• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Lampiran 2. Hasil Analisis Pengaruh Karakteristik Konsumen

Terhadap Jumlah konsumsi Beras.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .589a .347 .319 7.54319 1.674

a. Predictors: (Constant), JAK (Jiwa), Pendapatan (Rp/Bulan), Usia (Tahun), Pendidikan (Tahun) b. Dependent Variable: Jumlah(Kg/Bulan)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2871.481 4 717.870 12.616 .000a

Residual 5405.479 95 56.900

Total 8276.960 99

a. Predictors: (Constant), JAK (Jiwa), Pendapatan (Rp/Bulan), Usia (Tahun), Pendidikan (Tahun) b. Dependent Variable: Jumlah(Kg/Bulan)

Coefficientsa a. Dependent Variable: Jumlah(Kg/Bulan)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition

(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 4.6256 32.7083 18.4800 5.38562 100

Std. Predicted Value -2.572 2.642 .000 1.000 100

Standard Error of Predicted Value

.899 4.026 1.592 .560 100

Adjusted Predicted Value 3.9430 33.3877 18.4294 5.30432 100

Residual -14.75623 20.20233 .00000 7.38924 100

Std. Residual -1.956 2.678 .000 .980 100

Stud. Residual -2.024 2.816 .003 1.012 100

Deleted Residual -15.79015 25.11725 .05063 7.90851 100

Stud. Deleted Residual -2.058 2.926 .006 1.022 100

Mahal. Distance .415 27.218 3.960 4.213 100

Cook's Distance .000 .632 .015 .064 100

Centered Leverage Value .004 .275 .040 .043 100

(6)

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 100

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 7.38923560

Most Extreme Differences Absolute .070

Positive .070

Negative -.043

Kolmogorov-Smirnov Z .698

Asymp. Sig. (2-tailed) .714

a. Test distribution is Normal.

(7)

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -7.804 6.569 -1.188 .238

Usia (Tahun) .231 .090 .218 2.553 .012 .943 1.060 Pendidikan

(Tahun)

-.178 .251 -.066 -.711 .479 .792 1.263

Pendapatan (Rp/Bulan)

3.015E-7 .000 .276 2.947 .004 .787 1.271

(8)

Hasil Uji Heterokedastisitas

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 4 .000 .000 1.000a

Residual 412032.107 95 4337.180

Total 412032.107 99

a. Predictors: (Constant), JAK (Jiwa), Pendapatan (Rp/Bulan), Usia (Tahun), Pendidikan (Tahun) b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Coefficientsa a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .589a .347 .319 7.54319 1.674

(9)

Lampiran 3 Konsumsi Beras Konsumen Berdasarkan Tingkat

Pendapatan Dengan Atribut Beras.

No Pendapatan

(10)
(11)

No Pendapatan 5= Kukubalam spesial 1= Premium

6= AAA 2= Medium

7= Beras Organik 6. Derajat Putih 8= Beras tanpa gula basta 1= putih

9= Beras pulen 2= Sedang

10= Beras lainnya 3= kuning

(12)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta

Amang, 1993. Ekonomi perberasan, jagung dan Minyak sawit. Jakarta:PT, Dharma Karya Utama.

Anggor. 2015. Analisis Konsumsi Pangan Penduduk Provinsi Dki Jakarta. Jakarta. Universitas Indonesia.

Astuti. 2008. Analisis Preferensi dan kepuasan konsumen terhadap beras di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Timur.Skripsi.Program studi Manajemen Agribisnis. Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2015. Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kelompok Barang (Rupiah) Tahun 2013-2014. [internet] diunduh 30 Januari 2016.

Badan Pusat Statistik. 2016. Medan dalam Angka 2016. [internet] diunduh 26 Februari 2016.

Bangun, H. P. P. 2013. Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras di Desa Sentra Produksi Padi. Fakultas Pertanian USU. Medan. Cahyaningsih. 2008. Analisis Pola Konsumsi Pangan Di Provinsi Jawa Barat.

Bogor. IPB Press

Damardjati, D.S. 1995. Karakteristik Sifat dan Standarisasi Mutu Beras sebagai Landasan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Padi di Indonesia. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor . Bogor.

Khumaidi, M. 1997. Beras sebagai pangan pokok utama Bangsa Indonesia keunikan dan tantangannya. Bogor. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Fakuktas Pertanian IPB.

Khoirina, Anindya. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi. http://anindyaditakhoirina.wordpress.com. Diakses pada tanggal 23 Februari 2016.

Nababan, N.I, 2006. Analisis Situan Ketahanan Pangan. Medan. USU. Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Suharjo. 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Silalahi, P. 2015. Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Medan. USU Press

(13)

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerepannya dalam Pemasaran. Jakarta (ID): PT. Ghalia Indonesia.

Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID). PT Ghalia Indonesia.

Sumodoningrat, G. 2001. Menuju Swasembada Pangan. Jakarta : RBI Supriana, T. 2013. Pengantar Ekonometrika. USU PRESS : Medan.

Supriana, T. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. USU PRESS : Medan. Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Kecamatan Medan Denai dipilih karena jumlah rumah tangga yang terbesar dibandingkan dengan Kota Medan bagian Timur yang lainnya, diantaranya yaitu Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Area.

Tabel 3.1 Banyaknya Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Rata-rata Anggota RT diperinci menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2015

No Kecamatan Banyaknya Rata-rata

Anggota RT

(15)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kecamatan Medan Denai. Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa jumlah rumah tangga di daerah penelitian yaitu sebanyak 32.220Rumah Tangga (RT). Untuk menentukan besarnya sampel, maka peneliti menggunakan metode Slovin, dengan persamaan sebagai berikut (Supriana, 2016):

n =

�+ ∈��

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 32.220RT dan tingkat kesalahan sebesar 10 % maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu :

n = 32.220

�+ 0,12.32.220

n = ��.���

���,�

=99,64

menjadi 100 RT

(16)

tingkat pendapatannya. Setelah jumlah sampel untuk kategori pendapatan tertentu terpenuhi, maka akan dicari sampel untuk kategori pendapatan yang lain. Besar sampel yang diambil berdasarkan kategori pendapatannya masing-masing sebanyak 20 orang. Besar sampel berdasarkan kategori pendapatannya di Kecamatan Medan Denai disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jumlah Sampel di Kecamatan Medan Denaimenurut Kategori Pendapatan Rumah Tangga

No Kategori Pendapatan (Rp) Jumlah Sampel (RT)

1 < 2.000.000 20

2 2.000.000 – 5.000.000 20

3 5.000.000 – 10.000.000 20

4 10.000.000 –15.000.000 20

5 >15.000.000 20

Total 100

Sumber : Bps dan World Bank

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada konsumen beras menggunakan kuesioner terstruktur (structured questionnare), dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS).

