• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerjemah kosakata medan makna universitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerjemah kosakata medan makna universitas"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA

UNIVERSITAS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Disusun oleh:

Laras Aryanti

106084003635

Disusun oleh: Nur Ahdiyani NIM: 107024001240

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 09 Mei 2011

Nur Ahdiyani NIM: 107024001240

(3)

iii

PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA

UNIVERSITAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Nur Ahdiyani

NIM:107024001240

Pembimbing

Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum NIP: 1979 1229 2005011004

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Penerjemahan Kosakata Medan Makna Universitas”. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 09 Mei 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 09 Mei 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. H. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum NIP: 1970 0505 200003 1001 NIP: 1979 1229 2005011004

Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag

(5)

v

Abstrak

Penelitian ini mengkaji kosakata medan makna universitas. Penulis menganalisis 15 kosakata medan makna universitas, yaitu (1) rektor, (2) dekan, (3) dosen, (4)

mahasiswa/mahasiswi, (5) sks, (6) krs, (7) fakultas, (8) jurusan, (9) skripsi, tesis,

disertasi, (10) beasiswa, (11) mata kuliah, (12) ip, (13) bem, (14) ukm, dan (15)

sarjana. Dalam penelitian ini teori yang digunakan bertalian dengan medan makna, komponen makna, dan kolokasi. Lima belas kosakata tersebut dianalisis dalam konteks untuk mengetahui bagaimana terjemahannya dalam konteks kalimat.

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmatNya, Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum, atas segala bantuan, koreksian, masukan-masukan, bimbingan, serta waktu luang yang diberikan sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya. Penghargaan serupa kepada Karlina Helmanita, M.Ag sebagai dosen yang pertama kali mengajarkan tentang penelitian.

Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Jurusan Tarjamah, Dr. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag., yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi selama studi saya di jurusan Tarjamah. Begitu juga kepada Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag, mantan Ketua Jurusan Tarjamah, yang telah memberikan arahan dan ilmu yang sangat berharga bagi Penulis.

(7)

vii

Keluarga tercinta, terutama kedua orang tua Penulis, Ayahanda Drs.H.Ali Nurdin, MM dan Ibunda tercinta Hj. Jamilah S.pdi terima kasih atas segala doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan tiada henti yang selalu memotivasi Penulis. Adik-adik dan kakak-kakak saya terima kasih atas segala bantuan dan semangatnya.

Teman seperjuangan dan satu bimbingan, Hilman Ridha, yang selalu memberikan semangat dan berbagi di kala suka dan duka selama pengerjaan skripsi ini. Untuk teman-teman terhebat Penulis, Rahma, Diah Restu Fani, Aisyah, Ismy, Sifa, Rozak, Reza, Anas, Syukran, dan Umar, atas segala kerjasama, pengertian dan semangatnya. Terima kasih juga untuk Eka Nova yang selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi dan juga adik-adik jurusan Tarjamah.

Dan kepada pihak-pihak lain yang terkait dalam Penulisan skripsi ini yang belum disebutkan namanya. Hanya Allah sang pembalas keikhlasan dan ketulusan.

Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis maupun pembaca. Penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan pada penyusunan skripsi ini, karena itu saran dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan

Jakarta, 22 Juni 2011

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ………...……….……… ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN……… iv

ABSTAK………..……….. v

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ...vi

DAFTAR ISI ………. viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB 2 KERANGKA TEORI ... 6

2.1.1 Definisi Penerjemahan ... 6

2.1.2 Pemerolehan Makna dalam Penerjemahan ... 7

2.1.3 Diksi dalam Penerjemahan ... 9

2.2 Medan Makna ... 12

2.3 Komponen Makna ... 15

2.3.1 Langkah Analisis Komponen Makna ... 17

2.3.2 Hambatan Analisis Komponen Makna ... 18

2.4 Kolokasi ... 19

BAB 3 KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS ... 23

3.1 Analisis Kosakata Medan Makna Universitas ... 23

3.2 Kosakata Medan Makna Universitas yang Berakal ... 23

3.2.1 Komponen Makna Rektor ... 23

3.2.2 Komponen Makna Dekan ... 23

3.2.3 Komponen Makna Dosen ... 24

3.2.4 Komponen Makna Mahasiswa atau Mahasiswi ... 24

3.3 Kosakata Medan Makna Universitas (Tak Berakal) ... 25

3.3.1 Komponen Makna SKS ... 25

3.3.2 Komponen Makna KRS ... 25

3.3.3 Komponen Makna Fakultas ... 26

3.3.4 Komponen Makna Jurusan ... 26

3.3.5 Komponen Makna Skripsi, Tesis, dan Disertasi ... 27

(9)

ix

3.3.7 Komponen Makna Mata Kuliah ... 28

3.3.8 Komponen Makna Indeks Prestasi ... 28

3.3.9 Komponen Makna BEM ... 28

3.3.10 Komponen Makna UKM... 29

3.3.11 Komponen Makna Sarjana ... 29

3.4 Ciri Bersama ... 30

3.5 Ciri Pembeda ... 30

BAB 4 ANALISIS KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS PADA KONTEKS KALIMAT ... 32

4.1 Kata ي م dalam Konteks Kalimat ... 32

4.2 Kata يمع dalam Konteks ... 36

4.3 Kata س م dalam Konteks Kalimat ... 38

4.4 Kata ل ط /بل ط dalam Konteks Kalimat ... 39

4.5 Kata ع س dalam Konteks Kalimat ... 40

4.6 Kata طط ل dalam Konteks Kalimat ... 43

4.7 Kata يلك dalam Konteks Kalimat ... 45

4.8 Kata مسق dalam Konteks Kalimat ... 46

4.9 Kata ثحب dalam Konteks Kalimat ... 47

4.10 Kata حنم dalam Konteks Kalimat ... 48

4.11 Kata م dalam Konteks Kalimat ... 49

4.12 Kata عم dalam Konteks Kalimat ... 50

4.13 Frasa ي يفتل ي ل dalam Konteks Kalimat ... 51

4.14 Kata طشنٔا ح ل dalam Konteks Kalimat ... 52

4.15 Kata س ي ل ب, يتسج م, dan تك ل, dalam Konteks Kalimat ... 53

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 KESIMPULAN ... 55

5.2 SARAN ... 56

(10)

1

BAB I

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa bukanlah tanda mati atau angka-angka matematik yang dipakai dalam ilmu-ilmu alam untuk makna dan jumlah tertentu, tetapi bahasa adalah makhluk hidup yang tumbuh berubah, berkembang sesuai tempat, waktu, dan perubahan manusia serta akulturasi kebudayaan,1 kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur pembentukannya. Kebudayaan suatu bangsa selalu merupakan ikhtisar dari kebudayaan sebelumnya atau seleksi dari berbagai kebudayaan lain. Dengan demikian kebudayaan dapat dipandang sebagai proses memberi dan menerima (Majid, 1997:2), proses di atas terjadi dan berkembang melalui berbagai sarana, di antaranya penerjemahan. 2

Dalam proses penerjemahan, penerjemah membutuhkan kosakata yang banyak karena kosakata pada prinsipnya adalah wilayah hubungan bahasa dan pikiran. Kualitas berbahasa seseorang pastilah tergantung kuantitas dan kualitas kosakatanya karena kosakata adalah kehidupan dan kemampuan mental seseorang.3

Kegiatan penerjemahan tidak terlepas juga oleh makna, karena makna itu merupakan pusat perhatian penerjemah. Segala metode, prosedur, dan teknik dikerahkan dan diabdikan sepenuhnya untuk mengungkap makna yang terdapat

1

Hasan Usman, Manhaj Al- Bahast At- Tarikhiy, Kairo: Daarul Ma’arif, 6 cet 4, h. 1

