• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO Dengan Menggunakan Tehnik Analisis Multinomial Logit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO Dengan Menggunakan Tehnik Analisis Multinomial Logit"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Oleh :

Redy Afriyansyah Wibawa

104081002517

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

affect firms status after IPO. The examined factors on this research are firm characteristic including financial ratio, trend of stock price, firm’s fundamental factors. This research applies samples consist of; 47 firms which have positive net income, positive equity value and still listed until 2007; 38 firms which have negative net income from 2004 through 2007 and still listed; 10 firms which have negative net income and negative equity value from 2004 through 2007 and; 21 firms which delisted and merger from 2004 through 2007. Moreover, it is chosen by purposive sampling. The statistic method used to test on research hypothesis is Multinomial Logit Regression. The result show that financial ratio total equity/total assets (TETA), retained earnings/total assets (RETA), net income/total assets (NITA) and total debt/total equity (TDTE) and firms fundamental factors logaritma natural assets (LNASSET) are significant variables to determinate firm status after IPO. This research is consistent with the research conducted by Luciana and Meliza in the year 2003.

   

Keyword : financial distress, financial ratio, trend of stock price, firms fundamental factors, multinomial logit

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status perusahaan pasca IPO. Faktor yang di uji dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan terdiri rasio keuangan, trend harga saham dan faktor fundamental perusahaan. Sampel Peneliti terdiri dari; 47 perusahaan yang konsisten memiliki laba bersih positif, nilai ekuitas positif dan terdaftar sampai tahun 2007; 38 perusahaan memiliki laba bersih negatif dari tahun 2004 sampai tahun 2005 dan masih terdaftar; 10 perusahaan memiliki laba bersih negatif dan nilai ekuitas negatif dari tahun 2004 sampai tahun 2005 dan; 21 perusahaan yang mengalami delisted dan perusahaan yang melakukan merger dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Selanjutnya penentuan sample menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah Regresi Multinomial Logit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan jumlah ekuitas/jumlah aktiva (TETA), laba ditahan/jumlah aktiva (RETA), laba bersih/jumlah aktiva (NITA) dan jumlah hutang/jumlah ekuitas (TDTE) dan faktor fundamental perusahaan logaritma natural assets (LNASSET) merupakan variable yang signifikan untuk memprediksi perusahaan pasca IPO. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Meliza pada tahun 2003.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmanirrohim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya milik Allah azza wajalla, dzat yang kepada-NYAlah kita serahkan semua harapan dan amal. Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah mencurahkan Karunia dan Kasih sayang-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO Dengan Menggunakan Tehnik Analisis Multinomial Logit”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Tauladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya khususnya para pejuang ilmu yang mengamalkan ilmunya dengan penuh keikhlasan.

Pada kesempatan ini Saya sebagai penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung “Semoga Allah SWT memberi balasan yang lebih baik” terutama kepada :

1. Keluarga Tercinta (Kedua Orang Tuaku Almarhum Ayahanda Oleh Solihin dan Ibunda Tati M Kusmiati serta Kakak Tia Andra Wibawa, untuk Ayahanda karena beliaulah semangat menyelesaikan skripsi selalu ada, untuk mamah yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan materiil maupun moril dan A’a Andra yang selalu memotivasi dengan memberikan masukan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(5)

3. Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM sebagai pembantu dekan dan sebagai pembimbing 1 dan kepada Indoyama Nasarudin, SE, MBA sebagai ketua jurusan manajemen dan sebagai pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan pengetahuan yang luas kepada penulis selama perkuliahan.

5. Someone special in my heart “Aida” yang selalu ada dan setia menemani dan memberikan perhatian dikala senang maupun duka tanpa pengorbananMu diri ini tidak mampu mengadapinya seorang diri.

6. Keluarga Bapak Yusuf yang selalu mendoakan dan menyayangiku.

7. Teman-temanku seperjuangan Kelas Manajemen C (Angkatan tahun 2004) yang memberikan arti persahabatan dan kenangan terbaik selama kuliah di FEIS hingga saat ini, PERSAHABATAN ini tidak akan pernah berakhir.

8. Teman-teman di Manajemen Keuangan B walaupun kebersamaan kita sesaat namun pengalaman yang didapat sangat berarti.

Akhir kata semua niat baik dalam menyusun skripsi ini semoga menjadikan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua yang membaca skripsi ini, semoga ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil dari skripsi ini.

Amin...

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Jakarta,

Mei 2009 M Jumadil Tsani 1430 H

(6)

DAFTAR ISI

 

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar... x

Daftar Lampiran ... xi

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) ... 9

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO ... 11

3. Penghapusan Pencatatan Saham (Delisting)... 16

B. Penelitian Terdahulu... 21

C. Kerangka Pemikiran ... 25

(7)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 29

B. Metode Penentuan Sampel ... 29

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 35

E. Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41

B. Kriteria Penentuan Kondisi Perusahaan ... 45

C. Analisis Multinomial Logit... 79

D. Interpretasi ... 83

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Implikasi ... 92

C. Keterbatasan dan Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA... 95

LAMPIRAN

     

 

 

 

(8)

DAFTAR TABEL

3.1 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 1... 31

3.2 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 2... 32

3.3 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 3... 33

3.4 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 4... 34

4.1 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 1 ... 46

4.2 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 2 ... 47

4.3 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 3 ... 48

4.4 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 4 ... 49

4.5 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 1 ... 50

4.6 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 2 ... 51

4.7 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 3 ... 52

4.8 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 4 ... 53

4.9 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 1... 54

4.10 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 2... 55

4.11 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 3... 56

4.12 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 4... 57

4.13 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 1... 58

4.14 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 2... 60

(9)

4.16 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 4... 61

4.17 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 1 ... 63

4.18 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 2 ... 64

4.19 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 3 ... 65

4.20 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 4 ... 66

4.21 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 1... 67

4.22 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 2... 68

4.23 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 3... 69

4.24 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 4... 70

4.25 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 1 ... 71

4.26 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 2 ... 72

4.27 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 3 ... 73

4.28 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 4 ... 74

4.29 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 1 ... 75

4.30 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 2 ... 77

4.31 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 3 ... 78

4.32 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 4 ... 78

4.33 Data yang diproses pada Analisis Multinomial Logit... 80

4.34 Tabel Model Fitting Test... 80

4.35 Tabel Goodness of Fit Test ... 81

(10)

4.37 Hasil Uji Multinomial Logit rasio keuangan, trend harga saham dan

faktor fundamental LNASSET ... 82

4.38 Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi ... 83

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(11)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Pemikiran... 27

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Perusahaan Kelompok 1 Yang Konsisten Memiliki Laba Bersih

Tahun 2006-2007

Lampiran 2: Perusahaan Kelompok 1 Yang Konsisten Memiliki Nilai Ekuitas Positif Tahun 2006-2007

Lampiran 3: Perusahaan Delisted dan Merger Tahun 2004-2007

(13)

A. Latar Belakang

Perusahaan yang berhasil tentu menginginkan memperluas usahanya, mereka akan membutuhkan tambahan modal yang sangat banyak untuk

menambah kapasitas produksinya. Pada saat ini perusahaan akan menjual surat berharga ke masyarakat yang disebut go public. Go public adalah salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam rangka mendapat

tambahan modal usaha. Dibandingkan dengan hutang bank, go public merupakan alternatif yang relatif luwes dan menguntungkan. Keuntungan

tersebut akan sangat dirasakan ketika krisis ekonomi.

