• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANG HUKUM ISLAM

E. ANALISA PENULIS

Pernikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin) hanyalah sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari bagi penduduk desa pasir putih, namun sejalan dan dengan seiringnya waktu, banyak keluarga yang menerapkan sistem pernikahan seperti ini, dan mereka mengaplikasikannya kepada keturunan mereka, sehingga dari awalnya yang hanya kebiasaan, lama kelamaan menjadi tradisi dan menjadi adat dalam kehidupan masyarakat desa pasir putih.

Dalam sejarah pernikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin) bukan dari ajaran agama, baik Islam, Hindu, Budha. Hal tersebut lebih mengarah kepada persoalan adat istiadat atau budaya yang sudah ada secara turun menurun. Namun dengan berjalannya waktu, ada beberapa keluarga yang memakai atau menerapkan

10

Hasil Wawancara dengan Bapak Hapik Amin, Ketua Rukun Tetangga 01/08, Kelurahan Pasirputih pada tanggal 05 Nopember 2010

55

adat pernikahan seperti ini, dan mereka menerapkannya kepada keturunan mereka, sehingga berdampak menjadi kebiasaan, dan lama kelamaan menjadi tradisi atau menjadi adat istiadat dalam kehidupan masyarakat kelurahan Pasirputih.

Dalam pemakaian atau penerapannya ada beberapa masyarakat yang tidak menyetujui hal tersebut, dan timbulah pendapat dari kalangan masyarakat, seperti; ada yang menyetujui dan adapula yang tidak menyetujui masalah pernikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin/dilangkahi), diantaranya adalah sebagai berikut:

Masyarakat yang menyetujui hal tersebut:

1. Ada masyarakat yang beranggapan bahwa apabila seorang kakak yang dilangkah oleh adiknya dalam pernikahan, maka mereka mengkhawatirkan si kakak lama mendapat jodoh.

2. Mereka masih mengikuti adat istiadat dari nenek moyang secara turun menurun, dan menjadi adat atau tradisi di daerah mereka, untuk menghormati peninggalan nenek moyang mereka.

3. Menjaga perasaan sang kakak yang akan dilangkahi (dilangkahin) oleh adiknya agar tidak sakit hati atau menyinggung perasaannya, dan berdampak tidak baik bagi sang kakak yang dikhawatirkan akan timbul prilaku yang tidak baik dari sang kakak, sedangkan untuk keluarga akan menjadi bahan omongan di masyarakat tersebut.

56

4. Permasalahan tersebut bisa akan menjadi do‟a untuk sang kakak yang dilangkahi oleh adiknya dalam menikah, maksudnya adalah sang kakak akan terhendat untuk mendapatkan jodoh, karena berawal dari kekhawatiran orang tua yang anak perempuannya belum menikah, ucapan orang tua perempuan yang selalu berkata, kapankah anak perempuan saya mendapatkan jodohnya, sehingga pernyataan atau perkataan tertsebut menjadi kenyataan, sang kakak lama mendapatkan pendamping hidup.

Masyarakat yang tidak menyetujui hal tersebut dikarnakan

1. Dalam kehidupan dirumah tangga, antara sang kakak dan adik khawatir hubungan mereka tidak baik, kalau mereka tidak menimbulkan maslahat dan madharat bagi keluarga dan hubungan antara adik dan kakak.

2. Permasalahan yang timbul dari persyaratan (pemberian uang pelangkah) yang tidak dapat terpenuhi oleh sang adik, khawatir akan terjadi keputusan sang kakak yang akhirnya melarang sang adik menikahkarena si kakak tidak mau dilangkahi (dilangkahin)

3. Khawatir efek yang terjadi dari pernikahan tersebut adalah, sang adik melakukan perbuatan yang tidak baik seperti ia berbuat zina atau mengecewakan keluarga. 4. Seorang adik awalnya menunda pernikahan, karena kakaknya belum menikah,

oleh karena itu menjadi gagal akibat rasa kecewa dari pihak mempelai lainnya, dan si adik terlalu lama menunggu kesiapan dari sang kakak untuk menikah terlebih dahulu

57

Sedangkan mengenai uang pelangkah itu sendiri, dalam agama Islam tidak melarangnya selama hal tersebut tidak memberatkan calon adik iparnya. Akan tetapi kalau hukum memberikan uang pelangkah itu diwajibkan maka dalam agama Islam hukumnya berubah menjadi haram, karena dalam hukum Islam sendiri tidak mengatur masalah pernikahan melangkahi kakak kandung, kalau pun terjadi si adik menikah dengan melangkahi kakaknya maka harus membayar uang pelangkah.

