• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon masyarakat Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok terhadap nikah dengan melangkahi kakak kandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon masyarakat Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok terhadap nikah dengan melangkahi kakak kandung"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: AHMAD FAUJI

106044201451

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK TERHADAP NIKAH DENGAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG”, telah diujikan dalam munaqosah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Jumat Tanggal 28 Januari 2011, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan Administrasi Keperdataan Islam.

Jakarta, 28 Januari 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Nip: 19550505 198203 1 012

PANITIA UJIAN

1. Ketua Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MH Nip. 19500306 197603 1 001

( . . . )

2. Sekretaris Rosdiana, MA

Nip. 19690610 200312 2 001

( . . . )

3. Pembimbing DR. H. A. Juaini Syukri, Lcs. MA Nip. 19550706 199203 1 001

( . . . )

4. Penguji 1 Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Nip. 19550505 198203 1 012

( . . . )

5. Penguji 2 Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MH Nip. 19500306 197603 1 001

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Februari 2011 M 10 Rabiul Awal 1432 H

(4)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AHMAD FAUJI NIM: 106044201451

Di Bawah Bimbingan

DR. H. A. Juaini Syukri, Lcs, M.A NIP. 195507061992031001

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Februari 2011 M 10 Rabiul Awal 1432 H

(6)

i

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri teladan yang sempurna bagi kita semua.

Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “RESPON MASYARAKAT KELURAHAN PASIR PUTIH KEC. SAWANGAN KOTA

DEPOK TERHADAP NIKAH DENGAN MELANGKAHI KAKAK

KANDUNG”. Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah.

(7)

ii

menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis bias berada di bawah bimbingan beliau.

4. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi.

5. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua penulis yang tercinta, ayahanda dan ibunda yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis dengan tulus, serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses dalam segala hal. Semua yang telah merekaberikan tidak akan dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini.

6. Kakak-kakak tercinta, serta keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan juga semangat, serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

iii

9. Tak terlupakan pula terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini yang penulis tidak bias sebutkan satu per satu.

Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT. Kesempurnaan haya milik Allah SWT mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, 16 Desember 2010

(9)

iv

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembahasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Landasan Teori ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Review Studi Terdahulu ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II PERNIKAHAN MENURUT FIQIH DAN HUKUM POSITIF A. Pengertian Pernikahan ... 17

B. Dasar Hukum Pernikahan ... 20

C. Rukun dan Syarat Pernikahan... 25

D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ... 33

BAB III POTRET MASYARAKAT KELURAHAN PASIR PUTIH A. Letak Geografis ... 39

B. Kondisi Demografis ... 40

C. Kondisi Sosial Masyarakat ... 42

BAB IV MELANGKAHI KAKAK DALAM PERNIKAHAN A. Pengertian Pernikahan Melangkahi Kakak ... 45

(10)

v

D. Respon Masyarakat Kelurahan Pasir Putih Tentang

Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung ... 52

E. Analisa Penulis ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran-Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 64

1. Lembar Pengesahan Tim Penguji Seminar Proposal Skripsi ... 65

2. Surat Permohonan Data / Wawancara dengan Kepala Kelurahan Pasirputih Kecamatan Sawangan Depok ... 66

3. Permohonan Kesediaan menjadi Pembimbing Skripsi ... 67

4. Keterangan Melakukan Wawancara di Kelurahan Pasirputih Kecamatan Sawangan Kota Depok ... 68

5. Surat Pernyataan Narasumber ... 69

(11)

1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan, Allah SWT menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya.1 Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT surat An-Nisaa ayat 1 yang artinya:

“Hai sekalian manusia, bahwa kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan

kamu dari diri yang satu, dan dari pada nya Allah menciptakan Istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya

Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk yang lainnya. Manusia dianugrahkan akal dan fikiran untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, dan mana yang halal dan mana yang haram. Manusia terlahir dengan membawa fitrah pada dirinya, salah satunya adalah memiliki kecendrungan dangan lawan jenisnya, yaitu nafsu dan syahwat. Nafsu dan syahwat ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena ia merupakan suatu kebutuhan yang sifatnya naluri.2

1

H. Abdul Rahman Gozaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: PT. Kencana, 2003) cet 1. h. 23

2

(12)

Allah SWT mensyaratkan pernikahan kepada hamba-hambanya karena pernikahan itu merupakan amal ibadah kepada-Nya, bahkan Allah memberikan motivasi kepada hamba-hambanya yang sudah sanggup untuk melangsungkan pernikahan.3 Seperti yang telah dijelaskan dalam firman Allah SWT, surat An-Nur ayat 21 yang artinya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah

syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah

Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Pernikahan adalah akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidzan) yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk keluarga yang pelaksanaannya didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pernikahan bukanlah arti kewajiban, melainkan hanya hubungan sosial kemanusiaan semata. Pernikahan akan bernilai ibadah, jika diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT.4

Melangsungkan pernikahan ialah saling mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Karena pernikahan termasuk pelaksanaan Agama, maka di dalamnya terkandung adanya tujuan atau maksud mengharap keridhaan Allah SWT.

3

H. Penouh Dally, Pernikahan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), cet. 1. h. 76

4

(13)

Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. pernikahan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarkhi tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat kemulian manusia, Allah mengadakan hukuman sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai, dengan mengucapkan ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridha-meridhai, dan dengan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat. Memelihara keturunan dengan baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang dimakan oleh binatang binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami istri menurut ajaran Islam diletakan dibawah naluri keibuan dan kebapaan sebagai mana ladang yang baik yang nantinya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan menghasilkan buah yang baik pula.

(14)

kepada kesejateraan keluarga. Demikian pula kesejateraan perorangan sangat dipengaruhi oleh kesejateraan hidup keluarga. Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai terperinci. Yang demikian ini menunjukan perhatian yang sangat besar terhahap kesejahteraan keluarga. Keluarga terbentuk melalui pernikahan, karena itu pernikahan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah mempunyai kemampuan. Tujuan itu dinyatakan, baik dalam Quran maupun dalam Al-Sunnah.5

Penjelasan diatas sudah cukup jelas pemberian gambaran bahwa hendaknya pernikahan tidak ditunda-tunda atau bahkan dilarang dengan alasan diluar syar’i. Seperti yang terjadi dalam masyarakat atau beberapa adat bahwa seorang Adik dilarang mendahului Kakaknya menikah, meskipun Adik telah siap lahir dan batin untuk melakukan pernikahan.