3.4 Metode Analisis Data

(17)

Tabel 3.3 Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian

No Tujuan Penelitian Metode Analisis

1 Mengkaji karakteristik sosial ekonomi konsumen beras berdasarkan tingkat pendapatan

Analisis Deskriptif

2 Menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen beras terhadap Jumlah konsumsi beras.

Analisis Linear regresi berganda

3 Menganalisis konsumsi beras berdasarkan tingkat pendapatan dengan atribut beras.

Analisis Deskriptif

Sumber : Data primer diolah

3.4.1Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengkaji karakteristik konsumen beras berdasarkan kondisi sosial ekonominya .

3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah model regresi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Untukmenganalisis masalah Kedua, pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen yaitu pendapatan, usia, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan terhadap Jumlah konsumsi beras dianalisis menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana:

Y = Jumlah konsumsi beras a = Nilai konstanta

(18)

X1 = Pendapatan (Rp/bulan)

X2 = Usia (tahun)

X3 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)

X4 = Pendidikan (tahun)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, X3dan

X4 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Kriteria pengujian:

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, dan X4 secara serempak tidak berpengaruh

(19)

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, dan X4 secara serempak berpengaruh nyata

terhadap Y (Jumlah konsumsi beras).

3. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Supriana, 2013).

Kriteria Pengujian:

Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, dan X4, secara parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap Y (Jumlah konsumsi beras).

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, dan X4 secara parsial berpengaruh nyata

terhadap Y (Jumlah konsumsi beras).

4. Uji Asumsi Klasik

(20)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji

Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi. Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal

Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas

3. Uji Multikolinieritas

(21)

Ada atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF (Variance Inlaction Factor).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

1. Jika nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas 2. Jika nilai tolerance >10, maka model mengalami multikolinieritas

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas . metode yang digunakan adalah uji Durbin – Watson (Uji dw).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni: d <dL: ada autokorelasi positif

dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa - apa

du ≤ d ≤ 4 – du: tidak ada autokorelasi

4 – du ≤ d ≤ 4 – du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa d > 4 – dL: ada autokorelasi negative

3.5Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalapahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu ditampilkan definisi dan batasan operasional, sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

(22)

2. Konsumen beras adalah populasi dari sampel yang akan diteliti.

3. Karakteristik konsumen adalah pendapatan, usia, jumlah anggota keluarga dan pendidikan

4. Pendapatan adalah seluruh jumlah pendapatan dalam rumah tangga sampel (Rp/bulan).

5. Usia adalah usia sampel pada saat diwawancarai (tahun).

6. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga sampel (jiwa).

7. Pendidikan adalah lamanya sampel menjalani pendidikan (tahun).

8. Jumlah konsumsi adalah jumlah kebutuhan beras rumah tangga yang dikonsumsi dalam sebulan (Kg/bulan).

9. Karakteristik sosial konsumen adalah usia, jumlah anggota keluarga dan pendidikan.

10.Karakteristik ekonomi konsumen adalah pendapatan. 3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Medan Denai.

2. Sampel penelitian adalah rumah tangga di daerah penelitian yang mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok.

(23)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah Kecamatan Medan Denai sekitar 9,91 km2.

Adapun batas –batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut : − Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung

− Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas − Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Area

− Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten Deli Serdang

4.1.2 Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Usia

Penduduk di Kecamatan Medan Denai berjumlah 145.677 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 32.220 rumah tangga. Berdasarkan golongan usia sampel penduduk kecamatan Medan Denai dapat di lihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis kelamin Di Kecamatan Medan Denai, 2014.

Jenis kelamin

Kelompok Usia Laki-laki(Jiwa) Perempuan(Jiwa) Jumlah(Jiwa)

0 - 4 7012 6722 13734

5 - 14 12838 12204 25042

15 - 44 37771 39355 77126

45 - 65 12065 12531 24596

> = 65 2237 2942 5179

Jumlah 71923 73754 145677

(24)

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai pada tahun 2015 sebesar 145.677 jiwa. Tabel di atas juga menunjukkan jumlah usia non produktif 0 - 4 tahun dan > 65 tahun. Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehinngga dapat mengahasilkan barang dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kecamatan Medan Denai cukup besar.

b. Penduduk Menurut mata pencaharian pokok

Mata pencaharian pokok Penduduk di KecamatanMedan Denai terdiri dari berbagai jenis yaitu: PNS, Pegawai swasta, ABRI, Petani, Pedagang, dan pensiunan. Adapun pembagian jumlah penduduk di Kecamatan Medan Denai menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamtan Medan Denai, 2014.

No Kelurahan PNS

Sumber: Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015.

(25)

mata pencaharian pokok terkecil adalah sebagai petani yaitu 427 orang, hal ini disebabkan karena kurang lahan untuk bertani.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Untuk mencapai kecamatan ini dapat mudah ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua. Inrastruktur untuk menuju ke Kecamatan Medan Denai ini sangat baik karena mudah di akses oleh kendaraan apapun.

Prasarana yang berada di Kecamatan Medan Deni yaitu: sekolah, rumah sakit, posyandu, dan tempat ibadah. Adapun rincian dari jumlah sarana dan prasana tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Denai, 2014. No Sarana dan prasarana Jumlah(Unit)

1

(26)

Dari segi tempat kesehatan, unit terbanyak terdapat pada unit posyandu yaitu sebanyak 100 unit.

Dari segi tempat ibadah, unit terbanyak terdapat pada unit mesjid yaitu sebanyak 84 unit.

4.2 Karakteristik Umum Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 sampel yang terbagi dalam lima kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 20 sampel. Karakteristik sampel dilihat dari usia, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan.

4.2.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian, usia sampel berkisar antara 29 – 83 tahun. Tidak ada kelompok yang sangat mendominasi usia sampel. Usia sampel dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu 25 – 34 tahun, 35 – 44 tahun, 45 – 54 tahun, 55 – 64 tahun, 65 – 74 tahun, dan 75 – 84 tahun.

4.2.2 Pendapatan Rumah Tangga

(27)

4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah terbanyak adalah sejumlah 8 orang. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah terendah adalah sejumlah 1 orang, sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah adalah 3 orang.

