• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV MELANGKAHI KAKAK DALAM PERNIKAHAN

B. Pernikahan Melangkahi Kakak dilihat dari Sudut Pandang

PANDANG HUKUM ISLAM

1. Dilihat dari Sudut Pandang Hukum Islam

Dalam hukum Islam, tidak mengenal istilah pernikahan melangkahi kakak kandung (dilangkahin). Islam hanya memerintahkan kepada mereka yang telah mampuh untuk menikah agar meyegerakannya tanpa melihat apakah ia melangkahi kakaknya atau tidak.

1

Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surakarta: PT Bringin 55, 1999), cet. 1, h. 318

46

Pada masyarakat betawi khususnya dalam keluarga, orang tua tidak melarang dan menolak apabila ada yang melamar anaknya oleh seseorang karena ada beberapa alasan kakaknya atau saudaranya yang lebih tua dan belum mendapat jodoh atau belum menikah, sebab setiap orang itu semua jodohnya sudah diatur oleh Allah SWT. Di samping itu pula tidak ada dalil dan syariat atau Undang-Undang yang mengatur atau memerintahkan tindakan tersebut, bahwa orang tua mengatur masalah pernikahan anak-anaknya harus menikah secara tertib atau teratur yang lebih tua duluan dan setelah itu yang muda.

Pernikahan melangkahi kakak kandung (ngelangkahin) adalah istilah tersebut yang biasa ada didalam masyarakat dan kemudian menjadi hukum (adat) bagi masyarakat betawi. Walaupun ia berasal dari hukum adat, hal tersebut tidak bisa menjadi patokan bahwa pernikahan tersebut dilarang menurut agama Islam. Meskipun ada suatu kaedah fiqh yang menyebutkan al-adatul muhakamah yang artinya” bahwa adat dapat dijadikan sebagai salah satu sumber hukum islam”

Namun hukum adat hanya berlaku dalam muamalah atau kemasyarakatan sedangkan dalam hal ibadah orang tidak boleh menambah atau mengurangi terhadap apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah seperti yang telah diatur dalam Al-Qur‟an dan Sunah Rosulnya.

Dengan dasar itu ada sebagian adat yang berlaku dimasyarakat namun tidak dapat dijadikan suatu pertimbangan sebagai sumber pengambilan hukum.karena tidak

47

sedikit masalah-masalah fiqiyah yang bersunber dari adat kebiasaan(„urf) yang berlaku pada kebiasan masyarakat tertentu. Adat yang tidak bertentangan ini disebut adat shahih, sedangkan larangan pernikahan melangkahi kakak kandung dapat dikatagorikan sebagai adat yang fasid yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal atau diberlakukan oleh masyarakat tetapi berlawanan dengan hukum Islam

2. Dilihat dari Sudut Pandang Hukum Adat

Didalam Adat Betawi dikenal suatu istilah “nikah ngelangkahin kakak”, atau yang lebih dikenal masyarakat betawi dengan istilah pernikahan melagkahi kakak kandung. Artinya adalah suatu pernikahan yang tidak diizinkan untuk dilaksanakan apabila pengantin yang akan menikah melangkahi kakak perempuan atau kakak laki- laki yang belum menikah.2

Pada masyarakat betawi khususnya di desa Pasir Putih, pernikhan semacam ini hanya aturan adat terdahulu yang dipegang oleh nenek moyang kita, oleh karena itu masyarakat atau penduduk desa ini ada yang masih berpegang atau percaya dengan adat pernikahan melagkahi kakak kandung, apabila ada seorang kakak perempuan atau kakak laki-laki yang belum menikah dan dilangkahi pernikahannya oleh sang adik, maka ada yang berpendapat niscaya kehidupan dari kakak perempuan tersebut tidak akan bagus kedepan, terutama dalam masalah jodoh. Dan juga bagi si kakak ataupun keluarga yang akan dilangkahi menikah oleh sang adik akan mendapatkan

2

Ahmad Ridwan Halim, Hukum Adat Dalam Tanya Jawab, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), cet. Ke II, h. 4

48

dampak tidak baik atau akibat yang tidak enak bagi keluarga terutama kakaknya, dan disamping itu pula khawatir kelakuan kakak yang dapat mengecewakan orang tua, karena dia merasa sakit hati dilangkahi dalam pernikahan adiknya.3