Proses go public, laporan keuangan memiliki fungsi yang penting baik bagi issuer, penjamin emisi, dan investor. Bagi issuer dan penjamin emisi

penting karena merupakan salah satu sumber informasi utama untuk menilai penentuan harga dalam proses IPO (Initial Public Offering). Bagi investor juga merupakan sumber informasi dalam menetapkan sumber informasi dalam

menetapkan keputusan investasinya. Perusahaan berusaha untuk membuat dirinya terlihat lebih baik, khususnya dalam rangka memaksimalkan proceeds

(14)

Masalah yang sering dihadapi ketika perusahaan pertama kali melakukan

penawaran sahamnya ke pasar modal adalah penentuan harga di pasar perdana tersebut. Di satu pihak pemegang saham lama tidak ingin menawarkan saham baru dengan harga terlalu murah (underpricing) kepada pemodal baru, tetapi

disisi lain pemodal baru menginginkan untuk memperoleh capital gain dari pembelian saham di pasar perdana tersebut. Satu pihak underwriter yang akan

menjamin menerbitkan saham perdana tersebut cenderung menjual saham dengan harga murah (undervalued) untuk mengurangi risiko tidak laku terjual. Investor yang dapat kesempatan untuk membeli sekuritas yang undervalued

akan menikmati abnormal return. Akan tetapi jika sifat pasarnya adalah efisien, abnormal return yang ada hanya terjadi dengan waktu yang cepat dan

tidak berkepanjangan, ini berarti bahwa investor yang membeli setelah listing sudah tidak akan memperoleh abnormal return lagi karena harga sekuritas sudah mencapai keseimbangan yang baru.

Kondisi undervalued tidak selalu menguntungkan pihak-pihak terkait, bagi emiten berarti mereka mengorbankan sebagian return yang seharusnya di dapat. Bagi underwriter yang pendapatannya adalah berdasarkan persentase

komisi dari hasil penjualan waktu IPO (Initial Public Offering) maka semakin rendah harga IPO berarti semakin kecil pula pendapatan yang diterimanya,

namun dengan semakin rendahnya harga saham akan semakin besar kemungkinan saham tersebut laku terjual. Sedangkan bagi investor bisa terjebak dengan paradigma bahwa harga saham waktu IPO undervalued,

(15)

saham yang overvalued maupun tetap harganya (return nol) sehingga bila

investor membeli saham ini bisa rugi.

Initial Public Offering (IPO) merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pendapat umum menyatakan

bahwa penawaran publik mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau

melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang sedang dalam tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi perusahaan publik untuk mendanai investasinya.

Perkembangan studi yang dilakukan para peneliti, pendapat umum ini mulai dipertanyakan. Terdapat beberapa alasan yang didukung bukti empiris,

sebagai contoh yaitu adanya beberapa perusahaan besar yang tetap memilih menjadi perusahaan privat dan adanya temuan dalam kasus IPO di Itali bahwa perusahaan menjadi perusahaan publik dengan tujuan keseimbangan

akun-akun mereka setelah menjalani tahap investasi dan pertumbuhan yang tinggi (Pagano et. al., 1998). Terdapat bukti pula bahwa perusahaan yang berada pada tahap perkenalan (start-up) ternyata melakukan penawaran perdana ke

publik untuk mendanai ekspansinya (Jain dan Kini, 1994). Perusahaan yang melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya, dapat berevolusi menjadi

salah satu dari tiga kondisi dasar pasca IPO, yaitu tetap hidup (survive) sebagai perusahaan independen, gagal secara keseluruhan (fail outright), atau diakuisisi dan kehilangan identitasnya (Jain dan Kini, 1999). Beberapa studi

(16)

mengalami penurunan beberapa waktu setelah IPO. Jain dan Kini (1994) juga

menemukan bukti yang mendukung bahwa kinerja operasi emiten menurun pasca IPO. Studi tentang IPO menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara harga pada saat IPO dan harga saham setelah saham diperdagangkan di pasar

sekunder atau lebih dikenal dengan underpricing. Beberapa studi telah menyelidiki fenomena diantaranya adalah Ibbotson (1975) dan Jain dan Kini

(1994).

Pratiwi dan Kusuma (2000) melakukan penelitian terhadap kinerja saham perusahaan yang terdaftar di BEJ dalam jangka pendek dan dalam

jangka panjang. Penelitian dilakukan terhadap 78 perusahaan yang IPO tahun 1994-1997 untuk jangka pendek (1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan). Hasilnya

menunjukkan dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan yang terdaftar di BEJ outperformance dan dalam jangka panjang adalah underperformances.

Seperti Altman (1968) dalam Luciana dan Kristijadi (2003), merupakan

penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan analisis diskriminan, fungsi diskriminan akhir yang digunakan untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan memasukkan rasio-rasio keuangan berikut: working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings

before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total

debt, sales/total assets.

Penelitian yang berkaitan dengan manfaat karakteristik perusahaan untuk

(17)

Nittayagasetwat (1999). Penelitian ini memberikan bukti bahwa karakteristik

perusahaan dalam bentuk rasio keuangan dan variabel fundamental perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002)

juga mengkonfirmasi hal yang sama bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian

lain yang menggunakan karakteristik  perusahaan adalah penelitian yang dilakukan oleh Harsono (2001) dan Luciana (2003), penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel karakteristik perusahaan dapat digunakan  untuk

memprediksikan status perusahaan (listed-delisted) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Luciana dan Meliza

(2003), yang menggunakan rasio keuangan, trend harga saham dan faktor fundamental perusahaan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan pasca IPO.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui mengapa beberapa perusahaan mengalami penurunan secara signifikan dalam jangka waktu yang panjang, mengapa perusahaan pasca IPO dijual atau terjadi take-over, dengan

kata lain apa yang menyebabkan perusahaan gagal pasca IPO. Faktor-faktor inilah yang akan diinvestigasi dalam penelitian ini.

Berbeda dengan penelitian Luciana dan Meliza (2003), penelitian ini menggunakan sampel kelompok 1 pada perusahaan manufaktur dengan kriteria perusahaan tidak mengalami laba bersih negatif dan nilai ekuitas

(18)

(Aktiva Lancar/Hutang lancar) didasari penelitian Rahman (2008) bahwa

variabel CACL secara statistik signifikan pada tingkat 10% dapat digunakan memprediksi financial distress perusahaan, sedangkan variabel TDTE (Total Hutang/Total Ekuitas) didasari penelitian Luciana bahwa debt/equity

hypothesis signifikan terhadap tingkat konservatisma laporan keuangan perusahaan dengan tehnik analisis multinomial logit. Penelitian ini

dikategorikan mengelompokkan perusahaan menjadi 4 kelompok untuk membedakan status perusahaan pasca IPO, menggunakan variabel rasio keuangan, trend harga saham dan faktor fundamental perusahaan.

Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasannya maka penulis membatasi masalah pada hal-hal berikut:

1. Variabel yang digunakan adalah rasio keuangan (TE/TA, RE/TA, NI/TA, CA/CL, TD/TE, TD/TA), trend harga saham dan faktor fundamental perusahaan yaitu LNASSET (logaritma natural asset).

2. Perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang memiliki laba bersih positif dan nilai ekuitas positif sebagai perusahaan yang sehat diproksikan 0 sebagai perusahaan kontrol,

diproksikan 1 untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami laba bersih negatif dan 2 untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami laba

(19)

nilai ekuitas negatif dan perusahaan yang melakukan merger selama

tahun 2004-2007.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

Apakah dapat digunakan jika karakteristik perusahaan yang meliputi rasio

keuangan, trend harga saham dan variabel fundamental perusahaan dapat digunakan sebagai alat prediksi status perusahaan pasca IPO.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :

Memberikan bukti empiris mengenai karakteristik perusahaan yang meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan variabel fundamental perusahaan dapat digunakan sebagai alat prediksi status perusahaan pasca

IPO.