4.2.4 Pendidikan

(28)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Beras 5.1.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian, usia sampel berkisar antara 29 – 83 tahun. Tidak ada kelompok yang sangat mendominasi usia sampel, namun sampel terbanyak adalah sampel berusia 45 – 54 tahun yakni sejumlah 56 sampel (56 persen). Diikuti sampel yang berusia 55 – 64 tahun yakni sejumlah 22 sampel (22 persen). Selanjutnya sampel yang berusia 35 – 44 tahun yakni sejumlah 12 sampel (12 persen), sampel yang berusia 25 – 34 tahun yakni 6 sampel (6 persen), sampel yang berusia 65 – 74 tahun yakni 3 sampel (3 persen), dan sampel yang berusia 75-84 tahun yakni 1 sampel (1 persen). Karakteristik sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Karakteristik (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

25 – 34 6 6,00

35 – 44 12 12,00

45 – 54 56 56,00

55 – 64 22 22,00

65 – 74 3 3,00

75 – 84 1 1,00

Total 100 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

5.1.2 Pendapatan Rumah Tangga

(29)

sedangkan tingkat pendapatan terendah adalah pada golongan < Rp 2.000.000, yaitu sebesar Rp 400.000 perbulan.

5.1.3 Jumlah Anggota Keluarga

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah terbanyak adalah sejumlah 8 jiwa. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah terendah adalah sejumlah 1 jiwa, sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah adalah 3 jiwa. Terdapat 44 rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sebanyak 1 – 3 jiwa, 55 rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sebanyak 4 – 6 jiwa, dan 1 rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang tingga di rumah sebanyak 7 – 9 jiwa. Tabel 5.2 menunjukkan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan.

Tabel 5.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Karakteristik (Jiwa) Jumlah (RT) Persentase (%)

1 – 3 44 44,00

4 – 6 55 55,00

7 – 9 1 1,00

Total 100 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

5.1.4 Pendidikan

(30)

tingkat pendidikan Diploma sejumlah 3 sampel, dan tingkat pendidikan S3 sejumlah 1 sampel. Tabel 5.3 menujukkan tingkat pendidikan sampel.

Tabel 5.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 5 5,00

SMP 9 9,00

SMA 36 36,00

Diploma 3 3,00

S1 36 36,00

S2 10 10,00

S3 1 1,00

Total 100 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

5.2 Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah konsumsi Beras

Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu:

a. Uji Normalitas

Setelah melalukan uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh signifikansi sebesar 0,714 > 0,05 (lihat pada lampiran 2 ) yang artinya data terdistribusi normal.

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,,b Mean 0.0000000

Std. Deviation 7.38923560

Most Extreme Differences Absolute 0.070

Positive 0.070

Negative - 0.043

Kolmogorov-Smirnov Z 0.698

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.714

(31)

b. Uji Gejala Multikolinieritas

Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance> 0,1 (lihat pada lampiran 2 ) sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Sumber:Data diolah dari lampiran 2

c. Uji Gejala Heterokedastisitas

(32)

Tabel 5.6 Hasil Uji Heterokedastisitas

Residual 412032.107 95 4337.180

Total 412032.107 99

Sumber:Data diolah dari lampiran 2

d. Uji Autokeorelasi

Setelah melakukan uji Durbin Watson, diperoleh dL ≤ d ≤ du yakni 1,57 ≤ 1,674

≤ 1,78 (lihat pada lampiran 2 ) yang artinya kita tidak dapat mengambil

kesimpulan apa – apa.

Tabel 5.7 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .589a .347 .319 7.54319 1.674

Sumber:Data diolah dari lampiran 2

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapatkan hasil akhir dari estimasi pengaruh karakteristik konsumen terhadap jumlah konsumsi beras sebagai berikut:

Tabel 5.8 Hasil Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Beras terhadap Jumlah konsumsi Beras

Variabel Koef. Regresi Std. Error t. Hit Sig

(33)

Berdasarkan Tabel diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = -7,804 + 0,231 X1 + 3,015 10-7 X2 + 3,961X3 – 0,178 X4

Keterangan:

Ŷ = Jumlah konsumsi beras (kg/bulan)

X1 = Usia (tahun)

X2 = Pendapatan (Rp/bulan)

X3 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)

X4 = Pendidikan (tahun)

Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,347. Hal ini menunjukkan bahwa 34,7 % variasi variabel jumlah konsumsi beras telah dapat dijelaskan oleh variabel usia, pendapatan, jumlah angggota keluarga, dan pendidikan, sedangkan sisanya 65,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Secara serempak pengaruh variabel usia, pendapatan, jumlah angggota keluarga, dan pendidikan nyata pada taraf 95% Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis, diperoleh F-hitung = 12,616 > F-tabel = 2,47 dengan nilai signifikansi 0,000.

Dari hasil analisis regresi dapat dilihat juga bahwa secara parsial karakteristik sosial ekonomi konsumen yang mempengaruhi jumlah konsumsi beras dijelaskan sebagai berikut:

(34)

0,231 kg/bulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada usia menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi beras, yang artinya apabila usia meningkat maka jumlah konsumsi juga akan meningkat. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t-hitung usia sebesar 2,553 > t-tabel sebesar 1,646 pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai signifikansi 0,012 < α 5% yang berarti terima H1

artinya variabel usia berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsi beras.

Hal ini sesuai dengan pendapat Surmarwan (2004) yang menyatakan bahwa perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Seseorang yang berusia relatif muda, akan lebih cepat menerima sesuatu yang baru. Artinya, pertambahan usia akan mempengaruhi perubahan jumlah konsumsi. Dimana usia yang masih produktif akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, usia sampel produktif dari usia 29 sampai 66 tahun yaitu sebanyak 98%. Sedangkan usia sampel non produktif berusia antara 74 sampai 83 sebanyak 2% sampel.

(35)

meningkat. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t-hitung pendapatan sebesar 2,947 > t-tabel sebesar 1,646 pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai

signifikansi 0,004 < α 5% yang berarti terima H1 artinya pendapatan

berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi beras.

Hal ini sesuai dengan pendapat Khoirina (2011) yang menyatakan bahwa Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhya terhadap jumlah konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, jumlah konsumsi semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makan konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah.

c. Hasil analisis jumlah anggota keluarga terhadap jumlah konsumsi beras memiliki nilai koefisien regresi sebesar 3,961, maka setiap peningkatan jumlah anggota keluarga 1 jiwa menyebabkan kenaikan konsumsi beras sebesar 3,961 kg/bulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada jumlah anggota keluarga menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi beras, yang artinya apabila jumlah anggota keluarga meningkat maka jumlah konsumsi beras juga akan meningkat. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t-hitung jumlah anggota keluarga sebesar 5,845 > t-tabel sebesar 1,646 pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai

signifikansi 0,000 < α 5% yang berarti terima H1 artinya jumlah anggota

(36)

Hal ini sesuai dengan pendapatan Suhardjo (1996) yang menyatakan bahwa sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut. Artinya, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan konsumsi beras semakin besar.