Dalam masyarakat Betawi pernikahan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan mereka, dan hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat sakral. Pernikahan dalam adat istiadat masyarakat betawi ada dua macam yaitu: pernikahan biasa dan diam-diam, pernikahan diam-diam didalam nya juga terbagi beberapa macam yaitu: kawin gantung, kawin sirrih, kawin dengan Pria pendatang, ditarik kawin, kawin tua sama tua, naik ranjang dan naik ranjang.

5

(15)

Dalam adat Betawi, dikenal suatu istilah menikah melangkahi kakak kandung (ngelangkahin). Penikahan seorang yang melangkahi kakak kandung nya itu merupakan suatu perbuatan yang tidak baik, karena masih ada orang yang lebih tua diatasnya yaitu kakak nya.

Larangan ini secara tidak langsung, sebagai penghalang bagi seseorang untuk melangsungkan pernikahan karena kakak atau orang tua mereka tidak memberikan izin. Kalau pun dibolehkan mereka diharuskan membayar uang pelangkah kepada kakaknya yang belum menikah, sehingga hal tersebut menjadi beban dan mereka bisa mengurungkan niat nya untuk menikah.

Dari permasalahan diatas maka timbul pertanyaan, bagaimana jika seseorang adik atau seseorang yang mempunyai pasangan dan ternyata pasangan itu masih mempunyai seorang kakak yang belum menikah, sedangkan yang bersangkutan memiliki keinginan untuk menikah tapi takut kalau tidak segera menikah maka ia akan terjerumus pada perbuatan zina atau bahkan membawa dampak negatif dan cenderung mempersulit proses pernikahan.

(16)

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat permasalahannya dalam skripsi yang diberi judul “RESPON MASYARAKAT KELURAHAN PASIRPUTIH KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK TERHADAP NIKAH DENGAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG.”

B. PEMBATASAN dan PERUMUSAN MASALAH

I. Pembatasan Masalah

Pernikahan merupakan kebutuhan biologis dan psikologis manusia sejak zaman dahulu pernikahan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Oleh karena itu pernikahan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pernikahan dinyatakan sah apabila terpenuhi syarat dan rukunnya.

Mengingat luasnya pembahasan mengenai pernikahan, maka perlu kiranya penulis memberikan batasan masalah agar tidak melebar dan lebih terarah. Maka penelitan ini difokuskan pembahasannya hanya menyangkut masalah nikah dengan melangkahi kakak kandung, baik itu menurut pandangan hukum Islam, dan juga mengenai uang pelangkah dalam masyarakat Betawi yang ada di Daerah Kelurahan Pasir Putih Kec. Sawangan Kota Depok.

II. Rumusan Masalah

(17)

Undang-undang yang menjelaskan tentang pernikahan melangkahi kakak kandung, karena siapa saja yang dirinya sudah mapan dan siap lahir batin maka diperbolehkan untuk menikah tanpa memandang boleh atau tidaknya menikah dengan melangkahi kakak kandung. Namun dalam adat betawi dikenal dengan ngelangkah yaitu menikah mendahului sang kakak, hal inilah yang masih menjadi perdebatan dikalangan masyarakat Kelurahan Pasir Putih Kec. Sawangan Kota Depok.

Hal ini masih diperdebatkan karena ada masyarakat yang masih berpegang teguh dengan hukum adat yang berpendapat bahwa jika sang adik dalam pernikahan melangkahi kakaknya, maka ditakutkan si kakak akan mendapatkan jodohnya dalam waktu yang sangat lama dan hal itu akan menjadi kurang bagus bagi si kakak yang dilangkahi, terutama psikologisnya karena si kakak akan merasa dirinya tidak laku.

(18)

diinginkan seperti kawin lari bahkan bisa melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama seperti perzinahan. Oleh karena itu, bagi orang tua ataupun kakak bahkan keluarga besar yang ingin menikah, mereka harus mendukungnya dan turut mendoakan yang terbaik bagi kedua mempelai.

Rumusan masalah diatas penulis rincikan dalam pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah respon masyarakat mengenai nikah melangkahi kakak kandung

yang terjadi di daerah Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok ? 2. Bagaimanakah kedudukan uang pelangkah menurut hukum Islam ?

3. Apakah faktor penyebab terjadinya melangkahi kakak kandung dalam pernikahan ?

C. LANDASAN TEORI

Pernikahan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, pengertian pernikahan dalam ajaran Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat (mitsqan galidhan) untuk mentaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan Ibadah.

(19)

untuk melakukan pernikahan, tetapi belum mempunyai bekal (fisik dan non fisik) dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk berpuasa. Orang berpuasa akan memiliki kekuatan atau penghalang dari perbuatan tercela yang sangat keji, yaitu perzinahan.

Pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejatera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban angota keluarga. Sedangkan sejahterah adalah terciptanya ketenangan lahir dan batin disebab kan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batin, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota keluarga.6

Manusia diciptakan oleh Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Dari pada itu manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdikan dirinya kepada kholik penciptanya dengan segala aktivitas hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia antara lain kebutuhan biologismya termasuk aktifitas hidup, agar manusia menuruti tujuan kejadiannya, Allah SWT mengatur hidup manusia dengan aturan pernikahan.

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

I. Tujuan Penelitian

6

(20)

Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S1 dalam hukum Islam. 2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang melangkahi kakak kandung yang belum menikah terjadi di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.

3. Untuk mengetahui kedudukan uang pelangkah dalam perspektif hukum Islam. 4. Untuk mengetahui langkah pencegahan nikah dengan melangkahi kakak kandungnya.

II. Manfaat Penelitian

1. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S 1 dalam hukum Islam.