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Penulis

Untuk memberikan pengetahuan yang luas mengapa beberapa

(20)

2. Bagi Manajemen Keuangan

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi kepada manajemen keuangan mengenai variabel karakteristik dan faktor fundamental perusahaan dianalisis sebagai alat untuk memprediksi status perusahaan

pasca IPO. 3. Bagi Investor

Sebagai informasi dan bahan masukan bagi investor untuk pengembalian keputusan investasi di pasar modal.

4. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen keuangan khususnya pada faktor-faktor yang mempengaruhi status

(21)

A. Landasan Teori

1. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan

kebutuhan dana dengan menempuh beberapa alternatif (Jogiyanto, 2000). Pertama, menjual langsung kepada  pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual kepada karyawan lewat  Employee Stock

Ownership Plan (ESOP). Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak  dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual langsung kepada

pembeli tunggal  (misalnya investor institusional) secara privat. Kelima, menjual kepada publik lewat pasar saham.

Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan

tersebut dimiliki oleh  manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor. Sebagaimana biasanya, jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal tambahan sangat

dirasakan. Pada saat tersebut, perusahaan harus menentukan untuk menambah  modal dengan cara hutang atau menambah jumlah dari pemilikan dengan

menerbitkan saham baru. Dalam pengambilan keputusan menjadi perusahaan publik atau tetap menjadi perusahaan privat perlu dipertimbangkan trade-off antara beberapa faktor keuntungan maupun kerugiannya. Jogiyanto (2000)

(22)

kemudahan dalam meningkatkan modal di masa yang akan datang, (2)

meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, (3) nilai pasar perusahaan diketahui.

Terdapat beberapa kerugian yang timbul disamping keuntungan yang

mungkin diperoleh  yaitu: (1) biaya laporan yang meningkat karena perusahaan memiliki kewajiban untuk menyerahkan laporan kuartalan dan

tahunan kepada regulator (misalnya di Indonesia adalah BAPEPAM), (2) dampak negatif pengungkapan, (3) ketakutan untuk diambil alih.

Initial Public Offering (IPO) adalah kegiatan perusahaan menawarkan

sebagian sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Besarnya nilai kapitalisasi perusahaan waktu penerbitan IPO dan kecenderungan bahwa

harga saham waktu IPO undervalue. Initial Public Offering (IPO) merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pendapat umum menyatakan bahwa penawaran publik

mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang

sedang dalam tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi perusahaan publik untuk mendanai investasinya.

Pihak-pihak terkait dan punya kepentingan langsung dengan adanya IPO adalah (calon) emiten itu sendiri antara lain investor, underwriter, dan BEI. Perhatian paling banyak diberikan pada penetapan harga IPO, hal ini

(23)

tidaknya IPO tersebut. IPO bisa dikatakan sukses jika sahamnya diminati

investor (Oversubscribe).

Penetapan harga jual suatu saham IPO terbentuk setelah tercapai kompromi antara emiten, underwriter dan pihak investor. Emiten akan

berusaha menjual sahamnya dengan harga yang setinggi-tingginya, dilain pihak underwriter sebagai pihak yang memberikan jasa untuk menjual saham

berusaha agar seluruh saham tersebut terjual sehingga mereka akan berusaha menurunkan harga dengan meminta diskon kepada emiten, demikian pula dengan investor sebagai pihak pembeli berusaha untuk membeli saham

tersebut dengan harga semurah-murahnya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO

Penjelasan diawal menyatakan pendapat umum bahwa perusahaan memutuskan menjadi perusahaan publik disebabkan perusahaan berada pada tahap pertumbuhan sehingga  membutuhkan dana untuk investasinya.

Pernyataan ini mengimplikasikan bahwa perusahaan  yang (diharapkan) memiliki status survivor pasca IPO memiliki karakteristik potensi bertumbuh yang relatif tinggi. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa faktor potensi 

bertumbuh bukan satu-satunya penentu status perusahaan pasca IPO.

Perkembangan studi yang dilakukan para peneliti, pendapat umum ini

mulai dipertanyakan. Terdapat beberapa alasan yang didukung bukti empiris, sebagai contoh yaitu adanya beberapa perusahaan besar yang tetap memilih menjadi perusahaan privat dan adanya temuan dalam kasus IPO di Itali

(24)

akun-akun mereka setelah menjalani tahap investasi dan pertumbuhan yang

tinggi (Pagano et. al., 1998). Terdapat bukti pula bahwa perusahaan yang berada pada tahap perkenalan (start-up) ternyata melakukan penawaran perdana ke publik untuk mendanai ekspansinya (Jain dan Kini, 1994).

Perusahaan yang melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya, dapat berevolusi menjadi salah satu dari tiga kondisi dasar pasca IPO, yaitu tetap

hidup (survive) sebagai perusahaan independen, gagal secara keseluruhan (fail outright), atau diakuisisi dan kehilangan identitasnya (Jain dan Kini, 1999). Beberapa studi tentang kinerja perusahaan pasca IPO menemukan

bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan beberapa waktu setelah IPO. Jain dan Kini (1994) juga menemukan bukti yang mendukung bahwa

kinerja operasi emiten menurun pasca IPO. Studi tentang IPO menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara harga pada saat IPO dan harga saham setelah saham diperdagangkan di pasar sekunder atau lebih dikenal dengan

underpricing. Beberapa studi telah menyelidiki fenomena diantaranya adalah Ibbotson (1975) dan Jain dan Kini (1994).

Karakteristik perusahaan beberapa penelitian menggunakan

karakteristik perusahaan seperti rasio keuangan, trend harga  saham dan variabel fundamental perusahaan untuk memprediksikan kinerja perusahaan.

a) Rasio Keuangan

SFAC No. 1 “The Objective of Financial Reporting for Business Enterprises” menyatakan  bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah

(25)

pengguna lainnya untuk membuat keputusan ekonomi (FASB 1978). Dengan

demikian maka laporan keuangan harus bermanfaat. Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan, yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan

yang dianalisis dari laporan keuangan. Machfoedz (1994) menemukan bahwa rasio keuangan tertentu dapat digunakan sebagai prediktor laba perusahaan

satu tahun mendatang, tetapi tidak bisa digunakan untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Rasio keuangan digunakan sebagai proksi karakteristik perusahaan karena:  (1) untuk mengendalikan perbedaan ukuran antar

perusahaan antar periode, (2) untuk lebih memenuhi asumsi yang dituntut oleh beberapa alat analisis statistik, (3) untuk menggali teori mengenai rasio

keuangan, (4) Untuk memanfaatkan keteraturan empirik yang diobservasi  antara rasio keuangan dengan estimasi atau prediksi variabel yang diminati (Foster, 1986).

Menurut Bambang Riyanto (1998:263) rasio keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam “Aritmatical Term” yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial.

Analisa rasio keuangan merupakan instrumen analisa prestasi perubahan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan atau

prestasi dimasa lalu, dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang besangkutan, makna dan kegunaan rasio keuangan dalam

(26)

apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut

diaplikasikan.

