• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Passive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Passive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Passive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

Oleh :

MEY MERRY SIDAURUK 110100270

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Efek Passive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MEY MERRY SIDAURUK 110100270

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Efek Passive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

NAMA : Mey M Sidauruk

NIM : 110100270

Pembimbing Penguji I

Prof. dr. Yasmeini Yazir dr. Rina Amelia, MARS NIP. 197604202003122002

Penguji II

dr. Devira Zahara Sp.THT-KL NIP. 197812072008012013

Medan, Januari 2015 Dekan Fakultas Kedokteran

Universita Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Passive leg raising (PLR) merupakan posisi mengangkat kedua kaki lebih

tinggi dari level jantung yang dapat mempengaruhi sistem hemodinamik kardiovaskular. Posisi ini akan meningkatkan aliran darah dari tungkai ke kavitas jantung yang kemudian meningkatkan preload jantung. Akibatnya akan terjadi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung sebagai respon dari sistem kardiovaskular yang dapat dilihat dari pengukuran tekanan darah. terdapat peningkatan curah jantung yang signifikan yaitu 6% atau 0,19 l/menit setelah satu menit mengangkat kaki. Efek tersebut bertahan sekitar 2 sampai 10 menit.

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi

experiment design)dengan metode rangkaian waktu tanpa kelompok pembanding

(time series design).20 responden yang sehat yang memenuhi kriteria dipilih secara

consecutive sampling. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter digital

merk Omron® HEM – 7200, pengukuran dilakukan pada posisi terlentang dan pada saat pengangkatan kaki dengan sudut 300, 450, dan 900. Tekanan darah diukur tiap satu menit pada saat mengangkat kaki sampai tekanan darah kembali seperti pada saat terlentang dan diambil peningkatan yang paling besar.Responden diistirahatkan selama sepuluh menit sebelum melanjutkan pengangkatan kaki ke sudut yang lebih tinggi.

Terdapat peningkatan yang signifikan pada saat PLR dengan sudut pengangkatan kaki 300,450 dan 900 dengan nilai p<0.05.Peningkatan tekanan darah paling tinggi terjadi pada sudut pengangkatan kaki 900 yaitu sebesar 6.5 mmHg. Lama efek PLR pada penelitian ini bertahan antara menit ketiga hingga menit kelima.

Pengangkatan kaki pada posisi PLR mempengaruhi sistem hemodinamik tubuh dengan meningkatkan tekanan.Semakin tinggi sudut pengangkatan kaki semakin tinggi pengangkatan kaki.

(5)

ABSTRACT

Passive leg raising (PLR) is a raised position both feet higher than the level of the heart that can affect the cardiovascular hemodynamic system. This position will increase the flow of blood from the legs to the heart cavity which then increases cardiac preload. The result will be an increase in stroke volume and cardiac output in response to the cardiovascular system which can be seen from the measurement of blood pressure. there is a significant increase in cardiac output that is 6% or 0.19 l / min after one minute raised foot. The effects last about 2 to 10 minutes.

This study was a quasi experiment design with time series design. 20femalerespondent in good general health were chosen with consecutive sampling.

Blood pressure was measured using a digital sphygmomanometer brand Omron®

HEM – 7200, at supine position and at 300, 450, 900 degree of leg raising.Blood

pressure was measured every1 minute when leg raising until the blood pressure return like supine position.Before the change in the angle of leg raising the subject was brought to the supine position for 10 min rest

There is a significant increase of blood pressure during raising both feet

300,450 and 900 in PLR with a value of p <0.05. Increased blood pressure is highest

at 900 angle of leg raise, that is to 6.5 mm Hg. The PLR effect in this study persist

between the third minute to five minutes.

Leg raising in the PLR position affects the body hemodynamic by increasing the blood pressure. The higher the degree of leg raising, the higher blood pressure increased.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa

memberikan hikmat, terutama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

dengan judul “EfekPassive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan

Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”, sebagai persyaratan akhir

pembelajaran program studi Strata I Pendidikan Dokter USU. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang

telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:

1. Pimpinan dan Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar.

2. Prof. dr. Yasmeini Yazir selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikirannya sehingga proposal KTI ini dapat

diselesaikan.

3. Dosen pengujiProf. Dr. dr. Rozaimah Z. Hamid, MS, SpFK, dr. Devira

Zahara, SpTHT-KL, dr. Rina Amelia M.A.R.S. yang telah membantu

mengoreksi dan menyempurnakan KTI ini.

4. Para staf Laboratorium Fisiologi FK USU yang telah membantu dan memberi

izin untuk memakai Laboratorium FK USU sebagai tempat penelitian saya.

5. Kedua orang tua saya yang turut mendoakan dan memberikan dukungannya.

Penulis sadar bahwa hasil penilitian KTI ini masih banyak kekurangan.Sehingga,

penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan

penelitian ini.Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan.

Medan, 8 Desember 2014 Hormat saya,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan.………... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar………... iv

Daftar Isi ... . v

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah ... 4

2.1.1 Defenisi Tekanan Darah ... ... 4

2.1.2 Definisi Tekanan Arteri Rerata ... 4

2.1.3 Hemodinamik Tekanan Darah ... 5

2.1.4 Fisiologi Tekanan Darah ... 9

2.1.5 Etiologi Perubahan Tekanan Darah ... 12

2.1.6 Pengukuran Tekanan Darah ... 17

2.2. Posisi Passive Leg Raising ... 19

2.2.1. DefinisiPassive Leg Raising ... 19

2.2.2. Efek Hemodinamik Passive Leg Raising ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 23

3.2. Definisi Operasional... 23

3.3. Hipotesis ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... . 31

4.6. Ethical Clearance ... . 32

(8)

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

5.1.2. Karakteristik Sampel ... 33

5.1.3. Distribusi Sampel ... 33

5.1.4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 36

5.2. Pembahasan ... 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Faktor Penentu Tekanan Arteri Rerata ... 8

Gambar 2.2. Refleks Baroreseptor untuk Memulihkan Tekanan Darah Kenormal ... 11

Gambar 2.3.Efek Hemodinamik Posisi PLR... 22

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

Gambar 3.2. Posisi Passive Leg Raising ... 24

(10)

Daftar Tabel

Tabel 5.1. Distribusi Usia Responden ... 33

Tabel 5.2. Distribusi Tekanan Darah Sistolik Responden ... 34

Tabel 5.3. Distribusi Tekanan Darah Diastolik Responden ... 34

Tabel 5.4. Distribusi Respon Tekanan Darah Sistolik ... 35

Tabel 5.5. Distribusi Respon Tekanan Darah Diastolik ... 36

Tabel 5.6. Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Posisi PLR ... 37

Tabel 5.7.Analisis Uji T-Dependentsudut 00 dan 300 ... 37

Tabel 5.8. Analisa Uji T-Dependentsudut 00 dan 450 ... 38

(11)

ABSTRAK

Passive leg raising (PLR) merupakan posisi mengangkat kedua kaki lebih

tinggi dari level jantung yang dapat mempengaruhi sistem hemodinamik kardiovaskular. Posisi ini akan meningkatkan aliran darah dari tungkai ke kavitas jantung yang kemudian meningkatkan preload jantung. Akibatnya akan terjadi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung sebagai respon dari sistem kardiovaskular yang dapat dilihat dari pengukuran tekanan darah. terdapat peningkatan curah jantung yang signifikan yaitu 6% atau 0,19 l/menit setelah satu menit mengangkat kaki. Efek tersebut bertahan sekitar 2 sampai 10 menit.

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi

experiment design)dengan metode rangkaian waktu tanpa kelompok pembanding

(time series design).20 responden yang sehat yang memenuhi kriteria dipilih secara

consecutive sampling. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter digital

merk Omron® HEM – 7200, pengukuran dilakukan pada posisi terlentang dan pada saat pengangkatan kaki dengan sudut 300, 450, dan 900. Tekanan darah diukur tiap satu menit pada saat mengangkat kaki sampai tekanan darah kembali seperti pada saat terlentang dan diambil peningkatan yang paling besar.Responden diistirahatkan selama sepuluh menit sebelum melanjutkan pengangkatan kaki ke sudut yang lebih tinggi.

Terdapat peningkatan yang signifikan pada saat PLR dengan sudut pengangkatan kaki 300,450 dan 900 dengan nilai p<0.05.Peningkatan tekanan darah paling tinggi terjadi pada sudut pengangkatan kaki 900 yaitu sebesar 6.5 mmHg. Lama efek PLR pada penelitian ini bertahan antara menit ketiga hingga menit kelima.

Pengangkatan kaki pada posisi PLR mempengaruhi sistem hemodinamik tubuh dengan meningkatkan tekanan.Semakin tinggi sudut pengangkatan kaki semakin tinggi pengangkatan kaki.

(12)

ABSTRACT

Passive leg raising (PLR) is a raised position both feet higher than the level of the heart that can affect the cardiovascular hemodynamic system. This position will increase the flow of blood from the legs to the heart cavity which then increases cardiac preload. The result will be an increase in stroke volume and cardiac output in response to the cardiovascular system which can be seen from the measurement of blood pressure. there is a significant increase in cardiac output that is 6% or 0.19 l / min after one minute raised foot. The effects last about 2 to 10 minutes.

This study was a quasi experiment design with time series design. 20femalerespondent in good general health were chosen with consecutive sampling.

Blood pressure was measured using a digital sphygmomanometer brand Omron®

HEM – 7200, at supine position and at 300, 450, 900 degree of leg raising.Blood

pressure was measured every1 minute when leg raising until the blood pressure return like supine position.Before the change in the angle of leg raising the subject was brought to the supine position for 10 min rest

There is a significant increase of blood pressure during raising both feet

300,450 and 900 in PLR with a value of p <0.05. Increased blood pressure is highest

at 900 angle of leg raise, that is to 6.5 mm Hg. The PLR effect in this study persist

between the third minute to five minutes.

Leg raising in the PLR position affects the body hemodynamic by increasing the blood pressure. The higher the degree of leg raising, the higher blood pressure increased.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Posisi tubuh merupakan suatu faktor yang mempengaruhi tekanan

darah.Sehingga posisi yang berbeda akan menghasilkan tekanan darah yang berbeda

pada pengukurannya. Pada posisi berdiri tekanan darah yang terukur lebih rendah

daripada saat posisi duduk dan pada saat terlentang tekanan darah yang diukur lebih

tinggi daripada saat posisi duduk.Seseorang yang dalam posisi terlentang ketika

kedua kakinya disilangkan dan ketika tidak disilangkan, tekanan darahnya berbeda

jika diukur (Eser et al., 2007).

Passive leg raising (PLR) merupakan posisi yang rutin digunakan sebagai

tatalaksana awal pada intensive care unit sebelum mendapatkan resusitasi cairan pada

pasien hipovolemik dan hipotensi. Efek hemodinamik yang dihasilkannya bermanfaat

sebagai autotransfusi pada pasien hipovolemik dan hipotensi. Pada manuver ini

kedua kaki pasien diangkat sehingga aliran darah dari tubuh bagian bawah ke bagian

sentral tubuh akan bertambah, seperti ke otak dan kompartemen sentral tubuh yaitu di

kavitas jantung (Geerts dan Bergh, 2012).

Pada systematic review oleh Geerts dan Bergh (2012), mengevaluasi 21

penelitian mengenai efek hemodinamik posisi PLR dari tahun 1960 sampai 2010

dengan total sampel 431 dan rata-rata sampel tiap penelitian adalah 14 orang

menyimpulkan terdapat peningkatan curah jantung yang signifikan.yaitu 6% atau

0,19 l/menit setelah satu menit mengangkat kaki. Efek tersebut bertahan sekitar 2

sampai 10 menit.Derajat pengangkatan kaki, status volume, atau karakteristik

patologis dari subjek penelitian tidak mempengaruhi perubahan yang terjadi pada

denyut jantung, tekanan arteri rerata, central venous pressure (CVP) dan tekanan

arteri paru sebagai hasil dari PLR.

Pada penelitian Vincent et al., (2008) tentang efek PLR pada pasien dengan

(14)

PLR. Penelitian Monnet et al (2008) mendapati bahwa PLR meningkatkan aortic

blood pressure pada 38 orang dari 71 subjek penelitian yang sedang dalam kondisi

kritis. Kyriakides et al (1994) menyatakan pada penelitiannya bahwa PLR

menginduksi peningkatan tekanan darah diastolik. Selain itu Kweon et al (2012) juga

menyatakan pada penelitiannya bahwa PLR meningkatkan volume intravascular pada

daerah intratorakalis yang kemudian meningkatkan preload jantung dan tekanan arteri

rerata

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis ingin meneliti efek posisi PLR pada

sistem kardiovaskular pada subjek yang sehat.Pada semua penelitian didapati

perubahan curah jantung yang signifikan, namun disini penulis ingin melihat apakah

perubahan yang signifikan pada curah jantung tersebut dapat meningkatkan tekanan

darah subjek penelitian dengan signifikan.Penelitian dilakukan pada subjek yang

sehat dan tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer digital.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana efek posisi PLR dengan berbagai sudut kemiringan pengangkatan

kaki tehadap peningkatan tekanan darah?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui efek posisi PLR dengan berbagai sudut kemiringan pengangkatan

kaki tehadap peningkatan tekanan darah.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik, dan tekanan nadi

pada posisi PLR dengan sudut pengangkatan kaki 300.

b. Mengetahui rata-rata tekanan darahsistolik dan diastolik, dan tekanan nadi

pada posisi PLR dengan sudut pengangkatan kaki 450.

c. Mengetahui rata-rata tekanan darahsistolik dan diastolik, dan tekanan nadi

(15)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Memberikan informasi kepada peneliti dan pembaca pada sudut kemiringan

pengangkatan kaki yang mana, peningkatan tekanan darah paling besar

yang dapat digunakan untuk pertolongan pertama pada orang-orang yang

mengalami hipotensi.

2. Memberikan informasi di bidang kesehatan khususnya untuk bagian intensive

care unit (ICU) mengenai efek posisi PLR terhadap peningkatan tekanan darah

dengan berbagai sudut keimiringan pengangkatan kaki. Untuk mempertahankan

kondisi hemodinamik yang stabil pada pasien yang mengalami syok hipovolemik

dan hipotensi.

3. Peneliti memperoleh pengalaman melakukan penelitian dan mengembangkan

kemampuan menulis karya tulis ilmiah dan sebagai bahan acuan untuk penelitian

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekanan Darah

2.1.1. Definisi Tekanan Darah .

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding

pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan

compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh

tersebut diregangkan) (Sherwood, 2009).

Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan

kedalam pembuluh tersebut selama sistol disebut tekanan sistolik, reratanya adalah

120 mmHg.Tekanan minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke

pembuluh yang lebih kecil di hilir sewaktu diastol disebut tekanan diastolik, reratanya

adalah 80 mmHg (Sherwood, 2009).

2.1.2. Definisi Tekanan Arteri Rerata

Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang dipantau dan diatur di tubuh,

bukan tekanan sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan

di bagian lain pohon vaskular.Pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan

sistolik dan diastolik arteri, yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai

tekanan arteri rerata (Sherwood, 2009).

Tekanan arteri rerata merupakan rata-rata tekanan darah selama siklus jantung

(cardiac cycle).Karena waktu sistol lebih pendek dari waktu diastol, tekanan arteri

rerata sedikit lebih rendah dari nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolik.

Tekanan arteri rerata sama dengan tekanan diastol ditambah sepertiga tekanan nadi,

dimana tekanan nadi (pulse pressure) merupakan tekanan sistol dikurang tekanan

(17)

Tekanan arteri rerata adalah gaya pendorong utama yang mengalirkan darah

ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan

ini harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang memadai, tanpa

tekanan ini, otak dan organ lain tidak akan menerima aliran yang memadai, apapun

penyesuaian lokal yang dilakukan dalam aspek resistensi arteriol yang mendarahi

organ-organ tersebut. Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga

menimbulkan tambahan kerja bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan

pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh darah halus (Sherwood,

2009).

2.1.3. Hemodinamik Tekanan Darah

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer total,

gangguan pada salah satu faktor akan menyebabkan perubahan tekanan darah. Bila

terjadi peningkatan maupun penurunan tekanan darah yang berada diluar batas

normalnya, secara refleks terjadi respon terhadap curah jantung dan resistensi perifer

untuk mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Respon penyesuaian yang ada

berlangsung segera terutama oleh baroreseptor, jangka menengah oleh pergeseran

cairan dan pembuluh darah, jangka panjang oleh ginjal dan hormon (Majid, 2005).

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh masing-masing

ventrikel per menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh jantung).Dua

penentu curah jantung adalah kecepatan jantung (denyut per menit) dan isi sekuncup

(volume darah yang dipompa per denyut). Kecepatan jantung rerata saat istirahat

adalah 70 denyut per menit dan isi sekuncup rerata saat istirahat adalah 70 ml per

denyut, sehingga curah jantung rerata adalah 4900 ml/menit atau mendekati 5 l/menit.

Volume darah total rerata adalah 5 sampai 5,5 liter maka masing-masing paruh

jantung setiap menit memompa setara dengan seluruh volume darah. Namun jika

sedang tidak dalam keadaan istirahat, curah jantung dapat meningkat maupun

menurun,contohnya pada saat olahraga, curah jantung dapat meningkat menjadi 20

(18)

Sesuai kebutuhan tubuh curah jantung dapat bervariasi nilainya, hal ini karena

kecepatan jantung yang mempengaruhi curah jantung ditentukan terutama oleh

pengaruh otonom pada nodus sinoatrial (SA).Nodus SA adalah pemacu normal

jantung karena memiliki laju depolarisasi spontan yang tertinggi.Nodus ini dipersarafi

oleh kedua divisi sistem saraf otonom yaitu simpatis dan parasimpatis, dimana

aktivitas simpatis meningkatkan kecepatan jantung dan aktivitas parasimpatis

menurunkan kecepatan jantung (Sherwood, 2009).

Selain kecepatan jantung, isi sekuncup yang juga mempengaruhi curah jantung

dipengaruhi oleh dua jenis kontrol yaitu kontrol intrinsik yang berkaitan dengan

jumlah aliran balik vena dan kontrol ekstrinsik yang berkaitan dengan tingkat

stimulasi simpatis pada jantung. Kontrol intrinsik isi sekuncup, yang merujuk kepada

kemampuan inheren jantung untuk mengubah-ubah isi sekuncup, bergantung pada

korelasi langsung antara volume diastolik akhir dan isi sekuncup. Semakin besar

aliran balik vena maka semakin besar pengisian diastol kemudian semakin besar

volume diastolik akhir dan ventrikel jantung akan semakin teregang, dan sesuai

Hukum Frank-Starling hal ini akan mengakibatkan panjang awal serat otot sebelum

berkontraksi akan semakin besar.Kemudian peningkatan panjang menghasilkan

peningkatan kekuatan pada kontraksi selanjutnya sehingga isi sekuncup juga

meningkat. Sedangkan pada kontrol ekstrinsik stimulasi simpatis meningkatkan isi

sekuncup tidak hanya dengan memperkuat kontraktilitas jantung tetapi juga dengan

meningkatkan aliran balik vena akibat dari konstriksi vena yang memeras lebih

banyak darah dari vena ke jantung (Sherwood, 2009).

Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah

dikembalikan ke jantung.Volume darah jangka pendek bergantung pada ukuran

perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan cairan interstisium menembus

dinding kapiler.Dalam jangka panjang, volume darah bergantung pada keseimbangan

garam dan air, yang secara hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem

(19)

ditingkatkan oleh pompa otot rangka, pompa pernapasan, dan penghisapan jantung

(Sherwood, 2009).

Penentu utama lain dari tekanan darah adalah resistensi perifer total yang

bergantung pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor utama yang

mempengaruhi kekentalan darah adalah jumlah sel darah merah.Namun jari-jari

arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan resistensi perifer

total.Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang

menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik.Sebagai contoh, perubahan

lokal yang terjadi di otot-otot rangka yang aktif menyebabkan vasodilatasi arteriol

lokal dan peningkatan aliran darah ke otot-otot tersebut. Jari-jari arteriol juga

dipengaruhi oleh aktivitas, suatu mekanisme kontrol ekstrinsik yang menyebabkan

vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan resistensi perifer total dan tekanan darah

arteri rerata. Hormon vasopressin dan angiotensin II juga mempengaruhi jari-jari

arteriol karena merupakan vasokonstriktor poten serta penting dalam keseimbangan

(20)
(21)

2.1.4. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan arteri rerata secara terus-menerus dipantau oleh baroreseptor (reseptor

tekanan) di dalam sistem sirkulasi.Ketika terdeteksi adanya penyimpangan dari

normal maka berbagai respon refleks teraktifkan untuk mengembalikan tekanan arteri

rerata ke nilai normalnya (Sherwood, 2009).

Penyesuaian jangka pendek (dalam hitungan detik) dilakukan dengan

mengubah curah jantung dan resistensi perifer total yang diperantarai oleh pengaruh

sistem saraf otonom pada jantung, vena dan arteriol. Setiap perubahan pada tekanan

arteri rerata memicu suatu refleks baroreseptor otomatis yang mempengaruhi jantung

dan pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resisteni perifer total

dalam upaya untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Seperti semua refleks,

refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan

organ efektor (Sherwood, 2009).

Baroreseptor adalah reseptor regang di dinding jantung dan pembuluh darah.

Reseptor sinus karotikus dan arkus aorta memantau sirkulasi arteri.Reseptor juga

terletak di dinding atrium kanan dan kiri pada tempat masuk vena cava superior dan

inferior serta vena pulmonalis, juga di sirkulasi paru.Reseptor di bagian

bertekanan-rendah dalam sirkulasi ini seluruhnya disebut sebagai reseptor

kardiopulmonal.Baroreseptor dirangsang oleh regangan struktur tempatnya berada

sehingga baroreseptor tersebut melepaskan impuls dengan kecepatan tinggi ketika

tekanan dalam struktur ini meningkat.Serabut aferennya melintasi nervus

glossofaringeus dan vagus ke medulla oblongata.Kebanyakan dari serabut ini

berakhir di nukleus traktus solitarius (NTS) dan neurotransmitter eksitatorik yang

dikeluarkannya adalah glutamat.Proyeksi eksitatorik, yang bersifat glutaminergik,

berjalan dari NTS ke medulla ventrolateral intermedia dan kaudal, dimana di tempat

tersebut proyeksi itu merangsang neuron inhibitorik penghasil–GABA yang

berproyeksi ke medulla ventrolateral rostral.Proyeksi eksitatorik, yang mungkin

bersifat polineural, juga berjalan dari NTS ke neuron motorik vagus di nukleus

(22)

menghambat pelepasan impuls tonik saraf vasokonstriktor dan menggiatkan

persarafan vagus jantung, yang meyebabkan vasodilatasi, venodilatasi, penurunan

tekanan darah, bradikardi dan penurunan curah jantung. (Ganong, 2013)

Respon jangka menengah berlangsung setelah beberapa menit terjadi kenaikan

tekanan darah dan berlangsung aktif selama 30 menit sampai beberapa jam,

sedangkan pada saat tersebut pengaturan melalui saraf tidak efektif lagi. Sistem

pengaturan melalui :

a. Pergeseran cairan kapiler (capillary fluid shift mechanism)

Bila terjadi kenaikan tekanan darah terlalu tinggi, terjadi kehilangan cairan dari

kapiler ke interstitium, yang menyebabkan berkurangnya volume darah dan dengan

demikian menurunkan tekanan darah ke nilai normal.Besarnya penurunan yang dapat

ditimbulkannya adalah kira-kira 3/4 kenaikan yang terjadi (Majid, 2005).

b. Vascular stress relaxation

Jika tekanan darah turun, tekanan darah organ yang menyimpan darah seperti

vena, hepar, limpa, paru-paru juga turun, sedangkan pada kenaikan tekanan darah,

tekanan organ-organ inipun naik.Akibat kenaikan tekanan ini, terjadi penyesuaian

dalam pembuluh-pembuluh darah dengan akibat organ ini dapat lebih banyak

menampung jumlah darah yang ada (Majid, 2005).

Kontrol jangka panjang (dalam hitungan menit sampai hari) dicapai melalui

penyesuaian volume darah dengan cara memulihkan keseimbangan garam dan air

melalui mekanisme-mekanisme yang mengatur pengeluaran urin dan rasa haus.

Besar-kecilnya volume darah total, berdampak besar pada curah jantung dan tekanan

arteri rerata (Majid, 2005).

Pada kontrol jangka panjang terdapat hormon yang berperan yaitu

Renin-angiotensin-aldosteron yang menyebabkan retensi air sebagai respon terhadap

hipovolemi dan hiponatremi.Hormon vasopressin (hormon antidiuretik)

(23)

hiperosmolaliti.Serta ada juga hormon atrial natriuretic peptide, yang menyebabkan

ekskresi natrium dan diuresis terhadap respon distensi atrial (Majid, 2005).

Gambar 2.2 Refleks Baroreseptor untuk Memulihkan Tekanan Darah Kenormal (dikutip dari Sherwood, 2009).

(24)

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan perubahan tekanan darah seseorang yaitu :

1. Variasi diurnal tekanan darah

Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa tekanan darah mencapai puncak

tertinggi pada pagi hari (mid morning), puncak kedua pada sore hari, menurun malam

hari, paling rendah pada waktu tidur sampai jam tiga sampai jam empat pagi,

gk/mdkemudian tekanan darah naik perlahan sampai bangun pagi dimana tekanan

darah naik secara cepat. Tekanan darah dapat bervariasi sampai 40 mmHg dalam 24

jam (Majid, 2005).

2. Tidur dan bangun tidur

Menjelang bangun tidur tekanan darah meningkat 20 mmHg.Peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik bisa naik sewaktu mau bangun, kemudian naik lagi

setelah bangkit dari tidur dan bergerak.Naiknya tekanan darah pada awal pagi dapat

membahayakandan kebanyakan mati mendadak terjadi pada saat tersebut.Umumnya

selama tidur, tekanan darah tidak banyak bervariasi (Majid, 2005).

3. Pengaruh penuaan (Umur)

Penuaan adalah proses yang normal. Secara umum dapat dikatakan, bila usia

bertambah tua, kita menjadi lebih lamban, lebih kaku dan lebih kering. Jaringan ikat

menjadi kurang elastis, densitas kapiler menurun, aktivitas sel lebih lambat, sel saraf

dan jaringan otot mengalami degenerasi. Perubahan usia pada jantung antara lain

berupa penurunan cardiac index, denyut jantung maksimum menurun, peningkatan

kontraksi dan waktu relaksasi otot jantung, peningkatan kekakuan otot jantung

selama diastol, penumpukan pigmen sel-sel miokard.

Pengaruh pada pembuluh darah antara lain berupa densitas kapiler menurun,

compliance arteri menurun, peningkatan resistensi perifer. Hal ini dapat

(25)

4. Perubahan Sikap (Posture)

Gerakan dari posisi terlentang ke posisi berdiri (orthostatis) mempengaruhi

sirkulasi oleh adanya pengaruh gravitasi terhadap distribusi darah vena. Gravitasi

dapat menyebabkan peningkatan tekanan transmural 10 kali lipat, menyebabkan

redistribusi darah dari thoraks ke ekstremitas bawah kira-kira 500 ml. Tekanan

pengisian kardiak turun (via mekanisme Frank-Starling) menyebabkan isi sekuncup

dan arterial pulse pressure menurun 30-40%.

Perubahan turunnya tekanan dapat menyebabkan hipotensi postural dan

hoyong.Penurunan tekanan nadi dan tekanan sinus karotis mengurangi aktivitas

baroreseptor arteri dan juga aktivitas cardiac mechanoreceptor.Penurunan aktivitas

aferen secara cepat menimbulkan takikardi 15-20 denyut/menit, vasokonstriksi perifer

dan venokonstriksi splanknik. Respon ini akan menaikkan tekanan arteri rerata sedikit

diatas nilai posisi terlentang (Majid, 2005).

Efek posisi tubuh yang berbeda-beda dapat mengubah hasil pengukuran tekanan

darah.Tekanan darah cenderung turun pada posisi berdiri bila dibandingkan dengan

posisi saat duduk, terlentang, dan terlentang dengan kedua kaki disilangkan.Tekanan

darah sistolik dan diastolik paling tinggi terdapat pada posisi terlentang dibandingkan

dengan posisi lainnya. Terdapat perbedaan tekanan darah sistolik yang signifikan dan

tidak signifikan pada tekanan darah diastolik pada masing-masing posisi kecuali

antara posisi terlentang dan posisi terlentang dengan kaki disilangkan perbedaan

tekanan darah sitolik tidak signifikan (Eser et al., 2007)

Pada penelitian Kalpana et al. (2013) mengenai efek posisi head down tilt pada

sistem kardiovaskular, tekanan darah sistolik subjek meningkat saat bagian kaki

diangkat lebih tinggi dari level jantung, dan semakin meningkat jika sudut

pengangkatan kaki semakin besar, hal ini terjadi karena peningkatan dari curah

jantung. Peningkatan tekanan diastolik pada posisi ini mungkin karena akumulasi

darah dari tungkai tubuh ke batang tubuh dan mengisi kavitas jantung.Namun hal

(26)

tekanan darah diastolik jika sudut pengangkatan kaki semakin besar.Efek dari

keadaan tersebut terjadi peningkatan tekanan nadi pada dan penurunan dari tekanan

arteri rerata jika sudut pengangkatan bagian kaki semakin besar.

5. Valsalva maneuver

Peristiwa mengedan (ekspirasi yang ditahan terhadap penutupan glottis)

menaikkan tekanan intrathoraks sehingga menghalangi aliran balik vena dan

mengakibatkan turunnya isi sekuncup dan tekanan nadi dan disertai refleks

takikardi.Bila manuver ini dihentikan, tekanan intrathoraks turun dan darah vena

yang menumpuk mengalir sehingga menaikkan isi sekuncup (mekanisme Frank

Starling).Akibatnya naiknya tekanan nadi menyebabkan timbulnya refleks bradikardi

secara dramatis.Valsalva maneuver ini digunakan untuk tes klinis persarafan otonom

jantung (Majid, 2005).

6. Kondisi kesehatan

Adapun beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain:

a. Penyakit Ginjal

Pada penderita penyakit ginjal maka ekskresi natrium klorida dan cairan urin

terganggu, akibatnya natrium klorida dan air yang ditambahkan pada cairan

ekstraseluler jumlahnya besar.Garam dan air ini bocor dari darah masuk ke rongga

interstitial, tapi sebagian masih tetap dalam darah. Hal ini akan menimbulkan efek

berupa peningkatan volume interstitial yang luas (edema ekstraseluler) dan hipertensi

akibat peningkatan volume darah (Guyton dan Hall, 2007).

b. Anemia

Pada penderita anemia, viskositas darah dapat turun hingga serendah 1,5 kali air,

(27)

aliran darah dalam pembuluh perifer, sehingga jumlah darah yang mengalir melalui

jaringan dan kemudian kembali ke jantung menjadi jauh melebihi normal. Jadi, efek

utama dari anemia adalah meningkatkan beban kerja jantung (Guyton dan Hall,

2007).

c. Kelebihan berat badan dan obesitas

Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan

dalam indeks massa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat dalam meter. Menurut WHO (2014) seseorang dikatakan

kelebihan berat badan jika IMT ≥ 25 dan obesitas jika memiliki IMT ≥ 30. Kaitan

erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan dalam

beberapa studi. Berat badan dan IMT berkolerasi langsung dengan tekanan darah,

terutama tekanan darah sistolik dimana jika 5 Kg dari berat badan yang berlebih

hilang akan menurunkan 2-10 poin tekanan darah sistolik.

d. Penyakit Kardiovaskular

Menurut American Heart Association (2013) penyakit jantung dan pembuluh

darah menyebabkan distribusi aliran darah yang tidak adekuat.Pada penyakit

kardiovaskular dapat terjadi arterosklerosis, aritmia, gagal jantung, dan kelainan

katub jantung. Fungsi jantung dan pembuluh darah akan terganggu sehingga dapat

menyebabkan perubahan tekanan darah.

4. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari “nutriture” dalam bentuk variabel tertentu.Alat yang paling

sederhana untuk memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan

dan kelebihan berat badan adalah dengan IMT (Kavitha, 2011).

(28)

Perubahan kardiovaskular bisa terjadi pada orang normal, untrained, usia

pertengahan yang melakukan exercise dynamic seperti berlari. Dapat terjadi

peningkatan denyut jantung dan curah jantung yang banyak, demikian juga tekanan

darah terutama sistolik dan tekanan nadi.Perubahan ini oleh akibat peningkatan

kebutuhan metabolisme otot skelet sehingga diperlukan aliran darah yang cukup ke

otot skelet.

Pada exercise static (isometric) seperti handgrip, mengangkat beban 20 kg selama

2-3 menit dapat meningkatkan tekanan diastolik sampai 30 mmHg. Hal ini akan

meningkatkan kerja jantung, oleh karena itu isometric exercise sebaiknya dilarang

pada penderita penyakit jantung iskemik.

Setelah melakukan olahraga, tekanan darah turun secara cepat dan tetap rendah

untuk beberapa jam.Dari berbagai penelitian diadapatkan bahwa olahraga mempunyai

efek antihipertensi sebesar 6 – 15 mmHg (Majid, 2005).

8. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui

rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi

(Kavitha, 2011).

9. Alkohol

Konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah,

sehingga peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi (Lawson et al., 2007).

10. Kondisi Psikis

Kondisi psikis seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah, misalnya kondisi

psikis seseorang yang mengalami stres atau tekanan. Respon tubuh terhadap stres

(29)

dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan ketegangan

otot.Selain itu stres juga mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran darah ke

otot-otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan. Stres

akan membuat tubuh lebih banyak menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung

bekerja lebih kuat dan cepat (Lawson et al., 2007).

2.1.6. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan baik secara direk maupun indirek.

Walaupun saat ini telah banyak tersedia alat pengukur tekanan darah indirek seperti

aneroid, elektronik, alat pemantau tekanan darah 24 jam (Ambulatory Blood Pressure

Monitoring), namu dipraktek sehari-hari kita menggunakan alat tensi meter air raksa

yang biasa (Majid, 2005).

Selama penentuan tekanan darah, stetoskop diletakkan di atas arteri brakhialis

disisi dalam siku tepat di bawah manset.Tidak terdengar suara ketika darah tidak

mengalir melalui pembuluh atau ketika darah mengalir dalam aliran laminar

normal.Sebaliknya, aliran darah turbulen menciptakan getaran yang dapat terdengar.

Bunyi yang terdengar ketika memeriksa tekanan darah, yang dikenal sebagai bunyi

Korotkoff, berbeda dari bunyi jantung yang berkaitan dengan penutupan katub ketika

kita mendengar jantung dengan stetoskop (Sherwood, 2009).

Pada permulaan penentuan tekanan darah, manset dikembungkan ke tekanan

yang lebih besar daripada tekanan darah sehingga arteri brakhialis kolaps. Karena

tekanan eksternal ini lebih besar daripada puncak tekanan internal maka arteri terjepit

total di sepanjang siklus jantung, tidak terdengar bunyi apapun, karena tidak ada

darah yang mengalir. Sewaktu udara di manset secara perlahan dikeluarkan, maka

tekanan di manset secara perlahan juga berkurang.Ketika tekanan manset turun tepat

di bawah tekanan sistolik puncak, arteri secara transien terbuka sedikit saat tekanan

darah mencapai puncak ini.Darah sesaat lolos melewati arteri yang tertutup parsial

sebelum tekanan arteri turun di bawah tekanan manset dan arteri kembali

(30)

manset tertinggi saat bunyi pertama dapat didengar menunjukkan tekanan

sistolik.Sewaktu tekanan manset terus turun, darah secara intermitten menyembur

melewati arteri dan menghasilkan suara seiring dengan siklus jantung setiap kali

tekanan arteri melebihi tekanan manset (Sherwood, 2009).

Ketika tekanan manset akhirnya turun di bawah tekanan diastol, arteri

brakhialis tidak lagi terjepit sepanjang siklus jantung, dan darah dapat mengalir tanpa

terhambat melalui pembuluh.Dengan pulihnya aliran darah nonturbulen ini maka

tidak ada lagi suara yang terdengar.Karena itu, tekanan manset tertinggi saat bunyi

terakhir terdengar menunjukkan tekanan diastolik (Sherwood, 2009).

Tekanan darah arteri dinyatakan sebagai tekanan sistolik per tekanan diastolik,

dengan batas untuk tekanan darah yang dianjurkan adalah kurang dari 120/80 mmHg.

Teknik pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan

sphygmomanometer:

1. Untuk melihat pengaruh perubahan sikap, subjek mula-mula duduk atau tidur

dengan lengan setentang jantung dan lengan ditopang. Istirahat sekurang-kurangnya

lima menit. Kemudian pasien disuruh berdiri dan ambil tekanan darah secara palpasi

setelah itu diikuti secara auskultasi dua menit kemudian (terutama pada usia> 65

tahun, dengan Diabetes Meliitus, atau mendapat obat antihipertensi).

2. Letakkan sphygmomanometer pada posisi setentang mata.

3. Pilih ukuran manset yang sesuai. Manset yang tidak sesuai dapat menghasilkan

tekanan darah yang berbeda.

4. Letakkan manset ± 20 mmHg diatas arteri brakhalis pada siku.

5. Ketika mengembangkan balon manset, raba denyut nadi dan catat pada saat denyut

nadi hilang ini untuk menentukan pengembangan maksimum dan bukan tekanan

darah sistolik palpasi.

6. Secara cepat kempeskan balon manset dan tunggu 30 detik.

7. Kembangkan balon manset secara cepat sampai 30 mmHg hingga diatas tekanan

darah sistolik palpasi dan kemudian turunkan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per

(31)

8. Catat suara yang pertama kali didengar pada penurunan 2 mmHg yang terdekat

pada puncak miniskus air raksa. Ini merupakan tekanan darah sistolik.

9. Catat (fase V) diastolik dimana tidak kedengaran lagi suara Korotkoff. Juga dicatat

fase IV pada saat suara pertama kali mulai melemah. Hasil dicatat : missal tekanan

darah 120/80 mmHg.

10. Catat posisi pasien, bagian yang diukur, lebarnya manset (bila digunakan manset

selain standard orang dewasa) (Majid, 2005).

2.2. Posisi Passive Leg Raising

2.2.1. Defenisi Posisi Passive Leg Raising

Posisi passive leg raising (PLR) didefenisikan sebagai posisi terlentang dengan

kedua kaki dalam keadaan ekstensi diangkat keatas secara pasif dengan sudut 100

sampai 900 (Geerts dan Bergh, 2012).

PLR merupakan manuver untuk menilai pemuatan cairan yang reversibel,

dimana posisi ini berpotensial untuk meningkatkan volume darah intrathoraks,

preload jantung, dan selanjutnya curah jantung, dengan mengubah aliran darah vena

dari kaki ke rongga thoraks. Sehingga PLR sejak dulu disarankan untuk digunakan

pada pasien dalam keadaan hemodinamik yang tidak stabil yang dengan atau tanpa

alat bantu pernapasan untuk menilai respon cairan dan untuk menentukan jumlah

cairan yang dibutuhkan (Vincent et al., 2008).

2.2.2. Efek Hemodinamik Posisi Passive Leg Raising

Mengangkat kaki merupakan suatu manuver yang telah digunakan pada

pertolongan pertama saat terjadi kolaps sirkulasi sejak dahulu.PLR menjadi tes yang

menarik untuk dilakukan karena pelaksanaannya yang sederhana dalam mendeteksi

respon cairan tubuh seperti peningkatan preload jantung (Monnet et al., 2010).

Mengangkat kaki pada posisi tubuh yang horizontal menginduksi aliran darah

dari tubuh bagian bawah ke kompartemen sirkulasi sentral khususnya ke kavitas

(32)

mendemonstrasikan bahwa volume darah yang berpindah dari tubuh bagian bawah

selama posisi PLR adalah sebanyak 150 ml darah (Monnet et al., 2010).

PLR meningkatkan preload jantung, yang kemudian akan meningkatkan

tekanan arteri rerata akibat peningkatan tekanan aliran balik vena. Jika ventrikel

kanan berespon terhadap preload tersebut, peningkatan aliran balik vena sistemik

akan menghasilkan peningkatan curah jantung kanan dan peningkatan pengisian

ventrikel kiri (Monnet et al., 2010).

Pada beberapa studi klinis yang meneliti kondisi hemodinamik melaporkan

bahwa terjadi peningkatan tekanan oklusi arteri pulmonalis, ventricular end-diastolic

dimension, gelombang E aliran mitral, dan ejection time ventrikel kiri selama posisi

PLR, mendukung bukti bahwa darah ditransfer ke jantung selama posisi PLR

mencukupi untuk menigkatkan preload jantung kiri (Monnet et al., 2010).

Namun jika preload reserve jantung kanan terbatas, peningkatan preload

jantung tidak akan menghasilkan peningkatan aliran ke ventrikel kiri dan PLR tidak

akan meningkatkan preload jantung kiri, seperti pada pasien penderita penyakit

jantung iskemik (Monnet et al., 2010).

Walaupun banyak penelitian yang mendukung teori diatas, namun Gaffney et

al (1982) melakukan perhitungan curah jantung dengan acetylene rebreathing pada

sepuluh subjek yang sehat, menjelaskan bahwa pengangkatan kaki mungkin tidak

efektif pada pasien hipovolemik. Karena kondisi tersebut menginduksi vasokonstriksi

yang membuat jumlah darah di vena kaki menurun.Selain itu Wong et al (1988)

melaporkan bahwa PLR menurunkan tekanan arteri rerata karena terjadi penurunan

tekanan darah diastolik. Pada penelitian Paelinck et al., (2003) mengenai efek

perubahan posisi pada fungsi jantung pada subjek yang sehat menggunakan Doppler

Echocardiography didapati penurunan tekanan darah sistolik dan peningkatan

tekanan darah diastolik.

Tapi pada penelitian Vincent et al., (2008) tentang efek PLR pada pasien

dengan keadaan shock didapati peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

(33)

meningkatkan aortic blood pressure pada 38 orang dari 71 subjek penelitian yang

sedang dalam kondisi kritis. Kyriakides et al (1994) menyatakan pada penelitiannya

bahwa PLR menginduksi peningkatan tekanan darah diastolik.Selain itu Kweon et al

(2012) juga menyatakan pada penelitiannya bahwa PLR meningkatkan volume

intravascular pada daerah intratorakalis yang kemudian meningkatkan preload

jantung dan tekanan arteri rerata.

Dari semua penelitian mengenai efek hemodinamik PLR, semuanya

menunjukkan adanya peningkatan curah jantung yang signifikan tapi mengenai

efeknya terhadap tekanan darah hasilnya berbeda-beda, sesuai kondisi dari subjek

penelitian dan derajat pengangkatan kaki.

Passive Leg Raising aliran darah dari tubuh bagian

(34)
[image:34.612.137.544.97.544.2]

Gambar 2.3. Efek Hemodinamik Posisi PLR

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

aliran balik venan ke ventrikel kanan

preloadventrikel kanan

vaskular paru-paru preload ventrikel kiri

end diastolic volume

hukum Frank-Starling

curah jantung

Posisi Passive Leg Raising

(35)
[image:35.612.137.544.97.544.2]

Gambar 2.3. Efek Hemodinamik Posisi PLR

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

aliran balik venan ke ventrikel kanan

preloadventrikel kanan

vaskular paru-paru preload ventrikel kiri

end diastolic volume

hukum Frank-Starling

curah jantung

Posisi Passive Leg Raising

(36)

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah :

[image:36.612.149.568.396.556.2]

3.2.1. Posisi Passive Leg Raising (PLR)

Gambar 3.2. Posisi Passive Leg Raising

Subjek penelitian awalnya diminta dalam posisi terlentang (supine), diatas

tempat tidur pemeriksaan, kemudian subjek diminta untuk mengangkat kaki

dengan sudut yang ditentukan dengan menggunakan busur derajat ukuran

besar, dengan menggunakan tali dimana salah satu ujungnya pada titik acuan

busur dan ujung yang lain menentukan besar derajat, kemudian kaki diangkat

(37)

3.2.2. Tekanan Darah a. Definisi

Tekanan darah yang paling tinggi yang didapatkan pada pengukuran tiap

menit pada saat pengangkatan kaki.

b. Cara Pengukuran

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan tensimeter digital.Pada setiap subjek penelitian sebelum mengangkat kaki, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tekanan darah pada posisi terlentang.Kemudian saat subjek penelitian mengangkat kaki 300, dilakukan pengukuran tekanan darah setiap 1 menit hingga tekanan darah kembali lagi seperti saat posisi supine.Kemudian subjek diminta kembali lagi dalam posisi terlentang untuk diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, hal yang sama juga dilakukan pada sudut 450 dan 900.

c. Alat Ukur

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah tensimeter

[image:37.612.158.490.447.545.2]

digital merkDigital Omron® HEM – 7200 .

Gambar 3.3.Tensi Meter Digital Omron® HEM– 7200 d. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran tekanan darah terdiri dari tekanan sistol dan diastol dan

dalam satuan millimeter air raksa(mmHg).

e. Skala Ukur

Data berupa data kuantitatif dengan skala ukur tekanan darah adalah skala

(38)

3.3. Hipotesis

Terdapat peningkatan tekanan darah yang signifikan setelah melakukan posisi PLR

(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi

(40)

(time series design).Rancangan ini seperti rancangan pretest-posttest, kecuali

mempunyai keuntungan dengan menggunakan observasi (pengukuran yang

berulang-ulang), sebelum dan sesudah perlakuan (Notoatmodjo, 2010).Rancangan ini bertujuan

untuk mengukur tekanan darah suatu kelompok sebelum dan setelah subjek

melakukan posisi PLR.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada September-Oktober 2014. Tempat penelitian

adalah Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Laboratorium Fisiologi FK USU). Penelitian dilakukan di laboratorium untuk

menghindari gangguan dan agar seluruh subjek penelitian mendapatkan suasana

lingkungan yang sama. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi FK USU

karena penelitian ini berhubungan dengan bidang fisiologi.Laboratorium Fisiologi FK

USU juga sudah dikenal oleh seluruh mahasiswi FK USU dan berada dalam kawasan

kampus sehingga mudah untuk mencapainya.Di Laboratorium Fisiologi FK USU

juga terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian seperti tempat tidur,

stopwatch, tempat tidur, dan air conditioner sebagai pengatur suhu ruangan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2012.Berdasarkan data yang didapat,

jumlah mahasiswa FK USU angkatan 2012 adalah 542 orang.

4.3.2. Sampel

. Karena jumlah populasi yang besar perlu dilakukan perhitungan besar

sampel.Rumus perhitungan besar sampel yang digunakan adalah rumus uji hipotesis

kelompok berpasangan dan agar sampel dapat mewakili populasi maka sampel

diambil secara tidak acak dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara

(41)

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian dalam kurun waktu

tertentu.(Wahyuni, 2007).

Adapun jumlah sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus dibawah

ini

� =�

2 (1− �2+1− �)2

(�0− ��)2

Dengan ketentuan :

n = besar sampel minimum

�1− �⁄2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

�1− � = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu �2 = harga varians di populasi (literatur)

�0− �� = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di populasi Pada penelitian ini ditetapkan nilai α sebesar 0,01 (tingkat kepercayaan 95%) sehinga untuk uji hipotesis dua arah diperoleh �1− �⁄2 sebesar 1,96. Nilai �1− � yang

digunakan adalah 0,2 atau dengan kata lain besarnya kekuatan (power) dalam

penelitian ini adalah 80%, sehingga diperoleh nilai �1− � sebesar 0,84, lalu

perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di populasi sesuai penelitian sebelumnya adalah 6,6. Penentuan harga varians di populasi (σ) merujuk pada penelitian terdahulu sebesar 10,6. Berdasarkan rumus diatas, besar sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

� =10,6

2 (1,96 + 0,84)2

(6,6)2

Hasil perhitungan rumus diatas adalah 19,64 dan dibulatkan menjadi 20 . Sehingga

jumlah sampel pada penelitian ini adalah 20 orang.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah :

1. Kriteria inklusi

a) Mahasiswa perempuan

(42)

c) Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan setelah mendapatkan penjelasan

2. Kriteria eksklusi

a) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular

b) Memiliki riwayat merokok

c) Memiliki riwayat konsumsi alkohol

d) Mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi sistem kardiovaskular sehari

sampai dengan sesaat sebelum mengikuti penelitian

e) Indeks masssa tubuh ≥ 25

Setelah dilakukan kriteria inklusi dan eksklusi, sampel yang tidak memenuhi syarat

akan dikeluarkan dan digantikan dengan orang lain yang memenuhi kriteria

penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan

sumber data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing subjek

penelitian.Pengambilan data primer ini dilakukan dengan mengukur tekanan darah

subjek penelitian untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolik. Data

pengukuran tekanan darah yang didapat berupa data kontinu, data yang diperoleh

akan dicatat pada lembar pencatatan hasil pengukuran (Lampiran 3).

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Semua calon sampel diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan

dilakukan dengan diberikan lembar penjelasan (Lampiran 1) hingga mereka

mengerti kemudian jika calon sampel menyetujui untuk mengikuti penelitian,

mereka diminta untuk mengisi lembaran persetujuan (Lampiran 2).

2. Sebelum hari dilakukan penelitian, sampel sudah dihubungi dan diberitahu

tanggal dan waktu serta tempat pelaksaan penelitian yaitu di laboratorium

Fisiologi FK USU. Kemudian sampel diminta untuk datang pada hari

penelitian unuk menetukan apakah sampel memenuhi krteria eksklusi dan

(43)

3. Jika terdapat sampel yang memenuhi kriteria eksklusi maka tidak

diikutsertakan dalam penelitian dan akan dicari penggantinya.

4. Dilakukan pemilihan subjek penelitian yang akan diberikan perlakuan yaitu

melakukan posisi PLR, dimana semua subjek di diberikan perlakuan yang

sama, yaitu melakukan posisi PLR dengan 3 sudut pengangkatan kaki yaitu

300, 450, dan 900.

5. Semua subjek penelitian ditempatkan pada ruangan yang sama dan

dipersilahkan beristirahat selama sepuluh menit.

6. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah pada subjek penelitian. Hasil

pengukuran dicatat dalam tabel yang telah disediakan.

7. Subjek penelitian diminta untuk posisi terlentang terlebih dahulu, kemudian

mengangkat kedua kakinya yang ekstensi dengan sudut yang telah ditentukan

yaitu pertama 300, kedua 450, dan ketiga 900, dimana saat setiap subjek akan

mengubah sudut pengangkatan kaki diistirahatkan selama 10 menit.

8. Pada setiap subjek penelitian sebelum mengangkat kaki, terlebih dahulu

dilakukan pengukuran tekanan darah pada posisi terlentang. Kemudian saat

subjek penelitian mengangkat kaki 300, dilakukan pengukuran tekanan darah

setiap 1 menit hingga tekanan darah kembali lagi seperti saat posisi supine.

Kemudian subjek diminta kembali lagi dalam posisi terlentang untuk

diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, hal yang sama juga dilakukan

pada sudut 450 dan 900.

9. Setelah selesai dilakukan pengangkatan kaki, subjek diminta untuk

menurunkan kakinya dan kembali ke posisi terlentang dan dapat beristirahat.

10.Hasil pengukuran dicatat dalam tabel yang telah disediakan. Jika subjek

penelitian tidak dapat melakukan pengangkatan kaki secara pasif selama

waktu yang diharapkan, maka subjek penelitian akan dieksklusi dan dicari

penggantinya..

11.Semua subjek penelitian diukur tekanan darahnya menggunakan tensi meter

(44)

darah berbeda pada beberapa sampel, sebelumnya telah dilakukan pengujian

dalam hal mendengar dan penjelasan cara mengukur tekanan darah yang

memenuhi standart agar penilaian yang dilakukan sedapat mungkin sama.

12.Penelitian dilakukan secara bertahap sampai jumlah sampel yang dibutuhkan

terpenuhi. Pencatatan tentang penelitian di setiap harinya dilakukan

menggunakan buku besar (logbook).

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil pengukuran dipresentasekan dalam bentuk tabel.Pengujian

menggunakan metode komputerisasi.Dilakukan uji normalitas data menggunakan uji

Kolmogrov-Smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas

(p)>0,05 (Sastroasmoro, 2011). Jika data berdistribusi normal, dilakukan uji T paired

untuk menguji hipotesis. Rata-rata hasil pengukuran tekanan darah tiap sudut

pengangkatan kaki dibandingkan dengan rata-rata tekanan darah saat terlentang. Uji

dinyatakan berbeda secara bermakna jika nilai p<0,05 dengan interval kepercayaan

95% (Wahyuni, 2007).

4.6. Ethical Clearance

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian.Ethical

Clearance adalah keterangan tertulis yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian

untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan)

yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah persyaratan

tertentu. Pada penelitian ini akan diberikan intervensi berupa pengangkatan kaki

secara pasif dengan berbagai sudut kemiringan pengangkatan kaki yang kemudian

(45)

Subjek penelitian adalah mahasiswa FK USU angkatan 2012 dan penelitian dilakukan

setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK

USU.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitiang

Penelitian dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Laboratorium Fisiologi berada di lantai dua gedung Fakultas

(46)

Mansur No.5, Kampus USU, Medan. Terdapat tiga ruangan yang dipakai mahasiswa

sebagai Laboratorium Fisiologi FK USU untuk proses belajar-megajar dan praktikum

fisiologi, namun penelitian ini hanya memakai satu ruangan dengan luas 3x5 meter

persegi. Laboratorium tersebut dilengkapi dengan air conditioner (AC), tempat tidur,

beberapa meja, bangku, dan lemari tempat penyimpanan barang.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester lima Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012. Sampel berusia antara 18-21

tahun.Sampel diperoleh dengan metode consecutive random sampling.

5.1.3. Distribusi Sampel a. Umur

Responden pada penelitian ini memiliki usia yang bervariasi seperti yang

[image:46.612.109.533.402.527.2]

terlihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1. Distribusi Usia Responden

Usia (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)

18 1 5

19 3 15

20 14 70

21 2 10

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa sampel pada penelitian berusia antara

18-21 tahun. Dari 20 orang sampel yang paling banyak adalah usia 20 tahun yaitu

berjumlah 14 orang (n=14; 70%), sedangkan yang paling sedikit adalah usia 18 tahun

yang berjumlah 1 orang (n=1; 5%).

b. Tekanan Darah Sistolik

Pada posisi terlentang, responden pada penelitian ini memiliki tekanan darah

sistolik seperti yang terlihat pada tabel.Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat

(47)

sebelas orang (n=11;55%) dan paling sedikit pada rentang 85-94 mmHg dan 115-124

[image:47.612.111.535.176.304.2]

mmHg dengan masing-masing sebanyak satu orang (n=1;5%).

Tabel 5.2 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Responden Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

85-94 1 5

95-104 11 55

105-114 7 35

115-124 1 5

c. Tekanan Darah Diastolik

Pada posisi terlentang, responden pada penelitian ini memiliki tekanan darah

diastolik seperti yang terlihat pada tabel.Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat

bahwa tekanan darah diastolik paling banyak pada rentang 60-64 mmHg sebanyak

sepuluh orang (n=10;50%) dan paling sedikit pada rentang 70-74 mmHg sebanyak

dua orang (n=2;10%).

Tabel 5.3 Distribusi Tekanan Darah Diastolik Responden Tekanan darah diastolik

(mmHg)

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

55-59 4 20

60-64 10 50

65-69 4 20

[image:47.612.108.532.551.678.2]
(48)

d. Respon tekanan darah sistolik terhadap posisi PLR

Berdasarkan tabel 5.4 dibawah, didapati respon tekanan darah sistolik sampel

pada sudut pengangkatan kaki 300, terdapat 16 orang (n=20; 80%) yang meningkat,

dua orang (n=2; 10%) yang tetap, dan dua orang (n=2; 10%) yang menurun. Pada

sudut 450 terdapat 17 orang (n=17; 85%) yang meningkat, satu orang (n=1; 5%) yang

tetap dan dua orang (n=2; 10%) yang menurun. Pada sudut 900 didapati 18 orang

(n=18; 90%) yang meningkat, tidak ada (n=0; 0%) yang tetap dan dua orang (n=2;

[image:48.612.106.536.322.428.2]

10%) yang menurun.

Tabel 5.4 Distribusi Respon Tekanan Darah Sistolik Responden Terhadap Posisi PLR

Respon Frekuensi (orang)

300 450 900

Menurun 2 2 2

Tetap 2 1 0

Meningkat 16 17 18

Terdapat respon tekanan darah sistolik yang tetap dan bahkan menurun. Namun,

setelah dilakukan wawancara didapati bahwa responden sebelumnya menaiki tangga

dengan terburu-terburu, hal ini hampir sama dengan baru saja melakukan

exerciseyang memicu terjadinya peningkatan heart rate , yang kemudian akan

meningkatkan tekanan darah. Peningkatan heart rate tersebut mungkin lebih

berpengaruh pada sistem kardiovaskular daripada posisi PLR, sehingga posisi PLR

tidak memberikan efek pada responden tersebut.

e. Respon tekanan darah diastolik terhadap posisi PLR

Berdasarkan tabel 5.5 dibawah, didapati respon tekanan darah diastolik sampel

pada sudut pengangkatan kaki 300, terdapat 16 orang (n=16; 80%) yang meningkat,

tiga (n=3; 15%) orang yang tetap, dan satu (n=1; 5%) orang yang menurun. Pada

(49)

tetap dan 4 orang (n=4; 20%) yang menurun. Pada sudut 900 didapati 14 orang (n=14;

70%) yang meningkat, tiga orang (n=3; 15%) yang tetap dan tiga orang (n-3; 15%)

[image:49.612.108.534.214.322.2]

yang menurun.

Tabel 5.5 Distribusi Respon Tekanan Darah Diastolik Responden Terhadap Posisi PLR

Respon Frekuensi (orang)

300 450 900

Menurun 1 4 3

Tetap 3 0 3

Meningkat 16 16 14

Terdapat respon tekanan darah diastolik yang tetap dan bahkan menurun.

Namun, setelah dilakukan wawancara didapati bahwa responden sebelumnya menaiki

tangga dengan terburu-terburu, hal ini hampir sama dengan baru saja melakukan

exercise yang memicu terjadinya peningkatan heart rate , yang kemudian akan

meningkatkan tekanan darah. Peningkatan heart rate tersebut mungkin lebih

berpengaruh pada sistem kardiovaskular daripada posisi PLR, sehingga posisi PLR

tidak memberikan efek pada responden tersebut.

5.1.4. Analisis Data Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengukuran tekanan darah pada posisi PLR didapati

rata-rata tekanan darah seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Posisi Passive Leg Raising denganBeberapa Sudut Pengangkatan Kaki

Parameter 00 300 450 900

Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

(50)

sistolik

Tekanan darah

diastolik

62.90 4.6 65.55 5.44 64.60 4.6 65.05 4.7

Tekanan nadi 41.25 5.4 42.9 5.2 43.55 5.0 43.60 5.5

*Keterangan: nilai dalam rata-rata ± SD (standard deviation)

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat terdapat peningkatan tekanan darah

pada saat pengangkatan kaki.Peningkatan tekanan darah paling besar pada

[image:50.612.112.524.322.406.2]

pengangkatan kaki dengan sudut 900 dan paling kecil pada sudut 450.

Tabel 5.7 Hasil Uji Analisis T-DependentPerbedaan Rata-rata Tekanan Darah dan Tekanan nadi pada sudut 00 dan 300 pengangkatan kaki

Parameter 00 300 Sig.(2-tailed)

Tekanan darah sistolik 104.15 ± 6,7 108.00 ± 6.8 0.000

Tekanan darah diastolik 62.90 ± 4.6 65.55 ± 7.7 0.000

Tekanan nadi 41.25 ± 5.4 42.9 ± 5.2 0.000

Pada tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah sistolik pada

posisi terlentang (00) adalah 104.15 (SD 6.7) dan pada pengangkatan kaki dengan

sudut 300 adalah 108.00 (SD 6.8) didapat nilai probabilitas 0.000. Nilai probabilitas

<0.05 berarti terdapat perbedaan hasil pengukuran yang bermakna.Hal ini

menunjukkan peningkatan tekanan darah sistolik yang bermakna pada saat

pengangkatan kaki 300.

Rata-rata tekanan darah diastolik pada posisi terlentang (00) adalah 62.90 (SD

4.6) dan pada pengangkatan kaki sudut 300 adalah 65.55 (SD 7.7) didapat nilai

probabilitas 0.000.Nilai probabilitas <0.05 berarti ada perbedaan hasil pengukuran.

Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan tekanan darah diastolik pada saat

pengangkatan kaki dengan sudut 300.

Sedangkan rata-rata tekanan nadi pada posisi terlentang (00) adalah 41.25 (SD

(51)

probabilitas 0.000.Nilai probabilitas <0.05 berarti terdapat perbedaan hasil

pengukuran.Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan tekanan nadi yang bermakna

[image:51.612.107.537.216.301.2]

pada saat pengangkatan kaki dengan sudut 300.

Tabel 5.8. Hasil Uji Analisis T-Dependent Perbedaan Rata-rata Tekanan darah dan tekanan nadi pada sudut 00 dan 450 pengangkatan kaki

Parameter 00 450 Sig.(2-tailed)

Tekanan darah sistolik 104.15 ± 6,7 107,7 ± 6.5 0.000

Tekanan darah diastolik 62.90 ± 4.6 64,6± 4.6 0.008

Tekanan nadi 41.25 ± 5.4 43,5 ± 5.0 0.004

Pada tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah sistolik pada

posisi terlentang (00) adalah 104.51 (SD 6.7) dan setelah pengangkatan kaki dengan

sudut 450 adalah 107,7 (SD 6.5) didapat nilai probabilitas 0.000. Nilai probabilitas <

0.05 yang berarti terdapat perbedaan hasil pengukuran yang bermakna.Hal ini

menunjukkan terdapat peningkatan tekanan sistolik yang bermakna pada saa

pengangkatan kaki dengan sudut 450.

Rata-rata tekanan darah diastolik pada posisi terlentang (00) adalah 62.90 (SD

4.6) dan setelah pengangkatan kaki sudut 450 adalah 64,6 (SD 4.6) didapat nilai

probabilitas 0.008. Nilai probabilitas <0.05 berarti ada perbedaan hasil

pengukuran.Hal ini menunjukkanterdapat peningkatan tekanan diastolik yang

bermakna pada saat pengangkatan kaki dengan sudut 450

Sedangkan rata-rata tekanan nadi pada posisi terlentang (00) adalah41.25 (SD

5.4) dan setelah pengangkatan kaki 450adalah 43,5(SD 5.0), didapat nilai probabilitas

0.004. Nilai probabilitas <0.05 berarti terdapat perbedaan hasil pengukuran.

Tabel 5.9 Hasil Uji Analisis T-Dependent Perbedaan Rata-rata Tekanan darah dan tekanan nadi pada sudut 00 dan 900 pengangkatan kaki

Parameter 00 900 Sig.(2-tailed)

[image:51.612.107.535.651.697.2]
(52)

Tekanan darah diastolik 62.90 ± 4.6 65.0 ± 4.7 0.001

Tekanan nadi 41.25 ± 5.4 45,6 ± 5.5 0.000

Pada tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah sistolik pada

posisi terlentang (00) adalah 104.15 (SD 6.7) dan setelah pengangkatan kaki dengan

sudut 900 adalah 110,5 (SD 6.0) didapat nilai probabilitas 0.000. Nilai probabilitas <

0.05 yang berarti terdapat perbedaan hasil pengukuran yang bermakna.Hal ini

menunjukkan terdapat peningkatan tekanan sistolik yang bermakna pada saat

pengangkatan kaki dengan sudut 900.

Rata-rata tekanan darah diastolik pada posisi terlentang (00) adalah 62.90 (SD

4.6) dan setelah pengangkatan kaki sudut 900 adalah 65.0 (SD 4.7) didapat nilai

probabilitas 0.001.Nilai probabilitas <0.05 berarti terdapat perbedaan hasil

pengukuran. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan TDD yang bermakna pada

saat melakukan PLR dengan sudut pengangkatan kaki 900

Sedangkan rata-rata tekanan nadi pada posisi terlentang (00) adalah 41.25 (SD

5.4) dan setelah pengangkatan kaki 900adalah 45,6 (SD 5.5), didapat nilai probabilitas

0.000. Nilai probabilitas <0.05 berarti terdapat perbedaan hasil pengukuran.

5.2. Pembahasan

5.2.1.Tekanan darah Pada saat Posisi Passive Leg Raising (PLR) dengan Sudut Pengangkatan Kaki 300

Berdasarkan data nilai rata-rata tekanan darah (sistolik, diastolik) dan tekanan

nadi pada tabel 5.8 didapatkan adanya peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan

darah diastolik dan tekanan nadi yang signifikan, pada saat melakukan PLR dengan

sudut pengangkatan kaki 300. Peningkatan rata-rata

Gambar

Gambar 2.1. Faktor Penentu Tekanan Arteri rerata (dikutip dari Sherwood,
Gambar 2.2 Refleks Baroreseptor untuk Memulihkan Tekanan Darah
Gambar 2.3. Efek Hemodinamik Posisi PLR
Gambar 2.3. Efek Hemodinamik Posisi PLR
+7

Referensi

Dokumen terkait

The architectural history and development of the Affandi Museum can be traced by both details of alterations on the buildings themselves and archive documents.

Penelitian ini akan mencakup Sifat koligatif larutan, Molalitas dan Fraksi Mol, Molalitas (m), Fraksi Mol, Sifat Koligatif Larutan Nonelektroli, Penurunan Tekanan Uap, Kenaikan

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan

Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian tentang pengaruh pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi

Selanjutnya, Tashakkori dan Teddlie (1998) menyatakan bahwa penelitian yang mengkombinasikan metode kuantitatif dan kualitatif dapat menggabungkan kekuatan

[r]

Dalam proses menangani anak berhadapan hukum, metode pekerja?. sosial yang bagaimana diterapakan dalam menangani

Aspek dari kompetensi professional yang mendapatkan penilaian “ rendah” yaitu kemampuan menilai pencapaian hasil pembelajaran, (ii) Kompenen-komponen kompetensi professional