2

Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora, 2005), cet-1, h. 1

3

(11)

dalam nas yang diterjemahkan.4 Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknannya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu bidang atau keilmuan. Umpamanya kata-kata menyalin, menghapal, menyontek, belajar, ujian, tes, guru, murid, catatan, dan buku dapat dikelompokkan menjadi satu karena semuanya berada dalam medan maknabidang pendidikan dan pengajaran.5

Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Misalnya nama-nama istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia adalah anak, cucu, cicit, piut, bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu, dan besan. 6

Contoh istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia tidak selengkap istilah perkerabatan bahasa Arab karena setiap bahasa memiliki medan makna yang berbeda sesuai kebudayaan masing-masing bahasa. Begitu juga bahasa Arab, kata universitas memiliki medan makna. Kosakata-kosakata yang bermedan makna dengan universitas pun akan banyak ditemukan. Untuk itu, inilah alasan Penulis mengambil judul “PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA

UNIVERSITAS”

4

Ibid., h. 3

5

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h.110

6

(12)

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis membatasi permasalahan masalah medan makna dengan kata-kata yang memiliki medan makna universitas dengan menganalisisnya pada kosakata-kosakata tertentu agar pembahasannya tidak terlalu melebar dan meluas. Penulis juga menganalisisnya dengan konteks penggunaannya.Dalam hal ini, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja kosakata yang memiliki medan makna dengan universitas? 2. Bagaimana kosakata medan makna universitas pada konteks

penggunaannya?

1.3 Tujuan Penelitian

Sebagaimana masalah yang sudah disinggung dan diidentifikasi oleh Penulis, maka tujuan penelitian ini antara lain;

1. Mengetahui apa saja kosakata yang memiliki medan makna dengan universitas.

2. Mengetahui terjemahan kosakata tersebut jika berada pada konteks penggunaannya.

1.4 Manfaat Penelitian

(13)

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang Penulis gunakan dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskripsi analitis yaitu, dengan memaparkan dan mengaplikasikan teori-teori yang berkenaan dengan judul Penulis sehingga mencapai maksud dan tujuan penelitian ini. Data diperoleh dari kata-kata yang memiliki medan makna dengan kata universitas, kemudian dianalisis bagaimana penggunaannya pada konteks.

Dalam Penulisan penelitian ini Penulis merujuk buku-buku semantik seperti Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Chaer, 2002), Pesona Bahasa

(Kushartanti, dkk, 2007), Semantik Leksikal (Pateda, 2010), Teori Semantik

(Parera, 2004), „Ilmu Ad-Dilalah (Umar, 1982), dan Pengantar Semantik

(Ullmann, 2009). Penulis Juga merujuk buku-buku yang berkaitan tentang teori penerjemahan, medan makna, komponen makna, dan kolokasi. Untuk pengambilan contoh kosakata medan makna universitas dalam konteks, Penulis mengambilnya dari internet yang bersumber dari berita di Timur Tengah. Untuk menerjemahkan contoh-contoh tersebut, Penulis menggunakan Kamus Al-„Ashry,

Kamus Al-Munawwir, dan Mu‟jam Al-Hafiz Lil Mutashahibat. Dalam memperoleh data Penulis juga menggunakan library research (studi pustaka), yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Sementara itu, dalam Penulisan skripsi ini, Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press 2007.

1.6 Sistematika Penulisan

(14)

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika Penulisan. Bab ini sangat penting karena ini menjadi awal langkah penelitian ini.

Bab II berisikan pembahasan penerjemahan, diksi dalam penerjemahan pemerolehan makna dalam penerjemahan, teori medan makna, komponen makna, langkah analisis komponen makna, hambatan ketika analisis komponen makna, kolokasi, dan kombinasi variasi kolokasi bahasa Arab. Bab ini sebagai pisau analisis pada bab III dan bab IV.

Bab III pada bab ini berisikan kosakata medan makna universitas yang tetentu, kemudian dianalisis komponen maknnanya dengan menggunakan analisis biner. Pada bab ini terdapat juga ciri pembedadan ciri bersama.

Bab IV merupakan bab analisis kosakata medan makna universitas pada konteks penggunaannya.

(15)

6

BAB

II

2

KERANGKA TEORI

2.1 Penerjemahan Secara Umum 2.1.1 Definisi Penerjemahan

Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda-beda. Nida dan Taber sebagaimana yang dikutip Frans Sayogie mengemukakan bahwa penerjemahan adalah “consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style” (suatu upaya mengungkapkan kembali pesan dan suatu bahasa ke dalam bahasa lain).7

Brislin memberikan definisi yang lebih luas, seperti yang dikutip Sayogie bahwa penerjemahan adalah memindahkan pikiran atau ide dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik bahasa itu merupakan tulis atau lisan, baik bahasa itu tersusun secara ortografi ataupun standar, ataupun bahasa itu merupakan bahasa isyarat untuk orang tuli.8 Suhendra Yusuf juga memberikan definisi yang sama yaitu bahwa terjemah adalah kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal atau non verbal dari bahasa sumber ke dalam informasi bahasa sasaran.9

Dari definisi-definisi di atas Penulis menyimpulkan bahwa (1) penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran,

7 Frans Sayogie,

Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 7

8

Ibid., h. 9

9Suhendra Yusuf,

Teori Penerjemahan: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan

(16)

(2) penerjemahan adalah upaya mengalihkan bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran baik vebal atau pun non verbal, (3) yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang.

2.1.2 Pemerolehan Makna dalam Penerjemahan

Untuk memperoleh makna dalam penerjemahan, Syihabuddin dalam hal ini mengutip pernyataan Hasan yang menegaskan bahwa tujuan penerjemahan adalah memberikan pemahaman makna yang ada dari bahasa sumber (Bsu). Kesulitan dalam memperoleh makna muncul ketika menentukkan makna dari struktur Bsu yang memang berbeda dengan struktur yang ada di bahasa sasaran (Bsa). Kesulitan juga muncul karena keragaman makna yang membuat penerjemah harus memilih makna dengan tepat dan benar. Karena itu Syihabuddin menjelaskan bagaimana memperoleh makna dalam proses penerjemahan yaitu dengan cara analisis struktur, analisis leksikal, dan analisis kontekstual. Berikut penjelasan cara ketiga analisis tersebut;10

Analisis struktural berkaitan dengan penelaahan dua hal pokok yaitu, analisis morfologis dan analisis sintaksis. Pada analisis morfologis, penerjemah harus memahami tiga hal berikut:

Pertama, kata-kata itu memiliki sekumpulan makna morfologis seperti nominal, verbal, ajektifal, dan preposisional. Kedua, makna-makna morfologis tersebut telah disajikan melalui konstruksi yang beragam. Konstruksi ini terdiri atas dasar kata (mujarrad), kata yang telah mengalami afiksasi (mazid), dan kata dengan morfem zero. Ketiga, konstruksi-konstruksi itu berhubungan satu sama lain, baik hubungan persesuaian maupun pertentangan.

10

(17)

Analisis sintaksis didasarkan pada empat hal, yakni; pertama, sekelompok makna sintaksis yang umum. Kelompok ini diistilahkan dengan makna kalimat, misalnya kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat aktif, dan kalimat pasif. Kedua, sekelompok makna sintaksis yang khusus. Makna ini terdapat pada setiap konstituen atau unsur pembentuk kalimat, misalnya makna objektif, agentif, dan

idhafah. Ketiga, hubungan di antara makna-makna konstituen pada kalimat, misalnya hubungan predikatif antara subjek dan predikat, atau antara verba dan pelakunya. Jenis hubungan ini ialah isnad (predikatif), takhsis (pengkhususan),

nisbah (atribut), dan taba‟iyah (subordinatif). Keempat, bahan-bahan yang dihasilkan dari analisis morfologis seperti harakat, huruf, kategori, dan infleksi.