Rasio keuangan terdiri dari rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan

keputusan-keputusan (Profit Margin on sales, Return on total assets, Return on net worth dan lain sebagainya, rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur

besarnya kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo, rasio leverage adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang

(Debt to total assets ratio, Net worth to debt ratio, Debt to total equity ratio dan lain sebagainya) (Bambang Riyanto, 1998).

b) Trend Harga Saham

Ada dua teknik investasi yang biasanya dilakukan dalam pembelian saham, pertama menggunakan teknik fundamental yaitu pembelian suatu

saham berdasarkan kinerja perusahaan yang tercermin melalui laporan keuangan. Sedangkan yang kedua disebut analaisis teknik yaitu pembelian saham berdasarkan pergerakan harga saham sebelumnya. Analisis teknis

digunakan untuk menentukan saat pembelian apakah telah terjadi overbought atau oversold. Apabila suatu saham dinilai telah overbought maka investor

(27)

Pengalaman Charles H. Dow dalam pasar dituangkan dalam teorinya

yang merupakan dasar penting dalam analisis teknis. Berikut ini adalah isi rangkuman dari teori Dow:

1. Harga telah mencerminkan variabel-variabel yang mempengaruhinya.

2. Trend utama berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama (accumulation stage), harga bergerak dengan lambat. Keadaan ini

memberitahukan bahwa investor sedang mencari posisi beli. Banyaknya investor yang bergabung dalam posisi beli (tahap kedua) disebut bull market model dimana harga bergerak naik dengan cepat. Pergerakan naik

itu akan mencapai klimaksnya karena harga saham sudah terlalu mahal (tahap ketiga atau bear market) sehingga investor mulai melepaskan

sahamnya.

3. Trend ditunjukkan oleh volume. Harga naik bisa dipertimbangkan sebagai trend naik bila diikuti oleh kenaikan volume.

4. Trend akan terus berlanjut sampai ada sinyal tertentu yang menunjukkan adanya pembalikan.

5. Semua indikator yang digunakan harus saling mendukung. Tidak ada

satu pun indikator dalam analisis teknis yang dapat bertindak sebagai indikator terbaik dalam mengambil keputusan melainkan

(28)

Analisis teknis berusaha untuk mendeteksi perilaku pasar yang dapat

teridentifikasi karena pernah terjadi sebelumnya dan sesuai dengan indikator teknis yang digunakan untuk memprediksi harga yang akan datang.

c) LNASSET (Logaritma Natural Asset)

Logaritma natural asset berasal dari besarnya total asset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun. Semakin besar total asset yang dimiliki

perusahaan diharapkan semakin mempunyai dalam kemampuan melunasi kewajiban di masa depan.

3. Penghapusan Pencatatan Saham (Delisting) a) Definisi Delisting

Delisting adalah kebijakan yang dilakukan oleh bursa efek untuk

mengeluarkan emiten dari bursa, artinya saham-saham emiten tersebut sudah tidak tercatat lagi di bursa efek. Pada dasarnya delisting berhubungan dengan fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan tercatat (di bursa efek)

sesungguhnya memiliki kondisi ekonomi, likuiditas, dan kepatuhan terhadap peraturan pasar modal yang lebih buruk dari kondisi sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa perusahaan yang terkena delisting adalah perusahaan yang

punya masalah serius. Ada sejumlah indikator yang dijadikan pegangan dalam menilai kondisi delisting. Misalnya, dalam hal laporan perkembangan

(29)

pemegang saham, hingga kapitalisasi pasar. (Infobank, Juli No. 239/1999:

43-44 )

b) Kriteria Delisting

Bursa menghapus pencatatan saham emiten sesuai dengan ketentuan

peraturan ini apabila emiten mengalami minimal satu kondisi dibawah ini: 1. Pernyataan pendaftaran yang telah menjadi efektif dibatalkan atau

dibekukan oleh Bapepam.

2. Perusahaan yang menggabungkan diri ke perusahaan lain atau melakukan peleburan perusahaan.

3. Perusahaan dilikuidasi

4. Diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga.

5. Dibekukan ijin usaha atau dicabut ijin usaha yang memberikan kontribusi penjualan atau pendapatan utama.

6. Harga teoritis saham hasil stock split, saham bonus dan atau saham

dividen, atau penerbitan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham, kurang dari 20 x fraksi.

7. Laporan Keuangan emiten memperoleh pendapat Adverse pada tahun

buku terakhir.

8. Tidak menyampaikan corporate plan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan oleh Bursa.

(30)

10. Memiliki ekuitas negatif selama 3 tahun berturut-turut (setelah tercatat di

Bursa).

11. Perdagangan saham dihentikan (suspensi) selama 12 bulan berturut-turut karena alasan apapun.

12. Tidak terjadi transaksi di Pasar Reguler selama 9 bulan berturut-turut, (tidak termasuk masa suspensi).

13. Harga rata-rata penutupan saham yang terjadi selama 3 bulan berturut-turut kurang dari Rp. 50 (lima puluh rupiah).

14. Rata-rata volume transaksi di Pasar Reguler selama 12 bulan

berturut-turut kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) saham perbulan.

15. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minor (bukan

majority shareholders) kurang dari 5 % dari modal disetor dan kurang dari 10.000.000 (sepuluh juta) saham dalam jangka waktu 6 bulan terakhir berturut-turut.

16. Jumlah pemegang saham yang memiliki minimal 1 tahun perdagangan, kurang dari 100 pemegang saham dalam jangka waktu 6 bulan terakhir berturut-turut.

17. Emiten tidak lagi memenuhi persyaratan umum pencatatan apabila bidang usahanya baik langsung maupun tidak langsung dilarang oleh

per-UU yang berlaku di Indonesia dan emiten yang bersangkutan memberikan kontribusi pendapatannya lebih dari 50 % kepada anak/induk perusahaannya dimana anak/induk perusahaan tersebut juga

(31)

18. perusahaan tercatat bidang usaha pertambangan tidak lagi mempunyai: a)

Kuasa Penambangan atau Surat Ijin Penambangan Daerah, b) jumlah cadangan (deposit) tidak lagi memenuhi kalayakan ekonomis dan c) direktur yang memiliki kemampuan teknis yang berpengalaman di

bidang pertambangan sesuai dengan kegiatan usaha perusahaan selama 6 (enam) bulan berturut-turut.

c) Prosedur Delisting

Bila emiten yang mengalami minimal satu kondisi delisting yaitu: a. Pernyataan pendaftarannya dibatalkan atau dibekukan oleh Bapepam.

b. Emiten mengalami merger atau c. Akuisisi atau

d. Emiten dilikuidasi maka Bursa paling lambat pada hari Bursa berikutnya mengumumkan di Lantai Bursa tentang penghapusan pencatatan saham tersebut.

Bila emiten mengalami salah satu kondisi yang mengarah delisting diluar dari empat kondisi tersebut (pembatalan pernyataan pendaftaran untuk Bapepam, akibat merger/akuisisi, emiten dilikuidasi), maka prosedur

delisting dilakukan sebagai berikut:

a. Bursa memberitahukan mengenai keputusan delisting dan jadwal

(32)

b. Bursa mengumumkan mengenai keputusan delisting emiten tersebut

termasuk jadwal pelaksanaannya. Pengumuman dilakukan paling lambat pada awal saat pertama Hari Bursa berikutnya setelah adanya keputusan delisting tersebut.

c. Saham emiten diatas dapat diperdagangkan di Bursa pada Pasar Negosiasi selama 20 Hari Bursa terhitung sejak berakhirnya masa suspensi, dan

penyelesaian transaksinya tidak dijamin oleh KPEI.

d. Penghapusan pencatatan saham emiten dari daftar efek yang tercatat di Bursa berlaku efektif pada Hari Bursa berikutnya setelah berakhirnya

masa perdagangan.

e. Paling lambat lima Hari Bursa sebelum berakhirnya masa perdagangan,

maka Bursa mengumumkan tanggal efektif delisting saham emiten tersebut.

d) Dampak Delisting Perusahaan 1. Bagi Investor

Pada kondisi tertentu, kebijaksanaan delisting memang bisa merugikan investor karena beberapa alasan:

a) Delisting menyebabkan investor kehilangan cara untuk memperdagangkan sahamnya secara efisien dan transparan.