2. Dapat mengetahui lebih dalam mengenai nikah dengan melangkahi kakak kandung.

3. Meningkatkan kualitas penulis dalam membuat karya tulis ilmiah.

E. METODE PENELITIAN

I. Pendekatan Penelitian

(21)

Dan metode hukum yang digunakan bersifat Doktriner (normatif), yaitu penelitian berdasarkan data-data yang ada sesuai dengan ketentuan hukum dan hukum positif.

II. Sumber Penelitian

Dalam penyusunan skripsi penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu: 1. Data primer: merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui

wawancara dengan tokoh masyarakat dan penduduk Kelurahan pasir putih kecamatan sawangan kota depok. Al-Quran, Al-Hadist dan undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Serta buku-buku, dan data lainnya yang memuat keterangan dan penjelasan seputar tema dan pokok penjelasan.

2. Data sekunder : data yang memberikan bahan tidak langsung atau data yang di dapat selain dari data primer. Data ini di kumpulkan melalui menelusuran buku, arsip ketetapan hukum adat makalah tulis baik surat kabar, internet, atupun data lain yang terkumpul yang mempunyai hubungan dangan tema ini.

III. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.

IV. Tehnik Pengumpulan Data

(22)

memperoleh data primer maupun sekunder, yang ada korelasinya dengan pembahasan ini.

Dalam proses analisa data penulis menggunakan metode analisis eksploratif berupa metode deskriptif yang berdasarkan pendekan rasional dan logis secara induktif terhadap susunan penelitian.

Mengenai tekhnik penulisan, penulis menggunakan buku pedoman skripsi fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta press 2007 cetakan ke1, dengan pengecualian sebagai berikut:

a. Al-Quran tidak diberi footnote, tetapi langsung disebut surat dan ayatnya dengan diberi syakal serta diterjemah kan.

b. Ayat-ayat Al-Quran dan Al-hadits ditulis dengan satu spasi.

F. REVIEW STUDI TERDAHULU

Penulis melakukan review terdahulu sebelum menentukan judul proposal, dalam review studi terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan adat melangkahi kakak kandung dalam pernikahan, diantaranya ialah: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI UANG PELANGKAH DALAM PERKAWINAN ADAT BETAWI, (Studi kasus di Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebun Jeruk) Oleh: Muhamad Fahmi (0044219385).

(23)

dilestarikan untuk menunjang khasanah kebudayaan nasional. Karena didalam nya terdapat berbagai acara diantaranya pemberian uang pelangkah, acara pemberian dilaksanakan sebelum acara pernikahan dilangsungkan.

Pemberian tersebut atau pemberian uang pelangkah itu dilaksanakan sebagai suatu penghormatan terhadap kakak kandung dari mempelai wanita yang dilangkahi.

PANDANGAN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG, (Studi kasus Kelurahan Gunungendul Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi) Oleh: Abdul Hayi (101044122127)

Skripsi ini membahas tentang pandangan hukum Islam tentang orang tua yang melarang anaknya untuk menikah terutama adik yang mempunyai kakak, yang terjadi di Desa Gunungendut itu tidak benar dan dianggap telah menyimpang dari hukum Islam. Karena perbuatan pelarangan tersebut tidak dilandasi dalil-dalil dan syarat.

(24)

Dalam hukum Islam uang pelangkah diperbolehkan dengan alasan untuk kemaslahatan dan selama tidak memberatkan serta seorang adik ikhlas memberikannya karena ia hendak melangkahi kakaknya.

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RESEPSI PERKAWINAN ADAT BETAWI, (Studi kasus di Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondok Tangerang), Oleh: Ahmad Fadillah (2010 44100819).

Skripsi ini membahas tentang adat betawi dalam pernikahan yang dipandang dalam Islam, yang mana masyarakat Kelurahan Kenanga sangat memegang teguh aturan-aturan hukum Islam. Walaupun ada salah satu kebiasaan yang tidak biasa dihilangkan dan bertentangan dengan ajaran agama Islam dan banyak kemudharatan dari pada manfaatnya, contoh hiburan (film, dangdut).

Selain itu juga dalam pelaksanaan resepsi pernikahan yang terdapat Kelurahan Kenanga tidak bertentangan dengan hukum Islam dan masih dalam norma-norma agama, baik dalam hiburan maupun hal yang lainnya, seperti diadakan pengajian atau selamatan pada malam pertama (rowahan).

(25)

membayar uang pelangkah, dan ada hasil wawancara dengan seorang yang dilangkah oleh adiknya dalam menikah. Jadi sangat beda dengan skripsi-skripsi yang sudah ada, yang berkenaan dengan masalah uang pelangkah.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang luas mengenai materi pokok penulisan dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan peneliti skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review study terdahulu, dan sistematika penulisan. Dari bab ini dapat diketahui apa yang sebenarnya yang melatar belakangi pembahasan penelitian ini. Selanjutnya dapat diketahui batasan dan rumusan masalah yang relevan untuk dikaji, serta tujuan dan manfaat yang hendak dicapai. Disamping itu pula dicermati metode dan pendekatan apa yang digunakan, serta bagaimana sistematika penulisannya.

Bab kedua menjelaskan mengenai pengertian pernikahan menurut hukum islam, dasar hukum pernikahan, rukun dan syarat pernikahan, tujuan dan hikmah pernikahan.

(26)

yang paling utama dalam penulisan skripsi, membahas dan melakukan analisa terhadap objek penelitian.

Bab keempat berisi tentang definisi pernikahan dengan melangkahi kakak kandung, tinjauan hukum Islam terhadap melangkahi kakak kandung, serta kedudukan uang pelangkah menurut hukum Islam, dan analisis penulis.

(27)

17

DAN HUKUM POSITIF

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN

Kata nikah atau zawaj yang berasal dari bahasa Arab dilihat secara makna etimologi berarti berkumpul dan menindih, atau dengan ungkapan lain bermakna aqad dan setubuh, yang secara syara berarti aqad pernikahan. Secara terminologi nikah atau zawaj adalah:

1. Aqad yang mengandung kebolehan memperoleh kenikmatan biologis dari seorang wanita dari jalan ciuman, pelukan dan bersetubuh.

2. Aqad yang diciptakan Allah bagi seorang lelaki atas diri seorang perempuan atau sebaliknya untuk dapat menikmati secara biologis antara keduanya.

