dan

(46)

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Tee Chwee Ming & Chan Sok Gee 2008 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan dari Perusahaan Publik di Malaysia Independen : Intercept, Persentase Kepemilikan Dalam, Persentase Kepemilikan Institusional, BETA, Ukuran Perusahaan, Rasio Pendapatan Harga (EP), R-square Dependen : Return Saham dan Hasil Dividen

Kepemilikan saham dalam dan kepemilikan saham institusional pada perusahaan Malaysia tidak mempengaruhi return saham dan hasil dividen.

Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi kinerja yang perusahaan di Malaysia dan bahwa masalah agen utama tidak dapat diselesaikan melalui peningkatan saham kepemilikan dalam seperti yang diusulkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Dini Nur’ aeni 2010 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan Independen : Struktur Kepemilikan Saham Dependen : Kinerja Perusahaan Kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap kinerja

(47)

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Puspito 2011 Pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan dengan Struktur Modal Sebagai Pemoderasi Independen : Struktur Kepemilikan Dependen : Kinerja Perusahaan Struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan eksternal tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan struktur modal memperkuat pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja

perusahaan dan struktur modal memperlemah pengaruh antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan Didik Indra Nurcahyo 2014 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Independen : Struktur Kepemilikan Saham dan Ukuran Perusahaan

Dependen :

Kinerja Perusahaan

Kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifkan. Sedangkan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menjelaskan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

(48)

terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan

kerangka konseptual sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

[image:48.595.129.512.198.467.2]

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah kinerja

perusahaan. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalalah kepemilikan

saham manajerial, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan, dan

leverage.

H1

H2

H3

H4 Kepemilikan Saham

Manajerial (X1)

Kepemilikan Saham Institusional (X2)

Leverage

(X4) Ukuran Perusahaan

(X3)

Kinerja Perusahaan (Y)

(49)

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai konsep yang diperkirakan

sebagai kebenaran atau kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati

yang kemudian diformulasikan untuk pengujian yang bersifat empirik. Jadi

hipotesis adalah suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu

antara dua variabel atau lebih (Emory (1996) dalam Nur’aeni (2010)).

2.3.2.1 Hubungan antara Kepemilikan Saham Manajerial dengan Kinerja Perusahaan

Menurut Jensen (1993) yang dikutip dari Faisal (2005), hipotesis

pemusatan kemungkinan (convergence of interest hypothesis) menyatakan

bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan

kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Semakin meningkat

proporsi kepemilikan saham manajerial maka kinerja perusahaan juga akan

semakin baik. Dari uraian tersebut hipotesis yang dikemukakan adalah

sebagai berikut :

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

2.3.2.2 Hubungan antara Kepemilikan Saham Institusional dengan Kinerja Perusahaan

Bathala dkk (1994) juga menemukan bahwa kepemilikan saham

(50)

agency cost. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk

mengawasi manajemen, akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih

besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan

juga akan meningkat. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut :

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

2.3.2.3 Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan

Sebuah perusahaan besar pada dasarnya mempunyai kekuatan

finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain,

perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar

(Darmawati, 2004). Perusahaan dengan aset besar biasanya akan

mendapatkan perhatian lebih dari masayarakat. Hal ini akan menyebabkan

perusahaan agar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan

keuangannya. Perusahaan diharapkan untuk selalu berusaha menjaga

stabilitas kinerja keuangan mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik

ini tentu saja tidak serta merta dapat dilakukan tanpa kinerja yang baik dari

(51)

Dari hasil uraian tersebut hipotesis yang bisa diambil sebagai berikut :

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

2.3.2.4 Hubun

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti-Peneliti Terdahulu
Kerangka KonseptualGambar 2.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aset dan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh investasi, kepemilikan manajerial, leverage operasi, dan kepemilikan institusional terhadap

Secara simultan proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage dan ukuran perusahaan ( size ) mempunyai pengaruh yang

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh

2008 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur modal, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan, dengan menggunakan 10

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,