SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014
OLEH JENNY KIELSAN
110503275
PROGRAM STUDI STRATA-1AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi Program Studi S-1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data
dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya.
Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 26 Juni 2015
Yang membuat pernyataan
Jenny Kielsan
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun penelitian 2010-2014.
Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kausatif (causative), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan, dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kinerja perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 12 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014, dimana metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman, sedangkan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman. Secara simultan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman.
ABSTRACT
THE EFFECT OF OWNERSHIP STRUCTURE, COMPANY SIZE, AND LEVERAGE ON FIRM PERFORMANCE ONFOOD AND
BEVERAGES COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE (IDX) IN 2010-2014
This research aims to analyze and determine the effect of ownership structure consists of managerial ownership and institutional ownership, company size, and leverage on firm performance on food and beverage companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during the period of study 2010-2014.
Based on the characteristics of the problem, the research conducted causative research, the research aims to analyze how a variable effects the other variables. The independent variables that used in this study are managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage. While the dependent variable used is firm performance. Twelve food and beverages companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2014 are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. Analysis model that used is multiple linear regression.
The results showed that partially the managerial ownership, institutional ownership, and leverage are not influential toward the firm performance at food and beverages companies, while company size is influential toward the firm performance at food and beverages companies. Simultaneously, the results showed that the variables of managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage are influential toward the firm performance at food and beverages companies.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu
4. Bapak Fahmi Natigor Nasution, S.E., M.Acc, Ak., selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Firman Syarif, M.Si, Ak., dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA.,
selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding, yang telah memberikan saran
dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orangtua penulis yang terkasih, Ayahanda Ganniel Kielsan dan Ibunda
Mariaty Wijaya, abang dan kakak penulis, Hariyanto Kilsan dan Lenny
Kielsan. Terima kasih atas segala curahan kasih saying melalui perhatian, doa,
dan dukungan yang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk
terus berprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik.
7. Teman-teman penulis di angkatan 2011: Stephen, Yolanda Y. Zebua, Mentari
Vebrina M. B, Arie Putri W. S, Elvira Osti, Jumay Yusin, Ineke Ayuningtyas,
Mhd Mafazi Hsb, Henry Kosasih, dan Mhd Raihan Izha Afief yang senantiasa
membantu penulis terutama mendukung secara mental dan semangat, bantuan
doa juga bantuan sepanjang penyelesaian skripsi ini. Kehadiran mereka
membuat penulis merasa yakin dan terus bertahan menghadapi segala proses
dan tantangan selama menghadapi masa kuliah dan dalam menyelesaikan
skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan,
khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 26 Juni 2015
Penulis,
Jenny Kielsan
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10
2.1.2 Struktur Kepemilikan Saham ... 12
2.1.2.1 Kepemilikan Saham Manajerial ... 14
2.1.2.2 Kepemilikan Saham Institusional ... 15
2.1.3 Ukuran Perusahaan (Size) ... 16
2.1.4 Leverage ... 18
2.1.5 Kinerja Perusahaan... 20
2.2 Peneliti Terdahulu ... 25
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 32
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 32
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 34
2.3.2.1 Hubungan antara Kepemilikan Saham Manajerial dengan Kinerja Perusahaan ... 34
2.3.2.2 Hubungan antara Kepemilikan Saham Institusional dengan Kinerja Perusahaan ... 34
2.3.2.3 Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan... 35
2.3.2.4 Hubungan antara Leverage dengan Kinerja Perusahaan... 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Defenisi Operasional ... 38
3.2.1 Kinerja Perusahaan ... 38
3.2.2 Kepemilikan Saham Manajerial ... 39
3.2.3 Kepemilikan Saham Institusional ... 39
3.2.4 Ukuran Perusahaan ... 40
3.2.5 Leverage ... 40
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.3.1 Populasi Penelitian ... 42
3.3.2 Sampel Penelitian ... 42
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 44
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 44
3.6 Metode Analisis ... 44
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 45
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 45
3.6.2.1 Uji Normalitas ... 45
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas... 46
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46
3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 47
3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 48
3.6.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 48
3.6.3.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) ... 49
3.6.3.3 Uji Signifikasi Simultan (Uji-F) ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 50
4.2 Hasil Penelitian ... 51
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 51
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik... 53
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 53
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas... 58
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 59
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 60
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 61
4.2.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 61
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 63
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 64
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
4.3.1 Hubungan Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Perusahaan ... 66
4.3.2 Hubungan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Perusahaan ... 67
4.3.3 Hubungan Ukuran Peruashaan terhadap Kinerja Perusahaan ... 67
4.3.5 Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Leverage
terhadap Kinerja Perusahaan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Keterbatasan ... 71
5.3 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Peneliti-Peneliti Terdahulu ... 29
3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 41
3.2 Daftar Populasi dan Proses Pemilihan Sampel Penelitian ... 43
3.3 Daftar Sampel Penelitian ... 43
3.4 Dasar Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi ... 47
4.1 Statistik Deskriptif dari Variabel Kinerja Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Leverage ... 51
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 53
4.3 Hasil uji Normalitas Setelah Data Menyimpang/Outlier Dihapus .... 55
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 58
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 59
4.6 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 62
4.7 Koefisien Determinasi ... 62
4.8 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F) ... 63
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 33
4.1 Grafik Histogram ... 56
4.2 Grafik Normal Probability Plot ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di BEI ... 76
Daftar Sampel Penelitian Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI ... 76
2 Tabel Hasil Perhitungan Kepemilikan Manajerial ... 77
3 Tabel Hasil Perhitungan Kepemilikan Institusional ... 77
4 Tabel Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan ... 78
5 Tabel Hasil Perhitungan Leverage ... 78
6 Tabel Hasil Perhitungan Kinerja Perusahaan ... 79
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun penelitian 2010-2014.
Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kausatif (causative), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan, dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kinerja perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 12 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014, dimana metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman, sedangkan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman. Secara simultan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman.
ABSTRACT
THE EFFECT OF OWNERSHIP STRUCTURE, COMPANY SIZE, AND LEVERAGE ON FIRM PERFORMANCE ONFOOD AND
BEVERAGES COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE (IDX) IN 2010-2014
This research aims to analyze and determine the effect of ownership structure consists of managerial ownership and institutional ownership, company size, and leverage on firm performance on food and beverage companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during the period of study 2010-2014.
Based on the characteristics of the problem, the research conducted causative research, the research aims to analyze how a variable effects the other variables. The independent variables that used in this study are managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage. While the dependent variable used is firm performance. Twelve food and beverages companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2014 are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. Analysis model that used is multiple linear regression.
The results showed that partially the managerial ownership, institutional ownership, and leverage are not influential toward the firm performance at food and beverages companies, while company size is influential toward the firm performance at food and beverages companies. Simultaneously, the results showed that the variables of managerial ownership, institutional ownership, company size, and leverage are influential toward the firm performance at food and beverages companies.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan usaha di era sekarang yang sudah semakin kompetitif membuat
perusahaan berusaha memperbaiki kinerja dan mengembangkan usaha mereka
agar tetap bisa bertahan dan berkembang. Meningkatkan kemakmuran pemilik
atau para pemegang saham merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah
perusahaan. Perkembangan perusahaan menuju pada tingkatan yang lebih besar
mendorong perusahaan untuk menggunakan suatu strategi pengelolaan perusahaan
yang baru, dimana para pemilik perusahaan tersebut harus berani mengambil
keputusan untuk menyerahkan manajemen pengelolaan perusahaannya kepada
pihak lain yang lebih profesional. Pihak lain yang dianggap profesional atau
insiders ini dalam perusahaan sering disebut sebagai agent atau manajemen. Manajemen diharapkan mampu untuk mengambil tindakan yang tepat agar
perusahaan tetap survive dengan laba tinggi sehingga kemakmuran pemilik menjadi maksimal.
Pemberian kepercayaan oleh pemilik perusahaan kepada manajer dianggap
sebagai bentuk pemisahan fungsi decision making (Jensen dan Meckling, 1976). Bentuk pemisahan fungsi ini akan menimbulkan adanya konflik antara pemilik
perusahaan sebagai principal dan manajer selaku agent. Pemegang saham sebagai
pemilik perusahaan merupakan pihak yang menyediakan fasilitas dan dana
dana dan fasilitas yang disediakan oleh principal dengan kemampuan profesionalnya. Dengan adanya perbedaan posisi, akan menghadirkan
kepentingan-kepentingan yang bertolak belakang diantara kedua belah pihak.
Bursa Efek Indonesia saat ini merupakan barometer dari aktivitas pasar modal
di Indonesia, karena memiliki variansi harga saham dan frekuensi perdagangan
yang tinggi dan besar. Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), umumnya merupakan perusahaan yang memiliki struktur
organisasi terpisah antara pihak pemilik dan pengelolanya. Pihak pemilik terdiri
daristakeholderdan para pemegang saham, sedangkan pada pihak pengelola terdiri
dari pihak manajemen yang ditunjuk oleh pemilik untuk menjalankan aktivitas
perusahaan.
Dari berbagai macam sektor perusahaan yang listing di BEI, perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan mempunyai
prospek cerah dimasa yang akan datang karena semakin pesatnya perkembangan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk di negara Indonesia yang membuat sektor
perusahaan manufaktur sebagai lahan paling strategis untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi.
Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan mulai tahun 1998, banyak
yang mengatakan bahwa lamanya proses perbaikan setelah masa krisis disebabkan
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow (2001) dalam Nur’aeni (2010)).
Upaya pengembangan good corporate governance dilakukan untuk mendorong optimalisasi alokasi atau penggunaan sumber daya perusahaan agar
pertumbuhan dan kesejahteraan pemilik perusahaan terjaga. Beberapa konsep
mengenaicorporate governance antara lain dikemukakan oleh Shleifer & Vishny
(1997) menyatakan bahwa corporate governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Iskandar dkk (1999) dalam
Hastuti (2005) menyatakan bahwa corporate governance merujuk pada kerangka
aturan dan peraturan yang membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk
memperoleh return.