Aqad nikah yang telah dilakukan akan memberikan status kepemilikan bagi kedua belah pihak (suami istri), dimana status kepemilikan akibat aqad tersebut bagi si lelaki (suami)berhak memper oleh kebutuhan biologis dan segala yang terkait dengan itu secara sendirian tanpa dicampuri atau diikuti oleh lainnya yang dalam trem fiqih disebut Milkum al-Intifa, yaitu hak memiliki penginaan atau pemakaian terhadap suatu benda (istri), yang digunakan untuk diri dirinya sendiri.1

1

(28)

18 1. Menurut Hukum Islam

Sedangkan menurut hukum Islam, para ulama fiqh juga memberikan definisi tentang pernikahan,sebagai berikut:

a. Abu Yahya Zakaria Al-Anshary :

ه حن ا اكنا ظفلب ءىط حابإ نَّ تي قع ه اعرٓش اكِّلا

Artinya : ”Nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung

ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lapadz

nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya”.2

b. Imam Abu Hanifah :

ا صق عتّلا كلم يفي قع هَن أب اكِّلا

Artinya : “Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan

secara sengaja.”3

c. Imam Maliki :

هلبق ِّيبب ا تّيق بج م ريغ َيم د اب لَتلا عتم دَر م ىلع قع هَن أب اكِّلا

ريغ

Artinya : “Nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum

semata-mata untuk membolehkan watha’ bersenang-senang dan

2

Abu yahya Zakaria Al-Anshary, fath al-Wahhab, (Singapura: Sulaiman Mar;iy.t.t.), juz 2, h. 30

3

(29)

19

menikmati apa saja yang ada pada diri seorang perempuan yang

boleh dinikahinya.”4

d. Imam Syafi‟i :

اّه اّعم ا جي زت ا اكن ٳ ظفلب ء كلم نَّ تي قع هَن أب اكِّلا

٥

Artinya : “Nikah adalah suatu akad yang mengandung pemilikan “wathi”

dengan menggunakan kata menikah atau mengawinkan atau kata

lain yang menjadi sinonimnya”.5

e. Imam Hambali :

عاتّتس إ ا عفّم ىلع جي زت ٲ ظفلب قع هَن أب اكِّلا

Artinya : “Nikah adalah suatu akad dengan menggunakan lafadz-lafadz

nikah atau tazwij untuk manfaat (menikah) kesenangan”.6

2. Menurut Hukum Positif

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah sebagai berikut, “perkawinan

menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqol

ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.7

4

Ibid. Hal. 2

5

Ibid, hal. 3

6

Ibid, hal. 4

7

(30)

20

Sedangkan menurut Undang Ungang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bab I pasal I disebutkan bahwa: “pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian, pernikahan adalah suatu akad yang secara keseluruhan aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupakan ucapan seremonial yang sakral.

B. DASAR HUKUM PERNIKAHAN

Hukum nikah (perkawinan), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut.

Perkawinan adalah sunatullah, hukum alam didunia. Perkawinan dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan oleh tumbuh-tumbuhan, karena menurut para sarjana ilmu alam mengatakan bahwa segala sesuatu kebanyakan terdiri dari dua pasangan.8 Apa yang telah dinyatakan oleh para sarjana ilmu alam tersebut adalah sesuai dengan pernyataan Allah dalam Al-Qur‟an. Firman Allah SWT:





ا لا

ير

ا

:

8
(31)

21

Artinya:“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah”.(QS Al-Dzariyat: 49)

Dasar hukum diajurkan pernikahan dalam agama Islam terdapat dalam firmanAllah SWT dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, Firman SWT dalam surat An-Nur ayat 32 yaitu:

















ّلا

ر

:

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Syariat pernikahan berupa anjuaran dan beberapa keutamaannya merupakan realita yang tidak ada perdebatan di dalamnya. Pernikahan pada satu sisi adalah sunah yang dilakukan para Nabi dan Rosul dalam upaya penyebaran dan penyampaian Risalah Illahiyah. Pernikahan pada sisi lain, berfungsi sebagai penyambung keturunan agar silsilah keluarga tidak terputus yang berarti terputusnya mata rantai sejarah dan hilangnya keberadaan status sosial seseorang.

Terlepas dari pendapat imam-imam mazhab, berdasarkan nash-nash, baik

Al-Qur‟an maupun As-Sunnah, islam sangat menganjurkan kaum muslimin yang

(32)

22

pernikahan itu dapat dikenakan hukuman wajib, sunnah, haram, makruh, ataupun mubah.

1. Wajib

Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menikah dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak nikah maka hukum melakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah wajib. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat terlarang. Jika penjagaan diri itu harus dengan melakukan pernikahan, sedang menjaga diri itu wajib, maka hukum pernikahan itupun wajib.9 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-nur ayat 33.

 



































ّلا

ر

:

Artinya : “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa

9

(33)

23

budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah

adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

2. Sunnah

Bagi seseorang yang memiliki potensi biologis melakukan hubungan suami istri, akan tetapi ia tidak takut atau tidak khawatir terjebak ke dalam perbuatan terlarang (zina). Menurut penilaian Jumhur fuqaha, kondisi seseorang yang berada pada tingkatan seperti ini lebih utama baginya melakukan pernikahan dari pada menunda demi ibadah yang bersifat sunnah.10

3. Haram

Melakukan suatu pernikahan akan menjadi haram hukumnya, jika dengan perbuatan itu seseorang mempunyai itikad yang tidak terpuji, seperti untuk menyakiti atau menganiaya istrinya. Begitu pula seseorang yang berniat sekedar untuk mempermainkan pasangannya, haram baginya melakukan pernikahan. Orang seperti itu bahkan wajib meninggalkan pernikahan. Haram pula melakukan pernikahan bagi seorang laki-laki yang nyata-nyata tidak mampuh memberikan nafkah lahir maupun batin terhadap istrinya, jika keadaan seperti itu justru akan mengakibatkan seseoarang istri hidup dalam penderitaan.