Dan tidak ada satu pun dalam nash Al-Quran dan Hadist yang menguatkan masalah pemberian uang pelangkah kepada kakaknya yang dilangkah dalam pernikahan, walaupun pemberian uang pelangkah itu wajib hukumnya menurut hukum adat. Dan didalam undang-undang tentang pernikahan baik dalam Kompilasi Hukum Islam maupun dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tidak ada satu pun yang mengatakan bahwa pernikahan melangkahi kakak kandung harus membayar uang pelangkah, hal tersebut juga kembali kepada masyarakat yang masih berpegang teguh kepada peninggalan nenek moyang dan adat istiadat terdahulu yang turun menurun kepada keturunannya.

55 A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, pada akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan akhir tentang masalah penikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin) diantaranya adalah:

1. Adat istiadat ini dijalani oleh masyarakat Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok dengan biasa, maksudnya mereka menerima dengan baik adat istiadat tersebut. Namun dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, mulai timbul pro dan kontra yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tersebut. Bagi yang pro mereka sangat percaya apabila seorang kakak perempuan yang belum menikah harus dilangkahi menikah oleh adiknya, meraka percaya bahwa kehidupan sang kakak kedepannya nanti tidak akan berjalan dengan baik, terutama untuk masalah jodoh, oleh karenanya para orang tua dan kakak perempuan di daerah tersebut tidak akan pernah mengizinkan seorang adik untuk menikah melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah, kecuali sang adik dapat memberikan uang pelangkah atau dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh sang kakak kepada adiknya. Sedangkan untuk yang kontra, tidak setuju dengan adat istiadat tersebut karena menurut mereka hanya ada efek buruk yang akan timbul, terutama untuk kejiwaan sang adik. Sang adik yang tertunda atau gagal menikah akan merasa sangat depresi karena harusnya dia sudah menikah namun harus tertunda hanya karena harus mengikuti adat istiadat tersebut yang akhirnya dapat membuat sang adik berbuat nekat dengan cara melakukan kawin lari atau yang paling buruk adalah berzina.

56

2. Uang pelangkah biasanya diberikan seorang adik yang akan menikah telebih dahulu dari pada kakaknya, dan uang pelangkah dapat menjadi ungkapan maaf dari sang adik kepada kakaknya. Biasanya uang pelangkah tidak hanya berupa uang tetapi dapat juga berupa benda apa saja seperti handphone, emas ,jam tangan bahkan motor tergantung kesepakatan dari kedua belah pihak. Namun kedudukan uang pelangkah di dalam Islam tidak dianjurkan karena tidak ada hukum yang menyebutkan bahwa jika akan melangkahi kakak dalam pernikahan diwajib kan untuk membayar uang pelangkah.

Dalam pandangan Islam uang pelangkah tidak ada aturannya yang mengharuskan untuk dilaksanakan bahkan dalam nash Al-Qur’an dan Hadist tidak ada keterangan yang jelas tentang uang pelangkah, tetapi dalam ajaran Islam diperbolehkan adanya pemberian uang pelangkah. Status uang pelangkah adalah tradisi (adat) orang-orang terdahulu dan tidak menjadi hukum. Ada dan tidak adaanya uang pelangkah dalam pernikahan tidak menjadi masalah akan tetapi adat biasa dijadikan suatu hukum hanya dalam hal kemasyarakatan bukan dalam ibadah.

3. Dalam pemaparan yang telah kita lihat sebelumnya, banyak faktor yang menyebabkan sang adik menikah terlebih dahulu dari pada kakaknya seperti : 1. Sang adik lebih mapan dari pada kakaknya dan siap lahir dan batin.