5.3 Konsumsi Beras Berdasarkan Tingkat Pendapatan dengan Atribut Beras. Jumlah konsumsi beras sampel berdasarkan tingkat pendapatannya dapat dilihat dari atribut –atribut berasnya. Atribut-atribut tersebut meliputi jenis beras, tingkat kepulenan, aroma beras, daya tahan beras, bentuk beras dan derajat putih beras.

(37)

Tabel 5.9 Konsumsi Beras Berdasarkan Jenis Beras dan Tingkat

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

(38)

mengkonsumsi jenis beras IR 64 yaitu sebanyak 11% yang berpendapatan < Rp 2.000.000, sedangkan Pendapatan > Rp 15.000.000 konsumen mengkonsumsi jenis beras KKB Super sebanyak 11%.

Tingkat kepulenan beras yang dikonsumsi oleh sampel beragam. Mulai dari tidak pulen, sedang, sampai pulen. Tingkat kepulenan beras dipengaruhi oleh kadar amilosa yang terkandung didalamnya. Semakin kecil kadar amilosa beras, maka nasi akan semakin pulen, semakin tidak mekar, dan semakin lama menjadi keras setelah dingin. Konsumsi beras berdasarkan kepulenan dan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Konsumsi Beras Berdasarkan Kepulenan Beras dan Tingkat Pendapatan

Kepulenan

Pendapatan (Rp/Bulan) Pulen Sedang Tidak Pulen

< Rp 2.000.000 Count 1 12 7

% within Kepulenan 1% 12% 7%

> Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 Count 7 11 2

% within Kepulenan 7% 11% 2%

> Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000 Count 10 10 0

% within Kepulenan 10% 10% .0%

> Rp 10.000.000 - Rp 15.000.000 Count 12 8 0

% within Kepulenan 12% 8% .0%

> Rp 15.000.000 Count 17 3 0

% within Kepulenan 17% 3% .0%

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

(39)

dengan pendapatan > Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000 lebih banyak mengkonsumsi beras dengan tingkat kepulenan pulen yaitu sebesar 12%. Sampel dengan pendapatan > Rp 15.000.000 lebih banyak mengkonsumsi beras dengan tingkat kepulenan pulen yaitu sebesar 17%. Berdasarkan hasil paparan diatas, konsumen memilih kepulenan beras dengan tingkat pulen sedang yaitu berpendapatan < Rp 2.000.000, sebanyak 12%. Sedangkan pendapatan Rp > 15.000.000, konsumen memilih tingkat kepulenan pulen sebanyak 17%

Aroma beras yang dikonsumsi sampel beragam. Aroma tersebut diantaranya ialah pandan wangi, beras tidak beraroma, dan beras dengan aroma lain. Tingkat konsumsi beras berdasarkan aroma dan tingkat pendapatan disajikan pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Konsumsi Beras Berdasarkan Aroma Beras dan Tingkat Pendapatan

Aroma

Pandan Wangi

Tidak

Beraroma Lainnya

Pendapatan

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

(40)

mengkonsumsi beras dengan tingkat aroma tidak beraroma yaitu sebesar 15%. Sampel dengan pendapatan > Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000 lebih banyak mengkonsusmi beras dengan tingkat aroma tidak beraroma yaitu sebesar 11%. Sampel dengan pendapatan > Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000 lebih banyak mengkonsumsi beras dengan tingkat aroma pandan wangi yaitu sebesar12%. Sampel dengan pendapatan > Rp 15.000.000 lebih banyak mengkonsumsi beras dengan tingkat aroma pandan wangi yaitu sebesar 15%. Berdasarkan hasil paparan diatas, konsumen memilih aroma beras dengan tingkat aroma tidak beraroma yaitu berpendapatan < Rp 2.000.000, sebanyak 16%. Sedangkan pendapatan Rp > 15.000.000, konsumen memilih tingkat aroma pandan wangi sebanyak 15%.

(41)

Tabel 5.12 Konsumsi Beras Berdasarkan Daya Tahan Beras dan Tingkat

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

(42)

>15.000.000, konsumen memilih beras dengan daya tahan beras > 1 bulan, sebanyak 15%.

Bentuk beras yang di konsumsi sampel dibedakan menjadi beras premium dan beras medium. Dimana beras premium memiliki kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan beras medium. Konsumsi beras berdasarkan bentuk beras dan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 5.13

Tabel 5.13 Konsumsi Beras Berdasarkan Bentuk Beras dan Tingkat Pendapatan

Bentuk

Premium Medium

Pendapatan (Rp/Bulan) < Rp 2.000.000 Count 0 20

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

(43)

dengan bentuk beras yang medium yaitu sebesar13%. Berdasarkan hasil paparan diatas, konsumen memilih bentuk beras dengan tingkat medium yaitu berpendapatan < Rp 2.000.000, sebanyak 20%. Sedangkan pendapatan Rp > 15.000.000, konsumen memilih bentuk beras dengan tingkat medium yaitu sebanyak 13%.

Derajat putih beras yang dikonsumsi sampel terdiri dari beras dengan derajat putih sedang dan putih. Konsumsi beras bedasarkan derajat putih beras dan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 5.14

Tabel 5.14 Konsumsi Beras Berdasarkan Derajat Putih Beras dan Tingkat Pendapatan Sumber : Data diolah dari lampiran 3

(44)
(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Karakteristik konsumen meliputi usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan dan pendapatan.

2. Karakteristik Sosial Ekonomi konsumen yaitu usia, jumlah anggota keluarga pendidikan dan pendapatan berpengaruh nyata secara serempak terhadap jumlah konsumsi beras. Usia, jumlah anggota keluarga dan pendapatan yang berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsi beras, sedangkan pendidikan tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsi beras.

(46)

6.2 Saran

4. KepadaPemerintah.

Sebaiknya mendukung terciptanya kualitas beras yang sesuai keinginan konsumen dengan menyediakan input produksi yang bermutu dengan harga terjangkau.

5. KepadaProdusenatauPengusahaBeras.

Sebaiknya cermat dalam memilih jenis dan kualitas beras yang akan diproduksi/dipasarkan.

6. KepadaKonsumen

Sebaiknya cermat dalam memilih jenis dan kualitas beras yang akan dikonsumsi.

7. KepadaPenelitiSelanjutnya.

(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik beras

Menurut Astuti (2008), penduduk di berbagai negara memiliki selera yang berbeda terhadap kandungan amilosa yang terdapat di dalam beras. Penduduk Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia menyukai rasa nasi dari beras dengan kandungan amilosa medium (20-25 persen), sedangkan Jepang dan Korea menyukai beras dengan kadar amilosa rendah (13-25 persen).

Kandungan amilosa ini mempengaruhi kandungan rasa nasi secara keseluruhan sebesar 65 persen. Amilosa adalah rangkaian dari unit-unit gula (glukosa) yang menyusun molekul besar dari pati beras. Kandungan amilosa mempengaruhi kepulenan nasi, sifat pemekaran volume beras, dan cepatnya nasi mengeras setelah dimasak. Semakin kecil kadar amilosa beras, maka nasi akan semakin pulen, semakin tidak mekar, dan semakin lama menjadi keras satelah dingin

(48)

Aroma pada beras dipengaruhi oleh suhu dan udara. Apabila beras disimpan pada suhu diatas 15° C, setelah 3-4 bulan, beras akan mengalami perubahan aroma dan rasa. Semakin tinggi suhu udara dan semakin lama beras disimpan, akan semakin menurun rasa dan aroma nasinya, bau penguk atau yang lebih dikenal sebagai bau apek dari beras giling yang telah lama disimpan ternyata disebabkan oleh beberapa senyawa karbonil yang bersifat tengik, yaitu senyawa-senyawa hasil oksidasi lemak yang terdapat pada permukaan beras oleh oksigen.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Karakteristik Sosial Ekonomi

Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit) (Simanjuntak, 2012).

(49)

2.2.2 Jumlah konsumsi

Jumlah konsumsi pangan penduduk berkaitan dengan perilaku konsumsi masyarakat. Berbagai masalah yang dihadapi dalam konsumsi pangan adalah :

1. Penduduk yang cukup besar, sekitar 250 juta jiwa dengan konsentrasi pangan pokok beras, pada saat ini membutuhkan sekitar 28 ton beras. Dengan penduduk yang terus bertambah beban penyediaan beras untuk memenuhi permintaan yang meningkat akan semakin bertambah berat, terutama dalam kondisi semakin terbatasnya sumber daya alam sebagai basis produksi.

2. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras telah mengabaikan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lainnya, dan lambatnya pengembangan usaha penyediaan bahan pangan sumber protein seperti serelia, daging, susu, telur serta sumber zat gizi mikro yaitu sayuran dan buah-buahan. Karena itu, sampai saat ini sumber protein nabati pun masih didominasi berasal dari beras.

3. Teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat kurang berkembang dibandingkan teknologi produksi dan kurang bisa mengimbangi semakin membanjirnya produk pangan olahan yang berasal dari pangan impor. Makanan cepat saji yang menggunakan bahan impor dan kurang menggunakan bahan pangan lokal telah menjadi bagian perilaku sebagian masyarakat di berbagai kota besar dan cenderung semakin meningkat.

(50)

bencana. Kerawanan kronis disebabkan karena terbatasnya kemampuan produksi serta sumber pendapatan yang dibutuhkan untuk menopang kebutuhan rumah tangganya (Suryana, 2003).

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi Jumlah konsumsi beras adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Pendapatan

Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik juga, tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan kualitas makanan yang diperoleh. Pada tingkat pendapatan yang rendah sumber energi utama diperoleh dari padi-padian, umbi-umbian dan sayur (Suhardjo, 2008).

Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhya terhadap jumlah konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, jumlah konsumsi semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makan konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah (Khoirina, 2011).

2. Usia

(51)

terhadap produk. Seseorang yang berusia relatif muda, akan lebih cepat menerima sesuatu yang baru.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Suhardjo (1996), sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut.

4. Pendidikan

Menurut Sumarwan (2004), pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seorang konsumen. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen yang berbeda pula. Pendidikan yang rendah juga akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli konsumen tersebut.

2.3 Penelitian Perdahulu

(52)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Identifikasi Masalah

Metode Analisis Hasil Penelitian

Cahyani tipe daerah dan golongan Pangan dan Gizi” yang

Konsumsi beras masih mendominasi Jumlah konsumsi sumber karbohidrat, baik di pedesaan, perkotaan, maupun wilayah jawa barat. Apabila dilihat dari tipe daerah terlihat bahwa rata-rata konsumsi beras rumah tangga di pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Selain itu, terigu juga menjadi Jumlah konsumsi pangan sumber karbohidrat di pedesaan, perkotaan maupun wilayah Jawa Barat.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Kebutuhan beras di masyarakat Kelas Bawah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat Kelas

Menengah dan Kelas Atas; Jumlah konsumsi beras sampel di kelas atas lebih kecil baik itu pada waktu sarapan, makan siang maupun makan malam jika dibandingkan dengan pola makanan di kelas

menengah dan bawah; dan faktor-faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, usia, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras) secara serempak tidak

(53)

Peneliti Judul Identifikasi Masalah

Metode Analisis Hasil Penelitian

konsumsi beras sampel (frekuensi konsumsi nasi). Sedangkan secara parsial, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh secara nyata adalah harga beras. Anggor/

dilakukan adalah editing, cleaning, dan analisis. Proses cleaning dilakukan terhadap data berat badandan konsumsi yang tidak lengkap serta sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.Data

Rata-rata konsumsi energi rumah tangga sebesar 1500 ±711.48

kkal/kap/hari, sedangkan untuk protein sebesar 50.82 ± 27.10 g/kap/hari. Tingkat Konsumsi Energi (TKE) sebagian besar rumah tangga (53.1%) termasuk dalam

kategori defisit tingkat berat.Jumlah konsumsi Protein (TKP)rumah tangga

sebagian besar (47.2%) termasuk dalam kategori normal dan lebih.Kualitas konsumsi penduduk DKI Jakarta masih rendah, ditandai dengan skor PPH sebesar

76.6 masih jauh dari standar pelayanan minimal (SPM) sebesar 90 dan skor ideal

100.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman tidak ada hubungan (p>0.05) antara pendidikan ibu rumah tangga, besar keluarga dan pengeluaran pangan

rumah tangga dengan TKE dan TKP rumah tangga

2.4 Kerangka Pemikiran

(54)

kg/kapita. Konsumsi beras rata rata perkapita di Kota Medan sebesar 134 kg/kapita bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi beras rata rata nasional sebesar 114 kg/kapita, data ini diperoleh berdasarkan data BPS/Kemendag. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dimana rata-rata konsumsi beras per kapita dalam rumah tangga adalah 87,63 kg/tahun atau 240 gr/hari, Data takaran neraca beras Kementan menyatakan bahwa konsumsi beras sebesar 124 kg/tahun atau 340 gr/hari. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik dimana rata-rata konsumsi beras tingkat nasional dapat mencapai sekitar 27 juta ton.

Kajian karakteristik sosial ekonomi konsumen beras (pendapatan, usia, jumlah anggota keluarga dan pendidikan), dimana masing masing karakteristik konsumen beras berpengaruh terhadap Jumlah konsumsi. Dilihat dari pendapatannya, semangkin besar pendapatan seseorang maka Jumlah konsumsi semakin besar.. Dari sisi usia, semakin bertambah usia seseorang maka Jumlah konsumsi akan bertambah. Dari jumlah anggota keluarga, semakin banyak anggota keluarga maka Jumlah konsumsi bergantung pada pendapatannya. Dan dilihat dari pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka Jumlah konsumsi akan beras akan meningkat.

(55)

Konsumen Beras

Karakteristik Sosial Ekonomi :

Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga

Usia Pendapatan

Rumah Tangga

Jumlah konsumsi Beras Konsumsi beras dilihat dari

atribut beras:

Jenis Kepulenan Aroma Bentuk

beras

Daya Tahan

Derajat Putih

Keterangan:

: Menyatakan Alur

: Menyatakan Pengaruh

(56)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dan sesuai dengan identifikasi masalah yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

(57)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang mempunyai kekayaan sumber daya alam sangat potensial, sudah sewajarnya harus mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduknya, karena pangan dapat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, bernegara, berbangsa baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan maupun keamanan.

Menurut Nababan (2006), pangan itu sendiri adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan.

Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional bahkan politis. Terpenuhinya kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting bagi landasan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang (Amang, 1993).

Menurut AAK (2006), padi adalah salah satu komoditas pangan yang terpenting dalam kehidupan penduduk Indonesia, selain itu padi juga memegang peranan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia yang mana juga diharapkan dapat menjadi salah saatu komoditas andalan penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas.

(58)

menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah yang berwarna putih, kemerahan, ungu atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Beras adalah hasil olahan dari produk yang disebut padi (Oryza sativa), sejak kapan mulai dijadikan bahan makanan oleh manusia tidak ada dokumen tertulis yang menyebutkannya. Tetapi yang pasti manusia telah memanfaatkannya sejak ribuan tahun yang lalu (Khumaidi, 1997).

Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan Untuk Makanan Menurut Jenis Pengeluaran di Daerah Perkotaan/Perdesaan (rupiah), 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Daerah Perkotaan/Perdesaan Tahun 2014.

Jenis Pengeluaran

Makanan dan Minuman yang sudah

Jadi 86 293 55 084 70 455

Tembakau, Sirih 58 091 59 282 58 695

Jumlah (Rp) 416 319 382 056 398 932

(59)

Tabel 1.1 mengindikasikan bahwa padi-padian menempati posisi kedua setelah makanan dan minuman yang sudah jadi, rata-rata pengeluaran per kapita untuk padi-padian di desa lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran di kota. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dikatakan bahwa terjadi perubahan Jumlah konsumsi beras baik wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan.

Faktor utama yang mempengaruhi tingginya konsumsi beras di Indonesia adalah jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu sekitar 250 juta orang, ditambah lagi dengan semakin meluasnya wilayah yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan utama. Pada awalnya, kultur konsumsi beras hanya pada sebagaian penduduk Sumatera, Jawa, Bali, Kalimatan, dan Sulawesi. Sementara masyarakat Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berkultur makan umbi umbian, sagu, dan sukun. namun sejak revolusi hijun 1970-an, kultur konsumsi beras masuk sampai pedalaman Papua.

(60)

Selain itu, tingginya konsumsi beras di Indonesia juga dikarenakan adanya budaya makan rakyat Indonesia yang merasa “belum makan jika belum mengonsumsi nasi”, meskipun kebutuhan karbohidratnya sudah dipenuhi dari makanan lain, sehingga kebutuhan konsumen akan beras berbeda antara konsumen satu dengan lainnya.

Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan peningkatan tuntutan terhadap kualitas. Masalah kualitas menjadi salah satu kriteria penting konsumen dalam memilih beras yang akan dikonsumsinya. Konsumen beras saat ini semakin mementingkan mutu dan melihat beras tidak hanya sebagai komoditas melainkan sebagai suatu produk dengan kriteria tertentu.

Latar belakang pendapatan pun berpengaruh terhadap pilihan beras. Dengan demikian penulis tertarik untuk menganalisis “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Beras Terhadap Jumlah konsumsi Beras”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karaktreristik sosial ekonomi konsumen beras di Kecamatan Medan Denai ?

2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen beras terhadap Jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Denai ?

(61)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi konsumen beras di Kecamatan Medan Denai.

2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen beras terdahap Jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Denai.

3. Untuk menganalisis konsumsi beras berdasarkan tingkat pendapatan dengan Atribut Beras di Kecamatan Medan Denai.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:

1. Produsen dan pengusaha beras, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memilih jenis dan kualitas beras yang akan diproduksi/dipasarkan. 2. Pemerintah, sebagai masukan dan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan masalah komoditi beras.

(62)

ABSTRAK

Abdul Halim Lubis (120304025) dengan judul skripsi “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah konsumsiBeras di Kecamatan Medan Denai” di bawah bimbingan ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. M.Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi konsumen beras di Kecamatan Medan Denai, menganalisis pengaruh karakteristik konsumen beras terhadap jumlah konsumsiberas di Kecamatan Medan Denai dan menganalisis konsumsi beras konsumen berdasarkan tingkat pendapatan di Kecamatan Medan Denai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan alasan daerah ini memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga terbesar di Kota Medan bagian Timur. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif, metode regresi linear berganda dan metode crosstab dengan alat bantu spss 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen beras di Kecamatan Medan Denai memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda, baik itu dari segi usia, pendapatan, jumlah anggota keluarga, maupun pendidikan. Karakteristik sosial ekonomi konsumen beras berpengaruh nyata secara serempak terhadap jumlah konsumsi. Usia, jumlah anggota keluarga dan pendapatan berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsiberas, sedangkan pendidikan tidak. Jumlah konsumsi beras yang berpendapatan < Rp 2.000.000, mengkonsumsi jenis beras IR 64 sebanyak 11%, karena harganya relative lebih murah, berdasarkan tingkat kepulenan sedang sebanyak 12%, Aroma beras tidak beraroma sebanyak 16%, daya tahan beras >1 bulan sebanyak 17%, bentuk beras Medium sebanyak 20%, dan derajat putih beras sedang sebanyak 19%.Jumlah konsumsi beras yang berpendapatan > Rp 15.000.000, mengkonsumsi jenis beras KKB Super sebanyak 11%, karena harganya relative mahal, berdasarkan tingkat kepulenan pulen sebanyak 17%, aroma beras pandan wangi sebanyak 15%, daya tahan beras > 1 bulan sebanyak 15%, bentuk beras medium sebanyak 13%, derajat putih beras sedang sebanyak 12%.