Permasalah corporate governance sangat erat kaitannya dengan agency theory. Agency theory menjelaskan tentang bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan (seperti pemilik perusahaan, manajer, dan kreditur) akan
berperilaku, karena kepentingan yang mereka miliki berbeda. Manajer
berkewajiban memaksimalkan kesejahteraan dari para pemegang saham, namun
dipihak lain juga memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan
manajer. Berdasarkan padaagency theory ini dapat dilihat adanya perbedaan
kepentingan antara manajemen dan kepentingan para pemegang saham
perusahaan. Para pemegang saham tidak suka dengan kepentingan pribadi
kepentingan pihak-pihak ini sering kali menimbulkan masalah yang disebut
dengan masalah keagenan (conflict agency).
Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan kewenangan atas
pengelolaan perusahaan kepada professional managers, dan mengakibatkan kewenangan untuk menggunakan sumber daya perusahaan sepenuhnya ada
ditangan pihak manajemen. Pemegang saham berharap agar manajemen bertindak
secara professional dalam pengelolaan perusahaan. Setiap keputusan yang diambil
sudah seharusnya didasarkan pada kepentingan pemegang saham dan sumber daya
yang ada digunakan semata-mata untuk kepentingan pertumbuhan nilai
perusahaan. Namun, yang seringkali terjadi adalahkeputusan dan tindakan yang
diambil oleh manajemen tidak semata-mata untuk kepentingan perusahaan tapi
juga untuk kepentingan para eksekutif dan merugikan perusahaan.
Manajer memiliki tujuan yang berbeda sebagai pengelola perusahaan terutama
dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika
manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri
dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya
harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah
mereka tanamkan (Almilia & Sifa (2005) dalam Hastuti (2005)).
Dalam menentukan nilai perusahaan struktur kepemilikan sangatlah penting.
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu konsentrasi kepemilikan
perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan kepemilikan
perusahaan oleh manajer (manager ownership). Kepemilikan perusahaan dari
Ada beberapa studi yang menyatakan peran dari struktur kepemilikan pada
kinerja perusahaan. Menurut Jensen & Meckling (1976) agency conflict muncul akibat adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional adalah dua
mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah
keagenan. Kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk membantu
mengurangi masalah keagenan (Bathala dkk, 1994). Hal iniberarti peningkatan
proporsi saham yang dimiliki oleh manager akan menurunkan kecenderungan
manajer melakukan tindakan mengkonsumsi perquisites secara berlebihan, dengan demikian akan menyatukan kepentingan diantara manajer dan pemegang
saham. Sedangkan pada pemilik saham yang besar, seperti para investor
institusional memiliki pengaruh yang positif pada penilaian perusahaan.
Penyebabnya adalah para pemilik saham yang besar memiliki insentif untuk
mengontrol manajemen dan merubah kinerja yang buruk.
Sudarma (2004) dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa
struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional)
saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini berarti
bahwa yang menjadi penentu nilai perusahaan adalah pengukuran komposisi
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Semakin berkurang
komposisi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta
meningkatnya kepemilikan publik akan berpengaruh terhadap naiknya nilai suatu
perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu
perusahaan lebih transparan dan berkeinginan untuk melakukan penyebaran
kepemilikan, agar perusahaan tidak hanya dikendalikan oleh kalangan keluarga
tertentu saja. Penelitian ini secara parsial menghasilkan kesimpulan bahwa
kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan dan kepemilikan saham institusional berpengaruh signifikan negatif
terhadap nilai perusahaan.
Hastuti (2005) di dalam penelitiannya mengenai struktur kepemilikan dan
ukuran perusahaan yang telah dilakukan di Indonesia mengenai hubungan antara
good corporate governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen laba
dengan kinerja perusahaan, dan ada hubungan yang signifikan antara disclosure
dengan kinerja perusahaan.
Fachrudin (2011) di dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh struktur
modal, ukuran perusahaan, dan agency cost, tidak terdapat pengaruh signifikan struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan,
serta tidak ada pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai variable interverning.
Dengan mencermati hasil-hasil dari penelitian terdahulu, maka dapat diketahui
bahwa penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur secara
keseluruhan. Hal ini menjadi dasar bahwa penelitian dengan tema ini masih perlu
dikaji kembali, terutama jika diterapkan pada perusahaan-perusahaan dengan
Perusahaan makanan dan minuman adalah salah satu sektor dari perusahaan
manufakturyang bergerak di bidang makanan dan minuman. Perusahaan makanan
dan minuman dapat berkembang pesat di Indonesia, yang terlihat dari jumlah
perusahaan yang terdaftar di BEI dari periode ke periode bertambah
banyak,walaupun ada juga beberapa perusahaan untuk sementara pernah
mengalami kekurangan modal karena imbas dari krisis ekonomi. Namunhal
tersebut tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan
masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan baik dimasa sekarang maupun
yang akan datang. Tahun yang diamati dalam penelitian ini adalah dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2014.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo
(2014) yang berjudul Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian ini
menggunakan data yang diambil dari data perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2010-2014, sedangkan peneliti terdahulu mengambil data dari perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Alasan
peneliti memilih sektor industri ini karena sektor ini lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh musim ataupun perubahan kondisi perekonomian (misalnya
inflasi). Meskipun terjadi krisis ekonomi, kelancaran produksi industri makanan
dan minuman masih terjamin karena kondisi apapun konsumen tetap
Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
dan Leverage terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2010-2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penilaian ini adalah :
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
4. Apakah leverage berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
5. Apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan
dan leverage secara bersama-samaberpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja
perusahaan
2. Untuk meneliti pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja
perusahaan
5. Untuk meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan leverage secara bersama-sama terhadap kinerja perusahaan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan
dan wawasan penelitian khususnya mengenai pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap kinerja perusahaan.