(33)

c) Delisting menyebabkan investor kesulitan dalam mendapatkan market

information yang mempengaruhi perkembangan harga saham. 2. Bagi Kreditur

Delisting menyebabkan kreditur kehilangan informasi tentang kinerja

perusahaan, sehingga akan kesulitan dalam pemberian kredit terhadap perusahaan tersebut.

3. Bagi Perusahaan

Dengan tidak tercatatnya perusahaan di Bursa Efek, akan menyebabkan perusahaan yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam melakukan

restrukturisasi keuangan yang tengah dilakukannya. (Infobank, Juli No. 239/1999: 43-44)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Pagano et al. (1998) menyertakan variabel-variabel yang  memproksikan tujuan perusahaan dalam keputusan

IPO. Perbedaan tujuan seharusnya  berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan karena tujuan mendorong perusahaan untuk mengeluarkan seluruh energinya agar tercapai apa yang menjadi tujuannya. Beberapa variabel yang

diperkirakan mempengaruhi keputusan menjadi perusahaan publik adalah ukuran perusahaan, intensitas pengeluaran modal, pertumbuhan, profitabilitas,

leverage, kesempatan investasi di masa yang akan datang, dan peningkatan daya tawar dengan bank.

Pagano et al. (1998) menyebutkan beberapa tujuan perusahaan privat

(34)

pinjaman. Manfaat paling utama adalah memperoleh akses sumber pendanaan

alternatif selain bank. Kedua, meningkatkan daya tawar dengan bank (Rajan, 1992 dalam Pagano et al., 1998). Ketiga, likuiditas dan diversifikasi portfolio. Manfaat keempat adalah pengawasan. Manfaat kelima adalah pengakuan dari 

investor. Manfaat keenam adalah perubahan pengendalian. Sedangkan manfaat ketujuh adalah gap kesempatan (windows opportunity). 

Penelitian yang dilakukan oleh Berger dan Ofek (1995) menggunakan beberapa variabel strategik yang diargumentasikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, diantaranya adalah corporate focus, perbedaan biaya R &

D, perbedaan biaya advertising dan perbedaan dalam intensitas pengeluaran modal (capital expenditure). Corporate focus dapat mempunyai pengaruh

meningkatkan nilai karena mengakumulasi pengalaman, energi perusahaan secara total, kemampuan yang unik, dan reputasi. Corporate focus juga dapat menurunkan nilai jika pasar telah menjadi jenuh, industri menjadi tidak atraktif

lagi, terjadi perkembangan teknologi yang luar biasa, perubahan preferensi pasar, atau munculnya produk baru. Manfaat potensial  dari strategi diversifikasi melibatkan efisiensi operasi yang lebih besar, kapasitas utang

yang lebih besar, penurunan pajak, dan insentif yang lebih rendah untuk melewatkan proyek yang  menguntungkan. Cost potensial dari strategi

diversifikasi adalah penggunaan arus kas discretionary yang meningkat dalam proyek yang menurunkan nilai, subsidi silang yang tidak  efisien. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Berger dan Ofek (1995) ini mengindikasikan 

(35)

bukti empiris menunjukkan adanya hubungan positif antara corporate focus

dengan kinerja.

Yuni (2007) menganalisis debt to equity ratio secara parsial berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Jakarta. Hasil penelitian Luciana menunjukkan bahwa debt/equity hypothesis signifikan terhadap tingkat konservatisma laporan keuangan perusahaan

dengan tehnik analisis multinomial logit. Semakin besar rasio debt/equity suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya bahwa manajer perusahaan tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan laba.

Puji (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perusahaan IPO dan menyimpulkan bahwa pengaruh assets turnover terhadap

kualitas perusahaan adalah positif sedangkan besaran perusahaan berpengaruh negatif. Variabel non keuangan juga diteliti pengaruhnya terhadap kualitas keuangan. Hasilnya adalah terdapat 2 variabel non keuangan yang secara

statistis signifikan yaitu timelag dan variabel dummy kondisi pasar dengan arah  negatif. Kesimpulan berikutnya adalah variabel non keuangan mempunyai kemampuan yang  lebih besar dalam mempengaruhi kualitas

perusahaan dibandingkan variabel keuangan.

Jain dan Kini (1994) memberikan bukti bahwa perusahaan yang berada

pada tahap perkenalan (start-up) ternyata melakukan penawaran perdana ke publik untuk mendanai  ekspansinya. Penjelasan lain berkaitan keputusan menjadi perusahaan publik adalah bahwa keputusan tersebut menunjukkan

(36)

dengan tujuan memperoleh nilai pasar bagi aktiva mereka sehingga 

memudahkan penjualan perusahaan baik melalui penurunan kepemilikan secara bertahap  maupun melalui akuisisi sesegera mungkin. Implikasi langsung dari penjelasan ini adalah bahwa akan terdapat pergantian kontrol

yang substansial dari perusahaan segera setelah IPO.

Pratiwi dan Kusuma (2000) melakukan penelitian terhadap kinerja

saham perusahaan yang terdaftar di BEJ dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Penelitian dilakukan terhadap 78 perusahaan yang IPO tahun 1994-1997 untuk jangka pendek (1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan). Hasilnya

menunjukkan dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan yang terdaftar di BEJ outperformance dan dalam jangka panjang adalah underperformances.

Luciana dan Kristijadi (2003) yang menggunakan rasio-rasio keuangan yang digunakan oleh Platt dan Platt (2002). Rasio keuangan yang digunakan oleh Platt dan Platt (2002) adalah rasio keuangan yang berasal dari informasi

di dalam neraca dan laporan laba-rugi.

Seperti Altman (1968) dalam Luciana dan Kristijadi (2003), merupakan penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai

alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan analisis diskriminan, fungsi diskriminan akhir yang digunakan untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan memasukkan rasio-rasio keuangan berikut: working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings

before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total

(37)

Penelitian yang berkaitan dengan manfaat karakteristik perusahaan untuk

memprediksikan kebangkrutan perusahaan telah dilakukan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999). Penelitian ini memberikan bukti bahwa karakteristik perusahaan dalam bentuk rasio keuangan dan variabel fundamental perusahaan

dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002)

juga mengkonfirmasi hal yang sama bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian lain yang menggunakan karakteristik  perusahaan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Harsono (2001) dan Luciana (2003), penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel karakteristik perusahaan dapat digunakan  untuk

memprediksikan status perusahaan (listed-delisted) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Luciana dan Meliza (2003), yang menggunakan rasio keuangan, trend harga saham dan faktor

fundamental perusahaan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan pasca IPO.

C. Kerangka Pemikiran

Awal penelitian dilakukan dengan mengamati kinerja perusahaan pasca IPO, selanjutnya menyeleksi perusahaan dengan kriteria perusahaan tersebut

(38)

Didalam penelitian ini variabel dependen perusahaan dikelompokkan

menjadi 4 kelompok untuk membedakan status perusahaan pasca IPO dan variabel independen yaitu rasio keuangan perusahaan, trend harga saham, dan variabel fundamental perusahaan yaitu LNASSET. Semua faktor-faktor

tersebut diduga sebagai pengukur kinerja perusahaan pasca IPO yang mempunyai pengaruh terhadap status perusahaan pasca IPO.

Setelah variabel-variabel tersebut diperoleh kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan tehnik analisis statistik Multinomial Logit metode ini digunakan untuk mengetahui kekuatan prediksi pengaruh

(39)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BURSA EFEK INDONESIA

(BEI)

Variabel Dependen

Status Perusahaan Pasca

IPO

Variabel Independen

Trend Harga Saham

Variabel Independen

Faktor Fundamental Variabel Independen

Rasio Keuangan Data Perusahaan Pasca IPO Di BEI

Periode Januari 2004-Desember 2007

Goodness of Fit Test

Ketepatan Prediksi

Klasifikasi

Pseudo R-Square Test Likelihood

Ratio Test

Analisis

Multinomoial Logit

(40)

D. Hipotesis

Mengacu pada latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian serta kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0 : βy1x1 = 0 Tidak dapat digunakan karakteristik perusahaan

yang meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan variabel fundamental perusahaan sebagai alat

prediksi status perusahaan pasca IPO.