2. Keadan yang mendesak, karena sang adik sudah melanggar norma-norma agama.

3. keluarga yang sudah memberikan ijin untuk menikah.

4. takut jika adik berpacaran lama-lama akan melanggar norma-norma hukum dan agama.

57

5. jika adiknya seorang wanita, telah datang laki-laki mapan yang melamarnya. 6. Adik yang sudah tidak sekolah.

Didalam hukum Islam, Allah tidak pernah melarang kaum atau umat-Nya untuk melakukan pernikahan, justru Allah sangat menganjurkan untukadanya suatu pernikahan.

Pada dasarnya pernikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin) hanyalah sebuah istilah adat istiadat (urf) yang sudah biasa dan sudah dikenal oleh masyarakat. Namun karena sudah berlangsung sekian lama dan turun temurun, maka masyarakat menjadikan hal tersebut menjadi hukum (adat) di daerah mereka. Karena dasar itulah walaupun ia berasal dari hukum adat, hal itu tidak bisa dijadikan patokan bahwa bahwa pernikahan tersebut dilarang menurut hukum Islam. Walaupun ada kaedah fiqih yang menyebutkan Al-adatu Muhakamat, namun tidak bisa menjadi adat bisa masuk dalam hukum Islam.

B. Saran-Saran

1. Kepada para orang tua, sebaiknya tidak terlalu masuk kedalam urusan pribadi sang anak, karena menikah adalah hak dari seorang anak dan tugas dari para orang tua adalah merestui serta membimbing pernikahan sang anak. Untuk masalah jodoh sang kakak yang telah dilangkahi oleh adiknya, para orang tua harus yakin dan percaya bahwa jodoh, rejeki, dan hidup seseorang sudah digariskan oleh Allah SWT, akan tidak mungkin sang kakak tidak akan atau jauh dari jodohnya, karena masing-masing umat di dunia sudah ditentukan jodohnya

58

oleh Allah SWT, dan tidak ada yang bisa merubah ketentuanNya, hanya mungkin adiknyalah yang terlebih dahulu jodohnya yang di tentukan oleh Allah SWT. 2. Untuk kakak yang mempunyai adik, hendaknya jangan melarang adiknya untuk

segera menikah kalau memang dia sudah mempunyai jodoh, dan juga jangan berkecil hati, bersikaplah menerima apa adanya serta ikhlas dan turut mendoakan agar kehidupan rumah tangga adiknya itu dapat berjalan dengan baik, dan juga seorang kakak juga hendaknya bersikap terbuka tentang perasaannya. Merasa berat memang wajar tapi jangan sampai mancari-cari alasan memberatkan si adik serta janganlah peristiwa itu dijadikan kesempatan untuk meminta barang atau uang berlebih-lebih karena hal tersebut bisa saja menjadi beban bagi calon suami adiknya dan mungkin juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menikahi adiknya itu.

62

Abbas, Sudirman, A, Pengantar Pernikahan, Jakarta; PT Heza Lestari, 2006, cet. Ke-1.

Al-Hamdani, H.S.A., Risalah Nikah, terjemah Agus Salim, Jakarta: Pustaka Amani, 2002, cet. Ke- 2.

Ali, M, Hasan, pedoman Hidup berumah Tangga Dalam Islam,Jakarta, Prenada Media 2003, cet. Ke-1.

Al-Mufarraj, Sulaiman, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syair,

Wasiat, Kata Mutiara, Jakarta: Qisthi Press, 2003

Al-gazali, Ihya Ulumudin II Terjemah, Jakarta: faizan, 1984, cet. Ke-1.

Arsip Kelurahan Pasir Putih kecamatan Sawangan Kota Depok Tahun 2010-2011. Chaeruddin, H A, Ensiklopedi tematis dunia Islam, Jakarta. PT Ichtiar Baru, cet.Ke-1. Darajat, Zakiyah, IlmuFiqih, Jakarta: Depag RI, 1989, Jilid 3.

Dally, Penouh, Pernikahan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1998, cet. Ke-1. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Depatermen Agama, Kompilaasi

Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan

Agama, 1992,

Effendi, Singarimbun, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3Es, 1989

.