2. Bagi calon peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi,
khususnya bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan dalam melakukan
penelitian sejenis.
3. Bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara
perusahaan, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memahami
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Hubungan keagenan adalah dasar yang digunakan untuk memahami
corporate governance. Kewajiban manajer adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham. Akan tetapi di sisi lain, manajer juga
berkepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan
kepentingan seperti ini, sering kali menimbulkan konflik yang dinamakan
konflik keagenan (Dessy, 2008).
Hubungan agency merupakan suatu kontrak di bawah satu atau lebih (principal) yang melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa
layanan bagi mereka dengan melibatkan pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada agen (Jensen & Meckling, 1976). Dalam teori agensi yang
memiliki saham sepenuhnya adalah pemilik (pemegang saham), dan manajer
diminta untuk memaksimalkan tingkat pengembalian pemegang saham (Berle &
Means, 1932). Principal maupun agent diasumsikan sebagai ekonom yang rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.
Ada beberapa teori yang melandasi teori agensi yang dikemukakan
Eisendhart (1989). Teori agensi ini dibagi menjadi tiga jenis asumsi yaitu
asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi.
mementingkan dirinya sendiri (self-interest), memiliki keterbatasan rasional
(bounded rationality) dan tidak menyukai resiko (risk aversion). Kedua, asumsi
keorganisasian yaitu adanya konflik antara anggota organisasi dan adanya
asimetri informasi antara principal dan agent. Ketiga, asumsi informasi yaitu informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teori keagenan adalah membahas
hubungan keagenan antara principal dan agent.
Masalah keagenan (agency problem) adalah konflik kepentingan diantara
agent dan principal dalam usaha mencapai kemakmuran yang dikehendaki. Masalah keagenanini terjadi akibat adanya asimetri informasi antara pemilik dan
manajer. Asimetri informasi bisa terjadi saat manajer memiliki informasi
internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mendapatkan informasi relatif
lebih cepat dibanding pihak eksternal (seperti investor dan kreditor). Kondisi
tersebut memberi kesempatan pada manajer untuk menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk
memaksimalkan kemakmurannya (Richardson, 1988).
Menurut Scott (2000) terdapat dua tipe informasi asimetri. Tipe pertama,
adverse selection. Pada tipe adverse selection, pihak yang merasa memiliki informasi lebih sedikit dibandingkan pihak lain tidak akan bersediauntuk
melakukan perjanjian dengan pihak lain tersebut apapun bentuknya, dan apabila
perjanjian tetap dilakukan , dia akan membatasi dengan kondisi yang sangat
ketat dan biaya yang sangat tinggi. Sebagai contoh, adanya kemungkinan terjadi
Manajer dapat melakukan berbagai cara untuk memperoleh informasi lebih
dibandingkan investor, misalnya dengan menyembunyikan, menyamarkan,
memanipulasi informasi yang diberikan kepada investor. Hal ini mengakibatkan
investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan, ataupun membeli saham
perusahaan dengan harga sangat rendah. Contoh informasi asimetri lainnya
adalah ketika kreditor dan pemegang saham minoritas memiliki informasi yang
lebih sedikit dibandingkan manajer dan pemegang saham mayoritas. Tipe kedua
dari informasi asimetris adalah moral hazard. Moral hazard terjadi pada saat manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk keuntungan
pribadinya dan menurunkan kesejahteraan pemilik. Contohnya, pada perusahaan
yang relative besar, terpisahnya kepemilikan dan pengendalian manajemen,
akan sulit bagi para pemegang saham dan kreditur untuk melihat sejauh mana
kinerja manajer sejalan dengan tujuan yang diinginkan pemegang saham,
manajer mungkin cenderung bekerja optimal. Moral hazardsecara efisienjuga menghambat operasi perusahaan.
2.1.2 Struktur Kepemilikan Saham
Pengelolaan perusahaan yang semakin dipisahkan dari kepemilikan
perusahaan merupakan salah satu ciri perekonomian modern, hal ini sesuai
dengan teori keagenan (agency theory) yang menginginkan pemilik perusahaan
(principal) untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga
dipisahnya pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik
memperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang efisien.