Dalam hal ini ada beberapa masyarakat yang tidak setuju atau sudah tidak mengikuti adat istiadat tersebut, apabila dalam keluarga sang adik ingin menikah, maka orang tua atau pun sang kakak akan sangat gembira dan senang hati menerima kabar baik tersebut. Menurut pendapat mereka hal tersebut jauh lebih baik dari pada harus menunda atau melarang sang adik menikah dengan melangkahi kakaknya, hal tersebut tidak baik untuk adiknya. Sebagaimana contoh, sang adik yang ingin melangsungkan pernikahan namun harus dilarang, maka dalam keluarga timbul kekhawatiran dampak yang terjadi kepada keluarga atau kakak yang tidak mengenakan diantaranya adalah sang adik dapat melakukan perbuatan perzinahan atau nikah dibawah tangan (nikah sirrih) dan kawin lari, oleh karena itu mereka akan dengan senang hati untuk mengizinkannya menikah walaupun si kakak merasa sakit hati.4

C. KEDUDUKAN UANG PELANGKAH DILIHAT DARI SUDUT

PANDANG HUKUM ISLAM

3 Hasil Wawancara dengan Bpk. Asmat Ni‟an, Ketua Rukun Warga, Kelurahan Pasirputih pada tanggal 03 November 2010

4

Hasil Penelitian di Kelurahan Pasirputih Kec. Sawangan Kota Depok, Pada Tanggal 10 November 2010

49

Dalam pernikahan melangkahi kakak kandung pada perkawinan adat istiadat betawi, terdapat kaitan yang cukup erat dengan pemberian uang pelangkah. Uang pelangkah merupakan pemberian seorang adik terhadap kakaknya sebagai izin dan rasa hormat, karena adik akan mendahului untuk menikah. Disebut uang pelangkah, karena sebagian besar masyarakat memberikan uang tersebut kepada kakaknya yang hendak dilangkahi. Tetapi pemberian itu tidak hanya berupa uang, bisa juga berupa barang.

Adapun status hukum uang pelangkah dalam hukum Islam tidah terdapat satu nash pun yang mewajibkan atau mengharamkannya. Uang pelangkah tidak lebih dari suatu hukum adat yang terlahir dari adat kebiasaan (urf) suatu masyarakat yang masih sangat perlu peninjauan maslahat dan mudharatnya.5

Akan tetapi jika dilihat dari segi manfaatnya dan mudharatnya, masih memerlukan pengkajian yang sangat mendalam. Dalam hal ini jika pihak yang dilangkahi menurut persyaratan yang tidak terjangkau oleh yang melangkahi. Seperti contoh sang kakak meminta pelangkah berupa barang atau uang yang berlebih- lebihan, sehingga pihak yang akan melangkahinya tidak mampu memberikan apa yang diminta, hal ini jelas tidak sesuai dengan hukum Islam, karena Islam memerintahkan agar suatu pernikahan hendaknya dimudahkan dalam segi pelaksanaannya.

5

Muchtar Yahya dan Faturrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh, (Jakarta, Bulan Bintang, 1996), h. 513

50

Mengingat juga bahwa didalam Islam uang pelangkah itu tidak disebutkan atau diterangkan, yang ada hanyalah pemberian mahar kepada calon mempelai istri. Menurut hukum Islam uang pelangkah itu tidak sampai pada suatu tingkatan yang mewajibkan atau mengharuskan akan tetapi hanya pada taraf membolehkan, dengan catatan bahwa uang pelangkah itu diberikan atas dasar keikhlasan dan keridhoannya serta kemampuannya untuk memberikan uang tersebut kepada kakaknya sebagai uang penghibur atau uang penenang karena ia dilangkahi oleh adiknya dalam menikah. hal tersebut merupakan salah satu manfaat atau kemaslahatan yang menjadi tujuan uang pelangkah agar tidak terjadi perpecahan dalam lingkungan keluarga, khususnya antara siadik dan si kakak.

Adapun jika uang pelangkah itu diwajibkan bagi seorang yang hendak menikah sebagi syarat dalam proses pernikahan dan memberatkan, maka hal tersebut menjadi haram hukumnya. Karena didalam hukum Islam tentang wajibnya uang pelangkah itu tidak ada dalil atau hadist yang menerangkan tindakan tersebut. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 87































ا

ام

ٸ

ة

٥

:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang Telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

51

Dari pemaparan ayat diatas, kalau diwajibkan serta uang pelangkah itu terlalu mahal dan melebihi batas kemampuan untuk memberikannya, oleh karena itu maka semakin banyak orang yang menunda dan bahkan enggan untuk melakukan pernikah karena alasan tersebut. Sehingga semakin banyak perempuan dan laki-laki menjadi perawan tua atau jauh dari jodoh dan perjaka tua, oleh karena itu timbulah gangguan psikologis atau kerusakan akhlak antara keduanya, karena mereka sudah putus asa tidak sanggup lagi untuk memenuhi persyaratan atau tuntutan itu. Sehingga mereka mencari jalan agar bisa menikah yaitu dengan jalan pintas, seperti melakuka perzinahan, dengan mereka melakukan hal tersebut maka orang tua harus menikahi anaknya meskipun si kakak belum menikah atau belum ada jodohnya. Oleh karena itu hal ini masuk kedalam salah satu madharat yang ditimbulkan dari penuntutan uang pelangkah yang sangat berlebihan.