10

(34)

24

Haram pula hukumnya melakukan suatu pernikahan, jika seorang laki-laki membohongi calon istrinyadengan menyebutkan keturunan, harta kekayaan, dan kerjaan secara palsu. Begitu pula haram bagi permpuan yang menyadari dirinya tidak mampuh memenuhi hak-hak suaminya, tetapi ia tidak mau menjelaskan hal itu kepada calon suaminya sebelum pernikahan dilakukan.11

4. Makruh

Bagi orang yang tidak berhajat untuk menikah sama ada disebabkan keadaan aslinya yaitu bahkan kebutuhan nafsu atau karena penyakit seperti impotensi dan tidak mampuh pula menyediakan biaya. Dengan menikah berarti dia dibebankan hab dengan tanggung jawab yang tidak dapat disempurnakan olehnya.12

5. Mubah

Mubah hukumnya menikah apabila seseorang berkeyakinan tidak akan jatuh kedalam perzinahan kalau ia tidak nikah dan seandainya dia nikah tidak akan mengabaikan kewajibannya sebagai suami istri.13

11

H A. chaeruddin, Ensiklopedi tematis dunia Islam, (Jakarta. PT Ichtiar Baru) h. 69.

12

Abdullah Saddiq, Perkawinan Dalam Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada 2003), cet. 1, h. 12

13

(35)

25

Dari uraian tersebut diatas menggambarkan bahwa dasar perkawinan, menurut hukum Islam, pada dasarnya bisa menjadi wajib, haram, sunah, dan mubah tergantung dengan keadaan maslahat atau mafsadatnya.

C. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN

1. Menurut Hukum Islam

Rukun dan syarat dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainya, karena setiap aktivitas ibadah yang ada dalam ajaran Islam senantiasa ada yang namanya rukun dan syarat. Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidanya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Adapun syarat adalah sesuatu yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.

Dan suatu pekerjaan (ibadah) yang telah memenuhi rukun dan syaratnya baru dikatakan sah.14

Perkawinan merupakan salah satu ibadah dan memiliki syarat-syarat sebagaimana ibadah lainnya. Syarat dimaksud, tersirat dalam undang-undang pernikahan dan kompilasi hukum Islam yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Rukun Pernikahan

14

(36)

26 1. Adanya calon suami

2. Adanya calon istri 3. Adanya wali nikah

Aqad nikah diangap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkan sang mempelai, karena wali mempunyai peranan penting dalam pernikahan tersebut.

4. Adanya dua orang saksi 5. Ijab dan qabul 15

b. Syarat Ijab dan Qabul:

1. Ada Ijab (pernyataan) mengawinkan dari pihak wali 2. Ada Qabul (pernyataan) penerimaan dari calon suami

3. Memakai kata-kata “Nikah”,”Tazwij”, atau terjemahannya seperti “kawin” 4. Antara Ijab dan Qabul bersambungan tidak boleh pisah

5. Antara Ijab dan Qabul jelas maksudnyaf. Orang yang terkait dengan Ijab

dan Qabul tidak dalam keadaan Haji dan Umrah. Majelis Ijab dan Qabul

itu harus dihadiri paling kurang empat orang, yaitu calon mempelai pria

15

(37)

27

atau wakilnya, wali dari calon mempelai wanita atau wakilnya dan dua orang saksi.16

c. Syarat untuk calon mempelai pria 1. Beragama Islam

2. Laki-laki 3. Baligh 4. Berakal 5. Jelas orangnya

6. Dapat memberikan persetujuan

7. Tidak terdapat halangan perkawinan, seperti tidak dalam keadaan ihram dan umrah.

d. Syarat-syarat calon mempelai wanita adalah 1. Beragama Islam

2. Calon suaminya itu bukan mahramnya baik karena sepertalian darah (nasab) maupun karena sepersusuan dan hubungan kekeluargaan.

3. Perempuan; 4. Jelas orangnya;

5. Dapat memberikan persetujuan; 6. Tidak terdapat halangan pernikahan;

16

(38)

28 e. Syarat-syarat bagi wali nikah

1. Baligh 2. Berakal 3. Laki-laki

4. Seorang muslim 5. Ia sedang tidak ihram 6. Harus adil.17

f. Syarat-syarat bagi saksi nikah

1. Islam 2. Baligh 3. Berakal 4. Adil

5. Dapat berbicara atau memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab Kabul

6. Ingatannya baik 7. Bersih dari tuduhan.18

17

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), cet. 1, h. 71

18

(39)

29

Dari uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa saksi, menurut istilah, adalah orang yang memberitahukan keterangan dan mempertanggung jawabkan secara apa adanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 135















ءاسّلا

׃

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu

kerjakan” (Q.S. An-Nisa : 135)

2. Menurut Hukum Positif

Dalam Undang Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 2 ayat 1 menyatakan: “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu”

(40)

30

a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21

tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua .

c. Dalam hal salah seorang dari kedua orang telah meniggal dunia atau dalam keadaan tidak mampuh menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampuh menyatakan kehendaknya.

d. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampuh untuk menyatakan kehendak maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan, lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat manyatakan kehendak.

e. Dalam hal ini ada beberapa perbedaan antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberika izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini:

(41)

31

Berhubungan dengan rukun dan syarat pernikahan ini, perlu juga diperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Kompilasi Hukum Islam.19

Bagian kesatu dalam dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 14 tentang rukun pernikahan, yang mana melaksanakan harus ada:

a. Calon suami b. Calon istri c. Wali nikah d. Dua orang saksi e. Ijab dan Qabul.

Selanjutnya dalam Kompilasi Hukum Islam BAB II pasal 5 dan pasal 6 yang berisikan tentang dasar-dasar perkawinan adalah sebagai berikut:

Pasal 5

1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.

2) Pencatatan perkawinan tesebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagai mana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1946 dan Undang-undang No. 32 Tahun 1954.

19

(42)

32 Pasal 6

1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapkan dan dibawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. 2) Perkawinan yang dilakukan yang diluar Pegawai Pencatat Nikah tidak

mempunyai kekuatan hukum.

Bagian kedua dalam pasal 15 tentang calon mempelai

1. Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, pernikahan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang telah ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.

2. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3, (4), dan (5) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Bagian ketiga dalam pasal 19 tentang wali nikah

Wali nikah dalam pernikahan merupakan rukun yang harus dipenui bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya.