Proses di atas akan menghasilkan makna fungsional bagi sebuah kalimat. Proses ini harus dilanjutkan pada analisis leksikal sebagai tahap kedua dari proses penemuan makna. Sebagaimana kita ketahui bahwa makna leksikal itu beragam dan memiliki banyak kemungkinan, tetapi makna yang dikehendaki oleh konteks kalimat hanya satu.

Tahap ketiga adalah analisis kontekstual, dalam analisis ini penerjemah perlu memperhatikan status individu dalam masyarakat, peran individu dalam melakukan tindak tutur, dan tujuan dari tindakannya itu. Pemahaman status individu sangat penting dalam menentukkan makna. Karena sebuah kata atau ugkapan terkadang berbeda maknanya sesuai kedudukan seseorang. Jika ungkapan “Dia banyak minum” ditujukan kepada anak, berarti anak banyak

(18)

Peran individu merujuk pada kedudukannya sebagai pembaca, Penulis, pendengar, pembicara, pembicara, penceramah, dan lain-lain. Sementara itu, tujuan tindak tutur mengacu pada dua tujuan tindak berbahasa, yaitu berinteraksi dan berekspresi. Tujuan interaksi menekankan tujuan pembicaraan untuk mempengaruhi pihak lain, sedangkan tujuan ekspresi menekankan pengungkapan sikap individu semata. Jelaslah bahwa makna semantis merupakan produk dari analisis fungsional, analisis leksikal, dan analisis kontekstual.

2.1.3 Diksi dalam Penerjemahan

Dalam kegiatan menerjemahkan setelah penerjemah mendapatkan makna dari Bsu. Mulailah penerjemah menggunakan kosakata-kosakata yang mereka punya guna untuk memilih diksi yang tepat dan baik. Jangan sampai pembaca lebih memilih membaca teks asli karena pembaca tidak mengerti maksud dari hasil terjemahan kita. Dalam proses menerjemahkan penerjemah akan banyak menemukan masalah dalam memilih diksi yang tepat dan baik. Moch. Syarif Hidayatullah mengemukakan lima tingkat masalah dalam memilih diksi, yaitu,

literal (harfiah), syntactical (tata bahasa), idiomatical (peribahasa), aesthetical

(kesustraan), dan ethical (kesusilaan).11 Untuk lebih jelas akan dipaparkan satu persatu:

1) Literal (Harfiah)

Pada tingkat ini penerjemah menerjemahkan kata atau kalimat secara apa adanya yang ada di dalam kamus. Penerjemahan ini juga dapat digunakan selama penggunaannya tidak menyimpang dari pesan bahasa sumber. Contohnya kata ء dalam bahasa Indonesia jika

11 Moch.Syarif Hidayatullah,

Tarjim al-An: Cara Mudah menerjemahkan Arab-Indonesia,

(19)

diterjemahkan secara harfiah mempunyai arti „haid atau menstruasi‟ mempunyai komponen makna (+DARAH), sedangkan pada konteks lain ada yang mendefinisikan kata tersebut „suci‟, yang memiliki komponen makna (-DARAH). Di sini terjadi perbedaan makna. Tetapi perbedaan makna ini tidak dapat dielakkan. Penerjemahan tingkat ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh makna.

2) Syntactical (Tata Bahasa)

Pemilihan kata pada tingkat ini, penerjemah benar-benar memperhatikan tata bahasa sumber. Contohnya pada kalimat ش َ

ف حَ َن َ شminumlah dari air laut‟ selama kamu tinggal di tempat ini‟. Terjemahan ungkapan َ َ َ ش secara tata bahasa memang benar tetapi maksud atau pesan tidak benar. Untuk itu, di sinilah peran penerjemah guna mentransfer informasi yang benar dan baik kepada pembaca. Terjemahan di atas bisa kita terjemahkan „berbuatlah sesuka hatimu selama kamu tinggal di tempat

ini‟.

3) Idiomatical

Pemilihan kata berdasarkan kesepadanan idiom. Pada tingkat ini penerjemah harus menangkap pesan dari suatu ungkapan yang merupakan idiom. Pada tingkat ini penerjemah tidak lagi menerjemahkan secara harfiah dan tata bahasa. Penerjemah pun harus jeli menangkap pesan dari suatu kalimat.Contohnya: ف

(20)

maka siap-siap. Padahal, pesan yang ingin disampaikan setara dengan idiom sedia payung sebelum hujan.

4) Aesthetical (Kesustraan)

Pemilihan kata pada tingkat ini benar-benar harus memperhatikan nilai kesastraan, seperti konotasi dan irama. Contohnya pada kasus syair Imam Syafi‟i, yaitu:

ش ف ء ش

ا ه

Jika syair ini diterjemahkan secara apa adanya maka tidak akan tampak aspek kesastraannya. Contohnya:

Aku mengadu kepada Waki‟ tentang jeleknya hafalanku, Maka ia menasehatiku untuk meninggalkan maksiat Dan mengabarkanku bahwa ilmu itu cahaya

Dan cahaya Allah tidak ditujukan kepada orang-orang bermaksiat.

Terjemahan di atas belum terlihat nilai kesastraannya. Lain hal jika teks itu diterjemahkan secara aesthetical, maka terjemahannya akan sangat baik dan indah. Seperti terjemahan Moch. Syarif Hidayatullah ketika menerjemahkan syair ini;

Kuadukan kepada Waki‟

Buruk sekali hapalanku Jauhi maksiat saja katanya Ilmu itu cahaya

(21)

Dari kedua terjemahan di atas, terlihat terjemahan yang tidak mengandung nilai sastra dan terjemahan yang mengandung nilai sastra. Dari sinilah, penerjemah harus mampu menerjemahkan ungkapan yang bernilai sastra diterjemahkan dengan terjemahan yang bernilai sastra pula. Agar pembaca menikmati karya dan maksud dari pengarang. 5) Ethical (Kesusilaan)

Pada tingkat ini, penerjemah tidak hanya mampu memilih diksi dalam tingkat kesastraan, juga harus mampu memilih kata yang baik sesuai pada prinsip kesopanan dan etika dalam bahasa sasaran, apalagi bahasa Indonesia yang sangat menjujung tinggi nilai kesopanan. Sebagai contoh lebih tepat diterjemahkan „orang yang terbelakang pertumbuhan mentalnya‟ dari pada diterjemahkan „orang idiot‟, karena terjemahan itu lebih etis dan lebih sopan.

2.2 Medan Makna

Penerjemah tidak hanya membutuhkan kamus dalam menentukkan makna. Penerjemah harus memperhatikan makna yang dikandung dalam sebuah kata agar tidak salah dan menyimpang. Pada proses itu, penerjemah dapat menggunakan teori-teori medan makna. Medan makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan

(22)

tumpang tindih.12 Ullmann dalam hal ini juga mengutip konsep Trier yang merincikan tentang medan-medan sebagai sektor-sektor kosakata yang sangat erat terajut. Dalam rajutannya sebuah bidang tertentu dapat dibagi-bagi, digolong-golongkan dan diorganisasikan sedimikian rupa sehingga setiap elemen membantu membatasi elemen-elemen lainnya yang berdekatan dan tiap elemen dibatasi dengan elemen-elemen tersebut.13

Sementara itu, Chaer mendefinisikan medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu medan makna.14

Kata-kata atau leksem-leksem yang diklasifikasikan dalam satu medan makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok

medan kolokasi dan medan set. Medan kolokasi menunjukkan pada hubungan yang sintagmatik yang terdapat di antara kata-kata atau leksem-leksem atau unsur-unsur leksikalnya, misalnya kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan

tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, yaitu satu tempat atau lingkungan yang sama yang berkenaan dengan lingkungan kelautan. Sementara itu, medan set menunjukkan pada hubungan yang paradigmatik karena kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok medan set bisa saling disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai

12

J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), edisi kedua, h. 139-140

13

Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 3001-301

14

(23)

kelas kata yang sama, dan merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam medan set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota set yang lainnya. Seperti kata remaja dan sejuk. Kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanak-kanak menuju dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu di antara dingin dan hangat.

Pateda memberi konsep tentang fitur medan makna dapat dilihat dari beberapa segi, (1) bentuk atau ukuran, (2) tingkat-tingkat dalam hirearki, (3) keanggotaan kata, (4) kebermacaman kata, dan (5) lingkungan kata semuanya dapat dikelompokkan menjadi; entitas atau objek, kegiatan, abstraksi termasuk di situ kualitas dan penghubung.15

Medan makna merupakan sekelompok kata-kata yang maknanya saling berhubungan maka kata-kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut hiponim contohnya: kata tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga, durian, tomat, jagung, kelapa. Kata bunga juga memiliki hiponim: bugenfil, kamboja, tulip dan lain-lain.16

Mukhtar Umar mengemukakan bahwa kumpulan kata-kata yang kecil dapat membentuk satu medan makna jika memiliki hubungan makna antar satu sama lain sebelum kita menganalisis ke tahap komponen makna untuk setiap kata.17

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa medan makna adalah seperangkat makna yang memiliki komponen makna umum yang sama. Dalam hal ini, Penulis lebih condong pada pernyataan Pateda bahwa

15

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) edisi ke-2, h. 256

16

Ibid., h. 257

17 Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Ad

(24)

kosakata suatu bahasa sebenarnya bukanlah berupa sejumlah kata yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi semuanya saling berhubungan dan memiliki medan maknanya. Namun tidak semua medan makna ada superordinatnya.18

2.3 Komponen Makna

Telah dipaparkan pada pembahasan medan makna bahwa kata-kata saling berhubungan dan mempunyai jaringan makna. Kata-kata tersebut ada yang berdekatan maknanya, ada yang mirip, ada yang berjauhan, ada yang sama, dan ada juga yang bertentangan. Untuk mengetahui makna tersebut kita dapat menggunakan analisis komponen.

Komponen makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan ا . Dalam studi Antropologi, para antropolog pun berusaha melakukan satu analisis komponen kata-kata yang menyatakan nisbah keluarga. Wallace dan Atkins (1960) mendiskripsikan tiga komponen semantik tentang nisbah keluarga Amerika Serikat: seks, generasi, dan garis hubungan.19

Sama halnya dengan medan makna, Chaer juga mengemukakan setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal itu terdiri dari sejumlah komponen yang dinamakan komponen makna, yang membentuk keseluruhan makna kata, leksem, atau butir leksekal tersebut. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.20

18

Ibid.,h. 258

19 J.D. Parera,

Teori Semantik, h.158

20

(25)

Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur tersebut. Untuk menganalisis komponen makna, analisis kata yang memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda minus (-). Konsep analisis ini lazim disebut analisis biner yang oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain. Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna: [+INSAN], [+DEWASA], [+JANTAN], dan [+KAWIN]; dan ibu mengandung komponen makna; [+ INSAN], [+DEWASA], [-JANTAN], dan [+KAWIN].

Dalam hal pembeda makna, Pateda melihat bahwa perbedaan makna diakibatkan dari perubahan bentuk yang terbatas pada derivasi leksemnya, karena itu tiap makna memiliki makna dasar. Pembeda makna akan terjadi karena perbedaan bentuk dan perubahan bentuk.

Perbedaan bentuk mengakibatkan perbedaan makna dan perubahan bentuk mengakibatkan hubungan makna. Contohnya, kata melihat dan melompat kedua kata ini memperlihatkan tidak ada hubungan makna. Untuk dapat menganalisis komponen makna seseorang perlu mengetahui hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata. Misalnya kata melompat dan melompat-lompat

mempunyai hubungan makna dan perbedaan makna, sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya jika kata melompat dibandingkan dengan kata

(26)

Komponen pembeda makna akan jelas apabila diketahui komponen makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan suatu makna kata.21

2.3.1 Langkah Analisis Komponen Makna

Dalam menganalisis komponen makna, diperlukan langkah-langkah tertentu. Pateda menyebutkan enam langkah untuk menganalisis komponen makna:22

1) Menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam makna tersebut. Misalnya, dalam kriteria marah terdapat leksem

„mendongkol‟, „menggerutu‟,„mencaci maki‟, dan ‟mengoceh‟.

2) Mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya. Misalnya, untuk kata ayah terdapat ciri spesifik antara: [+INSAN], [+JANTAN], [+KAWIN], dan [+ANAK].

3) Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain. Misalnya, ciri „kelamin perempuan‟ dapat digunakan untuk kata ibu, kakak perempuan, adik perempuan, bibi dan nenek.

4) Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata. Misalnya untuk kata ayah terdapat komponen diagnostik „jantan‟, satu turunan di atas ego.

5) Mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama.

6) Mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk matriks.

21 Mansoer Pateda,

Semantik Leksikal, h. 261

22

(27)

2.3.2 Hambatan Analisis Komponen Makna

Dalam menganalisis komponen makna, terdapat juga beberapa kesulitan atau hambatan. Pateda menjelaskan beberapa hambatan sebagai berikut;

1) Lambang yang didengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstralinguistik.

2) Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya untuk setiap disiplin ilmu. Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi ada pada bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu memiliki medan yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan disiplin ilmu tersebut.

3) Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda.

4) Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk dideskripsikan. Misalnya:

liberal, sistem.

5) Leksem yang bersifat dieksis dan fungsional sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: ini, itu, dan, di.

6) Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: binatang, burung, ikan, manusia.23

Abdul Chaer menambahkan bahwa dari pengamatan terhadap data unsur-unsur leksikal ada tiga hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan analisis komponen makna.

1) Ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau umum, sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih

23

(28)

bersifat umum dan netral karena dapat termasuk pria dan wanita sedangkan kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai wanita. Unsur leksikal yang bersifat umum seperti kata tersebut dikenal sebagai anggota yang tidak bertanda dari pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini diberi tanda 0 atau ±. 2) Ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena

memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara lain kata-kata yang berkenaan dengan warna.

3) Seringkali kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus. Umpamanya ciri [jantan] dan [dewasa] mana yang lebih bersifat umum. Keduanya dapat ditempatkan sebagai unsur yang lebih tinggi dalam diagram yang berlainan. Ciri-ciri semantik ini dikenal sebagai ciri-ciri penggolongan silang.