Sedangkan kalau dilihat dari segi mafsadatnya hal ini relatif, karena itu semua tergantung dengan pemikiran atau pendapat masing-masing masyarakat dan keluarga. Dalam pandangan masyarkat terhadap sang adik yang menikah terlebih dahulu dari pada kakaknya itu dianggap biasa-biasa saja jika sang kakak dan keluarga dapat menerimanya, namun jika sudah terjadi sesuatu yang mengharuskan adiknya menikah terlebih dahulu barulah menjadi buah bibir para masyarakat. Sedangkan dalam pandangan keluarga, secara hubungan keluarga tidak menjadi masalah, akan tetapi secara psikologis seorang kakak akan merasakannya, apapun alasan dari sang adik

52

yang ingin menikah terlebih dahulu, apa lagi jika kakak yang dilangkahinya adalah perempuan.6

D. RESPON MASYARAKAT KELURAHAN PASIR PUTIH TENTANG PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK

Pada perkembangan zaman saat ini, tradisi melangkahi kakak kandung sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat desa pasir putih karena sudah tidak relevan lagi untuk diikuti. namun hal ini masih menjadi masalah bagi masyarakat, karena ada yang pro dan kontra tentang pernikahan melangkahi kakak kandung. Biasanya orang- oarang tua dahulu yang sudah lanjut usia mereka masih mempercayai bahwa pernikahan melangkahi kakak kandung itu tidak baik, berbeda dangan mayoritas masyarakat sekarang di desa pasir putih yang sudah tidak berpegang dengan aturan adat istiadat tersebut.7

Pandangan Masyarakat yang menyetujui tentang pernikahan melangkahi kakak kandung, bagi mereka hal ini bukan suatu masalah yang harus diperdebatkan maka jika sang adik sudah siap lahir dan bathin dibandingkan kakaknya maka silakan saja menikah terlebih dahulu. Karena jodoh itu pemberian yang maha kuasa tidak ada siapapun yang dapat merubahnya. jika masih pada tahap yang tidak melanggar

6

Hasil Wawancara dengan Bapak Asmat Ni‟an, Ketua RW 08, Kelurahan Pasirputih pada tanggal 03 Nopember 2010

7

Hasil Wawancara dengan Bpk. Ustad Mansur, Tokoh Agama, Kelurahan Pasirputih pada Tanggal 02 Nopember 2010

53

norma-norma masyarakat dan agama, maka tidak ada salahnya jika sang adik menikah terlebih dahulu sebelum kakaknya, namun dengan kesepakatan kekeluargaan.8 dan dalam hukum Islam pun tidak ada larangan yang menyebutkan bahwa pernikahan melangkahi kakak itu adalah sebuah kesalahan. Seperti hadis Nabi berikut ini;

٬

Artinya: “Bersumber dari Abdullah, dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda:

“ Hai, golongan pemuda bila diantara kamu ada yanga mampuh kawin

hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga dan kemaluannya akan lebih terpelihara dan bilamana ia tidak mampuh kawin,

hendaklah ia berpuasa karena puasa itu ibarat mengebirit.9

Namun ada juga masyarakat yang tidak menyetujui pernikahan melangkahi kakak dengan berbagai macam alasan diantaranya:

a. Memikirkan perasaan kakak yang dilangkahi, terutama jika kakak yang dilangkahinya adalah kakak perempuan.

b. Aturan dalam keluarga yang tidak membolehkan jika adik menikah terlebih dahulu sebelum kakaknya.

8

Hasil Wawancara dengan Bpk. Sobari, Staf Kelurahan Pasirputih pada Tanggal 04 Nopember 2010

9

Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, terj. H. Moh. Rifai dan Al-Quasasy Misbah, (Semarang: Wicaksono, 1989), h. 356

54

c. Belum cukup usia sang adik untuk menikah.

d. Tidak adanya persetujuan dari sang kakak untuk dilangkahi.

e. Khawatir si kakak terkena gangguan fisikologis, karena dilangkahi dalam pernikahan.10

Namun hal ini sudah jarang sekali ditemukan pada masyarakat Desa Pasir Putih yang kebanyakan berpendapat bahwa pernikahan melangkahi kakak kandung itu bukan suatu masalah yang harus diperdebatkan.

Dokumen terkait