Dalam pasal 20 dikatakan, diantaranya

1. Yang bertindak sebagai wali nikah adalah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum Islam yakni muslim, akil dan baligh.

(43)

33 a. Wali nasab

Wali nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan wanita yang akan melangsungkan pernikahan. Tentang urutan wali nasab terdapat perbedaan pendapat diantara ulama fiqih.20

b. Wali hakim

Wali hakim adalah seorang yang ditunjuk untuk menjadi wali dengan persetujuan dari kedua belah pihak, bisa dari Kantor Urusan Agama (KUA), atau wali yang diangkat oleh calon suami dan atau istri, selama itu sudah disetujui oleh kedua belah pihak.21

c. Wali Mujbir

Wali mujbir adalah. Ayah, kakak dan seterusnya menurut patrilineal dari perempuan yang dinikahkan itu. Adapun wali mujbur adalah yang dapat memaksa anaknya menikah.22

D. TUJUAN DAN HIKMAH PERNIKAHAN

1. Tujuan Pernikahan

Tujuan lain dari perkawinan dalam Islam Ialah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan yaitu berhubungannya antara laki-laki dan wanita dalam rangka

20

Ibid, h. 91

21

Abd Rahman Gazali , Fiqih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), h. 50

22

(44)

34

mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan rasa cinta kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan syara‟.23

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 bahwa tujuan pekawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketentuan Yang Maha Esa.

Sedikitnya ada empat macam yang menjadi tujuan pernikahan. Keempat macam tujuan perkawinan itu hendaknya benar-benar dapat dipahami oleh calon suami atau istri, supaya terhidar dari keretakan dalam rumah tangga yang biasanya berakhir dengan perceraian yang sangat dibenci oleh Allah.

Ada beberapa tujuan dari di syaratkan nya perkawinan atas umat Islam. Diantaranya adalah:

a. Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan generasi yang akan datang.24 Sebagai mana Allah SWT berfirman dalam surat An-nisa Ayat 1.

23

Moh. Idris Romulya, Hukum Perkawinan Islam: suatu analisis dari Undang-Undang no. I tahun 19974 dan KHI, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet ke 1, h. 27

24

(45)

35







ءاسّلا

׃

ا

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan”. (Q.S

An-Nisa : 1)

b. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersunguh-sunguh untuk memper oleh harta kekayaan yang halal.25

Sulaiman Al-Mufaraj, dalam bukunya bekal pernikahan, menjelaskan bahwa ada 15 tujuan pernikahan, yaitu:

1) Sebagai ibadah dan mendekatdiri kepada Allah SWT. Nikah juga dalam rangka taat kepada Allah SWT dan Rosul-Nya.

2) Untuk iffah (menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang; ihsan membentang diri dan mubadho’ah bisa melakukan hubungan intim).

3) Memperbanyak umat Muhammad SAW. 4) Menyempurnakan agama.

5) Menikah termasuk sunnahnya para utusan Allah.

25

(46)

36

6) Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan Allah untuk ayah dan ibu mareka saat masuk surga.

7) Menjaga masyarakat dari keburukan, runtuhnya moral, perzinahan, dan lain sebagainya

8) Legalitas untuk melakukan hubungan intim, menciptakan tanggung jawab bagi suami dalam memimpin rumah tangga, memberikan nafkah dan membantu istri dirumah.

9) Mempertemukan tali keluarga yang berbeda sehingga memperkokoh lingkaran keluarga.

10) Saling mengenal dan menyayangi.

11) Menjadikan ketenangan kecintaan dalam jiwa suami dan istri.

12) Sebagai pilar untuk membangun rumah tangga Islam yang sesuai dengan ajaran-Nya terkadang bagi orang yang tidak menghiraukan kalimat Allah SWT. Maka tujuan nikahnya akan menyimpang.

13) Suatu tanda kebesaran Allah SWT, kita melihat orang yang sudah menikah, awalnya mereka tidak saling mengenal satu sama lainnya, tetapi, dengan melangsungkan tali pernikahan hubungan keduanya bisa saling mengenal dan sekaligus mengasihi.

(47)

37

15) Untuk mengikuti panggilan iffah dan menjaga pandangan kepada hal-hal yang diharamkan.26

2. Hikmah pernikahan

Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan ahlak dengan perkawinan, masyarakat dapat di selamatkan dari kerusakan ahlak dan mengamankan setiap individu dari kerusakan pergaulan. Dengan perkawinan ini, umat dapat di selamatkan,baik secara individual maupun secara sosial,dengan budi pekerti yang baik dan ahlak yang mulia. Inilah sala satu dari fungsi dari risalah yang di bawa Rasullah S.A.W.27

Ada beberapa hikmah yang bisa didapat dari sebuah pernikahan, diantaranya adalah:

1. Menikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan.28

2. Untuk menimbulkan ketenangan jiwa, bertemu dan bercumbuh rayu antara suami istri bisa menenangkan jiwa, dan menumbuhkan suasana bahagia. Apabila suasana aman dan tentram telah tumbuh, ibadah yang akan di lakukanya menjadi

26

Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syair, Wasiat, Kata Mutiara, (Jakarta: Qisthi Press, 2003), h. 5

27

Al-gazali, Ihya Ulumudin II Terjemah. (Jakarta: faizan. 1984), h.374.

28

(48)

38

khusus dan bergairah. Jiwa yang senantiasa sibuk dan capai,membawa orang menjadi kesal dan cepat mara, gelisa dan tdak berfikir tenang. Dengan berkumpul bersama-sama keluarga,istri,anak-anak, bergurau dan bercumbuh rayu, lahirlah suasana tenang dan tentram serta bahagia.