Gozaly, Rahman, Abdul, H. Drs., Fiqih Munakahat, Jakarta: PT. Kencana, 2006, cet. Ke-2.

Hadi, Sutisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990, cet. Ke-22. Hasil Wawancara Dengan Staf Kelurahan dan Tokoh Masyarakat.

Idris, Romulya, Moh, , Hukum Perkawinan Islam: suatu analisis dari

Ibnu Hajar Al-Hafidh al-Asqalani, Bulughul Maram, terj. H. Moh. Rifai dan

Al-Quasasy Misbah, Semarang: Wicaksono, 1989, cet. Ke-1

Rahman Gozaly Abdul, Fiqih Munakahat, Jakarta: PT. Kencana, 2003 cet. Ke-1. Rahman, Abd, Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta; Prenada Media 2003, cet. Ke-1. Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998,

cet. Ke-1.

Saddiq, Abdullah, Perkawinan Dalam Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada 2003, cet. Ke-1.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta Putra Grafika, 2006, cet. Ke-1.

Sabiq, Sayyid, fiqh sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1992, cet. ke-2.

Sungono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, cet. Ke-1.

Peunoh Daliy, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1989, cet. Ke-1. Qadir, Abdul, jailani, kelurga sakina, Surabaya: PT, Bina ilmu, 1995, cet. Ke-1.

Zainudin, Ali, Prof. Dr., H., M.A. Hukum perdata islam di Indonesia, Jakarta: Media Grafika, 2006

Zain dkk, Muhammad, Membangun Keluaga Humanis, Jakarta: Graha Cipta, 2005, cet. Ke- 1.

1. Agama apa yang dianut oleh warga Pasir Putih?

Mayoritas warga Pasir putih beragama Islam yaitu sekitar 96,16% dan minoritas beragama Kristen 1,46%

2. Bagaimana pandangan Bapak tentang masalah pernikahan melangkahi kaka kandung?

Sebaiknya kita lebih menghargai kakak kandung dengan tidak mendahuluinya dalam pernikahan. Namun, jika sang adik berjodoh terlebih dahulu maka adik meminta izin terlebih dahulu kepada sang kakak dan keluarga yang lain. Karena ada kakak yang rela dilangkahi adiknya namun tidak sedikit pula seorang kakak tidak rela dilangkahi adiknya dengan berbagai macam alasan.

3. Bagaimana pandangan Masyarakat terhadap pernikahan melangkahi kakak kandung?

Pandangan Masyarakat tentang pernikahan melangkahi kakak selama ini baik-baik saja. Karena jodoh itu pemberian yang maha kuasa tidak ada siapapun yang dapat merubahnya. Menurut Masyarakat hal ini bukan suatu yang harus dipermasalahkan jika masih pada tahap yang tidak melanggar norma-norma

4. Adakah alasan lain kenapa sang adik tidak boleh melangkahi kakaknya? Tidak ada alasan yang melarang adik tidak boleh melangkahi atau mendahului kakak, tetapi banyak pula warga kami yang melarang adik menikah sebelum kakaknya. karena menjaga perasaan kakak yang dilangkahi, takut malu kesal dan sebagainya.

5. Apakah ada sangsi adat terhadap orang yang dilangkahi kakaknya dalam pernikahan?

Tidak ada sangsi apapun bagi adik yang melangjahi kakaknya, karena melangkahi pernikahan bukan suatu kesalahan yang harus dikenakan sangsi.

6. Bagaimana pendapat bapak tentang pemberian uang pelangkah?

Cukup bijak, karena ada penghargaan yang diberikan adik kepada kakaknya sebagai ungkapan maaf dan terima kasih karena diizinkan menikah sebelum kakaknya.

7. Berapakah uang pelangkah yang harus dikeluarkan?

Untuk jumlah tidak ada aturan seberapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk uang pelangkah, uang pelangkah ini sesuai dengan kesepakatan bersama sang adik dan kakaknya juga keluarga yang lain.

sebagai pelangkah, dan banyak pula warga kami yang memberi pelangkah seperti, cincin, kalung, gelang, handpone bahkan sepeda motor.

Pewawancara

Dokumen terkait