• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Uang Palsu (Study Putusan Nomor 1515/Pid.B/2013/PN/MDN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Uang Palsu (Study Putusan Nomor 1515/Pid.B/2013/PN/MDN)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ayu Sunarti, Arianti, E, 2000. Bencana Uang Palsu Sumber Pembusukan Bangsa Dari Dalam Tubuh Sendiri. edisi pertama. Yogyakarta: elsTreba.

Chazawi, Adam (II), 2011. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang: Penerbit Bayumedia Publishing.

______________, Ferdian, Ardi, 2014. Tindak Pidana Pemalsuan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Kasmir, 2014.Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Lamintang, P.A.F, 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Cetakan ke-3 Bandung: Citra Aditya Bakti.

_______________, Lamintang Theo, 2009. Kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat Bukti, dan

Peradilan. edisi kedua. Jakarta: Sinar Grafika.

_________________________________, 2009.Delik-Delik Khusus Kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum Terhadap Surat, Alat Pembayaran,

Alat Bukti, Dan Peradilan. Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika.

_________________________________, Hukum Pidana Indonesia, cetakan kedua.

(2)

Moeljatno (i), 1983. Azas-azas Hukum Pidana. Jakarta:Penerbit Bina Aksara, Simons, Leerboek II

Mr.E.M.L., 1960. De Wetboeken, Wetten en Verordeningen benevens de Grondwet van 1945 van de Republiek Indonesie. A.W. Sijthoff’s Uitgeversmaatschappij. N.V. Leiden.

Ny. Emong Sapardjaja komariah, 2002. Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia. Bandung:Penerbit Sinar Baru.

Poniman, Tesis Kebijakan Penal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Uang Palsu.

Abdullah Thamrin, M.M., M.Pd., Dr. Francis Tantri, S.E., M.M., 2014. Bank Dan Lembaga Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Projodikoro, Wirjono, 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia.

Bandung: Penerbit Refika Aditama.

(3)

B. INTERNET

“Skripsi Pemalsuan Uang”, diakses dari http”//Scribd.com/doc/18544984/skripsi-pemalsuan-uang#scribd.

“Tujuan Pengaturan Dan Pengawasan Bank”, diakses dari http”//bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/tujuan-dan

kewenangan/Contents/Default.aspx. Jenis-Jenis uang, Wikipedia.org.

Respository.Usu.ac.id.

C. PERATURAN-PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No.1 Tahun 1946 jo UU No. 73 Tahun 1958

Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral.

Undang-Undang No.3 tahun 2004 Jo UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan Dan Penarikan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah.

(4)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/1/PBI/2016 tentang Jumlah Dan Nilai Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015

D. SUMBER LAIN

Satjipto Rahardjo, Hukum, Polisi dan Residivis, Seminar Kajian Residivis dan Pembinaannya, Jakarta, 14-15 Januari 1992

Tim Peneliti Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung, “Ringkasan Penelitian Hukum Tindak Pidana di Bidang Mata Uang”, Makalah Dalam Seminar Kejahatan Terhadap Mata Uang dan Upaya Penegakan Hukumnya di Wilayah Sumatera Utara Pada Tanggal 14 Januari 2006 di Biro Rektor USU, Medan hlm. 7-8.

(5)

BAB III

PENERAPAN HUKUM PIDANA MATERIL DAN FORMIL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU DALAM PUTUSAN PENGADILAN

NEGERI MEDAN NOMOR 1515/Pid.B/2013/PN.MDN A. Posisi Kasus

1. Kronologi Kasus

(6)

bertanya, “mana barangnya” lalu DENNY NURSYAF TANJUNG menunjukkan uang kertas palsu tersebut, HENDRA berkata akan menghubungi KOKO sambil meminjam charger handphone yang berada di dalam rumah kemudian sekitar 15 menit tiba-tiba datang polisi dan menangkap DENNY NURSYAF TANJUNG dan ARWINSYAH SAGALA ALIAS ERWIN selanjutnya memasukkan plastik berisi uang kertas palsu tersebut ke dalam mobil avanza dan sewaktu berada di dalam mobil, uang kertas palsu dalam plastik tersebut terjatuh, lalu DENNY NURSYAF TANJUNG menendangnya ke dalam bawah tempat duduk mobil tetapi kemudian ditemukan polisi.

2. Dakwaan

Terhadap perbuatan terdakwa sebagaimana posisi kasus di atas maka penuntut umum pada Pengadilan Negeri Medan mengajukan terdakwa ke persidangan dengan dakwaan sebagai berikut :

PERTAMA :

Bahwa ia terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG bersama-sama dengan ARWINSYAH SAGALA (dilakukan penuntutan secara terpisah) sebagai orang yang turut serta melakukan perbuatan tersebut pada hari kamis tanggal 09 Mei 2013 sekira pukul 22.00 wib atau pada waktu lain yang masih termasuk di dalam 2013 bertempat di jalan pasar II Marelan Kabupaten Deli Serdang atau pada tempat lain yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Lubuk Pakam namun karena kedudukan sebagian besar saksi berada di Medan maka berdasarkan ketentuan pasal 84 ayat (2) KUHAP maka Pengadilan Negeri Medan menjadi berwernang mengadilinya meniru atau memalsukan mata uang atau uang kertas Negara atau uang kertas bank itu serupa yang asli dan tiada dipalsukan,perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut : - Bahwa kejadian bermula pada hari kamis tanggal 09 mei 2013 sekira pukul

(7)

KOKO dalam rangka untuk menyelesaikan masalah adik ipar ARWINSYAH SAGALA ;

- Sekira pukul 20.00 wib terdakwa tiba di rumah ARWINSYAH SAGALA di jalan Garu I kec. Medan Amplas dan setelah bertemu dengan ARWINSYAH SAGALA lalu terdakwa dan ARWINSYAH SAGALA langsung berangkat ke pasar II Marelan;

- Bahwa sepanjang jalan, terdakwa menceritakan kepada ARWINSYAH SAGALA bahwa ia lagi kesulitan ekonomi;

- Bahwa mendengar hal tersebut, ARWINSYAH SAGALA mengatakan bahwa ia tidak mempunyai uang namun menawarkan uang kertas palsu dengan berkata “aku ga ada duit, uang palsu mau kau ?” selanjutnya terdakwa mengiyakan selanjutnya ia bertanya “ada berapa…?” dijawab ARWINSYAH SAGALA “inilah kau hitung sendiri” selanjutnya terdakwa menghitung dan pada saat itu terdakwa ketahui uang palsu tersebut berjumlah Rp.700.000,- ; - Sekira pukul 22.00 wib ARWINSYAH SAGALA dan terdakwa tiba di pasar

II Marelan di sebuah rumah ADI kemudian ARWINSYAH SAGALA turun dari mobil dan terdakwa memarkirkan mobil;

- Bahwa kemudian ARWINSYAH SAGALA duduk di depan rumah ADI dan kemudian ARWINSYAH SAGALA menyerahkan plastik yang berisikan uang kertas palsu tersebut kepada terdakwa sambil berkata “kantongi dulu Den” kemudian terdakwa mengantongi plastik yang berisikan uang kertas palsu tersebut kemudian datang seorang laki-laki bernama HENDRA lalu HENDRA bertanya “mana barangya..?” lalu terdakwa menunjukkan uang kertas palsu tersebut selanjutnya HENDRA berkata akan menghubungi KOKO sambil meminjam charger yang berada di dalam rumah;

- Bahwa kemudian sekira 15 menit tiba-tiba datang polisi dan menangkap terdakwa;

(8)

terdakwa menendangnya ke bawah tempat duduk mobil namun hal tersebut diketahui oleh petugas kepolisian;

- Bahwa selanjutnya terdakwa bersama-sama dengan ARWINSYAH SAGALA beserta barang-barang bukti dibawa ke Polda Sumut untuk diproses secara hukum;

- Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri cabang Medan Nomor Lab- 3193/DUF/2013 tanggal 31 mei 2013 dalam kesimpulannya menyatakan bahwa 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas pecahan Rp.100.000,- seri gambar Ir. Soekarno dan Drs.H. Mohammad Hatta tahun emisi 2009 dengan nomor seri yang sama yaitu QGD 136376 seperti yang tercantum di dalam Bab I adalah

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 244 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

PALSU.