3. Bertanggung jawab atas pengasuhan anak, perkawinan adalah untuk mengetahui hakekat pertanggung jawaban dalam memelihara dan mendidik anak-anak, agar mereka menjadi anak yang cerdas, rajin, dan sehat, serta sholeh. Dengan mengetahui hakekat tanggung jawab ini, terdorong suami istri untuk bekerja dan iklas dan sungguh-sungguh sehingga mampu pemikul beban yang di pikulkan di atas pundaknya masing-masing.29

4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menaggung anak-anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang. Ia akan cekatan bekerja dan mencari penghasilan yang dapat memperbesar jumlah kekayaan dan memperbanyak produksi. Juga dapat mendorong usaha mengeksploitasi kekayaan alam yang dikaruniakan Allah bagi kepentingan hidup manusia.30

29

Abdul Qadir jailani, kelurga sakina, (Surabaya: Bina ilmu, 1995), cet. 1, h.45

30

(49)

39

A. LETAK GEOGRAFIS

[image:49.612.117.538.59.210.2]

Kelurahan Pasir Putih terletak di bagian selatan Kecamatan Sawangan. Dengan luas wilayah ± 486 Ha kondisi tanahnya, termasuk jenis tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian, holtikultura, daratan rendah tidak bertebing dan tidak berlereng. Ditinjau dari segi penggunaannya lahan di Kelurahan Pasir Putih dibagi sebagai berikut:

Tabel 1

Penggunaan lahan di Kelurahan Pasir Putih

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS LAHAN

1 Perumahan/pemukiman 99.330 ha

2 Perusahaan 1.00 ha

3 Pertanian / sawah 17.900 ha 4 Sarana olah raga 1.0 Ha Sumber: Kelurahan Pasir Putih

Kelurahan Pasir Putih beriklim tropis dengan kelembaban tertinggi antara 78-98% dengan rata-rata antara kelembaban 85% suhu musim hujan antara 250C - 260C. Musim hujan jatuh pada bulan November sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Oktober dengan peralihan musim terjadi pada setiap awal musim hujan dan musim kemarau.

(50)

40

digunakan masyarakat sebagai sumber perairan, dan kini tidak dapat digunakan lagi sehubungan dengan perubahan fungsi.

Wilayah kelurahan Pasir Putih berada dalam wilayah kecamatan Sawangan dan salah satu dari 10 kelurahan di Sawangan dengan jarak tempuh terhadap pusat pemerintahan yaitu sebagai berikut:

Ke Kecamatan : 3,5 Km/10 Menit Ke Kantor Wali Kota Depok : 9,5 Km/40 Menit Ke Provinsi : 795 Km/2,5 Jam

Sedangkan batas-batas wilayah kelurahan Pasir Putih adalah: Sebelah Utara : Kelurahan Sawangan Baru Sebelah Timur : Kelurahan Cipayung Sebelah Selatan : Desa Raga Jaya Sebelah Barat : Kelurahan Bedahan

B. KONDISI DEMOGRAFIS

(51)
[image:51.612.122.538.54.399.2]

41 Tabel 2 Jumlah penduduk

NO JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE

1 Laki-laki 7.992 jiwa 52,9%

2 Perempuan 7.094 jiwa 47,02%

3 TOTAL 15.086 jiwa 100%

Sumber: kelurahan pasir putih

1. Kondisi Ekonomi

Tingkat laju pertumbuhan penduduk mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, dan mempengaruhi peningkatan pendapatan perkapita. Hal ini karena penduduk kelurahan Pasir Putih dengan mata pencaharian antara lain: bertani, berdagang, wiraswasta, buruh, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, anggota TNI/POLRI serta pensiunan/purnawirawan. Hal ini dapat diketahui melalui tabel berikut:

Tabel 3

Penduduk menurut Profesi atau Pekerjaan

NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE

1 Tani 1.350 Orang 29,33%

2 Jasa 30 Orang 0,65%

3 Wiraswasta 632 Orang 13,73%

4 Pegawai swasta 320 Orang 6,95% 5 Pegawai negeri sipil 141 Orang 3,06%

6 Lainnya 2.121 Orang 46,08%

7 TNI/POLRI 9 Orang 0,2%

TOTAL 4.603 Orang 100%

[image:51.612.133.508.501.630.2]
(52)

42

C. KONDISI SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN

1. Bidang keagamaan

Karakteristik penduduk kelurahan Pasir Putih khususnya dalam sektor agama bersifat heterogen, hal ini mencerminkan penganut agama sebagai konsekuensi logis dengan beragam penganut agama yang ada di kelurahan Pasir Putih menuntut upaya dari semua pihak untuk menciptakan kerukunan antar pemeluk agama, sehingga terciptanya lingkungan yang tenteram dan harmonis.1

[image:52.612.110.527.58.612.2]

Warga kelurahan Pasir Putih merupakan penduduk yang terdiri dari beragam agama. Namun mayoritas penduduknya beragama Islam sebesar 96,16 % penduduk beragama islam. Hal ini dapat dilihat dari data kependudukan, adapun rinciannya sebagai berikut:2

Tabel 4

Jumlah pemeluk agama menurut keyakinan masyarakat Kelurahan Pasir Putih

NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE

1 Islam 14.506 Orang 96,16 %

2 Kristen protestan 220 Orang 1,46 % 3 Kristen khatolik 330 Orang 2,08 %

4 Hindu 12 Orang 0,07 %

5 Budha 18 Orang 0,11 %

TOTAL 15.086 Orang 100 %

Sumber: kelurahan pasir putih

1Hasil Penelitian di Kelurahan Pasirputih Kec. Sawangan Kota Depok Pada Tanggal 04

November 2010.

2

(53)
[image:53.612.145.537.55.452.2]

43 2. Sarana Prasarana

Tabel 5

Data Sarana Ibadah dan Pendidikan Kelurahan Pasir Putih

NO SARANA JUMLAH

1 Masjid 5

2 Mushollah 48

3 Gereja 0

4 Wihara 0

5 Pura 0

6 Majelis ta’lim (kaum ibu) 32 7 Majelis ta’lim (kaum bapak) 24 8 Sekolah dasar negri (SDN) 3 9 Sekolah dasar swasta 5

10 SLTP N 0

11 SLTP Swasta 5

12 SMA Negri 0

13 SMA Swasta 2

14 SMK 2

15 Akademi 0

16 Perguruan tinggi 0 Sumber: kelurahan pasir putih

3. Pertahanan dan keamanan

(54)
[image:54.612.148.539.48.454.2]