(63)

ABSTRACT

Abdul Halim Lubis (120304025) with the title "Effect of Social Economic Characteristics of Consumers to Total Consumption of Rice in the district of Medan Denai " under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana as chairman of the

commission supervising and Ir. M. Jufri, M.Si as the supervising commission members .

This research aimed to analyze the social and economic characteristics of consumers of rice in the district of Medan Denai, analyze the influence of consumer characteristics of rice to amount of rice consumption in the district of Medan Denai and analyze consumption of rice consumers by income level in the district of Medan Denai. This study was conducted from March to May 2016. The research area determined by purposive with the reasons this area has the largest population in the Eastern part of the Medan City. The analytical method used in this research is descriptive analysis, multiple linear regression and the crosstab methods with SPSS 17.

The results show that consumers of rice in the district of Medan Denai have social economic characteristics are different, both in terms of age, income, quantity of family part, as well as education. Social and economic characteristics of rice consumers real effect simultaneously on the amount of rice consumption. Age, quantity of family part, and income partially have the significant effect to the amount of rice consumption, while education is not. Total consumption of rice income <Rp 2,000,000, taking the type of IR 64 as much as 11%, because they are relatively cheaper, based on the level fluffier rice was as much as 12%, Aroma scented rice was not as much as 16%, durability rice> 1 month of 17%, medium rice shape as much as 20%, and the degree of white rice was as much as 19%. Total consumption of rice income> Rp 15,000,000, consumes rice types KKB Super much as 11%, because the price is relatively expensive, based on the level fluffier rice fluffier as much as 17%, the aroma of fragrant pandan rice as much as 15%, durability rice> 1 month as many as 15 %, the shape of medium rice by 13%, the degree of white rice was as much as 12%.

(64)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KONSUMEN BERAS TERHADAP JUMLAH KONSUMSI BERAS

(Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)

SKRIPSI

ABDUL HALIM LUBIS 120304025

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(65)
(66)
(67)

ABSTRAK

Abdul Halim Lubis (120304025) dengan judul skripsi “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah konsumsiBeras di Kecamatan Medan Denai” di bawah bimbingan ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. M.Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi konsumen beras di Kecamatan Medan Denai, menganalisis pengaruh karakteristik konsumen beras terhadap jumlah konsumsiberas di Kecamatan Medan Denai dan menganalisis konsumsi beras konsumen berdasarkan tingkat pendapatan di Kecamatan Medan Denai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan alasan daerah ini memiliki jumlah penduduk dan rumah tangga terbesar di Kota Medan bagian Timur. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif, metode regresi linear berganda dan metode crosstab dengan alat bantu spss 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen beras di Kecamatan Medan Denai memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda, baik itu dari segi usia, pendapatan, jumlah anggota keluarga, maupun pendidikan. Karakteristik sosial ekonomi konsumen beras berpengaruh nyata secara serempak terhadap jumlah konsumsi. Usia, jumlah anggota keluarga dan pendapatan berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsiberas, sedangkan pendidikan tidak. Jumlah konsumsi beras yang berpendapatan < Rp 2.000.000, mengkonsumsi jenis beras IR 64 sebanyak 11%, karena harganya relative lebih murah, berdasarkan tingkat kepulenan sedang sebanyak 12%, Aroma beras tidak beraroma sebanyak 16%, daya tahan beras >1 bulan sebanyak 17%, bentuk beras Medium sebanyak 20%, dan derajat putih beras sedang sebanyak 19%.Jumlah konsumsi beras yang berpendapatan > Rp 15.000.000, mengkonsumsi jenis beras KKB Super sebanyak 11%, karena harganya relative mahal, berdasarkan tingkat kepulenan pulen sebanyak 17%, aroma beras pandan wangi sebanyak 15%, daya tahan beras > 1 bulan sebanyak 15%, bentuk beras medium sebanyak 13%, derajat putih beras sedang sebanyak 12%.

(68)

ABSTRACT

Abdul Halim Lubis (120304025) with the title "Effect of Social Economic Characteristics of Consumers to Total Consumption of Rice in the district of Medan Denai " under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana as chairman of the

commission supervising and Ir. M. Jufri, M.Si as the supervising commission members .

This research aimed to analyze the social and economic characteristics of consumers of rice in the district of Medan Denai, analyze the influence of consumer characteristics of rice to amount of rice consumption in the district of Medan Denai and analyze consumption of rice consumers by income level in the district of Medan Denai. This study was conducted from March to May 2016. The research area determined by purposive with the reasons this area has the largest population in the Eastern part of the Medan City. The analytical method used in this research is descriptive analysis, multiple linear regression and the crosstab methods with SPSS 17.

The results show that consumers of rice in the district of Medan Denai have social economic characteristics are different, both in terms of age, income, quantity of family part, as well as education. Social and economic characteristics of rice consumers real effect simultaneously on the amount of rice consumption. Age, quantity of family part, and income partially have the significant effect to the amount of rice consumption, while education is not. Total consumption of rice income <Rp 2,000,000, taking the type of IR 64 as much as 11%, because they are relatively cheaper, based on the level fluffier rice was as much as 12%, Aroma scented rice was not as much as 16%, durability rice> 1 month of 17%, medium rice shape as much as 20%, and the degree of white rice was as much as 19%. Total consumption of rice income> Rp 15,000,000, consumes rice types KKB Super much as 11%, because the price is relatively expensive, based on the level fluffier rice fluffier as much as 17%, the aroma of fragrant pandan rice as much as 15%, durability rice> 1 month as many as 15 %, the shape of medium rice by 13%, the degree of white rice was as much as 12%.