ATAU KEDUA

Bahwa ia terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG bersama-sama dengan ARWINSYAH SAGALA (dilakukan penuntutan secara terpisah) sebagai orang yang turut serta melakukan perbuatan tersebut pada hari Kamis tanggal 09 Mei 2013 sekira pukul 22.00 wib atau pada waktu lain yang masih termasuk di dalam 2013 bertempat di jalan Pasar II Marelan Kabupaten Deli Serdang atau pada tempat lain yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Lubuk Pakam namun karena kedudukan sebagian besar saksi berada di Medan maka berdasarkan ketentuan pasal 84 ayat (2) KUHAP maka Pengadilan Negeri Medan menjadi berwenang mengadilinya meniru atau memalsukan uang atau uang kertas Negara atau uang kertas bank itu serupa yang asli dan tiada dipalsukan, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut : - Bahwa kejadian bermula pada hari kamis tanggal 09 mei 2013 sekira pukul

(9)

KOKO dalam rangka untuk menyelesaikan masalah adik ipar ARWINSYAH SAGALA ;

- Sekira pukul 20.00 wib terdakwa tiba di rumah ARWINSYAH SAGALA di jalan Garu I kec. Medan Amplas dan setelah bertemu dengan ARWINSYAH SAGALA lalu terdakwa dan ARWINSYAH SAGALA langsung berangkat ke pasar II Marelan;

- Bahwa sepanjang di jalan, terdakwa menceritakan kepada ARWINSYAH SAGALA bahwa ia lagi kesulitan ekonomi;

- Bahwa mendengar hal tersebut, ARWINSYAH SAGALA mengatakan bahwa ia tidak mempunyai uang namun menawarkan uang kertas palsu dengan berkata “aku ga ada duit, uang palsu mau kau ?” selanjutnya terdakwa mengiyakan selanjutnya ia bertanya “ada berapa…?” dijawab ARWINSYAH SAGALA “inilah kau hitung sendiri” selanjutnya terdakwa menghitung dan pada saat itu terdakwa ketahui uang palsu tersebut berjumlah Rp.700.000,- ; - Sekira pukul 22.00 wib ARWINSYAH SAGALA dan terdakwa tiba di pasar

II Marelan di sebuah rumah ADI kemudian ARWINSYAH SAGALA turun dari mobil dan terdakwa memarkirkan mobil;

- Bahwa kemudian ARWINSYAH SAGALA duduk di depan rumah ADI dan kemudian ARWINSYAH SAGALA menyerahkan plastik yang berisikan uang kertas palsu tersebut kepada terdakwa sambil berkata “kantongi dulu Den” kemudian terdakwa mengantongi plastik yang berisikan uang kertas palsu tersebut kemudian datang seorang laki-laki bernama HENDRA lalu HENDRA bertanya “mana barangya..?” lalu terdakwa menunjukkan uang kertas palsu tersebut selanjutnya HENDRA berkata akan menghubungi KOKO sambil meminjam charger yang berada di dalam rumah;

- Bahwa kemudian sekira 15 menit tiba-tiba datang polisi dan menangkap terdakwa;

(10)

terdakwa menendangnya ke bawah tempat duduk mobil namun hal tersebut diketahui oleh petugas kepolisian;

- Bahwa selanjutnya terdakwa bersama-sama dengan ARWINSYAH SAGALA beserta barang-barang bukti dibawa ke Polda Sumut untuk diproses secara hukum;

- Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri cabang Medan Nomor Lab- 3193/DUF/2013 tanggal 31 mei 2013 dalam kesimpulannya menyatakan bahwa 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas pecahan Rp.100.000,- seri gambar Dr. Ir. Soekarno dan Drs.H. Mohammad Hatta tahun emisi 2009 dengan nomor seri yang sama yaitu QGD 136376 seperti yang tercantum di dalam Bab I adalah

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 245 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

PALSU.

3. Fakta-Fakta Hukum

3.1 Keterangan Saksi – Saksi

a. ARWINSYAH SAGALA, Umur 28 tahun, lahir di Medan tanggal 29 maret 1985, Suku Batak, Agama Islam, Pendidikan terakhir SMK, Pekerjaan Karyawan Swasta, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Terendam No.6 kel. Sei Rengas Kec. Medan Area Kodya Medan dan di Jl. Gaharu I kel. Arjo Sari I Kec. Medan Amplas, menerangkan :

1) Saksi saat diperiksa dan dimintai keterangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan akan memberikan keterangan yang benarnya kepada pemeriksa.

(11)

kepada saksi “2 (dua) hari lagi kita jumpa disini (di Pinggir Jalan gaharu II Kel. Arjo Sari Kec. Medan Amplas)”, setelah itu antara saksi dan TOMI berpisah berselang 2 (dua) hari kemudian di tempat yang sama saudara TOMI menyerahkan uang palsu pecahan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) sebanyak 88 (delapan puluh delapan) lembar kepada saksi setelah itu uang tersebut saksi simpan di kandang burung yang berada di belakang rumahnya sambil saksi mencari orang yang mau membeli uang palsu tersebut dengan uang asli.

(12)

penangkapan terhadap saya dan sdr DENNY NURSYAF TANJUNG kemudian membawa kami ke Polda Sumut.

b. M. TAUFIK, Lahir di Medan pada tahun 1965, Agama Islam,

Kewarganegaraan Indonesia, Suku Jawa, Pekerjaan Polri, Alamat Jalan Sisingamangaraja KM 10,5 No 60 Medan, menerangkan :

1) Bahwa saksi saat diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia untuk diperiksa dan akan memberikan keterangan yang benarnya kepada pemeriksa.

2) Saksi mengerti sebabnya dilakukan pemeriksaan sehubungan dengan saksi ada melakukan penangkapan terhadap ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG dan saksi melakukan penangkapan terhadap kedua orang tersebut dalam perkara tindak pidana Meniru atau Memalsu mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank dengan maksud mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang atau uang kertas itu sebagai uang asli dan tidak palsu.

(13)

terhadap mereka (ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG ) dan mereka langsung berterus terang dengan mengatakan “bahwa keberadaan mereka di pasar II Marelan untuk menjual uang palsu” dengan adanya pengakuan mereka ( ARWINSYAH SAGALA DAN DENNY NURSYAF TANJUNG) selanjutnya DENNY NURSYAF TANJUNG menyerahkan uang palsu pecahan Rp.100.000,- sebanyak tujuh lembar kepada saksi setelah penyerahan uang palsu tersebut selanjutnya ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG kami bawa ke mobil setelah di dalam mobil selanjutnya DENNY NURSYAF TANJUNG menjatuhkan dari kantong celananya bungkusan plastik setelah itu bungkusan plastik tersebut kami suruh untuk diambilnya dan selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Polda Sumut, setelah di kantor Polda Sumut kemudian bungkusan plastik tersebut dibuka dan didalamnya terdapat uang palsu pecahan Rp.100.000,- dan kami memerintahkan mereka (ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG) untuk menghitung setelah dihitung jumlah uang palsu yang ada dalam plastik sebanyak 81 lembar, setelah itu kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

4. Setelah saksi perhatikan dengan teliti dan saksi mengakui dan berterus terang bahwa saksi mengenali kedua orang yang dihadapkan pemeriksa kepada saksi dimana kedua orang tersebut yang mengaku bernama (ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG) adalah orang yang ditangkap saksi di jalan pasar II Marelan pada hari Kamis tanggal 09 mei 2013 sekira pukul 22.15 wib.

5. Setelah saksi perhatikan dengan teliti dan saksi mengakui dan berterus terang bahwa uang palsu pecahan Rp.100.000,- sebanyak 88 (delapan puluh delapan) lembar yang diperlihatkan pemeriksa kepada saksi adalah uang palsu yang akan diedarkan dijual oleh (ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG).

(14)

7. Pada saat saksi dilakukan pemeriksaan, saksi tidak ada dipaksa ataupun dipengaruhi baik oleh orang lain maupun oleh pemeriksa.

c. PHN. SILABAN, Umur 38 tahun, Lahir di Medan pada tahun 1975, Suku Batak, Agama Kristen, Pendidikan terakhir SMK (tamat), Pekerjaan Polri, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Sisingamangaraja Km 10,5 No 60 Medan/ Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, menerangkan : 1) Pada saat dilakukan pemeriksaan, saksi dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani dan bersedia untuk diperiksa dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.

2) Bahwa saksi mengerti apa sebabnya diperiksa serta dimulai keterangan pada saat sekarang ini yaitu sehubungan dengan M.Taufik bersama saksi ada melakukan penangkapan terhadap orang yang bernama ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG.

3) Adapun sebabnya saksi dan M. TAUFIK melakukan penangkapan terhadap ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG karena mereka berdua ada mengedarka uang palsu pecahan Rp.100.000,- sebanyak 88 (delapan puluh delapan) lembar.

4) Bahwa saksi dengan M.TAUFIK melakukan penangkapan terhadap

ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG pada hari kamis tanggal 09 Mei 2013 di jalan sari rukun lorong 35 Kecamatan Marelan Kab. Deli Serdang.

5) Bahwa saksi sebelumnya tidak kenal dengan ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG.

(15)

tersebut kepada TAUFIK setelah, setelah kami (saksi dan M.TAUFIK) sampai di pasar II Marelan dan kami melihat ada dua orang laki-laki sedang duduk di teras rumah dan orang tersebut sesuai dengan ciri-ciri yang diberitahukan masyarakat kepada M. TAUFIK setelah itu saksi dan M.TAUFIK langsung mendekati orang tersebut dan menanyakan identitas orang tersebut dan saat itu jawabannya gugup dan saat itulah timbullah kecurigaan kami bahwa orang tersebut ada perbuatannya yang melanggar hukum yang selanjutnya saksi dan M.TAUFIK tetap melakukan interogasi terhadap ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG dan saat melakukan interogasi mereka langsung berterus terang dengan mengatakan kepada saksi dan M.TAUFIK “bahwa keberadaan mereka (ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG) di jalan Pasar II Marelan untuk menjual uang palsu” dengan adanya pengakuan mereka selanjutnya DENNY NURSYAF TANJUNG menyerahkan uang palsu pecahan Rp.100.000,- sebanyak tujuh lembar kepada saksi dan M.TAUFIK setelah penyerahan uang tersebut selanjutnya ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG kami bawa ke dalam mobil setelah di dalam mobil selanjutnya DENNY NURSYAF TANJUNG menjatuhkan dari kantong celananya bungkusan kantongan plastik setelah itu bungkusan plastik tersebut kami suruh untuk diambilnya dan selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Polda Sumut setelah di kantor Polda Sumut kemudian bungkusan plastik tersebut dibuka dan di dalamnya terdapat uang palsu pecahan Rp.100.000,- dan kami memerintahkan mereka untuk menghitung setelah dihitung jumlah uang palsu yang ada dalam plastik sebanyak 81 lembar, kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

(16)

8. Setelah saksi perhatikan dengan teliti dan saksi mengakui dan berterus terang bahwa uang palsu pecahan Rp.100.000,- sebanyak 88 lembar yang diperlihatkan pemeriksa kepada saksi adalah uang palsu yang akan diedarkan/ dijual oleh (ARWINSYAH SAGALA dan DENNY NURSYAF TANJUNG). 9. Bahwa semua keterangan saksi diatas sudah benar semuanya dan tidak ada lagi keterangan yang perlu saksi tambahkan.

10.Pada saat saksi dilakukan pemeriksaan, saksi tidak ada dipaksa ataupun dipengaruhi baik oleh orang lain maupun pemeriksa.

3.2 Keterangan Ahli

a. IMAN SANTOSO, Umur 52 tahun, lahir di Bajubang Jambi pada tanggal 18 Agustus 1960, Jenis Kelamin laki-laki, Pekerjaan Asisten Manajer Bank Indonesia Wilayah IX, Agama Islam, Pendidikan Terakhir S1, alamat Jl. Bakti Komplek BI No.17 Gaperta Ujung Medan, menerangkan :

1) Saksi Saat dilakukan pemeriksaan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta bersedia untuk diperiksa dan akan memberikan keterangan yang sebenarnya kepada pemeriksa.

2) Bahwa saksi diperiksa sebagai Ahli bersedia di sumpah menurut agama Islam. 3) a. pendidikan Formal :

1. Sd di Bajubang Jambi 2. SMP Negeri XI di Jakarta. 3. SMA Negeri I Medan

4. S1 dari Fakultas Ekonomi Amir Hamzah Medan. 5. Kursus mengenai keaslian uang rupiah di Jakarta. 6. Penyuluh/ Penatar keaslian uang rupiah di Medan. b. Jabatan :

1. Pada tahun 1984 menjadi tenaga honorer di Bank Indonesia

2. Pada tahun 1985 menjadi pegawai Bank Indonesia dan menjabat sebagai Pembantu Kasir di Bank Indonesia Medan.

3. Pada tahun 1987 menjabat kasir Bank Indonesia Medan.

(17)

5. Pada tahun 2007 sampai sekarang menjabat sebagai Asisten Manager di KPW Bank Indonesia Medan.

4) Bahwa saksi ada mempunyai kejuruan/ Pendidikan mengenai uang palsu dan ini dapat saksi buktikan dengan sertifikat pelatihan Ahli Uang Palsu dan Foto Copy dapat saksi serahkan kepada penyidik.

5) Yang dimaksud dengan uang kertas Negara adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Jakarta.

6) Cara membedakan uang kertas yang asli dan tidak dipalsu sebagai berikut : 1. bahwa uang asli security kertas terdiri dari : Kertasnya tidak membendar (bercahaya apabila disenter dengan sinar ultra violet berhubung bahannya terbuat dari kertas becampur kapas) terdapat tanda pengaman water mark (tanda air) adanya security thead (benang pengaman).

Sedangkan uang yang tidak asli tidak ditemukan tanda-tanda tersebut di atas. 2. bahwa uang asli security bahan tanda cetak terdiri dari :

- teknik cetak intaglio (cetak tinggi)

- teknik cetak Ovi adalah tinta yang berubah warna - teknik Imposible Ink (tinta tidak tampak)

- teknik cetak Asymmetrical serial number (nomor seri yang tidak simetris) yang berubah warna apabila disenter dengan sinar ultraviolet.

Sedangkan uang yang tidak asli tidak ditemukan tanda-tanda tersebut diatas. 7) Bahwa uang kertas Negara yang asli terbuat dari kertas bercampur kapas dan apabila uang asli disenter dengan sinar ultraviolet tidak memendar.

8) Bahwa yang berhak/berwenang mengeluarkan/mencetak uang Negara adalah Bank Indonesia melalui Perum Peruri.

9) Bahwa uang kertas bercampur kapas yang berlaku di Indonesia adalah uang pecahan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah), Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah), Rp.5.000,- (lima ribu rupiah), Rp.2.000,- (dua ribu rupiah) dan Rp.1.000,- (seribu rupiah).

(18)

rupiah yang beredar di Indonesia adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

11) Bahwa beredarnya uang yang tidak sesuai dengan uang yang dikeluarkan bank Indonesia yang mengakibatkan laju inflasi naik dan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.

12) Bahwa uang pecahan Rp.100.000,- sebanyak 88 (delapan puluh delapan) lembar dengan nomor seri QGD 136376 bukan merupakan uang yang dikeluarkan/ dicetak bank Indonesia.

13) Bahwa saksi mengetahui uang pecahan Rp.100.000,- masing-masing dengan nomor seri QGD 136376 bukan merupakan uang yang dikeluarkan/dicetak Bank Indonesia, setelah uang tersebut saksi terawang dimana dalam uang tersebut tidak ada tanda air (watermark) berupa gambar Pahlawan Nasional W.SOEPRATMAN sedangkan dalam uang pecahan Rp.100.000,- yang dikeluarkan Bank Indonesia apabila diterawang ke cahaya jelas terlihat watermark pada uang.

Pada uang pecahan Rp.100.000,- yang dikeluarkan Bank Indonesia teknik cetak Intaglio angka nominal, Tulisan Bank Indonesia, seratus ribu rupiah, gambar Pahlawan, gambar utama Burung Garuda terasa kasar apabila diraba sedangkan pada uang pecahan Rp.100.000,- yang diperlihatkan pemeriksa kalau diraba rata-rata seperti kertas biasa.

14) Tidak ada keterangan yang perlu ditambahkan lagi, sudah benar semua keterangan yang saksi berikan diatas dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum sesuai dengan keahlian saksi dalam bidang Hukum Pidana. 15) Selama dalam memberikan keterangan tersebut diatas, saksi sebagai ahli tidak ada paksaan, tekanan maupun bujukan atau dipengaruhi oleh penyidik.

3.3 Keterangan Terdakwa

(19)

1) Tersangka saat diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya kepada pemeriksa.

2) Pada kamis tanggal 9 Mei 2013 sekira pukul 18.00 wib ARWINSYAH

(20)

kertas palsu dalam plastik tersbut terjatuh dan tersangka menendangkannya ke belakang tempat duduknya dan selanjutnya ditemukan polisi.

3) Semua keterangan yang tersangka berikan diatas sudah benar dan pada saat tersangka memberikan keterangan tidak ada dipengaruhi oleh pihak lain. 3.3 Surat

Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan Nomor : Lab-3193/DUF/2013 tanggal 31 Mei 2013 dalam kesimpulannya menyatakan bahwa 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas pecahan seratus ribu seri gambar dari Ir. Soekarno dan Drs. H. Muhammad Hatta tahun emisi 2009 dengan nomor seri yang sama yaitu QGD 136376 adalah palsu. 3.4 Barang Bukti

Yang merupakan barang bukti dalam perkara ini adalah berupa 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas palsu pecahan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah).

3.5 Petunjuk

(21)

4. Tuntutan

Pada persidangan tertanggal 09 Oktober 2013 Jaksa Penuntut Umum menuntut agar terdakwa dijatuhi hukuman yang amarnya sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Secara bersama-sama mengedarkan uang palsu”, sebagaimana diatur dalam pasal 245 KUH Pidana jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dikurangi selama masa penahanan sementara.

3. Menetapkan barang bukti berupa 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas palsu pecahan Rp.100.000 dirampas untuk dimusnahkan.

4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah).

5. Pertimbangan Hakim

Sebelum Majelis Hakim menjatuhkan putusannya, maka terlebihi dahulu memberikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana terhadap Terdakwa pada pokoknya sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Secara bersama-sama mengedarkan uang palsu”, sebagaimana diatur dalam pasal 245 KUH Pidana jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dikurangi selama masa penahanan sementara.

3. Menetapkan barang bukti berupa 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas palsu pecahan Rp.100.000 dirampas untuk dimusnahkan.

(22)

Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana tersebut, terdakwa tidak mengajukan pembelaan secara tertulis tetapi secara lisan terdakwa mengajukan permohonan yang pada pokoknya agar dijatuhi hukuman seringan-ringannya.

Menimbang, bahwa terdakwa didakwa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan, berdasarkan surat dakwaan tanggal 17 Juli 2013, No. Reg. Perk : PDM-184/N.210.3/Ep.2/Mdn/07/2013 yang berbunyi sebagai berikut :

PERTAMA, melakukan perbuatan yang diatur dan diancam pidana dalam pasal 244 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana

KEDUA, melakukan perbuatan yang diatur dan diancam pidana dalam pasal 245 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

Menimbang, bahwa dipersidangan telah diperlihatkan barang bukti berupa : 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas palsu pecahan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah), dan terdakwa membenarkannya.

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dakwaan tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi yaitu saksi IMAN SANTOSO, M. TAUFIK, PHN. SILABAN, ARWINSYAH SAGALA, saksi-saksi tersebut telah memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam berita acara yang dibuat oleh Penyidik.

Menimbang, bahwa terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam berita acara yang dibuat oleh penyidik.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa dihubungkan dengan barang bukti, majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur dari pasal 245 KUHPidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dan oleh karenanya harus dijatuhi pidana sebagaimana disebutkan dalam amar putusan.

(23)

dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan, karena itu terdakwa harus dijatuhi pidana.

Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka masa tahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan memerintahkan pula agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum di Persidangan akan ditetapkan dalam amar putusan.

Menimbang, oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah, maka terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara.

Menimbang, bahwa sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan.

- Perbuatan terdakwa dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi, dan juga dapat mengurangi kepecayaan masyarakant terhadap uang asli yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia;

Yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.

- Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya; Yang meringankan :

- Terdakwa berlaku sopan di persidangan.

Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang termuat dalam berita acara persidangan ini dianggap merupakan bagian yang tidak terlepas dari putusan.

Mengingat ketentuan pasal 245 KUHPidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana serta ketentuan Undang-Undang lain yang bersangkutan dengan perkara.

6. Putusan Hakim

(24)

MENGADILI

1. Menyatakan terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG Als DENI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama mengedarkan uang palsu”;

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa DENNY NURSYAF TANJUNG Als DENI oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

3. Menetapkan lamanya terdakwa ditahan sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 4. Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

- 88 (delapan puluh delapan) lembar uang kertas palsu pecahan Rp.100.000 (seratus ribu rupiah), dipergunakan dalam perkara DENNY NURSYAF TANJUNG;

6. Menghukum terdakwa membayar ongkos perkara sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah).

B. Analisis Juridis Terhadap Putusan

Kasus yang penulis bahas yakni mengedarkan mata uang palsu yang dilakukan oleh Denny Nursyaf Tanjung, dimana terdakwa berniat mengedarkan uang palsu semata-mata karena tujuan ekonomi. Jaksa penuntut umum dalam kasus ini menyusun surat dakwaanya dengan bentuk dakwaan alternatif, yakni jaksa penuntut umum mendakwa terdakwa dengan dakwaan pasal 244 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana ATAU pasal 245 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

Untuk menyetujui bagaimana penerapan hukum pidana materil dalam kasus ini, maka hal yang perlu dicermati adalah :

1. Ketentuan Delik

(25)

pembuat tidak dapat dipenuhi, maka sanksi hukum tidak dapat diterapkan, karena tidak ada kemampuan untuk bertanggung jawab, tetapi bukan berarti tidak ada delik. Delik tetap ada, hanya sanksi pidana yang tidak dapat dijatuhkan.

Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan bertanggung jawab apabila memenuhi unsur berikut sebagaimana terdapat di dalam Bab III KUHP mengenai pengecualian, pengurangan, dan penambahan hukuman, yaitu :

1. sempurna akalnya (Pasal 44).

2. sudah dewasa minimal berumur 16 tahun (Pasal 45).

3. tidak karena alasan terpaksa oleh sesuatu kekuasaan yang tak dapat dihindarkan (Pasal 48).

4. tidak karena terpaksa untuk mempertahankan dirinya atau diri orang lain (Pasal 49).

5. tidak karena menjalankan peraturan perundang-undangan. (Pasal 50). 6. tidak karena untuk menjalankan perintah jabatan yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu (Pasal 51).

Untuk dapat membuktikan terdakwa Denny Nursyaf Tanjung terbukti telah melakukan delik dan juga memenuhi unsur tanggung jawab terhadap suatu tindak pidana, maka akan dibahas satu-persatu. Di dalam menyatakan seseorang yang didakwa melakukan tindak pidana yang dimaksudkan di dalam pasal 244 KUH Pidana, hakim harus dapat membuktikan tentang :

a. adanya kehendak pelaku untuk meniru atau untuk memalsukan mata uang, uang kertas Negara atau uang kertas bank;

b. adanya pengetahuan pelaku bahwa yang ia tiru atau yang ia palsukan itu merupakan mata uang, uang kertas Negara dan uang kertas bank.

Di dalam menyatakan seseorang yang didakwa melakukan tindak pidana yang dimaksudkan di dalam pasal 245 KUH Pidana, hakim harus dapat membuktikan tentang :

(26)

b. adanya pengetahuan pada terdakwa bahwa yang ia edarkan itu merupakan mata uang, uang kertas negara atau uang kertas bank yang telah ia tiru atau ia palsukan atau yang ia peroleh dari orang lain;

c. adanya pengetahuan pada terdakwa mengenai kepalsuan atau pemalsuannya pada waktu terdakwa menerima mata uang, uang kertas negara atau uang kertas bank yang bersangkutan.

Dari sisi formilnya dalam kasus ini, maka juga telah memenuhi persyaratan, sebagaimana telah diatur dalam KUHAP, yaitu :

1. dari sisi dakwaan, penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:

a) Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, Jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa.

b) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

2. dari sisi pembuktian, hakim tidaklah boleh menjatuhkan pidana terhadap seseorang apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dalam kasus ini dari sisi pembuktian sudah memenuhi dimana terdapar beberapa alat bukti antara lain, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa, surat, petunjuk dan barang bukti berupa uang kertas palsu pecahan Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) sebanyak 88 (delapan puluh delapan) lembar sebagaimana yang telah dicantumkan dalam fakta-fakta hukum.

3. Dari sisi putusan, berdasarkan alat bukti yang ada dan telah dibuktikan di sidang pengadilan dan berdasarkan pertimbangan hakim yang melihat dari segala aspek sosiologi telah diputuskan bahwa benar terdakwa melakukan tindak pidana secara bersama-sama mengedarkan uang palsu dan dijatuhkan hukuman sesuai tuntutan jaksa penuntut umum.

(27)

X tentang pemalsuan mata uang dan uang kertas.dan perbuatan tersebut bersifat melawan hukum baik secara materil maupun formil serta tidak ada alasan pembenar dan alasan pemaaf. Dan juga berdasarkan identitas, maupun keterangan terdakwa yang diperoleh dalam persidangan terdakwa Denny Nursyaf Tanjung dapat dikatakan sebagai seseorang yang dapat bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukannya berdasarkan Bab III KUHP mengenai pengecualian, pengurangan, dan penambahan hukuman, dan sama sekali tidak ada alasan pengecualian pidana yang di dapatkan hakim dalam kasus ini.

Menurut penulis pasal yang didakwakan penuntut umum tersebut memang sudah tepat apabila berdasarkan pada KUH Pidana karena telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana yang terdapat dalam pasal 245 KUH Pidana.

(28)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa hal yang berbeda yang diatur terkait dengan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu :

a. Untuk tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu, pada KUHP disebutkan bahwa berlaku suatu asas yang disebut sebagai asas

universaliteit. Maksud dari asas tersebut adalah agar hukum pidana Indonesia tetap dapat diberlakukan bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di luar Indonesia, sedangkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tidak menganut asas ini. b. Objek tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu sebagaimana yang diatur di dalam KUHP meliputi uang kertas dan uang logam. Aturan dalam KUHP tidak hanya berlaku bagi pemalsu uang kertas dan uang logam Rupiah saja, melainkan juga uang kertas dan uang logam Negara asing. Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, objek pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang diatur terbatas hanya mata uang Indonesia saja, yaitu Rupiah.

(29)

yang memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara 15 (lima belas) tahun (Pasal 244 dan Pasal 245).

2. Ketentuan pidana pengedaran uang palsu yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum memang sudah benar dan sudah sesuai berdasarkan pasal 245 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana. Namun menurut penulis lebih tepat apabila Jaksa Penuntut Umum membuat dakwaan berdasarkan pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang jo pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUH Pidana, karena dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2011 ini sanksinya lebih berat dibandingkan dengan sanksi yang terdapat dalam KUHP, selain memiliki sanksi pidana penjara undang-undang nomor 7 tahun 2011 juga memiliki sanksi pidana denda, dimana dalam pasal 36 ayat (3) nya memiliki denda paling banyak Rp.50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).

B. Saran

Kejahatan pemalsuan dan pengedaran uang palsu merupakan kejahatan yang serius karena selain bertujuan untuk memperkaya diri , secara ekonomi, kejahatan tersebut juga dapat menghancurkan perekonomian Negara. Sebagai penutup penulis kemukakan bahwa tanggung jawab terhadap kejahatan pemalsuan uang dan pengedaran uang palsu ini bukan saja merupakan tugas dari aparat penegak hukum tetapi juga merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh masyarakat secara bersama-sama untuk memeranginya sehingga peredaran uang palsu tersebut dapat dikurangi.

Selanjutnya, apabila didalam kegiatan sehari-hari ditemukan uang rupiah palsu maka diharapkan segera dilaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang. Mengingat pemalsuan uang dan pengedaran uang palsu merupakan tindak pidana yang merugikan masyarakat, maka dalam upaya menaggulanginya perlu diperhatikan hal sebagai berikut :

(30)

untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai keaslian uang rupiah.

2. Hakim maupun Jaksa Penuntut Umum dalam menerapkan ketentuan

(31)

BAB II

KETENTUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU DALAM HUKUM POSITIF

INDONESIA

A. Sejarah Hukum Tentang Tindak Pidana Membuat Dan Mengedarkan Benda Semacam Mata Uang Atau Uang Kertas Sebagai Alat Pembayaran Yang Diatur Di dalam UU No.1 Tahun 1946 Jo UU No. 73 Tahun 1958

Pada awal kemerdekaan dibuat suatu Undang-Undang yang mengatur tindak pidana megenai membuat dan mengedarkan benda semacam mata uang atau uang kertas yang dimuat di dalam UU No.1 Tahun 1946 jo UU No.73 Tahun 1958. Terdapat 4 (empat) rumusan tindak pidana yang dimaksud, dan dimuat di dalam Pasal IX sampai dengan Pasal XII. Sedangkan Pasal XIII tidak merumuskan tindak pidana, tetapi mengatur tentang tindak pidana tambahan perampasan barang yang sifatnya imperatif. 4 (empat) rumusan tindak pidana yang dimuat di dalam Pasal IX sampai dengan Pasal XIII dibutuhkan untuk menindas usaha untuk mengacaukan peredaran uang di negeri Indonesia dengan menyebarkan mata uang atau uang kertas yang oleh pihak Pemerintah kita tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah.

1. Pasal IX merumuskan :

Barangsiapa membikin benda semacam mata uang atau uang kertas dengan maksud untuk menjalankannya atau menyuruh menjalankannya sebagai alat pembayaran yang sah, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.

2. Pasal X, merumuskan :

(32)

oleh pihak pemerintah tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, atau dengan maksud untuk menjalankannya sebagai alat pembayaran yang sah, menyediakannya atau memasukkannya ke dalam Indonesia, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.

3. Pasal XI, merumuskan :

Barangsiapa dengan sengaja menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah mata uang atau uang kertas yang dari pihak pemerintah tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, dalam hal di luar keadaan sebagai tersebut dalam pasal baru lalu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.

4. Pasal XII, merumuskan :

Barangsiapa menerima sebagai alat pembayaran atau penukaran atau sebagai hadiah atau menyimpan atau mengangkut mata uang atau uang kertas sedangkan ia mengetahui, bahwa benda-benda itu oleh pemerintah tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, dihukum dengan hukuman penjara lamanya 5 tahun.33

Latar belakang dibentuknya tindak pidana tersebut di atas, bahwa pada ketika itu di bagian wilayah tertentu di Indonesia (bekas Hindia Belanda) beredar uang lainnya selain yang sah dikeluarkan oleh Pemerintah RI, seperti uang yang dikeluarkan oleh Pemerintah Federal Belanda, dan pernah juga di daerah

Bahwa tindak pidana mengenai mata uang dan uang kertas dalam UU No.1 Tahun 1946 jo UU No. 73 Tahun 1958 prinsipnya berbeda dengan tindak pidana mengenai uang dalam KUHP. Perbedaan itu adalah, bahwa tindak pidana mengenai uang dalam KUHP menitikberatkan pada larangan meniru, memalsu mata uang dan uang kertas dan merusak mata uang sementara tindak pidana mengenai uang dalam UU No.1 Tahun 1946 jo UU No. 73 Tahun 1958 adalah menitikberatkan pada perbuatan membikin benda sebagai alat pembayaran lainnya selain alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan diakui pemerintah.

33

(33)

kepulauan Riau berlaku uang straits dolar atau di Jawa Barat uang rupiah istimewa, atau di wilayah Sumatera beredar uang Republik Indonesia Sumatera dan uang Republik Indonesia Tapanuli dan sebagainya.

Dengan maksud untuk melindungi kepentingan hukum terhadap kepercayaan uang rupiah resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI, maka dibentuklah tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam Pasal IX sampai Pasal XII tersebut di atas.

Situasi dan keadaan pada awal kemerdekaan seperti itu kini sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, tindak pidana mengenai uang yang terdapat dalam UU No.1 Tahun 1946 jo UU No.73 Tahun 1958 tersebut hanya penting dalam sejarah segi hukum di Indonesia. Kini dalam hal perlindungan hukum terhadap kepercayaan uang rupiah sudah diatur melalui tindak pidana mengenai uang yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana .34

B. Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Yang Diatur Di Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

Ketentuan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianggap belum mengatur secara kompeherensif jenis perbuatan dan sanksi yang diancamkan. Dengan dasar pemikiran tersebut, lahirlah peraturan hukum baru yang membahas mengenai Rupiah sebagai mata uang di Indonesia. Undang-Undang ini diharapkan dapat menjadi suatu langkah baru dalam upaya pemberantasan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di Indonesia. Berikut larangan dan sanksi yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang terkait dengan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu.

34

(34)

1. Larangan

Isi dari bab VII dari UU RI Nomor 7 Tahun 2011 merupakan larangan atas beberapa perbuatan yang berkaitan dengan pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang terdiri dari 5 pasal, mulai dari pasal 24 sampai pasal 27

a. Meniru Rupiah (Pasal 24)

(1) Setiap orang dilarang meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan/atau promosi dengan memberikan kata specimen.

(2) Setiap Orang dilarang menyebarkan atau mengedarkan Rupiah Tiruan.

b. Merusak Rupiah (Pasal 25)

(1) Setiap orang dilarang merusak, memotong, menghancurkan, dan/ atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol Negara.

(2) Setiap orang dilarang membeli atau menjual Rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/atau diubah.

(3) Setiap orang dilarang mengimpor atau mengekspor Rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/atau diubah.

c. Memalsu Rupiah (Pasal 26)

(1) Setiap orang dilarang memalsu Rupiah.

(2) Setiap orang dilarang menyimpan secara fisik dengan cara apapun yang diketahuinya merupakan Rupiah palsu.

(3) Setiap orang dilarang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah palsu.

(35)

(5) Setiap orang dilarang mengimpor atau mengekspor Rupiah palsu. d. Memproduksi Atau Memiliki Persediaan Bahan Untuk Membuat Rupiah Palsu (Pasal 27)

(1) Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan bahan baku Rupiah yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah palsu.

(2) Setiap orang dilarang, memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan bahan baku Rupiah yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah palsu.

2. Ketentuan Pidana

Sanksi hukum terhadap kejahatan mata uang, khusus pemalsuan dan pengedaran uang palsu, pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang semakin diperberat guna menimbulkan efek jera bagi pelaku sebab dampak yang ditimbulkan sangat besar, baik bagi Negara dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aturan pasal yang menerapkan hukuman seumur hidup sebagai ancaman maksimalnya, sanksi denda bagi pelaku pemalsuan dan pengedaran uang palsu dalam Undang-Undang tentang Mata Uang ini juga sangat besar jumlahnya.

Pasal 34

(1) Setiap orang yang meniru rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan promosi dengan member kata specimen sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) dipidana dengan kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(36)

paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 35

(1) Setiap orang yang sengaja merusak, memotong, menghancurkan, dan/atau mengubah rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan rupiah sebagai simbol Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang membeli atau menjual rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/ atau diubah sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(3) Setiap orang yang mengimpor atau mengekspor rupiah yang sudah dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/ atau diubah sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Pasal 36

(1) Setiap orang yang memalsu rupiah sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang menyimpan secara fisik dengan cara apapun yang diketahuinya merupakan rupiah palsu sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).

(37)

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

(4) Setiap orang yang membawa atau memasukkan rupiah palsu ke dalam dan/ atau ke luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

(5) Setiap orang yang mengimpor atau mengekspor rupiah palsu sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Pasal 37

(1) Setiap orang yang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan mesin, peralatan, alat cetak, pelat cetak atau alat lain yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat rupiah palsu sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor, mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan bahan baku rupiah yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat rupiah palsu sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup, dan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Pasal 38

(38)

mengoordinasikan pemberantasan rupiah palsu, dan/atau aparat penegak hukum, pelaku dipidana dengan pidana penjara dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (satu per tiga).

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilakukan secara terorganisasi, digunakan untuk kejahatan terorisme, atau digunakan untuk kegiatan yang dapat mengakibatkan terganggunya perekonomian nasional, pelaku dipidana dengan idana penjara paling lama seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Pasal 39

(1) Pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan ketentuan ancaman pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, pasal 34, pasal 35, pasal 36 atau pasal 37 ditambah 1/3 (satu per tiga).

(2) Dalam hal terpidana korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu membayar pidana denda, dalam putusan pengadilan dicantumkan perintah penyitaan harta benda korporasi dan/atau harta benda pengurus korporasi.

(3) selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, pasal 34, pasal 35, pasal 36 atau pasal 37, setiap orang dapat dikenai pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan/atau perampasan terhadap barang tertentu milik terpidana.

Pasal 40

(39)

(2) Lama pidana kurungan pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicantumkan dalam putusan pengadilan.

Pasal 41

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, dan pasal 34 adalah pelanggaran.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 35, pasal 36, dan pasal 37 adalah kejahatan.

C. Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Yang Diatur Di Dalam KUHP

1. Meniru Atau Memalsu Uang (Pasal 244)

Tindak pidana meniru atau memalsukan mata uang, uang kertas Negara atau uang kertas bank dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya seolah-olah mata uang, uang kertas Negara atau uang bank tersebut asli dan tidak dipalsukan itu merupakan tindak pidana pertama yang dilarang di dalam Bab ke- X dari buku ke-II KUHP, yakni dalam pasal 244 KUHP, yang rumusan aslinya di dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut :

Hij die muntspecien of munt of bankbiljetten namaakt of vervalst, met het

oogmerk om die muntspecien of munt – of bankblijetten als echt en

onvervalst uit te geven of te doen uitgeven, wordt gestraft met

gevangenisstraf van ten hoogste vijftien jaren. 35

Barangsiapa meniru atau memalsu mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh Artinya :

35

(40)

mengedarkan mata uang atau uang kertas itu sebagai asli dan tidak dipalsu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.36

Apabila ada seseorang yang membuat mata uang atau uang kertas yang tidak ada aslinya yang ditiru, maka perbuatan itu bukan termasuk perbuatan meniru. Meskipun terkandung maksud untuk mengedarkannya atau menyuruh orang mengedarkannya. Orang yang membuat uang semacam itu tidak boleh dipidana. Misalnya seorang membuat lembaran uang kertas dengan nilai nominalnya Rp76.000,-. Karena tidak terdapat lembar uang kertas asli yang nilai

Apabila rumusan tersebut dirinci, unsur-unsurnya terdiri dari : Unsur-unsur objektifnya, adalah :

1. Perbuatan: a. meniru; b. memalsu;

2. Objeknya : a. mata uang yang dikeluarkan Negara atau bank; b. uang kertas yang dikeluarkan Negara atau bank;

Unsur subjektifnya, adalah :

3. Dengan maksud : a. untuk mengedarkan seolah-olah asli dan tidak dipalsu; b. untuk menyuruh mengedarkan seolah- olah asli dan tidak dipalsu.

Unsur-unsur formal yang membentuk rumusan tindak pidana adalah yang ditulis dengan dicetak miring. Unsur-unsur tersebut akan dijelaskan satu persatu.

1.1 Perbuatan Meniru

Perbuatan meniru (namaken) adalah membuat sesuatu yang menyerupai atau seperti yang asli dari sesuatu tersebut. Pengertian meniru mata uang atau uang kertas dalam pasal ini adalah membuat benda mata uang atau uang kertas yang menyerupai atau seperti atau mirip dengan mata uang atau uang kertas yang asli. Jadi agar dapat dikatakan adanya perbuatan meniru mata uang atau uang kertas, maka harus ada mata uang atau uang kertas yang asli.

36

(41)

nominalnya Rp76.000,- maka perbuatan itu bukan perbuatan meniru, dan tidak dapat dipidana. Meskipun terkandung maksud untuk diedarkan.

Sejauhmana kemiripan antara mata uang atau uang kertas yang tiruan dan yang asli sehingga dapat dipersalahkan melanggar pasal ini ? dalam hal ini ada dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama. Bisa jadi antara benda mata uang atau uang kertas tiruan terdapat perbedaan sesuatunya, misalnya kertasnya, bentuk huruf, warna atau apa pun juga dengan aslinya. Baik hal perbedaan itu cukup dilihat dengan kasat mata maupun dengan menggunakan sesuatu alat untuk mengetahui perbedaanya. Uang hasil perbuatan meniru tersebut disebut uang palsu, meskipun misalnya dibuat oleh orang yang berhak.

Kemungkinan kedua, bisa jadi mata uang atau uang kertas tiruan tersebut sama sekali tidak ada perbedaan sedikitpun dengan aslinya. Tidak diketahui atau ditemukan adanya perbedaan itu, baik secara kasat mata maupun dengan alat yang khusus dibuat untuk membedakan. Misalnya uang tiruan dibuat dengan bahan yang sama dan dengan alat dan cara yang sama. Benda uang tersebut boleh dikatakan asli, tetapi dibuat oleh orang yang tidak berhak. Orang itu juga termasuk melakukan perbuatan meniru dalam pengertian ini, dan dapai dipidana.

Demikian juga dalam hal orang yang menurut ketentuan berhak membuat uang, namun membuat/mencetak uang melebihi dari ketentuan yang diperintahkan, perbuatan seperti itu juga termasuk perbuatan meniru dalam pengertian ini. Si pembuat juga dapat dipidana.

Benda uang yang dihasilkan oleh orang yang tidak berhak maupun oleh orang yang berhak namun melebihi dari jumlah yang diperintahkan, juga termasuk uang palsu, atau dapat disebut dengan uang asli tapi palsu (aspal).

(42)

Dalam hal pemalsuan uang dengan perbuatan meniru, tidak dipedulikan tentang nilai bahan yang digunakan untuk membuat / mencetak uang itu apakah lebih rendah atau lebih tinggi dari bahan uang asli. Misalnya emas bahan mata uang (uang logam) yang digunakan dalam melakukan perbuatan meniru mata uang itu lebih rendah atau lebih tinggi, perbuatan seperti itu juga termasuk dalam kejahatan memalsu uang menurut Pasal 244. Pembuatnya tetap dapat dipidana, asal terkandung unsur maksudnya melakukan perbuatan itu adalah untuk mengedarkannya atau menyuruh orang mengedarkannya seolah-olah mata uang asli.37

Demikian juga tidak menjadi syarat hal motif apakah dalam melakukan perbuatan itu, perbuatan seperti itu sudah termasuk dalam pengertian memalsu Menurut pasal ini apabila terkandung maksud untuk diedarkan atau menyuruh orang lain untuk mengedarkannya. Jika tidak terkandung maksud untuk diedarkan sebagai uang yang tidak palsu, tidak dapat dipidana. Misalnya mengubah semua 1.2 Perbuatan Memalsu

Berbeda dengan perbuatan meniru sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya. Bahwa dalam hal perbuatan meniru uang, si pembuat melakukan perbuatan sedemikian rupa dengan meniru uang asli yang sudah ada. Oleh sebab itu, uang palsu yang dihasilkan oleh perbuatan memalsu tersebut merupakan benda uang yang baru. Uang hasil dari perbuatan meniru ini disebut dengan uang palsu.

Sementara itu, dalam hal perbuatan memalsu (vervalschen) tidak menghasilkan uang baru. Karena perbuatan memalsu ini dilakukan terhadap benda uang yang sudah ada, dengan cara menghapus, mengubah atau menambah tulisan, gambar maupun warna, atau mengurangi bahan mata uang sehingga menjadi lain dari uang semula (aslinya) sebelum perbuatan itu dilakukan. Tidak penting, apakah dengan demikian mata uang atau uang kertas yang dipalsu tersebut nilainya menjadi lebih rendah atau sebaliknya.

37

(43)

mata uang (uang logam) dengan maksud untuk dijadikan perhiasan, bukan untuk maksud diedarkan sebagai alat pembayaran seperti mata uang yang tidak dipalsu. Uang yang dihasilkan oleh perbuatan memalsu ini disebut dengan uang yang dipalsu.

Tindak pidana dengan perbuatan meniru dan memalsu dalam pasal 244 ini dirumuskan secara formal, atau disebut “tindak pidana formal”. Suatu tindak pidana yang selesainya ditentukan atau diukur dari selesainya melakukan perbuatan, bukan diukur dari adanya akibat dari perbuatan. Dengan selesainya perbuatan meniru atau memalsu terhadap uang, maka selesailah tindak pidana formal. Timbulnya akibat bukan menjadi syarat selesainya tindak pidana tersebut, meskipun dalam tindak pidana formal dapat timbul sesuatu akibat .38

Uang adalah suatu benda yang wujudnya sedemikian rupa yang oleh masyarakat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah yang berlaku pada saat peredarannya. Benda uang itu harus sah, artinya menurut hukum dikeluarkan oleh lembaga yang menurut hukum berwenang untuk itu. Pasal 244 KUHP menyebut dua jenis uang, yakni mata uang (munt) dan uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank. Mata uang adalah uang terbuat dari bahan logam seperti emas, tembaga, perak, dan lain sebagainya. Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas. Jadi KUHP menyebutkan lembaga yang berhak mengeluarkan atau membuat uang adalah Negara dan suatu bank .

1.3 Objek Mata Uang Atau Uang Kertas Yang Dikeluarkan Negara Atau Bank

39

• Dikeluarkan oleh pemerintah.

Uang Negara adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, terbuat dari plastik yang memiliki ciri-ciri :

• Dijamin oleh Undang-Undang.

• Bertuliskan nama Negara yang mengeluarkannya.

38

Ibid, hlm 49 – 50. 39

(44)

• Ditandatangani oleh Menteri Keuangan .40

Namun sejak berlakunya UU No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral dan berlakuya UU No.23 Tahun 199 Jo UU No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia hingga sekarang di Indonesia tidak ada uang Negara, semua uang yang beredar adalah uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, disebut uang bank,41

• Dikeluarkan oleh Bank Indonesia. mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

• Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di Bank Indonesia.

• Bertuliskan nama Bank Indonesia.

• Ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia .42

Objek mata uang atau uang kertas yang menjadi objek kejahatan menurut pasal 244 adalah bukan saja uang rupiah yang dikeluarkan Bank Indonesia, tetapi termasuk uang asing. Pasal 244 berlaku bagi subjek hukum yang meniru dan memalsu mata uang dan uang kertas asing yang dilakukan di wilayah hukum Indonesia, dan berlaku juga bagi subjek hukum yang meniru dan memalsu mata uang dan uang kertas Negara atau bank yang dilakukan di luar wilayah hukum Indonesia .43

Menurut almarhum Prof. Satochid Kartanegara, hal tersebut disebabkan oleh karena pada tanggal 29 April 1929 telah diadakan suatu traktat antara Pemerintah Hindia Belanda (dahulu) dengan Pemerintah-Pemerintah dari Negara lain di seluruh dunia untuk secara bersama-sama melakukan pemberantasan terhadap pemalsuan-pemalsuan mata uang, dimana pun perbuatan itu dilakukan orang .44

40

Jenis-Jenis uang, Wikipedia.org (diakses tanggal 5 April 2016). 41

Lihat Pasal 26 UU No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral. 42

Jenis-Jenis uang, Wikipedia.org (diakses tanggal 5 April 2016) 43

Lihat Pasal 4 Angka 1 KUHP 44

(45)

1.4 Maksud Untuk Mengedarkan Atau Menyuruh Mengedarkan Sebagai Asli Dan Tidak Dipalsu.

Unsur pasal 244 tersebut di atas merupakan unsur kesalahan, khususnya kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk). Unsur maksud sama artinya dengan tujuan dekat (maaste doel), adalah tujuan yang menurut akal dan kebiasaan yang berlaku dapat dicapai dengan melakukan perbuatan tertentu, bukan tujuan jauh yang berhubungan langsung dengan motif perbuatan. 45

Hij die opzettelijk als echte en onvervalste muntspecien of munt of

bank-biljett en uitgeeft, muntspecien of munt of bank bank-biljetten die hij zelf heft

nagemaakt of vervalst, of waarvan de valsheid of de vervalsing hem, toen hij ze

ontving, bekend was, of deze, met het oogmerk om deze las echt en onvervalst uit

Apabila dihubungkan dengan objek mata uang atau uang kertas, maka dari caranya dan alat yang digunakan melakukan perbuatan meniru atau memalsu mata uang atau uang kertas tersebut, maka dapatlah diketahui maksud apa si pembuat melakukan perbuatan itu, ialah untuk mengedarkan atau menyuruh orang lain mengedarkannya.

2. Sengaja Mengedarkan Mata Uang Atau Uang Kertas Palsu atau Dipalsu (Pasal 245)

Tindak pidana dengan sengaja mengedarkan mata uang, uang kertas Negara atau uang kertas bank yang ditiru atau dipalsukan seolah-olah mata uang, uang kertas Negara atau uang kertas bank itu asli dan tidak dipalsu dan lain-lainnya oleh pembentuk undang-undang telah diatur di dalam ketentuan pidana yang diatur di dalam pasal 245 KUHP, yang rumusan aslinya di dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut.

45

(46)

te geven of te doen uitgeven in voorraad heft on binnen Indonesie invert, wordt

gestraft met gevangenisstraf van ten hoogste vijftien jaren. 46

Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu, padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri, atau waktu diterima diketahuinya bahwa tidak asli atau dipalsu, ataupun barangsiapa menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang dan uang kertas yang demikian, dengan maksud untuk mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Artinya :

47

46

Engelbrecht, op.cit.

47

Terjemahan oleh BPHN

Dari rumusan Pasal 245 KUHP tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 4 (empat) macam tindak pidana, ialah :

1. Tindak Pidana – melarang orang yang dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas Negara atau bank sebagai mata uang asli atau tidak dipalsu, padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri.

2. Tindak Pidana – melarang orang yang dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas Negara atau bank sebagai mata uang asli atau tidak dipalsu, yang waktu menerima mata uang atau uang kertas tersebut diketahuinya sebagai tidak asli atau dipalsu.

(47)

4. Tindak Pidana – melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke Indonesia mata uang atau uang kertas Negara atau bank sebagai mata uang asli atau tidak dipalsu, yang waktu diterima diketahuinya sebagai tidak asli atau dipalsu, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya seperti uang asli dan tidak dipalsu.

Keempat bentuk kejahatan mengedarkan uang palsu atau dipalsu dalam pasal 245 akan dibicarakan satu persatu. Apabila rumusan tindak pidana pasal 245 dengan cara membedakan bentuk-bentuknya tersebut, terdapat unsur-unsurnya, ialah :

1. Bentuk Pertama Unsur-unsur objektif:

1) Perbuatan : mengedarkan sebagai asli atau tidak dipalsu;

2) Objeknya : a. mata uang Negara atau mata uang bank tidak asli atau yang dipalsu;

b. uang kertas Negara atau uang kertas bank tidak asli atau yang dipalsu

3) padahal uang itu ditiru atau dipalsu olehnya sendiri Unsur Subjektif :

4) Kesalahan : dengan sengaja.

2. Bentuk Kedua

Jika dirinci terdapat unsur-unsur sebagai berikut : Unsur-unsur objektif adalah :

(48)

2) Objeknya : a. mata uang Negara atau mata uang bank yang tidak asli atau dipalsu;

b. uang kertas Negara atau uang kertas bank tidak asli atau

dipalsu;

Unsur subjektif :

3) Kesalahan : a. dengan sengaja;

b. yang tidak asli atau dipalsunya uang itu diketahuinya pada saat diterimanya..

3. Bentuk Ketiga

Jika dirinci terdapat unsur-unsur berikut : Unsur-unsur objektif :

1) Perbuatan : a. menyimpan;

b. memasukkan ke Indonesia;

2) Objeknya : a. mata uang Negara atau mata uang bank tidak asli atau dipalsu;

b. uang kertas Negara atau uang kertas bank tidak asli atau dipalsu;

3) yang tidak asli atau dipalsu dilakukan olehnya sendiri; Unsur subjektif :

4) dengan sengaja;

(49)

4. Bentuk Keempat

Bentuk keempat terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : Unsur-unsur objektif :

1) Perbuatan : a. menyimpan;

b. memasukkan ke Indonesia;

2) Objeknya : a. mata uang Negara atau mata uang bank yang tidak asli atau dipalsu;

b. uang kertas Negara atau uang kertas bank tidak asli atau dipalsu;

3) uang tidak asli atau dipalsu dilakukan oleh orang lain; Unsur subjektif :

4) Kesalahan : a. dengan sengaja;

b. yang tidak asli atau dipalsu diketahui pada saat menerimanya;

c. dengan maksud untuk mengedarkannya atau menyuruh mengedarkannya sebagai uang asli atau tidak dipalsu. 48

Perbuatan “mengedarkan” terdapat pada tindak pidana pasal 245 bentuk pertama dan kedua. Untuk terwujudnya tindak pidana dengan perbuatan mengedarkan uang tidak asli atau dipalsu, ditandai oleh objek uang sudah tidak

Unsur-unsur formal yang tercantum dalam rumusan tindak pidana pasal 245 adalah perkataan yang dicetak miring. Dari rumusan tindak pidana diatas, secara keseluruhan baik unsur objektif dan unsur subjektifnya terdiri dari :

2.1 Perbuatan : Mengedarkan, Menyimpan, Memasukkan Ke Indonesia

48

(50)

berada di dalam kekuasaannya lagi. Telah berpindah ke dalam kekuasaan pihak lain. Melepaskan kekuasaan atas uang itu ke dalam kekuasaan pihak lain haruslah dilakukannya dengan sengaja. Sengaja disini ditujukan baik pada perbuatan mengedarkannya maupun maupun terhadap keadaan tidak asli atau dipalsunya uang yang diedarkannya itu.

Mengedarkan merupakan perbuatan yang dirumuskan secara abstrak, yang bentuk konkretnya bisa bermacam-macam, yang penyelesaiannya ditandai oleh beralihnya kekuasaan atas uang itu yang semula berada dalam kekuasaan si pengedar ke dalam kekuasaan pihak lain. Wujud konkretnya misalnya : membelanjakan, memberikan, menyetorkan ke bank, menukarkan, menyerahkan, menghibahkan, mengirimkan bahkan bisa juga dengan cara meninggalkannya di suatu tempat agar ditemukan dan diambil oleh orang lain.

Dengan lepasnya kekuasaan atas uang tidak asli atau dipalsu dari wujud perbuatan-perbuatan konkret mengedarkan semacam itu, maka selesailah perbuatan mengedarkan, dan selesai sempurna pula tindak pidana pasal 245 ini. Tidak diperlukan syarat apakah setelah lepasnya kekuasaan atas uang tidak asli atau dipalsu tadi oleh pihak yang menerima/ menguasainya melakukan perbuatan lagi dengan melepaskan kekuasaannya lagi kepada pihak lain. Andaikan orang yang semula menerima mengalihkannya lagi kepada pihak lain, maka orang itu juga melakukan perbuatan mengedarkan yang berdiri sendiri, dan dapat dipidana pula apabila mengetahui bahwa uang yang diterimanya yang kemudian diedarkan lagi itu sebagai uang tidak asli atau uang dipalsu. Apabila tidak ada pengetahuan seperti itu, orang ini bukan sebagai orang yang dapat dipidana, meskipun perbuatannya termasuk mengedarkan. Ada dua alasan tidak dipidananya, ialah :

(51)

• Dilihat dari sudut alasan peniadaan pidana yang bersumber pada asas hukum yang tidak tertulis “tiada pidana tanpa kesalahan” (geen straf zonder schuld).

Berdasarkan asas ini si pengedar tidak dipidana, melainkan diputus lepas dari tuntutan hukum. Karena perbuatannya terbukti, tetapi ada alasan peniadaan pidana di luar UU, berupa alasan pemaaf.

Sementara perbuatan menyimpan mengandung ciri-ciri :

• Ada perbuatan awalnya, sebagai penyebab atau asal dari keberadaan benda yang disimpan: (a) bisa dari perbuatan orang lain, misalnya mengedarkan seperti membelanjakan uang tidak asli atau dipalsu atau (b) dari perbuatannya sendiri, misalnya meniru atau memalsu uang sebagaimana perbuatan dalam pasal 244.

• Terdapatnya hubungan langsung dan sangat erat antara si pembuat yang menyimpan uang dengan benda uang yang disimpannya. Hubungan ini merupakan hubungan kekuasaan/ menguasai. Hubungan yang sangat erat ini berhubungan dengan maksud dari penyimpanan itu, yakni untuk diedarkan atau menyuruh orang mengedarkan. Dari keadaan hubungan kekuasaan inilah dapat dinilai adanya maksud dari penyimpanan seperti itu.

Dari kedua ciri perbuatan menyimpan sebagaimana tersebut di atas dapatlah diketahui bahwa pengertian menyimpan adalah berlawanan dengan pengertian perbuatan mengedarkan. Mengedarkan melakukan perbuatan terhadap uang yang ada di dalam kekuasaanya, yang menyebabkan kekuasaan atas uang itu berpindah ke dalam kekuasaan pihak lain. Sebaliknya, menyimpan justru beralihnya kekuasaan atas uang itu dari orang lain ke dalam kekuasaan orang yang menyimpan.

(52)

perbuatannya sendiri. Misalnya meniruatau memalsu uang sebagaimana dimaksud pasal 244, setelah perbuatan tersebut selesai dilakukan, kemudian menyimpan uang yang dihasilkan oleh perbuatan itu.

Penyebab beralihnya kekuasaan benda uang tidak asli atau dipalsu ke dalam kekuasaan si yang menyimpan bisa oleh sebab perbuatan yang melawan hukum maupun tidak. Melalui perbuatan yang melawan hukum, misalnya berasal dari perbuatan mengedarkan oleh orang lain. Melalui perbuatan yang tidak bersifat melawan hukum misalnya uang tidak asli atau dipalsu itu terjatuh di jalan dan ditemukan oleh orang lain yang selanjutnya menyimpannya. Orang yang kemudian menguasai uang dalam kedua contoh tersebut, hanya dapat dipidana apabila mengetahui bahwa uang yang ada di dalam kekuasaanya itu tid

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi yang berguna bagi seluruh lapisan masyarakat yang haus akan pengetahuan mengenai tradisi yang ada di

Siti Rahayu Hassan, Mohammad Syuhaimi Ab-Rahman, Aswir Premadi and Kasmiran Jumari. The Development of Heart Rate Variability Analysis Software for Detection of Individual

Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini

Pada tanggal 28 Desember 2010 dan 21 April 2011, Entitas Induk bersama dengan SDN, DKU, BIG dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera, pihak berelasi, menandatangani

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan teknik Shooting dalam Permainan futsal peserta

Gulma spesies tertentu secara ekologis dapat tumbuh dengan baik pada daerah budidaya dengan jenis tanaman tertentu dan mendominasi daerah pertanaman

Selama tahun 2007, ConocoPhillips beroperasi dengan cara yang handal dan menguntungkan, mengatasi berbagai tantangan dalam industri minyak dan gas alam internasional yang