44 Tabel 6

Tenaga Keamanan di Kelurahan Pasir Putih

NO TENAGA KEAMANAN JUMLAH

1 Petugas Kepolisian 2 orang

2 Petugas Pol.PP 1 orang

3 Hansip terlatih 10 orang

JUMLAH 13 orang

(55)

45

A. PENGERTIAN

Kata melangkahi berasal dari langkah yang berarti mendahului atau melewati. Disi ada tiga pengertian yang pertama; melangkahi artinya mendahului nikah, yang kedua; pelangkah artinya barang yang diberikan oleh calon pengantin pria kepada kakak calon pengantin wanita yang belum menikah(yang dilangkahi atau didahului nikah) dan yang ketiga; langkah yang artinya gerakan kaki maju atau mundur, jarak antara kedua belah kaki yang dikangkangkan kemuka ketika berjalan, tindakan, perbuatan, permulaan berjalan.1 Hubungannya dengan skripsi ini, penulis mengambil pengertian yang pertama yaitu melangkahi atau mendahului nikah.

B. PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK DILIHAT DARI SUDUT

PANDANG HUKUM ISLAM

1. Dilihat dari Sudut Pandang Hukum Islam

Dalam hukum Islam, tidak mengenal istilah pernikahan melangkahi kakak kandung (dilangkahin). Islam hanya memerintahkan kepada mereka yang telah mampuh untuk menikah agar meyegerakannya tanpa melihat apakah ia melangkahi kakaknya atau tidak.

1

(56)

46

Pada masyarakat betawi khususnya dalam keluarga, orang tua tidak melarang dan menolak apabila ada yang melamar anaknya oleh seseorang karena ada beberapa alasan kakaknya atau saudaranya yang lebih tua dan belum mendapat jodoh atau belum menikah, sebab setiap orang itu semua jodohnya sudah diatur oleh Allah SWT. Di samping itu pula tidak ada dalil dan syariat atau Undang-Undang yang mengatur atau memerintahkan tindakan tersebut, bahwa orang tua mengatur masalah pernikahan anak-anaknya harus menikah secara tertib atau teratur yang lebih tua duluan dan setelah itu yang muda.

Pernikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin) adalah istilah tersebut yang biasa ada didalam masyarakat dan kemudian menjadi hukum (adat) bagi masyarakat betawi. Walaupun ia berasal dari hukum adat, hal tersebut tidak bisa menjadi patokan bahwa pernikahan tersebut dilarang menurut agama Islam. Meskipun ada suatu kaedah fiqh yang menyebutkan al-adatul muhakamah yang artinya” bahwa adat dapat dijadikan sebagai salah satu sumber hukum islam”

Namun hukum adat hanya berlaku dalam muamalah atau kemasyarakatan sedangkan dalam hal ibadah orang tidak boleh menambah atau mengurangi terhadap apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah seperti yang telah diatur dalam Al-Qur‟an dan Sunah Rosulnya.

(57)

47

sedikit masalah-masalah fiqiyah yang bersunber dari adat kebiasaan(„urf) yang berlaku pada kebiasan masyarakat tertentu. Adat yang tidak bertentangan ini disebut adat shahih, sedangkan larangan pernikahan melangkahi kakak kandung dapat dikatagorikan sebagai adat yang fasid yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal atau diberlakukan oleh masyarakat tetapi berlawanan dengan hukum Islam

2. Dilihat dari Sudut Pandang Hukum Adat

Didalam Adat Betawi dikenal suatu istilah “nikah ngelangkahin kakak”, atau yang lebih dikenal masyarakat betawi dengan istilah pernikahan melagkahi kakak kandung. Artinya adalah suatu pernikahan yang tidak diizinkan untuk dilaksanakan apabila pengantin yang akan menikah melangkahi kakak perempuan atau kakak laki-laki yang belum menikah.2

Pada masyarakat betawi khususnya di desa Pasir Putih, pernikhan semacam ini hanya aturan adat terdahulu yang dipegang oleh nenek moyang kita, oleh karena itu masyarakat atau penduduk desa ini ada yang masih berpegang atau percaya dengan adat pernikahan melagkahi kakak kandung, apabila ada seorang kakak perempuan atau kakak laki-laki yang belum menikah dan dilangkahi pernikahannya oleh sang adik, maka ada yang berpendapat niscaya kehidupan dari kakak perempuan tersebut tidak akan bagus kedepan, terutama dalam masalah jodoh. Dan juga bagi si kakak ataupun keluarga yang akan dilangkahi menikah oleh sang adik akan mendapatkan

2

(58)

48

dampak tidak baik atau akibat yang tidak enak bagi keluarga terutama kakaknya, dan disamping itu pula khawatir kelakuan kakak yang dapat mengecewakan orang tua, karena dia merasa sakit hati dilangkahi dalam pernikahan adiknya.3

Dalam hal ini ada beberapa masyarakat yang tidak setuju atau sudah tidak mengikuti adat istiadat tersebut, apabila dalam keluarga sang adik ingin menikah, maka orang tua atau pun sang kakak akan sangat gembira dan senang hati menerima kabar baik tersebut. Menurut pendapat mereka hal tersebut jauh lebih baik dari pada harus menunda atau melarang sang adik menikah dengan melangkahi kakaknya, hal tersebut tidak baik untuk adiknya. Sebagaimana contoh, sang adik yang ingin melangsungkan pernikahan namun harus dilarang, maka dalam keluarga timbul kekhawatiran dampak yang terjadi kepada keluarga atau kakak yang tidak mengenakan diantaranya adalah sang adik dapat melakukan perbuatan perzinahan atau nikah dibawah tangan (nikah sirrih) dan kawin lari, oleh karena itu mereka akan dengan senang hati untuk mengizinkannya menikah walaupun si kakak merasa sakit hati.4

C. KEDUDUKAN UANG PELANGKAH DILIHAT DARI SUDUT

PANDANG HUKUM ISLAM

Gambar

Tabel  1 Penggunaan lahan di Kelurahan Pasir Putih
Tabel  3
Tabel  4 Jumlah pemeluk agama menurut keyakinan
Tabel  5 Data Sarana Ibadah dan Pendidikan Kelurahan Pasir Putih
+3

Referensi

Dokumen terkait