(69)

RIWAYAT HIDUP

Abdul Halim Lubis, lahir di Medan pada tanggal 01 Juli 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Armaya Lubis (Alm) dan Ibu Yuni Aspar.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1999 masuk TK Swasta Al firdaus Tembung lulus tahun 2000 2. Tahun 2000 masuk SD Negeri 101764 Pondok Tembung lulus tahun 2006. 3. Tahun 2006 masuk Mts Ponpes Ar-Raudhatul Hasanah Medan lulus tahun

2009.

4. Tahun 2009 masuk MA Ponpes Ar-Raudhatul Hasanah Medan Lulus tahun 2012

5. Tahun 2012 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Undangan.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa damakitang Kecamatan Silao kahean Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara dari bulan Agustus 2015 - September 2015.

7. Asisten koperasi pada tahun 2015 di Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(70)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah konsumsi Beras dengan Studi Kasus Kecamatan Medan Denai”. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan.

3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(71)

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya pegawai di Program Studi Agribisnis.

7. Seluruh sampel penelitian yang telah bersedia membantu penulis menyelesaikan penelitian.

8. Orangtua tercinta Ayahanda Armaya Lubis (Alm) dan Ibunda Yuni Aspar yang selalu memberikan doa, nasihat, kasih sayang dan dukungan dalam segala hal selama menjalani perkuliahan.

9. Abang Tomi sanjaya Lubis dan Abang Abdul Malik Lubis yang selalu menjadi penyemangati dalam menjalani perkuliahan.

10.Teman-teman Agribisnis stambuk 2012, khususnya kepada teman-teman seperjuangan Poppy Amanda Sari , Dony, Reza Susanto, Ayub Azhari, Angel, Nazly, Indah, Nana, Syubidup dan Kak Myrna yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11.Teman-teman santri travellers khusus kepada temen temen seperjuangan

Ismail, Bobby, Sinatria, Habibi, Resi, Rixki, Ikram dan laniez yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh Asisten koperasi Diki, Iklas, Ari, Enda Pratama, Ayub, dan Febri Al Rasyid yang telah membantu menyemangati dalam penulisan skripsi.

(72)

sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2016

(73)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Karakteristik Beras ... 6

2.2Landasan Teori ... 7

2.2.1 Karakteristik Sosial ekonomi ... 7

2.2.2 JumlahKonsumsi...………..8

2.3Penelitian Terdahulu ... 10

2.4Kerangka Pemikiran ... 12

2.5Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode Penentuan Lokasi... 16

3.2Metode Penentuan Sampel ... 17

3.3Metode Pengumpulan Data... 18

3.4Metode Analisis Data ... 18

3.4.1 Analisis Deskriptif ... 19

3.4.2 Analisis Regresi Linear Beranda ... 19

3.5Definisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1 Definisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 24

(74)

4.1Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 25

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 25

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 27

4.2Karakteristik Umum Sampel... 28

4.2.1 Usia ... 28

4.2.2 Pendapatan Rumah Tangga ... 28

4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga ... 29

4.2.4 Pendidikan ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Beras ... 30

5.1.1 Usia ... 30

5.1.2 Pendapatan Rumah Tangga ... 30

5.1.3 Jumlah Anggota Keluarga ... 31

5.1.4 Pendidikan ... 31

5.2Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah konsumsi Beras ... 32

5.3 Konsumsi Beras Berdasarkan Tingkat Pendapatan dengan Atribut Beras ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan ... 46

6.2Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

(75)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(76)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Pengeluaran Rata – Rata perkapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Daerah Perkotaan/Perdesaan Tahun 2014

2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 10

Tabel 3.1 P dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2015

15 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Menurut Kategori Pendapatan 17 Tabel 3.3 Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian 18 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di

Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

25 Tabel 4.2 Komposisi Mata Pencaharian Menurut Kelurahan Di

Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

26 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Denai

Tahun 2014

27 Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia 29 Tabel 5.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga

30 Tabel 5.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

31

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas 31

Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinearitas 32

Tabel 5.6 Hasil Uji Heterokedastisitas 33

Tabel 5.7 Hasil Uji Autokorelasi 33

Tabel 5.8 Hasil Analisis Pengaruh Karakteristik Konsumen terhadap Jumlah konsumsi Beras.

33 Tabel 5.9 Konsumsi Beras Berdasarkan jenis Beras dan

Tingkat Pendapatan

36 Tabel 5.10 Konsumsi Beras Berdasarkan Kepulenan Beras dan

Tingkat Pendapatan

37 Tabel 5.11 Konsumsi Beras Berdasarkan Aroma Beras dan

Tingkat Pendapatan

38 Tabel 5.12 Konsumsi Beras Berdasarkan Daya Tahan Beras dan

Tingkat Pendapatan

39 Tabel 5.13 Konsumsi Beras Berdasarkan Bentuk Beras dan

Tingkat Pendapatan

40 Tabel 5.14 Konsumsi Beras Berdasarkan Derajat Putih dan

Tingkat Pendapatan

(77)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Karakteristik Konsumen Beras di Kecamatan Medan Denai

Lampiran 2 Hasil Analisis Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah konsumsi Beras

Gambar

Tabel 3.1 Banyaknya Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Rata-rata Anggota
Tabel 3.2 Jumlah Sampel di Kecamatan Medan Denaimenurut Kategori   Pendapatan Rumah Tangga
Tabel 3.3  Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis kelamin Di
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Gerakan Ribuan atau yang disebut “Gerbu” merupakan gerakan moral berupa pengumpulan dana dari masyarakat secara sukarela, dalam rangka meningkatkan rasa kepedulian

,t|!gF Pcmllthnn Fenilidlkm drn Fenenpan

Bahasa Arab 43 14150078 ANA KURROTUL UYUN Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pend.. Bahasa Arab 44 14150067 HESTY MAULIDA EKA PUTRY PU Ilmu Tarbiyah dan

Penetapan indikator kinerja pada saat merencanakan kinerja akan lebih meningkatkan kualitas perencanaan dengan menghindari penetapan-penetapan sasaran yang sulit untuk diukur

Kemahasiswaan dan Alumni

masyarakat (baik kegiatan maupun output kegiatan) yang tercantum dalam Berita.. Faktor pendorong keberhasilan keberhasilan sasaran ini adalah :. 1) Telah dibangun sistem

16 15310146 AHMAD SHOBAB ABTHOHIN NI'AM Humaniora Bahasa dan Sastra Arab 17 14310096 ISTI FAIATUL MARDIYAH ALI Humaniora Bahasa dan Sastra Arab 18 13320064 NIKEN AYU DAMAYANTI