Ha : βy1x1

0 Dapat digunakan karakteristik perusahaan yang

meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan

(41)

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil data sekunder berupa laporan keuangan dan

harga saham periode 2004-2007 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia baik yang diperoleh dari situs www.idx.co.id dan laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Adapun

laporan keuangan pada penelitian ini diambil dari laporan neraca dan laporan laba rugi yang akan dirubah menjadi rasio-rasio keuangan dan untuk

mengetahui harga saham diperoleh dari laporan regular marketIDX Statistic. Penelitian ini untuk menguji apakah ada pengaruh dari variabel karakteristik perusahaan yang meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan

variabel fundamental perusahaan sebagai alat prediksi status perusahaan pasca IPO kepada perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia

periode 2004-2007. Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 1-kelompok 3 menggunakan laporan keuangan periode 2004-2005 sedangkan untuk perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 4 menggunakan laporan

keuangan periode 2002-2007.

B. Metode Penentuan Sampel 

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang

(42)

purposive sampling, yakni teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian

atau pertimbangan tertentu dari peneliti untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili kriteria yang ditentukan.

Adapun kriteria dalam pemilihan sampel, sampel penelitian

dikategorikan menjadi 4 kelompok (kelompok 1 adalah perusahaan yang sehat, sedangkan kelompok 2 sampai dengan 4 adalah kelompok perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan), yaitu:

1. Kelompok pertama adalah perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut, tidak mengalami

kondisi ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut yaitu periode 2004-2005 tetap listed dan kondisi keuangannya konsisten sampai tahun

2006-2007.

2. Kelompok kedua adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut periode 2004-2005 tetapi

masih tetap listed.

3. Kelompok ketiga adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami kondisi nilai buku ekuitas negatif dan laba bersih negatif selama 2 tahun

berturut-turut periode 2004-2005 tetapi masih tetap listed.

4. Kelompok keempat adalah perusahaan-perusahaan yang delisted yang

diakibatkan karena laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger periode 2004-2007.

Berdasarkan kriteria diatas maka sampel dalam penelitian ini berjumlah

(43)

perusahaan, kelompok 2 terdiri dari 38 perusahaan, kelompok 3 terdiri dari 10

perusahaan dan kelompok 4 terdiri dari 21 perusahaan. Tabel 3.1

Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 1

No Kode Nama Perusahaan Kategori

1 ALKA ALAKASA INDUSTRINDO 0

2 ALMI ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY 0

3 AQUA AQUA GOLDEN MISSISSIPI 0

4 ARNA ARWANA CITRAMULIA 0

5 ASII ASTRA INTERNATIONAL 0

6 AUTO ASTRA OTOPARTS 0

7 RMBA BENTOEL INTERNASIONAL 0

8 BTON BETONJAYA MANUNGGAL 0

9 BRAM BRANTA MULIA 0

10 BUDI BUDI ACID JAYA 0

11 CLPI COLORPAK INDONESIA 0

12 DVLA DARYA VARIA LABORATORIA 0

13 DAVO DAVOMAS ABADI 0

14 DLTA DELTA DJAKARTA 0

15 EKAD EKADHARMA 0

16 FASW FAJAR SURYA WISESA 0

17 GJTL GAJAH TUNGGAL 0

18 GGRM GUDANG GARAM 0

19 HMSP HM SAMPOERNA 0

20 INTP INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 0

21 INAF INDOFARMA 0

22 INDF INDOFOOD SUKSES MAKMUR 0

23 IKAI INTIKERAMIK ALAMASRI INDUSTRI 0

24 JPRS JAYA PARI STEEL 0

25 KAEF KIMIA FARMA 0

26 LION LION METAL WORKS 0

27 LMSH LIONMESH 0

28 TCID MANDOM INDONESIA 0

29 MYOR MAYORA INDAH 0

30 MERK MERCK 0

31 MLBI MULTI BINTANG INDONESIA 0

32 MRAT MUSTIKA RATU 0

(44)

34 PYFA PYRIDAM FARMA 0

35 RICY RICKY PUTRA GLOBALINDO 0

36 RDTX RODA VIVATEX 0

37 SMGR SEMEN GRESIK 0

38 BATA SEPATU BATA 0

39 STTP SIANTAR TOP 0

40 SOBI SORINI CORPORATION 0

41 IKBI SUMI INDO KABEL 0

42 TSPC TEMPO SCAN PACIFIK 0

43 TIRT TIRTA MAHAKAM RESOURCES 0

44 TRST TRIAS SENTOSA 0

45 ULTJ ULTRA JAYA MILK INDUSTRY 0

46 UNVR UNILEVER INDONESIA 0

Sumber JSX Statictic, Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

Tabel 3.2

Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 2

No Kode Nama Perusahaan Kategori

1 ABBA ABDI BANGSA 1

2 ATPK ANUGRAH TAMBAK 1

3 MYTX APAC CITRA CENTERTEX 1

4 APEX APEXINDO PRATAMA 1

5 AKSI ASIA KAPITALINDO 1

6 ABBA ABDI BANGSA 1

7 BASS BAHTERA ADIMINA 1

8 BMSR BINTANG MITRA SEMESTARAYA 1

9 BKSL BUKIT SENTUL 1

10 CEKA CAHAYA KALBAR 1

11 CTTH CITATAH 1

12 DSUC DAYA SAKTI UNGGUL 1

13 DNET DYVIACOM INTRABUMI 1

14 ERTX ERATEX DJAJA 1

15 ETWA ETERINDO WAHANATAMA 1

16 ESTI EVER SHINE TEX 1

17 FPNI FATRAPOLINDO 1

18 FMII FOTUNE MATE INDONESIA 1

19 SMCB HOLCIM INDONESIA 1

20 SHID HOTEL SAHID JAYA INTER 1

21 INCF INDOCITRA FINANCE 1

22 INDS INDOSPRING 1

(45)

24 JTPE JASUINDO TIGA PERKASA 1

25 KICI KEDAUNG INDAH CAN 1

26 KDSI KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL 1

27 META METAMEDIA TECHNOLOGIES 1

28 PAFI PANASIA FILAMENT 1

29 KONI PERDANA BANGUN PUSAKA 1

30 RIMO RIMO CATUR LESTARI 1

31 RBMS RISTIA BINTANG MAHKOTASEJATI 1

32 RODA RODA PANGGON HARAPAN 1

33 SIPD SIERAD PRODUCE 1

34 SAFE STEADY SAFE 1

35 SUBA SUBA INDAH 1

36 SIMM SURYA INTRINDO 1

37 SMDM SURYAMAS DUTAMAKMUR 1

38 TBMS TEMBAGA MULIA 1

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

Tabel 3.3 

Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 3

No Kode Nama Perusahaan Kategori

1 ARGO ARGO PANTES 2

2 DILD DHARMALA INTILAND 2

3 MLND MULIALAND 2

4 MLIA MULIA INDUSTRINDO 2

5 PWSI PANCA WIRATAMA 2

6 POLY P0LYSINDO EKA PERKASA 2

7 MITI SIWANI TRIMITRA 2

8 SUDI SURYA DUMAI INDUSTRI 2

9 TEJA TEXMACO JAYA 2

(46)