2.4 Kolokasi

Saifullah Kamalie mengemukakan bahwa Istilah kolokasi dipopulerkan oleh linguis Inggris Firth dengan slogan yang terkenal “you shall judge a word by the company it keeps”. Mengutip pendapat Firth, Kamalie menjelaskan bagaimana kajian „Meaning by Collocation‟ dapat memberikan kontribusi pada pendekatan makna kata baik secara formal maupun secara kontekstual sebagai kebalikan dari pendekatan secara konseptual.24

24

(29)

Definisi lain diberikan oleh Abu Al-`Azm yang dikutip oleh Saifullah Kamalie:

ف أ ، أ أ ، ف أ غ

اا ث ، أ غ

ا ف ث

(Satuan bahasa yang bermula dengan kata benda atau kata kerja, terdiri dari dua perkataan atau lebih, dari keterikatan satu dengan yang lainnya itu membentuk sebuah makna baru yang berbeda sama sekali dari makna asal dari setiap perkataan tersebut secara sendiri-sendiri, sehingga makna baru tersebut berubah menjadi makna sosial, politik, budaya, kejiwaan dan peristilahan).25

Definisi lain diberikan oleh Harimurti yang dikutip oleh Kushartanti dkk, bahwa kolokasi adalah asosiasi atau pendampingan secara tetap suatu leksem.26 Dari definisi di atas, Penulis menyimpulkan kolokasi adalah keterikatan atau pendampingan kata yang menimbulkan makna baru. Contohnya kata ث memiliki makna asalnya „mencari‟, tetapi jika didampingi kata lain maka maknanya akan berubah, contohnya kata ث jika didampingi preposisi ف bermakna „belajar‟, dan jika berdampingan dengan kata bermakna „riset‟.27

Dalam bahasa Arab ada beberapa kombinasi untuk membentuk kolokasi, Al-Tahir A. Hafiz merumuskan kombinasi tersebut sebagai berikut;

25

Ibid., 26

Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa: Langkah Awal

Memahami Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.141

27 Al-Tahir A. Hafiz, Mu jam al

(30)

1) Kombinasi verba ( ف) + nomina ( ), dimana nomina dapat berupa subjek, objek, tempat. contohnya kata bermakna „membebaskan‟ + bermakna„tanggungan, jaminan‟ ketika digabungkan dalam satu kalimat ض memiliki makna „Hakim membebaskan jaminan tertuduh‟

2) Kombinasi verba + frasa preposisi, dimana nomina bertindak sebagai objek tak langsung. Contohnya أ „mengendurkan tali kekang‟

3) Kombinasi verba + frasa preposisi, dimana frasa tersebut menjadi kata keterangan (adverbial). Contohnya أ„menanggung beban‟ 4) Kombinasi verba + frasa nominal ( ف ض ), dimana nomina bertindak sebagai adverbia. Contohnya „menghubungi dengan telpon telegram‟

5) Kombinasi verba+ konjungsi + verba, biasanya verba itu bersinonim. Contohnya bermakna „keturunan‟

6) Nomina + nomina, ini dalam konstruksi ف ض. Contohnya ا bermakna „weekend

7) Nomina + konjungsi + nomina. Contonya bermakna „import dan eksport‟

8) Nomina + adjektifa, contohnya ا nomina ا yang

bermakna „pembenaran, pengislahan‟ + adjektif yang bermakna

(31)

9) Nomina + frasa preposisi, contonya nomina yang bermakna „perjuangan‟ berdampingan dengan frasa preposisi

yang bermakna „atas kekuasaan‟. Jika kita gabungkan keduanya akan bermakna „perjuangan terhadap kekuasaan‟

10) Nomina + preposisi, contohnya ف غ „menyukai‟ 11) Adjektif + nomina, contonya „will power'

12) Adjektif + frasa adverbial, dimana frasa adverbial mengandung preposisi + nomina, contohnya „sedikit uangnya‟

Dari kombinasi-kombinasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang inflektif, yaitu bahasa yang mempunyai sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan pembentukan kata baru maupun sesuai dengan fungsi sintaksis tiap kata.28 Inilah yang merupakan tugas penerjemah untuk memahami budaya bahasa sumber dalam hal ini bahasa Arab.

28 Aziz Fahrurrozi dan Muhajir,

Gramatika Bahasa Arab, (Jakarta: Lembaga Penelitian

(32)

23

BAB III

3

KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS

3.1 Analisis Kosakata Medan Makna Universitas

Sebagaimana tertera pada bab sebelumnya, pada bab II diterangkan teori tentang medan makna juga komponen makna. Pada bab III ini Penulis menganalisis kosakata medan makna universitas dengan analisis komponen maknanya dengan menggunakan analisis biner yaitu memberikan tanda plus (+) jika kata tersebut memiliki komponen maknanya dan minus (-) jika kata tersebut tidak memiliki komponen maknanya. Telah dibahasa di bab I, Penulis hanya menganalisis kosakata tertentu yang memiliki jangkauan makna dengan universitas. Untuk itu Penulis akan membahas satu persatu kosakata tersebut:

3.2 Kosakata Medan Makna Universitas yang Berakal 3.2.1 Komponen Makna Rektor

Kata rektor dalam bahasa Arab umumnya disebut yang merupakan frasa nominal, karena dibentuk oleh 2 nomina, yaitu yang berarti „pimpinan‟ dan yang bermakna „universitas‟. Kata ini memiliki komponen makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT FISIK DAN MENTAL], [± LAKI-LAKI], [+ CERDAS], [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+PINTAR],

[+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN], [+JUJUR], [+AMANAH],

[+TANGGUNG JAWAB], [+PIMPINAN SEBUAH UNIVERSITAS].

3.2.2 Komponen Makna Dekan

(33)

makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT FISIK DAN MENTAL], [±LAKI-LAKI], [+CERDAS], [+BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+PINTAR], [+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN], [+TANGGUNG JAWAB], [+PIMPINAN SEBUAH FAKULTAS].

3.2.3 Komponen Makna Dosen

Dosen adalah tenaga pengajar tingkat universitas, dalam bahasa Arab dosen umumnya disebut yang bermakna „guru universitas‟. Kata ini memiliki komponen makna [+ MANUSIA], [+ DEWASA], [± LAKI-LAKI], [+ CERDAS], [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+ PINTAR], [+ JUJUR], [+ AMANAH], [+ TANGGUNG JAWAB], [+ MAMPU MENGAJAR], [+ MAMPU BERKOMUNIKASI DUA ARAH], [+ PENGAJAR DI SEBUAH UNIVERSITAS].

3.2.4 Komponen Makna Mahasiswa atau Mahasiswi

Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.29 Mahasiswa atau Mahasiswi dalam bahasa Arab adalah yang bermakna “pencari” yang merupakan isim fa‟il dari yang salah satu maknanya „mencari, meminta‟. Kata ini memiliki komponen makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [± LAKI-LAKI], [+BELAJAR DI UNIVERSITAS], [+KRITIS], [+AKTIF], [+DINAMIS].

29 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,

(34)

3.3 Kosakata Medan Makna Universitas (Tak Berakal) 3.3.1 Komponen Makna SKS

Kata SKS singkatan dari satuan kredit semester, adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa.30 Jika ingin menyelesaikan sarjananya mahasiswa harus menyelesaikan SKS sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh universitas masing-masing. SKS dalam bahasa Arab adalah

yang merupakan frasa adjektifal karena terdiri dari nomina „jam‟ dan ajektifa „tertentu‟. Kata SKS ini memiliki komponen makna [+BOBOT NILAI], [+ANGKA], [+BERADA DALAM KRS] [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+TIAP MATA KULIAH MEMPUNYAI JUMLAH SKS TERTENTU], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA TIAP SEMESTER].

3.3.2 Komponen Makna KRS

KRS singkatan dari kartu rencana studi, kartu yang berisi rencana (konsep) mata kuliah yang akan ditempuh pada semester yang akan datang untuk memperoleh persetujuan dosen Pembimbing Akademik (PA). Kartu rencana studi diisi dan didaftarkan pada setiap awal semester. Umumnya mahasiswa mengajukan KRS guna untuk kelancaran perkuliahan.31 KRS dalam bahasa Arab adalah merupakan bentuk jamak (plural) dari kata yang bermakna „langkah/rencana‟. Kata KRS ini memiliki komponen makna [+KARTU], [+HURUF], [+ANGKA], [+GARIS-GARIS], [+FORM], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA TIAP

30

Hamid Nasuhi dan Arief Subhan, Pedoman Akademik 2008-2009, (Jakarta: Biro Administrasi Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 47

31http://www.inti.ac.id/stmikinti/index.php?Itemid=98&id=48&option=com_content&ta

(35)

SEMESTER], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+ BERISI LIST MATA KULIAH DAN SKS]

3.3.3 Komponen Makna Fakultas

Fakultas adalah bagian administratif daripada sebuah universitas. Namun secara umum fakultas diartikan sebagai sebuah devisi dalam sebuah universitas yang terdiri dari suatu area subyek, atau sejumlah bidang studi terkait, merupakan sarana pelayanan mahasiswa belajar.32 Setiap universitas memiliki fakultas yang bermacam-macam. Fakultas dalam bahasa Arab adalah .

Jika kata ini diserap dalam bahasa Indonesia „kuliah‟ bermakna kegiatan

yang dilakukan mahasiswa. Kata ini memiliki komponen makna [+BANGUNAN], [+ADA BANYAK RUANGAN], [+SARANA DAN PRASARANA PERKULIAHAN MAHASISWA], [ADA DI UNIVERSITAS], [+NAMANYA BERDASARKAN BIDANG STUDI TERKAIT].

3.3.4 Komponen Makna Jurusan

Program studi merupakan pilihan mahasiswa ketika ingin memasuki gerbang universitas, jurusan ini dipilih calon mahasiswa sesuai keinginannya dan kemampuannya. jurusan dalam bahasa Arab adalah yang bermakna „bagian‟. Kata ini memiliki komponen makna [+MEMILIKI BEBERAPA BIDANG STUDI], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+MEMPUNYAI KONSENTRASI TERTENTU].

32

(36)

3.3.5 Komponen Makna Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Skripsi, Tesis, dan Disertasi adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan dalam karangan, untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada universitas atau karangan ilmiah yang ditulis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada suatu universitas.33

Umumnya dalam bahasa Arab skripsi berpadanan dengan ث yang bermakna “research atau penelitian, tesis berpadanan dengan dan disertasi atau َ. Kata ini memiliki komponen makna [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+KERTAS], [+TULISAN], [+GAMBAR], [+TABEL], [+KARYA MAHASISWA], [+PENELITIAN], [+PEMIKIRAN], [+TEORI], [+ANALISIS], [+DATA], [+MASALAH], [+KESIMPULAN].

3.3.6 Komponen Makna Beasiswa

Beasiswa adalah bantuan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar biasanya berupa sejumlah uang.34 Kata beasiswa dalam bahasa Arab diterjemahkan . Komponen makna beasiswa adalah [+BANTUAN], [+TUNJANGAN], [+MATERI], [+FASILITAS], [+KERINGANAN], [+UNTUK PELAJAR], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS].

33

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.851

34 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,

(37)

3.3.7 Komponen Makna Mata Kuliah

Mata kuliah adalah satuan pelajaran yang diajarkan (dikuliahkan) di tingkat universitas. Dalam bahasa Arab umumnya disebut yang salah satu maknanya adalah „materi‟. kata ini mempunyai komponen makna [+SATUAN PELAJARAN], [+ADA NILAI SKSNYA], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+ADA UJIANNYA], [+ADA HASILNYA].

3.3.8 Komponen Makna Indeks Prestasi

Indeks Prestasi adalah Penilaian keberhasilan seorang mahasiswa yang dinyatakan dengan nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi. Indeks Prestasi dihitung pada setiap akhir semester.35 IP dalam bahasa Arab diterjemahkan

Memiliki komponen makna [+ANGKA], [+NILAI], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA] [+KUMPULAN SKS], [+HASIL NILAI KUMPULAN MATA KULIAH], [+BOBOT MATA KULIAH], [+NILAI MAKSIMAL 4 (EMPAT)], [+DIKELUARKAN PADA SETIAP SEMESTER], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS].

3.3.9 Komponen Makna BEM

BEM adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat Universitas atau Institut. Dalam melaksanakan program-programnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen.36 BEM singkatan dari badan eksekutif mahasiswa. Dalam bahasa Arab diterjemahkan

ا . BEM memiliki komponen makna [+ORGANISASI MAHASISWA],

35

http://baak.unikom.ac.id/evaluasi/ip.html diakses pada tanggal 27-Maret-2011 pukul 15:44 WIB

36http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Eksekutif_Mahasiswa diakses pada tanggal

(38)

[+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN], [+ HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS].

3.3.10 Komponen Makna UKM

UKM adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para anggotanya. lembaga ini merupakan partner organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti Senat Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas.37 UKM adalah unit kegiatan mahasiswa yang terjemahannya dalam bahasa Arab adalah ا ا . UKM memiliki komponen makna [+ORGANISASI MAHASISWA], [+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN MAHASISWA], [+BERBAGAI BIDANG], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS].

3.3.11 Komponen Makna Sarjana

Sarjana adalah orang pandai (ahli ilmu pengetahuan) yang akan memiliki gelar strata satu, dua, dan tiga sesuai yang ia capai setelah menamatkan pendidikan tingkat terakhirnya di universitas.38 Gelar sarjana dalam bahasa Arab berbeda-beda. Untuk sesorang yang menyelesaikan S1 bahasa Arabny adalah , untuk seseorang yang menyelesaikan S2 gelarnya , dan untuk seseorang yang telah menyelesaikan S3 gelarnya . Untuk orang yang disebut sarjana yaitu . Memiliki komponen makna [+GELAR], [+DIPEROLEH SETELAH LULUS DARI UNIVERSITAS].

37

http://id.wikipedia.org/wiki/Unit_Kegiatan_Mahasiswa diakses pada tanggal 27-Maret-2011 pukul 15:49 WIB

38 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,

(39)

3.4 Ciri Bersama

Setiap kosakata di atas pasti memiliki ciri bersama yang menjadikannya memiliki jaringan makna dengan universitas. Ciri kosakata medan makna universitas yang berakal antara rektor, dekan, dosen, mahasiwa/mahasiswi memiliki ciri bersama yaitu; [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT MENTAL DAN FISIK], [±LAKI-LAKI], [BERADA DI UNIVERSITAS]. Untuk kata rektor dan dekan dalam ciri yang spesifik hampir memiliki ciri bersama yaitu; [+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN]. Antara rektor, dekan, dan dosen juga memiliki ciri bersama yaitu; [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+ PINTAR], [+ JUJUR], [+ AMANAH], [+ TANGGUNG JAWAB].

Seluruh Kosakata medan makna yang tak berakal juga mempunyai ciri bersama yaitu [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. Antara SKS, KRS, dan IP memiliki ciri bersama juga yaitu [+ANGKA], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA]. Antara BEM dan UKM memiliki ciri bersama lainnya yaitu; makna [+ORGANISASI MAHASISWA], [+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN],

3.5 Ciri Pembeda

(40)
(41)

32

BAB IV

4

ANALISIS KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS

PADA KONTEKS KALIMAT

4.1 Kata ي dalam Konteks Kalimat

Kata di kamus memilki makna dasar „kepala, direktur, manager‟.39 Makna ini adalah makna dasar yang belum diletakkan dalam konteks. Berbeda jika kita meletakkan kata ini dalam konteks dan membentuk frasa nominal (

ف ض) menjadi . Frasa ini dapat kita terjemahkan „kepala universitas, pimpinan universitas, atau ketua universitas‟. Secara harfiyah terjemahan tersebut memang tidak salah, tetapi terjemahan tersebut kurang tepat.

Setiap bahasa memiliki kebudayaan masing-masing dan di sinilah terjadi pergeseran budaya antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menyebut seorang „pimpinan universitas‟ dengan kata „rektor‟. Kata rektor di sini merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa latin yang berasal dari bahasa latin regera yang berarti guru. Dalam budaya lain penggunaan rektor tidak hanya bermakna „pimpinan sebuah universitas‟. Dalam sudut pandang agama kata rektor pada zaman dahulu dipakai untuk pimpinan agama nasrani (Katolik), dan dalam bidang politik kata rektor juga dipakai untuk Gubenur Romawi yang dikenal dengan Rector Provinciae yang dikenal sejak zaman Suetonius. Kata rektor juga dipakai untuk para pengampu jabatan tertentu di pemerintah negara-negara di

39 Ahmad Warson Munawwir,

Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

(42)

dunia.40 Kata memiliki banyak makna kolokatif, seperti contoh-contoh di

Rektor bertemu dengan perusahaan QS internasional

2) ( ي

س

ا ا ا

Kepala sekolah menasehati murid-muridnya untuk belajar dengan giat dan sungguh-sungguh

Perusahaan “Air Techniques” mengangkat Regional manajer

Australia dan New Zeland

ع ي

غ ا ف

43

(4) General manager Bank bertemu menteri keuangan dan anggaran selama kunjungannya ke Kongo

44 غ ف ك ت ي

(5) Hak administrator dalam pengaturan harta warisan yang kosong

6) (

س ي

ا

Pemuda yang pintar akan menjadi pembawa acara

7)

40http://id.wikipedia.org/wiki/Rektor diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 15:06

WIB

41

http://uqu.edu.sa/404.html diambil tanggal 24-februari-2011 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.15 WIB

42

http://www.akhbaralarab.net/index.php/medicinesciencetech/31855--q-q--- diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.16 WIB

43

http://appablog.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.22 WIB

44

http://www.moj.gov.sd/laws_3/1/19.htm diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.25 WIB

45http://www.shbabwow.com/vb/t6630.html diakses pada tanggal 23 Februari 2011

(43)

Direktur eksekutif dan sekretaris editing yang baru melalui “pergantian” dan "Green Maret"

Contoh pada nomor (1), (2), (5), dan (6) adalah contoh-contoh kata yang berdampingan dengan kata lain dan merupakan frasa nominal ( ف ض ) karena dibentuk dari nomina + nomina. Kolokasi-kolokasi di atas merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina + nomina. Sementara itu, contoh pada nomor (3), (4), dan (7) adalah contoh-contoh kata yang berdampingan dengan kata lain yang merupakan frasa adjektifal ( ) karena dibentuk dari nomina+ adjektif. Kolokasi pada contoh-contoh berikut juga dibentuk dari nomina+adjektif. Adjektif dalam bahasa Arab dapat dibentuk dengan nomina + nisabah.

Perhatikan contoh (1), (2), (3), dan (4). Kata berdampingan dengan kata „universitas‟, „sekolah‟, „regional‟, „umum‟. Pendamping kata-kata dalam tiap konteks kalimat berbeda-beda. Ketika kata berdampingan dengan dalam konteks universitas maka frasa tersebut diartikan „rektor‟ karena pimpinan dalam sebuah universitas adalah rektor. Begitu juga kata yang berdampingan dengan kata dalam konteks sekolah, maka frasa diartikan „kepala sekolah‟.47 Ketika kata berdampingan dengan kata berada dalam konteks perusahaan diartikan „regional manajer‟,48 dan ketika kata yang berdampingan dengan kata dan membentuk frasa

dan frasa tersebut berada dalam konteks yang umum maka frasa tersebut diartikan „general manager‟.49

46

http://www.alarabonline.org/libyatoday/display.asp?fname=\2011\02\02-02\30.htm&dismode=x&ts=2-2-2011%207:30:38 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.55 WIB

47 Ahmad Warson Munawwir,

Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia h.423

48

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675

49

(44)

Begitu juga, kata pada contoh (5), (6), dan (7). Kata berdampingan dengan kata-kata lain dengan konteks yang berbeda pula. Jika kata

berdampingan dengan merupakan bentuk jamak (plural) dari

yang bermakna „warisan‟ dan membentuk frasa jika diterjemahkan

apa adanya „pimpinan warisan-warisan‟ tetapi penerjemahan ini tidak tepat. Frasa ini lebih cocok diterjemahkan „administrator‟50 dan jika kita mencari makna administrator dalam KBBI, kita akan menemukan makna direktur perusahaan, pengurus, penata usaha, penguasa atau pembesar setempat, dan orang yang mempunyai kemampuan memerintah yang sangat baik.51 Begitu juga frasa

, kata bermakna „ upacara-upacara‟.52 Jika diterjemahkan apa adanya „ketua acara-acara, pimpinan acara-acara, atau ketua upacara-upacara‟, terjemahan ini secara harfiyah memang tidak salah, tetapi kurang tepat. Frasa ini lebih tepat bermakna „pembawa acara‟53 karena pimpinan acara-acara adalah pembawa acara. Begitu pula frasa jika diterjemahkan „kepala pelaksana atau ketua pelaksana‟, memang tidak salah tetapi terjemahan „direktureksekutif‟54 lebih tepat jika dilihat pada konteks kalimat pada nomor (7). Inilah tugas penerjemah dalam memilih diksi yang baik, benar, dan tepat.

Contoh-contoh di atas adalah contoh kata yang berdampingan dengan kata-kata lain. Pendampingan kata dengan kata lain yang biasa disebut kolokasi dan konteks kata atau frasa dalam kalimat akan sangat mempengaruhi makna.

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1680

53

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675

54

(45)

bermakna asli „pimpinan, manager, ketua, dan kepala‟ jika kata itu tidak berdampingan dengan kata lain maka kata sulit untuk dianalisis dengan analisis biner dan akan sulit pula mencari medan maknanya. Untuk medan makna universitas maka contoh pada nomor (1) lah yang merupakan salah satu makna yang berkaitan dengan universitas karena kata berdampingan dengan kata yang bermakna „rektor‟.

4.2 Kata ي ع dalam Konteks

Bahasa Arab menerjemahkan dekan dengan , yang merupakan frasa nominal bentukan dari kata yang bermakna „pimpinan‟ dan berdampingan dengan kata yang bermakna “fakultas” dan membentuk konstruksi idhafah. Ini juga termasuk salah satu kolokasi Arab karena merupakan kombinasi dari nomina + nomina yang melahirkan makna baru, yaitu „dekan‟. Kata juga memiliki banyak makna kolokatif jika didampingi kata-kata lain. Seperti contoh-contoh di bawah ini;

(8) ش ي ك ي ع

-أ ،

ف ا

Dr. Muhammad Shaleh selaku dekan fakultas Daer Al -„Ulum Universitas Kairo mengecam peniadaan penyerahan lembar soal kepada mahasiswi yang menolak membuka cadar.

9) (

يس ك س ي ع

ف ف

55http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2010/01/09/93204.html diakses pada

(46)

Kepala korps diplomatik mengemukakan peran Kuwait dalam pelaksanaan proyek-proyek vital di Negara-negara sekitar.

10) ( ت ي ع

أ أ ف

Komentar Redaktur tentang kegagalan tim Saudi untuk lolos ke Piala Dunia.

(11) ئ ي ع

أ

Ketua komite pusat mengunjungi brigadir mantan tahanan Samir Kuntar.

Contoh-contoh pada nomor (8), (9), (10), dan (11) adalah contoh-contoh kata yang bermakna „pimpinan, kepala‟,59 yang berkolokasi dengan kata-kata lain yang membentuk frasa-frasa yang memiliki makna baru akibat konteks yang mempengaruhi makna dasar kata . Ketika kata berdampingan dengan

dalam satu konteks, maka kata tidak lagi bermakna dekan. Tetapi, bermakna „kepala korps diplomatik‟60

karena frasa ini dalam konteks diplomatik. Kolokasi ini dibentuk dari kombinasi nomina + nomina + adjektif dalam konstruksi idhafah. Begitu juga ketika kata berdampingan dengan kata-kata lain pada konteks yang berbeda. Seperti dengan kata yang bermakna

56

http://www.kuna.net.kw/NewsAgencyPublicSite/ArticleDetails.aspx?id=2146937&Lan guage=ar diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 21.10 WIB

57

http://www.aldwaish.com/Videos.htm diakses pada tanggal 27-02-2011 pukul 16:48 WIB

58

http://www.tahrir.info/index.php?option=com_content&view=article&id=143:o-&catid=2:-&Itemid diakses pada tanggal 27 Februari 2011 pukul 19.56 WIB

59

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1324

60

(47)

„penulis-penulis‟,61 maka kata tidak lagi bermakna „ketua penulis-penulis‟ kita cukup menerjemahkan „redaktur‟ agar para pembaca mengerti maksud dari

makna frasa tersebut. Kolokasi ini juga dibentuk dari nomina + nomina dalam konstruksi idhafah. Pada contoh nomor (11), kata dijuluki untuk seorang tentara yang bernama Samir Kuntar, maka kata dalam konteks ini lebih tepat diterjemahkan „brigadir‟.62

4.3 Kata dalam Konteks Kalimat

Bahasa Arab menerjemahkan kata dosen dengan karena sama-sama mengandung pesan „mengajar‟ tanpa melihat status apakah ia mengajar di pendidikan dasar menengah, tinggi baik formal atau nonformal, pesantren, atau universitas. Kata umumnya diartikan sebagai „pengajar atau guru‟63 seperti makna dasarnya. Kata memiliki dua makna yang berbeda jika berada dalam konteks yang berbeda seperti contoh dalam kalimat-kalimat berikut ini:

12) ( أ ِ

ش إ ف

Dosen pertama yang mendapat gelar doktor di UAE

13) ( أ

ِ ف ف

Iskandar Hariq guru Kristen pertama di Najaf

Contoh (12) dan (13) adalah contoh yang hampir sama namun berbeda. Kata ِ pada contoh (12) bermakna „dosen‟ karena konteksnya di universitas sedangkan kata ِ pada (13) berada dalam konteks sekolah. pada kedua contoh

61

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1493

62

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1325

63

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1669

64

http://www.mohammedbinzayed.com/vb/showthread.php?t=63041 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 21.15 WIB

65http://www.masarnews.com/modules.php?name=News&file=article&sid=3758

(48)

di atas kata ِ sama-sama bermakna „pengajar‟, tetapi dalam konteks berbeda bahasa Indonesia mempunyai budaya yang berbeda pula. Pengajar di universitas disebut dengan „dosen‟ sedangkan pengajar di sekolah-sekolah disebut „guru‟. Itulah salah satu perbedaan budaya bahasa Arab dan bahasa Indonesia, bahasa Arab lebih banyak mempunyai kosakata daripada bahasa Indonesia seperti Kata „dosen‟ dalam bahasa Arab dapat diterjemahkan dengan kosakata lain. Tetapi, umumnya diterjemahkan ِ .

4.4 Kata ط / ط dalam Konteks Kalimat

Kata ل ط /بل ط merupakan isim fa‟il dari verba ـ yang bermakna „mencari, meminta, mengundang, menuntut, menginginkan‟.66 Kata „mahasiswa‟ dan kata yang merupakan feminin atau muannats dari yang bermakna „mahasiswi‟. Kata / diartikan mahasiswa atau mahasiswi biasanya jika berada dalam kalimat yang berbau „pendidikan‟. Kata ini juga diterjemahkan sesuai pesan dalam bahasa Indonesia yaitu sama-sama „mencari

ilmu‟. Kata ataupun memiliki banyak makna kolokatif jika didampingi

dengan kata lain dan tidak dalam wilayah „pendidikan‟ seperti contoh-contoh di bawah ini;

Universitas Yarmouk menerima seribu mahasiswa dan mahasiswi Malaysia

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1236

67

(49)

16)

Contoh-contoh pada nomor (14), (15), dan (16) merupakan contoh-contoh kata atau pada konteks. Pada contoh (14) kata atau dalam konteks universitas maka kata-kata tersebut bermakna „mahasiswa dan mahasiswi‟ tidak lagi diterjemahkan dengan makna dasarnya „pencari atau

peminta‟ sedangkan contoh pada nomor (15) kolokasi ini dibentuk dari nomina + nomina yaitu nomina + nomina yang bermakna „nikah‟69 jika kedua nomina tersebut berada dalam satu konteks dan berdampingan akan bermakna

„pelamar‟ yang memiliki komponen makna (+DATANG UNTUK MENIKAHI).

Begitu pula contoh pada nomor (16) merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina + nomina yaitu nomina dan nomina yang bermakna‟pekerjaan, tugas, fungsi, profesi‟.70 Jika kedua nomina ini berada dalam satu konteks maka „pencari kerja‟71 yang memiliki komponen makna (+DATANG UNTUK BEKERJA). Inilah tugas penerjemah dalam menerjemahkan kata atau frasa sesuai konteks agar tidak terjadi kesalahan penerjemahan.

4.5 Kata ع س dalam Konteks Kalimat

Bahasa Arab menerjemahkan SKS dengan yang merupakan frasa adjektifal. Ini merupakan salah satu kolokasi yang dibentuk dari nomina +

68http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=14460c896bb456e4 diakses pada tanggal

27 Februari 2011 pukul 16.50 WIB

69

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1025

70

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1322

71

(50)

adjektif yang membentuk makna baru. Kata tidak lagi bermakna „jam‟72

Pembuatan jam pasir membutuhkan waktu 3 jam penuh

يس ش ع س

٩ 74

(18)

Jam matahari yang lama dibuat oleh Amerika pada tahun 1920 M

فص ع س ش ف

75

(19)

Dia duduk menunggu jam nol dengan perasaan takut yang besar

ع س ث

76

(20)

Jam beker khusus untuk orang yang bangunnya susah

ا أ ي ع س

أ 77

(21)

Kamu melihatku mengenakan jam tangan berwarna merah

(22)

Atabik Ali, Al-Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036

73

http://www.maxforums.net/showthread.php?t=51624&page=1 diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:07 WIB

74

http://www.al-7r.com/vb/t3490.html diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:12 WIB

75 Al-Tahir, Mu jam al

-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, h.172

76

http://www.e-msjed.com/msjed/site/details.asp?topicid=1534 diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:30WIB

77http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=7400334090542a0b diakses pada tanggal

Gambar

Grafika,1998.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada tingkat mikro, diposisikan pada "Rencana Detail Tata Ruang" yang mengatur pemanfaatan blok di kecamatan (Lokpri) yang berbatasan langsung

Packed Red Cell mungkin dapat meningkatkan pasokan hemin sebagai unsur yang diperlukan H.influenza dalam pertumbuhannya.. banyak eritrosit yang ditambahkan, semakin

Selanjutnya data citra MODIS diekstraksi sehingga didapatkan nilai dari jumlah hot spot yang akan digunakan untuk megetahui pola persebaran ttik hot spot yang terjadi.Penelitian

Stabilisasi penderita gawat darurat pada fase pra rumah sakit harus dilakukan secara optimal sesuai kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia, tetapi

16.930.985.137 yang di dapat dari penerapan perencanaan pajak yaitu memberikan kompensasi secara tunai kepada karyawan dalam pos pengobatan dan dokter,

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Gen BMPR-1B dan BMP-15 pada populasi DEG-Lombok bersifat polimorfik , (2) DEG-Lombok dengan genotipe B+/G+

Kekayaan dan kepelbagaian sumber geologi, landskap, flora dan fauna serta kepelbagaian sumber budaya yang diwarisi oleh Kepulauan Langkawi merupakan suatu aset terpenting

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki hobi baik memiliki pola makan baik sebesar 239 siswa 61,4%, namun data yang diperoleh