Menurut Wicaksono (2000) dalam Nur’aeni (2010) keberhasilan
penerapan corporate governance tidak terlepas dari struktur kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan tercermin baik melalui instrument saham
maupun instrument utang sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah
kemungkinan bentuk masalah keagenan yang akan terjadi. Dalam struktur
kepemilikan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Sebagian kecil kepemilikan perusahaan oleh manajemen mempengaruhi
kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding
sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.
2. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif pada para pemegang
saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan.
3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan social perusahaan dan
memaksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik
pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan
perusahaan.
Menurut Ituirraga & Sanz (1998) masalah keagenan timbul karena adanya
benturan keinginan antara pemilik perusahaan (pemegang saham mayoritas)
dengan manajer pengelola. Karena itu, struktur kepemilikan dianggap sebagai
hal yang krusial untuk mengatasi masalah keagenan karena dengan struktur
manajer sebagai pihak yang berkompeten dalam pengelolaan perusahaan
mempunyai wewenang cukup untuk menjalankan tugasnya.
2.1.2.1 Kepemilikan Saham Manajerial
Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur melalui presentase saham
biasa yang dimiliki pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Sedangkan menurut Bagnani (1996)
struktur kepemilikan saham manajerial diukur sebagai persentase saham
biasa atau opsi saham yang dimiliki direktur dan officer. Struktur kepemilikan saham manajerial diukur sebagai persentase saham biasa yang
dimiliki oleh Board of Management,yangdi dalamnya terdapat direktur dan
komisaris (Setiyono, 2000). Struktur kepemilikan saham manajerial dapat
dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu melalui pendekatan keagenan
(agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan (asymmetric
information approach) (Itturiaga & Sanz, 2000).
Menurut Jensen (1993) yang dikutip Faisal (2005), hipotesis
pemusatan kemungkinan (convergence of interest hypotesis) menyatakan
bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Semakin meningkat
proporsi kepemilikan saham manajerial maka kinerja perusahaan juga akan
semakin baik. Dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial akan
sehingga manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Kebangkrutan suatu perusahaan bukan hanya menjadi tanggungan dari
pemilik utama, tetapi manajer juga ikut menanggungnya.
2.1.2.2 Kepemilikan Saham Institusional
Terdapat dua jenis ownership dalam perusahaan Indonesia yaitu perusahaan dengan kepemilikan sangat menyebar dan perusahaan dengan
kepemilikan terkonsentrasi (Husnan, 2001). Dalam tipe pertama, yaitu
perusahaan dengan kepemilikan sangat menyebar, masalah keagenan yang
sering timbul adalah masalah diantara agent (pihak manajemen) dengan owners (pemegang saham). Perusahaan dengan kepemilikanyang lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar pada pihak manajemen jika
dibandingkan dengan perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi
(Goldberg & Idson, 1995 dalam Husnan, 2001).
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan bisa berdampak
pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang
menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik
perusahaan (Wening, 2007).
Kepemilikan saham institusional menggantikan kepemilikan saham
manajerial dalam mengontrol agency cost(Bathala dkk, 1994). Semakin besarnya kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar pula
kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
manajemen untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja
perusahaan juga akan meningkat.
Pengawasan yang dilakukan terhadap perusahaan tidak hanya
terbatas pada pihak dalam perusahaan, tetapi dapat juga dilakukan dari pihak
eksternal perusahaan yaitu dengan adanya pengawasan melalui
investor-investor institusional. Kepemilikan perusahaan oleh institusi akan
mendorong pengawasan yang lebih efektif, karena institusi merupakan
professional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja
perusahaan. Pozen (2004) mengungkapkan beberapa metode yang
digunakan oleh pemilik institusional dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan manajerial, yang dimulai dari diskusi informal dengan pihak
manajemen, sampai pengendalian keseluruhan kegiatan operasional dan
pengambilan keputusan perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor
institusional yang didefinisikan sebagai investor yang berasal dari sektor
keuangan seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perusahaan
investasi, perbankan, dana pensiun dan kepemilikan institusi lainnya akan
mendorong peningkatan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen
perusahaan.
2.1.3 Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar asset total yang dimiliki
perusahaan. Total aset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan,
maka dapat dipastikan semakin besar juga dana yang dikelola dan semakin
kompleks pula pengelolaannya.
Perusahaan besar pada dasarnya mempunyai kekuatan finansial yang lebih
besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain, perusahaan dihadapkan pada
masalah keagenan yang lebih besar (Darmawati, 2004). Hesti (2010)& Uyun
(2010) dalam Nurcahyo (2014) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Perusahaan dengan asset besar biasanya akan mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan agar
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan
diharapkan agar selalu berusaha untuk menjaga stabilitas kinerja keuangan
mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak dapat dilakukan
tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan rata-rata dari total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih
besar daripada biaya variable dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari biaya
variable dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham
dan Houston 2001).
Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory
controllability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva.
Kesimpulannya, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki oleh suatu perusahaan.
Fama dan French (1995) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki
nilai skala yang kecil cenderung kurang menguntungkan jika dibandingkan
dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan berskala kecil hanya
memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah
terbatas. Oleh karena itu, perusahaan dengan skala kecil mempunyai risiko yang
lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan besar. Perusahaan dengan
risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor.
2.1.4 Leverage
Hutang (leverage) merupakan salah satu faktor penting dalam unsur
pendanaan. Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset
suatu perusahaan dibiayai oleh hutang jika dibandingkan dengan modal sendiri
(Weston&Copeland, 1992). Sedangkan Kusmawati dan Sudento (2005)
menggambarkan leverage sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage bisa dipahami sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan.
besar pula. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang rendah pastinya memiliki risiko leverage yang lebih kecil pula.
Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya (Horne, 1997). Karena leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang
membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan,
maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi
namun risiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan aset tinggi tersebut
di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila
perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya tepat waktu.
Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas
yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas
yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila
belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Intinya apabila
perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan dari internal maka
sumber pendanaan dari eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat
disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan
2.1.5 Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
(Dessy, 2008). Kinerja juga merupakan salah satu hal penting yang harus
dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan
dari kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian orgasnisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar
dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja perusahaan
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya.
Penilaian kinerja suatu perusahaan bisa dilihat dari analisis laporan keuangan
dan juga dari perubahan harga saham. Nilai perusahaan akan tercermin dari
harga sahamnya (Dessy, 2008).
Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan suatu perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja bertujuan
untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan
hasil dan tindakan yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan
dari manajemen ataupun rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Beiner dkk (2003) menegaskan bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil
dari tindakan direktur. Sedangkan Keats, dkk (1998) beranggapan bahwa kinerja
merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun pengukurannya,
karena itu pengukuran menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu
memberikan pemahaman yang komprehensif. Pengukuran kinerja hendaknya
menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran yang beragam
(Venkatraman dkk, 1986). Sampai saat ini masih muncul perdebatan mengenai
pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja yang cocok
dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi peneliti.
Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Ang,
1997), sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek
tepat pada waktunya.
2. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya
telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara
membandingkan rasio aktivitas dengan sadar industri, maka dapat
diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan suatu
perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan penjualan, asset
maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas terbagi menjadi enam
operating return on assets (OPROA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), operating ratio (OR).
4. Rasio solvabilitas (Leverage)
Financial leverage menunjukkan seberapa besar penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Suatu perusahaan yang menggunakan modal
sendiri 100% tidak mempunyaileverage.
5. Rasio pasar (Market ratio)
Rasio ini menunjukkan informasi penting suatu perusahaan yang
diungkapkan dalam basis per saham. Rasio nilai pasar perusahaan
memberikan indikasi bagi pihak manajemen mengenai penilaian investor
terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa yang
akan datang. Untuk mengukur nilai pasar perusahaan terdapat beberapa
rasio, misalnya price earning ratio (PER), market-to-book ratio, Tobin’s Q, dan price / cash flow ratio.
Rasio ini masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, dan
memberikan informasi kepada pihak manajemen maupun investor mengenai hal
yang berbeda pula. Menurut Simons (2000) untuk menjamin tercapainya
tujuan-tujuan kinerja, para manajer harus merancang suatu ukuran hasil yang
diinginkan. Pengukuran merupakan nilai kuantitatif yang dapat digunakan
sebagai skala dan tujuan-tujuan perbandingan. Pengukuran kinerja bisa berupa
keuangan dan bukan keuangan. Pengukuran berupa keuangan dinyatakan dalam
ketentuan moneter. Sedangkan pengukuran bukan keuangan merupakan data
(1995) untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, analisis
keuangan membutuhkan ukuran keuangan yang pasti.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan dalam
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan
dimasa depan. Informasi kinerja ini bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam arus kas dari sumber daya yang ada dan juga untuk
perumusan perimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
sumber daya (IAI, 2001).
Menurut Riyanto (2001), return on assets (ROA) merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan sebagaialat ukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasional perusahaan agar menghasilkan keuntungan.
Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
= × %
Earning after tax (EAT) merupakan laba bersih setelah pajak. Total Assets merupakan nilai buku dari total aktiva. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan ROA menunjukkan kemampuan atas modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba. Bila laba perusahaan dalam kondisi
negative atau rugi dapat menyebabkan ROA yang negative pula. Hal ini berarti
kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu
Keunggulan ROA menurut Hakim (2006), diantaranya sebagai berikut:
1. Merupakan suatu ukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. Mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
3. Merupakan denominator yang bisa diterapkan pada setiap unit organisasi
yang bertanggungjawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
Tetapi menurut Lisa (1999), selain memiliki keunggulan juga ada
beberapa kelemahan atas penggunaan ROA yaitu :
1. Pengukuran kinerja menggunakan ROA membuat manajer divisi
kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat
meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
2. Manajemen cenderung untuk lebih fokus pada tujuan jangka pendek
daripada tujuan jangka panjang.
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, namunproject tersebut mempunyai konsekuensi negative dalam jangka
panjang, berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan
2.2 Peneliti Terdahulu
Berikut inimerupakan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung
kerangka konseptual penelitian :
1. Kumar (2004) melakukan pengujian empiric tentang hubungan dari struktur
kepemilikan pada kinerja perusahaan dengan menggunakan 2478 panel
perusahaan-perusahaan India periode 1994-2000. Di dalam penelitiannya
menjelaskan efek interaksi antara kepemilikan perusahaan, kepemilikan asing,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja
perusahaan (diukur menggunakan ROA). Berdasarkan data panel kerangka
yang digunakan, menunjukkan bahwa sebagian besar variasi cross-sectional, dalam kinerja perusahaan dapat dijelaskan oleh heterogenitas perusahaan yang
diamati. Dan menyediakan bukti bahwa kepemilikan saham oleh investor
institusional dan manajer perusahaan mempengaruhi kinerja non-linear. Dalam penelitian dinyatakan bahwa investor institusional terutama institusi
pengembangan keuangan mempengaruhi kinerja perusahaan setelah
kepemilikan mereka melewati level permulaan yaitu sekurang-kurangnya 15%
ekuitas yang telah dimiliki. Juga ditemukan bahwa kepemilikan saham oleh
pemegang saham asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Tidak ditemukan bukti yang mendukung endogenitas
struktur kepemilikan.
2. Lastanti (2004) meneliti hubungan antara struktur corporate governance dengan kinerja perusahaan dan reaksi pasar. Dalam penelitian tersebut
independen, struktur kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional.
Sedangkan kinerja perusahaan diproksi oleh nilai perusahaan (Tobin’s Q) dan
kinerja keuangan (ROA dan ROE). Hasil penelitian menyatakan terdapat
hubungan positif signifikan antara independensi dewan komisaris dan Tobin’s
Q. sementara variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap
Tobin’s Q, ROA, ataupun ROE.
3. Hastuti (2005) mengadakan studi penelitian yang bermaksud untuk
mengetahui korelasi Good Corporate Governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Good corporate governance dan struktur kepemilikan sebagai variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai
variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Dalam
studi ini menggunakan dua pilar Good Corporate Governance, yaitu transparansi dan akuntabilitas. Populasi yang diteliti adalah daftar perusahaan
yang di LQ 45 selama 2 semester. Adapun hasil dari studi ini adalah : Tidak
ada pengaruh tentang struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Ada
pengaruh yang signifikan tentang transparansi dengan kinerja perusahaan.
4. Setiawan (2006) mengadakan penelitian yang bertujuan untuk meneliti
pengaruh struktur kepemilikan, karakteristik perusahaan, dan tata kelola
korporasi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan model
dimana variabel dependennya adalah tingkat profitabilitas yang mewakili
kinerja perusahaan yang kemudian diestimasi dengan menggunakan variabel
bahwa variabel struktur kepemilikan yang dilihat dari proporsi kepemilikan
publik dan kepemilikan asing, memiliki hubungan yang negatif dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Untuk variabel yang mencerminkan karakteristik
perusahaan, seperti size, memberikan pengaruh yang positif dan signifikan.
5. Tee Chwee Ming dan Chan Sok Gee (2008) mengadakan penelitian yang
bertujuan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja
perusahaan dengan menggunakan 56 sampel perusahaan publik di Malaysia
tahun 2002-2004. Penelitian ini menggunakan model dimana variabel
dependennya adalah return saham dan hasil dividen. Sedangkan variabel independennya adalah intercept, persentase kepemilikan dalam, persentase kepemilikan institusional, BETA, ukuran perusahaan, rasio pendapatan harga
(EP) dan R-square. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur dengan stock return, dividend yield, dan insider shareholding. Bukti empiris menunjukkan bahwa insider dan kepemilikan saham institusional tidak mempengaruhi kinerja perusahaan.
6. Nur’aeni (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara struktur
kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan 75 sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh jajaran manajerial
dalam perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena
masih rendahnya proporsi kepemilikan manajerial dalam perusahaan di
Indonesia. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap
pihak institusi akan meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan saham
publik tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, karena masih
rendahnya proporsi kepemilikan publik yang dimiliki dalam perusahaan di
Indonesia. Kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya pengawasan secara aktif yang
dilakukan oleh pemodal asing yang dapat membantu penerapan good corporate governance, tingkat keuntungan perusahaan dan menolong perusahaan yang dalam kondisi sulit dan mengantisipasi adanya tindakan
manajemen perusahaan yang merugikan pemodal.
7. Puspito (2011) mengadaan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh struktur kepemilikan pada kinerja perusahaan dengan struktur modal
sebagai pemoderasi. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan eksternal.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
bergerak dibidang makanan dan minuman yang terdaftar di BEI, dengan
periode penelitian 2005-2009. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan menghasilkan 85 sampel perusahaan dalam tahun pengamatan. Alat analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Penelitian ini
menemukan bahwa variabel Struktur Kepemilikan Manajerial dan variabel
Struktur Kepemilikan Eksternal tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Sedangkan untuk variabel pemoderasi yaitu struktur modal
perusahaan. Selanjutnya variabel pemoderasi memperlemah pengaruh antara
struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan.
8. Didik Indra Nurcahyo (2014) mengadakan penelitian yang bertujuan untuk
menguji pengaruh struktur kepemilikan saham dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan 36 sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI , dengan periode penelitian 2010-2013.
Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan return on assets
(ROA). Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan saham manajerial, institusional, publik, dan ukuran perusahaan. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham
institusional, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang
signifkan. Sedangkan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan.
[image:44.595.108.515.567.747.2]Untuk hasil ringkasan peneliti terdahulu dapat dilihat di tabel 2.1
Tabel 2.1
Ringkasan Peneliti-Peneliti Terdahulu
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Jayesh Kumar 2004 Struktur kepemilikan dan Kebijakan Pembayaran Dividen di India
Independen : Struktur Kepemilikan Saham Dependen : Kinerja Perusahaan Struktur kepemilikan saham manajerial dan institusional
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap kinerja
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Hexana Sri Lastanti 2004 Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar, Konferensi Nasional Akuntansi: Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance. Independen : Struktur Corporate Governance Dependen : Kinerja Perusahaan Komisaris dewan Independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Variabel yang lainnya tidak berpengaruh. Theresia Dwi Hastuti 2005 Hubungan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Perusahaan Independen : Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Saham Dependen : Kinerja Perusahaan Struktur kepemilikan dan akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan transparansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Maman Setiawan 2006 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Independen : Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Tata Kelola Korporasi Dependen : Kinerja Perusahaan
Kepemilikan publik dan asing memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Size memiliki pengaruh yang positif dan
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Tee Chwee Ming & Chan Sok Gee 2008 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan dari Perusahaan Publik di Malaysia Independen : Intercept, Persentase Kepemilikan Dalam, Persentase Kepemilikan Institusional, BETA, Ukuran Perusahaan, Rasio Pendapatan Harga (EP), R-square Dependen : Return Saham dan Hasil Dividen
Kepemilikan saham dalam dan kepemilikan saham institusional pada perusahaan Malaysia tidak mempengaruhi return saham dan hasil dividen.
Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi kinerja yang perusahaan di Malaysia dan bahwa masalah agen utama tidak dapat diselesaikan melalui peningkatan saham kepemilikan dalam seperti yang diusulkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Dini Nur’ aeni 2010 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan Independen : Struktur Kepemilikan Saham Dependen : Kinerja Perusahaan Kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap kinerja
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Puspito 2011 Pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan dengan Struktur Modal Sebagai Pemoderasi Independen : Struktur Kepemilikan Dependen : Kinerja Perusahaan Struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan eksternal tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan struktur modal memperkuat pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja
perusahaan dan struktur modal memperlemah pengaruh antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan Didik Indra Nurcahyo 2014 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Independen : Struktur Kepemilikan Saham dan Ukuran Perusahaan
Dependen :
Kinerja Perusahaan
Kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifkan. Sedangkan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menjelaskan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan
kerangka konseptual sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
[image:48.595.129.512.198.467.2]Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah kinerja
perusahaan. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalalah kepemilikan
saham manajerial, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan, dan
leverage.
H1
H2
H3
H4 Kepemilikan Saham
Manajerial (X1)
Kepemilikan Saham Institusional (X2)
Leverage
(X4) Ukuran Perusahaan
(X3)
Kinerja Perusahaan (Y)
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai konsep yang diperkirakan
sebagai kebenaran atau kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati
yang kemudian diformulasikan untuk pengujian yang bersifat empirik. Jadi
hipotesis adalah suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu
antara dua variabel atau lebih (Emory (1996) dalam Nur’aeni (2010)).
2.3.2.1 Hubungan antara Kepemilikan Saham Manajerial dengan Kinerja Perusahaan
Menurut Jensen (1993) yang dikutip dari Faisal (2005), hipotesis
pemusatan kemungkinan (convergence of interest hypothesis) menyatakan
bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Semakin meningkat
proporsi kepemilikan saham manajerial maka kinerja perusahaan juga akan
semakin baik. Dari uraian tersebut hipotesis yang dikemukakan adalah
sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
2.3.2.2 Hubungan antara Kepemilikan Saham Institusional dengan Kinerja Perusahaan
Bathala dkk (1994) juga menemukan bahwa kepemilikan saham
agency cost. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk
mengawasi manajemen, akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih
besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan
juga akan meningkat. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
2.3.2.3 Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan
Sebuah perusahaan besar pada dasarnya mempunyai kekuatan
finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain,
perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar
(Darmawati, 2004). Perusahaan dengan aset besar biasanya akan
mendapatkan perhatian lebih dari masayarakat. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan agar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangannya. Perusahaan diharapkan untuk selalu berusaha menjaga
stabilitas kinerja keuangan mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik
ini tentu saja tidak serta merta dapat dilakukan tanpa kinerja yang baik dari
Dari hasil uraian tersebut hipotesis yang bisa diambil sebagai berikut :
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
2.3.2.4 Hubun