Tabel 3.4

Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 4

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

No Kode Nama Perusahaan Kategori

1 ADES ADES WATERS INDONESIA 3

2 ADFO ADINDO FORESTA INDONESIA 3

3 ALDI ALTER ABADI 3

4 ACAP ANDHI CHANDRA AUTOMOTIVE 3

5 HPSB ARYA DUTA HOTELS 3

6 BATI BAT INDONESIA 3

7 BNPK BANK PIKKO 3

8 ENRG ENERGI MEGA PERSADA 3

9 EPMT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING 3

10 KLBF KALBE FARMA 3

11 LPKR LIPPO KARAWACI 3

12 MLND MULIALAND 3

13 LPIN MULTI PRIMA 3

14 RYAN RYANE ADIBUSANA 3

15 SRSN SARASA NUGRAHA 3

16 SMSM SELAMAT SEMPURNA 3

17 BGMT SILOAM HEALTH CARE 3

18 SMPL SUMMITPLAST 3

19 TOTO SURYA TOTO INDONESIA 3

20 TPEN TEXMACO PERKASA ENGINER 3

21 UGAR WAHANA JAYA PERKASA 3

C. Metode Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Cara pengumpulan data dengan mengadakan kegiatan membaca, memahami, dan mencatat secara teratur topik-topik yang berhubungan

(47)

Cara pengumpulan data sekunder yang dipergunakan dan diperoleh dalam

bentuk laporan tahunan dari publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dari semua laporan keuangan yang diperoleh pada situs www.idx.co.id.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Multinomial Logit

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Multinomial Logit. Regresi logistik pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, jika terdapat dua variabel dependen yang bersifat kategorik maka disebut regresi logistik biner dan jika variabel dependen

(variabel respon) lebih dari dua disebut regresi multinomial.

Pada penelitian ini, yang menjadi variabel respon atau dependen yaitu

status perusahaan pasca IPO, yang memiliki 4 kategori yaitu D=0 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 1), D=1 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 2),

D=2 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 3), D=3 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 4). Sehingga sampel perusahaan terbagi menjadi 4 kelompok

(kelompok 1 adalah perusahaan yang sehat, sedangkan kelompok 2 sampai dengan 4 adalah kelompok perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan), yaitu:

1. Kelompok pertama adalah perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut,

(48)

yaitu periode 2004-2005 kondisi keuangannya konsisten dan listed

sampai tahun 2006-2007.

2. Kelompok kedua adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut periode

2004-2005 tetapi masih tetap listed.

3. Kelompok ketiga adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami

kondisi nilai buku ekuitas negatif dan laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut periode 2004-2005 tetapi masih tetap listed.

4. Kelompok keempat adalah perusahaan-perusahaan yang delisted yang

diakibatkan karena laba bersih negatif atau nilai ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger periode 2004-2007.

Analisis regresi multinomial logit pada penelitian ini digunakan untuk menguji karakteristik perusahaan (rasio keuangan, trend harga saham dan variabel fundamental), struktur industri, dan karakteristik penawaran

perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi status perusahaan pasca IPO, dengan persamaan sebagai berikut:

8

j = kelompok perusahaan mulai 1 sampai 4 yaitu:

Status 0 = Perusahaan Kelompok 1 Status 1 = Perusahaan Kelompok 2

(49)

X3 = NITA (Laba Bersih/Total Aktiva)

X4 = CACL (Aktiva Lancar/Hutang Lancar)

X5 = TDTE (Total Hutang/Total Ekuitas)

X6 = TDTA (Total Hutang/Total Aktiva)

X7 = Trend Harga Saham (TREND)

X8 = LNASSET

a.Menilai Model Fit

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Hal ini dapat dilihat dari nilai -2Loglikelihood. Penilaian secara keseluruhan

dalam membentuk model dengan menggunakan nilai -2Loglikehood, dimana jika terjadi penurunan dari model awal (intercept only) ke model

final, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model tersebut menunjukkan model multinomial logit yang lebih baik dan model dapat digunakan untuk melakukan analisis.

b.Koefisien Goodness of Fit

Tes Goodness of Fit menunjukkan apakah model cocok dengan data. Ada dua tes Goodness of Fit, yaitu Pearson dan Deviance. Nilai

signifikan test lebih besar dari α = 0,05 hal ini menunjukkan model

cocok dengan data (Cornelius Trihendardi, 2007).

Test ini digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris

cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika koefisien

(50)

yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya, sehingga Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

c.Pseudo R-Square (R2)

R-Square (R2) menyatakan proporsi atau persentase dari total variasi variabel tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah variabel penjelas X.

Nilainya terletak diantara 0 dan 1, semakian mendekati 1 maka model tersebut akan semakin baik karena variabel independen yang digunakan mampu menjelaskan hampir 100% dari variabel dalam variabel

dependen. Umumnya dalam analisa regresi, nilai R-Square (R2) yang diharapkan adalah nilai R-Square (R2) yang tinggi, karena dengan nilai

R-Square (R2) yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa model tersebut mampu menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

d.Ketepatan Prediksi Klasifikasi

Tabel klasifikasi digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar dan yang salah. Pada kolom merupakan 4 nilai prediksi dari variabel

dependen, yaitu: 0 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 1), 1 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang

masuk dalam kelompok 2), 2 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 3), 3 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 4). Sedangkan pada baris

(51)

model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal

dengan tingkat ketepatan peramalan 100% (Ghozali, 2005).

E. Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini di dalam penelitian merupakan

variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006:67). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Karakteristik perusahaan

Karakteristik perusahaan merupakan salah satu proksi yang

digunakan sebagai alat memprediksi status perusahaan pasca IPO. Variabel karakteristik perusahaan meliputi:

1. Rasio keuangan

a.TETA= total ekuitas / total aktiva b.RETA= laba ditahan / total aktiva c.NITA = laba bersih / total aktiva

d.CACL = aktiva lancar / hutang lancar e.TDTE = total hutang / total ekuitas

f. TDTA = total hutang / total aktiva 2.Trend harga saham

(

1

) (

+ − 1

)

/ + 1+ + 1

= Ht Ht Lt Lt Ht Ht Lt Lt

HRG TREND

(52)

Ht-1 = Harga tertinggi tahun t-1

Lt = Harga terendah tahun t

Lt-1 = Harga terendah tahun t-1

3. Variabel fundamental perusahaan yaitu LNASSET = Logaritma

natural dari ukuran perusahaan yaitu total asset 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian (Bambang Prasetyo dan Lina

Miftahul Jannah, 2006:68). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kategori mulai 0 sampai dengan 3, yang

mewakili 4 kelompok perusahaan, yaitu:

1. Angka 0 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 1.

2. Angka 1 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 2.

3. Angka 2 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam kelompok 3.

4. Angka 3 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

(53)

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada abad ke-19 dalam upaya meningkatkan perekonomian

Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Pengembangan perkebunan dan perdagangan pada umumnya memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Salah satu

sumber pendanaan diperoleh dari para penabung yang sebagian besar adalah orang-orang Belanda dan orang Eropa lainnya. Untuk menghimpun

dana tersebut, pengusaha-pengusaha Hindia Belanda mendirikan Vereniging Vorr de Effecten di Batavia dan sekaligus memulai perdagangan Efek pada tanggal 14 Desember 1912.

Efek yang diperdagangkan pada masa itu adalah saham/obligasi perusahaan perkebunan Hindia Belanda yang beroperasi di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya pasar modal Batavia tersebut, kemudian

Bursa Efek dibuka juga di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Pada tanggal 13 Juli 1992 Bursa Efek Jakarta diswastakan, kemudian pada tahun 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan sistem perdagangan yang disebut JATS (Jakarta Automed Trading System) sistem ini memberikan

(54)

informasi dapat diserap oleh investor dengan cepat, dan pada tahun 2002

Bursa Efek Jakarta juga mulai diperdagangkan jarak jauh yang disebut (remote trading system), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada tanggal 30 oktober 2007, para pemegang saham kedua

bursa efek telah menyetujui rancangan penggabungan Bursa Efek Surabaya kedalam Bursa Efek Jakarta yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Terhitung mulai tanggal 1 Desember 2007 secara resmi Bursa Efek

Indonesia telah efektif. Bursa Efek ini akan menfasilitasi perdangan saham (equity), surat utang (fixed income) maupun perdagangan derivatif

(derivative instruments). Hadirnya bursa efek tanggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi.

2. Lembaga-Lembaga Penunjang Pasar Modal

Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga, masing-masing pihak mempuyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling

menunjang kepentingan pihak lain.

Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Bursa Efek Indonesia

(55)

a.Perusahaan yang Go Public (Emiten)

Emiten adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelajai operasi rencana investasinya.

b.Perusahaan Efek

Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha

untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara perdagangan efek, manajer investasi atau penasehat investasi.

c.Lembaga Kliring

Merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta

penitipan harta untuk pihak lain. d.Perusahaan Reksadana

Reksadana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya dalam

bentuk berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portfolio). Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan keuntungan yang diharapkan (expected return) dan meminimalkan risiko. Sebagai

suatua perusahaan, Reksadana memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan perusahaan lain yang berbentuk PT.

e.Pemodal

Pemodal adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagankan. Pasar modal yang telah

(56)

dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal (investor). Bagi investor,

investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan cara membeli instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, ataupun sekuritas kredit. f. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Memonitor dan mengatur syarat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat ditertibkan dan diperdangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan

masyarakat.

2. Mengawasi dan mengatur pertukaran sekuritas, kliring dan

lembaga-lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para professional.

3. Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada menteri keuangan.

Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan pendanaan efek dan berbagai kegiatan dengan yang

(57)

B. Kriteria Penentuan Kondisi Perusahaan

Pedoman penentuan status perusahaan pasca IPO pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tidak mengalami laba bersih negatif dan nilai ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut diproksikan dengan nilai 0

termasuk ke dalam kelompok 1, kelompok 2 diproksikan dengan nilai 1 untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama 2 tahun

berturut-turut, kelompok 3 diproksikan dengan nilai 2 untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami laba bersih negatif dan nilai ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-berturut dan kelompok 4 diproksikan dengan nilai 3

untuk perusahaan-perusahaan yang delisted dan perusahaan yang melakukan merger. Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 1-kelompok 3

menggunakan laporan keuangan periode 2004-2005 sedangkan untuk perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 4 menggunakan laporan keuangan periode 2002-2007.

Berdasarkan metode purposive sampling maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 perusahaan, dengan rincian sebagai berikut: kelompok 1 terdiri dari 46 perusahaan, kelompok 2 terdiri dari 38 perusahaan, kelompok 3

terdiri dari 10 perusahaan dan kelompok 4 terdiri dari 21 perusahaan. Dibawah ini akan disajikan tabel hasil perhitungan sample perusahaan:

1. Total Ekuitas / Total Aktiva (TETA)

TETA (Total Ekuitas/Total Aktiva) adalah rasio ekuitas bersih dibagi dengan jumlah aktiva. Berikut ini akan disajikan tabel hasil

(58)

Tabel 4.1

Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori

1 ALKA 0.037 0.166 0

10 BUDI 0.204 0.203 0

11 CLPI 0.637 0.543 0

12 DVLA 0.740 0.709 0

13 DAVO 0.437 0.446 0

14 DLTA 0.780 0.755 0

15 EKAD 0.820 0.729 0

16 FASW 0.406 0.372 0

17 GJTL 0.266 0.271 0

18 GGRM 1.716 0.593 0

19 HMSP 0.415 0.383 0

20 INTP 0.476 0.534 0

21 INAF 0.488 0.511 0

22 INDF 0.267 0.291 0

23 IKAI 0.128 0.147 0

24 JPRS 0.216 0.425 0

25 KAEF 0.694 0.717 0

26 LION 0.821 0.814 0

27 LMSH 0.409 0.503 0

28 TCID 0.842 0.842 0

29 MYOR 0.679 0.613 0

30 MERK 0.768 0.827 0

31 MLBI 0.451 0.396 0

32 MRAT 0.841 0.880 0

33 PBRX 0.608 0.282 0

34 PYFA 0.882 0.829 0

35 RICY 0.728 0.608 0

36 RDTX 0.851 0.809 0

37 SMGR 0.546 0.615 0

38 BATA 0.655 0.577 0

39 STTP 0.676 0.688 0

40 SOBI 0.585 0.571 0

41 IKBI 0.712 0.617 0

42 TSPC 0.785 0.764 0

43 TIRT 0.232 0.225 0

44 TRST 0.500 0.455 0

45 ULTJ 0.623 0.649 0

46 UNVR 0.619 0.566 0

(59)

Berdasarkan hasil perhitungan TETA masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.1, pada tahun 2004 TETA tertinggi dimiliki oleh PT. Pyridam Farma sebesar 0,882 dan terendah dimiliki oleh PT. Alakasa Industrindo sebesar 0,037. Pada tahun 2005 TETA tertinggi

dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal sebesar 0,895 dan terendah dimiliki oleh PT. Intikeramik Alamasri Industri sebesar 0,037.

Tabel 4.2

Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 2

2 ATPK 0,964 1,012 1

10 CEKA 0,693 0,536 1

11 CTTH 0,176 0,072 1

12 DSUC 0,192 0,073 1

13 DNET 0,671 0,644 1

14 ERTX 0,005 -0,049 1

15 ETWA 0,723 0,749 1

16 ESTI 0,639 0,573 1

17 FPNI 0,357 0,221 1

18 FMII 1,000 0,642 1

19 SMCB 0,286 0,252 1

20 SHID 0,091 0,018 1

21 INCF 0,169 0,319 1

22 INDS 0,209 0,145 1

23 JSPT 0,445 0,409 1

24 JTPE 0,623 0,639 1

25 KICI 0,537 0,476 1

26 KDSI 0,229 0,206 1

27 META 0,135 0,106 1

28 PAFI 0,145 0,099 1

29 KONI 0,335 0,328 1

30 RIMO 1,318 1,522 1

31 RBMS 0,722 0,733 1

32 RODA 0,929 0,952 1

33 SIPD 0,041 0,815 1

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 1
Tabel 3.2 Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 2
Tabel 3.3 Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik utama dari suatu motor diesel adalah metode penyalaan bahan bakar. Dalam motor diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan

Rincian agenda : membicarakan hasil pendampingan akreditasi dan revisi hasil pendampingan, mempersiapkan dokumen untuk acara rapat kerja (apa saja yang akan dibicarakan di

pertama tahap awal pembelajaran menunjukan hasil yang cukup dengan persentase sebesar 68,56% dan proses pembelajaran menunjukan hasil yang baik dengan persentase sebesar

Contohnya adalah kata “langkah pertama, setelah, dan terakhir” yang terdapat pada kalimat berikut:. Langkah pertama adalah campurkan bahan-bahan abu gosok atau bubuk bata merah

Untuk mengukur tingkat kemampuan pengembalian atas biaya usaha tani kedelai dengan penerapan teknologi PTT digunakan analisis kelayakan usaha tani berupa R/C

Target yang diharapkan dari kegiatan KKS Pengabdian ini adalah mahasiswa dapat membantu meningkatkan keterampilan istri nelayan di Desa Tihengo Kecamatan Ponelo

Doctrinal research diartikan sebagai “ research which provides a systematic exposition of the rules governing particular legal category, analisyses the relationship

“Definisi tersangka diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka (14) KUHAP yang menyebutkan bahwa: “Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadannya,